(Pangan dan Non Pangan) di Pasar Modern

advertisement
Pola Perilaku Membeli Produk Kebutuhan Rumah Tangga
(Pangan dan Non Pangan) di Pasar Modern
Pada Konsumen Wanita Dewasa Tengah di Kota Karawang
Nisa Fahriani Hijrianti Lestari
([email protected])
ABSTRACT
Nowdays modern markets are providing an alternative shopping venue for consumers,
thus creating a specific pattern of consumers’ behavior. Therefore, researchers are focusing
their research on the buying pattern of middle adult women in modern market. This research
is using a qualitative approach with coding analysis method that involves four subjects. These
subjects are chosen through purposive sampling, which means that the four of them have an
experience of shopping in a modern market at least twice and reside in Karawang. The result
of this research shows that the fourth subjects have a different buying pattern in modern
market. They are also being influenced by various factors in their decision to buy things in
the modern market.
Keywords: buying behavior pattern, modern market, factor decision making
ABSTRAK
Pada saat ini keberadaan pasar modern semakin banyak sehingga memberikan alternative
tempat belanja bagi konsumen pada saat ini. Hal ini tentunya akan menciptakan pola perilaku
membeli yang khas bagi konsumen. Oleh karena itu peneliti memfokuskan penelitian pada
bentuk pola perilaku membeli konsumen wanita dewasa tengah di pasar modern. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis coding yang melibatkan
empat subjek. Keempat subjek dipilih melalui purposive sampling yaitu empat subjek
memiliki pengalaman belanja di pasar modern minimal dua kali dan berdomisili di kota
Karawang. Hasil penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa keempat subjek mempunyai
bentuk pola perilaku pembelian yang khas di pasar modern. Keempat subjek juga mendapat
pengaruh oleh berbagai faktor dalam pengambilan keputusan membeli di pasar modern.
Kata kunci : pola perilaku pembelian, pasar modern, faktor pengambilan keputusan
1
2
LATAR BELAKANG
Seiring dengan pertambahan penduduk dunia, maka dipastikan bahwa tingkat
konsumsi untuk produk pangan dan non pangan juga mengalami peningkatan. Begitu pula di
Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai 237,6 juta pada tahun 2010 Indoneia berada
di urutan keempat sesudah Cina, India, dan AS dengan tingkat konsumsi yang terus
meningkat (Rosalina, 2013). Menurut data statistk BPS pada tahun 2012, diketahui bahwa
tingkat pengeluaran rata-rata sebulan rumah tangga di Indonesia untuk pembelian produk
pangan dan non pangan menunjukkan adanya kenaikan yaitu pada tahun 2011 pengeluaran
rata untuk produk pangan sekitar 293.556 dan untuk produk non pangan sekitar 300.108.
Selama ini untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga baik itu produk pangan
dan non pangan, biasanya dijual di pasar tradisional. Pasar tradisional dapat diartikan
sebagai tempat atau wilayah yang mengelompokkan pedagang kecil yang menjual semua
makanan segar (daging, ikan, sayur, atau buah) ataupun khusus menjual satu makanan segar.
Namun, seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan gaya hidup masyarakat ke arah
liberal dan konsumtif, hadirlah pasar modern sebagai pengembangan dari pasar tradisional.
Pasar modern dianggap sebagai alternatif tempat membeli selain pasar tradisional bagi
konsumen yang menginginkan pelayanan yang lebih baik. Pasar modern merupakan tempat
penjualan barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari–hari), dimana
penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan (Pandin, 2009). Adapun wujud
nyata pasar modern antara lain supermarket, hypermarket, dan minimarket (Kekal, 2011).
Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis
pasar modern di Indonesia antara 10% – 15% per tahun mencapai 20.000 gerai.
Pertumbuhan gerai hypermarket rata-rata sebesar 30% per tahun, supermarket 7 % per tahun
dan mini market sekitar 15 % per tahun. Total omzet penjualan mencapai Rp 135 triliun
pada tahun 2012 dan diperkirakan pada tahun 2013 mencapai Rp 150 triliun (Malau, 2013).
Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hypermarket, kemudian disusul oleh
minimarket dan supermarket. Tidak hanya itu industri ini juga memberikan sumbangan yang
besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bagi negara dan juga menyerap tenaga kerja
dalam jumlah yang besar (Apipudin, 2013).
