infeksi nosokomial, cuci tangan, angka kuman

advertisement
KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN ANGKA KUMAN PADA COASS DAN PERAWAT SETELAH
MELAKUKAN TINDAKAN HAND HYGIENE
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
PIPIT PUSPITA DEWI
20100310084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
i
HALAMAN PENGESAHAN KTI
PERBEDAAN ANGKA KUMAN PADA COASS DAN PERAWAT SETELAH
MELAKUKAN TINDAKAN HAND HYGIENE
Disusun oleh:
PIPIT PUSPITA DEWI
20100310084
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 18 Januari 2014
Dosen Pembimbing
Dosen penguji
dr. Inayati Habib, M.Kes
dr. Kusbaryanto
NIK: 173025
NIK: 173022
Mengetahui
Kaprodi Pendidikan Dokter
Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
Kesehatan
Universitas Muhammadiyah
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Yogyakarta
dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes
M.Kes
dr. H. Ardi Pramono, Sp.An,
NIK: 173.027
NIK: 173.031
ii
Karya tulis ini kupersembahkan untuk Kedua orangtuaku,
Aiptu Sugiyono dan Eko Budi Hartati, S.E, M.Si
Alm. Kakek atas doanya selama ini untukku
Kedua adikku, Nana Diana P dan Yuda Adipradana
iii
MOTTO
“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya
itu adalah untuk dirinya sendiri.” (Q.S. Al-Ankabut (29) : 6)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Alam Nasyrah 94:6)
Knowledge comes from experience. “Information is not knowledge.
The only source of knowledge is Experience”. (Albert Einstein)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka
melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus
dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak (Ernest Newman)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Muhammad Ali)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah (Thomas Alva Edison)
Follow your curiosity. “I have no special talent. I am only
passionately curious.” (Albert Einstein)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Pipit Puspita Dewi
NIM
: 20100310084
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Fakultas
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 18 Januari 2014
Yang membuat pernyataan,
Tanda tangan
Pipit Puspita Dewi
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat, rahmat, karunia dan
perlindungan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, dan semoga
sampai kepada kita selaku umat yang taat dan patuh terhadap risalah yang dibawa
olehnya.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbandingan Angka Kuman pada
Coass dan Perawat Setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene” disusun untuk
memperoleh gelar derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. dr. Kusbaryanto, M.Kes selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah ini.
3. dr. Inayati Habib, M.Kes selaku dosen pembimbing utama selama proses
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Pak jamhari di laboratorium mikrobiologi UMY yang telah banyak
membantu dalam proses kerja di laboratorium.
vi
5. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral
ataupun materiil serta memberikan doa untuk kelancaran dan kemudahan
dalam melaksanakan penelitian ini.
6. Adikku tercinta Nana Diana Pramudita dan Yuda Adi Pradana yang telah
memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Sahabatku dan teman-teman sejawat Pendidikan Dokter UMY angkatan
2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berjuang
bersama-sama untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman seperjuangan penelitian ini, yaitu Diana Kartika Sary yang telah
berjuang bersama-sama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan baik.
Penulis menyadari dalam penulisan Karya tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga saran dan kritik
membangun sangat penulis
harapkan. Penulis juga berharap apa yang telah disajikan dalam Karya tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
masukan bagi semua pihak.
Yogyakarta, 18 Januari 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Pengesahan........................................................................................... ii
Halaman Persembahan.........................................................................................iii
Halaman Motto.....................................................................................................iv
Kata Pengantar.................................................................................................... vi
Daftar Isi............................................................................................................. viii
Daftar Tabel.......................................................................................................... x
Daftar Gambar......................................................................................................xi
Abstract................................................................................................................xii
Intisari..................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................... 8
Tujuan Penelitian.................................................................................... 8
Manfaat Penelitian.................................................................................. 9
Keaslian Penelitian................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka..................................................................................... 11
B. Kerangka Konsep.................................................................................... 28
C. Hipotesis................................................................................................. 29
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Desain Penelitian.....................................................................................30
Populasi dan Sampel............................................................................... 30
Variabel dan Definisi Operasional...........................................................31
Instrumen Penelitian................................................................................32
Cara Pengumpulan Data........................................................................ .32
Analisis Data...........................................................................................34
Etika Penelitian.......................................................................................34
Kesulitan Penelitian................................................................................34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian........................................................................................35
B. Pembahasan.............................................................................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................................47
B. Saran........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel Angka Infeksi Nosokomial..............................................................3
2. Jumlah mikroorganisme pada tangan sebelum cuci tangan...................... 26
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta .....................................................................35
4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta......................................................................35
5. Distribusi Frekuensi Coass dan Perawat berdasarkan Bangsal/Poli di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta........................................................36
6. Distribusi Frekuensi Coass berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2 setelah
Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta........................................................................................36
7. Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Jumlah Angka Kuman/cm2
setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta........................................................................................37
x
DAFTAR GAMBAR
1. My five Moments for Hand Hygiene............................................... 20
2. Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air................................. 22
3. Metode streak plate.......................................................................... 33
4. Hasil pengkulturan bakteri setelah cuci tangan................................46
xi
The Differences of Bacterial Count on Coass and Nurses After Doing
Hand Hygiene
Pipit Puspita Dewi1, Inayati Habib2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Mikrobiologi FK UMY
ABSTRACT
Nosocomial infection is the infection obtained from hospital or infection
appears after 72 hours caring in hospital. Nosocomial infection may come from
inside of body (endogen infection) or outside of body (exogenous infection).
Source of transmission of nosokomial infection are medical personnels. The
prevention and control of nosocomial infection is to prevent the spread of
pathogenic microba. Hand hygiene is one of the most important ways to prevent
the spread of nosocomial infections.
This research aimed to know about the differences of bacterial count
between coass and nurses after do hand hygiene. The type of this research is an
analityc observational study. This research has been done at microbiology
laboratory Medical Faculty of Muhammadiyah University Yogyakarta and sample
taken in hospital. The number of respondent is 48, consist of 24 coass and 24
nurses, the samples is taken by total sampling (coass) and quota sampling
(nurses). Sample taking on the palm of the hand after respondent doing hand
washing. After that, culturing into TSA media along 24 hours on 37oC, and then
the number of exist colony was counted. Analyzing of data used mann-whitney
test.
The result showed that the differences of bacterial count of coass and
nurses are p value = 0,003 (p<0,05). It means that there are significant
differences or statistically significant. Total of bacterial count on coass after
doing hand hygiene are <847 CFU/cm2 as big as 62,5% and total of bacterial
count on nurses after doing hand hygiene are <847 CFU/cm2 as big as 100%.
The conclusion is there are significant differences or statistically
significant of bacterial count on coass and nurses after doing hand hygiene.
Keyword : nosocomial infection, hand hygiene, bacterial count
xii
Perbedaan Angka Kuman pada Coass dan Perawat Setelah Melakukan
Tindakan Hand Hygiene
Pipit Puspita Dewi1, Inayati Habib2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Mikrobiologi FK UMY
INTISARI
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit atau infeksi
yang timbul sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Infeksi
nosokomial dapat berasal dari dalam tubuh penderita (infeksi endogen) maupun
luar tubuh (infeksi eksogen). Sumber penularan infeksi nosokomial adalah tenaga
medis. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yaitu mencegah
penyebaran mikroba patogen. Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang
paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada
coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene. Metode penelitian
ini menggunakan analitik observasional. Tempat penelitian di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dan pengambilan
swab telapak tangan di rumah sakit. Jumlah responden 48 orang yang terdiri dari
24 coass dan 24 perawat, teknik pengambilan sampel dengan total sampling
(coass) dan quota sampling (perawat). Pengambilan sampel pada telapak tangan
dilakukan setelah responden mencuci tangan. Setelah itu dikultur pada media TSA
selama 24 jam pada 37oC dan kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni
yang ada. Analisis data yang digunakan adalah mann-whitney test.
Hasil menunjukkan terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan
perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene dengan nilai p = 0,003
(p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara
statistik. Jumlah angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand
hygiene adalah <847 CFU/cm2 sebanyak 62,5%, sedangkan jumlah angka kuman
pada perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2
sebanyak 100%.
Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna
secara statistik angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan
hand hygiene.
Kata kunci : infeksi nosokomial, cuci tangan, angka kuman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit
(hospital aquired infection) atau infeksi yang timbul atau terjadi sesudah
72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang
mempunyai ICU, angka infeksi nosokomialnya lebih tinggi dibanding
yang tidak mempunyai ICU. Kejadian infeksi nosokomial juga lebih tinggi
di rumah sakit pendidikan oleh karena lebih banyak dilakukan tindakan
pemeriksaan
(diagnostik)
dan
pengobatan
yang
bersifat
invasif
(Zulkarnain, 2009).
Penularan dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari
satu pasien kepada pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri di mana
kuman sudah ada pada pasien kemudian melalui suatu migrasi (gesekan)
pindah tempat dan di tempat yang baru menyebabkan infeksi (self
infection atau auto infection). Tidak hanya pasien rawat yang dapat
tertular, tapi juga seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan
pasien, juga penunggu dan pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa ke
tengah keluarganya masing-masing (Zulkarnain, 2009).
Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu
pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, penggunaan obat
imunosupresan dan steroid, daya tahan tubuh menurun pada pasien luka
bakar, pada pasien yang melakukan prosedur diagnostik invasif, infus
1
lama atau pemasangan kateter urin yang lama dan infeksi nosokomial pada
luka operasi. Sebagai sumber penularan dan cara penularan terutama
melalui tangan, jarum suntik, kateter intravena, kateter urin, kain kasa atau
verban, cara keliru dalam menangani luka, peralatan operasi yang
terkontaminasi, dan lain-lain. Kuman penyebab infeksi nosokomial yang
tersering adalah Proteus, E.coli, S.aureus, dan Pseudo-monas. Selain itu
terdapat juga peningkatan infeksi nosokomial oleh kuman Enterocococus
faecialis (Streptococcus faecialis) (Zulkarnain, 2009).
Di ruang rawat intensif, infeksi nosokomial lebih sering terjadi
dibandingkan dengan bangsal rawat biasa. Secara universal di seluruh
dunia, 5%-10% pasien memperoleh infeksi nosokomial, 20%-30% bagi
pasien yang menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU)
(Erasmus et al., 2010). Penelitian dari berbagai universitas di Amerika
Serikat menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai kekerapan infeksi
nosokomial 5-8 kali lebih tinggi. Systematic review of the literature
conducted by WHO menyatakan bahwa prevalensi tertinggi infeksi
nosokomial adalah ICU sebesar 28,2%, surgery sebesar 26,4%, mixed
population sebesar 23,6%, pediatrics sebesar 18,2%, dan other high risk
patient sebesar 3,6%. Angka infeksi nosokomial pada bangsal anak terjadi
paling tinggi pada umur <1 tahun. Angka infeksi tertinggi (terutama
infeksi sistemik) terjadi di NICU (neonatal intensive care) oleh karena
risiko infeksi bertambah tinggi (misal pada bayi berat badan lahir rendah).
Bayi prematur 500-1000 gram jika mereka hidup mempunyai risiko tinggi
2
untuk infeksi (Soedarmo dkk, 2008). Organisme yang menyebabkan
infeksi nosokomial dalam NICU paling sering dibawa oleh tangan dari
dokter, perawat, fisioterapis, dan personil lain (Barbara C.C. Lam, 2004).
Tabel Angka Infeksi Nosokomial Menurut Pelayanan 1986-1990
Pelayanan
infeksi per 100 pasien
yang dipulangkan
Penyakit dalam
3,5
Onkologi
5,1
Unit luka bakar
14,9
Operasi jantung
9,8
Ortopedi
3,9
Mata
0,0
Kebidanan
0,9
Anak (umum)
0,4
*kamar bersalin risiko tinggi
14,0
*kamar bersalin bayi sehat
0,4
(Soedarmo dkk, 2008)
infeksi per 1000
patient-day
5,7
8,1
11,9
9,8
5,8
0,0
5,0
0,9
9,9
1,1
Di Belanda dilaporkan 10.000 kasus infeksi nosokomial pertahun
(penduduk Belanda 15 juta). Angka infeksi rumah sakit di Indonesia masih
sedikit. Angka yang ada hanya muncul dari beberapa penelitian yang
sporadis di beberapa bagian seperti Bagian Anak, ICU, Bedah, Penyakit
Dalam. Dalam penelitian selama 1988-1889 di rumah sakit Bandung
didapatkan insidens infeksi nosokomial 9,1% di ICU dan 8,8% di ruang
neonatus (Zulkarnain, 2009). Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A. di
semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa
proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%
dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar
3
antara 4,3 sampai 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari
(Suwarni, 2001).
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita
maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme
yang semula memang sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat
baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sedangkan
infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang
berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Adapun
faktor ekstrinsik sebagai sumber penularan di rumah sakit adalah tenaga
medis (dokter, perawat, coass, dll), peralatan medis, pengunjung, keluarga,
bangsal atau lingkungan, penderita lain serta makanan dan minuman.
Sedangkan faktor intrinsik meliputi umur, kondisi umum penderita, risiko
terapi serta adanya penyakit lain. Faktor-faktor ini merupakan faktor
predisposisi (Darmadi, 2008).
Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab
meningkatnya angka morbidity dan mortality di rumah sakit, sehingga
dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang
maupun negara maju. Saat ini, angka kejadian infeksi nosokomial telah
dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin
operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka
kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar
biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial sehingga pihak
penderita sangat dirugikan (Darmadi, 2008).
4
Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh banyak faktor
(multifaktorial), baik faktor yang ada dalam diri penderita sendiri, maupun
faktor yang berada di sekitarnya. Setiap faktor-faktor tersebut hendaknya
dicermati, diwaspadai, dan dianggap berpotensi. Dengan mengenal faktorfaktor yang berpengaruh merupakan modal awal upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).
Inti dari pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah
mencegah penyebaran mikroba patogen yang berarti upaya mencegah
berpindahnya mikroba patogen, di antaranya melalui perilaku atau
kebiasaan petugas yang terkait dengan layanan medis (Darmadi, 2008).
Pencegahan infeksi nosokomial dari sisi petugas diantaranya
adalah petugas layanan medis harus menerapkan kebersihan personal
(hand hygiene) dan segala tindakannya harus pula higienis, serta petugas
layanan medis harus pula memperlakukan semua material dan instrumen
dengan cara higienis (R.N. Harley dalam Darmadi, 2008).
Faktor-faktor yang dianggap berkontribusi dalam kebersihan
tangan (hand hygiene) yang buruk meliputi tidak tersedianya wastafel
untuk mencuci tangan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan cuci
tangan, kondisi pasien, kurangnya pengetahuan tentang hand hygiene (
Lankford, et al, 2003). Hampir semua mahasiswa kedokteran (99,6%)
mengetahui
prosedur
cuci
tangan
yang
benar,
namum
mereka
meremehkannya karena hanya 52,9% dari mereka menganggap itu sebagai
5
tindakan preventif yang paling penting untuk mengontrol infeksi (Huang,
et al, 2013).
Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang paling penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Penyedia layanan kesehatan harus
berlatih dan membiasakan dengan kebersihan tangan pada titik-titik kunci
sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh atau
darah atau permukaan yang terkontaminasi, sebelum prosedur invasif, dan
setelah melepas handscoens (CDC, 2012).
Seperti sabda Rasulullah SAW:
‫ان‬
ِ ‫اْل إي َم‬
ِ ‫اَلنَّ َظا فَةُ ِمنَ إ‬
“Kebersihan itu adalah satu sudut dari iman” (HR. Imam Ahmad dan
Turmudzi)
َّ ‫اف فَتَ َن‬
) ‫اف ( رواه البيهقى‬
ٌ ‫ظفُ اوا فَ ِانَّهُ َْل َيدا ُخ ُل اال َجنَّةَ ا َِّْل ن َِظي‬
ٌ ‫ا َ ا ِْلس َاَل ُم ن َِظي‬
Artinya: “Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka
hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk
surga kecuali orang-orang yang bersih” ( HR. Baihaqi ).
Mencuci tangan merupakan hal yang penting pada setiap
lingkungan tempat klien dirawat, termasuk rumah sakit. Mencuci tangan
merupakan tindakan paling efektif untuk mengontrol infeksi nosokomial
dan didefinisikan sebagai menggosok seluruh permukaan kedua tangan
yang bersabun atau berbusa dengan kuat atau secara bersamaan (Garner
dan Favero dalam Bermen, 1998).
