Perancangan Data Warehouse Sebagai A lat Analisis Penjualan

advertisement
 Bab 2
Tinjauan Pustaka
2. 1 Penelitian Terdahulu
Perancangan dan Pembangunan Data Warehouse pada PLN
Salatiga menggunakan skema snowflake. Perusahaan Listrik Negara
merupakan suatu aset berharga dibidang bisnis yang cukup
berkembang dengan baik. Karena begitu banyaknya pelanggan PLN
di Salatiga, maka pengolahanya cenderung masih terpisah oleh
karena itu usulan mengenai penggunaan data warehouse sangatlah
cocok untuk studi kasus pada PLN Salatiga. Beberapa hasil analisa
yang dapat dipakai untuk kegiatan PLN Salatiga adalah seberapa
besar pendapatan dari beberapa dimensi, yang nantinya akan
mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan (Handoyo, 2008).
Pada penelitian tentang data warehouse berbasis OLAP lain
yang berjudul Pembuatan data warehouse Pengukuran Kinerja
Proses Belajar Manager di
Universitas Kristen Petra, data
warehouse yang digunakan untuk membantu penyediaan data yang
dibutuhkan dalam pengukuran kinerja proses belajar mengajar
tersebut. Informasi yang dihasilkan pada data warehouse tersebut
adalah kinerja dosen, kinerja mahasiswa, tingkat kelulusan mata
kuliah dan summary dari nilai tiap mata kuliah. Proses
multidimensional query dilakukan dengan menggunakan pivoting
table dan chart. Pengguna dapat memanipulasi data yang tampil
pada setiap sumbunya seperti yang dapat dilakukan pada pivot table,
7 8 hanya saja informasi yang ditampilalkan akan berbentuk grafik
(Handojo dan Rostianingsih, 2004).
2.2
Data Warehouse
Data warehouse adalah kumpulan data dari berbagai
resource, yang terintegrasi, teragregrasi dan terstruktur yang
disimpan dalam suatu gudang data (repository) dalam kapasitas
besar sehingga memungkinkan user untuk memeriksa history data
dan mendukung analisa dengan tujuan dapat digunakan untuk proses
pengambilan
keputusan
berdasarkan
analisa
yang
dibuat
(Darmawikarta, Djoni 2003).
Gambar 2.1 Arsitektur Data Warehouse [Darmawikarta, Djoni 2003].
Data warehouse merupakan teknologi yang terbangun atas
himpunan konsep baru dan perangkat yang digunakan untuk
mendukung aktivitas pekerja pengetahuan seperti manager, eksekutif
9 dan analis sistem. Materi produk teknologi ini digunakan untuk
perangkat pengambilan keputusan organisasi.
Pendekatan mendasar pembangunan data warehouse adalah
tersedianya informasi yang berkualitas untuk organisasi dari sumber
data internal dan eksternal yang berada dalam bentuk bervariasi
mulai dari data dalam bentuk struktur tradisional sampai dengan data
dalam bentuk yang tidak terstruktural seperti tipe data tekstual atau
multimedia.
Dengan bantuan Data Warehouse, pada sistem CV. Apollo
Sakti Motor diharapkan dapat melakukan analisa profitabilitas
produk ini akan menjadi begitu penting bagi perusahaan
pemakainya, selain itu dapat dijelaskan pemakaian data warehouse
pada penelitian ini untuk jangka waktu ke depan dengan record
hystoris data pada perusahaan yang bertambah lebih banyak dan
lebih besar, maka daya tampung data warehouse akan memenuhi
kebutuhan sistem sehingga akan menghemat biaya bagi perusahaan
apabila ingin mengembangkan aplikasinya. Pentingnya penggunaan
data warehouse adalah mengolah historis data yang komplek (dalam
jumlah besar) menjadi informasi yang mudah dipahami dalam
bentuk grafik, dan akhirnya dapat menunjang kemudahan bagi
perusahaan untuk menganalisa pengukuran profitabilitas terhadap
produk-produk yang ada dalam suatu perusahaan distributor menjadi
kebutuhan terpenting bagi manajemen perusahaan saat ini pada data
warehouse yang ada. Pengertian Data Warehouse dapat bermacammacam namun mempunyai inti yang sama, seperti pendapat
beberapa ahli berikut ini. Menurut W.H. Inmon dan Richard D.H.