Fenomena pasar modern ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan juga
menjamur di kota - kota besar Indonesia hingga ke pelosok desa Pertumbuhan ini pada
dasarnya merupakan gambaran dari peningkatan standar hidup masyarakat. Kehadiran pasar
modern juga memanfaatkan pola belanja masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke
3
atas yang tidak mau berdesak-desakan di dalam pasar tradisional yang biasanya becek dan
tidak rapih. Perubahan pola belanja masyarakat kota dan desa itu tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga saja tetapi juga seedar jalan – jalan atau mencari hiburan
(Soliha, 2008).
Perubahan pola belanja atau membeli yang dilakukan oleh konsumen ini sebagai
akibat pesatnya pertumbuhan pasar modern merupakah hal yang menarik untuk dicermati
karena diperkirakan hal ini akan terus berlanjut di masa yang mendatang. Selain itu
pemahaman akan pola membeli konsumen akan membantu dalam menetapkan strategi
pemasaran dari pihak pasar modern secara tepat, dimana hal ini akan sanat berkaitan dengan
implementasi strategi secara keseluruhan (Utami, 2010).
Pola membeli konsumen dapat dilihat dari frekuensi belanja serta biaya yang
dikeluarkan oleh konsumen tersebut. Frekuensi rata-rata melakukan belanja dalam hal ini
dijelaskan dengan seberapa sering konsumen pergi ke pasar modern sedangkan biaya
pengeluaran rata-rata dalam belanja dalam hal ini diukur dengan menggunakan uang, berapa
banyak yang dihabiskan ketika melakukan belanja.(Kim & Srinivasan, 1999).
Pola membeli tidak hanya terlihat dari frekuensi membeli dan biaya rata- rata yang
dihabiskan ketika membeli, tetapi juga dari profil pribadi konsumen yaitu konsumen yang
sudah menikah dan belum menikah. Tentnuya konsumen yang sudah menikah dan konsumen
yang belum menikah akan mempunyai perbedaan waktu untuk membeli di pasar modern
Adanya pola membeli konsumen diharapkan juga menjelaskan faktor-faktor yang mendorong
konsumen mengunjungi pasar modern (Utami, 2010). Pentingnya untuk melihat pola perilaku
membeli konsumen agar pemasar dapat menentukan segmentasi pasar yang tepat untuk
pemasaran mereka.. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melihat dari sisi pola membeli
konsumen.
Kebiasaan untuk membeli di pasar modern umumnya dilakukan oleh konsumen
wanita. Konsumen wanita, melihat aktivitas belanja sebagai suatu kewajiban dan aktivitas
yang legal. Hal ini dikarenakan belanja dianggap sebagai salah satu bentuk kepedulian
wanita terhadap keluarganya dengan membelikan produk-produk yang dibutuhkan untuk
orang-orang terdekatnya dan juga hal ini akan membuatnya menjadi seorang wanita yang
utuh (Rasmussen, 2002). Selain itu wanita lebih senang untuk mengumpulkan informasi lalu
mengobservasi sebelum membeli, hal ini berbanding terbalik dengan pria (Garbarino &
Strahilevitz, 2004).
Adapun salah satu lokasi penelitian dilakukan di kota Karawang. Hal ini dikarenakan
kota Karawang saat ini sebagai daerah penyangga ibukota terus berkembang pesat seiring
4
dengan banyaknya kawasan industri dan perumahan yang mulai berkembang, Berdasarkan
pengamatan peneliti, hal ini menarik minat para pengusaha untuk mendirikan berbagai pasar
modern di Karawang sebut saja seperti Carrefour, Giant, Hypermart, dan Ramayana untuk
mendirikan pasar modern di sana. Tidak hanya itu, minimarket seperti Alfamart dan
Indomaret juga banyak tersebar di Karawang hingga ke pelosok desanya. (observasi peneliti,
7 Januari, 2013).
Melihat peluang itu, bahkan Carrefour Karawang berencana untuk menmperluas area
penjualan menjadi 4.442 meter dari sebelumnya 3.370 meter; menambah jumlah kasir;
memperbesar area parkir kendaraan roda empat dan roda dua. Selain itu, peritel modern ini
juga melakukan peningkatan kualitas pelayanan dengan menawarkan berbagai produk segar
unggulan, produk perlengkapan rumah tangga, mainan, dan sepeda yang lebih lengkap
(Andriani, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti bermaksud ingin mengetahui pola
perilaku membeli dan apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan membeli
konsumen wanita.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Perilaku Membeli
Menurut Chaplin (2009) pola perilaku adalah merupakan tingkah laku yang kompleks
dan tersusun atas komponen-komponen individual yang jelas dan nyata dan terorganisasi
dalam satu kesatuan. Misalnya individu yang naik sepeda merupakan satu contoh pola
tingkah laku yang kompleks, tersusun atas kegiatan menaiki, mengayuh pedal,
mengemudikan setir, dan mengerem.
