FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA (DI STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK) ERWING MARZUKI Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk Abstrak Remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Sumber informasi, pemahaman agama, dan peran orangtua dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Banyak remaja yang sudah melakukan perilaku seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja di STIKES Satria Bhakti Nganjuk. Desain penelitian analitik dengan pendekatan retrospektive. Populasi semua remaja STIKES Satria Bhakti Nganjuk. Dilaksanakan tanggal 25 – 27 Pebruari 2014. Sampel 116 remaja dengan purposive proportional stratified random sampling. Variabel independen adalah sumber informasi, pemahaman agama, dan peran orangtua, dengan variabel dependen adalah perilaku seksual pranikah pada remaja, yang dikumpulkan dengan kuesioner. Analisa menggunakan uji Spearman rank’s melalui program SPSS versi 16 dengan α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan hampir setengahnya responden memiliki perilaku seksual pranikah pada remaja cukup, sumber informasi kurang 43 responden (37%), sebagian besar responden memiliki perilaku seksual pranikah pada remaja cukup, pemahaman agamanya baik 63 responden (54,3%), hampir setengahnya responden memiliki perilaku seksual pranikah pada remaja cukup, peran orangtua baik 42 responden (36,2%). Uji Spearman rank’s didapatkan ρ sumber informasi = 0,356, ρ pemahaman agama = 0,184, dan ρ peran orangtua = 0,857 > α (0,05) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh sumber informasi, pemahaman agama, serta peran orangtua terhadap perilaku seksua pranikah pada remaja. Dalam hal ini pemberian sumber informasi kepada remaja harus diberikan semaksimal mungkin tentang perilaku seksual pranikah. Sehingga remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi. Pemahaman agama juga harus ditingkatkan dalam hal perilaku seksual pranikah pada remaja, serta penanaman nilai dan moral pada remaja sangatlah penting agar tidak melakukan perilaku seksual pranikah pada remaja. Selain itu peran orangtua tetap harus ditingkatkan pada anak remajanya dalam pemberian informasi tentang perilaku seksual pranikah sejak dini. Peran orangtua tidak hanya diberikan saat anak masih kecil, tetapi saat anak sudah dewasa peran orangtua masih sangat dibutuhkan. Meskipun sumber informasi, pemahaman agama, serta peran orangtua tidak mempengaruhi perilaku seksual pranikah, ternyata urutan kelahiran dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Kata Kunci : Perilaku Seksual Pranikah, Remaja mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau Pendahuluan Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda (Amelia, 2010). Menurut Sarwono (2013), remaja yang sedang dalam periode ingin tahu, dan ingin didengarnya. Namun ada beberapa karakter remaja yang dapat menimbulkan perilaku seksual diantaranya bisa dari pengungkapan kebebasan diri dan dapat mewujudkan rasa cinta (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku remaja (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar 1 juta menurut Sarwono (2013), yaitu meningkatnya remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) libido seksualitas, kurangnya pengetahuan tentang secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah seks, media informasi, norma agama, orangtua, melakukan hubungan seksual (Harefa, 2013). tabu-larangan, dan pergaulan semakin bebas. Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 1 Anak (KPA) di 33 provinsi tahun 2008 tentang Oktober 2013 terhadap 11 remaja di STIKES Satria remaja SMP dan SMA, yang pernah menonton film Bhakti Nganjuk, diketahui 8 dari 11 remaja yang porno mencapai 97%. Remaja SMP dan SMA yang sedang berpacaran mengatakan bahwa mereka pernah berciuman, masturbasi dan oral seks selalu ketika mencapai 93,7%, remaja SMP tidak perawan 62,7% berpacaran, dan orangtua mereka memberikan dan remaja yang pernah aborsi mencapai 21,2%. batasan-batasan dalam berpacaran. Akan tetapi 6 Bahkan, diantaranya berpegangan Berencana Indonesia) tahun 2006 menunjukkan tangan, berpelukan, berciuman pipi maupun bibir, remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan waktu berpacaran. Padahal mereka tahu itu adalah seks pranikah adalah remaja usia 13 hingga 18 melanggar norma agama. Sementara 7 dari 11 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Nursal (2007), remaja mengatakan mereka tahu bahaya dari remaja perilaku Namun mempunyai peluang 11,90 kali berperilaku seksual kenyataannya, 4 diantaranya pernah melakukan berisiko berat dibandingkan pengetahuan relatif hubungan seksual pranikah. Secara teori, semua tinggi. faktor di atas berpengaruh dalam mempengaruhi mencapai 47% (BKKBN 2010) (Harefa, 2013). perilaku seksual pranikah pada remaja. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, dikontrol seksual oleh mengatakan seks Menurut sebelum World pada orangtuanya pernah menikah. Health data PKBI dengan Kejadian (Perkumpulan pengetahuan seks pranikah relatif di Keluarga rendah Surabaya Organization pada tahun 2011 terjadi 29 kasus seksual, 17,24% (WHO) tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS di adalah usia remaja. Sementara itu, pada tahun 2012 dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di Asia ada terjadi peningkatan menjadi 51 kasus seksual, sebanyak 4.900.000 kasus (Amelia, 2010). Data 27,45% adalah usia remaja. Serta pada tahun 2013 Depkes RI (2006), menunjukkan jumlah remaja terjadi 61 kasus seksual, 34,43% adalah usia umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar 43 juta remaja. Berdasarkan data dari koordinator evaluasi program studi pendidikan Ners pada Tahun menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswi Akademik 2007/2008, terdapat 3,7% mahasiswa sebanyak 69 mahasiswi. Pada Tahun Akademik yang menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswa 2010/2011, terdapat 1,49% mahasiswi menikah saat sebanyak 27 mahasiswa. Pada Tahun Akademik kuliah 2008/2009, terdapat 13,04% mahasiswa yang mahasiswa. Pada Tahun Akademik 2012/2013, menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswa terdapat 1,32% mahasiswi hamil saat kuliah dari sebanyak 23 mahasiswa. Pada Tahun Akademik jumlah mahasiswi sebanyak 76 mahasiswi. dari jumlah mahasiswi sebanyak 67 2010/2011, terdapat 3,17% mahasiswa hamil saat Faktor yang sering disebut-sebut sebagai kuliah dan 3,17% mahasiswa menikah saat kuliah penyebab kebebasan seks yang sering menimbulkan dari jumlah mahasiswa sebanyak 63 mahasiswa. beban mental pada remaja adalah kampanye Sementara itu, data dari koordinator evaluasi Keluarga program studi Diploma III Keperawatan Tahun diberlakukannya program KB di suatu negara, Akademik 2010/2011, terdapat 0,97% mahasiswa khususnya dengan beredarnya alat-alat kontrasepsi yang hamil dan 0,97% mahasiswa yang menikah akan saat kuliah dari jumlah mahasiswa sebanyak 103 hubungan seks (Sarwono, 2013). Menurut Sarwono mahasiswa. Pada Tahun Akademik 2011/2012, (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdapat 0,98% mahasiswa yang hamil saat kuliah, seksual pranikah pada remaja yaitu dari orangtua, dan 1,96% mahasiswa yang menikah saat kuliah karena dari jumlah mahasiswa sebanyak 102 mahasiswa. orangtua yang masih mentabukan pembicaraan Pada Tahun Akademik 2012/2013, terdapat 0,92 mengenai seks dengan anak, dan tidak terbuka mahasiswa yang menikah saat kuliah dari jumlah terhadap anak, malah cenderung membuat jarak mahasiswa sebanyak 109 mahasiswa. dengan Serta data Berencana merangsang (KB). remaja ketidaktahuan anak Dikatakan untuk maupun dalam bahwa melakukan karena sikap masalah seksualitas. yang dilakukan dari koordinator evaluasi program studi Diploma III Berdasarkan Kebidanan, pada Tahun Akademik 2007/2008, Soetjiningsih (2006) menunjukkan, semakin baik terdapat 13,3% mahasiswi hamil saat kuliah dari hubungan jumlah mahasiswi sebanyak 15 mahasiswi. Pada semakin rendah perilaku seksual pranikah remaja, Tahun 2,9% dan sebaliknya. Norma agama juga berpengaruh mahasiswi hamil saat kuliah, dan 1 