KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN ANGKA KUMAN PADA COASS DAN PERAWAT SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN HAND HYGIENE Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh PIPIT PUSPITA DEWI 20100310084 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014 i HALAMAN PENGESAHAN KTI PERBEDAAN ANGKA KUMAN PADA COASS DAN PERAWAT SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN HAND HYGIENE Disusun oleh: PIPIT PUSPITA DEWI 20100310084 Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 18 Januari 2014 Dosen Pembimbing Dosen penguji dr. Inayati Habib, M.Kes dr. Kusbaryanto NIK: 173025 NIK: 173022 Mengetahui Kaprodi Pendidikan Dokter Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes M.Kes dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, NIK: 173.027 NIK: 173.031 ii Karya tulis ini kupersembahkan untuk Kedua orangtuaku, Aiptu Sugiyono dan Eko Budi Hartati, S.E, M.Si Alm. Kakek atas doanya selama ini untukku Kedua adikku, Nana Diana P dan Yuda Adipradana iii MOTTO “Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.” (Q.S. Al-Ankabut (29) : 6) “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. Alam Nasyrah 94:6) Knowledge comes from experience. “Information is not knowledge. The only source of knowledge is Experience”. (Albert Einstein) Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak (Ernest Newman) Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Muhammad Ali) Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison) Follow your curiosity. “I have no special talent. I am only passionately curious.” (Albert Einstein) iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Pipit Puspita Dewi NIM : 20100310084 Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Yogyakarta, 18 Januari 2014 Yang membuat pernyataan, Tanda tangan Pipit Puspita Dewi v KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat, rahmat, karunia dan perlindungan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umat yang taat dan patuh terhadap risalah yang dibawa olehnya. Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbandingan Angka Kuman pada Coass dan Perawat Setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene” disusun untuk memperoleh gelar derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. dr. Kusbaryanto, M.Kes selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah ini. 3. dr. Inayati Habib, M.Kes selaku dosen pembimbing utama selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Pak jamhari di laboratorium mikrobiologi UMY yang telah banyak membantu dalam proses kerja di laboratorium. vi 5. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral ataupun materiil serta memberikan doa untuk kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan penelitian ini. 6. Adikku tercinta Nana Diana Pramudita dan Yuda Adi Pradana yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Sahabatku dan teman-teman sejawat Pendidikan Dokter UMY angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Teman seperjuangan penelitian ini, yaitu Diana Kartika Sary yang telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Penulis menyadari dalam penulisan Karya tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap apa yang telah disajikan dalam Karya tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masukan bagi semua pihak. Yogyakarta, 18 Januari 2014 Penulis vii DAFTAR ISI Halaman Judul..................................................................................................... i Halaman Pengesahan........................................................................................... ii Halaman Persembahan.........................................................................................iii Halaman Motto.....................................................................................................iv Kata Pengantar.................................................................................................... vi Daftar Isi............................................................................................................. viii Daftar Tabel.......................................................................................................... x Daftar Gambar......................................................................................................xi Abstract................................................................................................................xii Intisari..................................................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1 Rumusan Masalah................................................................................... 8 Tujuan Penelitian.................................................................................... 8 Manfaat Penelitian.................................................................................. 9 Keaslian Penelitian................................................................................. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka..................................................................................... 11 B. Kerangka Konsep.................................................................................... 28 C. Hipotesis................................................................................................. 29 viii BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H. Desain Penelitian.....................................................................................30 Populasi dan Sampel............................................................................... 30 Variabel dan Definisi Operasional...........................................................31 Instrumen Penelitian................................................................................32 Cara Pengumpulan Data........................................................................ .32 Analisis Data...........................................................................................34 Etika Penelitian.......................................................................................34 Kesulitan Penelitian................................................................................34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian........................................................................................35 B. Pembahasan.............................................................................................40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..............................................................................................47 B. Saran........................................................................................................47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL 1. Tabel Angka Infeksi Nosokomial..............................................................3 2. Jumlah mikroorganisme pada tangan sebelum cuci tangan...................... 26 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta .....................................................................35 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta......................................................................35 5. Distribusi Frekuensi Coass dan Perawat berdasarkan Bangsal/Poli di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta........................................................36 6. Distribusi Frekuensi Coass berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta........................................................................................36 7. Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta........................................................................................37 x DAFTAR GAMBAR 1. My five Moments for Hand Hygiene............................................... 20 2. Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air................................. 22 3. Metode streak plate.......................................................................... 