10 (1999), data warehouse adalah koleksi data yang mempunyai sifat
berorientasi subjek, terintegrasi, time-variant, dan bersifat tetap dari
koleksi data dalam mendukung proses pengambilan keputusan
manajemen. Karakteristik data warehouse menurut Inmon dan
Richard, yaitu:
a. Integrated (Terintegrasi)
Karakteristik yang pertama adalah Data Warehouse dapat
menyimpan data-data yang berasal dari sumber-sumber yang
terpisah ke dalam suatu format yang konsisten dan saling
terintegrasi satu dengan lainnya. Dengan demikian data tidak bisa
dipecah-pecah karena data yang ada merupakan suatu kesatuan
yang menunjang keseluruhan konsep data warehouse itu sendiri.
Syarat integrasi sumber data dapat dipenuhi dengan berbagai
cara seperti konsisten dalam penamaan variabel, konsisten dalam
ukuran variabel, konsisten dalam struktur pengkodean, dan
konsisten dalam atribut fisik dari data.
b. Subject Oriented (Berorientasi Subyek)
Data
warehouse
berorientasi
subject
artinya
data
warehouse didesain untuk menganalisa data berdasarkan subjek
subjek tertentu dalam organisasi, bukan pada proses atau fungsi
aplikasi tertentu. Data warehouse diorganisasikan di sekitar
subjeksubjek utama dari perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan
(customers,
diorganisasikan
pada
products
area-area
dan
aplikasi
sales)
utama
dan
tidak
(customer
invoicing,stock control dan product sales). Hal ini dikarenakan
kebutuhan dari data warehouse untuk menyimpan data-data yang
11 bersifat sebagai penunjang suatu keputusan, dari pada aplikasi
yang berorientasi terhadap data
c. Time-variant (Rentang Waktu)
Data warehouse dapat dikatakan akurat atau valid pada
rentang waktu tertentu. Untuk melihat interval waktu yang
digunakan dalam mengukur keakuratan suatu data warehouse
dapat menggunakan beberapa cara antara lain:
- Cara yang pertama, dengan menggunakan variasi/perbedaan
waktu yang disajikan dalam data warehouse baik implicit
maupun explicit, secara explicit dengan unsur waktu dalam hari,
minggu, bulan, dan sebagainya. Secara implicit misalnya pada
saat data tersebut diduplikasi pada setiap akhir bulan, atau per
tiga bulan. Unsur waktu akan tetap ada secara implicit di dalam
data tersebut.
- Cara yang kedua,variasi waktu yang disajikan data warehouse
melalui serangkaian snapshot yang panjang. Snapshot merupakan
tampilan dari sebagian data tertentu sesuai keinginan pemakai
dari keseluruhan data yang ada bersifat read-only.
d. Non-Volatile
Karakteristik keempat dari data warehouse adalah nonvolatile, maksudnya data pada data warehouse tidak memproses
update secara real time tetapi di-refresh dari sistem operasional
secara reguler. Data yang baru selalu ditambahkan sebagai
suplemen bagi database itu sendiri dari pada sebagai sebuah
perubahan.
12 Berbeda dengan database operasional yang dapat melakukan
update, insert dan delete terhadap data yang mengubah isi dari
database sedangkan pada data warehouse hanya ada dua kegiatan
memanipulasi data yaitu loading data (mengambil data) dan akses
data (mengakses data warehouse seperti melakukan query atau
menampilkan laporan yang dibutuhkan, tidak ada kegiatan updating
data). Kebutuhan pemanfaatan data warehouse di sejumlah
organisasi didasarkan pada dua pertimbangan, pertama kebutuhan
operasional, yang mendukung fungsional kegiatan transaksi bisnis
setiap hari, optimasi dengan respon yang cepat pada proses transaksi
dan representasi bersifat waktu nyata pada identifikasi status bisnis.
