BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang dipenuhi oleh simbol-simbol abstrak, dimana simbol-simbol tersebut ada yang dapat didefinisikan atau tidak dapat didefinisikan. Matematika dianggap sah jika sudah dibuktikan dengan deduktif, konsep matematika saling berkaitan, maka matematika merupakan alat bantu untuk manusia. Manusia tidak akan jauh dengan matematika, dimana matematika menjadi alat transaksi yaitu uang, menjadi kemajuan teknologi, dimana dalam kemajuan teknologi matematika sangat berperan aktif “dengan menggunakan matematika ahli teknologi dapat merancang pembuatan segala macam transportasi…”(Haryono, 2014, hlm. 158). kendaraan dan alat Matematika pula merupakan salah satu pendidikan yang paling vital, bila diibaratkan matematika sebuah sepeda motor matematika adalah mesin penggrak yang paling vital dari sepeda motor tersebut. Dasar dari ilmu kimia, fisika, biologi, bahkan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sekalipun itu didasari oleh ilmu matematika. Charles Pierce filosof Amerika Serikat (dalam Haryono, 2014, hlm. 146) mengungkapkan bahwa: Every science has a mathematics part, a branch of work that the mathematician is called to do. Thus arise mathematical psycology, mathematical stylometry, mathematician economics, mathematical physics, mathematical chemistry, mathematical meteorology, mathematical biology, mathematical geology, mathematical astronomy Setiap ilmu pengetahuan mempunyai suatu bagian matematika, suatu cabang pekerjaan yang memerlukan ahli matematika mengerjakannya. Dengan demikian, muncullah ilmu jiwa matematik, ilmu mengrai tumbuhan matematik, ilmu ekonomi matamatik, ilmu fisika 1 Mufidah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 matematik, ilmu kimia matematik, ilmu cuaca matematik, ilmu biologi matematik, ilmu geologi matematik, ilmu astronomi matematik. Pembelajaran matematika sudah dapat dipelajari mulai dari usia dini bahkan sejak lahir anak sudah mempunyai konsep menhitung dan berlogika, biasanya ketika usia dini anak mempelajari bagaimana membilang seperti “satu, dua,tiga dst” Glenn Doman (dalam Utami Neni, 2008, hlm. 8) menyatakan bahwa “semakin muda usia anak mandapatkan stimulasi yang berkaitan dengan kecerdasan logis matematika maka ia akan semakin mudah memahami logika matematika”, ketika naik kebangku sekolah dasar anak mulai mempelajari bagaimana cara berhitung, mulai dari penjumlahan, pengurangan, pembagian serta perhitungan-perhitungan dasar lainnya. Naik menuju jenjang selanjutnya yakni sekolah menengah, baik SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), pembelajaran matematika mulai dianggap komplek. Memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yakni Perguruan Tinggi, matematika mengharuskan untuk bagaimana berfikir sangat keras. Begitulah anggapan beberapa orang mengenai pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika di sekolah mengharuskan seorang untuk berfikir logis dan jawaban yang pasti. Dari situlah matematika dianggap sulit, padahal matematika menjadi sulit anatara lain karena terlalu banyak rumus yang harus dihafal serta terlalu banyak batasan yang harus diingat. Beda halnya jika pembelajaran matematika disekolah juga mengedepankan beberapa kemampuan berfikir seperti berfikir penalaran, kreatif, pemecahan masalah, komunikasi dan lain sebagainya. Supriadi (2014, hlm. 451) mengemukakan bahwa “Good teaching materials are instructional materials that address the needs of students”, seorang siswapun membutuhkan bahan ajar yang baik agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Bahan ajar yang biasa digunakan oleh seorang guru tidak menarik untuk siswa terus belajar. Satu arah dalam Mufidah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 pembelajaran masih dilakukan guru di sekolah, tidak melibatkan siswa hanya mengandalkan metode ceramah dalam pembelajaran. Semestinya seorang guru harus melibatkan siswa dalam belajar terutama menyambungkan fenomena kehidupan sekitar dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Supriadi (2014, hlm. 440) “Learning mathematics would be more fun if the student is active in connecting between a real phenomenon with an understanding that would be obtained student math”. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah seorang guru kelas V yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri Kota Serang, bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan sudah menggunakan banyak metode dan media yang berfariasi. Namun, hasil yang didapat tidak meningkat secara signifikan, hanya 30% siswa yang dapat mengikuti pembelajaran dan menghasilkan nilai yang baik. Pembelajaran matematika di sekolah tersenut tidak pernah menggunakan pendekatan budaya terutama budaya sunda. Tetapi, menurut guru tersebut pembelajaran etnomatematika sunda akan menghasilkan siswa yang dapat memahami pembelajaran matematika dengan baik serta siswa dapat mencintai budaya sunda. Dalam pembelajaran matematika siswa biasanya langsung mendapatkan pembelajaran dengan cara mentransfer langsung matematika dari seorang guru, tanpa memberikan kesempatan bagi siswa unutk berfikir bagaimana konsep pembelajaran itu ada bahkan siswa tidak dapat menelaah pembelajaran dengan baik. Itu yang mengakibatkan siswa kurang memahami pembelajaran matematika secara baik terutama dalam kemampuan penalaran matematis, jika siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dari awal dengan baik maka siswa akan sulit mempelajari