AgroinovasI 13 I Potensi Hara Di Balik Bencana Letusan Gunung Api ndonesia mempunyai sekitar 127 gunung api yang tersebar di berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke. Gunung api tersebut beberapa diantaranya barusan selesai meletus seperti Merapi di Yoyakarta, Semeru di Jawa Timur dan anak Krakatau di Jawa Barat. Pada saat sekarang ada yang sedang meletus seperti gunung Lokon di Sulawesi Utara, Tambora di NTB dan Papandayan di Jawa Barat. Akibat langsung dari letusan tersebut diantaranya adalah terjadi kerusakan infrastruktur, pemukiman, kehilangan harta benda dan korban kemanusiaan yang sangat memilukan. Pada pasca letusan terdapat material hasil letusan yang sangat besar dan mengandung banyak jenis unsur hara sehingga berpotensi untuk digunakan pada tanah sebagai ameliran dan sumber multi-hara tanaman. Kemampuan dahsyat yang dimiliki gunung api untuk memuntahkan banyak macam mineral yang terkandung dalam perut bumi tentunya di luar kesanggupan manusia untuk melakukannnya. Sulit membayangkan batuan padat kompak dan keras diproses secara alami pada suhu tinggi menjadi abu halus pijar yang harus dikeluarkan membumbung tinggi ke angkasa, pemandangan sangat menakjubkan, kemudian disebarkan oleh angin dan air. Semburan material mempunyai ukuran bervariasi dari batuan, kerikil, pasir sampai debu halus. Jika tidak ada letusan gunung api maka tanah secara alami bekembang menjadi tua, akibatnya produktivitas dan daya dukungnya juga terus menurun dengan berjalannya waktu. Kebanggaan kita di Indonesia dikaruniai ratusan gunung api sehingga kita mempunyai banyak tanah subur. Aliran lava dan lahar halus asal letusan saat ini merupakan sumberdaya alam luar biasa dan strategis, tetapi peluang dan kesempatan pemanfaatannya hanya bersifat lokal secara alami. Usaha pemanfaatannya sebagai bahan sumber multihara dan amelioran pada tanah dalam skala besar belum tersentuh. Setiap terjadi letusan gunung api akan membawa perubahan mendasar yang menguntungkan pada sumberdaya tanah yang terjangkau oleh material letusan karena terjadi ”peremajaan (rejuvenation) dan pengayaan (enrichment) tanah secara alami”. Suatu berkah di balik derita bencana memilukan khususnya bagi para petani karena merubah status kesuburan tanah menjadi tinggi sebagai pertanda proses alam sedang bekerja pada lahan untuk memulihkan kondisi daya dukungnya. Lahan sekitar daerah letusan yang menerima abu letusan umumnya mempunyai daya dukung dan produktivitas lebih tinggi karena adanya pemupukan asal letusan secara alami. Besarnya tutupan abu pada suatu wilayah tergantung dari besar dan lama letusan serta jarak dari puncak letusan. Pada Gambar 1 ditunjukkan contoh tebal tutupan abu letusan gunung Merapi di Yogyakarta pada bulan November 2010. Tutupan abu dapat mencapai 13 cm sampai 29 cm di desa Kepuharjo, Sleman karena dekat dengan puncak letusan, sedangkan daerah yang jauh dari puncak seperti di daerah Muntilan, Magelang debu hanya mencapai ketebalan 3 cm. Sifat bahan letusan abu gunung api Usaha prioritas yang segera dilakukan pasca letusan adalah pemulihan status lahan tertutup debu volkan menjadi lahan produktif. Mengenali sifat-sifat material bahan tutupan adalah kerangka dasar membingkai percepatan pemulihan lahan. Sifat abu letusan mencakup ketebalan tutupan, ukuran partikel debu, kandungan Badan Litbang Pertanian Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLI 14 AgroinovasI berbagai mineral dan unsur kimianya. Bongkah batuan memerlukan waktu pelapukan ratusan sampai jutaan tahun sedangkan partikel pasir halus sampai debu halus akan melapuk lebih cepat pada kondisi temperatur dan curah hujan tinggi. Material berukuran debu, dengan komposisi mineralnya terdiri dari bahan mudah lapuk seperti gelas volkan, kelompok feldspar dan ferromagesian adalah mineral yang mengandung banyak dan berbagai jenis cadangan hara (reserved nutrient). Dibawah kondisi suhu dan curah hujan tinggi jika diintervensi menggunakan teknologi sederhana, pelapukan mineral pembawa cadangan hara tersebut dapat dipercepat. Teknologi sederhana percepatan pelarutan abu letusan gunung api dapat