Jika dikaitkan dengan bidang pemasaran, maka pola perilaku pembelian adalah perilaku
berulang yang kompleks dan tersusun atas komponen-komponen yang jelas dan nyata dan
terorganisir yang dilakukan oleh konsumen dalam membeli produk. Kebiasaan konsumen
dalam membeli produk di suatu tempat perlu diketahui untuk mempermudah pemasar dalam
menetapkan strategi pemasaran.
Menurut Utami (2010) terdapat beberapa pola komsumsi (membeli) konsumen dalam
memenuhi kebutuhannya yaitu sebagai berikut :
1. Frekuensi shopping konsumen. Artinya konsumen dalam berbelanja didasarkan atas
kebutuhan. Biasanya untuk kebutuhan bulanan konsumen akan berbelanja di
hypermarket atau supermarket. Kebutuhan mingguan belanja akan dilakukan di
5
supermarket sedangkan kebutuhan sehari – hari ataupun kebutuhan mendesak,
konsumen akan membeli di toko yang berlokasi dekat dengan rumah tinggalnya.
2. Profil pribadi konsumen. Konsumen yang sudah berkeluarga akan lebih memilih
untuk berbelanja pada akhir minggu disaat mereka memiliki waktu luang bersama
keluarganya. Konsumen yang belum menikah bisa berbelanja sewaktu-waktu saat
mereka memiliki waktu luang.
Selain itu menurut Kim & Srinivasan, (1999), variabel pola perilaku pembelian juga
diidentifikasikan menjadi dua variabel yaitu :
1) Biaya pengeluaran rata-rata dalam belanja : dalam hal ini diukur dengan
menggunakan uang, berapa banyak yang dihabiskan ketika melakukan belanja.
2) Frekuensi rata-rata melakukan belanja :dalam hal ini dijelaskan dengan seberapa
sering konsumen pergi ke ritel modern.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2004) faktor–faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
membeli konsumen adalah sebagai berikut :
1. Faktor Budaya
Budaya merupakan unsur yang sangat penting bagi perilaku pembelian karena
buadaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Budaya
adalah faktor mendasar dalam pembentukan norma – norma yang dimiliki seseorang
yang kemudian membentuk atau mendorong perilakunya menjadi seorang konsumen.
Faktor budaya terdiri dari stratifikasi sosial dan kelas sosial. Kelas sosial adalah
pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang terusun secara
hierarkis dan anggotanya meganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok
acuan,, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan seseorang terdiri dari
semua kelompok yang memilliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
sikap atau perilaku seseorang dinamakan kelompok keanggotaan.
Kelompok anggota primer terdiri dari keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja
yang berinteraksi secara langsung sedangkan kelompok sekunder seperti kelompok
keagamaan atau professional yang cenderung lebih formal. Keluarga yang merupakan
6
kelompok primer utama berpengaruh pada orientasi pembelian yang dilakukan oleh
konsumen.
Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, nantinya
peran akan menghasilkan status bagi individu. Individu tersebut akhirnya akan
menggunakan produk yang dapat merepresentasikan peran dan status mereka di
masyarakat.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik
tersebut meliputi usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup serta konsep diri pembeli. Berikut ini penjelasannya :
a) Usia dan Tahap siklus hidup
Individu akan membeli produk yang berbeda sepanjang hidupnya. Selera orang
terhadap pakaian, makanan, perabot, pakaian, juga berhubungan dengan usia.
Konsumen juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga. Tahap siklus hidup
keluarga bersama dengan situasi keuangan dan minat produk yang berbeda-beda
untuk masing-masing keluarga.
b) Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi
Pekerjaan akan mempengaruhi pola komsumsinya. Individu dengan pekerjaan yang
sudah mapan akan membeli produk sesuai dengan kemampuannya. Pilihan produk
juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi individu seperti penghasilan yang
dapat dibelikan, (level, kestabilan, pola waktu), tabungan, dan aktiva, utang,
kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap belanja.
c) Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari individu
yang berinteraksi dengan lingkungannya.