matematika ketingkat selanjutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ridwan Hasan (2012, hlm. ii) “semakin tinggi tingkatan kelas maka semakin butuh penalaran yang baik untuk memahami konsep matematika”. Jika penalaran tidak ditanamkan sejak awal maka berakibat seperti halnya siswa saat ini, yang jenuh dan enggan mempelajari Mufidah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 matematika secara baik, karena frustasi dengan hasil penilaian yang tidak naik dengan signifikan. Wahyuni Astri, dkk. (2013, hlm. MP 114) mengemukakan bahwa “Etnomatematika adalah bentuk matematika yang dipengaruhi atau didasarkan budaya”. Budaya sangat erat dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia banyak memiliki budaya, Supriadi (2014, hlm. 25) mengemukakan bahwa “Indonesia memiliki ± satu juta budaya dan ± 600 bahasa” maka dari itu sangatlah mendukung untuk pembelajaran matematika berbasis budaya ini diterapkan. Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki kebudayaan sunda yang sangat kental, Koentjaraningrat (2007, hlm. 308) menyatakan bahwa “bahasa orang badui, yang terdapat di Banten Selatan adalah bahasa sunda kuno”. Bahasa sunda pula digunakan sebagian besar keluarga di Banten, oleh sebab itu etnomatematika sunda dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk mencapai kemampuan penalaran matematis siswa sekolah dasar. Disimpulkan bahwa pembelajaran etnomatematika sangat tepat untuk peningkatan penalaran matematis siswa sekolah dasar. Maka dalam kesempatan ini, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahuhi efektifitas dari etnomatematika sunda terhadap kemampuan penalaran matematis siswa PEMBELAJARAN sekolah dasar, dengan ETNOMATEMATIKA judul SUNDA “PENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SEKOLAH DASAR” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kegiatan pembelajaran matematika siswa sekolah dasar yang berbasis etnomatematika sunda lebih baik daripada pembelajaran konvensional? Mufidah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 2. Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran siswa sekolah dasar sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran etnomatematika Sunda? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran etnomatematika sunda lebih baik dari pada pembelajaran konvensional 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran siswa sekolah dasar sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran etnomatematika Sunda D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapakan mendapat manfaat baik bagi siswa, guru dan peneliti selanjutnya. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa a. Meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa b. Meningkatkan kecintaan siswa pada budaya lokal 2. Bagi guru Dapat menjadikan etnomatematika sunda sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa 3. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini akan menjadi acuan penelitian yang sejenis untuk selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai kemampuan penalaran matematis siswa sekolah dasar. Siswa yang diambil merupakan kelas V, dengan menggunakan dua kelas sebagai penelitian. Satu kelas akan menjadi kelas ekperiment yang diberi treatmen pembelajaran etnomatematika sunda dan satu kelas yang lainnya menjadi kelas kontrol dengan pemberian pembelajaran konvensional. Mufidah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 Penelitian ini akan dilakukan pada akhir bulan Mei 2016, di salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Serang yakni SDN Pontang 1. Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat banyak siswa yang lemahnya penalaran matematis, sedangkan setiap kenaikan jenjang pembelajaran matematika semakin luas kemampuan matematis yang akan digunakan. Peneliti akan melakukan penelitian dengan memberikan pre test terlebih dahulu, dari pre test tersebut peneliti dapat mengetahui sampai mana pemahaman siswa mengenai materi yang akan diteliti. Setelah melakukan pre test, peneliti akan melakukan treatment kepada kelas eksperiment dan kelas kontrol. Treatment dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, setelah merasa cukup, peneliti melakukan post test pada dua kelas tersebut. F. Definisi Operasional 1. Etnomatematika Sunda Etnomatematika sunda adalah salah satu konsep pembelajaran matematika yang berbasis budaya. Matematika merupakan hasil dari pemikiran manusia, oleh sebab itu matematika dianggap sebagai produk budaya. Pembelajaran etnomatematika sunda adalah budaya sunda yang dilibatkan dalam proses pembelajaran matematika. Metode, media, dan nilai-nilai filosofi sunda dapat digunakan dalam pembelajaran etnomatematika sunda. 2. Kemampuan Penalaran Kemampuan penalaran adalah salah satu kemampuan berfikir yang mana dalam kemampuan ini siswa dituntut untuk menghubungkan pembelajaran matematika dengan fakta, bukti yang relevan. Penalaran dilakukan untuk mengambil kesimpulan dari persoalan matematika. Adapun indikator yang akan dicapai pada pada penelitian ini mengenai penalaran adalah sebagai berikut : a. Menyusun pembuktian langsung (penalaran induktif) b. Penalaran generalisasi yaitu proses menarik kesimpulan secara umum berdasarkan data terbatas (penalaran induktif) Mufidah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 c. Menarik kesimpulan logis (penalaran logis): berdasarkan proporsi yang sesuai (penalaran deduktif) Mufidah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu