Topik Utama - Badan Litbang ESDM

advertisement
Topik Utama
KEMITRAAN STRATEGIS EKSPLORASI MIGAS
DI KAWASAN TIMUR INDONESIA
Imam B. Sosrowidjojo 1) dan Hermansyah 2)
1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS"
2)
Sekretariat Badan Litbang ESDM
[email protected]
SARI
Kegiatan Eksplorasi Migas Kawasan Timur Indonesia (KTI) akan dilakukan dengan konsep kemitraan
strategis. Persiapan kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahap, seperti pemilihan calon mitra,
pemilahan lokasi penelitian berdasarkan data kegeologian dan non kegeologian dan
mendiskusikannya ke dalam Forum Focus Group Discussion sebanyak dua kali. Kegiatan kemitraan
ini akan dimulai pada tahun anggaran 2014 dan diharapkan akan berakhir pada tahun 2019 (Seri-1)
dengan pengharapan diketemukan cadangan hidrokarbon yang berskala komersial di KTI. Kegiatan
ini akan dilanjutkan dengan Seri-2 yang akan di mulai pada tahun 2015 dengan terlebih dahulu
dilakukan pemilihan lokasi melalui forum FGD di tahun 2014.
Kata kunci : eksplorasi, kemitraan strategis, kawasan timur indonesia migas.
1. LATAR BELAKANG
Hidrokarbon konvensional diperkirakan masih
merupakan komponen energi primer dalam
memenuhi kebutuhan energi dunia sampai lima
dekake ke depan (Zitha et al., 2011). Di Indonesia produksi minyak mentah menunjukkan tren
penurunan yang signifikan, seperti terlihat dalam
Gambar 1, produksi minyak mentah turun pada
level 840k bph (barel per hari) di tahun 2012 lalu
dan diperkirakan turun di bawah 835k bph tahun
2013 ini. Pemerintah Indonesia berupaya keras
untuk menaikkan produksi minyak dan
mempertahankannya pada kisaran di atas
1000k bph. Salah satu upaya pemerintah untuk
mempertahankan produksi minyak mentah di
atas 1000k bph sampai tahun 2030 adalah
melalui inovasi pengetahuan dan teknologi.
Selain itu untuk mengurangi ketergantungan
minyak mentah sebagai energi utama, melalui
PerPres 5/2006, pemerintah mengeluarkan
4
peraturan bauran energi dengan komposisi
menurunkan konsumsi BBM dari 54% di tahun
2005 menjadi 20% di tahun 2025. Namun karena
banyak hal yang berkembang sampai tahun
2010, diperkirakan amanat Perpres tersebut
dianggap susah terwujud, maka Kementerian
ESDM memperbarui proporsi bauran energi
seperti terlihat pada Gambar 2. Dari gambar ini
peranan minyak mentah yang saat ini dominan,
diharapkan pada tahun 2030 secara kualitas
akan menurun sampai 26%.
Dari gambaran tersebut, jelaslah bahwa Indonesia bukan sebagai negara yang kaya akan
sumber energi fosil. Klaim ini didukung oleh data
dari OPEC bahwa cadangan migas Indonesia
telah berada pada fase decline sejak 1995 dan
saat ini posisi Indonesia saat ini menduduki ranking
ke 29 dunia berdasarkan urutan negara (Gambar
3), masih di bawah Malaysia dan Vietnam yang
berturut-turut bertengger pada posisi
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
2000
PEAK 1977
PEAK 1995
1683
1631
15891587
1624
1500
1539
1519
1506
1612 1624
1575
1574
1535
1557
1586
1537
1445
1407
1373
1336
1338
1305
1303
13021302
1264
1214
1327
1501
1499
1468 1462
1373
1366
1341
1364
1316
1267
1229
15001500
14981496
1460
1415
1397 1404
1387
1362
1288
1522
1500
1491
1408
1375
1252
1240
MBOEPD
1147
1096
1082
1056
966
889
977
1000 10101010
949 945
902
744
601
488
466
512
550 544
773
900
861
847
742
569
954
904
853
500
1062
1006
1000
797
830
Decline 3-5%
585
401
266
153
52
57
57
51
53
59
74
91
99 109
1966
1967
1968
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
0
TAHUN
*) Outlook per 29 Januari 2013
Minyak
Gas
Topik Utama
ditemukannya cadangan migas. Lapangan
migas dapat diproduksi umumnya merupakan
penemuan hasil eksplorasi migas sekitar 5 - 10
tahun yang lalu.