Kedua kebutuhan informasi, digunakan untuk pengelolaan dan
pengendalian bisnis dalam bentuk analisis data untuk pengambilan
keputusan status organisasi di masa sekarang dan masa mendatang
(Gatziu dan Athanasios,1999).
Fungsi utama data warehouse adalah mengambil (termasuk
data dari luar yang dibutuhkan, misalnya daftar kode pos dari kantor
pos),
mengumpulkan,
mempersiapkan
(transforming,
seperti
membersihkan, mengintegrasikan, decoding), menyimpan (loading),
dan menyediakan data untuk pemakai atau aplikasi yang bersifat
query atau reporting (read-only), hanya satu data terpercaya ini yang
digunakan oleh semua yang membutuhkan (single version of truth),
untuk pelaporan, analisa informasi dan mengambil keputusan
(analytical application). Sekali data masuk ke dalam data
warehouse, data yang memang dirancang dan ditujukan bukan hanya
untuk satu atau sejumlah pemakaian yang sudah diketahui, dapat
13 digunakan untuk aplikasi mendatang dan belum pernah sebelumnya
terpikirkan, dibandingkan ini dengan pembangunan aplikasi
operasional (Darmawikarta, 2003).
Jadi, data warehouse merupakan metode dalam perancangan
database, yang menunjang DSS (Decission Support System) dan EIS
(Executive Information System). Secara fisik data warehouse adalah
database, tapi perancangan data warehouse dan database sangat
berbeda. Dalam perancangan database tradisional menggunakan
normalisasi, sedangkan pada data warehouse normalisasi bukanlah
cara yang terbaik. Konsep dasar OLAP bersumber dari kebutuhan
untuk efisiensi. Rangkuman atau agregasi data, penjumlahan, rerata,
nilai maksimum dan minimum dikalkulasi dan disimpan dalam data
cube yang bersifat multidimensional (Song dan Brown, 2002).
Gambar 2.2 Arsitektur OLAP dalam Data Warehouse (Song dan Brown,
2002)
Penjelasan Gambar 2.2 adalah tentang perjalanan data
transaksi kemudian diproses menjadi data multidimensional yang
14 diterapkan ke dalam bentuk output visualisai yang kemudian
hasilnya langsung dapat dianalisis.
Online Analytical Processing atau disingkat OLAP adalah sebuah
pendekatan secara cepat menyediakan jawaban-jawaban terhadap
query analitik yang multidimensi yang ada. OLAP adalah bagian
dari kategori yang lebih global dari pemikiran bisnis, yang juga
merangkum hubungan antara pelaporan dan penggalian data.
Database yang dikonfigurasikan untuk pelayanan OLAP model data
multidimensi, bisa digunakan untuk analisis komplek dan query
khusus (ad hoc) dengan suatu laju waktu eksekusi. Mereka
meminjam aspek database navigasi dan database hierarki yang lebih
cepat daripada yang sefamilinya.
Dari definisi-definisi yang dijelaskan tadi, dapat disimpulkan
data warehouse adalah database yang saling bereaksi yang dapat
digunakan untuk query dan analisis, bersifat orientasi subjek,
terintegrasi, time-variant, dan tidak berubah yang digunakan untuk
membantu para pengambil keputusan.