6
Mencuci tangan merupakan hal yang sederhana yang biasa
dilakukan, tetapi sangat besar manfaatnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Sari et al (2012) membuktikan bahwa cairan pencuci tangan dari formula
World Health Organization (WHO) yaitu alcohol-based handrub, terdapat
dua jenis handrub formulasi WHO yaitu formulasi pertama memiliki
komposisi yang terdiri dari ethanol, glycerol dan hydrogen peroxide,
sedangkan formulasi kedua terdiri dari isopropyl alcohol, glycerol, dan
hydrogen peroxide, berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis pada
tangan subjek penelitian sebelum, setelah, dan rata-rata penurunan angka
kuman mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan formula
WHO berdasarkan Total Plate Count adalah terdapat perbedaan yang
bermakna jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan
menggunakan cairan pencuci tangan formula WHO. Perbedaan penurunan
angka kuman setelah menggunakan cairan pencuci tangan formula WHO
lebih tinggi dibandingkan dengan dengan rata-rata penurunan angka
kuman setelah mencuci tangan menggunakan cairan pencuci tangan
komersial.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengkaji tentang
perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan
tindakan hand hygiene. Peneliti memilih
coass dan perawat sebagai
subyek penelitian karena coass merupakan mahasiswa kedokteran yang
sedang menjalankan pendidikan profesi di rumah sakit untuk lebih
mengenalkan dunia kedokteran kepada calon dokter. Coass dan perawat
7
merupakan tenaga kesehatan yang lebih banyak berinteraksi dengan pasien
di rumah sakit dan selama ini penelitian-penelitian yang lain lebih banyak
memilih perawat sebagai subyek penelitian. Oleh karena itu, peneliti juga
ingin mengkaji coass sebagai subyek penelitian dalam penelitian ini
dikarenakan coass juga merupakan tenaga medis terdepan yang nantinya
akan menjadi dokter yang akan berinteraksi dengan pasien banyak dan
berbagai macam jenis penyakit.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka perlu dirumuskan masalah:
1. Apakah terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat
setelah melakukan tindakan hand hygiene?
2. Berapakah jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah
melakukan tindakan hand hygiene?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
:
1. Untuk mengetahui perbedaan nilai angka kuman setelah melakukan
tindakan hand hygiene
2. Untuk mengetahui infeksi nosokomial pada beberapa bangsal di rumah
sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tujuan Khusus
:
1. Mengetahui nilai angka kuman antar coass pada beberapa bangsal
setelah melakukan tindakan hand hygiene
8
2. Mengetahui nilai angka kuman antar perawat pada beberapa bangsal
setelah melakukan tindakan hand hygiene
3. Mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah
melakukan tindakan hand hygiene pada beberapa bangsal
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu menambah pengetahuan
tentang perilaku hand hygiene dan infeksi nosokomial. Serta untuk
proses
pembelajaran
yang
bisa
dikembangkan
dalam
proses
pencegahan infeksi nosokomial.
2. Manfaat penelitian ini bagi klinisi yaitu dapat mengetahui pentingnya
mencuci tangan dan dapat melakukan serta menerapkan perilaku
mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan medis terhadap pasien.
3. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah memberikan informasi
tentang pentingnya mencuci tangan untuk mencegah berbagai macam
penyakit karena infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
4. Manfaat penelitian ini bagi rumah sakit adalah memberikan informasi
tentang kejadian infeksi nosokomial serta upaya penanganan dan
pencegahan infeksi di rumah sakit.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang cuci tangan dan angka kuman sebelumnya sudah
pernah dilakukan oleh:
9
1.
Meila dengan judul “Hubungan Perilaku Cuci Tangan Perawat dengan
Angka Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial”. Penelitian
dilakukan secara analitik observasional dengan hasil tidak terdapat
hubungan yang signifikan secara statistik antara perilaku mencuci
tangan perawat dengan angka bakteri aerob penyebab infeksi
nosokomial.
2. Pinter
dengan
judul
“Perbandingan
Efektifitas
Cuci
Tangan
Menggunakan Alkohol 70%, Sabun dan Irgasan DP 300 terhadap
Penurunan umlah Bakteri”. Penelitian dilakukan secara randomized
control trial dengan dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan
antara jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah cuci tangan
menggunakan antiseptik alkohol
Pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah menggunakan
metode analitik observasional dengan membandingkan beberapa bangsal
(bangsal bedah, bangsal anak, bangsal obsgyn, bangsal dalam, poli mata
dan poli syaraf) untuk mengetahui angka kuman pada coass dan perawat
serta untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan perawat
setelah melakukan tindakan hand hygiene.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Nosokomial
1. Definisi
Istilah infeksi nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata
nosos (penyakit) dan komeion (merawat). Nosocomion (atau menurut
Latin, nosocomium) berarti tempat untuk merawat atau rumah sakit
(Darmadi, 2008). Secara umum definisi infeksi nosokomial yaitu setiap
infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit, tetapi bukan timbul
ataupun pada stadium inkubasi pada saat masuk rumah sakit, atau
merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit
sebelumnya (Soedarmo dkk, 2008).
Infeksi nosokomial mewakili risiko utama untuk keselamatan
pasien dan berkontribusi terhadap penderitaan, perpanjangan tinggal di
rumah sakit, biaya dan kematian (Sax H, et al., 2007).
Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki ciri-ciri:
a. Pada waktu penderita mulai dirawat dirumah sakit tidak didapatkan
tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut
b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang
dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut
c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan
11
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi
sebelumnya
e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda
infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika
dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta
belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial (Darmadi,
2008).
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita
(infeksi endogen) maupun luar tubuh (infeksi eksogen). Infeksi
endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat baru. Menurut
Darmadi (2008), faktor intrinsik meliputi umur, kondisi umum
penderita, risiko terapi serta adanya penyakit lain. Sedangkan faktorfaktor luar (extrinsic factor) yang berpengaruh dalam insidensi infeksi
nosokomial adalah sebagai berikut:
1) Petugas pelayanan medis
Dokter,
perawat,
bidan,
coass,
tenaga
laboratorium,
dan
sebagainya.
2) Peralatan dan material medis
Jarum, kateter, instrumen, respirator, kain atau doek, kassa, dan
lain-lain.
12
3) Lingkungan
Berupa lingkungan
internal
seperti
ruangan
atau bangsal
perawatan, kamar bersalin, dan kamar bedah. Sedangkan
lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat
pembuangan sampah atau pengolahan limbah.
4) Makanan atau minuman
Hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita.
5) Penderita lain
Keberadaan penderita lain dalam satu kamar/ruangan/bangsal
perawatan dapat merupakan sumber penularan.
6) Pengunjung atau keluarga
Keberadaan tamu/keluarga dapat merupakan sumber penularan.
Pasien rawat inap sering mendapat mendapat flora endogen
sekunder di rumah sakit. Tersering flora ini berasal dari pasien lain
melalui petugas rumah sakit. Makanan, air minum, dan sumber bakteri
dari lingkungan memegang peran yang lebih kecil dalam penyebaran
patogen
nosokomial.
Kebanyakan
infeksi
nosokomial
adalah
autochthonous (berasal dari flora endogen pasien), tetapi infeksi silang
antara pasien yang dirawat juga dapat terjadi. Infeksi silang (crossinfection) dapat terjadi melalui penularan langsung (kontak atau udara)
atau tidak langsung (orang ke benda ke orang, atau benda ke orang)
(Soedarmo dkk, 2008).
13
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya infeksi nosokomial:
a. Peningkatan jumlah orang yang rentan di rumah sakit (orang
berusia lanjut, orang yang tak berdaya, atau pasien dengan
imunosupresi)
b. Peningkatan penggunaan prosedur invasif (misalnya pemasangan
jalur vena, bantuan ventilasi) atau supresi sistem imun
c. Peningkatan pergerakan pasien antar bangsal akibat tekanan di
tempat tidur
d. Penggunaan antibiotik lebih luas dan timbulnya strain resisten
(Mandal, et al, 2008).
