Induksi Apoptosis Ekstrak Lengkuas Merah

advertisement
ISBN: 978-602-1145-33-3
BIOMEDICAL SCIENCE
Induksi Apoptosis Ekstrak Lengkuas Merah
(Alpinia Purpurata (Vieill.) K. Schum) Pada Sel Raji
Andriana1, Dina Fatmawati2.
1 Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
2 Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Corresponding Authors :
Andriana, Dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung, Jln. Kaligawe
KM 4 Semarang 50012 ph. (024)
6583584 fax. (024) 6594366,
Email: andrianawardhani@
gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Penelitian terhadap daun dan rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata
(Vieill) K. Schum) sebagai antikanker terhadap barbagai basis sel kanker manusia telah banyak
diketahui. Penelitian dari ekstrak rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata (Vieill) K. Schum)
yang dihubungkan dengan efektifitasnya sebagai antikanker pada sel kanker nasofaring masih
terbatas. TUJUAN: Untuk mengetahui efektifitas induksi apoptosis ekstrak rimpang lengkuas
merah pada sel kanker nasofaring secara in vitro.
METODE: Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan metode post
test only control group design dilakukan pada sel raji dengan kepadatan 2 x 10 4/100µl dalam empat
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari sel Raji dengan media kultur. Kelompok 1
merupakan kelompok kontrol sedang kelompok 2, 3, dan 4 masing-masing diberi ekstrak lengkuas
merah dosis 15, 30, dan 60 µg/ml. Keempat kelompok diulang 3 kali. Metode flowcitometry
digunakan untuk mendeteksi apoptosis. Untuk mengetahui rata-rata persentase apoptosis antar
keempat dan dua kelompok di gunakan Uji One Way Anova dan uji Post Hoc.
HASIL: Kelompok ekstrak rimpang lengkuas merah dosis 60 µg/ml (71,66%) menunjukkan
Persentase apoptosis tertinggi dan persentase apoptosis terendah pada kelompok kontrol (11,98%).
Rata-rata persentase apoptosis antar dua kelompok yang dibandingkan semuanya menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p < 0,05), dosis 60 µg/ml adalah yang paling signifikan efeknya.
KESIMPULAN: Hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh ekstrak rimpang lengkuas
merah terhadap induksi apoptosis sel kanker nasofaring.
Kata kunci: ekstrak rimpang lengkuas merah, apoptosis, sel kanker nasofaring
PENDAHULUAN
Sampai saat ini sudah ketahui sebanyak 40 jenis tanaman obat asli Indonesia yang dipercaya mempunyai
efek anti kanker yang memiliki prospek yang sangat baik sebagai obat kanker. sehingga disayangkan jika tanamantanaman ini tidak dimanfaatkan secara optimal (Mangan, 2003). Lengkuas merah (Alpinia purpurata) merupakan
salah satu tanaman yang telah diketahui bersifat antikanker. Zat aktif yang kandungan tertinggi yang terdapat
dalam Lengkuas merah adalah Acetoxy chavicol acetate (ACA) yang diduga dapat mengaktivasi caspase 3 yang
berfungsi dalam mengaktivasi apoptosis. Berbagai jenis alur sel kanker dan sel kanker primer manusia, seperti
sel kanker ovarium, payudara, skuamosa oral, hepatosit, dan epidermoid serviks terbukti dapat dihambat
pertumbuhannya oleh Acetoxy chavicol acetate (Awang dkk., 2010; Kholid dkk., 2012; Raj dkk., 2012). Sampai
saat ini penelitian terhadap apoptosis sel kanker nasofaring dengan menggunakan ekstrak rimpang lengkuas
merah belum banyak diketahui.
Terapi untuk kanker nasofaring sama dangan terapi kanker pada umumnya, antara lain yaitu radioterapi,
kemoterapi, atau kombinasi keduanya (kemoradioterapi) (Brady, Heilmann, & Nieder, 2010) terapi dengan
radioterapi merupakan jenis terapi yang lebih dominan digunakan namun tergantung pada stadium tumor (IMV
Medical Division, 2010). Untuk stadium I dan II diperoleh respons komplit 80% - 100% dengan radioterapi.