C. Jenis Jenis Pasar Modern
Aktivitas usaha pasar modern secara umum adalah sebagai tempat untuk menjual
berbagai macam produk yang diperlukan konsumen baik itu digunakan untuk keperluan
pribadi atau keperluan bisnis (dijual kembali). Usaha seperti ini biasa disebut dengan ritel.
Ritel berasal dari bahasa Prancis ritellier yang berarti memecah atau memotong sesuatu.
Ritel dapat didefinisikan sebagai salah satu perangkat aktifitas bisnis yang melakukan
penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan untuk konsumen dalam
7
penggunaan ataupun komsumsi perseorangan maupun keluarga. Menurut Utamin (2010),
dengan memahami unsur – unsur yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
konsumen dengan unsur jenis barang dagangan yang dijual serta perbedaan dan
banyaknya barang yang dijual, maka dapat dibedakan menjadi :
1. Supermarket Konvensional
Supermarket konvensional (conventional supermarket) yaitu melayani penjualan
makanan, daging, serta produk–produk makanan lainnya, serta melakukan pembatasan
penjualan terhadap produk nonmakanan seperti produk kesehatan, kecantikan, dan
produk–produk umum lainnya. Supermarket konvensional yang lebih luas meliputi
layanan antar, menjual roti dan kue-kue (bakery), makanan laut (seafood) dan bagian
makanan lainnya yang disebut sebagai superstores.
2. Big-box retailer
Pada 25 tahun berikutnya, supermarket ulai berkembang dengan semakin memperluas
ukuran dan mulai menjual produk luar negeri yang bervariasi. Pada format big box
retailer terdapat beberapa jenis supermarket yaitu supercenter, hypermarket, dan
warehouse.
a) Supercenter
Supermarket yang mempunyai luas lantai 150.000-22.000 meter persegi dengan
memiliki variasi produk yang dijual, untuk makanan 30%-40% dan produk non
makanan 60%-70%. Supermarket jenis ini termasuk supermarket yang tumbuh
dengan cepat. Persediaan atau stok yang dimiliki sekitar 100.000-150.000 item
Supermarket jenis ini memiliki kelebihan sebagai one stop shopping sehingga banyak
pengunjung yang datang dari tempat jauh.
b) Hypermarket
Supermarket yang memiliki luas antara 100.000-300.000 meter persegi dengan
kombinasi produk makanan 60%-70% dan produk-produk umum 30-40%.
Hypermarket merupakan salah satu betnuk supermarket yang memiliki persediaan
lebih sedikit dibanding supercenter, yaitu lebih dari 25.000 item yang meliputi produk
makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furniture, perlengkapan rumah
tangga, computer, elektronik, dan sebagainya.
c) Warehouse
Merupakan ritel yang menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan produkproduk umum dengan layanan yang minim pada tingkat harga yang rendah terhadap
8
konsumen akhir dan bisnis kecil. Ukurannya antara lebihdari 13.000 meter persegi
dan lokasinya biasanya di luar kota. Pada jenis ritel ini, interior yang digunakan lebih
sederhana. Produk yang dijual meliputi makanan dan produk umum biasa lainnya.
3. Toko kebutuhan sehari – hari
Convenience store memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas. Luas lantai ritel
jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi dan bisanya didefinisikan sebagai
pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dari berbagai produk kebutuhan
sehari-hari yang perpurannya relative tinggi. Convenience store ditujukan kepada
konsumen
yang
membutuhkanpembelian
dengan
cepat
tanpa
harus
mengeluarkanupaya yang besar dalam mencariproduk-produk yang diinginkannya.
Peroduk-produk yang dijual biasanya ditertpakan dengan harga yang lebih tinggi
daripada di supermarket.