33 4. Hasil pengkulturan bakteri setelah cuci tangan................................46 xi The Differences of Bacterial Count on Coass and Nurses After Doing Hand Hygiene Pipit Puspita Dewi1, Inayati Habib2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Mikrobiologi FK UMY ABSTRACT Nosocomial infection is the infection obtained from hospital or infection appears after 72 hours caring in hospital. Nosocomial infection may come from inside of body (endogen infection) or outside of body (exogenous infection). Source of transmission of nosokomial infection are medical personnels. The prevention and control of nosocomial infection is to prevent the spread of pathogenic microba. Hand hygiene is one of the most important ways to prevent the spread of nosocomial infections. This research aimed to know about the differences of bacterial count between coass and nurses after do hand hygiene. The type of this research is an analityc observational study. This research has been done at microbiology laboratory Medical Faculty of Muhammadiyah University Yogyakarta and sample taken in hospital. The number of respondent is 48, consist of 24 coass and 24 nurses, the samples is taken by total sampling (coass) and quota sampling (nurses). Sample taking on the palm of the hand after respondent doing hand washing. After that, culturing into TSA media along 24 hours on 37oC, and then the number of exist colony was counted. Analyzing of data used mann-whitney test. The result showed that the differences of bacterial count of coass and nurses are p value = 0,003 (p<0,05). It means that there are significant differences or statistically significant. Total of bacterial count on coass after doing hand hygiene are <847 CFU/cm2 as big as 62,5% and total of bacterial count on nurses after doing hand hygiene are <847 CFU/cm2 as big as 100%. The conclusion is there are significant differences or statistically significant of bacterial count on coass and nurses after doing hand hygiene. Keyword : nosocomial infection, hand hygiene, bacterial count xii Perbedaan Angka Kuman pada Coass dan Perawat Setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene Pipit Puspita Dewi1, Inayati Habib2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Mikrobiologi FK UMY INTISARI Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit atau infeksi yang timbul sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Infeksi nosokomial dapat berasal dari dalam tubuh penderita (infeksi endogen) maupun luar tubuh (infeksi eksogen). Sumber penularan infeksi nosokomial adalah tenaga medis. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yaitu mencegah penyebaran mikroba patogen. Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Metode penelitian ini menggunakan analitik observasional. Tempat penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dan pengambilan swab telapak tangan di rumah sakit. Jumlah responden 48 orang yang terdiri dari 24 coass dan 24 perawat, teknik pengambilan sampel dengan total sampling (coass) dan quota sampling (perawat). Pengambilan sampel pada telapak tangan dilakukan setelah responden mencuci tangan. Setelah itu dikultur pada media TSA selama 24 jam pada 37oC dan kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni yang ada. Analisis data yang digunakan adalah mann-whitney test. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene dengan nilai p = 0,003 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik. Jumlah angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2 sebanyak 62,5%, sedangkan jumlah angka kuman pada perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2 sebanyak 100%. Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Kata kunci : infeksi nosokomial, cuci tangan, angka kuman xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit (hospital aquired infection) atau infeksi yang timbul atau terjadi sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang mempunyai ICU, angka infeksi nosokomialnya lebih tinggi dibanding yang tidak mempunyai ICU. Kejadian infeksi nosokomial juga lebih tinggi di rumah sakit pendidikan oleh karena lebih banyak dilakukan tindakan pemeriksaan (diagnostik) dan pengobatan yang bersifat invasif (Zulkarnain, 2009). Penularan dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari satu pasien kepada pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri di mana kuman sudah ada pada pasien kemudian melalui suatu migrasi (gesekan) pindah tempat dan di tempat yang baru menyebabkan infeksi (self infection atau auto infection). Tidak hanya pasien rawat yang dapat tertular, tapi juga seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan pasien, juga penunggu dan pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa ke tengah keluarganya masing-masing (Zulkarnain, 2009). Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, penggunaan obat imunosupresan dan steroid, daya tahan tubuh menurun pada pasien luka bakar, pada pasien yang melakukan prosedur diagnostik invasif, infus 1 lama atau pemasangan kateter urin yang lama dan infeksi nosokomial pada luka operasi. Sebagai sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan, jarum suntik, kateter intravena, kateter urin, kain kasa atau verban, cara keliru dalam menangani luka, peralatan operasi yang terkontaminasi, dan lain-lain. Kuman penyebab infeksi nosokomial yang tersering adalah Proteus, E.coli, S.aureus, dan Pseudo-monas. Selain itu terdapat juga peningkatan infeksi nosokomial oleh kuman Enterocococus faecialis (Streptococcus faecialis) (Zulkarnain, 2009). Di ruang rawat intensif, infeksi nosokomial lebih sering terjadi dibandingkan dengan bangsal rawat biasa. Secara universal di seluruh dunia, 5%-10% pasien memperoleh infeksi nosokomial, 20%-30% bagi pasien yang menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU) (Erasmus et al., 2010). Penelitian dari berbagai universitas di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai kekerapan infeksi nosokomial 5-8 kali lebih tinggi. Systematic review of the literature conducted by WHO menyatakan bahwa prevalensi tertinggi infeksi nosokomial adalah ICU sebesar 28,2%, surgery sebesar 26,4%, mixed population sebesar 23,6%, pediatrics sebesar 18,2%, dan other high risk patient sebesar 3,6%. Angka infeksi nosokomial pada bangsal anak terjadi paling tinggi pada umur <1 tahun. Angka infeksi tertinggi (terutama infeksi sistemik) terjadi di NICU (neonatal intensive care) oleh karena risiko infeksi bertambah tinggi (misal pada bayi berat badan lahir rendah). Bayi prematur 500-1000 gram jika mereka hidup mempunyai risiko tinggi 2 untuk infeksi (Soedarmo dkk, 2008). Organisme yang menyebabkan infeksi nosokomial dalam NICU paling sering dibawa oleh tangan dari dokter, perawat, fisioterapis, dan personil lain (Barbara C.C. Lam, 2004). Tabel Angka Infeksi Nosokomial Menurut Pelayanan 1986-1990 Pelayanan infeksi per 100 pasien yang dipulangkan Penyakit dalam 3,5 Onkologi 5,1 Unit luka bakar 14,9 Operasi jantung 9,8 Ortopedi 3,9 Mata 0,0 Kebidanan 0,9 Anak (umum) 0,4 *kamar bersalin risiko tinggi 14,0 *kamar bersalin bayi sehat 0,4 (Soedarmo dkk, 2008) infeksi per 1000 patient-day 5,7 8,1 11,9 9,8 5,8 0,0 5,0 0,9 9,9 1,1 Di Belanda dilaporkan 10.000 kasus infeksi nosokomial pertahun (penduduk Belanda 15 juta). Angka infeksi rumah sakit di Indonesia masih sedikit. Angka yang ada hanya muncul dari beberapa penelitian yang sporadis di beberapa bagian seperti Bagian Anak, ICU, Bedah, Penyakit Dalam. Dalam penelitian selama 1988-1889 di rumah sakit Bandung didapatkan insidens infeksi nosokomial 9,1% di ICU dan 8,8% di ruang neonatus (Zulkarnain, 2009). Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A. di semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06% dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar 3 antara 4,3 sampai 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari (Suwarni, 2001). Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sedangkan infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Adapun faktor ekstrinsik sebagai sumber penularan di rumah sakit adalah tenaga medis (dokter, perawat, coass, dll), peralatan medis, pengunjung, keluarga, bangsal atau lingkungan, penderita lain serta makanan dan minuman. Sedangkan faktor intrinsik meliputi umur, kondisi umum penderita, risiko terapi serta adanya penyakit lain. Faktor-faktor ini merupakan faktor predisposisi (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka morbidity dan mortality di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun negara maju. Saat ini, angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial sehingga pihak penderita sangat dirugikan (Darmadi, 2008). 4 Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh banyak faktor (multifaktorial), baik faktor yang ada dalam diri penderita sendiri, maupun faktor yang berada di sekitarnya. Setiap faktor-faktor tersebut hendaknya dicermati, diwaspadai, dan dianggap berpotensi. Dengan mengenal faktorfaktor yang berpengaruh merupakan modal awal upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008). Inti dari pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah mencegah penyebaran mikroba patogen yang berarti upaya mencegah berpindahnya mikroba patogen, di antaranya melalui perilaku atau kebiasaan petugas yang terkait dengan layanan medis (Darmadi, 2008). Pencegahan infeksi nosokomial dari sisi petugas diantaranya adalah petugas layanan medis harus menerapkan kebersihan personal (hand hygiene) dan segala tindakannya harus pula higienis, serta petugas layanan medis harus pula memperlakukan semua material dan instrumen dengan cara higienis (R.N. Harley dalam Darmadi, 2008). Faktor-faktor yang dianggap berkontribusi dalam kebersihan tangan (hand hygiene) yang buruk meliputi tidak tersedianya wastafel untuk mencuci tangan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan cuci tangan, kondisi pasien, kurangnya pengetahuan tentang hand hygiene ( Lankford, et al, 2003). Hampir semua mahasiswa kedokteran (99,6%) mengetahui prosedur cuci tangan yang benar, namum mereka meremehkannya karena hanya 52,9% dari mereka menganggap itu sebagai 5 tindakan preventif yang paling penting untuk mengontrol infeksi (Huang, et al, 2013). Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Penyedia layanan kesehatan harus berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan pada titik-titik kunci sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh atau darah atau permukaan yang terkontaminasi, sebelum prosedur invasif, dan setelah melepas handscoens (CDC, 2012). Seperti sabda Rasulullah SAW: ان ِ اْل إي َم ِ اَلنَّ َظا فَةُ ِمنَ إ “Kebersihan itu adalah satu sudut dari iman” (HR. Imam Ahmad dan Turmudzi) َّ اف فَتَ َن ) اف ( رواه البيهقى ٌ ظفُ اوا فَ ِانَّهُ َْل َيدا ُخ ُل اال َجنَّةَ ا َِّْل ن َِظي ٌ ا َ ا ِْلس َاَل ُم ن َِظي Artinya: “Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih” ( HR. Baihaqi ). Mencuci tangan merupakan hal yang penting pada setiap lingkungan tempat klien dirawat, termasuk rumah sakit. Mencuci tangan merupakan tindakan paling efektif untuk mengontrol infeksi nosokomial dan didefinisikan sebagai menggosok seluruh permukaan kedua tangan yang bersabun atau berbusa dengan kuat atau secara bersamaan (Garner dan Favero dalam Bermen, 1998). 6 Mencuci tangan merupakan hal yang sederhana yang biasa dilakukan, tetapi sangat besar manfaatnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2012) membuktikan bahwa cairan pencuci tangan dari formula World Health Organization (WHO) yaitu alcohol-based handrub, terdapat dua jenis handrub formulasi WHO yaitu formulasi pertama memiliki komposisi yang terdiri dari ethanol, glycerol dan hydrogen peroxide, sedangkan formulasi kedua terdiri dari isopropyl alcohol, glycerol, dan hydrogen peroxide, berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis pada tangan subjek penelitian sebelum, setelah, dan rata-rata penurunan angka kuman mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan formula WHO berdasarkan Total Plate Count adalah terdapat perbedaan yang bermakna jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan formula WHO. Perbedaan penurunan angka kuman setelah menggunakan cairan pencuci tangan formula WHO lebih tinggi dibandingkan dengan dengan rata-rata penurunan angka kuman setelah mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan komersial. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengkaji tentang perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Peneliti memilih coass dan perawat sebagai subyek penelitian karena coass merupakan mahasiswa kedokteran yang sedang menjalankan pendidikan profesi di rumah sakit untuk lebih mengenalkan dunia kedokteran kepada calon dokter. Coass dan perawat 7 merupakan tenaga kesehatan yang lebih banyak berinteraksi dengan pasien di rumah sakit dan selama ini penelitian-penelitian yang lain lebih banyak memilih perawat sebagai subyek penelitian. Oleh karena itu, peneliti juga ingin mengkaji coass sebagai subyek penelitian dalam penelitian ini dikarenakan coass juga merupakan tenaga medis terdepan yang nantinya akan menjadi dokter yang akan berinteraksi dengan pasien banyak dan berbagai macam jenis penyakit. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka perlu dirumuskan masalah: 1. Apakah terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene? 2. Berapakah jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : 1. Untuk mengetahui perbedaan nilai angka kuman setelah melakukan tindakan hand hygiene 2. Untuk mengetahui infeksi nosokomial pada beberapa bangsal di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tujuan Khusus : 1. Mengetahui nilai angka kuman antar coass pada beberapa bangsal setelah melakukan tindakan hand hygiene 8 2. Mengetahui nilai angka kuman antar perawat pada beberapa bangsal setelah melakukan tindakan hand hygiene 3. Mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene pada beberapa bangsal D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu menambah pengetahuan tentang perilaku hand hygiene dan infeksi nosokomial. Serta untuk proses pembelajaran yang bisa dikembangkan dalam proses pencegahan infeksi nosokomial. 2. Manfaat penelitian ini bagi klinisi yaitu dapat mengetahui pentingnya mencuci tangan dan dapat melakukan serta menerapkan perilaku mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis terhadap pasien. 3. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah memberikan informasi tentang pentingnya mencuci tangan untuk mencegah berbagai macam penyakit karena infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. 4. Manfaat penelitian ini bagi rumah sakit adalah memberikan informasi tentang kejadian infeksi nosokomial serta upaya penanganan dan pencegahan infeksi di rumah sakit. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang cuci tangan dan angka kuman sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh: 9 1. Meila dengan judul “Hubungan Perilaku Cuci Tangan Perawat dengan Angka Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial”. Penelitian dilakukan secara analitik observasional dengan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara perilaku mencuci tangan perawat dengan angka bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial. 2. Pinter dengan judul “Perbandingan Efektifitas Cuci Tangan Menggunakan Alkohol 70%, Sabun dan Irgasan DP 300 terhadap Penurunan umlah Bakteri”. Penelitian dilakukan secara randomized control trial dengan dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah cuci tangan menggunakan antiseptik alkohol Pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah menggunakan metode analitik observasional dengan membandingkan beberapa bangsal (bangsal bedah, bangsal anak, bangsal obsgyn, bangsal dalam, poli mata dan poli syaraf) untuk mengetahui angka kuman pada coass dan perawat serta untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Definisi Istilah infeksi nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos (penyakit) dan komeion (merawat). Nosocomion (atau menurut Latin, nosocomium) berarti tempat untuk merawat atau rumah sakit (Darmadi, 2008). Secara umum definisi infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit, tetapi bukan timbul ataupun pada stadium inkubasi pada saat masuk rumah sakit, atau merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit sebelumnya (Soedarmo dkk, 2008). Infeksi nosokomial mewakili risiko utama untuk keselamatan pasien dan berkontribusi terhadap penderitaan, perpanjangan tinggal di rumah sakit, biaya dan kematian (Sax H, et al., 2007). Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki ciri-ciri: a. Pada waktu penderita mulai dirawat dirumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan 11 d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial (Darmadi, 2008). 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya infeksi nosokomial Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita (infeksi endogen) maupun luar tubuh (infeksi eksogen). Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat baru. Menurut Darmadi (2008), faktor intrinsik meliputi umur, kondisi umum penderita, risiko terapi serta adanya penyakit lain. Sedangkan faktorfaktor luar (extrinsic factor) yang berpengaruh dalam insidensi infeksi nosokomial adalah sebagai berikut: 1) Petugas pelayanan medis Dokter, perawat, bidan, coass, tenaga laboratorium, dan sebagainya. 2) Peralatan dan material medis Jarum, kateter, instrumen, respirator, kain atau doek, kassa, dan lain-lain. 12 3) Lingkungan Berupa lingkungan internal seperti ruangan atau bangsal perawatan, kamar bersalin, dan kamar bedah. Sedangkan lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat pembuangan sampah atau pengolahan limbah. 4) Makanan atau minuman Hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita. 5) Penderita lain Keberadaan penderita lain dalam satu kamar/ruangan/bangsal perawatan dapat merupakan sumber penularan. 6) Pengunjung atau keluarga Keberadaan tamu/keluarga dapat merupakan sumber penularan. Pasien rawat inap sering mendapat mendapat flora endogen sekunder di rumah sakit. Tersering flora ini berasal dari pasien lain melalui petugas rumah sakit. Makanan, air minum, dan sumber bakteri dari lingkungan memegang peran yang lebih kecil dalam penyebaran patogen nosokomial. Kebanyakan infeksi nosokomial adalah autochthonous (berasal dari flora endogen pasien), tetapi infeksi silang antara pasien yang dirawat juga dapat terjadi. Infeksi silang (crossinfection) dapat terjadi melalui penularan langsung (kontak atau udara) atau tidak langsung (orang ke benda ke orang, atau benda ke orang) (Soedarmo dkk, 2008). 13 Faktor-faktor yang mendukung terjadinya infeksi nosokomial: a. Peningkatan jumlah orang yang rentan di rumah sakit (orang berusia lanjut, orang yang tak berdaya, atau pasien dengan imunosupresi) b. Peningkatan penggunaan prosedur invasif (misalnya pemasangan jalur vena, bantuan ventilasi) atau supresi sistem imun c. Peningkatan pergerakan pasien antar bangsal akibat tekanan di tempat tidur d. Penggunaan antibiotik lebih luas dan timbulnya strain resisten (Mandal, et al, 2008). Pada dasarnya setiap penderita yang sedang dirawat di ruangan/bangsal perawatan manapun dapat terjangkit infeksi nosokomial, namun intensitas perhatian lebih banyak ditujukan pada: 1) Ruangan/bangsal perawatan anak Berbagai faktor peluang terjadinya infeksi nosokomial antara lain: a. Umur balita adalah umur rentan b. Adanya tindakan invasif seperti terpasangnya set infus/cairan infus, atau tranfusi darah c. Mobilitas yang tinggi dari penderita (digendong oleh orang tua/keluarga yang bebas pergi ke mana saja) d. Penunggu/keluarga yang bebas keluar-masuk e. Padatnya jumlah penderita yang ruangan/bangsal (Darmadi, 2008). 14 dirawat dalam satu 2) Ruangan/bangsal perawatan penyakit menular Penderita yang dirawat di ruangan/bangsal perawatan ini mempunyai potensi menularkan penyakit, jadi penderita-penderita berperan sebagai reservoir mikroba patogen. Penyebaraan mikroba patogen melalui produk infeksius penyakit seperti sputum, sekreta/ekskreta, darah, urine, atau feses. Hal ini tentunya berisiko menular terhadap penderita lain, apabila: a. Penanganan produk infeksius tersebut tidak prosedural b. Tidak/kurang adanya penyuluhan kesehatan bagi penderita atau keluarganya c. Jumlah penderita yang sedang dirawat melebihi kapasitas tempat tidur yang tersedia. 3) Ruangan/bangsal perawatan khusus Penderita yang dirawat pada tempat khusus ini harus dilindungi dari kemungkinan tertular, dilandasi oleh berbagai faktor: a. Pemulihan kesehatannya memerlukan waktu yang cukup lama, dengan keadaan umum yang buruk b. Komplikasi yang timbul dari penyakit dasar cukup berat, di mana juga memerlukan terapi atau tindakan medis tersendiri c. Dapat dipastikan adanya penyakit lain yang menyertai penyakit dasar d. Beban mental/psikologis penderita (Darmadi, 2008). 15 Contoh kasus yang harus dirawat pada ruangan/bangsal khusus ini antara lain: a. Diabetes militus dengan komplikasi gangren b. Steven-Johnson syndrome c. Luka bakar yang cukup luas d. HIV/AIDS e. Kanker pada stadium lanjut, dan lain-lain 4) Ruangan/bangsal perawatan intensif Pada ruangan/bangsal ini dirawat penderita dengan kondisi yang memerlukan perhatian istimewa, misalnya: a. Penderita yang berada dalam keadaan kritis b. Penderita yang sewaktu-waktu memerlukan tindakan medis akut c. Penderita yang menggunakan berbagai alat bantu medis d. Penderita yang membutuhkan pemantauan monitoring tandatanda vital secara terus menerus (Darmadi, 2008). 3. Pencegahan Infeksi Nosokomial Cuci tangan adalah prosedur terpenting dalam pencegahan infeksi nosokomial (Barbara C.C. Lam, 2004). Cuci tangan adalah tindakan sederhana, tetapi kurangnya kepatuhan diantara penyedia layanan kesehatan adalah masalah di seluruh dunia (WHO, 2009). Mencuci tangan (dengan sabun dan air, atau desinfeksi menggunakan alcohol-based hand rub) dianggap ukuran paling penting untuk 16 mencegah infeksi nosokomial dan penyebaran dari patogen antimikroba resisten (Erasmus, et al., 2010). Inti dari pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah pada masalah perkembangbiakan mikroba patogen pada reservoir serta penyebarannya dari reservoir ke pejamu (penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan). Langkah-langkah yang harus dilakukan petugas ruangan/bangsal perawatan antara lain: a. Menjaga agar ruangan/bangsal perawatan selalu terjaga kebersihannya, serta memerhatikan ventilasi dan pencahayaannya b. Peralatan medis dan peralatan nonmedis yang tersedia dalam ruangan/bangsal perawatan harus siap pakai, dalam keadaan bersih, dan tetap terjaga sterilitasnya c. Mencegah perilaku dengan tindakan yang tidak higienis dan atau tidak aseptik d. Mengenal diagnosis penyakit dari penderita terutama yang rawan terjangkit infeksi nosokomial e. Mengenal tindakan-tindakan invasif yang berpotensi dapat menimbulkan infeksi nosokomial f. Mencegah terjadinya infeksi silang di antara penderita-penderita yang dirawat dalam satu ruangan/bangsal perawatan (Darmadi, 2008). B. Cuci Tangan 1. Definisi 17 Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (DepKes RI dalam Novi Hediyani, 2012). Kebersihan tangan adalah elemen inti untuk melindungi pasien terhadap infeksi nosokomial. Mencuci tangan dengan cara menggosok tangan menggunakan alkohol (alcohol-based) adalah prosedur yang sederhana dan ringan yang membutuhkan hanya beberapa detik (Sax H, et al., 2007). Tujuan mencuci tangan merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi (CDC, 2012). Karena penularan penyakit dapat terjadi ketika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangan dengan benar kemudian langsung menyentuh atau mengolah makanan dan makanan tersebut dikonsumsi orang lain. Mencuci tangan juga dapat menurunkan bioburden (jumlah mikroorganisme) pada tangan dan untuk mencegah penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien, tenaga perawatan kesehatan dan peralatan (Schaffer, 2000). Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh (Musadad, dkk, 1993) yaitu perilaku cuci tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat menunjukkan bahwa sebagian besar petugas tersebut tidak melaksanakan cuci tangan. Hal ini terlihat pada waktu petugas akan memeriksa pasien, baik saat pertama kali atau pergantian dari pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada umumnya mencuci tangan setelah selesai melakukan pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat 18 memicu terjadinya infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare Associated Infection (HAIs). 