Pada dasarnya setiap penderita yang sedang dirawat di
ruangan/bangsal
perawatan
manapun
dapat
terjangkit
infeksi
nosokomial, namun intensitas perhatian lebih banyak ditujukan pada:
1) Ruangan/bangsal perawatan anak
Berbagai faktor peluang terjadinya infeksi nosokomial antara lain:
a. Umur balita adalah umur rentan
b. Adanya tindakan invasif seperti terpasangnya set infus/cairan
infus, atau tranfusi darah
c. Mobilitas yang tinggi dari penderita (digendong oleh orang
tua/keluarga yang bebas pergi ke mana saja)
d. Penunggu/keluarga yang bebas keluar-masuk
e. Padatnya
jumlah
penderita
yang
ruangan/bangsal (Darmadi, 2008).
14
dirawat
dalam
satu
2) Ruangan/bangsal perawatan penyakit menular
Penderita yang dirawat di ruangan/bangsal perawatan ini
mempunyai potensi menularkan penyakit, jadi penderita-penderita
berperan sebagai reservoir mikroba patogen. Penyebaraan mikroba
patogen melalui produk infeksius penyakit seperti sputum,
sekreta/ekskreta, darah, urine, atau feses. Hal ini tentunya berisiko
menular terhadap penderita lain, apabila:
a. Penanganan produk infeksius tersebut tidak prosedural
b. Tidak/kurang adanya penyuluhan kesehatan bagi penderita atau
keluarganya
c. Jumlah penderita yang sedang dirawat melebihi kapasitas
tempat tidur yang tersedia.
3) Ruangan/bangsal perawatan khusus
Penderita yang dirawat pada tempat khusus ini harus dilindungi
dari kemungkinan tertular, dilandasi oleh berbagai faktor:
a. Pemulihan kesehatannya memerlukan waktu yang cukup lama,
dengan keadaan umum yang buruk
b. Komplikasi yang timbul dari penyakit dasar cukup berat, di
mana juga memerlukan terapi atau tindakan medis tersendiri
c. Dapat dipastikan adanya penyakit lain yang menyertai penyakit
dasar
d. Beban mental/psikologis penderita (Darmadi, 2008).
15
Contoh kasus yang harus dirawat pada ruangan/bangsal khusus ini
antara lain:
a. Diabetes militus dengan komplikasi gangren
b. Steven-Johnson syndrome
c. Luka bakar yang cukup luas
d. HIV/AIDS
e. Kanker pada stadium lanjut, dan lain-lain
4) Ruangan/bangsal perawatan intensif
Pada ruangan/bangsal ini dirawat penderita dengan kondisi yang
memerlukan perhatian istimewa, misalnya:
a. Penderita yang berada dalam keadaan kritis
b. Penderita yang sewaktu-waktu memerlukan tindakan medis
akut
c. Penderita yang menggunakan berbagai alat bantu medis
d. Penderita yang membutuhkan pemantauan monitoring tandatanda vital secara terus menerus (Darmadi, 2008).
3. Pencegahan Infeksi Nosokomial
Cuci tangan adalah prosedur terpenting dalam pencegahan
infeksi nosokomial (Barbara C.C. Lam, 2004). Cuci tangan adalah
tindakan sederhana, tetapi kurangnya kepatuhan diantara penyedia
layanan kesehatan adalah masalah di seluruh dunia (WHO, 2009).
Mencuci tangan (dengan sabun dan air, atau desinfeksi menggunakan
alcohol-based hand rub) dianggap ukuran paling penting untuk
16
mencegah
infeksi
nosokomial
dan
penyebaran
dari
patogen
antimikroba resisten (Erasmus, et al., 2010).
Inti dari pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial
adalah pada masalah perkembangbiakan mikroba patogen pada
reservoir serta penyebarannya dari reservoir ke pejamu (penderita yang
sedang dalam proses asuhan keperawatan). Langkah-langkah yang
harus dilakukan petugas ruangan/bangsal perawatan antara lain:
a. Menjaga
agar
ruangan/bangsal
perawatan
selalu
terjaga
kebersihannya, serta memerhatikan ventilasi dan pencahayaannya
b. Peralatan medis dan peralatan nonmedis yang tersedia dalam
ruangan/bangsal perawatan harus siap pakai, dalam keadaan bersih,
dan tetap terjaga sterilitasnya
c. Mencegah perilaku dengan tindakan yang tidak higienis dan atau
tidak aseptik
d. Mengenal diagnosis penyakit dari penderita terutama yang rawan
terjangkit infeksi nosokomial
e. Mengenal tindakan-tindakan invasif yang berpotensi dapat
menimbulkan infeksi nosokomial
f. Mencegah terjadinya infeksi silang di antara penderita-penderita
yang dirawat dalam satu ruangan/bangsal perawatan (Darmadi,
2008).
B. Cuci Tangan
1. Definisi
17
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan
air (DepKes RI dalam Novi Hediyani, 2012). Kebersihan tangan adalah
elemen inti untuk melindungi pasien terhadap infeksi nosokomial.
Mencuci tangan dengan cara menggosok tangan menggunakan alkohol
(alcohol-based) adalah prosedur yang sederhana dan ringan yang
membutuhkan hanya beberapa detik (Sax H, et al., 2007).
Tujuan mencuci tangan merupakan salah satu unsur pencegahan
penularan infeksi (CDC, 2012). Karena penularan penyakit dapat terjadi
ketika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangan dengan benar kemudian
langsung menyentuh
atau mengolah makanan
dan makanan tersebut
dikonsumsi orang lain. Mencuci tangan juga dapat menurunkan bioburden
(jumlah
mikroorganisme)
pada
tangan
dan
untuk
mencegah
penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien, tenaga
perawatan kesehatan dan peralatan (Schaffer, 2000).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh (Musadad, dkk, 1993)
yaitu perilaku cuci tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun
perawat menunjukkan bahwa sebagian besar
petugas tersebut tidak
melaksanakan cuci tangan. Hal ini terlihat pada waktu petugas akan
memeriksa pasien, baik saat pertama kali atau pergantian dari pasien satu
ke pasien lainnya. Mereka pada umumnya mencuci tangan setelah selesai
melakukan pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat
18
memicu terjadinya infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare
Associated Infection (HAIs).
2. Indikasi Mencuci Tangan
Indikasi mencuci tangan menurut World Health Organization adalah:
a. Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, dengan
atau tidak menggunakan sarung tangan.
b. Segera setelah melepas sarung tangan (gloves).
c. Sebelum menangani peralatan invasif.
d. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit
yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi, bahkan jika
menggunakan sarung tangan.
e. Selama
perawatan
pasien,
ketika
berpindah
dari
yang
terkontaminasi ke tubuh pasien.
f. Setelah bersentuhan dengan benda-benda mati di sekitar pasien
(WHO, 2006).
Indikasi mencuci tangan menurut World Health Organization dalam
“My 5 Moments for Hand Hygiene”, yaitu:
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum prosedur aseptik
c. Setelah terekspore cairan tubuh
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh benda-benda di sekeliling pasien
19
'My five moments for hand hygiene': a user-centred design approach to
understand, train, monitor and report hand hygiene (Sax H, et al, 2007).
3. Cara Mencuci Tangan
Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air (durasi 40-60 detik):
1) Membasuh tangan dengan air mengalir
2) Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3) Menggosok kedua tangan memutar
4) Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan
tangan kanan, begitu pula sebaliknya
5) Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
6) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci
7) Menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
20
9) Menggosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan melakukan sebaliknya
10) Membilas kedua tangan dengan air
11) Mengeringkan dengan handuk sekali pakai
12) Mematikan kran dengan handuk (WHO, 2009)
(WHO, 2009)
21
C. Prosedur laboratorium infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial sangat berkaitan dengan keberadaan mikroba
patogen, oleh karena itu peran laboratorium mikrobiologi rumah sakit
sangat menentukan. Proses pemeriksaan yang dilakukan menuntut dua
persyaratan (Darmadi, 2008) :
1. Ketelitian kerja
Mikroba patogen
yang ditemukan baik
melalui
pemeriksaan
mikroskopis maupun melalui biakan/kultur adalah mikroba patogen
yang benar-benar bersumber dari spesimen. Jadi dalam hal ini dituntut
ketelitian kerja untuk menghindari adanya kemungkinan kontaminasi
yang dapat mengacaukan hasil laboratorium.
