Renungan 1-10 Mei 2015 - Pelayanan Dalam Persaudaraan

advertisement
Jum’at 01 Mei 2015
Bacaan 1 : Kis 13:26-33
Mazmur
: 2:6-7;10-11; R:7
Injil
: Yohanes 14 : 1 – 6
------------------------------“Janganlah gelisah hatimu: Percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah
Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, Tentu Aku mengatakannya kepadamu.
Sebab aku pergi kesitu untuk menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali membawa
kamu ke tempatku, supaya dimana tempat aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana aku pergi,
kamu tahu jalan ke situ.“ Kata Thomas kepada-Nya: “Tuhan kami tidak tahu ke mana Engkau
pergi; jadi bagaimana kamu tahu jalan ke situ?” Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Renungan:
Pada dasarnya setiap orang mendambakan dan mencari kebahagiaan. Dengan berbagai cara
orang berusaha menemukan dan mendapatkan kebahagiaan itu. Ada yang dengan bekerja keras
membanting tulang untuk dapat menumpuk uang dan harta kekayaan. Ada juga yang dengan
menjalin relasi dengan sebanyak mungkin orang. Atau dengan cara mengejar prestasi setinggitingginya, menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat prima, menata hidup dengan pola yang
teratur, atupun menjaga pola makan yang sehat. Akan tetapi, apakah kebahagiaan yang
diusahakan akhirnya didapatkan? Tentu saja mereka akan memperoleh kebahagiaan setelah
meraih apa yang diinginkannya. tetapi mengapa akhirnya orang itu terus berusaha
memperolehnya lagi atau mencari kebahagiaan dalam bentuk lain lagi? Dimanakah orang bisa
mengalami hidup bahagia yang sesungguhnya?
Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Ini adalah sebuah kepastian.
Yesus satu-satunya jalan yang yang benar yang membawa orang pada kebahagiaan hidup.
Kebahagiaan di dalam Yesus bukan sesuatu yang di cari, melainkan kenyataan yang diterima
dengan iman. Kita hanya akan jatuh kedalam kesombongan, jika merasa bahwa kebahagiaan dan
ketentraman hidup dicapai karena usaha kita sendiri. Menginginkan kebahagiaan, tetapi merasa
cemas jangan-jangan tidak mendapatkannya, sebenarnya menggambarkan sikap orang yang tidak
pernah puas.
Yesus sebagai jalan dan kebenaran dan hidup menjamin kebahagiaan kita asal kita
berpegang teguh pada-Nya. Sebab, hanya melalui Dia kita dapat menemukan kebahagiaan. Yang
bisa kita lakukan ialah percaya kepadaNya, tidak perlu merasa cemas, takut atau bimbang
dengan apa pun. Kebahagiaan, kebenaran dan kehidupan yang berlimpah pasti akan kita peroleh
asal kita mempercayakan diri kepada-Nya. Seringkali kita merasa cemas dengan hari esok yang
belum pasti. Merasa tidak puas dengan hari yang telah kita lalui. Meratapi hari yang sudah lewat.
Hal yang seperti ini yang membuat kita tidak merasa bahagia. Maka: Mulailah, Sadarilah,
Ketahuilah, Percayalah! Bahwa kebahagiaan hidup hanya di temukan dalam diri Yesus yang
adalah Jalan kebenaran dan hidup.
Doa
Tuhan Yesus, Engkaulah jalan dan kebenaran dan hidup. Lepaskan rasa kecemasan dan
ketakutan yang ada dalam diriku sebab hanya Engkaulah yang menjamin kebahagiaan yang ada
dalam hidupku untuk melangkah menuju jalanMu. Amin
SABTU 02 MEI 2015
Bacaan 1 : Kis. 13: 44-52
Mazmur
: 98:1-2;3B,3C-4;R:3CD
INJIL
: Yohanes 14:7-14
-----------------------------------------------Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu
mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia. Kata Filipus kepada-Nya, “Tuhan, tunjukanlah Bapa
itu kepada kami, itu sedah cukup.” Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama aku bersamasama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenak Aku? Barang siapa telah melihat Aku, ia
telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak
percayakah engkau bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang akan Aku
katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang ada di dalam Aku.
Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku bahwa Aku di dalam Bapa dan
Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya barang siapa yang percaya kepada-Ku, ia akan melakukan
juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan; bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari
pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apapun juga yang kamu minta dalam nama-Ku,
Aku akan melakukannya, supaya Bapa di permuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta
sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”
RENUNGAN
Alkisah ada seorang bapak yang selalu merasa dirinya hebat karena memiliki jimat yang
bisa menangkis segala kuasa setan dan bisa menyembuhkan segala penyakit. Sayangnya cara
hidupnya sangat bertentangan dengan cara hidup kristiani. Sebagai orang katolik. ia tidak pernah
kegereja. Mengikuti kegiatan lingkunganpun tidak pernah. Bisa dibilang ia tidak pernah berdoa.
Pada mulanya banyak orang dating kepadanya untuk minta kesembuhan dari berbagai penyakit.
Namun lambat laun semakin sedikit orang yang dating meminta pertolongan. Sebaliknya ia
justru bermusuhan dengan banyak orang. Hal ini terjadi karena ia selalu membuat agar semua
orang yang ditolongnya terus-menerus bergantung kepadanya. Ia menyembuhkan penyakit bukan
untuk membantu orang lain tetapi untuk kepentingannya sendiri.
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, sikap dan cara
hidup seperti ini dengan jelas menunjukan bahwa kuasa yang dimilikinya itu bukan berasal dari
Allah melainkan dari kuasa kegelapan. Sebab bukan kebaikan yang dihasilkan tetapi justru
permusuhan. Yesus Kristus memiliki kuasa Allah karena berasal dari Allah dan Dia adalah
Allah. Dalam diri-Nya Allah bekerja menyelamatkan manusia, dan melalui Dia Allah
memberikan segala rahmat yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Sebagaimana kita dengar
dari bacaan Injil hari ini, Yesus sendiri berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya barang
siapa yang percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan;
bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan
apapun juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa di
permuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan
melakukannya.” Manusia bisa memperoleh rahmat untuk dapat menyembuhkan orang lain
dengan cara meminta kepada Bapa. Yesus melakukan semua itu agar semua manusia
diselamatkan dan demi kemuliaan Bapa. Syaratnya hanya ini: “Percayalah kepada Yesus”
Marilah berdoa: Ya Yesus, Engkau dan Bapa satu adanya. Bantulah kami agar selalu
percaya bahwa kuasa-Mu melampaui segala kerapuhan dan kedosaan kami. Amin
Minggu, 3 Mei 2015
Bacaan 1 : Kis 9 : 26 – 31
Mazmur
: 22-26B;27;28;32-32:R:26a
Bacaan 2 : 1 Yoh. 3:16-24
INJIL
:Yoh. 15 : 1 – 8
----------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Akulah pokok anggur
yang benar dan Bapa-Kulah pengusahannya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah,
dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak
berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggalah
di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya
sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau
kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang
siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu
tidak dapat berbuat apa-apa. Barang siapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti
ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu
dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa
saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.”
Renungan
Ada dua anak Rita dan Lani yang sudah bersahabat semenjak dari kecil. Sekalipun mereka
bersahabat akan tetapi mereka mempunyai sifat yang sangat berbeda. Rita anak yang malas. Ia
jarang mengerjakan tugas-tugas sekolah maupun tugas rumah. Selain itu ia juga tidak pernah
pergi ke gereja. Karena kemalasan Rita itu, maka akhirnya ia tidak naik kelas. Sedangkan Lani
anak yang pandai dan rajin. Ia selalu mengerjakan segala tugas sekolah maupun tugas rumah
yang didapatkannya. Ia akan mengerjakan semua tugasnya dengan ikhlas dan suka cita. Karena
kepandaiannya itu ia sering mendapatkan juara, baik menjadi juara kelas ataupun juara dalam
lomba-lomba yang sering ia ikuti. Selain itu ia juga anak yang rajin berdoa dan pergi kegereja,
sehingga semua orang menyanyangi Lani. Lani yakin, keberhasilannya tidak terlepas dari doadoa yang selalu ia panjatkan kepada Allah.
Dari cerita di atas dapat kita lihat bahwa semua hal yang kita lakukan atas dasar
kepercayaan dan keyakinan kepada Allah maka semua akan menjadi baik adanya. Bacaan hari
ini mengajak kita untuk tinggal di dalam Allah agar kita mengahasilkan buah yang baik. Hidup
damai dan bersaudara, serta mengamalkan kasih seturut roh yang sudah diberikan kepada
kita.Dibaratkan ranting yang tinggal didalam pokok anggur, ia akan berbuah banyak. Lani yang
mau menyandarkan hidupnya ke dalam penyelenggaraan Tuhan dapat menjadi anka yang baik.
Ia menjadi rajin, pandai dan dapat meraih banyak kerajaan. Sebaliknya Rita dapat diibaratkan
seperti ranting yang tidak tingal dalam pokok anggur. Ia tidak menghasilkan buah. Rantingnya
menjadi kering, dibuang, dan dicapakkan ke dalam api pembakaran. Hidup seperti apakah yang
kita inginkan?
Tuhan Yesus Kristus, bantulah aku menjadi ranting-ranting-Mu yang setia dan taat agar
keselamatan-Mu nyata di bumi seperti di dalam surga. Amin.
Senin, 4 Mei 2015
BacaanI
: Kis. 14 : 5 – 18
Pekan Paskah V
Mazmur
: 115:1-2.3-4.15-16;R:1
St. Rachel; St. Gemma Galgani
BacaanInjil : Yoh. 14:21-26 B.
Yosef Maria Rubio
------------------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Barang siapa
memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barang siapa
mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan
menyatakan diri-Ku kepada-Nya.” Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan,
apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada
dunia?” Jawab Yesus, “Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan Bapa-Ku
akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
Barang siapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar
itu bukanlah daripada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, selagi aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus,
yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu dan akan mengingatkankamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
RENUNGAN
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, melalaui bacaan
Injil hari ini kita diperkenalkan dengan dua peran Roh Kudus yang akan dijelaskan di sini. Peran
pertama, adalah untuk “mengajarkan” segala sesuatu, dan peran kedua adalah untuk
“mengingatkan” akan segala sesuatu yang sudah pernah dikatakan oleh Yesus. Jadi Roh Kudus
tidak hanya bertugas untuk memberikan apa yang baru yang belum kita miliki, tetapi juga
mengingatkan kita akan apa yang sebenarnya telah kita terima dari Tuhan. Di sinilah
masalahnya! Kita sering lupa bahwa kita sudah menerima banyak dari Tuhan. Paulus dan
Barnabas memperlihatkan satu keyakinan mendasar bahwa mereka Telah menerima satu
kebenaran berharga, bahwa Allah itu hidup dan terus menerus akan memuaskan hati manusia.
Mereka begitu percaya bahwa hanya dengan kembali kepada Allah yang hidup itulah manusia
akan terpuaskan secara penuh.
Sebab pada dasarnya tidak ada hal atau barang, pengalaman, peristiwa, atau bahkan
seorang manusia pun yang bisa sungguh memuaskan kehausan terdalam kita. Dalam hidup
keseharian kita, tidak jarang kita mencari kepuasan melalui benda, peristiwa atau bahkan
seseorang. Bila tidak hati-hati, kita pun bisa terbuai oleh manusia yang kita harap bisa
memuaskan seluruh kerinduan kita. Sehebat dan sedekat apapun orang itu, ia tidak akan pernah
bisa memuaskan kerinduan terdalam orang yang kita layani. Ini tidak mudah, karena Paulus dan
Barnabas yang melakukan hal ajaib dalam kuasa Allah yang hidup itu justru disembah-sembah
sebagai titisan dewa-dewa. Paulus dan Barnabas sadar akan hal itu, dan itu digemakan dalam
Mazmur untuk mengingatkan kita: “Bukan kepada kami, ya Tuhan, tetapi kepada-Mulah beri
kemuliaan.”
Marilah kita mohon kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita masing-masing. Biarlah roh
Kudus yang akan mengajarkan dan mengingatkan kita akan ajaran Yesus yang akan membawa
kita pada keselamatan sejati.