Stadium III dan IV ditemukan angka kegagalan respons lokal dan metastasis jauh, yaitu 50% - 80% disimpulkan
makin lanjut stadium tumor, makin berkurang responnya terhadap radiasi (Prijadi, 2009), sedangkan respon
radioterapi menurun tajam dengan angka harapan hidup kurang dari 40% (Tan dan Prasad dalam Kentjono,
2003). Radioterapi mempunyai efek samping seperti gangguan pendengaran atau penglihatan karena kerusakan
saraf tertentu, kerusakan tulang di tengkorak, masalah gigi, serta kerusakan kelenjar salivarii, walaupun terapi
ini sangat bermanfaat (cancer.org, 2013). Terapi dengan menggunakan kemoterapi berpotensi mereduksi sel-sel
yang sehat dan berefek pada rambut rontok, mual, dan lemas. Disamping efek samping yang membuat penderita
tidak nyaman, seringkali terapi-terapi tersebut juga tidak terjangkau oleh masyarakat karena harga yang sangat
mahal, sehingga perlu dicari obat alternatif dari bahan dasar herbal tradisional atau tumbuhan lokal untuk
mengobati kanker (Pristiani, 2012).
PROCEEDING BOOK “SCIENTIFIC ANNUAL MEETING
Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI)” 2016
Salah satu tanaman yang diketahui untuk terapi antikanker adalah Lengkuas merah (Alpinia purpurata
a
(Vieill) K. Schum) yang mengandung alkaloid, flavonoid, dan terpenoid (Raj dkk., 2012
). Penelitian Raj dkk.
(2012b) Aktivitas antikanker terhadap garis sel kanker ovarium PA1 pada 48 jam dengan nilai konsentrasi paruh
hambat maksimal 110,25 µg/mL karena pengaruh ekstrak etil asetat daun lengkuas merah. Penelitian Raj dkk.
(2012a) juga menunjukkan ekstrak etil asetat daun lengkuas merah memiliki aktivitasi antikanker yang potensial
terhadap human ovarian cancer cell line (OAW42) pada jam ke-48 dengan IC 50 130,20 µg/mL dan memperlihatkan
penurunan jumlah sel tergantung pada dosis yang digunakan. Penelitian lain juga menunjukkan Alpinia purpurata
memiliki efek yang kuat pada H 2O 2 yang menginduksi kerusakan oksidatif (Jovitta, Aswathi, & Suja, 2012).
Ekstrak rimpang Alpinia purpurata mempengaruhi rata-rata persen apoptosis sebesar 52,18% dan peningkatan
apoptosis baris sel breast adenocarcinoma (MCF-7) pada dosis 17µg/ml ( Kholid, 2012)
Sifat antikanker dari berbagai bagian lengkuas merah (daun dan rimpang) terhadap berbagai baris sel kanker
manusia sudah uraian diatas namun laporan penelitian tentang potensi antikanker dari ekstrak rimpang lengkuas
merah terhadap sel kanker nasofaring masih terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak
rimpang lengkuas merah terhadap apoptosis sel kanker nasofaring secara in vitro.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan design penelitian Post test only
control group design. Penelitian ini terdiri dari empat kelompok penelitian. Kelompok pertama yaitu sel Raji yang
diberi media kultur, kelompok kedua adalah ekstrak lengkuas merah 15 µg/ml yang diberikan pada sel Raji yang
diberi media kultur, kelompok ketiga adalah ekstrak lengkuas merah 30 µg/ml yang diberikan pada Raji yang
diberi media kultur dan kelompok keempat adalah ekstrak lengkuas merah 60 µg/ml yang diberikan pada sel
Raji yang diberi media kultur. Keempat kelompok ini diulang sebanyak 3 kali.
Ekstrak etil asetat rimpang lengkuas merah berbentuk ekstrak kental yang telah diuapkan pelarutnya
dengan rotary evaporator. Pelarut yang digunakan etil asetat 99,9%, pemilihan pelarut tersebut diharapkan dapat
menarik senyawa ACA (Rusmarilin, 2003).
Pembuatan larutan stok, induk, dan uji
Ekstrak rimpang lengkuas merah sebanyak 0,005 mg, ditambahkan dengan natrium bikarbonat 2 gr, hepes
2 gr, dan dilarutkan dengan aquabidest sebanyak 1000 ml, digunakan sebagai larutan stok.