Dalam hal ini Balitbang ESDM harus mengambil
peranan setral menjadi agen pemerintah dalam
upayanya meningkatkan produksi minyak
mentah nasional. Balitbang ESDM harus
melakukan reorientasi kegiatan dari yang bersifat
parsial menjadi suatu kegiatan yang terintegrasi
melalui suatu kegiatan kolaborasi dengan KKKS
baik dari BUMN maupun dari swasta nasional.
Kemitraan strategis antara Balitbang ESDM
dengan KKKS migas nasional dan institusi
pelayanan jasa survei seismik harus dibangun
dan ditumbuh kembangkan agar menjadi model
kerjasama penelitian Balitbang ke depan yang
berorientasi produk dan bersifat quick win untuk
beberapa kegiatan.
2. KEGIATAN EKPLORASI MIGAS DI
KAWASAN TIMUR INDONESIA
Indonesia timur adalah sumber kekayaan minyak
dan gas masa depan Indonesia. Namun kendala
infrastruktur dan tingginya risiko menggarap
kawasan ini membuat para investor masih
enggan menggarap. Selain ketiadaan
infrastruktur di Indonesia timur, wilayah laut dalam
juga memperlambat pengembangan temuan
eksplorasi. Pemerintah pun harus memiliki
terobosan agar penanam modal melirik Indonesia timur di tengah keterbatasan infrastruktur.
Berdasarkan data inventarisasi cadangan
minyak dan gas bumi kontraktor asing dan
nasional status 1 Januari 2012, terdapat 88
lapangan migas yang tersebar di tujuh cekungan
(LEMIGAS, 2012). Gambar 4 menunjukkan
luasnya kawasan Indonesia timur yang diwakili
oleh 47 cekungan, masih banyak area yang
Gambar 4. Peta cekungan migas Kawasan Timur Indonesia
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
7
Topik Utama
dapat dipelajari lebih mendalam. Selain itu,
ternyata di KTI terdapat banyak rembesan migas
atau oil/gas shows hasil pemboran sumur. Data
tersebut mempunyai peran yang penting dalam
kegiatan eksplorasi migas. Rembesan migas
merupakan salah satu indikasi bahwa elemen
petroleum system di daerah tersebut telah
terpenuhi dan membentuk migas. Rembesan
migas atau oil/gas shows pada hasil pemboran
sumur ini dijumpai di kawasan Sulawesi, Timor
dan Papua.
Kegiatan eksplorasi migas di KTI dimulai pada
akhir abad 18, dengan ditemukannya beberapa
lapangan migas seperti Lapangan Beling pada
tahun 1897, Lapangan Bula pada tahun 1918
(Cekungan Seram), Lapangan Klamono pada
tahun 1939 (Cekungan Salawati), dan Lapangan
Mogoi pada tahun 1941 (Cekungan Bintuni)
(LEMIGAS, 1985). Selanjutnya eksplorasi dan
eksploitasi cenderung dilakukan di ketiga
cekungan tersebut. Baru pada tahun 1990 hingga
sekarang usaha eksplorasi dan eksploitasi
berkembang ke cekungan lainnya. Adanya
penemuan migas di Lapangan Tiaka, Lapangan
Sampi-sampi, Lapangan Walanga, Lapangan
Bone, Lapangan Abadi yang terletak di Cekungan
Timor dan Lapangan Ruby di Cekungan
Makassar Selatan meningkatkan gairah kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi di KTI.