Data warehouse disertai OLAP dapat menghasilkan output yang
dapat digunakan sebagai analisa yang akan sangat membantu
perusahaan dalam mengambil keputusan secara tepat dan cepat
15 2.3
Multi Dimensional Database (OLAP)
(MDM) atau Multidimensional Modeing merupakan salah
satu pendekatan dari data warehouse yang dibangun berdasarkan
metode OLAP (On-Line Analytical Processing) yang memiliki
konsep dimensi , hierarki, dan anggota. Agregat dari penerapan
konsep tersebut dapat ditampilkan dengan star schema dan
snowflake schema design. Dibandingkan dengan konsep database
relasional, konsep multidimensional database dapat melakukan
analisa dari berbagai sudut dimensi.
OLAP menggambarkan sebuah kelas teknologi yang
dirancang untuk analisa dan akses data secara khusus. Apabila pada
proses transaksi pada umumnya semata-mata adalah pada relational
database, OLAP muncul dengan sebuah cara pandang multidimensi
data. Cara pandang multidimensi ini didukung oleh teknologi
multidimensi database. Cara ini memberikan teknik dasar untuk
kalkulasi dan analisa oleh sebuah aplikasi bisnis. OLTP mempunyai
karakteristik beberapa user dapat creating, updating, retrieving
untuk setiap record data, lagi pula OLTP sangat optimal untuk
updating data. OLAP aplikasi digunakan untuk analisa dan mengatur
frekuensi level dari agregat (ringkasan jumlah data dalam data
warehouse dari yang semula bersifat detail menjadi lebih ringkas
agar performa data warehouse lebih cepat). Database biasanya diupdate pada kumpulan data, jarang sekali dari multiple source dan
menempatkan kekuatan analisa pada back-end pada operasi aplikasi.
Sebab itulah OLAP sangat optimal digunakan untuk analisis.
16 Gambar 2.3 Arsitektur OLAP (Lin dan Donald, 2002)
Pada Gambar 2.3 dijelaskan gambaran OLAP secara
visualisasi, yaitu kumpulan dari data-data yang berekstensi berbeda
seperti Excel, SQL Server, serta MySQL digabungkan menjadi
sebuah kesatuan data warehouse. Data warehouse inilah yang
kemudian diolah oleh OLAP data cube menjadi sebuah analisis
multidimensional sehingga memudahkan user dalam membaca data
untuk proses pengambilan keputusan.
Data-data yang terkumpul dari beberapa sumber informasi
inilah yang awalnya tersimpan dalam database dan akan lebih
berarti apabila disimpan sebagai data warehouse sebagai salah satu
cara untuk melakukan pengamatan dan analisis dari beberapa record
yang telah tersimpan. Hasil dari analisis data warehouse dapat
digunakan oleh pihak manajemen untuk membantu pengambilan
keputusan. Dalam jangka panjang, hal ini juga dapat memberikan
kontribusi untuk kepentingan Customer Relationship Management.
Untuk membantu pengambilan keputusan ini, ada banyak hal yang
17 dapat dilakukan. Salah satunya adalah menggunakan OLAP (Online
Analitical Processing). OLAP merupakan sistem yang bertugas
untuk mengubah data yang disimpan dalam data warehouse dan
mentransformasikan data menjadi struktur multidimensi (cube).
Hasilnya nanti juga akan dapat dibuat sebagai sebuah summary
report yang multidimensi (Ivanova dan Rachev, 2004).