Selasa, 5 Mei 2015
Bacaan 1 : Kis. 14: 19-28
Mazmur
: 145;10-11;12-13B;21;R:11a
INJIL
: Yoh. 14: 27-31a
--------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Damai sejahtera
Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak
seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah
mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali
kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersuka cita karena Aku pergi
kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya
kepadamu sebelum hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab
penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia
tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang
diperintahkan Bapa kepada-Ku.”
Renungan
Hati yang gelisah sering kali mengganggu hidup kita. Bahkan tidak jarang hanya berhenti
sampai pada mengganggu saja, bisa jadi akan merusak hari-hari kita. Ketika sseorang anak minta
mainan tidak dibelikan orang tuanya, ia bisa ngambek seharian. Demikan juga ketika muncul
masalah dengan teman di sekolah atau bertengkar dengan kakak atau adik. Seorang remaja yang
patah hati ia bisa mengurung diri dalam kamar. Tidak mau berkumpul dengan keluarga dan
bahkan tidak mau makan. Atau sebaliknya. Ia akan melampiaskan kesedihan hatinya dengan
makan terus menerus tanpa mempedulikan kesehatannya. Bagi orang tua persoalan di rumah
seringkali masih terbawa sampai di kantor. Atau sebaliknya permasalahan di kantor, bermusuhan
dengan teman di kantor dan masalah-masalah lainnya terbawa sampai di rumah.Suasana hati
yang tidak nyaman akan terbawa ketika ia bertemu dengan anggota keluarga. Niscaya keributan
yang akan terjadi. Satu masalah belum terpecahkan muncul masalah yang baru. Maka tidak
heran setiap kali bertemu dengan orang-orang yang tertimpa masalah, dalam kekecewaan
mereka selalu berkata: ”Tiada hari tanpa masalah, mengapa semua ini terjadi?” Jika pertanyaan
itu tak terjawab dan masalah-masalah itu tak teratasi maka timbullah rasa marah, benci kepada
Tuhan, kepada sesama, bahkan kepada diri sendiri dan akhirnya putus asa.
Tuhan Yesus tahu bahwa para murid juga mengalami masalah dalam karya mereka
sebagai pewarta kabar gembira. Karena itu, Yesus memberi nasihat kepada murid-murid-Nya
dengan nasihat ini: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.
Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” ( Yoh.14:27)
Situasi damai bukan berarti tanpa masalah, melainkan suatu keadaan di mana kita boleh
menikmati berkat dan rahmat di balik semua masalah yang kita hadapi di dalam kehidupan kita.
Mari kita meneladan para Rasul yang karena kasihnya kepada Tuhan, mereka memiliki damai
sejahtera meskipun harus menanggung penderitaan. Karena damai sejati berasal dari Tuhan, dan
Ia telah menanamkan damai itu di dalam hati kita melalui Roh Kudus.
Ya Tuhan, ajarilah kami agar sanggup melihat rahmat-Mu di balik semua derita
dan tantangan yang kami alami dalam kehidupan kami. Amin
Rabu, 6 Mei 2015
Bacaan I Kis 15 : 1-6
Mazmur 122 : 1-2.3-4a.4b-5;R:1
Bacaan Injil : Yoh 15 : 1-8
----------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Akulah pokok anggur
yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman
yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama
seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur,
demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok
anggur dan kamulah rantig-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia,
ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak
tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering. Kemudian
dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam
Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu
akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak
dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.“
Renungan
Alkisah seorang pelatih rugby bersama anggota timnya mengalami kegagalan dalam
merebut kemenangan. Karena kegagalan tersebut akhirnya sang pelatih merasa kehilangan
kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan merasa tidak berdaya dalam hidupnya. Demikian juga
halnya dengan anggota tim yang dilatihnya. Mereka mengalami ketakutan dan ketidakpercayaan
diri dalam melakukan sebuah kompetisi. Namun keadaan mulai membaik ketika pelatih tersebut
mulai mempercayakan dirinya kepada Tuhan dengan tekun berdoa. Ia bersyukur masih memiliki
tim dan mau mengusahakan yang terbaik dalam melatih anggota timnya. Aura positif yang
dibawa sang pelatih ternyata mempengaruhi seluruh anggota tim. Setiap orang dalam tim
mendapatkan motivasi untuk bangkit kembali. Mereka selalu memulai dan mengakhiri
kegiatannya dengan berdoa. Kepercayaan diri mereka pun meningkamotivasi mereka pun
dimurnikan. Sekarang mereka bertanding bukan semata-mata untuk meraih kemenangan tetapi
untuk memuliakan Tuhan. Meskipun kalah mereka tetap bisa mensyukurinya karena mereka
sudah mengusahakan yang terbaik. Mereka tetap bertekun dalam doa.
Kita semua tentu pernah seperti pelatih atau anggota tim dalam film “ Facing The Giant “
ini. Apa yang kita lakukan Nampak sia-sia walaupun sudah mengusahakan yang terbaik. Kita
diibaratkan sebagai ranting dari sebuah pohon anggur. Dalam hidup kita pun juga sama bila kita
hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri tanpa mengandalkan kekuatan dari Tuhan. Hidup
kita seumpama ranting yang terpisah dari batang anggur yang akhirnya layu dan mati. Yesus
mengibaratkan diri-Nya sebagai pokok anggur dan kita ranting-ranting-Nya. Semua usaha yang
kita lakukan akan sia-sia bila kita hanya mengandalkan diri sendiri, sebaliknya hidup kita akan
bermakna bila kita juga mengandalkan Tuhan dan juga berjuang dengan mengusahakan yang
terbaik seperti ranting anggur yang berbuah banyak. Maka hidup kita pun akan menjadi berkat
untuk diri kita dan orang lain. Mari kita mengusahakan yang terbaik dalam melakukan aktivitas
pekerjaan kita serta selalu mengandalkan dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya.
Tuhan Yesus Kristus, berikanlah aku rahmat-Mu agar rela dan rendah hati bersatu
dengan-Mu sumber hidup dan damai
Kamis, 7 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 15:7-21
Mazmur
: 96: 1-2a.2b-3.10; R:3
BacaanInjil : Yoh. 15:9-11
----------------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tingallah di dalam kasih-Ku itu.
Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti
perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya
sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”
Renungan
Bapa di surga sangat mengasihi Yesus, begitu pun Yesus sangat mengasihi Bapa-Nya.
KasihYesus tampak pula dalam peristiwa Ia wafat di kayu salib demi keselamatan umat manusia.
Kasih-Nya begitu besar kepada kita. Ia rela mengorbankan nyawanya dengan memakai mahkota
duri, kedua tangan dan kakinya dipaku di kayu salib, lambungnya ditusuk dengan tombak hingga
wafat demi menebus dosa yang bukan diperbuat Yesus. Karena kasih yang begitu besar kepada
manusia, Ia rela menderita. Yesus tidak sanggup untuk menanggung beban ini tetapi demi Bapa
yang sangat dikasihi-Nya, Ia rela berbuat demikian.
Yesus relawafat demi keselamatan umat manusia. Kehidupan duniawi tidak berlangsung
selamanya, hanya sementara dan merupakan titipan dari Bapa di surga melalui perantaraan
putera-Nya, Yesus Kristus. Bapa berharap manusia di bumi menebarkan kasih terhadap semua
yang ada di bumi, bukan untuk dirusak atau diperlakukan seenaknya, bukan juga untuk dihina
atau dicela tetapi untuk dikasihi. Apakah kita tidak mempunyai rasa malu terhadap perbuatan
kita yang merusak ciptaan Bapa? Apakah kita masih baku hantam hanya untuk kepentingan
pribadi? Kita tidak luput dari dosa, tidak luput dari kesalahan yang membuat hidup semakin
terpuruk oleh kekuatan dosa. Sepantasnyalah kita mampu untuk bangkit dari keterpurukan dosa
karena kebaikan dan cinta kasih Bapa danYesus Kristus putera-Nya yang Tunggal. Patutlah kita
berterima kasih dengan cara mengasihi sesama, bersyukur serta berdoa dengan penuh
kerendahan hati, niscaya hidup akan lebih bermakna dan penuh kasih. SepertiYesus hidup damai,
kekal dan penuh kasih bersama Bapa di surga.
Ya Yesus, ajarilah kami meneladan sikap-Mu, sadarkanlah kami bahwa dengan berbagi
kasih kami akan selalu mengalami kasih-Mu yang menyelamatkan. Amin.
Jumat, 8 Mei 2015
Bacaan I
: Kis 15 :22 – 31
Mazmur
: 57:8-9,10-12;R:10a
Bacaan Injil : Yoh. 15 : 12 – 17
----------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya : “Inilah perintah-Ku,
yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang
lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawa untuk sahabat-sahabatnya. Kamu
adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak
menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku
menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang
telah kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih
kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan
buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya
kepadamu. Itulah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.
Renungan :
”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya
untuk sahabat-sahabatnya.”
Tuhan menghendaki kita untuk mencintai sesama kita. Kita dipanggil untuk peduli dan
melayani kebutuhan nyata sesama kita. Pertanyaannya adalah siapakah sesama kita? Kalau
dilihat dari katanya sesama berarti “yang sama”. Misalnya sesama pelajar berarti sama-sama
pelajar. Sesama orang katolik berarti sama-sama orang beragama katolik dan seterusnya. Kalau
ada yang “sesama kita” berarti ada yang bukan “sesama kita”. Dengan yang “sesama kita”
biasanya kita akan merasa cocok, bersahabat, saling mengasihi dan sebagainya. Sebaliknya
dengan yang bukan sesama kita maka kita akan cenderung menjaga jarak atau bahkan memusuhi.
Padahal yang namanya musuh harus kita singkirkan. Berangkat dari pemikiran ini maka jika
sesama kita itu sedikit, berarti yang bukan sesama kita lebih besar, yang berarti musuh kita
banyak. Maka marilah kita berusaha untuk memperbesar sesama kita. Yang paling besar adalah
sesame ciptaan Tuhan. Maka seluruh isi alam raya ini adalah sesama kita yang perlu kita
sayangi. Tentu saja ini tidak mudah. Lebih mudah diomongkan. Untuk merealisasikan butuh
perjuangan tersendiri.
Kita mungkin merasa takut, cemas, ataupun khawatir. Tuhan Yesus mengatakan bahwa,
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan
kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu
minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” Lalu apa yang harus kita
risaukan? Tuhan beserta kita, dan apa yang kita butuhkan akan diberikan-Nya asalkan kita mau
berbuah dalam semangat saling mengasihi. Dan itu menjadi jalan satu-satunya bagi kita untuk
menunjukkan bahwa kita mengasihi Allah dan bahwa kasih Allah ada di dalam kita.
Marilah kita mohon, Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk menjadi sahabat-sahabatMu yang setia, sahabat yang rela berbagi hidup dengan sesama dalam karya pelayanan
kasih. Amin.
Sabtu, 9 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 16:1-10
Mazmur
: 100:1-2;3-5;R:1a
Bacaan Injil : Yoh 15:18-21
------------------------------------“Jikalau dunia membenci kamu, inngatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada
kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi
karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah
dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah
lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan
menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti
perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab
mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.”
Renungan
Dari bacaan injil hari ini ada point penting yang bisa kita petik, kita diminta harus memiliki
sikap membenci dunia tetapi tidak membenci orangnya. Kita diminta membenci dunia karena
prinsip-prinsip dunia memang bertentangan dengan prinsip-prinsip kekristenan. Sekalipun
demikian kita tidak boleh membenci orangnya. Kita benci dosa, tetapi tidak boleh membenci
pendosa. Orang yang berdosa bukan dijauhi tetapi didekati agar dia bertobat. Kita harus memiliki
kasih yang luar biasa kepada orang-orang di sekitar kita, karena mereka mungkin memang belum
mengerti tentang jalan kebenaran. Kita harus tetap menjaga kehidupan kita agar kehidupan kita
menjadi berkat bagi orang lain, dan orang lain bisa merasakan kasih Kristus dari kehidupan kita.
Kita harus mengasihi orang-orang yang belum mengenal Tuhan, tetapi kita tidak boleh
kompromi dengan dosa-dosa mereka, atau dengan kebiasaan buruk mereka.