Larutan induk dibuat dari 200 µL larutan stok dan 800 µL RPMI diperoleh larutan induk sebanyak 1000
µL, dan pembuatan larutan uji dilakukan dengan cara menambahkan 300 µL RPMI ke dalam 2700 µL larutan
induk sehingga diperoleh dosis 100 µg/ml yang kemudian diencerkan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
Preparasi sampel sel raji
Sel raji yang inaktif dalam wadah ampul dari tangki nitrogen cair diambil dan segera dicairkan pada suhu
370C kemudian diambil dan ditempatkan dalam 4 tabung. Ampul dibuka dan sel sebanyak 6 ml dipindahkan
ke dalam tabung konikal steril yang berisi RPMI 1640. Suspensi sel disentrifuge 2000 rpm selama 10 menit,
kemudian bagian supernatan dibuang, endapan putih yang terdapat di dasar konikal adalah koloni sel. Setelah
supernatan dibuang, diganti media yang baru kemudian disuspensikan perlahan.
Suspensi sel disentrifuge lagi selama 10 menit, supernatan dibuang, pellet ditambah 1 ml media penumbuh
dengan FBS 10%, diresuspensikan perlahan hingga homogen. Selanjutnya sel ditumbuhkan dalam beberapa tissue
culture flask kecil (4 buah), diinkubasikan dalam inkubator suhu 37 0C CO 2 5%. Sehari kemudian media diganti
dan sel ditumbuhkan lagi hingga konfluen (sel telah memenuhi flask) dan jumlahnya cukup untuk penelitian.
Cara pengambilan sampel
Masing- masing sel raji dimasukkan ke dalam 24 well-plate dengan masing-masing sumuran mengandung 2
x 104 sel pada inkubator CO 2 5%, 370C. Kemudian sel raji diinkubasi selama 24 jam di dalam inkubator, setelah itu
disentrifuge dengan kecepatan 2000 RPM selama 10 menit. Media dibuang kemudian ditambahkan larutan FBS
dan bersihkan pada vortex berikutnya sel kembali disentrifuge. Media sel yang sudah dicampur dengan larutan
FBS dibuang, kemudian ditambahkan 2 µl Annexin V/PI kit Roche® berikutya diberi buffer dan bersihkan pada
vortex. Inkubasi 10 menit pada suhu 4°C dalam gelap, diamkan dalam kulkas dan digunakan alat flowcytometry
untuk menghitung persentase apoptosis. Pengukuran jumlah sel apoptosis menggunakan flowcytometry, hasilnya
ditunjukkan pada kuadran IV diagram Annexin Y Fluos.
Data persentase apoptosis diuji dengan One Way Anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD (least significance
0
ISBN: 978-602-1145-33-3
determinant).
HASIL
Hasil perhitungan persentase apoptosis masing-masing kelompok penelitian ditunjukkan Tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Persentase Apoptosis
Keterangan: ERLM = ekstrak rimpang lengkuas merah
Tabel 1 merupakan tabel pengamatan uji apoptosis ekstrak rimpang lengkuas merah terhadap sel Raji.
Persentase apoptosis terendah tampak pada kelompok kontrol dan tertinggi ditunjukkan pada kelompok ekstrak
rimpang lengkuas merah dosis 60 µg/ml.
Uji One Way Anova menunjukkan ada beda rata-rata persentase apoptosis yang bermakna antar kelompok
uji dimana nilai p = 0,000 (p < 0,05). Perbedaan tersebut secara rinci ditunjukkan dengan hasil uji LSD sebagai
berikut:
Tabel 2 Hasil uji Post Hoc LSD
Tabel 2 menunjukkan rata-rata persentase apoptosis antar dua kelompok yang dibandingkan semuanya
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05).
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini ekstrak rimpang lengkuas merah terbukti dapat meningkatkan apoptosis pada sel Raji
yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan bermakna rata-rata persentase apoptosis antara kelompok kontrol
dengan kelompok berbagai dosis ekstrak rimpang lengkuas merah. Seperti diketahui pada rimpang lengkuas
merah memiliki zat-zat aktif lain selain L’acetoxy chavicol acetate ACA yaitu seperti minyak atsiri, fenol,
flavonoid, dan terpenoid yang belum diketahui apakah zat-zat aktif tersebut juga turut bersinergi dengan ACA
dalam menginduksi apoptosis.