Pada data multidimensi, terdapat operasi-operasi dasar yang
digunakan untuk analisa agar mendapatkan data yang diinginkan,
yaitu (Prasetyo, dkk, 2010) :
a. Rotation / Pivoting
Rotation / pivoting merupakan operasi pada OLAP untuk
merubah berbagai macam sudut pandang data sehingga
perubahan perspektif sudut pandang menjadi lebih mudah,
dengan kata lain analisa data dengan merubah posisi atau pivot
dimensinya. Operasi ini dilakukan dengan melakukan rotasi atau
perputaran untuk tiap-tiap dimensi. Misalnya dilakukan proses
rotation / pivoting pada dimensi produk yang diwakili oleh
sumbu Y, dimensi waktu yang diwakili oleh sumbu X dan
dimensi lokasi diwakili oleh sumbu Z, dimana dimensi lokasi di
rotasi dengan dimensi waktu sehingga hasil yang tampak seperti
pada Gambar 2.4
18 Gambar 2.4 Proses Rotation/Pivoting (Prasetyo, dkk, 2010)
b. Slice dan Dice
Operasi Slicing dan Dicing merupakan kemampuan OLAP
untuk melakukan pemilahan subset pada data. Operasi Slice
adalah proses pemotongan data pada cube berdasarkan nilai pada
satu atau beberapa dimensi. Misalnya data dari seluruh penjualan
dari 3 buah dimensi yaitu produk, wilayah, dan waktu dilakukan
operasi slice, maka data dari dimensi produk dan lokasi akan
ditampilkan berdasarkan dimensi waktu, sehingga OLAP akan
menampilkan data semua penjualan untuk semua produk dan
semua lokasi untuk tahun 2010.
Sedangkan proses dice (Gambar 2.5) adalah pemotongan
hasil slice menjadi bagian subset data yang lebih kecil. Misalnya
menampilkan data dari seluruh penjualan berdasarkan dimensi
waktu, kemudian dilakukan proses dice dengan dimensi lokasi
wilayah, sehingga data akan menampilkan data semua produk di
salatiga pada tahun tertentu.
19 Gambar 2.5 Proses Dicing (Prasetyo, dkk, 2010)
c. Drill Down dan Roll Up
Operasi drill down merupakan kemampuan OLAP untuk
melihat suatu subset data secara lebih detail. Proses ini
melibatkan proses agregasi data. Sebaliknya, operasi roll up
untuk melihat data secara global atau rangkuman (agregasi data
pada level yang lebih tinggi). Kedua proses ini memanfaatkan
hirarki pada dimensi yang membentuk cube.
2010)
(Prasetyo, dkk,
20 Gambar 2.6 Proses Drill Down dan Roll Up (Prasetyo, dkk, 2010)
Sebenarnya, di dalam proses drill down itu dilakukan proses
slice dan dice. Di jaman yang sangat maju dengan teknologinya ini
kadang OLAP juga disejajarkan dengan suatu Sistem Pendukung
Keputusan (Michael, 1991). Dengan istilah Management Decision
System. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer
yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan
memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai
persoalan yang tidak terstruktur.
Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan
dukungan komputer dalam proses pengambilan keputusan. Untuk
memberikan pengertian yang lebih mendalam, akan diuraikan
beberapa definisi mengenai SPK yang dikembangkan oleh beberapa
ahli, di antaranya memberikan definisi sebagai berikut, SPK
21 merupakan suatu sistem yang interaktif, yang membantu pengambil
keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan
untuk memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur maupun
yang tidak terstruktur (Watson, 1998).
2.4 Skema Data Warehouse
2.4.1 Snowflake Schema Struktur basis data ini lebih kompleks dari pada star schema,
dengan menormalisasi tabel-tabel dimensi yang berukuran besar
dengan satu atau lebih kolom yang memiliki duplikasi data. Misal
jika tabel dimensi Product dinormalisasi maka akan menghasilkan
struktur seperti pada Gambar 2.7
Gambar 2.7 Snowflake Schema [Malinowski, & Zimanyi. 2005]
Tabel dimensi dinormalisasi untuk mengurangi redudansi
data (duplikasi),sehingga struktur tabelnya akan lebih ramping.
Dengan pengelompokan ini, data akan lebih mudah dibaca dan
membantu pengembang aplikasi untuk menata desain antarmuka
sistem dan filtering data. Struktur ini akan menghemat kapasitas
storage, namun waktu eksekusi data akan lebih lama mengingat
jumlah
tabel
dimensi
yang
direlasikan
lebih
banyak
dan
22 membutuhkan tambahan relasi foreign key. Kueri yang terbentuk
lebih kompleks, yang mengakibatkan kinerja kueri menurun. Pada
penerapan yang lebih umum, tabel dimensi tidak diturunkan dengan
lebih banyak tabel dimensi lain atau pengelompokan data diatur
secara hard-coded di kode program aplikasinya.