Contoh paling sederhana dikalangan pelajar adalah kebiasaan mencontek. Apakah ada
temanmu yang masih suka mencontek pada saat ulangan? Jika ada, apakah kamu juga ikut-ikutan
mencontek agar nilai ulanganmu bagus? Tentu tidak boleh ikut-ikutan berdosa kalau mau
menjadi saksi kalau mau menjadi saksi Kristus. Bagaimana cara kita menjadi saksi Kristus bagi
teman-teman kita yang masih suka mencontek? Jadilah orang-orang yang tegas terhadap dosa,
tetapi juga penuh kasih kepada orang-orang yang berdosa. Yang bisa kamu lakukan adalah
menjadi contoh bagi teman-temanmu, dengan belajar yang rajin sebelum ulangan, dan selalu
jujur pada saat ulangan. Tunjukanlah kepada mereka bahwa jalan untuk berhasil dalam belajar
adalah kerja keras, disiplin dan jujur.
Tuhan memanggil dan mengutus kita bukan untuk menjadi sama dengan dunia, melainkan
berjuang mengubah dunia menjadi serupa dengan wajah-Nya. Kita dipanggil bukan hanya untuk
menyelamatkan diri sendiri, tapi juga membawa keselamatan bagi sesama.
Marilah kita mohon, Tuhan Yesus Kristus, teguhkanlah selalu panggilan-Mu dalam diriku
agar aku mampu mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah yaitu Kebenaran, Keadilan,
Sukacita dan Damai Sejahtera. Amin.
Minggu, 10 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 10:25-26;34-35;44-48
Mazmur
: 98:1;2-3ab,3cd-4;R:2b
Bacaan Injil : Yoh. 15: 9 – 17
-------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-muridNya: “Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu, tinggallah di dalam kasihKu itu.
Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti
perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya. Semuanya itu kukatakan kepadamu supaya
suka citaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintahKu yaitu supaya
kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar
daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah
sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu
lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu
sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar
dari BapaKu. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan aku telah
menetapkan kamu, supayakamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa
yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu. Inilah perintahKu
kepadamu, kasihilah seorang akan yang lain”.
Renungan
Rendra adalah anak seorang pejabat yang kaya raya. Dia tinggal di perumahan elit dengan
bangunan yang besar dan mewah. Segala kebutuhannya selalu terpenuhi. Bahkan bisa dibilang ia
selalu mendapatkan yang terbaik. Ia menuntut ilmu di sekolah yang ternama. Sekalipun
demikian, dia tidak sombong dengan kekayaan dan segala kemewahan yang dimilikinya. Ia tetap
rendah hati sehingga dia punya banyak teman. Dia sangat peduli terhadap orang-orang di
sekitarnya terlebih mereka yang kurang beruntung. Apabila dia bertemu pengemis di jalan, dia
selalu memberi sedekah. Juga ketika terjadi bencana alam, teak segan-segan ia akan mengirmkan
bantuan. Bahkan dia pun mengajak teman-temannya membentuk tim bakti sosial untuk
mengumpulkan dana sosial. Dana yang terkumpul digunakan untuk membantu orang-orang yang
terkena musibah bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Dana tersebut juga
disumbangkan ke panti asuhan.
Perbuatan yang dilakukan oleh Rendra sungguh mencerminkan cinta kasih. Kasih yang
tulus, yang tak mengharapkan imbalan. Kasih yang selalu menginginkan yang terbaik bagi
sesama. Itulah kasih yang harus kita miliki. Tuhan mengasihi kita tanpa batas, tetapi kasih itu
tidak ada artinya jika tidak diteruskan kepada sesama.
Tuhan Yesus Kristus, berikanlah aku rahmat yang terindah agar aku mampu mengasihi
sesama seperti aku mengasihi diriku sendiri. Amin.
Senin,11 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 16:11-15
Mazmur
: 149:1-2,3-4,5-6a.9b;R:4a
Bacaan Injil
: Yoh. 15:26-16;4a
St Ignatius Peis dari Lakoni; St. Bertha
------------------------------------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-muridnya: “Jikalau penghibur yang
akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi
tentang Aku. Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa kamu akan
dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan
menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu,
supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.“
Renungan
Sabda Tuhan pada hari ini adalah mengajak kita untuk memiliki kemampuan mendengar dengan
baik. Semakin banyak kita mendengar, semakin banyak pula kemampuan kita untuk mengasihi
dan menerima sesama dengan apa adanya. Roh Kudus selalu membantu kita dalam segala hal.
Roh Kudus membimbing kita untuk dalam memahami ajaran Tuhan. Kita harus bersyukur
karena RohNya yang Kudus dianugerahkan bagi kita. Roh yang keluar dari Bapa dalam
namaTuhanYesus akan menyelamatkan orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Tugas kita
adalah menjaga dan selalu patuh pada Roh Kudus. Dialah Penghibur kita di kala duka dan
kecemasan melanda hidup kita. Roh Allah, sang Penghibur tetap berkarya bagi kita semua.
TuhanYesus terima kasih atas anugerah hidup yang berlimpah di dalam hidup kami.
Penuhilah hidup kami dengan Roh KudusMu sehingga kami dapat mendengar dan
menjalankan ajaranMu dengan baik. Amin.
Oleh : Agatha Elfride Sri Suratiningsih.
Selasa 12 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 16:22-34
Mazmur
: 138:1-2a,2b-3,7c-8;R:7c
Bacaan Injil
: Yoh. 16: 5-11
--------------------------------Dalam amanat perpisahan-Nya,Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “sekarang Aku pergi
kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya
kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepaadamu, sebab itu
hatimu duka cita .Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu:Adalah lebih berguna bagi
kamu,jika Aku pergi.Sebab jikalau Aku tidak pergi ,Penghibur itu tidak akan datang kepadamu
,tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.Dan kalau Ia datang,Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa,kebenaran dan penghakiman akan dosa,karena mereka tetap tidak
percaya kepada-Ku;akan kebenaran,karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku
lagi akan penghakman, karena penguasa dunia ini telah di hukum.”
Renungan
Melalui Roh-Nya,Kristus yang bangkit dan naik ke surga selalu tinggal bersama umat-Nya setiap
saat dan disetiap tempat,khususnya menyertai karya pewartaan dan pelayanan kasih kita. Roh
Kudus datang untuk menguatkan kesaksian umat beriman bahwa Yesus Kristus sungguh datang
dari Allah. Ia adalah Firman yang telah mendaging bagi keselamatan dunia. Roh Kudus itu akan
membantu kita memahami misteri kematian Kristus yang melepaskan kita dari kutuk dosa dan
maut. Kehadiran-Nya harus membantu kita untuk berjuang agar dunia yang menolak percaya
kepada Yesus Kristus menjadi percaya dan diselamatkan oleh-Nya, karena penolakan itu adalah
dasar dosa. Setiap saat Tuhan selalu siap untuk menjadi penolong kita. Kebaikan Tuhan ini harus
kita teruskan sebagai kesaksian iman dalam hidup berdampingan dengan sesama.
Tuhan Yesus, semoga kehadiran Roh Kudus selalu membantu kami untuk berani meninggalkan
dosa dan berani menjadi saksiMu di tengah dunia. Amin
Rabu,13 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 17: 15;22-18:1
Mazmur
: 148:1-2;11-12b;12c-14a;14bcd
Bacaan Injil
: Yoh. 16:12-15
------------------------------------------------------------”Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke
dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata – kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan
kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya; sebab itu Aku berkata : Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari
pada-Ku.”
Renungan
Roh Kudus merupakan roh kebenaran yang akan selalu menuntun kita agar kita dapat
membedakan hal yang benar dan yang jahat. Dengan membiarkan hati kita dibimbing dengan
terang Roh Kudus kita akan mampu setia kepada perbuatan-perbuatan baik yang berkenan bagi
Tuhan serta dapat menolak perbuatan-perbuatan dosa yang mampu menjauhkan diri kita dari
Tuhan maupun sesama. Roh Kudus merupakan lambang kehadiran Tuhan yang meneguhkan
para murid Kristus. Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita akan selalu memberikan pertolongan,
penghiburan, dan bimbingan agar kita dapat terus setia mengimani Yesus Kristus sebagai jalan
kebenaran dan hidup.
Tuhan Yang Maha Kasih, utuslah selalu terang Roh Kudus-Mu agar selalu dapat membimbing
langkah hidup kami. Amin.
Senin,11 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 16:11-15
Mazmur
: 149:1-2,3-4,5-6a.9b;R:4a
Bacaan Injil
: Yoh. 15:26-16;4a
St Ignatius Peis dari Lakoni; St. Bertha
------------------------------------------------------------Kamis, 14 Mei 2015
Hari Raya Kenaikan Tuhan
Markus 16 : 15 – 20
--------------------------------Pada suatu hari, Yesus yang telah bangkit menampilkan diri kepada kesebelas murid, dan berkata
kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa
yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setan-setan
demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka
akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat
celaka, mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di
sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut
bekerja meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Renungan :
Tahun pembelajaran 2014/2015 sebentar lagi usai, mungkin kita merasa sedih karena sebentar
lagi kita akan berpisah dengan orang-orang yang selama ini bersama-sama berjuang dengan kita.
Entah itu teman sekelas atau para guru. Mereka yang selama ini menemani kita dalam keseharian
kita di sekolah tidak ada lagi, mungkin akan berganti dengan orang-orang baru yang belum kita
tahu sifat ataupun karakter mereka.
Kesedihan, kekhawatiran, kecemasan itu yang dialami oleh para pengikut Yesus, ketika Yesus
terangkat ke sorga. Yesus kembali kepada Bapa setelah menunaikan tugasnya di dunia, menebus
dosa umat-Nya. Yesus yang baru saja bangkit, setelah wafat disalib, kini akan meninggalkan
mereka. Rasa lega dan gembira ketika Yesus bangkit dan berada bersama-sama dengan mereka
tiada lagi. Namun kehendak Tuhan jauh di luar pemikiran manusia, kenaikan Yesus ke sorga
berarti kembalinya Yesus Kristus dalam persatuan-Nya yang utuh dan selamanya dengan Bapa.
Dan kenaikan Yesus ke sorga menjadi awal perutusan para murid. Yesus mengutus murid-muridNya untuk memberitakan Injil, mewartakan kabar gembira. Tugas yang berat tentunya, namun
Yesus menjanjikan penyertaan-Nya yang kekal. Ia adalah Imanuel, Allah beserta kita. Melalui
roh kudus, ia akan terus tinggal dan bekerja bersama-sama dengan kita, bersama-sama semua
orang yang berkehendak baik untuk menciptakan dunia yang lebih bermartabat dan beriman.
Masihkah kita merasa cemas dan khawatir?
Tuhan Yesus Kristus, semoga dengan penyertaan Roh Kudus-Mu, kami semakin berani
mewartakan injil kepada diri kami sendiri, sesama , dan semua makhluk. Amin.
Bacaan Injil
: Yoh. 15:26-16;4a
St Ignatius Peis dari Lakoni; St. Bertha
------------------------------------------------------------Renungan 16 Mei 2015
Yoh 16: 23b-28
Senin,11 Mei 2015
Bacaan I
: Kis. 16:11-15
Mazmur
: 149:1-2,3-4,5-6a.9b;R:4a
----------------------------------------------------------Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu
dalam nama-Ku.
Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan
menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan.
Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang
memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku
katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi
kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang
dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada
Bapa."
Renunga
n
Yesus meminta murid-muridNya untuk meminta segala sesuatu kepada Bapa dalam namaNya.
Dengan berdoa dalam namaNya, murid-murid Yesus akan penuh dengan sukacita. Yesus berkata
demikian karena selama murid-muridNya bersamaNya, mereka belum meminta atau berdoa
dalam namaNya. Bapa begitumengasihi murid-murid Yesus karena mereka mengasihi Yesus dan
percaya bahwa Dia datang dari Allah Bapa. Yesus begitu mencintai kita sehingga apa pun yang
kita minta kepada Bapa dalam namaNya akan diterima dan dipenuhi dengan sukacita. Terkadang
kita merasa kecewa karena doa kita tak terkabul. Kita diberi semangat untuk berdoa dengan hati
tulus dan ikhlas dalam nama Yesus. Oleh karena itu, berdoa dalam nama Yesus juga merupakan
wujud rasa syukur kita akan kasih Allah dalam hidup. Dalam nama-Nya kita akan menerima
segala sesuatu.