2. Kecepatan laporan
Dengan adanya informasi tentang macam mikroba patogen yang
ditemukan dan segera dilaporkan, maka akan ada tindakan-tindakan
yang bersifat korektif, khususnya terhadap pemberian antibiotik.
Kegiatan laboratorium mikrobiologi meliputi:
a. Identifikasi secara tepat mikroba patogen penyebab infeksi nosokomial
b. Mengerjakan tes kepekaan
c. Melacak jenis mikroba patogen pencemar yang ada disetiap unit
kerja/lingkungan rumah sakit, khususnya ruangan/bangsal/kamar
perawatan
d. Pemeriksaan mikrobiologi terhadap petugas (Darmadi, 2008).
22
Untuk memperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi yang optimal, maka
banyak hal yang perlu diperhatikan (Darmadi, 2008):
a. Mikroba patogen pencemar yang berada di ruang kerja laboratorium
mikrobiologi telah benar-benar dapat di eliminasi
b. Cara pengambilan, penampungan, dan pengiriman spesimen harus
benar
c. Prosedur kerja pemeriksaan identifikasi mikroba patogen telah sesuai
dan dapat diselesaikan dalam waktu sesingkat mungkin.
Spesimen diperoleh dari penderita yang sedang dalam perawatan di
ruangan/bangsal. Spesimen yang diperoleh dalam bentuk darah, urine, pus,
dahak, feses, jaringan mati dekubitus/kulit, dan lain-lain. Terkait dengan
pemeriksaan mikrobiologi, tugas pokok laboratorium mikrobiologi adalah:
1. Menentukan mikroba patogen sebagai penyebab penyakit infeksi
2. Menetapkan antibiotik yang tepat untuk menanggulangi infeksi
melalui tes resistensi (Darmadi, 2008).
Untuk
memperoleh
hasil
pemeriksaan
mikrobiologi
yang
maksimal, spesimen hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Jumlah spesimen harus cukup untuk seluruh prosedur pemeriksaan
2. Spesimen harus mewakili proses infeksi, misalnya: sputum, pus
dari luka, usapan dari luka bagian dalam
3. Usahakan spesimen tidak terkontaminasi dengan menggunakan alat
steril dan aseptik
23
4. Spesimen harus cepat dibawa ke laboratorium untuk diperiksa
5. Sebaiknya spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik
(Darmadi, 2008).
D. Metode pemeriksaan angka kuman
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu
secara
langsung
dan
tidak
langsung.
Pengukuran
pertumbuhan
mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
a. Pengukuran menggunakan bilik hitung (counting chamber)
Pada pengukuran ini, untuk bakteri digunakan bilik hitung
Petroff Hausser, sedangkan untuk mikroorganisme eukariot digunakan
hemositometer. Keuntungan menggunakan metode ini adalah mudah,
murah, dan cepat, serta bisa diperoleh informasi tentang ukuran dan
morfologi
mikroorgansime.
Kerugiannya
adalah
populasi
mikroorganisme yang digunakan harus banyak (minimum berkisar 106
CFU/mL), karena pengukuran dengan volume dalam jumlah sedikit
tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati, serta kesulitan
menghitung sel yang motil (Pratiwi, 2008).
b. Pengukuran menggunakan electronic counter
Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui
lubang kecil (orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang
ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tahanan listrik (ditandai
dengan naiknya tahanan) pada saat bakteri melalui orifice. Pada saat
24
inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh
dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan
ukuran besar. Kerugiannya adalah metode ini tidak bisa digunakan
untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan debris, filamen,
serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi,
2008).
c. Pengukuran dengan plating technique
Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak
(visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan
tumbuh, membelah, dan memproduksi satu koloni tunggal. Satuan
penghitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan
cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel
pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plate dengan jumlah
koloni berkisar 25-250 atau 30-300.
Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah, dan sensitif
karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dan dapat
digunakan untuk menghitung mikroorgansime pada sampel makanan,
air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus digunakan media yang
sesuai dan penghitungannya yang kurang akurat karena satu koloni
tidak selalu berasal dari satu individu sel (Pratiwi, 2008).
25
E. Standar angka kuman di tangan
Jumlah mikroorganisme pada tangan sebelum cuci tangan menurut
referensi adalah:
Lokasi pada tangan
Kepadatan mikroorgansime
1.
Dibawah kuku jari
61.368 CFU/cm2
2.
Telapak tangan
847 CFU/cm2
3.
Punggung tangan
250 CFU/cm2
4.
Disela jari
223 CFU/cm2
5.
Diatas kuku jari
89 CFU/cm2
(Number of Microorganism on Your Hands, 2008)
Fakta tentang mencuci tangan (handwashing) :
a. Manusia memiliki sekitar 2 hingga 10 juta bakteri di antara ujung jari
dan siku.
b. Tangan basah menyebarkan kuman 1.000 kali lebih banyak daripada
tangan kering.
c. Jumlah kuman pada ujung jari bertambah dua kali lipat setelah Anda
menggunakan toilet.
d. Kuman dapat bertahan hidup di tangan sampai tiga jam.
e. Jutaan kuman bersembunyi di balik aksesori yang di kenakan,
misalnya di bawah jam tangan, gelang, atau cincin (hand hygiene
europe, 2012).
26
Kerangka Konsep
Infeksi Nosokomial
F.intrinsik :
f.ekstrinsik :
Pencegahan
- umur
- tenaga medis
- kondisi umum
- lingkungan/bangsal
- risiko terapi
- peralatan medis
- adanya penyakit
lain
- makanan /minuman
Hand hygiene
- penderita lain
Tenaga Medis
Coass
Angka Kuman
Perawat
Bangsal bedah
Bangsal dalam
Bangsal obsgyn
Bangsal anak
Poli Mata
Poli Syaraf
Angka Kuman
Keterangan:
---------
: tidak dilakukan
Hasil
: dilakukan
27
Angka Kuman
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah
melakukan tindakan hand hygiene
2. Jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan
hand hygiene adalah < 847 CFU/cm2
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional
dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
B. Populasi dan Sampel
1) Populasi dalam penelitian ini adalah coass dan perawat yang bertugas
di poliklinik dan bangsal rawat jalan di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
2) Sampel dalam penelitian ini adalah coass dan perawat yang berada di
bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli
mata dan poli syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta antara
bulan Juni-September 2013 sebanyak 48 responden.
3) Cara pengambilan sampel dan besar sampel yaitu ditentukan dengan
cara quota sampling untuk perawat dan total sampling untuk coass.
4) Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk
pengambilan sampel swab telapak tangan coass dan perawat dan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
untuk pemeriksaan angka kuman. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juni-September 2013.
5) Kriteria inklusi dan ekslusi
a. Kriteria inklusi:
29
1. Petugas medis (coass dan perawat) yang beraktivitas di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di bangsal
bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn, bangsal anak, poli
mata, dan poli syaraf.
2. Petugas medis (coass dan perawat) yang melakukan cuci
tangan setelah melakukan tindakan medis.
3. Petugas medis (coass dan perawat) yang bersedia mengikuti
penelitian.
b. Kriteria eksklusi: Petugas medis (coass dan perawat) yang menolak
untuk ikut dalam penelitian.
C. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel penelitian
1. Variabel bebas
: tindakan cuci tangan coass dan perawat
2. Variabel terikat
: angka kuman pada telapak tangan coass
dan perawat
Definisi Operasional
1. Perilaku mencuci tangan adalah tindakan untuk membersihkan tangan
dari segala macam mikroorganisme menggunakan sabun dan dibilas
pada air yang mengalir. Tujuan mencuci tangan adalah untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme pada tangan dan untuk mencegah
penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien,
tenaga perawatan kesehatan dan peralatan.
30
2. Angka kuman adalah jumlah bakteri yang dihitung pada perbenihan
media TSA dengan satuan Coloni Forming Unit (CFU)/cm2 dengan
menggunakan metode streak plate.
3. Perawat adalah tenaga paramedis yang membantu melakukan tindakan
keperawatan yang bermitra dengan tenaga medis dan mempunyai tugas
untuk melakukan tindakan medis di bangsal dan poliklinik RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Perawat dalam penelitian ini adalah
perawat yang bertugas di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal
obsgyn, bangsal anak, poli mata, dan poli syaraf.