dilakukan dengan mencampur debu letusan dengan bahan organik. Bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari debu letusan. Disamping itu bahan organik juga mampu menjaga kondisi kelembaban agar pelapukan fisik, kimia dan biologi berlangsung secara simultan untuk mempercepat pelepasan hara tanaman dari mineral pembawa cadangan hara. Pelepasan unsur hara makro baik yang melekat pada permukaan debu melalui kondensasi maupun sebagai bagian struktur mineral mudah lapuk (easily weatherable minerals) adalah Si, Ca, Mg, K, P dan S. Disamping itu juga terdapat unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu. Semua unsur tersebut dibutuhkan tanaman sehingga kehadiran abu volkan akan meningkatkan kandungan dan cadangan nutrisi tanah untuk meningkatkan produktivitas tanah. Sumber bahan organik dapat dari kompos, blotong (hasil samping pabrik tebu) dan tandan sawit kosong merupakan pilihan yang tersedia. Dalam kondisi tanpa asam organik pelapukan fisik akan dominan diikuti kimia secara terbatas sehingga waktu melapuk lebih lama. Banyaknya hara yang disumbangkan oleh abu letusan tergantung dari tebalnya tutupan dan kandungan hara mineralnya. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan kandungan silika (SiO2%) yaitu abu bersifat basis (4555%), intermedier (55-62%) dan masam (>62%). Makin masam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan. Dari berbagai data analisa total kandungan unsur dalam abu volkan, umumnya abu letusan di Indonesia termasuk bersifat intermedier dan peralihan dari basis ke intermedier. Dengan sifat tersebut maka cadangan kandungan hara dalam mineral abu letusan masih termasuk tinggi. Contoh perhitungan cadangan hara menggunakan data analisa letusan gunung Merapi di Yogyakarta pada November 2010 di tunjukkan pada Tabel 1. Abu letusan tersebut bersifat intermedier, yaitu kandungan silika 56%. Pada Tabel tersebut disajikan total cadangan unsur Ca, Mg, K, Na, P dan S sebagai contoh. Tabel 1. Perhitungan cadangan unsur hara pada abu volkan pada berbagai ketebalan Unsur Ketebalan tutupan abu (cm) 0.5 Ca Mg K Na P S 3.61 0.65 1.22 2.43 0.12 0.06 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 4.0 5.0 ------------------------------------ t/ha -------------------------------------7.32 10.98 14.64 18.30 21.96 29.28 36.60 1.21 1.81 2.42 3.02 3.63 4.84 6.05 2.44 3.66 4.88 6.10 7.32 9.76 12.20 4.85 7.28 9.71 12.14 14.56 19.42 24.27 0.24 0.36 0.48 0.60 0.72 0.95 1.19 0.12 0.18 0.24 0.29 0.35 0.47 0.59 Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII Badan Litbang Pertanian AgroinovasI 15 Berdasarkan analisa total tiap unsur maka setiap satu cm ketebalan tutupan abu mempunyai potensi cadangan unsur makro kalsium 7.3 ton/ha atau setara 18 ton kapur. Kandungan cadangan unsur kalium sebesar 2.4 ton/ha atau setara 4.7 ton pupuk KCl, sedangkan unsur fosfor sebesar 240 kg/ha atau setara 1.5 ton pupuk SP36. Sumbangan unsur sulfur 120 kg/ha atau setara 0.4 ton kiserit. Pengelolaan material erupsi volkan Secara lokal tutupan abu volkan pada tanah dengan ketebalan kurang dari 20 cm dapat dicampur tanah asli pada saat pengolahan tanah. Pencampuran endapan abu dengan tanah akan memberikan pengayaan pada tanah tertimbun melaui peningkatan pH tanah dan pelarutan hara dari mineral abu letusan ke dalam tanah. Pengolahan lahan dengan mencampur tanah asli dengan bahan debu erupsi adalah resep mujarab untuk meremajakan (rejuvenation) tanah atau dengan kata lain pemulihan status kesuburan tanah. Saat ini pemanfaatan abu letusan masih bersifat local, hanya pada daerah yang menerima tutupan abu secara alami. Pengangkutan abu letusan untuk dijadikan bahan amelioran dan sumber multi-hara ke lokasi dengan kondisi tanah miskin sudah waktunya dipertimbangkan. Tanah miskin adalah tanah yang termasuk Podsolik dan Oxisol yang mencakup masing-masing 46% dan 16% dari semua jenis tanah di Indonesia. Tanah menjadi miskin karena sudah tua atau berkembang lanjut ibaratnya sudah sakit-sakitan karena kemakan usia. Tanah miskin hara karena kandungan haranya terkuras habis diserap tanaman akibat penggunaan secara intensif dan