Dalam setiap Perayaan Ekaristi ada bagian yang disebut 'Doa Umat', dimana kita sebagai umat
Allah mengajukan permohonan-permohonan kepada Tuhan. Ada 4 (empat) ujud/permohonan
utama, yaitu : bagi para pemimpin Gereja, bagi para pemimpin Negara dan masyarakat, bagi
mereka yang miskin dan berkekurangan dan bagi diri kita sendiri. Urutan prioritas ujud ini
hendaknya menjadi acuan kita dalam berdoa, entah secara pribadi atau bersama-sama, dalam
mengajukan permohonan-permohonan kepada Tuhan. Disini ingin mengatakan bahwa kita bukan
hanya mendoakan diri kita sendiri tetapi juga orang orang yang ada disekitar kita.Dengan berdoa
kepada Tuhan dengan tulus dan iklas maka apa yang kita inginkan akan dikabulkan oleh bapa.
Bacaan Injil
: Yoh. 15:26-16;4a
St Ignatius Peis dari Lakoni; St. Bertha
------------------------------------------------------------Renungan 16 Mei 2015
Yoh 16: 23b-28
Renungan 17 Mei 2015
Yoh 17: 11b-19
----------------------------- Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di
dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama
seperti Kita.
Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini
sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri
mereka.
Renunga
Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama- n
Aku
telahtelah
memberikan
firman-Mu
kepadaAku
mereka
duniamereka
membenci
mereka,
Mu yang
Engkau berikan
kepada-Ku;
telah dan
menjaga
dan tidak
ada
karena
mereka
bukan
dari
dunia,
sama
seperti
Aku
bukan
dari
dunia.
seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk Allah itu
Aku
tidak
meminta,
supaya
mengambil
mereka dari dunia, tetapi supaya baik, dan
binasa,
supaya
genaplah
yang Engkau
tertulis dalam
Kitab Suci.
tidak
Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
menging
Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
inkan
Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
umatNya
Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah jatuh ke
mengutus mereka ke dalam dunia;
dalam
dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam dosa. Ia
melakuk
kebenaran.
an
berbagai cara bagaimana supaya kita percaya kepada Allah, bahkan sampai mengutus Yesus
Kristus PutraNya kedunia untuk menyelamatkan manusia. Meskipun kita sering melawan
kehendak Allah, tetapi Allah tidak pernah benci kepada kita. Yesus selalu mengasihi kita
meskipun kita telah bersalah, dan Allah ingin supaya kita bertobat dan kembali kejalan yang
benar.
Allah selalu menyertai kita dan bersemayam di dalam hati. Wujud dan perilaku kita hendaknya
sesuai dengan apa yang diajarkan Allah yaitu kasih. Jika kita mengajarkan kasih sudah
dipastikan tidak ada kesalahan dalam diri kita dan orang lain, yang pasti adalah kebenaran.
Dalam kehidupan kita, acap kali kita selalu mencari-cari kesalahanorang lain. Ibarat kata kita
mencari musuh. Lebih mudah mencari musuh daripada mencari teman. Allah telah turun kedunia
sebagai wujud menjadi Rabu atau guru sosok yang patut dicontoh dan ditiru. Allah telah
mengajarkan kasih kepada kita. Hendaknya kita meneladan guru kita yang telah mengajarkan
kebenaran kasihnya. Dengan mengedepankan kasih kepada sesama maka kedamaian akan selalu
ada dalam diri kita.
Doa
Hendaklah kita setiap hari ambil bagian sebagai Imam, Raja dan Nabi. Memimpin, mewartakan
dan menguduskan diri dalam kebenaran kasih-Nya. Amin
Renungan 18 Mei 2015
Yoh 16: 29-33
Yoh 16:29 Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan
Engkau tidak memakai kiasan.
Yoh 16:30 Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang
bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."
Yoh 16:31 Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang?
Yoh 16:32 Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masingmasing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku
tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.
Yoh 16:33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam
Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku
telah mengalahkan dunia.
Renungan
Kalau kita membaca komentar teman-teman di dunia maya (facebook), terutama yang sementara
mengalami penderitaan dan kesulitan hidup, maka tentunya mereka membutuhkan nasehat dan
dukungan, baik lewat kata/nasehat, perbuatan dan terlebih tidak sedikit diantara mereka yang
memohonkan bantuan doa. Dalam konteks inilah, nasehat Santa Faustina, rasul Kerahiman
Ilahi kiranya tetap relefan bagi mereka yang ingin berbuat kerahiman/kebaikan kepada orang
lain. Beliau memberikan tiga cara ini; Pertama, dengan berkata-kata atau memberi nasehat;
Kedua, dengan berbuat baik; dan Ketiga, dengan berdoa. Cara pertama tentunya sangat
tergantung pada talenta seseorang, terutama dari kedalaman rohani seseorang. Semua orang
boleh memberi nasehat, tapi arti dan makna kata-kata yang terucap akan sangat beda di telinga
mereka yang mendengarkan. Cara kedua, sangat tergantung pada kerelaan dan kesempatan yang
dimiliki oleh seseorang. Dan, cara ketiga tentunya bisa dilakukan oleh siapa saja. Dengan kata
lain, dalam cara pertama dan kedua, Anda bekerja keras, namun dalam cara ketiga Tuhanlah
yang bekerja untukmu dan untuk mereka yang Anda doakan.
Kata-kata Yesus dalam Injil hari ini bukan hanya membuktikan ke-Allah-an-Nya; “Lihat,
saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke
tempatnya sendiri dan kamu meningggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang
diri, sebab Bapa menyertai Aku.” Dan, kalau kita membaca dengan saksama dari laporan para
penulis Injil, maka kekuatan utama Yesus adalah relasinya yang akrab dengan Allah, Bapa-Nya.
Di tengah kesibukan apa pun, pun ketika raga terasa capai dan letih, tapi satu hal yang tak pernah
dilupakan oleh Yesus adalah selalu mencari tempat yang sunyi untuk berdoa, berelasi dengan
Allah Bapa-Nya. Demikian pun kata-kata Yesus hari ini menjadi benar dalam pengalaman para
murid di seluruh dunia dalam setiap zaman, di mana penganyiaan dan bahkan pembunuhan
kepada para pengikut-Nya, telah terjadi, sedang terjadi dan pasti akan selalu terjadi sampai akhir
zaman. Ya, “mereka akan menganiaya kamu, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah
mengalahkan dunia.
Yesus bukanlah seorang penguasa dunia yang akan menumpas para musuh dengan pedang, bom
dan senjata lainnya. Akan tetapi Yesus mempunyai senjata cinta kasih yang mengalahkan segala
bentuk kejahatan, termasuk kekuatan senjata otomatis. Jika saja setiap orang memiliki cinta di
hatinya maka perang bisa dihindari, pertengkaran bisa dileraikan, dan sebaliknya kedamaian dan
keamanan hidup akan menjadi milik setiap orang di dunia ini.
Peneguhan
Saudara/saudari terkasih jika kita memiliki masalah jangan merasa takut dan putus
asa,kuatkanlah hatimu, karena kamu tidak sendirian karena Yesus akan selalu bersama
kitadalam suka dan duka. Amin
Renungan 19 Mei 2015
Yoh 17:1-11
Yoh 17:1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba
saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.
Yoh 17:2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup,
demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah
Engkau berikan kepada-Nya.
Yoh 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Yoh 17:4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan
yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
Yoh 17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan
yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.
Yoh 17:6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firman-Mu.
Yoh 17:7 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari
pada-Mu.
Yoh 17:8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada
mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang
dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Yoh 17:9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang
telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
Yoh 17:10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah
dipermuliakan di dalam mereka.
Yoh 17:11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan
Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu,
yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu
sama seperti Kita.
Renungan
Sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus kita diharapkan senantiasa menghayati atau
melaksanakan kehendak Allah atau sabda-sabda Yesus yang telah kita terima melalui aneka cara.
Sabda-sabda Yesus setiap kali kita terima atau dengarkan ketika kita berpartisipasi dalam Ibadat
Sabda atau Perayaan Ekaristi (harian atau mingguan). Sabda atau firman Yesus, yang tertulis di
dalam Kitab Suci, pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan. Sebagai umat
Allah kiranya kita lebih banyak mendengarkan daripada membacakan. Pertanyaan refleksif bagi
kita masing-masing: apakah kita sungguh mendengarkan ketika dibacakan sabda/firman Tuhan
atau sekedar mendengar?
Jika kita sungguh mendengarkan sabda Tuhan, percaya kita pasti akan dipengaruhi atau
dikuasainya, sehingga mau tak mau kita harus mentaati atau menurutiNya dalam dan melalui
cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun, sehingga kita layak
disebut sebagai milik Tuhan Yesus dan kita menghayati diri sebagai ciptaan Allah, gambar atau
citraNya. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan dalam cara
hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Keunggulan hidup beriman atau beragama terletak
dalam pelaksanaan atau penghayatan, bukan wacana atau omongan. Saudara/saudari terkasih
sangat diharapkan agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menjadi
pelaksana-pelaksana sabda Tuhan, dan tentu saja terutama dengan dan melalui teladan konkret
dari para orangtua kita.
Saudara/saudari terkasih kita sangat berharap semua orang dapat menghayati kasih karunia
Allah, karena Allah mengajarkan kita agar saling mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri.
Seluruh sabda atau firman Allah dijiwai oleh cintakasih dan mendorong orang untuk saling
mengasihi, maka saling mengasihi merupakan wujud dari penghayatan diri sebagai pelaksana
sabda/firman Allah.
Renungan 20 Mei 2015
Yoh 17 : 11b-19
Yoh 17:11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan
Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu,
yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu
sama seperti Kita.
Yoh 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada
seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk
binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
Yoh 17:13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini
sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri
mereka.
Yoh 17:14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka,
karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Yoh 17:15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya
Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
Yoh 17:16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Yoh 17:17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
Yoh 17:18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah
mengutus mereka ke dalam dunia;
Yoh 17:19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam
kebenaran.
Renungan
Saudara/saudari terkasih baru saja kita mendengarkan firman Tuhan dimana, Yesus mohon
kepada Bapa di sorga agar Bapa memelihara dan mendampingi perjalanan hidup kita di dunia
sampai mati. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladan Dia
yang telah diutus ke dalam dunia, maka kita pun juga diutus untuk mendunia artinya
berpartisipasi dalam seluk-beluk atau urusan duniawi.
Marilah kita imani dan hayati bahwa Roh Allah atau Roh Kudus hadir dan berkarya dimanamana dan kapan saja, tanpa terikat oleh ruang dan waktu, melalui ciptaan-ciptaan Allah di dunia
ini. Setiap hari begitu bangun pagi sampai dengan menjelang istirahat malam kita semua kiranya
sibuk dengan urusan-urusan atau hal ikhwal duniawi, maka baiklah kita hayati pendampingan
Allah pada kita semua melalui RohNya yang hidup dan berkarya di dalam semua ciptaanNya di
dunia ini.
Dengan mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi kita semua diharapkan menjadi suci
atau semakin suci dengan senantiasa melakukan apa-apa yang benar dan baik. Yang benar dan
baik ada dimana-mana, dan hemat saya apa yang benar dan baik lebih banyak daripada apa yang
tidak benar dan jelek atau jahat. Sebagaimana Yesus telah menguduskan DiriNya bagi kita,
mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan dan keselamatan kita, maka kita pun
dipanggil untuk saling mempersembahkan atau menguduskan, dan bersama-sama kita
menguduskan atau mempersembahkan dunia seisinya, flora dan fauna maupun pekerjaan dan
tugas-tugas kita kepada Tuhan, yang berarti hidup dan bekerja demi keselamatan sesama,
memfungsikan aneka ciptaan lain di dunia ini untuk menolong kita dalam mengusahakan
kesucian atau semakin suci.
Saudara-saudara, Firman Tuhan pada hari ini mengajarkan kepada kita: “janganlah kita
menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih.” Karena itu, marilah setiap orang yang
merasakan kebaikan Tuhan di dalam hidupnya, datang dan mengucap syukur kepada
Tuhan.