Fokus penggunaan data warehouse adalah kecepatan akses
dan eksekusi data, bukanlah ukuran data yang lebih kecil atau
struktur basis data yang lebih ramping. Sehingga bijaksana dalam
menetapkan struktur data star maupun snowflake schema akan
menentukan kinerja layanan data warehouse yang dimiliki
2.4.2 Star Schema Dalam data warehouse, data-datanya akan disimpan dalam
tabel fakta dan tabel dimensi. Tabel fakta akan menyimpan data-data
utama sementara tabel dimensi mendeskripsikan setiap nilai dari
suatu dimensi dan dapat direlasikan ke tabel fakta jika diperlukan.
Data fakta merupakan data yang terukur. Untuk lebih menjelaskan
data fakta, maka kondisi saat data tersebut diukur turut disampaikan.
Data kondisi inilah yang dipetakan dalam bentuk data dimensi.
Kondisi yang dipetakan dalam dimensi umumnya berupa kondisi
waktu,kondisi
produk
atau
item,
dan
kondisi
geografinya.
Mendesain struktur star schema, dimulai dengan menentukan data
apa yang ingin dilihat oleh pengguna (besarannya) dan bagaimana
pengguna melihat data tersebut (kondisi atau dimensinya).
Tabel dimensi memiliki primary key sederhana yang
mengandung hanya satu atau dua kolom saja. Namun, tabel fakta
akan memiliki sekumpulan foreign key yang disusun dari primary
key komposit dan merupakan gabungan kolom-kolom tabel dimensi
23 yang berelasi. Untuk lebih jelasnya,berikut contoh struktur star
schema.
Gambar 2.8 Star Schema [Malinowski, & Zimanyi. 2005]
Untuk struktur star schema seperti pada Gambar 2.8 dalam
tabel fakta yang diukur adalah hasil penjualan (dalam mata uang)
berdasarkan dimensi atau kondisi produk yang dijual (product) serta
waktu penjualan (time). Misalkan dimensi produk, yang menyimpan
informasi-informasi
seputar
produk.
Produk
ini
dapat
dikelompokkan ke dalam kategori, dan di dalam kategori inipun bisa
ditemukan sub-kategori. Untuk lebih mengelompokkan produk
tersebut, dapat pula dibuatkan sub-kategori berikutnya. Namun
kunci dari informasi produk tersebut tersimpan dalam kolom di tabel
dimensi, dan tidak dibutuhkan tabel lain untuk menjelaskan detil
produk.
Semakin
beragam
jenis
kondisi
data
yang
ingin
diamati,maka akan semakin besar ukuran tabel fakta yang dimuat.
Dalam star schema, kueri yang terbentuk antara tabel fakta
dan sejumlah tabel dimensi dinamakan star query. Setiap tabel
dimensi direlasikan dengan tabel fakta berdasarkan kolom primary
key dan foreign key, namun diantara masing-masing tabel dimensi
tidak ada yang saling berelasi (tidak ada hubungan data). Kueri yang
terbentuk menyebabkan proses eksekusi yang lebih optimal,karena
24 rencana eksekusi kueri dalam Database Management System akan
lebih cepat dengan setiap tabel hanya berelasi dengan satu tabel
yang lain.
Ada kalanya tabel dimensi mengandung data yang duplikat
pada satu atau lebih kolom. Jika mengikuti azas normalisasi, maka
struktur basis data yang terbentuk bukan lagi star schema namun
akan menjadi snowflake schema.