2. Indikasi Mencuci Tangan Indikasi mencuci tangan menurut World Health Organization adalah: a. Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, dengan atau tidak menggunakan sarung tangan. b. Segera setelah melepas sarung tangan (gloves). c. Sebelum menangani peralatan invasif. d. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi, bahkan jika menggunakan sarung tangan. e. Selama perawatan pasien, ketika berpindah dari yang terkontaminasi ke tubuh pasien. f. Setelah bersentuhan dengan benda-benda mati di sekitar pasien (WHO, 2006). Indikasi mencuci tangan menurut World Health Organization dalam “My 5 Moments for Hand Hygiene”, yaitu: a. Sebelum menyentuh pasien b. Sebelum prosedur aseptik c. Setelah terekspore cairan tubuh d. Setelah menyentuh pasien e. Setelah menyentuh benda-benda di sekeliling pasien 19 'My five moments for hand hygiene': a user-centred design approach to understand, train, monitor and report hand hygiene (Sax H, et al, 2007). 3. Cara Mencuci Tangan Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air (durasi 40-60 detik): 1) Membasuh tangan dengan air mengalir 2) Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan 3) Menggosok kedua tangan memutar 4) Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu pula sebaliknya 5) Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan 6) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci 7) Menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya 20 9) Menggosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan melakukan sebaliknya 10) Membilas kedua tangan dengan air 11) Mengeringkan dengan handuk sekali pakai 12) Mematikan kran dengan handuk (WHO, 2009) (WHO, 2009) 21 C. Prosedur laboratorium infeksi nosokomial Infeksi nosokomial sangat berkaitan dengan keberadaan mikroba patogen, oleh karena itu peran laboratorium mikrobiologi rumah sakit sangat menentukan. Proses pemeriksaan yang dilakukan menuntut dua persyaratan (Darmadi, 2008) : 1. Ketelitian kerja Mikroba patogen yang ditemukan baik melalui pemeriksaan mikroskopis maupun melalui biakan/kultur adalah mikroba patogen yang benar-benar bersumber dari spesimen. Jadi dalam hal ini dituntut ketelitian kerja untuk menghindari adanya kemungkinan kontaminasi yang dapat mengacaukan hasil laboratorium. 2. Kecepatan laporan Dengan adanya informasi tentang macam mikroba patogen yang ditemukan dan segera dilaporkan, maka akan ada tindakan-tindakan yang bersifat korektif, khususnya terhadap pemberian antibiotik. Kegiatan laboratorium mikrobiologi meliputi: a. Identifikasi secara tepat mikroba patogen penyebab infeksi nosokomial b. Mengerjakan tes kepekaan c. Melacak jenis mikroba patogen pencemar yang ada disetiap unit kerja/lingkungan rumah sakit, khususnya ruangan/bangsal/kamar perawatan d. Pemeriksaan mikrobiologi terhadap petugas (Darmadi, 2008). 22 Untuk memperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi yang optimal, maka banyak hal yang perlu diperhatikan (Darmadi, 2008): a. Mikroba patogen pencemar yang berada di ruang kerja laboratorium mikrobiologi telah benar-benar dapat di eliminasi b. Cara pengambilan, penampungan, dan pengiriman spesimen harus benar c. Prosedur kerja pemeriksaan identifikasi mikroba patogen telah sesuai dan dapat diselesaikan dalam waktu sesingkat mungkin. Spesimen diperoleh dari penderita yang sedang dalam perawatan di ruangan/bangsal. Spesimen yang diperoleh dalam bentuk darah, urine, pus, dahak, feses, jaringan mati dekubitus/kulit, dan lain-lain. Terkait dengan pemeriksaan mikrobiologi, tugas pokok laboratorium mikrobiologi adalah: 1. Menentukan mikroba patogen sebagai penyebab penyakit infeksi 2. Menetapkan antibiotik yang tepat untuk menanggulangi infeksi melalui tes resistensi (Darmadi, 2008). Untuk memperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi yang maksimal, spesimen hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Jumlah spesimen harus cukup untuk seluruh prosedur pemeriksaan 2. Spesimen harus mewakili proses infeksi, misalnya: sputum, pus dari luka, usapan dari luka bagian dalam 3. Usahakan spesimen tidak terkontaminasi dengan menggunakan alat steril dan aseptik 23 4. Spesimen harus cepat dibawa ke laboratorium untuk diperiksa 5. Sebaiknya spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik (Darmadi, 2008). D. Metode pemeriksaan angka kuman Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Pengukuran menggunakan bilik hitung (counting chamber) Pada pengukuran ini, untuk bakteri digunakan bilik hitung Petroff Hausser, sedangkan untuk mikroorganisme eukariot digunakan hemositometer. Keuntungan menggunakan metode ini adalah mudah, murah, dan cepat, serta bisa diperoleh informasi tentang ukuran dan morfologi mikroorgansime. Kerugiannya adalah populasi mikroorganisme yang digunakan harus banyak (minimum berkisar 106 CFU/mL), karena pengukuran dengan volume dalam jumlah sedikit tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati, serta kesulitan menghitung sel yang motil (Pratiwi, 2008). b. Pengukuran menggunakan electronic counter Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil (orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tahanan listrik (ditandai dengan naiknya tahanan) pada saat bakteri melalui orifice. Pada saat 24 inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya adalah metode ini tidak bisa digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan debris, filamen, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi, 2008). c. Pengukuran dengan plating technique Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah, dan memproduksi satu koloni tunggal. Satuan penghitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plate dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah, dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dan dapat digunakan untuk menghitung mikroorgansime pada sampel makanan, air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus digunakan media yang sesuai dan penghitungannya yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel (Pratiwi, 2008). 25 E. Standar angka kuman di tangan Jumlah mikroorganisme pada tangan sebelum cuci tangan menurut referensi adalah: Lokasi pada tangan Kepadatan mikroorgansime 1. Dibawah kuku jari 61.368 CFU/cm2 2. Telapak tangan 847 CFU/cm2 3. Punggung tangan 250 CFU/cm2 4. Disela jari 223 CFU/cm2 5. Diatas kuku jari 89 CFU/cm2 (Number of Microorganism on Your Hands, 2008) Fakta tentang mencuci tangan (handwashing) : a. Manusia memiliki sekitar 2 hingga 10 juta bakteri di antara ujung jari dan siku. b. Tangan basah menyebarkan kuman 1.000 kali lebih banyak daripada tangan kering. c. Jumlah kuman pada ujung jari bertambah dua kali lipat setelah Anda menggunakan toilet. d. Kuman dapat bertahan hidup di tangan sampai tiga jam. e. Jutaan kuman bersembunyi di balik aksesori yang di kenakan, misalnya di bawah jam tangan, gelang, atau cincin (hand hygiene europe, 2012). 26 Kerangka Konsep Infeksi Nosokomial F.intrinsik : f.ekstrinsik : Pencegahan - umur - tenaga medis - kondisi umum - lingkungan/bangsal - risiko terapi - peralatan medis - adanya penyakit lain - makanan /minuman Hand hygiene - penderita lain Tenaga Medis Coass Angka Kuman Perawat Bangsal bedah Bangsal dalam Bangsal obsgyn Bangsal anak Poli Mata Poli Syaraf Angka Kuman Keterangan: --------- : tidak dilakukan Hasil : dilakukan 27 Angka Kuman Hipotesis 1. Terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene 2. Jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene adalah < 847 CFU/cm2 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. B. Populasi dan Sampel 1) Populasi dalam penelitian ini adalah coass dan perawat yang bertugas di poliklinik dan bangsal rawat jalan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2) Sampel dalam penelitian ini adalah coass dan perawat yang berada di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli mata dan poli syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta antara bulan Juni-September 2013 sebanyak 48 responden. 