Renungan 21 Mei 2015
Yoh 17:20-26
Yoh 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang
percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
Yoh 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan
Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Yoh 17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:
Yoh 17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi
satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau
mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Yoh 17:24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersamasama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka
memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau
telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
Yoh 17:25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal
Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;
Yoh 17:26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan
memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam
mereka dan Aku di dalam mereka."
Renungan
Saudara/saudari yang terkasih dari injil yang baru saja kita dengarkan Para rasul akan pergi
bersaksi dalam kesetiaan mereka terhadap firman dan Yesus. Akan banyak orang yang menjadi
percaya, yang merupakanhasil penginjilan. Pemimpin umat akan terus berganti dan pemberitaan
firman akan terus dikobarkan. Bukan hanya dari Israel hingga Roma, tetapi sampai ke ujung
dunia. Yesus berdoa agar individu hasil pemberitaan Injil ini memahami makna menjadi satu
(20-21). Menjadi satu karena Allah dan Yesus adalah satu. Itu berarti mempraktikkan kasih yang
terjadi antara Allah dan Anak, yaitu kasih yang sama yang diberikan kepada semua orang yang
percaya. Menjadi satu berarti tidak tercerai berai oleh karena adanya perbedaan budaya, bahasa,
tempat, dan lain-lain. Itu berarti berkeinginan menjaga kesatuan meski ada perbedaan. Dengan
adanya kasih maka kesatuan dikedepankan, sementara pertikaian dan pertumpahan darah
ditinggalkan jauh di belakang.
Mengapa kesatuan orang percaya menjadi kerinduan Yesus dalam doanya? Karena Yesus ingin
agar para murid hasil pemberitaan Injil menjadi saksi bagi dunia, agar dunia tahu bahwa Allah
Bapa telah mengutus Yesus dan Yesus mengasihi semua orang yang percaya kepada-Nya. Kasih
ini bersumber dari Bapa, maka semua milik Allah harus memahami dalamnya makna kasih
Allah.
Karena
kasih-Nya,
Ia
telah
mengurbankan Anak-Nya untuk menjadi tebusan bagi semua manusia berdosa. Maka menjadi
satu hanya dapat terjadi jika orang percaya memiliki dan mempraktikkan kasih Allah di antara
satu dengan yang lain. Orang percaya saat ini tersebar di berbagai belahan bumi, yang berbeda
budaya, bahasa, dan lain-lain.Bagaimana kita dapat bersatu sementara ada begitu banyak
perbedaan yang bisa saja menghalangi kita untuk mengasihi sesama saudara seiman? Maka yang
terpenting adalah mengedepankan kasih Yesus yang sudah kita alami. Marilah kita pancarkan
kasih itu melalui kesatuan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan kita, Yesus
Kristus, agar melaluinya dunia dapat melihat kasih dan kemuliaan-Nya.
Renungan 22 Mei 2015
Yoh 21:15-19
Yoh 21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya:
"Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Yoh 21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu,
bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah dombadomba-Ku."
Yoh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya:
"Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu
segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Yoh 21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika
engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan
mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
Yoh 21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah
Aku."
Renungan
Injil Yohanes yang baru saja kita dengarkan menunjukkan tentang keimanan yang ada dalam diri
Petrus. Tuhan Yesus bertanya hal yang sama kepada Petrus sebanyak tiga kali apakah ia
mengasihi Yesus dan jawaban Petrus tetap sama bahwa ia mengasihi Yesus. Karena keteguhan
petrus itulah maka Yesus mempercayakan petrus untuk meggembalakan domba-dombaNya yaitu
kita umatNya.
Tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah mengingat hal apa yang diperoleh Petrus bahkan
sampai akhir hayatnya bukanlah hal yang menyenangkan. Walaupun kesengsaraan dan salib
yang diterima Petrus ia tetap menjalankan tugasnya tanpa pernah berpaling dari jalan Yesus.
Bagaimana dengan kita apakah kita punya keteguhan yang sama dengan Petrus? Baik itu
keimanan kita terhadap Tuhan, ketika kita menghadapi cobaan apakah kita tetap berjalan di
jalanNya? Terhadap tugas kita apakah kita tetap melaksanakan dengan baik walaupun berat?
Sering kita mendengar ungkapan yang berbunyi Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi
batas umatNya.
Kita sebagai manusia kadang merasa lelah bahkan ingin menyerah baik karena cobaan hidup
ataupun tugas yang berat, tapi apabila kita menyandarkan diri kepada Tuhan yang mengbasihi
kita maka kita akan merasa lebih ringan dan damai.
Doa : Tuhan jadikanlah hatiku teguh dalam menjalani hidup sehingga dalam keadaan apapun aku
hanya menyandarkan diri hanya kepadaMU. Amin.
Sabtu, 23 Mei 2015
Yohanes 21:20-25
Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka,
yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang
berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan meyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu,
ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus:
“Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.
Tetapi engkau: ikutlah Aku.” Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid
itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan
mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu
bukan urusanmu.“ Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah
menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang
diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya
dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Renungan:
Dalam Injil hari ini, kita mendengar ada murid yang dikasihi Yesus. Murid yang dikasihi Yesus
adalah murid yang setia mengikuti Tuhan, tinggal di dekat-Nya, untuk memberitakan kematian
dan kebangkitan Tuhan, serta mewartakan Tuhan kepada semua orang. Murid itu tidak lain
adalah kita sendiri. Kita akan tetap tinggal di sisi Tuhan, demikian juga anak-cucu kita. Kita
semua dipanggil oleh Yesus sebagai pewarta-Nya di dunia ini. Kita memberikan kesaksian
kepada semua orang bahwa Allah itu kasih dan dalam kasih-Nya, Ia ingin agar kita selamat dan
hidup, bahkan hidup dalam kelimpahan. Keselamatan yang Tuhan tawarkan tidak hanya
ditujukan kepada kita, melainkan kepada semua mahkluk di bumi ini. Tugas kitalah untuk
menyalurkan rahmat keselamatan Tuhan itu di dalam hidup kita sehari-hari.
Refleksi:
Apakah kita telah mampu menjadi murid Yesus yang setia dan berani mewartakan-Nya di tengah
dunia?
Beranikah kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang mampu mengajak orang lain mengenal
dan mengasihi Allah?
Doa:
Tuhan Yesus Kristus, terima kasih karena telah memilih aku yang lemah dan rapuh ini menjadi
murid-Mu. Semoga aku tidak menyia-nyiakan kasih-Mu, tetapi mampu membawa banyak orang
untuk mengenal dan mengasihi-Mu, Amin.
Minggu, 24 Mei 2015
Hari Raya Pentakosta
Yohanes 15:26-27; 16:12-15
====================
Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Jikalau Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan
bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama
dengan Aku.
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke
dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari
pada-Ku.”
Renungan:
Hari ini Gereja merayakan peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. Pentakosta juga
menjadi hari lahir Gereja. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya akan pewartaan
Yesus Kristus. Yesus menjanjikan penghibur yang mampu menggantikan-Nya setelah kepergianNya di dunia. Penghibur ini tak lain adalah Roh Kudus sendiri. Walaupun Yesus tidak ada lagi di
dunia, namun Ia tetap menyertai Gereja . Roh Kudus selalu menjiwai Gereja. Roh Kudus inilah
yang menjadi penggerak dan pendorong karya misi pewartaan Injil Gereja. Roh Kudus juga hadir
di dalam setiap orang. Roh Kudus menjadi daya penggerak dan pendorong bagi kita untuk
melakukan hal-hal yang baik, yang seturut dengan kehendak Allah.
Refleksi:
Sudahkah kita ikut mengembangkan Gereja?
Apakah kita sudah menyadari betapa besar kasih Allah kepada dengan mengutus Roh Kudus
untuk selalu menyertai kita?
Doa:
Tuhan Yesus, utuslah Roh Kudus-Mu untuk selalu menyertai langkah hidup kami, sehingga kami
mampu berjalan seturut dengan kehendak-Mu sendiri dan mampu menjalani hidup yang telah
Engkau anugerahkan kepada kami dengan baik dan penuh tanggung jawab, Amin.
Senin, 25 Mei 2015
Markus 10:17-27
==================
Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalananNya, datanglah seorang berlari-lari
mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapanNYa ia bertanya : “ Guru yang baik, apa yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal ? “ Jawab Yesus : “ Mengapa kaukatakan
Aku baik ? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui
segala perintah Allah : Janganlah membunuh, janganlah berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang. Hormatilah ayah dan ibumu ! “ Lalu
kata orang itu kepada-Nya : “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi
Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya : “ Hanya satu lagi
kekuranganmu : Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah
Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak
hartanya.
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka :
“Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya
tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku,
alangkah sukarnya masuk ke dalam kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang
jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin gempar dan
berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? “Yesus
memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian
bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.
Renungan:
Injil pada hari ini membuat kita semua terhenyak. Bahkan para rasul yang hidup sekitar 2 000
tahun yang lalu saja juga tercengang. Sungguh terasa berat tuntutan yang harus dipenuhi untuk
mengikuti Tuhan Yesus. Secara jelas Tuhan Yesus meminta kita untuk tidak terikat/lekat dengan
materi. Di tengah arus zaman konsumerisme seperti sekarang ini, kita seakan diarahkan dan
dipacu untuk mengejar kebahagiaan yang didasarkan kepada materi. Kita sering merasa sedih
jika tidak punya ini dan itu, sebaliknya bekerja keras untuk mendapatkan ini dan itu, dan merasa
bahagia jika sudah mendapatkannya. Kebahagiaan yang sejenis itu yang akrab kita jumpai di
sekitar kita. Kita menjadi lupa dan tersesat bahwa itu hanya kebahagiaan semu. Kebahagiaan
sejati adalah jika menghidupi semangat Tuhan Yesus sendiri. Lalu bagaimana mungkin
menerapkan ajaran dan teladan Tuhan Yesus itu dalam kehidupan nyata sekarang?
Ada sebuah contoh kecil yang ternyata bisa menguatkan saya. Saat ada berita duka di sekolah
saya, ada seorang siswa yang memberikan uang Rp 2000,- ke dalam kotak sumbangan yang
diedarkan ke tiap kelas. Sekilas uang sejumlah itu terlihat kecil. Tetapi rupanya, biarpun sudah
tingkat SMA, orang tuanya memang hanya memberi uang saku sebesar itu setiap harinya. Dan
siswa tersebut secara rela menyumbangkannya. Bagi saya pribadi, siswa itu sudah memberikan
secara total apa yang ia punya. Ia sudah melakukan apa yang diminta Tuhan Yesus. Justru
terkadang kita sebagai orang yang sudah dewasa terlalu banyak perhitungan dalam memberi,
dengan dalih didera kesulitan dalam menghidupi keluarga kita, dan lupa bahwa segala rejeki kita
hanyalah pemberianNya, yang tidak kekal sifatnya.
Refleksi:
Apakah kita sudah terjebak dalam kelekatan materi dan melupakan ajaran Tuhan Yesus?
Apakah kita malah memilih mengikuti tindakan orang pada umumnya: ‘kecewa dan pergi
dengan sedih sebab banyak hartanya’. Hanya di dalam Dialah terletak kebahagiaan sejati.
Doa:
Allah Bapa, sering kali kami lebih mementingkan mencari harta duniawi, daripada mencari harta
surgawi. Bukalah mata hati kami, agar mampu memilih jalan yang Engkau kehendaki, sehingga
kami tidak terjatuh dalam kebahagiaan semu karena yang terpenting adalah kebahagiaan kekal
abadi di surga. Amin.
Sabtu, 23 Mei 2015
Yohanes 21:20-25
Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka,
yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang
berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan meyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu,
ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus:
“Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.