Peluang Indonesia untuk meningkatkan
cadangan dan produksi di masa yang akan
datang dititikberatkan pada kegiatan eksplorasi
dan pengembangan di KTI. Sejak 2002 sampai
2012, setelah Lapangan Abadi ditemukan oleh
Inpex Masela dengan pemboran sumur
eksplorasi pertama pada 2001, telah dilakukan
pemboran-dalam sebanyak 27 sumur eksplorasi
dengan total biaya investasi sudah dikeluarkan
oleh para investor adalah lebih dari USD 1,327
juta. Besaran biaya ini tidak dapat dikembalikan
karena eksplorasi gagal dan wilayah kerjanya
dikembalikan kepada pemerintah. Hanya
sebanyak tiga sumur Lapangan Asap, Cekungan
Bintuni yang terbukti menghasilkan gas sekitar
1 Tcfg dengan biaya sekitar USD 200 juta.
8
Meski Indonesia timur memerlukan investasi
biaya dan teknologi tinggi karena umumnya di
laut dalam, pemerintah tetap berupaya
mendorong investasi di sana karena sumber
dayanya besar. Sebagai contoh, penemuan
Lapangan Asap dengan cadangan 1 Tcfg,
dengan recovery factor (RF) 70%, maka
cadangan terambil sebesar 700 Bcfg. Apabila
diasumsikan harga gas 1Tcfg sebesar USD 10
milyar, maka 700 Bcfg seharga USD 7 milyar
(Satyana, 2013 komunikasi personal). Artinya
penemuan tiga sumur gas dapat membayar
kegagalan 24 sumur eksplorasi di kawasan
Papua atau dengan satu Lapangan Abadi Inpex
Masela secara porto folio dapat menutup biaya
eksplorasi telah dilakukan selama 10-20 tahun
di Indonesia timur (high risk, high return).
Gambar 5 mengilustrasikan argumentasi di atas.
Dengan perkataan lain, kecuali Cekungan
Salawati, penemuan di lempeng Australia
memiliki ukuran lapangan besar.
Lebih lanjut, Satyana et al (2012) memaparkan
perbandingan antara capaian eksplorasi di
Kawasan Barat Indonesia dan KTI (Gambar 5),
di mana di KTI walau intensitas eksplorasinya
sedikit, tapi bila terjadi penemuan umumnya
cukup besar. Seperti terlihat pada Gambar 5,
sebagian besar penemuan di KTI berupa gas.
Gambar ini menjelaskan besaran penemuan di
masing-masing cekungan di Indonesia.
Meskipun penemuan hidrokarbon di KTI hampir
bersamaan dengan tetangganya di kawasan
barat (pada era penjajahan), secara kuantitas
terlihat dalam gambar tersebut bahwa jumlah
penemuan di KTI sangat sedikit dengan total 30
penemuan dibandingkan dengan wilayah barat
sebanyak 258 penemuan.
Lambatnya perkembangan eksplorasi migas di
KTI disebabkan beberapa hal antara lain:
beberapa hasil eksplorasi di kawasan tersebut
mempunyai reservoir tight, letak geografis
cekungan KTI sebagian besar berada di laut
dalam, kurangnya data bawah permukaan (subsurface), infrastruktur yang terbatas, dan insentif
yang kurang menarik. Untuk itu, penambahan
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama
Gambar 5. Ukuran lapangan yang diketemukan dari kawasan barat sampai
timur Indonesia (1996-2009)
data bawah permukaan mutlak diperbanyak
untuk mendukung studi G&G yang
komprehensif. Untuk dapat mempercepat
penambahan cadangan migas baru khususnya
di KTI, semua pemangku kepentingan baik dari
unsur pemerintah, industri, maupun akademisi
dan praktisi perlu berkolaborasi menentukan
lokasi-lokasi yang paling prospektif untuk ditindak
lanjuti dengan kegiatan eksplorasi yang
terintegrasi.
3. PEMILIHAN LOKASI KEGIATAN
EKSPLORASI
Pemilihan lokasi kegiatan dilakukan dengan
beberapa pendekatan antara lain pemilihan
lokasi berdasarkan pemilahan secara geologi
dan keekonomian. Hasil pemilahan diambil
urutan teratas setelah digugurkan beberapa
cekungan yang sudah berproduksi untuk
digunakan sebagai bahan Focus Group
Discussion (FGD). Hasil pemilahan yang dibahas
dan didiskusikan dalam FGD ini, secara rinci
diulas dalam artikel tersendiri dalam edisi ini.
FGD dilakukan dalam bentuk Diskusi Terbuka
dan terarah, Narasumber dari seluruh pemangku
kepentingan subsektor migas diberikan
kesempatan pertama untuk menyampaikan
tanggapan dan masukan serta saran terhadap
hasil pemilahan ini. FGD ini telah dilaksanakan
sebanyak 2 (dua) kali. FGD ke-1 mendiskusikan
metode pemilihan lokasi penelitian (screening
dan ranking), sedangkan FGD ke-2 untuk
mendiskusikan usulan lokasi penelitian yang telah
disusun oleh Tim Teknis Badan Litbang ESDM
dalam proposal ini dan masukan dari FGD ke-1.