mahasiswi dalam perilaku seksual pada remaja, karena norma- Akademik 2009/2010, terdapat penelitian orangtua dengan anak remajanya, norma agama tetap berlaku dimana seseorang seks (Gusty, 2012). Selain itu, menurut Allender dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum dan Spardley (2001), dalam Amri (2013), peran menikah (Sarwono, 2013). Berdasarkan hasil perawat komunitas dalam mengatasi permasalahan penelitian tinggi kesehatan reproduksi yaitu melakukan program religiusitas maka perilaku seksual semakin rendah, pencegahan penyakit, proteksi diri, dan promosi dan sebaliknya. Menurut Sarwono (2013), faktor kesehatan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di berikutnya yang mempengaruhi perilaku seksual atas perlu dilakukan upaya pemecahannya, salah pranikah pada remaja adalah media informasi, satu upayanya adalah dengan memberikan promosi karena semakin kesehatan pada remaja tentang pendidikan seksual. penyebaran Disamping itu, institusi pendidikan perguruan tinggi Idayanti (2002), kecenderungan meningkat oleh karena semakin pelanggaran adanya informasi dan rangsangan seksual melalui media dalam masa yang dengan adanya teknologi canggih. penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi Karena kematangan seksual pada usia remaja untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan negara, menyebabkan maka munculnya minat seksual dan menghadapi masalah-masalah diselenggarakan pendidikan (Pawestri dan Setyowati, 2012). Namun apabila hal pendidikan umum adalah memberi pengetahuan ini dibiarkan, perilaku seksual pranikah pada remaja dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu akan semakin meningkat. Selain itu, apabila berpikir seorang remaja tidak mengetahui bahaya seks memahami pikiran para ahli dari berbagai ilmu pranikah, maka dampak dari perilaku seksual pengetahuan, pranikah dapat memudahkan mereka berkomunikasi (Soelaeman, reproduksi, 2006). Sementara itu, pendidikan umum yang menimbulkan yang masalah dilakukannya kesehatan secara Salah program-program keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas remaja umum. dalam satu interdisipliner, sehingga oleh tujuan dan dengan universitas dari mampu demikian diantaranya kehamilan di luar nikah, semakin diselenggarakan dan institut tingginya angka aborsi, penyakit menular seksual, kemudian terkenal dengan nama “mata kuliah dan keresahan sosial (Nawita, 2013). pengembangan kepribadian” yang terdiri dari 6 Salah satu peran perawat adalah sebagai peran mata kuliah, diantaranya adalah mata kuliah Agama edukator, yaitu pemberi informasi yang akurat, jujur dan Kewiraan. Pada program studi pendidikan Ners, tentang efek penyakit pada seksualitas dan edukasi Diploma III Keperawatan, dan Diploma III Kebidanan semester I, terdapat mata kuliah terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, tersebut, akan tetapi mata kuliah Kewiraan dikenal 2010). dengan mata kuliah Kewarganegaraan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur, dan berkepribadian (Nurezha, 2012). Serta mata kuliah Agama yang bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan (Abdullah, 2011). Selain itu, organisasi mahasiswa juga dapat berperan dalam menurunkan angka perilaku seksual pranikah pada remaja, karena dengan berorganisasi maka mahasiswa akan senantiasa terus berinteraksi dan beraktualisasi, sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis dan lebih bijaksana dalam persoalan yang mereka hadapi (Munir, 2010). remaja). Teknik sampling menggunakan purposive proportional stratified random sampling dengan sampel sebagian remaja STIKES Satria Bhakti Nganjuk yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sejumlah 116 remaja. Pengumpulan data variabel independent dengan sumber informasi, pemahaman agama, dan peran orang tua dengan menggunakan kuesioner. Variabel dependent perilaku seksual pranikah pada remaja dengan menggunakan kuesioner. Analisa Data menggunakan uji statistik Spearman rank’s dengan Hasil Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013). tujuan penelitian, desain yang digunakan peneliti adalah suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari remaja STIKES Satria Bhakti Nganjuk ( 163 tingkat kemaknaan α = 0,05. Metode Berdasarkan Populasi dalam penelitian ini adalah semua dengan menggunakan pendekatan retrospektive. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Peran Orangtua Responden terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di STIKES Satria Bhakti Nganjuk tanggal 25 – 27 Oktober 2015. Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Peran Total Oran Kura Baik Cukup gtua ng f % f % f % f % Baik 14 12 42 36, 0 0 56 48, 2 2 Cuku 12 10,3 22 19 1 0, 35 30, p 9 2 Kuran 6 5,2 19 16, 0 0 25 21, g 4 6 Total 32 27,5 83 71, 1 0, 11 10 6 9 6 0 α = 0,05 p value 0,857 r = -0,017 Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3 didapatkan bahwa hampir setengahnya responden memiliki perilaku seksual pranikah cukup, mempengaruhi dalam perilaku seksual pranikah pada remaja. Peran orangtua adalah suatu tindakan mempunyai orangtua dengan peran yang baik yaitu mengasuh, membesarkan, serta untuk mengarahkan sebanyak 42 responden (36,2%). anaknya menuju kepada kedewasaan serta Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan berlaku (Astrida, 2011). Selain itu menurut Rosida Progam SPSS Versi 16 dengan tingkat kemaknaan (2014), peran orangtua adalah sebagai pendidik α = 0,05 didapatkan hasil p value = 0,857 dan p utama, maka dari itu tanggung jawab orangtua value > α, H1 ditolak dan H0 diterima, yang artinya terhadap pendidikan anak diantaranya memberikan tidak ada pengaruh peran orangtua terhadap dorongan atau motivasi baik itu kasih sayang, perilaku seksual pranikah pada remaja. tanggung jawab moral, tanggung jawab sosial, tanggung jawab atas kesejahteraan anak baik lahir Pembahasan Berdasarkan maupun batin, serta kebahagiaan dunia dan akhirat. hasil penelitian tabel 4.3 Sementara itu menurut Astrida (2011), peran didapatkan bahwa hampir setengahnya responden orangtua tidak hanya sekedar menjadi perantara memiliki perilaku seksual pranikah cukup, makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga mempunyai orangtua dengan peran yang baik yaitu memelihara dan mendidiknya, agar dapat sebanyak 42 responden (36,2%). Berdasarkan hasil melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank maka diperlukan adanya beberapa pengetahuan dengan Progam SPSS Versi 16 dengan tingkat tentang pendidikan. Menurut Rahayu (2013), kemaknaan α = 0,05 didapatkan hasil p value = orangtua yaitu ayah dan ibu yang merupakan 0,857 dan p value > α, H1 ditolak sehingga tidak teladan serta idola bagi anak mereka. Peran ada pengaruh peran orangtua terhadap perilaku orangtua menjadi sangat penting dalam seksual pranikah pada remaja. Sehingga dari data memberikan sosialisasi kepada anak-anaknya, demografi orangtua yang meliputi pendidikan ibu, terlebih dalam pembentukan perilaku anak. Selain pendidikan bapak, pekerjaan ibu, pekerjaan bapak, itu menurut Purwanto (1998), mengatakan bahwa usia ibu, serta usi bapak tidak ada yang faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah lingkungan, lingkungan dalam pengertian kelompoknya, bergaul dengan mengadopsi nilai psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada kelompok diri individu dalam berperilaku seperti keluarga, mengambil sekolah, masyarakat. Diperkuat oleh pendapat identitas diperoleh apabila ada kepuasan yang Sunaryo (2004), bahwa perilaku dipengaruhi oleh diperoleh dari orangtua atau lingkungan tempat ia faktor lingkungan, lingkungan disini menyangkut berada, segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik pencarian identitas diri sebagai anak remaja, fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan sangat sedangkan berpengaruh terhadap perilaku individu karena konflik akan menimbulkan kerancuan peran yang lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan harus dijalankannya. perilaku (Pradana, 2012). Diperkuat oleh pendapat dan lingkungannya, keputusannya yang sendiri. membantunya ketidakmampuan Berdasarkan untuk