Pada penelitian yang dilakukan Jovitta, Aswathi, & Suja (2012) menyebutkan bahwa kandungan dari
ekstrak rimpang lengkuas merah memiliki efek yang kuat pada kerusakan oksidatif H
O dan menunjukkan
2 2
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi sehingga dapat mencegah kerusakan oksidatif pada sel-sel yang normal.
Penelitian Kholid (2012) menyebutkan bahwa ekstrak rimpang lengkuas merah terbukti meningkatkan indeks
b
apoptosis pada sel HeLa. Penelitian Raj (2012
) juga menunjukkan ekstrak etil asetat daun lengkuas merah
memiliki aktivitas antikanker terhadap garis sel kanker ovarium PA1.
Mekanisme antikanker minyak atsiri yaitu melalui induksi kerusakan membran dan sitotoksisitas pada sel
kanker (Özkan dan Erdo ğan, 2011). Fenol telah diketahui berfungsi sebagai zat antikanker yang dapat menstimulir
terjadinya perombakan racun tubuh dan menghilangkan zat-zat kimia penyebab kanker (Wirakusumah, 2007).
Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker dan juga
berperan sebagai penyebab kematian sel kanker (Utami dan Puspaningtyas, 2013; Jovitta, Aswathi, & Suja, 2012).
Efek anti-kanker terpenoid antara lain terkait dengan retardasi penangkapan siklus sel, induksi apoptosis, dan
1
PROCEEDING BOOK “SCIENTIFIC ANNUAL MEETING
Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI)” 2016
penghambatan metastasis atau invasi jaringan (Lu et al., 2012).
Penyebab terjadinya apoptosis diduga akibat dari kandungan L’acetoxy chavicol acetate (ACA) dalam
ekstrak etil asetat rimpang lengkuas merah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rusmarilin (2003)
menyatakan kandungan tertinggi ekstrak etil asetat rimpang lengkuas merah yang diidentifikasi dengan HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) adalah ACA. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Widjaja (2009) yang menunjukkan bahwa ACA dari ekstrak
rimpang lengkuas putih dapat meningkatkan indeks apoptosis.
L’acetoxy chavicol acetate (ACA) pada ekstrak rimpang lengkuas merah mampu menyebabkan apoptosis
melalui mekanisme secara intrinsik, antara lain melalui jalur metabolisme polyamin dan aktivasi caspase-3 pada
tumor sel, juga melalui penghambatan NF- κB (Czogalla and Sikorski, 2005; Awang et al., 2010; Chudival, Jain,
& Somani, 2010; Chao et al., 2011, Rui et al., 2012).
Metabolisme polyamin yang terganggu akan mengakibatkan gangguan transport ion melalui membran sel.
Jika terjadi penurunan ion pada membran sel, maka akan menurunkan integritas membran sel. Caspase 3 akan
berikatan dengan sitoplasma dan nukleus protein membentuk badan apoptosis (Czogalla and Sikorski, 2005).
L’acetoxy chavicol acetate dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Awang et al., 2010; Chudival, Jain, &
Somani, 2010; Chao et al., 2011, Rui et al., 2012) berefek dalam menghambat NFκB (nuclear factor-kappa B)
karena aktivasi NF- κB menekan apoptosis, maka penghambatan NF- κB akan menginduksi apoptosis.
L’acetoxy chavicol acetate juga menyebabkan apoptosis dengan cara menurunkan kadar gluthatione
intraselular (Ito, 2004; Banjerdpongchai dkk., 2011). Turunnya kadar gluthatione inilah yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara pembentukan ROS dan kemampuan detoksifikasi sel (Brozovic dkk, 2010), sehingga
menyebabkan pelepasan apoptosis induction factor (AIF) dari mitokondria ke sitosol, yang akhirnya akan bertranslokasi
ke nukleus dan menyebabkan sel berapoptosis.