Metode pemilihan dan lokasi penelitian tersebut
tidak terbatas hanya pada bahan yang telah
disiapkan. Narasumber dan Peserta FGD dapat
memberikan masukan terhadap metode seleksi
dan lokasi terbaik sesuai dengan knowledge dan
data yang dimiliki.
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
9
Topik Utama
4. KEMITRAAN STRATEGIS
Makna sesungguhnya terhadap sebuah
kemitraan strategis adalah aliansi formal antara
dua institusi komersial (perusahaan), biasanya
diformalkan oleh satu atau lebih kontrak bisnis
dalam bentuk kemitraan hukum atau, badan,
atau hubungan afiliasi perusahaan. Umumnya
dua perusahaan akan membentuk kemitraan
strategis ketika masing-masing memiliki satu
atau lebih aset bisnis yang akan/ dapat
membantu yang lain, namun masing-masing
pihak tidak ingin mengembangkannya secara
internal. Sebagai contoh dalam suatu kemitraan
strategis umum melibatkan satu perusahaan
sebagai penyedia rekayasa, manufaktur atau
jasa pengembangan produk, bermitra dengan
perusahaan yang lebih kecil, atau institusi khusus
sebagai inventor atau penemu untuk
menciptakan produk baru. Biasanya,
perusahaan yang lebih besar akan menyediakan
modal,
dan
memiliki
kemampuan
mengembangkan produk yang diperlukan,
pemasaran, manufaktur, dan pendistribusian
hasil produk, sedangkan peran perusahaan kecil
memiliki keahlian teknis khusus atau kreatif yang
dapat menunjang kelangsungan bisnis
pengusaha besar tersebut.
Bentuk kerjasama lain yang umum terjadi dalam
suatu kemitraan strategis adalah melibatkan
pemasok/produsen dengan distributor atau
grosir. Kemitraan ini dibangun daripada
melakukan transaksi antara perusahaan yang
mempunyai keterkaitan dalam produk atau
layanan rantai pasokan, kedua perusahaan
menjalin hubungan yang lebih dekat dan
memformalkannya di mana mereka saling
berpartisipasi dalam iklan, pemasaran,
branding, pengembangan produk, dan fungsi
bisnis lainnya. Sebagai contoh, produsen
otomotif dapat membentuk kemitraan strategis
dengan pemasok komponen, contoh lain antara
distributor musik dengan label rekaman. Prinsip
dari kemitraan ini, masing-masing perusahaan
tidak mengembangkan apa yang menjadi bisnis
mitranya.
10
Ada banyak keuntungan menjalin/ melakukan
kemitraan strategis dalam menggapai tujuan
bisnis. Seperti kata Hibah (2008), untuk strategi
lengkap, sebagai lawan dari proyek-proyek
individu, menciptakan nilai opsi berarti
memposisikan perusahaan seperti menyediakan
peluang yang beragam. Dengan kemitraan
strategis, perusahaan dapat mengambil
keuntungan dengan memanfaatkan kekuatan
perusahaan lain untuk membuat kedua
perusahaan lebih kuat dalam jangka panjang.
Kemitraan strategis dapat/sering mempertanyakan kepada perusahaan mitranya tentang
hak untuk peluang bisnis yang dihasilkan dalam
proses kemitraan dan kepemilikan kekayaan
intelektual lainnya, transfer teknologi,
eksklusivitas, kompetisi, mempekerjakan diri
karyawan, pemisahan keuntungan dan biaya,
durasi dan pemutusan hubungan, dan banyak
isu-isu bisnis lainnya. Hubungan seringkali
kompleks sebagai hasilnya, dan dapat dikenakan
negosiasi yang berkepanjangan.
Salah satu kesalahan terbesar yang dibuat
pemilik usaha adalah mencoba untuk melakukan
segalanya sendiri. Untuk mengatasi kesalahan
ini, pemilik bisnis harus mempekerjakan dan
melatih karyawan yang tepat. Selain itu, mereka
harus memanfaatkan mitra strategis juga,
karena tidak ada satu proyekpun yang secara
efisien dapat dilakukan secara mandiri. Jadi apa
yang merupakan mitra strategis? Sebuah mitra
strategis bisnis adalah sebuah perusahaan
melakukan perjanjian dengan pihak lain yang
bertujuan untuk saling membantu mencapai
sukses yang lebih besar.
