Versi PDF - STIKES Satria Bhakti Nganjuk

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA
(DI STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK)
ERWING MARZUKI
Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk
Abstrak
Remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, merupakan masa peralihan
dari kanak-kanak ke dewasa muda. Sumber informasi, pemahaman agama, dan peran orangtua dapat
mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Banyak remaja yang sudah melakukan perilaku seksual
pranikah. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada
remaja di STIKES Satria Bhakti Nganjuk.
Desain penelitian analitik dengan pendekatan retrospektive. Populasi semua remaja STIKES Satria Bhakti
Nganjuk. Dilaksanakan tanggal 25 – 27 Pebruari 2014. Sampel 116 remaja dengan purposive proportional
stratified random sampling. Variabel independen adalah sumber informasi, pemahaman agama, dan peran
orangtua, dengan variabel dependen adalah perilaku seksual pranikah pada remaja, yang dikumpulkan dengan
kuesioner. Analisa menggunakan uji Spearman rank’s melalui program SPSS versi 16 dengan α = 0,05.
Hasil penelitian didapatkan hampir setengahnya responden memiliki perilaku seksual pranikah pada
remaja cukup, sumber informasi kurang 43 responden (37%), sebagian besar responden memiliki perilaku
seksual pranikah pada remaja cukup, pemahaman agamanya baik 63 responden (54,3%), hampir setengahnya
responden memiliki perilaku seksual pranikah pada remaja cukup, peran orangtua baik 42 responden (36,2%).
Uji Spearman rank’s didapatkan ρ sumber informasi = 0,356, ρ pemahaman agama = 0,184, dan ρ peran
orangtua = 0,857 > α (0,05) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh sumber
informasi, pemahaman agama, serta peran orangtua terhadap perilaku seksua pranikah pada remaja.
Dalam hal ini pemberian sumber informasi kepada remaja harus diberikan semaksimal mungkin tentang
perilaku seksual pranikah. Sehingga remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi. Pemahaman agama juga
harus ditingkatkan dalam hal perilaku seksual pranikah pada remaja, serta penanaman nilai dan moral pada
remaja sangatlah penting agar tidak melakukan perilaku seksual pranikah pada remaja. Selain itu peran
orangtua tetap harus ditingkatkan pada anak remajanya dalam pemberian informasi tentang perilaku seksual
pranikah sejak dini. Peran orangtua tidak hanya diberikan saat anak masih kecil, tetapi saat anak sudah dewasa
peran orangtua masih sangat dibutuhkan. Meskipun sumber informasi, pemahaman agama, serta peran orangtua
tidak mempengaruhi perilaku seksual pranikah, ternyata urutan kelahiran dapat mempengaruhi perilaku seksual
pranikah pada remaja.
Kata Kunci : Perilaku Seksual Pranikah, Remaja
mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau
Pendahuluan
Menurut Depkes RI (2005), masa remaja
merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan,
yang
merupakan
masa
peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda
(Amelia, 2010). Menurut Sarwono (2013), remaja
yang sedang dalam periode ingin tahu, dan ingin
didengarnya. Namun ada beberapa karakter remaja
yang
dapat
menimbulkan
perilaku
seksual
diantaranya bisa dari pengungkapan kebebasan diri
dan dapat mewujudkan rasa cinta (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2012). Sedangkan faktor-faktor yang
menyebabkan
perilaku
remaja
(19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar 1 juta
menurut Sarwono (2013), yaitu meningkatnya
remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%)
libido seksualitas, kurangnya pengetahuan tentang
secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah
seks, media informasi, norma agama, orangtua,
melakukan hubungan seksual (Harefa, 2013).
tabu-larangan, dan pergaulan semakin bebas.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 1
Anak (KPA) di 33 provinsi tahun 2008 tentang
Oktober 2013 terhadap 11 remaja di STIKES Satria
remaja SMP dan SMA, yang pernah menonton film
Bhakti Nganjuk, diketahui 8 dari 11 remaja yang
porno mencapai 97%. Remaja SMP dan SMA yang
sedang berpacaran mengatakan bahwa mereka
pernah berciuman, masturbasi dan oral seks
selalu
ketika
mencapai 93,7%, remaja SMP tidak perawan 62,7%
berpacaran, dan orangtua mereka memberikan
dan remaja yang pernah aborsi mencapai 21,2%.