Tetapi engkau: ikutlah Aku.” Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid
itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan
mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu
bukan urusanmu.“ Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah
menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang
diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya
dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Renungan:
Dalam Injil hari ini, kita mendengar ada murid yang dikasihi Yesus. Murid yang dikasihi Yesus
adalah murid yang setia mengikuti Tuhan, tinggal di dekat-Nya, untuk memberitakan kematian
dan kebangkitan Tuhan, serta mewartakan Tuhan kepada semua orang. Murid itu tidak lain
adalah kita sendiri. Kita akan tetap tinggal di sisi Tuhan, demikian juga anak-cucu kita. Kita
semua dipanggil oleh Yesus sebagai pewarta-Nya di dunia ini. Kita memberikan kesaksian
kepada semua orang bahwa Allah itu kasih dan dalam kasih-Nya, Ia ingin agar kita selamat dan
hidup, bahkan hidup dalam kelimpahan. Keselamatan yang Tuhan tawarkan tidak hanya
ditujukan kepada kita, melainkan kepada semua mahkluk di bumi ini. Tugas kitalah untuk
menyalurkan rahmat keselamatan Tuhan itu di dalam hidup kita sehari-hari.
Refleksi:
Apakah kita telah mampu menjadi murid Yesus yang setia dan berani mewartakan-Nya di tengah
dunia?
Beranikah kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang mampu mengajak orang lain mengenal
dan mengasihi Allah?
Doa:
Tuhan Yesus Kristus, terima kasih karena telah memilih aku yang lemah dan rapuh ini menjadi
murid-Mu. Semoga aku tidak menyia-nyiakan kasih-Mu, tetapi mampu membawa banyak orang
untuk mengenal dan mengasihi-Mu, Amin.
Minggu, 24 Mei 2015
Hari Raya Pentakosta
Yohanes 15:26-27; 16:12-15
Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Jikalau Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan
bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama
dengan Aku.
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke
dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari
pada-Ku.”
Renungan:
Hari ini Gereja merayakan peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. Pentakosta juga
menjadi hari lahir Gereja. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya akan pewartaan
Yesus Kristus. Yesus menjanjikan penghibur yang mampu menggantikan-Nya setelah kepergianNya di dunia. Penghibur ini tak lain adalah Roh Kudus sendiri. Walaupun Yesus tidak ada lagi di
dunia, namun Ia tetap menyertai Gereja . Roh Kudus selalu menjiwai Gereja. Roh Kudus inilah
yang menjadi penggerak dan pendorong karya misi pewartaan Injil Gereja. Roh Kudus juga hadir
di dalam setiap orang. Roh Kudus menjadi daya penggerak dan pendorong bagi kita untuk
melakukan hal-hal yang baik, yang seturut dengan kehendak Allah.
Refleksi:
Sudahkah kita ikut mengembangkan Gereja?
Apakah kita sudah menyadari betapa besar kasih Allah kepada dengan mengutus Roh Kudus
untuk selalu menyertai kita?
Doa:
Tuhan Yesus, utuslah Roh Kudus-Mu untuk selalu menyertai langkah hidup kami, sehingga kami
mampu berjalan seturut dengan kehendak-Mu sendiri dan mampu menjalani hidup yang telah
Engkau anugerahkan kepada kami dengan baik dan penuh tanggung jawab, Amin.
Senin, 25 Mei 2015
Markus 10:17-27
Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalananNya, datanglah seorang berlari-lari
mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapanNYa ia bertanya : “ Guru yang baik, apa yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal ? “ Jawab Yesus : “ Mengapa kaukatakan
Aku baik ? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui
segala perintah Allah : Janganlah membunuh, janganlah berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang. Hormatilah ayah dan ibumu ! “ Lalu
kata orang itu kepada-Nya : “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi
Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya : “ Hanya satu lagi
kekuranganmu : Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah
Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak
hartanya.
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka :
“Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya
tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku,
alangkah sukarnya masuk ke dalam kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang
jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin gempar dan
berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? “Yesus
memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian
bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.
Renungan:
Injil pada hari ini membuat kita semua terhenyak. Bahkan para rasul yang hidup sekitar 2 000
tahun yang lalu saja juga tercengang. Sungguh terasa berat tuntutan yang harus dipenuhi untuk
mengikuti Tuhan Yesus. Secara jelas Tuhan Yesus meminta kita untuk tidak terikat/lekat dengan
materi. Di tengah arus zaman konsumerisme seperti sekarang ini, kita seakan diarahkan dan
dipacu untuk mengejar kebahagiaan yang didasarkan kepada materi. Kita sering merasa sedih
jika tidak punya ini dan itu, sebaliknya bekerja keras untuk mendapatkan ini dan itu, dan merasa
bahagia jika sudah mendapatkannya. Kebahagiaan yang sejenis itu yang akrab kita jumpai di
sekitar kita. Kita menjadi lupa dan tersesat bahwa itu hanya kebahagiaan semu. Kebahagiaan
sejati adalah jika menghidupi semangat Tuhan Yesus sendiri. Lalu bagaimana mungkin
menerapkan ajaran dan teladan Tuhan Yesus itu dalam kehidupan nyata sekarang?
Ada sebuah contoh kecil yang ternyata bisa menguatkan saya. Saat ada berita duka di sekolah
saya, ada seorang siswa yang memberikan uang Rp 2000,- ke dalam kotak sumbangan yang
diedarkan ke tiap kelas. Sekilas uang sejumlah itu terlihat kecil. Tetapi rupanya, biarpun sudah
tingkat SMA, orang tuanya memang hanya memberi uang saku sebesar itu setiap harinya. Dan
siswa tersebut secara rela menyumbangkannya. Bagi saya pribadi, siswa itu sudah memberikan
secara total apa yang ia punya. Ia sudah melakukan apa yang diminta Tuhan Yesus. Justru
terkadang kita sebagai orang yang sudah dewasa terlalu banyak perhitungan dalam memberi,
dengan dalih didera kesulitan dalam menghidupi keluarga kita, dan lupa bahwa segala rejeki kita
hanyalah pemberianNya, yang tidak kekal sifatnya.
Refleksi:
Apakah kita sudah terjebak dalam kelekatan materi dan melupakan ajaran Tuhan Yesus?
Apakah kita malah memilih mengikuti tindakan orang pada umumnya: ‘kecewa dan pergi
dengan sedih sebab banyak hartanya’. Hanya di dalam Dialah terletak kebahagiaan sejati.
Doa:
Allah Bapa, sering kali kami lebih mementingkan mencari harta duniawi, daripada mencari harta
surgawi. Bukalah mata hati kami, agar mampu memilih jalan yang Engkau kehendaki, sehingga
kami tidak terjatuh dalam kebahagiaan semu karena yang terpenting adalah kebahagiaan kekal
abadi di surga. Amin.
Selasa, 26 Mei 2015
Markus 10:28-31
Setelah Yesus berkata betapa sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah, berkatalah Petrus
kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab
Yesus : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya,
anak-anakanya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali
seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun
disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang
kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu.”
Renungan:
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia karena dikaruniai akal
budi, hati nurani dan kehendak bebas. Oleh karena itu, manusia dapat menjalin hubungan dengan
sesama maupun Tuhan. Dalam hubungannya dengan Tuhan, dapat diungkapkan melalui ibadah
dan doa. Dalam menjalin hubungan dengan sesama, dapat diungkapkan dengan berbagai macam
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
Hidup manusia tidak lepas dari perannya sebagai makhluk sosial. Manusia tidak akan bisa
hidup tanpa orang lain. Dalam masyarakat, kita bisa mengalami hal-hal yang menyenangkan
maupun menyedihkan bahkan menakutkan karena interaksi dengan orang lain. Ketika kita
mengalami peristiwa menyenangkan, kadang lupa untuk bersyukur kepada Tuhan, tetapi ketika
manusia mengalami peristiwa yang menyedihkan atau menakutkan baru membutuhkan Tuhan.
Hidup roh dimulai dari kesadaran rohani, berarti melepaskan keterikatan terhadap duniawi
dan menggantungkan diri kepada Allah Sang Sumber Hidup. Kita hidup karena kasihNya,
sebelum kita meminta, Ia sudah memberi lebih kepada kita. Ia memberi kita roh dalam hidup.
Dalam hidup roh, kita akan mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri kita
sendiri, seperti Sabda Tuhan : "orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang
terakhir akan menjadi yang terdahulu". Hidup dalam roh adalah hidup yang membangun
persaudaraan.
Refleksi:
Beranikah kita meninggalkan segala sesuatu yang kita miliki untuk mengikuti Yesus?
Doa:
Allah Bapa yang Mahabaik, terimakasih karena Engkau telah memberikan orang-orang yang
mencintai kami dengan tulus hati. Kami mohon curahkan Roh KudusMu agar kami bisa hidup
saling berbagi dan mau berkorban untuk orang-orang yang membutuhkan demi memuliakan
namaMu. Tuhan Yesus Kristus, ambillah hidupku untuk menguduskan-Mu, pakailah waktuku
untuk memuji-Mu selamanya, sebab tak’ kumiliki harta kekayaan yang berarti selain iman akan
Engkau sendiri. Amin.
Rabu, 27 Mei 2015
Markus 10:32-45
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan
barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk
semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”
Pak Rahmat adalah seorang pensiunan karyawan di sekolah swasta. Dia bersama dengan
istri dan kedua anaknya tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Sudah lebih dari 10
tahun Pak Rahmat menderita penyakit diabetes kronis. Namun, setiap bulan dia diharuskan untuk
cek kesehatan di rumah sakit. Biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan untuk cek kesehatan
kira-kira 450-500 ribu rupiah. Biaya tersebut cukup besar bagi pengobatan Pak Rahmat karena
dia juga harus memperhitungkan pengeluaran untuk sehari-hari keluarga dan sekolah ke dua
anaknya. Gaji pensiun yang ia terima setiap bulan hanya 800 ribu rupiah.
Pada saat menjelang cek kesehatan pada awal bulan, Pak Rahmat mengalami kesulitan
keungan. Uang yang tersimpan untuk biaya berobat hanya tinggal 370 ribu rupiah. Sebenarnya,
Pak Rahmat bisa saja meminjam uang kepada tetangganya. Namun ia berusaha untuk tidak
meminjam uang dan meminta dispensasi ke rumah sakit untuk melunasi biaya berobat pada
bulan berikutnya. Setelah tiba di rumah sakit, Pak Rahmat ditolak oleh Rumah sakit dengan
alasan biaya berobat dan membeli obat tidak cukup. Pak Rahmat akhirnya pulang ke rumah dan
menerima apa yang dihadapinya yaitu tidak bisa mendapatkan obat diabetesnya.
Dalam perjalanan pulang, Pak Rahmat melihat seorang nenek tua berpakaian lusuh,
berbau yang sedang mengambil makanan bekas di belakang rumah makan. Pak Rahmat bertanya
kepada nenek tersebut, “maaf nenek, untuk apa nenek mengambil makanan bekas itu?” jawab
nenek itu, “untuk apa kamu bertanya, Apa kamu tidak melihat aku seperti apa sekarang?” Pak
rahmat semakin penasaran dan bertanya lagi, “Apakah makanan bekas itu untuk makan nenek?”
nenek itu menjawab, “makanan ini akun aku berikan ke cucu saya, dan sisanya untuk makan
malam dan sarapan besok.” Dengan rasa iba, Pak Rahmat memberikan uang yang seharusnya
dipakai untuk berobat bulan depan kepada nenek tersebut. “nek, pakailah uang ini untuk
membeli makan nenek dan cucu nenek.” Kemudian nenek tersebut menerima uang mengucapkan
terima kasih kepada Pak Rahmat.
Pada hari bulan berikutnya, Pak Rahmat akhirnya bisa menjalani cek kesehatan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, mukjizat muncul kepada Pak Rahmat. Dokter
mengatakan bahwa Pak Rahmat dinyatakan sembuh total dari penyakit diabetes kronis. Akhirnya
Pak Rahmat dan keluarganya mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat kesembuhannya.
Renungan :
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita tidak menyadari bahwa Tuhan Yesus yang selalu hadir
pada setiap hati kita tidak akan pernah meninggalkan kita saat kita lebih maupun kekurangan.
Kita tidak perlu takut untuk melayani sesama kita yang lebih membutuhkan, karna Tuhan sendiri
mengajarkan kita untuk saling melayani. Tuhan bahkan tidak pernah memilih siapapun di antara
kita yang akan Tuhan selamatkan, asal kita mau menanggung salibNya. Memanggul salibNya
juga berarti melayani sesama kita yang kekurangan. Jabatan, kekuasaan, dan kekayaan bagi kita
tidak akan menjadikan kita orang besar dihadapan Tuhan, tetapi keiklhasan hati kita melayani
sesama yang membutuhkan adalah yang diminta oleh Tuhan.