Memilih mitra strategis harus disesuaikan
dengan kebutuhan bisnisnya. Kemitraan yang
secara inheren/tidak selaras, pada umumnya
menemui kegagalan, dan harus dibatalkan.
Kekhawatiran akan terjadinya kegagalan atau
kehilangan kontrol, pemimpin perusahaan
menunda mitra potensial dinamis dan dengan
demikian tidak dapat memanfaatkan kesempatan
yang langka/ penting. Untuk menghindari atau
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Topik Utama
mengurangi terjadinya kejadian seperti di atas,
dapat dilakukan dengan menerapkan
pendekatan seperti berikut.
Beberapa langkah untuk mengevaluasi dan
menentukan Mitra Strategis dapat diuraikan di
sini secara ringkas. Tahapan pemilihan mitra
strategis disusun berdasarkan pengalaman
Balitbang sebelumnya ketika bermitra dengan
PT. Medco Energi dalam penelitian
Pengembangan Gas Metana Batubara di
wilayah kerja migas milik Medco di Lapangan
Rambutan, Muaraenim. Karena Balitbang
adalah institusi riset milik pemerintah, maka
segala sesuatu yang berhubungan dengan
permodalan tidak ditinjau.
Karena sumber dana kegiatan Balitbang berasal
dari negara (APBN), maka pemilihan mitra
diutamakan berasal dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi.
Pengalaman sebelumnya, BUMN ini menolak
bekerjasama karena faktor internalnya, sehingga
pemilihan jatuh kepada Perusahaan Swasta
Nasional yang berorientasi selain profit juga
kebangsaan. Pertama melakukan identifikasi
calon mitra potensial. Ada beberapa BUMN yang
bergerak dalam usaha energi yakni PT.
Pertamina, PT. Gas Negara dan PT. Bukit Asam.
Dari ketiga BUMN tersebut, pilihan diutamakan
kepada PT. Pertamina yang memiliki bisnis
utama eksplorasi migas. Dialog dilakukan untuk
menyamakan persepsi untuk memudahkan
pembahasan langkah berikutnya. Dalam dialog/
diskusi itu penekanan pembicaraan adalah
mengenai apakah calon mitra (PT. Pertamina)
berpotensi membawa keuntungan bagi
Balitbang? dan apa kelemahannya bermitra
dengan calon mitra tersebut. Kemudian
menginjak kepada hal yang substantif yakni
mengetahui apa saja kompetensi calon mitra
diperlukan untuk keberhasilan kemitraan ini.
Kemudian ditakar seberapa besar probabilitas
sukses kemitraan yang akan dilakukan bila
dibanding dengan kemitraan sebelumnya.
Langkah lainnya yang harus dilakukan yakni
melakukan penjajagan bisakah Mitra terpilih
dapat membantu Balitbang ESDM mencapai
keuntungan strategis yang signifikan. Ini penting
untuk menjamin sumber daya manusia Balitbang
dapat belajar dan meningkatkan kompetensi
intinya. Selain itu, apa kemitraan ini juga dapat
membuka akses data dan ikut belajar
manajemen eksplorasi migas dari calon mitra.
Mengapa hal ini dijadikan persyaratan untuk
melakukan kemitraaan, agar dikemudian hari
Balitbang memiliki kemampuan manajemen
eksplorasi untuk kepentingan usulan kebijakan
eksplorasi di masa depan. Selain itu, kemitraan
yang dibangun harus dapat memperkuat riset di
bidang eksplorasi migas.
Syarat lain yang harus didapatkan adalah
jaminan yaitu apakah potensial mitra
berkomitmen dan bersedia melakukan pemboran
dari hasil kegiatan ini. Dengan melakukan
pemboran diharapkan akan ditemukan cadangan
hidrokarbon. Penemuan ini dapat diklaim sebagai
hasil akhir/outcome Balitbang ESDM dalam
melakukan tupoksinya dalam penambahan
cadangan migas baru. Tentunya tidak semua
hasil akan ditindak lanjuti dengan pemboran.
Hasil yang akan ditindak lanjuti dengan aktivitas
pemboran adalah jika kegitaan kemitraan ini
menemukan sumber daya ≥ 6 Tcfg.