sebagian hilang melalui pencucian (leaching). Di pihak lain mineral mudah lapuk dalam tanah yang menjadi sumber cadangan berbagai unsur hara juga habis. Kondisi inilah yang kita kenal sebagai tanah miskin, tandus dan tidak subur sehingga tidak produktif. Pemberian abu letusan pada tanah tersebut merupakan pemulihan yang berdampak jangka panjang karena bahan abu letusan bertindak sebagai bahan induk baru pada tanah ibaratnya bapak angkat yang akan menolong si miskin agar mampu memulihkan status tidak berada di bawah garis kemiskinan. Pembuatan DAM dan kolam untuk menampung aliran lahar dingin merupakan pilihan yang perlu diprioritaskan. Bangunan Gambar 1. Contoh tutupan abu saat letusan Gunung Merapi di Yoyakarta (Diambil pada tgl 19 November, 2010): (a) dan (b) masing-masing ketebalan 29 cm dan 13 cm di desa Kepuharjo, Sleman, sekitar 7 km dari Puncak; (c) tutupan abu 3 cm pada lahan sayuran di Muntilan, Magelang, 13 km dari puncak, dan (d) endapan abu 0.5-2.5 cm pada daun salak di daerah Srumbung, Magelang, 13.3 km dari puncak. Badan Litbang Pertanian Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLI 16 AgroinovasI DAM dapat dibuat secara berperingkat untuk melakukan sortir material kasar sampai halus. Pada DAM peringkat pertama dirancang untuk menyeleksi material batuan dan kerikil kasar sedangkan pada DAM peringkat berikutnya untuk menyeleksi kerikil halus dan pasir sebelum masuk ke DAM peringkat akhir. Material terseleksi pada dua peringkat pertama dapat digunakan untuk bahan bangunan. Diharapkan pada DAM peringkat akhir tinggal material halus berupa lumpur. Ukuran material tersebut sudah sangat kecil dan mengandung cadangan mineral pembawa nutrisi hara yang mudah dilepaskan ke dalam tanah. Abu yang diendapkan dalam jumlah besar pada DAM atau kolam dapat diangkut dengan truk ke lahan pertanian dengan komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti perkebunan tebu dan perkebunan kelapa sawit. Bukti nyata peningkatan produksi tanaman yang disebabkan bahan volkan terlihat di Sumatera Utara. Umumnya perkebunan sawit yang berada pada tanah yang berkembang dari material letusan volkan, yang sekarang membentuk danau Toba, tingkat produksi tandan buah sawit segar tertinggi di dunia, mencapai 20 sampai 25 ton/ha/tahun. Situasi demikian akan memberikan keunggulan komparatif sawit Indonesia. Lumpur halus yang terlarut dalam air sungai sangat berpeluang untuk dialirkan ke persawahan sehingga tanah sawah yang akir-akir ini sudah menunjukkan pelandaian produksi padi dapat diperkaya cadangan mineralnya agar produksi kembali meningkat. Pengayaan tanah dari lumpur asal volkan memungkinkan pemulihan sifat tanah secara berkala sehingga produksi tinggi tetap berkelanjutan. Hal lain yang mungkin terlupakan adalah kandungan Si yang tinggi pada abu letusan cepat larut saat berada dalam tanah. Sekitar 56 % dari abu letusan yang bersifat intermedier adalah silica sehingga menjadi cadangan Si yang sangat banyak. Unsur Si dalam tanah menjadi hara pendukung utama (beneficial nutrient) pada beberapa tanaman tertentu karena sangat dibutuhkan. Pada tanaman padi dan tebu unsur Si sudah diketahui dapat meningkatkan produksi. Unsur Si berperan memperkuat dinding sell tanaman sehingga helai daun tanaman padi dan tebu dapat berdiri tegak dan kuat demikian pula batang menjadi tahan rebah dan serangan hama serta penyakit. Implikasinya abu letusan volkan sangat baik diaplikasikan pada lahan sawah untuk mendukung peningkatan produksi beras dan ketahanan pangan nasional. Dr. Ir. Markus Anda, MSc Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdya Lahan Pertanian Jalan Tentara Pelajar No. 12, Kampus Penelitian Pertanian, Cimanggu, Bogor 16114 Petunjuk Cara Melipat: Cover r ve Co Cover 1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid 2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan. Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII 3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali Cover Cover 4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan 5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku Badan Litbang Pertanian