batasan-batasan dalam berpacaran. Akan tetapi 6
Bahkan,
diantaranya
berpegangan
Berencana Indonesia) tahun 2006 menunjukkan
tangan, berpelukan, berciuman pipi maupun bibir,
remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan
waktu berpacaran. Padahal mereka tahu itu adalah
seks pranikah adalah remaja usia 13 hingga 18
melanggar norma agama. Sementara 7 dari 11
tahun. Berdasarkan hasil penelitian Nursal (2007),
remaja mengatakan mereka tahu bahaya dari
remaja
perilaku
Namun
mempunyai peluang 11,90 kali berperilaku seksual
kenyataannya, 4 diantaranya pernah melakukan
berisiko berat dibandingkan pengetahuan relatif
hubungan seksual pranikah. Secara teori, semua
tinggi.
faktor di atas berpengaruh dalam mempengaruhi
mencapai 47% (BKKBN 2010) (Harefa, 2013).
perilaku seksual pranikah pada remaja.
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk,
dikontrol
seksual
oleh
mengatakan
seks
Menurut
sebelum
World
pada
orangtuanya
pernah
menikah.
Health
data
PKBI
dengan
Kejadian
(Perkumpulan
pengetahuan
seks
pranikah
relatif
di
Keluarga
rendah
Surabaya
Organization
pada tahun 2011 terjadi 29 kasus seksual, 17,24%
(WHO) tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS di
adalah usia remaja. Sementara itu, pada tahun 2012
dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di Asia ada
terjadi peningkatan menjadi 51 kasus seksual,
sebanyak 4.900.000 kasus (Amelia, 2010). Data
27,45% adalah usia remaja. Serta pada tahun 2013
Depkes RI (2006), menunjukkan jumlah remaja
terjadi 61 kasus seksual, 34,43% adalah usia
umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar 43 juta
remaja. Berdasarkan data dari koordinator evaluasi
program studi pendidikan Ners pada Tahun
menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswi
Akademik 2007/2008, terdapat 3,7% mahasiswa
sebanyak 69 mahasiswi. Pada Tahun Akademik
yang menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswa
2010/2011, terdapat 1,49% mahasiswi menikah saat
sebanyak 27 mahasiswa. Pada Tahun Akademik
kuliah
2008/2009, terdapat 13,04% mahasiswa yang
mahasiswa. Pada Tahun Akademik 2012/2013,
menikah saat kuliah dari jumlah mahasiswa
terdapat 1,32% mahasiswi hamil saat kuliah dari
sebanyak 23 mahasiswa. Pada Tahun Akademik
jumlah mahasiswi sebanyak 76 mahasiswi.
dari
jumlah
mahasiswi
sebanyak
67
2010/2011, terdapat 3,17% mahasiswa hamil saat
Faktor yang sering disebut-sebut sebagai
kuliah dan 3,17% mahasiswa menikah saat kuliah
penyebab kebebasan seks yang sering menimbulkan
dari jumlah mahasiswa sebanyak 63 mahasiswa.
beban mental pada remaja adalah kampanye
Sementara itu, data dari koordinator evaluasi
Keluarga
program studi Diploma III Keperawatan Tahun
diberlakukannya program KB di suatu negara,
Akademik 2010/2011, terdapat 0,97% mahasiswa
khususnya dengan beredarnya alat-alat kontrasepsi
yang hamil dan 0,97% mahasiswa yang menikah
akan
saat kuliah dari jumlah mahasiswa sebanyak 103
hubungan seks (Sarwono, 2013). Menurut Sarwono
mahasiswa. Pada Tahun Akademik 2011/2012,
(2013), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
terdapat 0,98% mahasiswa yang hamil saat kuliah,
seksual pranikah pada remaja yaitu dari orangtua,
dan 1,96% mahasiswa yang menikah saat kuliah
karena
dari jumlah mahasiswa sebanyak 102 mahasiswa.
orangtua yang masih mentabukan pembicaraan
Pada Tahun Akademik 2012/2013, terdapat 0,92
mengenai seks dengan anak, dan tidak terbuka
mahasiswa yang menikah saat kuliah dari jumlah
terhadap anak, malah cenderung membuat jarak
mahasiswa sebanyak 109 mahasiswa.
dengan
Serta data
Berencana
merangsang
(KB).
remaja
ketidaktahuan
anak
Dikatakan
untuk
maupun
dalam
bahwa
melakukan
karena
sikap
masalah
seksualitas.