Penelitian Jovitta, Aswathi, & Suja (2012) menyebutkan bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas merah
dapat digunakan sebagai isolasi terapi dan masih memerlukan evaluasi farmakologis lebih lanjut. Penelitian
Kholid (2012) menyebutkan pengaruh ACA terhadap apoptosis sel HeLa terdapat kemungkinan bias oleh efek
b
sinergi zat-zat lain dengan ACA, sehingga ACA perlu diisolasi secara tersendiri. Penelitian Raj (2012
) juga
menyarankan pentingnya meneliti zat-zat aktif pada lengkuas merah selain ACA yang berpotensi sebagai agen
chemoprevention dari bahan alam.
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu rimpang lengkuas merah yang digunakan untuk penelitian ini
memiliki zat-zat aktif lain seperti minyak atsiri, fenol, flavonoid, dan terpenoid sehingga tidak dapat diketahui
apakah zat-zat aktif tersebut juga turut bersinergi dengan ACA dalam menginduksi apoptosis. Keterbatasan lain,
yaitu ekstrak rimpang lengkuas merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak rimpang lengkuas
merah yang belum diuji kevalidannya, peneliti hanya mengidentifikasi kevalidan ekstrak rimpang lengkuas merah
tersebut dari tidak adanya jamur atau cendawan yang tumbuh di dalamnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh ekstrak rimpang lengkuas merah terhadap apoptosis sel
kanker nasofaring secara in vitro. Rata-rata persentase sel kanker nasofaring yang mengalami apoptosis setelah
pemberian ekstrak rimpang lengkuas merah masing-masing untuk dosis 15, 30, dan 60 µg/ml adalah 29,16%;
60,78%; dan 71,66%. Dosis ekstrak rimpang lengkuas merah yang menunjukkan pengaruh paling signifikan
terhadap persentase apoptosis sel kanker nasofaring adalah konsentrasi 60 µg/ml.
Penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme ACA dari ekstrak rimpang lengkuas merah dalam menginduksi
apoptosis sel kanker nasofaring dengan cara mengisolasi ACA dari zat-zat aktif lain dalam ekstrak rimpang
lengkuas merah yang juga bersifat antikanker (minyak atsiri, fenol, flavonoid, dan terpenoid) masih perlu
dilakukan. Penelitian ini masih perlu ditindaklanjuti menggunakan hewan coba yang telah diinokulasi sel kanker
nasofaring (uji in vivo, perlu dilakukan uji kevalidan ekstrak rimpang lengkuas merah yang telah digunakan
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Awang K., Mohamad N. A., Lionel I. L., et al., 2010. The Apoptotic Effect of 1’S-1’-Acetoxychavicol Acetate
from Alpinia Conchigera on Human Cancer Cells, Molecules 2010, 15, 8048-8059; doi:10.3390/
molecules15118048.
Banjerdpongchai, R., P. Punyati., A. Nakrob, W. Pompimon, P. Kongtawelert. 2011. 4’-Hydroxinnamaldehyde
from Alpinia galanga (Linn) Induces Human Leukemic Cell Apoptosis via Mitochondrial and Endoplasmic
Reticulum Stress Pathway. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention Vol 12: 593-598
2
ISBN: 978-602-1145-33-3
Brady L, Heilmann H-P, Molls M, Nieder C. 2010. Foreword. In: Lu JJ, Brady LW (eds) Decision making in
radiation oncology (Bd. 2). Springer, Heidelberg
Brozovic A, Ambriovi ć-Ristov A, Osmak M. 2010. The relationship between sisplatin-induced reactive oxygen
species, glutathione, and BCL-2 and resistance to sisplatin. Crit. Rev.Toxicol., 40, 347–359
Cancer.org., 2013, Radiation therapy for nasopharyngeal cancer, http://www.cancer.org/cancer/
nasopharyngealcancer/detailedguide/nasopharyngeal-cancer-treating-radiation-therapy, dikutip 18 Maret
2013.
Chao L. K., Shan Y. W., Siu IP, et al., 2011, Apoptotic death in curcumin-treated NPC-TW 076 human nasopharyngeal
carcinoma cells is mediated through the ROS, mitochondrial depolarization and caspase-3-dependent
signaling responses, International Journal of Oncology 39: 319-328.
Chudival A.K, Jain D.P, & Somani R.S, 2010, Alpinia galanga Willd., - An Overview on Phyto-Pharmacological
Properties, Indian Journal of Natural Products and Resources, Vol. I (2), June 2010, postpartum. 143149.