uraian Kejelasan melalui dalam di dapat proses mengatasi atas peneliti Sunaryo (2004), menyatakan bahwa perilaku berpendapat bahwa tidak ada pengaruh peran dipengaruhi oleh faktor biologis, dimana tahap orangtua perkembangan seorang anak juga termasuk faktor Dikarenakan biologis, menurut Freud tahapan akhir masa perkembangannya sudah masuk tahap genital, perkembangan adalah tahapan genital ketika anak dimana organ reproduksi dan produksi hormon mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya seksnya sudah mulai tahap kematangan organ, proses kematangan organ reproduksi dan produksi sehingga seorang remaja akan mencoba hal yang hormon seks (Supartini, 2004). Sementara itu baru berkaitan dengan kematangan organ seksnya. menurut (2004)., Akan tetapi disinilah peran orangtua sangat penting menyatakan bahwa tahapan perkembangan anak diberikan pada seorang remaja dalam memberikan dalam perkembangan psikososial, seorang anak pengawasan serta mengarahkan anak remajanya masuk dalam tahap identitas dan kerancuan peran. agar dapat menyadari dampak dari seks bebas dan Dimana seorang remaja akan berusaha untuk tidak mencoba. Hal ini harus dipertahankan bahkan menyesuaikan perannya sebagai anak, yang sedang harus berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju kepada anak remajanya tentang perilaku seksual dewasa. Mereka menunjukkan perannya dengan pranikah pada remaja, agar tidak merasakan bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan dampak Erikson dalam Supartini terhadap seorang ditingkatkan dari perilaku remaja dalam pergaulan seksual dalam memberi bebas pranikah. tahap perhatian yang beredar dikalangan remaja khususnya masalah seksualitas. Serta diharapkan orangtua lebih bersifat terbuka terhadap anaknya dalam masalah seksualitas, sehingga anak tidak berpaling ke sumber lain dalam mencari informasi tentang seksualitas. Selain itu tenaga kesehatan dapat berperan dengan memberikan Health Education maupun konseling kesehatan kepada remaja mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja. Daftar Pustaka Aini. (2011). Hubungan Pemahaman Tingkat Agama (Religiusitas) dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto. [Internet]. Bersumber dari : <http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/ju rper1-5-luth.pdf>. [Diakses tanggal 15 Mei 2014. Jam 10.00] Ali, M. dan Mohammad Asrori. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Cetakan ke-14. Jakarta: Rineka Cipta. Asmoro, G. (2006). Sex Education For Kids. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap remaja Di STIKES Satria Bhakti Nganjuk pada tanggal 25 – 27 Oktober 2015, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut tidak ada pengaruh sumber informasi terhadap Astrida. (2011). Peran dan Fungsi Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. [Internet]. Bersumber dari: <http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/BA NYUASIN/pfyl1341188835.pdf>. [Diakses tanggal 25 Maret 2014. Jam 10.30]. perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Satria Bhakti Nganjuk, berdasarkan hasil uji analisa Nawita, Spearman rank’s dengan ρ = 0,356 > α = 0,05. Tidak ada pengaruh pemahaman agama terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES Satria Bhakti Nganjuk berdasarkan hasil uji analisa M. (2013). Bunda, Seks itu Apa?Bagaimana Menjelaskan Seks pada Anak. Bandung: Yrama Widya. Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Cetakan ke-7. Jakarta: Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Spearman rank’s dengan ρ = 0,184 > α = 0,05. Sarwono, S.W. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tidak ada pengaruh peran orangtua remaja terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES ___________. (2013). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Cetakan ke-16. Jakarta: Rajawali Pers. Satria Bhakti Nganjuk, berdasarkan hasil uji analisa Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu Wawan, A. dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Spearman rank’s dengan ρ = 0,857 > α = 0,05. Riset