yang
dilakukan
dari koordinator evaluasi program studi Diploma III
Berdasarkan
Kebidanan, pada Tahun Akademik 2007/2008,
Soetjiningsih (2006) menunjukkan, semakin baik
terdapat 13,3% mahasiswi hamil saat kuliah dari
hubungan
jumlah mahasiswi sebanyak 15 mahasiswi. Pada
semakin rendah perilaku seksual pranikah remaja,
Tahun
2,9%
dan sebaliknya. Norma agama juga berpengaruh
mahasiswi hamil saat kuliah, dan 1 mahasiswi
dalam perilaku seksual pada remaja, karena norma-
Akademik
2009/2010,
terdapat
penelitian
orangtua
dengan
anak
remajanya,
norma agama tetap berlaku dimana seseorang
seks (Gusty, 2012). Selain itu, menurut Allender
dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum
dan Spardley (2001), dalam Amri (2013), peran
menikah (Sarwono, 2013). Berdasarkan hasil
perawat komunitas dalam mengatasi permasalahan
penelitian
tinggi
kesehatan reproduksi yaitu melakukan program
religiusitas maka perilaku seksual semakin rendah,
pencegahan penyakit, proteksi diri, dan promosi
dan sebaliknya. Menurut Sarwono (2013), faktor
kesehatan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di
berikutnya yang mempengaruhi perilaku seksual
atas perlu dilakukan upaya pemecahannya, salah
pranikah pada remaja adalah media informasi,
satu upayanya adalah dengan memberikan promosi
karena
semakin
kesehatan pada remaja tentang pendidikan seksual.
penyebaran
Disamping itu, institusi pendidikan perguruan tinggi
Idayanti
(2002),
kecenderungan
meningkat
oleh
karena
semakin
pelanggaran
adanya
informasi dan rangsangan seksual melalui media
dalam
masa yang dengan adanya teknologi canggih.
penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Karena kematangan seksual pada usia remaja
untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan negara,
menyebabkan
maka
munculnya
minat
seksual
dan
menghadapi
masalah-masalah
diselenggarakan
pendidikan
(Pawestri dan Setyowati, 2012). Namun apabila hal
pendidikan umum adalah memberi pengetahuan
ini dibiarkan, perilaku seksual pranikah pada remaja
dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu
akan semakin meningkat. Selain itu, apabila
berpikir
seorang remaja tidak mengetahui bahaya seks
memahami pikiran para ahli dari berbagai ilmu
pranikah, maka dampak dari perilaku seksual
pengetahuan,
pranikah
dapat
memudahkan mereka berkomunikasi (Soelaeman,
reproduksi,
2006). Sementara itu, pendidikan umum yang
menimbulkan
yang
masalah
dilakukannya
kesehatan
secara
Salah
program-program
keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas
remaja
umum.
dalam
satu
interdisipliner,
sehingga
oleh
tujuan
dan
dengan
universitas
dari
mampu
demikian
diantaranya kehamilan di luar nikah, semakin
diselenggarakan
dan
institut
tingginya angka aborsi, penyakit menular seksual,
kemudian terkenal dengan nama “mata kuliah
dan keresahan sosial (Nawita, 2013).
pengembangan kepribadian” yang terdiri dari 6
Salah satu peran perawat adalah sebagai peran
mata kuliah, diantaranya adalah mata kuliah Agama
edukator, yaitu pemberi informasi yang akurat, jujur
dan Kewiraan. Pada program studi pendidikan Ners,
tentang efek penyakit pada seksualitas dan edukasi
Diploma
III Keperawatan, dan Diploma
III
Kebidanan semester I, terdapat mata kuliah
terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo,
tersebut, akan tetapi mata kuliah Kewiraan dikenal
2010).
dengan
mata
kuliah
Kewarganegaraan
yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang berbudi luhur, dan berkepribadian
(Nurezha, 2012). Serta mata kuliah Agama yang
bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian
yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang
dilakukan (Abdullah, 2011). Selain itu, organisasi
mahasiswa juga dapat berperan dalam menurunkan
angka perilaku seksual pranikah pada remaja,
karena dengan berorganisasi maka mahasiswa akan
senantiasa terus berinteraksi dan beraktualisasi,
sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis
dan lebih bijaksana dalam persoalan yang mereka
hadapi (Munir, 2010).
remaja). Teknik sampling menggunakan purposive
proportional stratified random sampling dengan
sampel sebagian remaja STIKES Satria Bhakti
Nganjuk yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sejumlah 116 remaja. Pengumpulan data
variabel independent dengan sumber informasi,
pemahaman agama, dan peran orang tua dengan
menggunakan
kuesioner.
Variabel
dependent
perilaku seksual pranikah pada remaja dengan
menggunakan
kuesioner.
Analisa
Data
menggunakan uji statistik Spearman rank’s dengan
Hasil
Desain penelitian adalah sesuatu yang
sangat penting dalam penelitian, memungkinkan
pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
memengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013).
tujuan
penelitian,
desain
yang
digunakan peneliti adalah suatu penelitian (survei)
analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko
dipelajari
remaja STIKES Satria Bhakti Nganjuk ( 163
tingkat kemaknaan α = 0,05.