4. Coass adalah mahasiswa kedokteran yang telah memiliki gelar sebagai
Sarjana Kedokteran dan sedang menjalankan pendidikan profesi untuk
mendapatkan gelar dokter. Coass dalam penelitian ini adalah coass
yang bertugas di bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal obsgyn,
bangsal anak, poli mata, dan poli syaraf.
D. Instrumen Penelitian
Alat
: kapas lidi steril, lampu spiritus, inkubator, korek api, petri disk,
tissue/lap, spidol permanent, tabung reaksi, ose, counter
Bahan : medium TSA, larutan NaCl fisiologis, sabun cair
E. Cara Pengumpulan Data
I.
Langkah-langkah pengambilan sampel:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
31
2) Mengambil sampel swab di telapak tangan responden setelah
melakukan cuci tangan seluas 2x2cm dengan kapas lidi steril
kemudian dimasukkan kedalam NaCl steril 1 ml.
3) Sampel selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menghitung angka kuman.
II.
Langkah-langkah pemeriksaan angka kuman
Pemeriksaan angka kuman dengan metode streak plate dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengambil satu ose steril standar dan kemudian dimasukkan
ke dalam cairan sampel.
2) Mengambil sampel dengan ose standar yang steril. Selanjutnya
digoreskan pada media TSA seperti pada gambar:
3) Dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
4) Setelah diinkubasi, koloni yang tumbuh pada media TSA
dihitung jumlahnya.
5) Perhitungan angka kuman menurut rumus sebagai berikut:
Angka Kuman = n x 0,02 x 500 CFU/ml/4cm2
32
Keterangan: n adalah jumlah koloni yang dihitung. Karena
dalam penghitungan menggunakan luas permukaan dalam
sentimeter (cm2) yaitu 4cm2.
F. Analisa Data
Setelah melakukan penelitian, data yang diperoleh dari percobaan akan
disajikan dengan membuat tabel yang berisi angka kuman pada coass dan
perawat. Untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada coass dan
perawat dilakukan analisis data menggunakan Mann-Whitney test.
G. Etika Penelitian
Peneliti tetap menjaga hak-hak responden untuk ikut dalam penelitian dan
tidak ada paksaan untuk mengikuti penelitian.
H. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang dihadapi saat melakukan penelitian adalah terjadinya
kontaminasi. Kontaminasi ini terjadi jika kurang memperhatikan kesterilan
alat dan lingkungan pada saat penelitian.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai perbedaan angka kuman pada coass dan perawat
setelah melakukan tindakan hand hygiene menggunakan 48 sampel, yaitu 24
sampel coass dan 24 sampel perawat. Masing-masing responden dimintai
inform consent secara lisan untuk persetujuan dilakukannya penelitian.
A. HASIL
Dari hasil penelitian pada 24 coass dan 24 perawat di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No
Jenis Kelamin
Jumlah Coass
Jumlah Perawat
1.
Laki-laki
11
2
2.
Perempuan
13
22
24
24
Jumlah
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No
Lama Kerja
Jumlah Coass
Jumlah Perawat
1.
1-2 bulan
6
23
2.
3-4 bulan
3
0
3.
5-6 bulan
0
0
4.
7-8 bulan
6
1
5.
>8 bulan
9
0
34
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Coass dan Perawat berdasarkan
Bangsal/Poli di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No
Bangsal / Poli
Jumlah Coass
Jumlah Perawat
1.
Peny.Dalam
4
11
2.
Ibnu Sina
7
6
3.
Raudah
0
2
4.
Sakinah
0
3
6.
Poli mata
2
0
7.
Poli bedah
6
1
8.
Poli obsgyn
1
1
9.
Poli syaraf
4
0
Perbedaan jumlah angka kuman pada coass dan perawat setelah
melakukan tindakan hand hygiene dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Coass berdasarkan Jumlah Angka
Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
No
Angka kuman/cm2
1.
0-500 CFU/cm2
15
62,5%
2.
501-1000 CFU/cm2
5
20,83%
3.
1001-1500 CFU/cm2
2
8,33%
4.
>1500 CFU/cm2
2
8,33%
Jumlah Coass Dalam Persen
Pada tabel di atas dapat dilihat paling banyak coass memiliki angka kuman
0-500 CFU/cm2 yaitu 62,5% setelah melakukan cuci tangan.
35
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Jumlah Angka
Kuman/cm2 setelah Melakukan Tindakan Hand Hygiene di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
No
Angka kuman/cm2
Jumlah Perawat
1.
0-100 CFU/cm2
12
50 %
2.
101-200 CFU/cm2
4
16,67%
3.
201-300 CFU/cm2
4
16,67%
4.
301-400 CFU/cm2
3
12,5%
5.
401-500 CFU/cm2
1
4,17 %
Dalam Persen
Pada tabel di atas dapat dilihat paling banyak perawat memiliki
angka kuman 0-100 CFU/cm2 yaitu 50% setelah melakukan cuci tangan.
Tabel 4.6 Jumlah Mikroorganisme pada Tangan Sebelum Cuci
Tangan Menurut Referensi:
Lokasi pada tangan
Kepadatan mikroorgansime
1.
Dibawah kuku jari
61.368 CFU/cm2
2.
Telapak tangan
847 CFU/cm2
3.
Punggung tangan
250 CFU/cm2
4.
Disela jari
223 CFU/cm2
5.
Diatas kuku jari
89 CFU/cm2
( Number of Microorganisme on Your Hands, 2008)
Pada tabel di atas dapat dilihat angka kuman pada coass dan
perawat setelah melakukan tindakan cuci tangan telah sesuai berdasarkan
tabel angka kuman menurut referensi.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah angka kuman
pada coass dan perawat, dilakukan analisis data pada data yang diperoleh
36
menggunakan spss 17 dengan terlebih dahulu menguji distribusi data
normal ataukah tidak normal yaitu seperti tabel dibawah ini:
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
tenaga
angka kuman
Shapiro-Wilk
medis
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
koas
.251
24
.000
.746
24
.000
perawat
.207
24
.009
.882
24
.009
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil test of normality, jumlah sampel yang digunakan
adalah 48 sampel (kurang dari 50) sehingga test of normality nya dilihat
pada bagian Shapiro-Wilk. Dari tabel didapatkan nilai significansi atau
nilai probabilitas pada koas 0,000 dan perawat 0,009 (nilai p<0,05) yang
artinya bahwa distribusi data tidak normal, sehingga analisis data
menggunakan turunan dari independent sample t-test, yaitu Mann-Whitney
Test.
Mann-Whitney Test
Ranks
tenaga
angka kuman
medis
N
Mean Rank
Sum of Ranks
koas
24
30.60
734.50
perawat
24
18.40
441.50
Total
48
37
Test Statisticsa
angka kuman
Mann-Whitney U
141.500
Wilcoxon W
441.500
Z
-3.022
Asymp. Sig. (2-tailed)
.003
a. Grouping Variable: tenaga medis
Berdasarkan tabel di atas, nilai p=0,003 (p<0,05) yang artinya
terdapat perbedaan angka kuman pada coass dan perawat setelah
melakukan tindakan hand hygiene.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara bangsal atau
poliklinik dengan angka kuman, dilakukan analisis data menggunakan
korelasi, dengan hasil sebagai berikut:
Correlations
kategori
Spearman's rho
kategori
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
angkakuman
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
38
angkakuman
1.000
.482**
.
.001
48
48
.482**
1.000
.001
.
48
48
Berdasarkan tabel korelasi di atas, nilai p=0,001 (p<0,05) yang
artinya terdapat hubungan antara bangsal tempat coass dan perawat
bertugas dengan kekuatan korelasi sedang (r=0,482).
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama kerja coass
dan perawat dengan angka kuman yang dihasilkan, dilakukan analisis
menggunakan korelasi dengan hasil sebagai berikut:
Correlations
lama kerja
Spearman's rho
lama kerja
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
angkakuman
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
angkakuman
1.000
.392**
.
.006
48
48
.392**
1.000
.006
.
48
48
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel korelasi di atas, nilai p=0,257 (p>0,05) yang
artinya tidak terdapat hubungan antara lama kerja coass dan perawat
dengan kekuatan korelasinya lemah (r=0,392).
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa setelah cuci
tangan, jumlah kuman pada coass dan perawat telah sesuai dengan tabel
referensi yang ada. Tabel angka kuman didapatkan dari referensi.