3) Cara pengambilan sampel dan besar sampel yaitu ditentukan dengan cara quota sampling untuk perawat dan total sampling untuk coass. 4) Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk pengambilan sampel swab telapak tangan coass dan perawat dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk pemeriksaan angka kuman. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-September 2013. 5) Kriteria inklusi dan ekslusi a. Kriteria inklusi: 29 1. Petugas medis (coass dan perawat) yang beraktivitas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli mata, dan poli syaraf. 2. Petugas medis (coass dan perawat) yang melakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan medis. 3. Petugas medis (coass dan perawat) yang bersedia mengikuti penelitian. b. Kriteria eksklusi: Petugas medis (coass dan perawat) yang menolak untuk ikut dalam penelitian. C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel penelitian 1. Variabel bebas : tindakan cuci tangan coass dan perawat 2. Variabel terikat : angka kuman pada telapak tangan coass dan perawat Definisi Operasional 1. Perilaku mencuci tangan adalah tindakan untuk membersihkan tangan dari segala macam mikroorganisme menggunakan sabun dan dibilas pada air yang mengalir. Tujuan mencuci tangan adalah untuk menurunkan jumlah mikroorganisme pada tangan dan untuk mencegah penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien, tenaga perawatan kesehatan dan peralatan. 30 2. Angka kuman adalah jumlah bakteri yang dihitung pada perbenihan media TSA dengan satuan Coloni Forming Unit (CFU)/cm2 dengan menggunakan metode streak plate. 3. Perawat adalah tenaga paramedis yang membantu melakukan tindakan keperawatan yang bermitra dengan tenaga medis dan mempunyai tugas untuk melakukan tindakan medis di bangsal dan poliklinik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Perawat dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli mata, dan poli syaraf. 4. Coass adalah mahasiswa kedokteran yang telah memiliki gelar sebagai Sarjana Kedokteran dan sedang menjalankan pendidikan profesi untuk mendapatkan gelar dokter. Coass dalam penelitian ini adalah coass yang bertugas di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli mata, dan poli syaraf. D. Instrumen Penelitian Alat : kapas lidi steril, lampu spiritus, inkubator, korek api, petri disk, tissue/lap, spidol permanent, tabung reaksi, ose, counter Bahan : medium TSA, larutan NaCl fisiologis, sabun cair E. Cara Pengumpulan Data I. Langkah-langkah pengambilan sampel: 1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 31 2) Mengambil sampel swab di telapak tangan responden setelah melakukan cuci tangan seluas 2x2cm dengan kapas lidi steril kemudian dimasukkan kedalam NaCl steril 1 ml. 3) Sampel selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menghitung angka kuman. II. Langkah-langkah pemeriksaan angka kuman Pemeriksaan angka kuman dengan metode streak plate dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengambil satu ose steril standar dan kemudian dimasukkan ke dalam cairan sampel. 2) Mengambil sampel dengan ose standar yang steril. Selanjutnya digoreskan pada media TSA seperti pada gambar: 3) Dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. 4) Setelah diinkubasi, koloni yang tumbuh pada media TSA dihitung jumlahnya. 5) Perhitungan angka kuman menurut rumus sebagai berikut: Angka Kuman = n x 0,02 x 500 CFU/ml/4cm2 32 Keterangan: n adalah jumlah koloni yang dihitung. Karena dalam penghitungan menggunakan luas permukaan dalam sentimeter (cm2) yaitu 4cm2. F. Analisa Data Setelah melakukan penelitian, data yang diperoleh dari percobaan akan disajikan dengan membuat tabel yang berisi angka kuman pada coass dan perawat. Untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat dilakukan analisis data menggunakan Mann-Whitney test. G. Etika Penelitian Peneliti tetap menjaga hak-hak responden untuk ikut dalam penelitian dan tidak ada paksaan untuk mengikuti penelitian. H. Kesulitan Penelitian Kesulitan yang dihadapi saat melakukan penelitian adalah terjadinya kontaminasi. Kontaminasi ini terjadi jika kurang memperhatikan kesterilan alat dan lingkungan pada saat penelitian. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene menggunakan 48 sampel, yaitu 24 sampel coass dan 24 sampel perawat. Masing-masing responden dimintai inform consent secara lisan untuk persetujuan dilakukannya penelitian. A. HASIL Dari hasil penelitian pada 24 coass dan 24 perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data : Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Jenis Kelamin Jumlah Coass Jumlah Perawat 1. Laki-laki 11 2 2. Perempuan 13 22 24 24 Jumlah Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Lama Kerja Jumlah Coass Jumlah Perawat 1. 1-2 bulan 6 23 2. 3-4 bulan 3 0 3. 5-6 bulan 0 0 4. 7-8 bulan 6 1 5. >8 bulan 9 0 34 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Coass dan Perawat berdasarkan Bangsal/Poli di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Bangsal / Poli Jumlah Coass Jumlah Perawat 1. Peny.Dalam 4 11 2. Ibnu Sina 7 6 3. Raudah 0 2 4. Sakinah 0 3 6. Poli mata 2 0 7. Poli bedah 6 1 8. Poli obsgyn 1 1 9. Poli syaraf 4 0 Perbedaan jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Coass berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Angka kuman/cm2 1. 0-500 CFU/cm2 15 62,5% 2. 501-1000 CFU/cm2 5 20,83% 3. 1001-1500 CFU/cm2 2 8,33% 4. >1500 CFU/cm2 2 8,33% Jumlah Coass Dalam Persen Pada tabel di atas dapat dilihat paling banyak coass memiliki angka kuman 0-500 CFU/cm2 yaitu 62,5% setelah melakukan cuci tangan. 35 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Angka kuman/cm2 Jumlah Perawat 1. 0-100 CFU/cm2 12 50 % 2. 101-200 CFU/cm2 4 16,67% 3. 201-300 CFU/cm2 4 16,67% 4. 301-400 CFU/cm2 3 12,5% 5. 401-500 CFU/cm2 1 4,17 % Dalam Persen Pada tabel di atas dapat dilihat paling banyak perawat memiliki angka kuman 0-100 CFU/cm2 yaitu 50% setelah melakukan cuci tangan. Tabel 4.6 Jumlah Mikroorganisme pada Tangan Sebelum Cuci Tangan Menurut Referensi: Lokasi pada tangan Kepadatan mikroorgansime 1. Dibawah kuku jari 61.368 CFU/cm2 2. Telapak tangan 847 CFU/cm2 3. Punggung tangan 250 CFU/cm2 4. Disela jari 223 CFU/cm2 5. Diatas kuku jari 89 CFU/cm2 ( Number of Microorganisme on Your Hands, 2008) Pada tabel di atas dapat dilihat angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan cuci tangan telah sesuai berdasarkan tabel angka kuman menurut referensi. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah angka kuman pada coass dan perawat, dilakukan analisis data pada data yang diperoleh 36 menggunakan spss 17 dengan terlebih dahulu menguji distribusi data normal ataukah tidak normal yaitu seperti tabel dibawah ini: Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova tenaga angka kuman Shapiro-Wilk medis Statistic df Sig. Statistic df Sig. koas .251 24 .000 .746 24 .000 perawat .207 24 .009 .882 24 .009 a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan hasil test of normality, jumlah sampel yang digunakan adalah 48 sampel (kurang dari 50) sehingga test of normality nya dilihat pada bagian Shapiro-Wilk. Dari tabel didapatkan nilai significansi atau nilai probabilitas pada koas 0,000 dan perawat 0,009 (nilai p<0,05) yang artinya bahwa distribusi data tidak normal, sehingga analisis data menggunakan turunan dari independent sample t-test, yaitu Mann-Whitney Test. Mann-Whitney Test Ranks tenaga angka kuman medis N Mean Rank Sum of Ranks koas 24 30.60 734.50 perawat 24 18.40 441.50 Total 48 37 Test Statisticsa angka kuman Mann-Whitney U 141.500 Wilcoxon W 441.500 Z -3.022 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 a. Grouping Variable: tenaga medis Berdasarkan tabel di atas, nilai p=0,003 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara bangsal atau poliklinik dengan angka kuman, dilakukan analisis data menggunakan korelasi, dengan hasil sebagai berikut: Correlations kategori Spearman's rho kategori Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N angkakuman Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 38 angkakuman 1.000 .482** . .001 48 48 .482** 1.000 .001 . 