2.4.3 Perbedaan Snowflake Schema dan Star Schema. Kedua Skema Tersebut berbeda, di dalam perbedaan skema
masing-masing skema mempunyai kelebihan dan mempunyai
kelemahan yaitu,
Snowflake schema :
Kelebihan adalah
data atau hasil report lebih akurat, disebut
dengan struktur yang baik, struktur mendukung phsycal data.
Kelemahan adalah struktur rumit, proses kerja yang lebih banyak,
lebih sulit dimengerti.
Star schema :
Kelebihan adalah bentuk simple, akses cepat, mudah diolah lebih
dalam.
Kelemahannya yaitu data atau hasil report kurang akura,
radudancy data struktur physical data kurang mendukung.
2.5
Data Mart
Data marts adalah subyek spesifik atau aplikasi spesifik dari
data warehouse yang berisi data untuk satu line bisnis tertentu
seperti penjualan atau pemasaran. Ruang lingkup data mart lebih
25 kecil, data didapatkan dari sumber yang lebih sedikit, dan waktu
implementasinya juga lebih pendek.
Tipe data marts :
1. Sumber informasi untuk data mart yang bersifat dependent
adalah data warehouse itu sendiri.
2. Sedangkan data mart bersifat independent jika tidak terdapat
data warehouse, dan data diekstrak secara langsung dari
sistem operasional.
2.6 Teori Penjualan.
Penjualan
adalah
suatu
usaha
yang
terpadu
untuk
mengembangkan rencana-rencana strategis yang di arahkan pada
usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna
mendapatkan
penjualan
yang
menghasilkan
laba.
Pada
umumnya, penjualan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, antara
lain : penjualan tunai yang dilakukan secara tunai dan secara
kredit. Penjualan tunai dilakukan apabila transaksi atau
pembayaran barang yang dijual oleh penjual langsung dilakukan
pada saat transaksi terjadi. Cara penjualan yang demikian
dianggap sebagai penjualan yang biasa atau lazim dilakukan.
Sedangkan penjualan yang dilakukan secara kredit merupakan
cara penjualan dimana transaksi, dalam hal ini pembayaran yang
dilakukan oleh pembeli, dilakukan secara berkala atau periodik,
sesuai dengan tagihan yang timbul dari transaksi barang atau jasa
tersebut, Penjualan kredit dianggap pula sebagai komponen
26 besar dalam aktiva lancar. Adapun kegunaan dari penjualan itu
antara lain: Untuk menentukan kebijakan dalam persoalan
penyusunaan anggaran (budgeting) yang meliputi anggaran
penjualan, anggaran pengerjaan (manufacturing budget) dan lain
sebagainya. Untuk pengawasan dalam persedian (inventory
control). Hal ini karena jika persediaan yang ada terlalu kecil,
maka akan mempengaruhi kelancaran dari pada kegiatan
produksi. Oleh karena itu, agar supaya persediaan jangan terlalu
besar atau kekurangan, maka penjualan dapat dipergunakan
sebagai pedoman terutama dalam melayani produksi. Untuk
membentuk kegiatan pengawasan produksi. Dengan adanya
penjualan maka perusahaan dapat mengetahui kemungkinan
kegiatanya
di
kemudian
mengusahakan
perbaikan
hari,
dalam
sehingga
manajer
penggunaan
dapat
peralatan
produksinya agar efisien.
Data Penjualan berkaitan dengan persediaan (inventory
control) dan memperlancar proses produksi atau distribusi
barang. Hal ini disebabkan data penjualan dapat dijadikan
referensi atau data yang bermanfaat dalam menentukan jumlah
persediaan serta proses produksi. Dengan analisis data penjualan
yang tepat dapat membantu pembuat keputusan dalam
menentukan beberapa kinerja perusahaan agar lebih efektif dan
efisien. Dengan demikian dari data penjualan tersebut, jika
dilakukan kegiatan analisis berdasarkan dengan metode dan
teknik tertentu, akan didapatkan suatu informasi yang berguna
untuk mendapatkan strategi-strategi bisnis di tingkat manajer
perusahaan.
Download