39
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, paling banyak coass
memiliki angka kuman 0-500 CFU/cm2 yaitu 62,5% setelah melakukan
cuci tangan dan paling banyak perawat memiliki angka kuman 0-100
CFU/cm2 yaitu 50 % setelah melakukan cuci tangan. Kemudian dilakukan
olah data dengan Mann-Whitney test dengan hasil terdapat perbedaan
angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand
hygiene.
Perbedaan jumlah angka kuman pada coass dan perawat bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya lama kerja, aktivitas yang
dilakukan, bangsal tempat bertugas, durasi mencuci tangan, pengetahuan
dan pengalaman. Infeksi nosokomial dapat ditransmisikan antara pasien
yang berada di rumah sakit dengan tenaga kesehatan atau tenaga medis
termasuk koas dan perawat. Pasien yang ditangani oleh tenaga medis
(khususnya koas dan perawat) dengan pelatihan dan pengetahuan yang
kurang merupakan risiko tinggi untuk terjadinya kontak dengan infeksi
nosokomial (HCAIs). Tingkat pengetahuan dan ketrampilan koas dan
perawat dipengaruhi oleh sumber belajar seperti kuliah formal,
pengalaman waktu bertugas, hospital guidelines, dan artikel sains (Huang,
et al, 2013).
Lama kerja koas dan perawat pada data yang didapatkan peneliti,
tidak berpengaruh pada angka kuman yang dihasilkan. Hal ini mungkin
berkaitan dengan langkah-langkah mencuci tangan yang tidak sesuai
dengan referensi yang ada sehingga angka kuman yang dihasilkan juga
40
berbeda. Berdasarkan analisis spss menggunakan korelasi menunjukkan
bahwa lama kerja coass dan perawat tidak berpengaruh, dibuktikan dengan
nilai p=0,257 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara lama
kerja coass dan perawat serta kekuatan korelasinya (r) = 0,241 yang
artinya kekuatan korelasinya lemah.
Aktivitas yang dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis di
bangsal juga akan mempengaruhi hasil angka kuman. Semakin padatnya
aktivitas yang dilakukan akan mempengaruhi jumlah mikroorganisme
yang ada di tangan. Berdasarkan hasil yang didapatkan peneliti, angka
kuman pada perawat cenderung lebih rendah daripada coass karena
kemungkinan perawat banyak melakukan tindakan medis sehingga lebih
sering untuk melakukan cuci tangan. Berdasarkan analisis spss
menggunakan korelasi menunjukkan bahwa bangsal tempat coass dan
perawat bertugas berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan,
dibuktikan dengan nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan
antara bangsal tempat coass dan perawat bertugas dengan kekuatan
korelasinya (r) = 0,482 yang artinya kekuatan korelasinya sedang.
Sikap perawat dan koas yang baik dalam mencegah infeksi
nosokomial dapat meningkatkan perilaku perawat dan koas dalam
melaksanakan universal precaution. Pengetahuan perawat dan koas
tentang infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap sikap yang
ditunjukkan perawat dan koas terhadap upaya pencegahan secara
menyeluruh (universal precaution), sedangkan sikap tidak mendukung
41
perawat ataupun koas dalam upaya universal precaution sering
ditunjukkan dengan sikap tidak peduli dan mengesampingkan cuci tangan
setelah melakukan tindakan medis karena menganggap tidak kotor, atau
bahkan mencuci tangan tetapi tidak sesuai dengan referensi yang
dianjurkan oleh WHO.
Banyak koas dan perawat yang mengetahui prosedur hand hygiene
yang benar menurut referensi, tetapi pada kenyataannya banyak dari
mereka tidak mengikuti referensi pada waktu melakukan cuci tangan
sehingga angka kuman yang dihasilkan juga berbeda atau tidak sama satu
dengan yang lainnya (Huang et al, 2013).
Pengalaman melakukan cuci tangan juga berpengaruh terhadap
angka kuman yang dihasilkan. Semakin sering tenaga medis dan
paramedis melakukan cuci tangan, maka pengalaman semakin banyak
sehingga tingkat kesadaran akan universal precaution terhadap infeksi
nosokomial juga semakin tinggi.
Faktor tentang durasi atau lamanya mencuci tangan juga
berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan. Mencuci tangan
sesuai durasi yang telah ada dan ditetapkan oleh WHO, yaitu 40-60 detik
dapat menurunkan jumlah angka bakteri di tangan (Lucet et al, 2002).
Rekomendasi optimal dari durasi mencuci tangan kurang lebih 30 detik
sampai 1 menit (Girou, et al, 2002).
Tangan tenaga medis merupakan wahana yang paling umum untuk
penularan patogen kesehatan terkait dari pasien ke pasien dan dalam
42
lingkungan kesehatan. Hal ini sangat memudahkan terjadinya kontak
dengan mikroorganisme dan mentransfernya ke objek lain (Allegranzi &
Pittet, 2009).
Dari hasil analisis penelitian yang saya dapatkan, terdapat
perbedaan angka kuman pada coas dan perawat setelah melakukan
tindakan hand hygiene. Pada coass didapatkan hasil angka kuman tertinggi
adalah 0-500 CFU/cm2 yaitu sebesar 62,5% setelah melakukan cuci
tangan, sedangkan pada perawat angka kuman tertinggi adalah 0-100
CFU/cm2 yaitu sebesar 50%. Jika dibandingkan dengan penelitian dari
Meila Supeni dengan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan atau
bermakna secara statistik antara perilaku atau teknik cuci tangan perawat
dengan angka bakteri (p>0,05). Hasil yang berbeda dari penelitian kami
dapat disebabkan oleh bebarapa faktor. Faktor tersebut ada yang berasal
dari dalam (coass dan perawat) dan faktor yang berasal dari luar
(lingkungan).
Faktor dari dalam (coass dan perawat) bisa disebabkan oleh lama
kerja, durasi mencuci tangan, aktivitas yang dilakukan, pengetahuan dan
pengalaman, serta perilaku atau teknik cuci tangan. Sedangkan faktor dari
luar berupa terjadinya kontaminasi dari lingkungan.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pinter Hartono, dengan hasil
terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri sebelum
43
dan sesudah cuci tangan menggunakan antiseptik alkohol (p<0,05). Hal ini
sebanding dengan penelitian yang saya lakukan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan
angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan hand
hygiene. Perbedaan angka kuman bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya lama kerja, durasi mencuci tangan, aktivitas yang dilakukan,
dan tingkat pengetahuan dari tenaga medis dan paramedis.
Lama kerja koas dan perawat pada data yang didapatkan peneliti,
tidak berpengaruh pada angka kuman yang dihasilkan. Berdasarkan
analisis spss menggunakan korelasi menunjukkan bahwa lama kerja coass
dan perawat tidak berpengaruh, dibuktikan dengan nilai p=0,257 (p>0,05)
yang artinya tidak terdapat hubungan antara lama kerja coass dan perawat
serta kekuatan korelasinya (r) = 0,241 yang artinya kekuatan korelasinya
lemah. Selain lama kerja, bangsal tempat coass dan perawat bertugas
berpengaruh terhadap angka kuman yang dihasilkan, dibuktikan dengan
nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara bangsal
tempat coass dan perawat bertugas dengan kekuatan korelasinya (r) =
0,482 yang artinya kekuatan korelasinya sedang.
44
Gambar Hasil pengkulturan bakteri setelah cuci tangan
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik
angka kuman pada coass dan perawat setelah melakukan tindakan
hand hygiene (p= 0,003 atau p<0,05).
2. Jumlah angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand
hygiene berkisar antara <847 CFU/cm2 sampai dengan >1500
CFU/cm2 sedangkan jumlah angka kuman pada perawat setelah
melakukan tindakan hand hygiene adalah <847 CFU/cm2
B. SARAN
a. Perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu dengan
menambah sampel dan melakukan pengulangan pada tiap sampel.
b. Perlu diperhatikan adanya kontaminasi sebelum dilakukan
inkubasi.
c. Perlu informasi yang benar kepada petugas medis dan paramedis
tentang tindakan cuci tangan dan pentingnya melakukan tindakan
cuci tangan.
46
d. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan
supporting staff di rumah sakit (dokter yang bertugas, gizi, laboran,
dll ).