Metode
Berdasarkan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
dengan
menggunakan
pendekatan
retrospektive. Dengan kata lain, efek (penyakit atau
status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini,
kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Peran Orangtua
Responden terhadap Perilaku Seksual
Pranikah pada Remaja di STIKES
Satria Bhakti Nganjuk tanggal 25 – 27
Oktober 2015.
Perilaku Seksual Pranikah
pada Remaja
Peran
Total
Oran
Kura
Baik
Cukup
gtua
ng
f
%
f
% f % f
%
Baik
14
12
42 36, 0 0 56 48,
2
2
Cuku
12 10,3 22 19 1 0, 35 30,
p
9
2
Kuran
6
5,2
19 16, 0 0 25 21,
g
4
6
Total
32 27,5 83 71, 1 0, 11 10
6
9
6
0
α = 0,05 p value 0,857 r =
-0,017
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3
didapatkan bahwa hampir setengahnya responden
memiliki
perilaku
seksual
pranikah
cukup,
mempengaruhi dalam perilaku seksual pranikah
pada remaja.
Peran
orangtua
adalah
suatu
tindakan
mempunyai orangtua dengan peran yang baik yaitu
mengasuh, membesarkan, serta untuk mengarahkan
sebanyak 42 responden (36,2%).
anaknya
menuju
kepada
kedewasaan
serta
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan
menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang
menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan
berlaku (Astrida, 2011). Selain itu menurut Rosida
Progam SPSS Versi 16 dengan tingkat kemaknaan
(2014), peran orangtua adalah sebagai pendidik
α = 0,05 didapatkan hasil p value = 0,857 dan p
utama, maka dari itu tanggung jawab orangtua
value > α, H1 ditolak dan H0 diterima, yang artinya
terhadap pendidikan anak diantaranya memberikan
tidak ada pengaruh peran orangtua terhadap
dorongan atau motivasi baik itu kasih sayang,
perilaku seksual pranikah pada remaja.
tanggung jawab moral, tanggung jawab sosial,
tanggung jawab atas kesejahteraan anak baik lahir
Pembahasan
Berdasarkan
maupun batin, serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
hasil
penelitian
tabel
4.3
Sementara itu menurut Astrida (2011), peran
didapatkan bahwa hampir setengahnya responden
orangtua tidak hanya sekedar menjadi perantara
memiliki
perilaku
seksual
pranikah
cukup,
makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga
mempunyai orangtua dengan peran yang baik yaitu
memelihara
dan
mendidiknya,
agar
dapat
sebanyak 42 responden (36,2%). Berdasarkan hasil
melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya,
uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank
maka diperlukan adanya beberapa pengetahuan
dengan Progam SPSS Versi 16 dengan tingkat
tentang pendidikan. Menurut Rahayu (2013),
kemaknaan α = 0,05 didapatkan hasil p value =
orangtua yaitu ayah dan ibu yang merupakan
0,857 dan p value > α, H1 ditolak sehingga tidak
teladan serta idola bagi anak mereka. Peran
ada pengaruh peran orangtua terhadap perilaku
orangtua
menjadi
sangat
penting
dalam
seksual pranikah pada remaja. Sehingga dari data
memberikan
sosialisasi
kepada
anak-anaknya,
demografi orangtua yang meliputi pendidikan ibu,
terlebih dalam pembentukan perilaku anak. Selain
pendidikan bapak, pekerjaan ibu, pekerjaan bapak,
itu menurut Purwanto (1998), mengatakan bahwa
usia ibu,
serta usi
bapak tidak
ada
yang
faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya
adalah lingkungan, lingkungan dalam pengertian
kelompoknya, bergaul dengan mengadopsi nilai
psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada
kelompok
diri individu dalam berperilaku seperti keluarga,
mengambil
sekolah, masyarakat. Diperkuat oleh pendapat
identitas diperoleh apabila ada kepuasan yang
Sunaryo (2004), bahwa perilaku dipengaruhi oleh
diperoleh dari orangtua atau lingkungan tempat ia
faktor lingkungan, lingkungan disini menyangkut
berada,
segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
pencarian identitas diri sebagai anak remaja,
fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan sangat
sedangkan
berpengaruh terhadap perilaku individu karena
konflik akan menimbulkan kerancuan peran yang
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan
harus dijalankannya.
perilaku (Pradana, 2012). Diperkuat oleh pendapat
dan
lingkungannya,
keputusannya
yang
sendiri.