48 48 Berdasarkan tabel korelasi di atas, nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara bangsal tempat coass dan perawat bertugas dengan kekuatan korelasi sedang (r=0,482). Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama kerja coass dan perawat dengan angka kuman yang dihasilkan, dilakukan analisis menggunakan korelasi dengan hasil sebagai berikut: Correlations lama kerja Spearman's rho lama kerja Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N angkakuman Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N angkakuman 1.000 .392** . .006 48 48 .392** 1.000 .006 . 48 48 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan tabel korelasi di atas, nilai p=0,257 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara lama kerja coass dan perawat dengan kekuatan korelasinya lemah (r=0,392). B. PEMBAHASAN Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa setelah cuci tangan, jumlah kuman pada coass dan perawat telah sesuai dengan tabel referensi yang ada. Tabel angka kuman didapatkan dari referensi. 39 Berdasarkan analisis data yang dilakukan, paling banyak coass memiliki angka kuman 0-500 CFU/cm2 yaitu 62,5% setelah melakukan cuci tangan dan paling banyak perawat memiliki angka kuman 0-100 CFU/cm2 yaitu 50 % setelah melakukan cuci tangan. Kemudian dilakukan olah data dengan Mann-Whitney test dengan hasil terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Perbedaan jumlah angka kuman pada coass dan perawat bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya lama kerja, aktivitas yang dilakukan, bangsal tempat bertugas, durasi mencuci tangan, pengetahuan dan pengalaman. Infeksi nosokomial dapat ditransmisikan antara pasien yang berada di rumah sakit dengan tenaga kesehatan atau tenaga medis termasuk koas dan perawat. Pasien yang ditangani oleh tenaga medis (khususnya koas dan perawat) dengan pelatihan dan pengetahuan yang kurang merupakan risiko tinggi untuk terjadinya kontak dengan infeksi nosokomial (HCAIs). Tingkat pengetahuan dan ketrampilan koas dan perawat dipengaruhi oleh sumber belajar seperti kuliah formal, pengalaman waktu bertugas, hospital guidelines, dan artikel sains (Huang, et al, 2013). Lama kerja koas dan perawat pada data yang didapatkan peneliti, tidak berpengaruh pada angka kuman yang dihasilkan. Hal ini mungkin berkaitan dengan langkah-langkah mencuci tangan yang tidak sesuai dengan referensi yang ada sehingga angka kuman yang dihasilkan juga 40 berbeda. Berdasarkan analisis spss menggunakan korelasi menunjukkan bahwa lama kerja coass dan perawat tidak berpengaruh, dibuktikan dengan nilai p=0,257 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara lama kerja coass dan perawat serta kekuatan korelasinya (r) = 0,241 yang artinya kekuatan korelasinya lemah. Aktivitas yang dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis di bangsal juga akan mempengaruhi hasil angka kuman. Semakin padatnya aktivitas yang dilakukan akan mempengaruhi jumlah mikroorganisme yang ada di tangan. Berdasarkan hasil yang didapatkan peneliti, angka kuman pada perawat cenderung lebih rendah daripada coass karena kemungkinan perawat banyak melakukan tindakan medis sehingga lebih sering untuk melakukan cuci tangan. Berdasarkan analisis spss menggunakan korelasi menunjukkan bahwa bangsal tempat coass dan perawat bertugas berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan, dibuktikan dengan nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara bangsal tempat coass dan perawat bertugas dengan kekuatan korelasinya (r) = 0,482 yang artinya kekuatan korelasinya sedang. Sikap perawat dan koas yang baik dalam mencegah infeksi nosokomial dapat meningkatkan perilaku perawat dan koas dalam melaksanakan universal precaution. Pengetahuan perawat dan koas tentang infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap sikap yang ditunjukkan perawat dan koas terhadap upaya pencegahan secara menyeluruh (universal precaution), sedangkan sikap tidak mendukung 41 perawat ataupun koas dalam upaya universal precaution sering ditunjukkan dengan sikap tidak peduli dan mengesampingkan cuci tangan setelah melakukan tindakan medis karena menganggap tidak kotor, atau bahkan mencuci tangan tetapi tidak sesuai dengan referensi yang dianjurkan oleh WHO. Banyak koas dan perawat yang mengetahui prosedur hand hygiene yang benar menurut referensi, tetapi pada kenyataannya banyak dari mereka tidak mengikuti referensi pada waktu melakukan cuci tangan sehingga angka kuman yang dihasilkan juga berbeda atau tidak sama satu dengan yang lainnya (Huang et al, 2013). Pengalaman melakukan cuci tangan juga berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan. Semakin sering tenaga medis dan paramedis melakukan cuci tangan, maka pengalaman semakin banyak sehingga tingkat kesadaran akan universal precaution terhadap infeksi nosokomial juga semakin tinggi. Faktor tentang durasi atau lamanya mencuci tangan juga berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan. Mencuci tangan sesuai durasi yang telah ada dan ditetapkan oleh WHO, yaitu 40-60 detik dapat menurunkan jumlah angka bakteri di tangan (Lucet et al, 2002). Rekomendasi optimal dari durasi mencuci tangan kurang lebih 30 detik sampai 1 menit (Girou, et al, 2002). Tangan tenaga medis merupakan wahana yang paling umum untuk penularan patogen kesehatan terkait dari pasien ke pasien dan dalam 42 lingkungan kesehatan. Hal ini sangat memudahkan terjadinya kontak dengan mikroorganisme dan mentransfernya ke objek lain (Allegranzi & Pittet, 2009). Dari hasil analisis penelitian yang saya dapatkan, terdapat perbedaan angka kuman pada coas dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Pada coass didapatkan hasil angka kuman tertinggi adalah 0-500 CFU/cm2 yaitu sebesar 62,5% setelah melakukan cuci tangan, sedangkan pada perawat angka kuman tertinggi adalah 0-100 CFU/cm2 yaitu sebesar 50%. Jika dibandingkan dengan penelitian dari Meila Supeni dengan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna secara statistik antara perilaku atau teknik cuci tangan perawat dengan angka bakteri (p>0,05). Hasil yang berbeda dari penelitian kami dapat disebabkan oleh bebarapa faktor. Faktor tersebut ada yang berasal dari dalam (coass dan perawat) dan faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Faktor dari dalam (coass dan perawat) bisa disebabkan oleh lama kerja, durasi mencuci tangan, aktivitas yang dilakukan, pengetahuan dan pengalaman, serta perilaku atau teknik cuci tangan. Sedangkan faktor dari luar berupa terjadinya kontaminasi dari lingkungan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pinter Hartono, dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum 43 dan sesudah cuci tangan menggunakan antiseptik alkohol (p<0,05). Hal ini sebanding dengan penelitian yang saya lakukan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Perbedaan angka kuman bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya lama kerja, durasi mencuci tangan, aktivitas yang dilakukan, dan tingkat pengetahuan dari tenaga medis dan paramedis. Lama kerja koas dan perawat pada data yang didapatkan peneliti, tidak berpengaruh pada angka kuman yang dihasilkan. Berdasarkan analisis spss menggunakan korelasi menunjukkan bahwa lama kerja coass dan perawat tidak berpengaruh, dibuktikan dengan nilai p=0,257 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara lama kerja coass dan perawat serta kekuatan korelasinya (r) = 0,241 yang artinya kekuatan korelasinya lemah. Selain lama kerja, bangsal tempat coass dan perawat bertugas berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan, dibuktikan dengan nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara bangsal tempat coass dan perawat bertugas dengan kekuatan korelasinya (r) = 0,482 yang artinya kekuatan korelasinya sedang. 