Doa:
Ya Tuhan, biarkanlah Engkau menjadi besar dan kami menjadi kecil, bimbinglah kami untuk
belajar melayani sesama kami, bukannya selalu dilayani, sama seperti Engkau datang kedunia ini
untuk melayani dan mengorbankan jiwa untuk menebus dosa-dosa kami, amin..
.
Kamis, 28 Mei 2015
Markus 10:46-52
Pada suatu hari, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho.Dan ketika Yesus keluar dari
Yerikho bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong,
ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
Ketika didengarnya bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru : “Yesus, Anak
Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia
berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggilah dia!”
Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah. Ia
memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan
Yesus. Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab
orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah,
imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus
dalam perjalanan-Nya.
Renungan:
Bartimeus , anak Timeus dapat sembuh dari kebutaannya, karena ia memiliki iman yang teguh
kepada Yesus. Dari kisah ini, kita diingatkan kembali, bagaimana iman kita kepada Yesus saat
ini, karena iman sekecil biji sesawi pun dapat menyelamatkan seseorang. Iman adalah sesuatu
yang tidak terlihat, tetapi iman adalah dasar hidup bagi setiap orang. Bartimeus di dalam
kekurangannya tetap memiliki iman yang kuat bahwa Yesus anak Daud dapat menolongnya. Di
ayat 52, Yesus berkata: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan Engkau!”. Dari pengalaman
Bartimeus ini, kita belajar bahwa iman kita tidak boleh kendor sedikitpun, karena dengan iman
yang kuat kita dapat menjadi pemenangdalam setiap permasalahan kita. Dalam Ibrani 11:1
dikatakan bahwa: iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.
Refleksi:
Apakah kita sudah memiliki iman seperti yang telah dimiliki oleh Bartimeus akan Yesus?
Apakah kita telah mengandalkan iman kita, ketika kita menghadapi persoalan hidup?
Doa:
Bapa, kuatkan iman kami akan Engkau apabila kami mulai goyah. Jagalah hati dan pikiran kami
agar selalu tertuju hanya kepada-Mu, sebab Engkaulah satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat
kami, Amin.
Jumat, 29 Mei 2015
Markus 11:11-26
Sesampainya di Yerusalem, Yesus masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya,
tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas muridNya. Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus
merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk
melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak
mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya
kepada pohon itu: “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan muridmurid-Nya pun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan murid-muridNya di Yerusalem. Sesudah
Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait
Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia
tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia
mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi
segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia,
sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.
Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah
kering sampai keakar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia
berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” Yesus
menjawab mereka : “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang
siapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak
bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu
akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika
kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap
seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Tetapi jika
kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahankesalahanmu.”
Renungan:
Pada bacaan Injil hari ini kita mendengar bahwa Yesus menyucikan Bait Allah. Yesus tidak
senang melihat Bait Allah yang dijadikan tempat seperti pasar, tempat transaksi atau jual-beli.
Bait Allah adalah tempat yang kudus, tempat Allah bersemayam, sudah sepantasnya kalau Bait
Allah disucikan dan dihormati. Gereja adalah tempat kudus, dimana kita dapat berjumpa dengan
Allah baik secara pribadi maupun bersama-sama. Maka ketika kita berada di dalam Gereja, kita
sudah sepantasnya untuk menjaga kekudusannya, misalnya dengan menon-aktifkan hand phone,
tidak berbicara atau ngobrol dengan teman dan memakai pakaian yang sopan apabila pergi ke
Gereja. Selain mengingatkan kita untuk menjaga kekudusan Gereja, Yesus juga memberi
peneguhan kepada kita bahwa setiap orang yang memohon pertolongan rahmat-Nya disertai
dengan iman yang teguh kepada-Nya, maka permohonan itu pasti akan dikabulkan-Nya. Yesus
juga mengingatkan kita, bahwa setiap kita berdoa, hati kita harusah bersih dahulu. Kita tidak
boleh memendam rasa amarah kepada orang lain, kita harus berdamai terlebih dahulu dengan
sesama kita. Berdoa kepada Tuhan haruslah disertai dengan hati yang tulus dan suci.
Refleksi:
Apakah kita sudah turut menjaga kekudusan Gereja setiap kali kita berada di Gereja?
Apakah kita selalu berdoa dengan hati yang tulus dan suci?
Doa:
Tuhan Yesus yang baik, bantulah kami untuk menjaga hati, pikiran dan perbuatan kami agar
selalu bersih dan selalu percaya hanya kepada-Mu. Ingatkanlah kami disaat kami lengah dan jauh
dari-Mu, supaya kami tidak masuk ke dalam pencobaan. Amin.
Sabtu, 30 Mei 2015
Markus 11:27-33
Beberapa waktu sesudah mengusir para pedagang dari halaman Bait Allah, Yesus dan muridmurid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah
kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya:
“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa
itu kepada-Mu sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku
akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu,
dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya di
antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu,
mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi masakan kita katakan: Dari manusia!”
Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes
betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus
kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah
Aku melakukan hal-hal itu.”
Renungan:
Bait Allah adalah tempat yang kudus, tempat untuk bertemu dengan Allah sendiri. Ketika Yesus
melihat Bait Allah dipenuhi para pedagang, Ia sangat marah. Yesus sangat menghormati dan
mencintai Bait Allah. Yesus sungguh sangat peduli dengan kekudusan Bait Allah. Yesus tidak
ingin melihat Bait Allah yang kudus menjadi tercemar. Tindakan Yesus ini mengingatkan
kepada kita, apakah kita juga memiliki sikap peduli terhadap Gereja ataupun peristiwa yang
terjadi di sekitar kita. Yesus mengajarkan kepada kita memiliki kepekaan hati terhadap peristiwa
atau kejadian yang ada di dunia ini. Kita tidak boleh tinggal diam ketika melihat ketidakadilan
atau ketidakdamaian di dunia. Sebagai murid-murid Yesus, kita diajak untuk menjadi pewarta
kabar keselamatan dan agen perdamaian, sehingga mampu menghadirkan Kerajaan Allah di
dunia ini.
Refleksi:
Apakah kita sudah memiliki kepekaan hati terhadap penderitaan sesame?
Beranikah kita menjadi agen-agen perdamaian untuk menciptakan Kerajaan Allah di dunia ini?
Doa:
Tuhan Yesus, jauhkanlah kami dari godaan setan sehingga kami tidak turut mencobai Engkau di
dalam hidup kami. Bimbinglah kami agar mampu setia akan Engkau, dan mengikuti teladan-Mu
untuk peduli terhadap keadaan di sekitar kami, sebab kami percaya Engkau sang Juru Selamat
kami, Amin.
Minggu, 31 Mei 2015
Matius 28: 16-20
Sesudah Yesus bangkit dariantara orang mati, kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit
yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya,
tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah
diberikan kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku
dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Renungan:
Melalui pembaptisan kita semua diangkat menjadi anak-anak Allah dan murid Kristus.
Sebagaimana yang sudah dituliskan dalam Injil tadi, kita sebagai murid Kristus mengemban
tugas utama yaitu mewartakan sabda bahagia, kabargembira serta karya keselamatan dari Allah
kepada semua orang. Kristus pun telah berjanji kepada kita, yaitu senantiasa menyertai setiap
langkah perjalanan dan karya kita dalam mewartakan kabar keselamatan ini. Kita pun kini telah
mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan kekal dari Tuhan di sorga melalui wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus. Kita adalah misionaris oleh rahmat pembaptisan yang telah kita
terima. Cinta Tuhan telah mendorong kita untuk berani bersaksi keluar di tengah dunia.
Biarkanlah dunia mengenal kita dan selalu percaya bahwa kita adalah saksi-saksi Kristus.
Keselamatan dan kebahagiaan yang Tuhan berikan tentunya tidak hanya untuk kita saja
melainkan untuk semua orang di dunia ini. Menjadi saksi Kristus berarti memberi cinta yang
dapat menghidupkan orang lain. Tidakkah kita tahu, bahwa kehadiran kita, sapaan kita yang
membawa warta kasih dari Tuhan akan mampu menggugah kekuatan seseorang untuk
berkembang sehingga menghasilkan buah-buah kasih? Tuhan memanggil kita untuk itu. Ketika
Tuhan memilih dan mengutus kita, maka sudah selayaknya kita menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepada-Nya. Tuhan senantiasa akan memberikan daya kepada kita untuk mampu
melaksanakannya. Oleh karenanya, semoga kita selalu bisa diandalkan menjadi penyalur rahmat
bagi sesama, dan semoga kita bisa menjadi pelayan rahmat bagi sahabat-sahabat kita, Tuhan
selalu beserta kita.
Refleksi:
Beranikah kita untuk mewartakan kabar suka cita dari Allah kepada semua orang di tengah
situasi zaman seperti saat ini?
Sudahkah kita selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap karya atau tugas kita sehari-hari?
Doa:
Allah Bapa yang Mahakasih, mampukanlah kami untuk menjadi saksi-saksi-Mu di tengah
masyarakat, sehingga banyak orang menjadi percaya akan Engkau, dan banyak orang mengalami
keselamatan oleh karena imannya kepada-Mu. Amin.
Selasa, 26 Mei 2015
Markus 10:28-31
Setelah Yesus berkata betapa sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah, berkatalah Petrus
kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab
Yesus : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya,
anak-anakanya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali
seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun
disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang
kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu.”
Renungan:
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia karena dikaruniai akal budi, hati
nurani dan kehendak bebas. Oleh karena itu, manusia dapat menjalin hubungan dengan sesama
maupun Tuhan. Dalam hubungannya dengan Tuhan, dapat diungkapkan melalui ibadah dan doa.
Dalam menjalin hubungan dengan sesama, dapat diungkapkan dengan berbagai macam kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hidup manusia tidak lepas dari perannya sebagai makhluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup
tanpa orang lain. Dalam masyarakat, kita bisa mengalami hal-hal yang menyenangkan maupun
menyedihkan bahkan menakutkan karena interaksi dengan orang lain. Ketika kita mengalami
peristiwa menyenangkan, kadang lupa untuk bersyukur kepada Tuhan, tetapi ketika manusia
mengalami peristiwa yang menyedihkan atau menakutkan baru membutuhkan Tuhan.
Hidup roh dimulai dari kesadaran rohani, berarti melepaskan keterikatan terhadap duniawi dan
menggantungkan diri kepada Allah Sang Sumber Hidup. Kita hidup karena kasihNya, sebelum
kita meminta, Ia sudah memberi lebih kepada kita. Ia memberi kita roh dalam hidup.
Dalam hidup roh, kita akan mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri kita
sendiri, seperti Sabda Tuhan : "orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang
terakhir akan menjadi yang terdahulu". Hidup dalam roh adalah hidup yang membangun
persaudaraan.
Refleksi:
Beranikah kita meninggalkan segala sesuatu yang kita miliki untuk mengikuti Yesus?
Doa:
Allah Bapa yang Mahabaik, terimakasih karena Engkau telah memberikan orang-orang yang
mencintai kami dengan tulus hati. Kami mohon curahkan Roh KudusMu agar kami bisa hidup
saling berbagi dan mau berkorban untuk orang-orang yang membutuhkan demi memuliakan
namaMu. Tuhan Yesus Kristus, ambillah hidupku untuk menguduskan-Mu, pakailah waktuku
untuk memuji-Mu selamanya, sebab tak’ kumiliki harta kekayaan yang berarti selain iman akan
Engkau sendiri. Amin.
Rabu, 27 Mei 2015
Markus 10:32-45
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan
barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk
semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”
Pak Rahmat adalah seorang pensiunan karyawan di sekolah swasta. Dia bersama dengan istri dan
kedua anaknya tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Sudah lebih dari 10 tahun Pak
Rahmat menderita penyakit diabetes kronis. Namun, setiap bulan dia diharuskan untuk cek
kesehatan di rumah sakit. Biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan untuk cek kesehatan kirakira 450-500 ribu rupiah. Biaya tersebut cukup besar bagi pengobatan Pak Rahmat karena dia
juga harus memperhitungkan pengeluaran untuk sehari-hari keluarga dan sekolah ke dua
anaknya. Gaji pensiun yang ia terima setiap bulan hanya 800 ribu rupiah.