Czogalla A. & Sikorski AF. 2005. Spectrin and calpain: a ‘target’and a ‘sniper’in the pathology of neuronal cells.
Cellular and Molecular Life Sciences CMLS, 62(17): 1913-1924.
Imenez DRM, Ramazanov A, Sikorski S, Ramazanov Z, Chkhikvishvili I. 2005. A new method of standartization
of health-promoting pomegranate fruit (Punica granatum) extract. Georgian Med News 140: 70-7.
IMV Medical Division, 2010, Radiation Oncology, http://www.marketresearch.com/IMV-Medical-InformationDivision-Inc-v229/.
Ito, K., T. Nakazato, M.J. Xian, T. Yanada, N. Hozumi, A. Murakani, H. Oigáis, Y. Ikeda and M. Kizaki. 2004.
1’- Acetoxychavicol acetate is a novel nuclear factor KB inhibitor with significant activity against multiple
myeloma in vitro and in vivo. Cancer. Res. 65 (10):4417-4424
Jovitta J.C., Aswathi S., & Suja S., 2012. In-Vitro Antioxidant and Phytochemical Screening Of Ethanolic Extract
Of Alpinia Purpurata. IJPSR, 2012; Vol. 3(7): 2071-2074.
Kentjono, W.A., 2003. Perkembangan Terkini Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring. Dalam: Majalah Kedokteran
Tropis Indonesia. Surabaya: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok-Kepala Leher, SMF Ilmu Penyakit THT FK Unair/RSUD dr. Soetomo. Surabaya.
Kholid A., Fatmawati D., & Mashoedi. 2012. Efek Apoptosis Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
purpurata) Terhadap Sel HeLa (Sel Kanker Leher Rahim) Uji Eksperimental Secara In Vitro. Naskah
Publikasi Karya Tulis Ilmiah. FK Unissula Semarang.
Lu J.J., YeDang Y., MinHuang,Wen-ShanXu, Xiu-Ping Chen, Yi-Tao Wang, 2012. Anti-cancer
propertiesofterpenoidsisolatedfrom Rhizoma Curcumae – Areview. Journal of Ethnopharmacology 143
(2012) 406–411.
Mangan Y. 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Depok : PT Agromedia Pustaka. h. 4.
Özkan A., dan Erdo ğan A., 2011. A Comparative Evaluation Of Antioxidant And Anticancer Activity Of
Essential Oil From Origanum Onites (Lamiaceae) And Its Two Major Phenolic Components. Turk J. Biol.
35 (2011) 735-742.
Prijadi R., 2009. Angka Harapan Dua Tahun Penderita Karsinoma Nasofaring pada Berbagai Stadium yang
Dilakukan Terapi Kemoradiasi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.
Pristiani I., 2012. 7 Kelebihan Obat Herbal Alami. Kompas Online.
PROCEEDING BOOK “SCIENTIFIC ANNUAL MEETING
Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI)” 2016
Raj C. A., Paramasivam R., Dominic S., et al., 2012a. Evaluation of in vitro antioxidant and anticancer activity
of Alpinia purpurata. Chinese Journal of Natural Medicines 2012, 10(4): 0263
-0268
Raj C. A., Paramasivam R., Dominic S., et al., 2012b. Leaf Extract of Alpinia purpurata (Vieill) K. Schum
screened fot its phytochemical constituents and antibacterial and anticancer activities. Chinese Journal of
Natural Medicines 2012, Vol. 1. Desember 2012. No. 12; 1460-1464.
Rusmarilin, H. 2003. Aktivitas antikanker ekstrak lengkuas lokal (Alpinia galanga (L) Sw) pada alur sel kanker
manusia serta mencit yang ditrasplantasi dengan sel tumor primer. Thesis S3, IPB, Bogor
Utami P., dan Puspaningtyas D.E., 2013. The Miracle of Herbs, Daun, Umbi, Buah, dan Batang Tanaman Ajaib
Penakluk Aneka Penyakit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka; 77.
Wirakusumah E.S., 2007. 202 Jus Buah dan Sayuran. Jakarta: Penebar Plus; 21.
Download