5. RENCANA KEGIATAN EKSPLORASI
Kegiatan kemitraan ini merupakan hasil dari refocusing kegiatan Balitbang ESDM ke depan.
Sejak tahun 2013, secara terseleksi dilakukan
penajaman beberapa kegiatan yang berdampak
dapat mentriger kegiatan industri untuk lebih
cepat. Sebagai contoh, kegiatan eksplorasi di KTI
ini. Telah disadari bahwa eksplorasi KTI sangat
beresiko dan beberapa kegiatan eksplorasi
hidrokarbon kurang memuaskan hasilnya. Post
mortem analisis menunujukan bahwa problem
tidak diketemukannya cadangan hidrokarbon
secara komersial dikarenakan kondisi
reservoirnya yang sangat "tight". Oleh karena itu,
pemerintah melalui Balitbang berusaha
mendorong agar kegiatan eksplorasi migas di KTI
dapat bergairah kembali.
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
11
Perencanaan
Thn. 2014-2019
• FGD: Penentuan • Checking lokasi
Lokasi Penelitian • Akusisi Seismik,
• Persiapan Basin
Processing dan
1
Interpretasi
PIC: Balitbang
Peneliti Migas
Profesional Migas
Akademisi
Praktis
ESDM
(PIC: Balitbang)
PERTAMINA
SKK MIGAS
PT. Elnusa
Evaluasi
Studi G&G:
• Resource
Assessment
• P/L ranking
ESDM
(PIC: Balitbang)
PERTAMINA
SKK MIGAS
Evaluasi
• Direct
Proposal
• WK Award
ESDM
(PIC: Migas)
PERTAMINA
SKK MIGAS
Discovery?
• Drilling
• Testing
Penambahan
Cadangan
Perencanaan
Thn. 2020-2024
PIC: PERTAMINA PIC: PERTAMINA PIC: Balitbang
SKK MIGAS
Balitbang
Balitbang
SKK MIGAS
Penetapan kriteria
mitra
• FGD: Penentuan • Checking lokasi
Lokasi Penelitian • Akusisi Seismik,
• Persiapan Basin
Processing dan
2 / Lokasi Lain.
Interpretasi
PIC: Balitbang
Peneliti Migas
Profesional Migas
Akademisi
Praktis
ESDM
(PIC: Balitbang)
PERTAMINA
SKK MIGAS
PT. Elnusa
Studi G&G:
• Resource
Assessment
• P/L ranking
ESDM
(PIC: Balitbang)
PERTAMINA
SKK MIGAS
• Direct
Proposal
• WK Award
ESDM
(PIC: Migas)
PERTAMINA
SKK MIGAS
Discovery?
• Drilling
• Testing
Penambahan
Cadangan
PIC: PERTAMINA PIC: PERTAMINA
Balitbang
SKK MIGAS
SKK MIGAS
Balitbang
Topik Utama
–
–
–
Tahun 2016 menyerahkan hasil penelitian
kepada Direktorat Jenderal Migas untuk
ditindak lanjuti dengan menyiapkan dokumen
untuk penawaran Wilayah Kerja Migas
melalui mekanisme yang berlaku. Tentunya
jika Pertamina ingin melakukan melalui
mekanisme penawaran langsung, maka
Pertamina harus mengganti sebagian biaya
yang dikeluarkan Balitbang ESDM.
Tahun 2017 diharapkan dapat ditentukan
lokasi pemboran serta mempersiapkan
dokumen dan lahan pemboran. Domain
Pertamina untuk melaksanakannya. Untuk
Seri-2, seperti Seri-1 di tahun sebelumnya,
hasil penelitian tersebut diserahkan kepada
Direktorat Jendral Migas untuk ditindak
lanjuti.
Tahun 2018 dan 2019 setelah semua
persyaratan teknis dapat terpenuhi,
diharapkan segera dilakukan pemboran dan
testing. Pada kondisi krusial ini, apabila
ditemukan cadangan hidrokarbon yang
ekonomis, maka penemuan ini bisa diklaim
penemuan oleh tim Balitbang bekerjasama
dengan Pertamina dan outcome dari
kegiatan ini dapat memenuhi target
menemukan tambahan cadangan migas
baru. Untuk Seri-2 melakukan apa yang
dilakukan pada tahun sebelumnya dan
seterusnya.