Pada saat menjelang cek kesehatan pada awal bulan, Pak Rahmat mengalami kesulitan
keungan. Uang yang tersimpan untuk biaya berobat hanya tinggal 370 ribu rupiah. Sebenarnya,
Pak Rahmat bisa saja meminjam uang kepada tetangganya. Namun ia berusaha untuk tidak
meminjam uang dan meminta dispensasi ke rumah sakit untuk melunasi biaya berobat pada
bulan berikutnya. Setelah tiba di rumah sakit, Pak Rahmat ditolak oleh Rumah sakit dengan
alasan biaya berobat dan membeli obat tidak cukup. Pak Rahmat akhirnya pulang ke rumah dan
menerima apa yang dihadapinya yaitu tidak bisa mendapatkan obat diabetesnya.
Dalam perjalanan pulang, Pak Rahmat melihat seorang nenek tua berpakaian lusuh,
berbau yang sedang mengambil makanan bekas di belakang rumah makan. Pak Rahmat bertanya
kepada nenek tersebut, “maaf nenek, untuk apa nenek mengambil makanan bekas itu?” jawab
nenek itu, “untuk apa kamu bertanya, Apa kamu tidak melihat aku seperti apa sekarang?” Pak
rahmat semakin penasaran dan bertanya lagi, “Apakah makanan bekas itu untuk makan nenek?”
nenek itu menjawab, “makanan ini akun aku berikan ke cucu saya, dan sisanya untuk makan
malam dan sarapan besok.” Dengan rasa iba, Pak Rahmat memberikan uang yang seharusnya
dipakai untuk berobat bulan depan kepada nenek tersebut. “nek, pakailah uang ini untuk
membeli makan nenek dan cucu nenek.” Kemudian nenek tersebut menerima uang mengucapkan
terima kasih kepada Pak Rahmat.
Pada hari bulan berikutnya, Pak Rahmat akhirnya bisa menjalani cek kesehatan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, mukjizat muncul kepada Pak Rahmat. Dokter
mengatakan bahwa Pak Rahmat dinyatakan sembuh total dari penyakit diabetes kronis. Akhirnya
Pak Rahmat dan keluarganya mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat kesembuhannya.
Renungan :
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita tidak menyadari bahwa Tuhan Yesus yang selalu hadir
pada setiap hati kita tidak akan pernah meninggalkan kita saat kita lebih maupun kekurangan.
Kita tidak perlu takut untuk melayani sesama kita yang lebih membutuhkan, karna Tuhan sendiri
mengajarkan kita untuk saling melayani. Tuhan bahkan tidak pernah memilih siapapun di antara
kita yang akan Tuhan selamatkan, asal kita mau menanggung salibNya. Memanggul salibNya
juga berarti melayani sesama kita yang kekurangan. Jabatan, kekuasaan, dan kekayaan bagi kita
tidak akan menjadikan kita orang besar dihadapan Tuhan, tetapi keiklhasan hati kita melayani
sesama yang membutuhkan adalah yang diminta oleh Tuhan.
Doa:
Ya Tuhan, biarkanlah Engkau menjadi besar dan kami menjadi kecil, bimbinglah kami untuk
belajar melayani sesama kami, bukannya selalu dilayani, sama seperti Engkau datang kedunia ini
untuk melayani dan mengorbankan jiwa untuk menebus dosa-dosa kami, amin..
.
Kamis, 28 Mei 2015
Markus 10:46-52
Pada suatu hari, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho.Dan ketika Yesus keluar dari
Yerikho bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong,
ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
Ketika didengarnya bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru : “Yesus, Anak
Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia
berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggilah dia!”
Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah. Ia
memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan
Yesus. Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab
orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah,
imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus
dalam perjalanan-Nya.
Renungan:
Bartimeus , anak Timeus dapat sembuh dari kebutaannya, karena ia memiliki iman yang teguh
kepada Yesus. Dari kisah ini, kita diingatkan kembali, bagaimana iman kita kepada Yesus saat
ini, karena iman sekecil biji sesawi pun dapat menyelamatkan seseorang. Iman adalah sesuatu
yang tidak terlihat, tetapi iman adalah dasar hidup bagi setiap orang. Bartimeus di dalam
kekurangannya tetap memiliki iman yang kuat bahwa Yesus anak Daud dapat menolongnya. Di
ayat 52, Yesus berkata: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan Engkau!”. Dari pengalaman
Bartimeus ini, kita belajar bahwa iman kita tidak boleh kendor sedikitpun, karena dengan iman
yang kuat kita dapat menjadi pemenangdalam setiap permasalahan kita. Dalam Ibrani 11:1
dikatakan bahwa: iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.
Refleksi:
Apakah kita sudah memiliki iman seperti yang telah dimiliki oleh Bartimeus akan Yesus?
Apakah kita telah mengandalkan iman kita, ketika kita menghadapi persoalan hidup?
Doa:
Bapa, kuatkan iman kami akan Engkau apabila kami mulai goyah. Jagalah hati dan pikiran kami
agar selalu tertuju hanya kepada-Mu, sebab Engkaulah satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat
kami, Amin.
Jumat, 29 Mei 2015
Markus 11:11-26
Sesampainya di Yerusalem, Yesus masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi
sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.
Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus
merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk
melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak
mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya
kepada pohon itu: “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-
murid-Nya pun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan murid-muridNya di Yerusalem. Sesudah
Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait
Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia
tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia
mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi
segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia,
sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.
Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering
sampai keakar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata
kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” Yesus menjawab
mereka : “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa berkata
kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya,
tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.
Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa
kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk
berdoa, ampunilah dulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya
juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Tetapi jika kamu tidak
mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahankesalahanmu.”
Renungan:
Pada bacaan Injil hari ini kita mendengar bahwa Yesus menyucikan Bait Allah. Yesus tidak
senang melihat Bait Allah yang dijadikan tempat seperti pasar, tempat transaksi atau jual-beli.
Bait Allah adalah tempat yang kudus, tempat Allah bersemayam, sudah sepantasnya kalau Bait
Allah disucikan dan dihormati. Gereja adalah tempat kudus, dimana kita dapat berjumpa dengan
Allah baik secara pribadi maupun bersama-sama. Maka ketika kita berada di dalam Gereja, kita
sudah sepantasnya untuk menjaga kekudusannya, misalnya dengan menon-aktifkan hand phone,
tidak berbicara atau ngobrol dengan teman dan memakai pakaian yang sopan apabila pergi ke
Gereja. Selain mengingatkan kita untuk menjaga kekudusan Gereja, Yesus juga memberi
peneguhan kepada kita bahwa setiap orang yang memohon pertolongan rahmat-Nya disertai
dengan iman yang teguh kepada-Nya, maka permohonan itu pasti akan dikabulkan-Nya. Yesus
juga mengingatkan kita, bahwa setiap kita berdoa, hati kita harusah bersih dahulu. Kita tidak
boleh memendam rasa amarah kepada orang lain, kita harus berdamai terlebih dahulu dengan
sesama kita. Berdoa kepada Tuhan haruslah disertai dengan hati yang tulus dan suci.
Refleksi:
Apakah kita sudah turut menjaga kekudusan Gereja setiap kali kita berada di Gereja?
Apakah kita selalu berdoa dengan hati yang tulus dan suci?
Doa:
Tuhan Yesus yang baik, bantulah kami untuk menjaga hati, pikiran dan perbuatan kami agar
selalu bersih dan selalu percaya hanya kepada-Mu. Ingatkanlah kami disaat kami lengah dan jauh
dari-Mu, supaya kami tidak masuk ke dalam pencobaan. Amin.
Sabtu, 30 Mei 2015
Markus 11:27-33
Beberapa waktu sesudah mengusir para pedagang dari halaman Bait Allah, Yesus dan muridmurid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah
kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya:
“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa
itu kepada-Mu sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku
akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu,
dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya di
antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu,
mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi masakan kita katakan: Dari manusia!”
Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes
betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus
kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah
Aku melakukan hal-hal itu.”
Renungan:
Bait Allah adalah tempat yang kudus, tempat untuk bertemu dengan Allah sendiri. Ketika Yesus
melihat Bait Allah dipenuhi para pedagang, Ia sangat marah. Yesus sangat menghormati dan
mencintai Bait Allah. Yesus sungguh sangat peduli dengan kekudusan Bait Allah. Yesus tidak
ingin melihat Bait Allah yang kudus menjadi tercemar. Tindakan Yesus ini mengingatkan
kepada kita, apakah kita juga memiliki sikap peduli terhadap Gereja ataupun peristiwa yang
terjadi di sekitar kita. Yesus mengajarkan kepada kita memiliki kepekaan hati terhadap peristiwa
atau kejadian yang ada di dunia ini. Kita tidak boleh tinggal diam ketika melihat ketidakadilan
atau ketidakdamaian di dunia. Sebagai murid-murid Yesus, kita diajak untuk menjadi pewarta
kabar keselamatan dan agen perdamaian, sehingga mampu menghadirkan Kerajaan Allah di
dunia ini.
Refleksi:
Apakah kita sudah memiliki kepekaan hati terhadap penderitaan sesame?
Beranikah kita menjadi agen-agen perdamaian untuk menciptakan Kerajaan Allah di dunia ini?
Doa:
Tuhan Yesus, jauhkanlah kami dari godaan setan sehingga kami tidak turut mencobai Engkau di
dalam hidup kami. Bimbinglah kami agar mampu setia akan Engkau, dan mengikuti teladan-Mu
untuk peduli terhadap keadaan di sekitar kami, sebab kami percaya Engkau sang Juru Selamat
kami, Amin.
Minggu, 31 Mei 2015
Matius 28: 16-20
Sesudah Yesus bangkit dariantara orang mati, kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit
yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya,
tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah
diberikan kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku
dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Renungan:
Melalui pembaptisan kita semua diangkat menjadi anak-anak Allah dan murid Kristus.
Sebagaimana yang sudah dituliskan dalam Injil tadi, kita sebagai murid Kristus mengemban
tugas utama yaitu mewartakan sabda bahagia, kabargembira serta karya keselamatan dari Allah
kepada semua orang. Kristus pun telah berjanji kepada kita, yaitu senantiasa menyertai setiap
langkah perjalanan dan karya kita dalam mewartakan kabar keselamatan ini. Kita pun kini telah
mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan kekal dari Tuhan di sorga melalui wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus. Kita adalah misionaris oleh rahmat pembaptisan yang telah kita
terima. Cinta Tuhan telah mendorong kita untuk berani bersaksi keluar di tengah dunia.
Biarkanlah dunia mengenal kita dan selalu percaya bahwa kita adalah saksi-saksi Kristus.
Keselamatan dan kebahagiaan yang Tuhan berikan tentunya tidak hanya untuk kita saja
melainkan untuk semua orang di dunia ini. Menjadi saksi Kristus berarti memberi cinta yang
dapat menghidupkan orang lain. Tidakkah kita tahu, bahwa kehadiran kita, sapaan kita yang
membawa warta kasih dari Tuhan akan mampu menggugah kekuatan seseorang untuk
berkembang sehingga menghasilkan buah-buah kasih? Tuhan memanggil kita untuk itu. Ketika
Tuhan memilih dan mengutus kita, maka sudah selayaknya kita menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepada-Nya. Tuhan senantiasa akan memberikan daya kepada kita untuk mampu
melaksanakannya. Oleh karenanya, semoga kita selalu bisa diandalkan menjadi penyalur rahmat
bagi sesama, dan semoga kita bisa menjadi pelayan rahmat bagi sahabat-sahabat kita, Tuhan
selalu beserta kita.
Refleksi:
Beranikah kita untuk mewartakan kabar suka cita dari Allah kepada semua orang di tengah
situasi zaman seperti saat ini?
Sudahkah kita selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap karya atau tugas kita sehari-hari?
Doa:
Allah Bapa yang Mahakasih, mampukanlah kami untuk menjadi saksi-saksi-Mu di tengah
masyarakat, sehingga banyak orang menjadi percaya akan Engkau, dan banyak orang mengalami
keselamatan oleh karena imannya kepada-Mu. Amin.
Download