44 Gambar Hasil pengkulturan bakteri setelah cuci tangan 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene (p= 0,003 atau p<0,05). 2. Jumlah angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand hygiene berkisar antara <847 CFU/cm2 sampai dengan >1500 CFU/cm2 sedangkan jumlah angka kuman pada perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2 B. SARAN a. Perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu dengan menambah sampel dan melakukan pengulangan pada tiap sampel. b. Perlu diperhatikan adanya kontaminasi sebelum dilakukan inkubasi. c. Perlu informasi yang benar kepada petugas medis dan paramedis tentang tindakan cuci tangan dan pentingnya melakukan tindakan cuci tangan. 46 d. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan supporting staff di rumah sakit (dokter yang bertugas, gizi, laboran, dll ). 47 DAFTAR PUSTAKA Allegranzi, B., Pittet, D. 2009. Role of hand hygiene in healthcare-associated infection prevention. Journal of Hospital Infection, 73, 305-315. Diakses 12 november 2013 dari www.elseiverhealth.com/journals/jhin. Barbara C.C. Lam, M. F. (2004). Hand Hygiene Practices in a Neonatal Intensive Care Unit: A Multimodal Intervention and Impact on Nosocomial Infection. Official Journal of The American Academy of pediatrics. Diakses 10 April 2013, dari http://pediatrics.aappublications.org/content/114/5/e565.full. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Hand Hygiene in Healthcare Settings. Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 08 April 2013 dari http://www.cdc.gov/handhygiene/Basics.html. Centers for Disease Control and Prevention. (2012). Hand Hygiene Basics. Centers for Disease Control and Prevention. Diakses 09 April 2013, dari http://www.cdc.gov/handhygiene/Basics.html Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Medika. DepKes RI dalam Novi Hediyani. (2012). Manfaat Mencuci Tangan bagi Kesehatan. Diakses 08 April 2013, dari http://www.dokterkuonline.com/index.php/article/88-manfaat-mencuci-tangan-bagi-kesehatan Erasmus, Vicki., Daha, Thea J., Brug, Hans., Richardus, Jan H., Behrendt, M., Vos, M., et al. (2010). Systematic Review of Studies on Compliance with Hand Hygiene Guidelines in Hospital Care. Chicago Journal. Diakses 26 April 2013 dari http://www.jstor.org/stable/pdfplus/10.1086/650451.pd f?acceptTC=true. Erasmus, Vicki., Daha, Thea J., Brug, Hans., Richardus, Jan H., Behrendt, M., Vos, M., et al .(2010). Systematic Review of Studies on Compliance with Hand Hygiene Guidelines in Hospital Care. Chicago Journal. , http://www.jstor.org/stable/10.1086/650451. Garner dan Favero dalam Bermen. (1998). Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb. Diakses 30 Maret 2013, dari http://books.google.co.id/books?id=9tLaDcEaV7wC&pg=PA2&dq=cuci+ta ngan&hl=en&sa=X&ei=wspaUf3PHMeGrAfTsoCACw&redir_esc=y#v=on epage&q=cuci%20tangan&f=false Girou, E., Loyeau, S., & Buisson, C. (2002). Efficacy of handrubbing with alcohol based solution versus standard handwashing with antiseptic soap: randomised clinical trial. Diakses 14 oktober 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC117885 48 hand hygiene europe. (2012). Diakses 04 April 2013, dari hand hygiene europe: http://www.handhygieneeurope.com/acatalog/Information_facts_and_figure s.html Hartono, P. (2007). Perbandingan efektivitas cuci tangan menggunakan alkohol 70%, sabun dan irgasan dp 300 terhadap penurunan jumlah bakteri. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta Huang, Yuanchun., Xie, Wenni., Zeng, Jun., et al. 2013. Limited knowledge and practice of Chinese medical students regarding health-care associated infections. J Infect Dev Ctries, 7(2):144-151 Lankford, Marry, et al. (2003). Influence of Role Models and Hospital design on the Hand Hygiene of Health-Care Workers. Emerging Infectious Disease, 217-223. Diakses 14 Mei 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc /articles/PMC2901948/#!po=76.3158 Lucet, J.C, et al. (2002). Hand contamination before and after different hand hygiene techniques: a randomized clinical trial. Journal of Hospital Infection, 276-280. Diakses 15 oktober 2013 dari http://medisafe.ph/articles/Article.Hand%20contamination.pdf Mandal, B., et al. (2008). Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series. Musadad, D. Anwar, et al. (1993). Kebiasaan cuci tangan petugas rumah sakit dalam pencegahan infeksi nosokomial. Cermin Dunia Kedokteran No. 82. Number of Microorganism on Your Hands. (2008). Number of Microorganism on Your Hands. Dipetik 08 April 2013, dari http://www.handhygiene.net /antisepsis/microorganisms.hands.html Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga Medical Series. Sax H, et al. (2007). About SAVE LIVES: Clean Your Hands. Diakses 04 April 2013, dari http://www.who.int/gpsc/5may/background/5moments/en/index. html Sax H, et al. (2007). ‘My five moments for hand hygiene’:a user-centred design approach to understand, train, monitor and report hand hygiene, Journal of Hospital Infection., 67, 9-21. Schaffer, g. h. (2000). Pencegahan infeksi dan praktik yang aman. Jakarta: EGC. Soedarmo, dkk. (2008). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd.ed). Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 49 Supeni, M. (2006). Hubungan perilaku cuci tangan perawat dengan angka bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta Suwarni, A. (2001). Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial yogyakarta . World Health Organization. (2006). Health-care facility recommendations for standard precautions key elements at a glance. European Tissue Symposium. Diakses 06 April 2013, dari http://www.europeantissue.com/wp-content/uploads/World-HealthOrganization-Hands-Washing-Instructions.pdf World Health Organization. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: a Sumary. Diakses 07 Juni 2013, dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf Zulkarnain. (2009). Infeksi Nosokomial. Jakarta: Interna Publishing. 50 LAMPIRAN Data hasil angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Nama 1. 2. Reni Aji 3. Priya Bangsal Lama Kerja Aktivitas 8 bulan 9,5 bulan Follow up Mengantar pasien post op Follow up, asisten dokter di poli Perawatan bayi Follow up Follow up Follow up Asisten op Asisten op Asisten op di OK Asisten op Asisten op, medikasi luka di poli, follow up pasien bangsal Vital sign Vital sign Follow up Vital sign Follow up Vital sign Vital sign Vital sign Vital sign Pemeriksaan mata Pemeriksaan mata Vital sign 9 bulan Anak 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Waskito Dwi Fauziyah Maya Charly Ramdhan Ali Fasha Dimas 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Arutala Firman Fara Novita Bianda Harry Tejo Shintia Dian Annisa Arif Agung Bedah Interna Syaraf Mata Obsgyn 8 bulan 9 bulan 1 bulan 1 bulan 8 bulan 8 bulan 1,7 tahun 8 bulan 8 bulan 1 bulan 9,5 bulan 9,5 bulan 9,5 bulan 1 bulan 4 bulan 4 bulan 9 bulan 8 bulan 4 bulan 10 bulan 51 Angka Kuman 860 1100 300 338 75 33 128 573 243 533 85 870 300 108 60 190 40 2320 353 2320 628 1350 300 328 Data hasil angka kuman pada perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta No Nama Bangsal 1. 2. Novi Mey 3. 4. 5. Henty Lila Aulia 6. 7. Nurul Safitri 1 bulan 1 bulan 8. Falita 7 bulan 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Wahyu Vivi Eko Nur Dela Ratna Dewi Lia 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 17. Nindi 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Vika Baiti Dina Harni Ema Anggun Sinta Ibnu Sina Marwah Raudah Sakinah Arafah Poli bedah Poli obsgyn Lama Kerja 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 2 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1,5 bulan 1 bulan 52 Aktivitas Infus, injeksi Infus, nebul, vital sign Infus Infus Infus, melepas kateter Infus, nebul Infus, melepas kateter Mengantar pasien hemodialisa Injeksi Injeksi Injeksi Infus Bersihin feses Nebul Forbeden Mengantar bayi, nyiapin obat Bersihin feses, ganti infus Injeksi EKG EKG EKG, injeksi Vital sign Vital sign Vital sign Angka Kuman 189 46 15 85 123 15 103 152 31 87 40 6 82 128 28 34 102 4 30 130 37 220 148 20