6. PENUTUP
Jika Kegiatan Eksplorasi KTI melalui Kemitraan
Strategis ini dapat terlaksana dan dibangun
bersama-sama, maka manfaat langsung yang
dapat dirasakan adalah Eksplorasi Migas
menjadi lebih cepat, lebih murah, dan lebih
efektif. Produk akhir yang diharapkan adalah
adanya penemuan migas, selain merupakan
outcome Balitbang ESDM, dapat dijadikan
benchmarking untuk percepatan upaya
eksplorasi migas di Indonesia.
Untuk memberikan motivasi kepada semua
pihak yang akan terlibat di dalam aliansi dan
kolaborasi Ekplorasi Indonesia Timur ini, ada
baiknya disampaikan kisah bagaimana dihasil-
kannya suatu inovasi baru dari sebuah kolaborasi
dan hasil thinking out of the box.
Kisah ini datang dari sebuah perusahaan emas
Goldcorp Inc. di Canada. Terinspirasi oleh
sebuah konferensi di Massachusetts Institute of
Technology tentang kisah sukses proyek open
source Linux, CEO Goldcorp, Rob McEwen,
melakukan tindakan yang "tidak normal" dengan
menyebarluaskan data geologi tambang emas
Red Lake agar pihak-pihak yang kompeten dalam
eksplorasi tambang emas di luar Goldcorp dapat
memberikan masukan atas lahan tambangnya
yang telah berusia 55 tahun dan tidak lagi
ditemukan cadangan emas yang ekonomis.
Sehubungan dengan itu, pada Maret 2000,
McEwen meluncurkan proyek "open source",
yang diberi nama Goldcorp Challenge, melalui
website perusahaan tambang emas tersebut.
Proyek ini menyediakan hadiah sebesar 575,000
US dollar bagi pihak yang dapat mengusulkan
metode dan prospek yang terbaik atas lahan
tambang emas Goldcorp di Red Lake, Ontario.
Berbagai pihak, mulai dari konsultan, ilmuwan,
militer, hingga mahasiswa pasca sarjana
merespon sayembara tersebut. Goldcorp
mensuplai data dan informasi sebesar 400
megabytes untuk keperluan evaluasi dan analisis
para kontestan. Hasil yang diperoleh SUNGGUH
MENAKJUBKAN, para kontestan mengidentifikasi 110 target pada lahan tambang emas Red
Lake dan 50 % target tersebut belum pernah
diidentifikasi oleh Goldcorp. Lebih dari 80 % target baru tersebut terbukti adanya cadangan
emas dalam jumlah besar. Sekitar 8 juta ons
emas berhasil ditemukan semenjak "proyek"
Goldcorp Challenge diluncurkan.
PROSES KOLABORASI tersebut diperkirakan
MENGHEMAT 2 HINGGA 3 TAHUN WAKTU
EKSPLORASI. Sejak itu Goldcorp menjadi
perusahaan bernilai 9 milyar US dollar dari
sebelumnya yang hanya bernilai 100 juta US
dollar. Tidak hanya itu, kontestan memberikan
alternatif teknologi yang dapat menurunkan biaya
produksi Goldcorp hingga 600 % dalam 4 tahun.
Di tahun 2006, Goldcorp merupakan produsen
emas ketiga terbesar di Amerika Utara dan Red
Lake menjadi lahan tambang terkaya di dunia.
Kemitraan Strategis Eksplorasi Migas di Kawasan Timur Indonesia ; Imam B. Sosrowidjojo, Hermansyah
13
Topik Utama
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional.
Zhita, P., Felder, R, Zornes, D, Brown, K., dan
K. Mohanty, 2011, Increasing Hydrocarbon
Recovery Factors: www.spe.org/tech/2011/
07/incresing-hydrocarbon-recovery-factors/
14
Satyana, A.H., C. Armandita & J.A. Paju, 2012,
Acceleration in Regional Exploration of
Indonesia: Requirement for Survival. Proc.
36th Ann.Conv. Indon. Petrol. Assoc.,
Jakarta, IPA12-G-158, p. 1-14.
Grant, R.M., 2008, Contemporary Strategy
Analysis, 496 pp, Wiley & Son, ISBN13:
9781405163095
M&E, Vol. 11, No. 4, Desember 2013
Download