47
DAFTAR PUSTAKA
Allegranzi, B., Pittet, D. 2009. Role of hand hygiene in healthcare-associated
infection prevention. Journal of Hospital Infection, 73, 305-315. Diakses 12
november 2013 dari www.elseiverhealth.com/journals/jhin.
Barbara C.C. Lam, M. F. (2004). Hand Hygiene Practices in a Neonatal Intensive
Care Unit: A Multimodal Intervention and Impact on Nosocomial Infection.
Official Journal of The American Academy of pediatrics. Diakses 10 April
2013, dari http://pediatrics.aappublications.org/content/114/5/e565.full.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Hand Hygiene in
Healthcare Settings. Centers for Disease Control and Prevention. Diakses
pada 08 April 2013 dari http://www.cdc.gov/handhygiene/Basics.html.
Centers for Disease Control and Prevention. (2012). Hand Hygiene Basics.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses 09 April 2013, dari
http://www.cdc.gov/handhygiene/Basics.html
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalian. Jakarta:
Salemba Medika.
DepKes RI dalam Novi Hediyani. (2012). Manfaat Mencuci Tangan bagi
Kesehatan. Diakses 08 April 2013, dari http://www.dokterkuonline.com/index.php/article/88-manfaat-mencuci-tangan-bagi-kesehatan
Erasmus, Vicki., Daha, Thea J., Brug, Hans., Richardus, Jan H., Behrendt, M.,
Vos, M., et al. (2010). Systematic Review of Studies on Compliance with
Hand Hygiene Guidelines in Hospital Care. Chicago Journal. Diakses 26
April 2013 dari http://www.jstor.org/stable/pdfplus/10.1086/650451.pd
f?acceptTC=true.
Erasmus, Vicki., Daha, Thea J., Brug, Hans., Richardus, Jan H., Behrendt, M.,
Vos, M., et al .(2010). Systematic Review of Studies on Compliance with
Hand Hygiene Guidelines in Hospital Care. Chicago Journal. ,
http://www.jstor.org/stable/10.1086/650451.
Garner dan Favero dalam Bermen. (1998). Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis
Kozier
Erb.
Diakses
30
Maret
2013,
dari
http://books.google.co.id/books?id=9tLaDcEaV7wC&pg=PA2&dq=cuci+ta
ngan&hl=en&sa=X&ei=wspaUf3PHMeGrAfTsoCACw&redir_esc=y#v=on
epage&q=cuci%20tangan&f=false
Girou, E., Loyeau, S., & Buisson, C. (2002). Efficacy of handrubbing with
alcohol based solution versus standard handwashing with antiseptic soap:
randomised clinical trial. Diakses 14 oktober 2013, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC117885
48
hand hygiene europe. (2012). Diakses 04 April 2013, dari hand hygiene europe:
http://www.handhygieneeurope.com/acatalog/Information_facts_and_figure
s.html
Hartono, P. (2007). Perbandingan efektivitas cuci tangan menggunakan alkohol
70%, sabun dan irgasan dp 300 terhadap penurunan jumlah bakteri. Karya
Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta
Huang, Yuanchun., Xie, Wenni., Zeng, Jun., et al. 2013. Limited knowledge and
practice of Chinese medical students regarding health-care associated
infections. J Infect Dev Ctries, 7(2):144-151
Lankford, Marry, et al. (2003). Influence of Role Models and Hospital design on
the Hand Hygiene of Health-Care Workers. Emerging Infectious Disease,
217-223. Diakses 14 Mei 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc
/articles/PMC2901948/#!po=76.3158
Lucet, J.C, et al. (2002). Hand contamination before and after different hand
hygiene techniques: a randomized clinical trial. Journal of Hospital
Infection,
276-280.
Diakses
15
oktober
2013
dari
http://medisafe.ph/articles/Article.Hand%20contamination.pdf
Mandal, B., et al. (2008). Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Musadad, D. Anwar, et al. (1993). Kebiasaan cuci tangan petugas rumah sakit
dalam pencegahan infeksi nosokomial. Cermin Dunia Kedokteran No. 82.
Number of Microorganism on Your Hands. (2008). Number of Microorganism on
Your Hands. Dipetik 08 April 2013, dari http://www.handhygiene.net
/antisepsis/microorganisms.hands.html
Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Sax H, et al. (2007). About SAVE LIVES: Clean Your Hands. Diakses 04 April
2013, dari http://www.who.int/gpsc/5may/background/5moments/en/index.
html
Sax H, et al. (2007). ‘My five moments for hand hygiene’:a user-centred design
approach to understand, train, monitor and report hand hygiene, Journal of
Hospital Infection., 67, 9-21.
Schaffer, g. h. (2000). Pencegahan infeksi dan praktik yang aman. Jakarta: EGC.
Soedarmo, dkk. (2008). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd.ed). Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
49
Supeni, M. (2006). Hubungan perilaku cuci tangan perawat dengan angka
bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial. Karya Tulis Ilmiah strata satu,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta
Suwarni, A. (2001). Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi
Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca bedah Rawat Inap di Rumah
Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY tahun 1999. Badan Litbang
Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial yogyakarta .
World Health Organization. (2006). Health-care facility recommendations for
standard precautions key elements at a glance. European Tissue
Symposium.
Diakses
06
April
2013,
dari
http://www.europeantissue.com/wp-content/uploads/World-HealthOrganization-Hands-Washing-Instructions.pdf
World Health Organization. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health
Care:
a
Sumary.
Diakses
07
Juni
2013,
dari
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf
Zulkarnain. (2009). Infeksi Nosokomial. Jakarta: Interna Publishing.
50
LAMPIRAN
Data hasil angka kuman pada coass setelah melakukan tindakan hand hygiene di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No
Nama
1.
2.
Reni
Aji
3.
Priya
Bangsal
Lama Kerja
Aktivitas
8 bulan
9,5 bulan
Follow up
Mengantar pasien
post op
Follow up, asisten
dokter di poli
Perawatan bayi
Follow up
Follow up
Follow up
Asisten op
Asisten op
Asisten op di OK
Asisten op
Asisten op, medikasi
luka di poli, follow
up pasien bangsal
Vital sign
Vital sign
Follow up
Vital sign
Follow up
Vital sign
Vital sign
Vital sign
Vital sign
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata
Vital sign
9 bulan
Anak
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Waskito
Dwi
Fauziyah
Maya
Charly
Ramdhan
Ali
Fasha
Dimas
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Arutala
Firman
Fara
Novita
Bianda
Harry
Tejo
Shintia
Dian
Annisa
Arif
Agung
Bedah
Interna
Syaraf
Mata
Obsgyn
8 bulan
9 bulan
1 bulan
1 bulan
8 bulan
8 bulan
1,7 tahun
8 bulan
8 bulan
1 bulan
9,5 bulan
9,5 bulan
9,5 bulan
1 bulan
4 bulan
4 bulan
9 bulan
8 bulan
4 bulan
10 bulan
51
Angka
Kuman
860
1100
300
338
75
33
128
573
243
533
85
870
300
108
60
190
40
2320
353
2320
628
1350
300
328
Data hasil angka kuman pada perawat setelah melakukan tindakan hand hygiene
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No
Nama
Bangsal
1.
2.
Novi
Mey
3.
4.
5.
Henty
Lila
Aulia
6.
7.
Nurul
Safitri
1 bulan
1 bulan
8.
Falita
7 bulan
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Wahyu
Vivi
Eko
Nur
Dela
Ratna
Dewi
Lia
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
17.
Nindi
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Vika
Baiti
Dina
Harni
Ema
Anggun
Sinta
Ibnu Sina
Marwah
Raudah
Sakinah
Arafah
Poli bedah
Poli obsgyn
Lama
Kerja
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
2 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1,5 bulan
1 bulan
52
Aktivitas
Infus, injeksi
Infus, nebul, vital
sign
Infus
Infus
Infus, melepas
kateter
Infus, nebul
Infus, melepas
kateter
Mengantar pasien
hemodialisa
Injeksi
Injeksi
Injeksi
Infus
Bersihin feses
Nebul
Forbeden
Mengantar bayi,
nyiapin obat
Bersihin feses,
ganti infus
Injeksi
EKG
EKG
EKG, injeksi
Vital sign
Vital sign
Vital sign
Angka
Kuman
189
46
15
85
123
15
103
152
31
87
40
6
82
128
28
34
102
4
30
130
37
220
148
20
Download