membantunya
ketidakmampuan
Berdasarkan
untuk
uraian
Kejelasan
melalui
dalam
di
dapat
proses
mengatasi
atas
peneliti
Sunaryo (2004), menyatakan bahwa perilaku
berpendapat bahwa tidak ada pengaruh peran
dipengaruhi oleh faktor biologis, dimana tahap
orangtua
perkembangan seorang anak juga termasuk faktor
Dikarenakan
biologis, menurut Freud tahapan akhir masa
perkembangannya sudah masuk tahap genital,
perkembangan adalah tahapan genital ketika anak
dimana organ reproduksi dan produksi hormon
mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya
seksnya sudah mulai tahap kematangan organ,
proses kematangan organ reproduksi dan produksi
sehingga seorang remaja akan mencoba hal yang
hormon seks (Supartini, 2004). Sementara itu
baru berkaitan dengan kematangan organ seksnya.
menurut
(2004).,
Akan tetapi disinilah peran orangtua sangat penting
menyatakan bahwa tahapan perkembangan anak
diberikan pada seorang remaja dalam memberikan
dalam perkembangan psikososial, seorang anak
pengawasan serta mengarahkan anak remajanya
masuk dalam tahap identitas dan kerancuan peran.
agar dapat menyadari dampak dari seks bebas dan
Dimana seorang remaja akan berusaha untuk
tidak mencoba. Hal ini harus dipertahankan bahkan
menyesuaikan perannya sebagai anak, yang sedang
harus
berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju
kepada anak remajanya tentang perilaku seksual
dewasa. Mereka menunjukkan perannya dengan
pranikah pada remaja, agar tidak merasakan
bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan
dampak
Erikson
dalam
Supartini
terhadap
seorang
ditingkatkan
dari
perilaku
remaja
dalam
pergaulan
seksual
dalam
memberi
bebas
pranikah.
tahap
perhatian
yang beredar
dikalangan remaja khususnya masalah seksualitas.
Serta diharapkan orangtua lebih bersifat terbuka
terhadap anaknya dalam masalah seksualitas,
sehingga anak tidak berpaling ke sumber lain dalam
mencari informasi tentang seksualitas. Selain itu
tenaga
kesehatan
dapat
berperan
dengan
memberikan Health Education maupun konseling
kesehatan kepada remaja mengenai perilaku seksual
pranikah pada remaja.
Daftar Pustaka
Aini. (2011). Hubungan Pemahaman Tingkat
Agama (Religiusitas) dengan Perilaku
Seks Bebas pada Remaja di SMAN 1
Bangsal Mojokerto. [Internet]. Bersumber
dari
:
<http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/ju
rper1-5-luth.pdf>. [Diakses tanggal 15 Mei
2014. Jam 10.00]
Ali, M. dan Mohammad Asrori. (2011). Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010.
Cetakan ke-14. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmoro, G. (2006). Sex Education For Kids.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang
telah dilakukan terhadap remaja Di STIKES Satria
Bhakti Nganjuk pada tanggal 25 – 27 Oktober
2015, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
tidak ada pengaruh sumber informasi terhadap
Astrida. (2011). Peran dan Fungsi Orang Tua
dalam
Mengembangkan
Kecerdasan
Emosional Anak. [Internet]. Bersumber
dari:
<http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/BA
NYUASIN/pfyl1341188835.pdf>.
[Diakses tanggal 25 Maret 2014. Jam
10.30].
perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Satria Bhakti Nganjuk, berdasarkan hasil uji analisa
Nawita,
Spearman rank’s dengan ρ = 0,356 > α = 0,05.
Tidak ada pengaruh pemahaman agama terhadap
perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES
Satria Bhakti Nganjuk berdasarkan hasil uji analisa
M.
(2013).
Bunda,
Seks
itu
Apa?Bagaimana Menjelaskan Seks pada
Anak. Bandung: Yrama Widya.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Cetakan ke-7.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Spearman rank’s dengan ρ = 0,184 > α = 0,05.
Sarwono, S.W. (2010). Pengantar Psikologi Umum.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tidak ada pengaruh peran orangtua remaja terhadap
perilaku seksual pranikah pada remaja Di STIKES
___________. (2013). Psikologi Remaja. Edisi
Revisi. Cetakan ke-16. Jakarta: Rajawali
Pers.
Satria Bhakti Nganjuk, berdasarkan hasil uji analisa
Setiadi.
(2007). Konsep & Penulisan
Keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu
Wawan,
A. dan Dewi. (2010). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Spearman rank’s dengan ρ = 0,857 > α = 0,05.
Riset
Download