4. General merchandise retail
Jenis ini meliputi toko diskon, toko khusus, toko kategori, department stores, off
prices, dan value retailing. Berikut penjelasannya :
a) Toko Diskon
Merupakan jenis ritel yang menjual sejumlah besar variasi produk, dengan
menggunakan layanan terbatas, dan harga yang murah. Toko diskon menjual produk
dengan label atau merek milik toko tersebut (private labels) dan merek – merek
nasional. Tetapi merek tersebut tidak berorientasi pada produk fashion dibandingkan
dengan merek – merek barang dagangan yang dijual pada department store.
b) Toko Khusus
Merupakan toko yang berkosentrasi pada sejumlah kategori produk -produk
komplementer terbatas dan memiliki layanan tinggi denganluas lantai toko sekitar
8.000 meter persegi. Sebuah toko khusus tidak hanya merupakan jenis toko namun
juga merupakan metode operasi ritel yang mengkhususkan diri pada jenis barang
tertentu misalnya permata, pakaian anak – anak, produk olahraga, produk
perlengakapan bayi.
c) Toko kategori
Merupakan toko diskon yang memiliki variasi produk yang dijual lebih sempit atau
khusus tetapi memiliki macam produk yang lebih banyak. Ini merupakan salah satu
jenis toko khusus yang paling dasar.
9
d) Department Store
Merupakan jenis ritel yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai macam
produk dengan menggunakan beberapa staf, seperti layanan pelanggan (customer
service), dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing –
masing bagian pada suatu area belanja. yang diperlakukan sebagai pusat
pembelian.terpisah dengan segala aktivitas promosi, pelayanan, dan pengawasan
terpisah pula.
e) Off price retailing
Menyediakan berbagai macam produk dengan berbagai macam merek berganti –
ganti dan lebh ke orientasi fashion dengan tingkat harga produk yang lebih murah.
Biasanya menjual merek dan label produk dengan harga yang lebih rendah dari
umumnya.
f) Value retailing
Merupakan toko diskon yang menjual sejumlah besar jenis produk dengna tingkat
harga rendah. Biasanya berada di daerah-daerah padat penduduk.
METODE
Partisipan dan Metode Penelitian
Penelitian ini melibatkan keempat subjek ini dengan pemilihan subjek menggunakan
teknik purposive sampling, yakni dengan karateristik sebagai berikut subjek berjenis kelamin
wanita, usia subjek sudah memasuki tahapan dewasa tengah yaitu berkisar antara 35 sampai
memasuki awal 60 tahun, subjek berdomisili di Karawang dan pernah melakukan pmbelian di
pasar modern minimal dua kali. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metodologi fenomenologi. Menurut Giorgi (Smith, 2009) penelitian fenomenologi
bertujuan untuk mengklarifikasi situasi yang dialami dalam kehidupan seseorang sehari-hari..
Tekinik analisis data yang digunakan adalah teknik coding data, yang terdiri dari open
coding, axial coding, dan selective coding.
Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian
Adapun teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara semi
terstruktur, observasi non partisipan, dan dokumentasi. Oleh karena itu dalam penelitian,
peneliti menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer pada
penelitian ini berasal dari konsumen wanita dewasa tengah yang usianya sudah memasuki
tahapan dewasa tengah yaitu berkisar antara 35 sampai memasuki awal 60 tahun, subjek
10
berdomisili di Karawang dan pernah melakukan pmbelian di pasar modern minimal dua kali.
sedangkan data sekunder pada penelitian ini berasal dari orang terdekat subjek seperti teman
atau keluarganya yang mengetahui kebiasaan subjek belanja di pasar modern disertai dengan
beberapa dokumentasi.
Pada penelitian ini prosedur penelitian bermula dari penyusunan guide line interview
yang kemudian guide interview tersebut menjadi acuan peneliti ketika melakukan wawancara
ke subjek dengan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu dilakukan juga
observasi non partisipan dan beberapa dokumentasi. Kemudian keseluruhan data itu
dianalisis menggunakan teknik coding dan pengujian keabsahan data, peneliti menggunakan
uji kredibilitas dan uji confirmability untuk lebih meyakinkan bahwa data yang di dapat
merupakan kondisi sebenarnya.
HASIL
Tabel 1. Data Subjek
No
1
2
3
Identitoas Subjek
Nama Inisial
Umur
Status Pernikahan
4
5
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Subjek 1
RN
47 tahun
Belum
menikah
S2
Dokter
Subjek 2
NY
35 tahun
Belum
menikah
SMA
Pramuniaga
Subjek 3
NK
44 tahun
menikah
Subjek 4
LB
35 tahun
menikah
S1
Guru SMP
SD
Ibu
rumah
tangga
Berikut penjelasan dari tabel di atas disertai dengan tambahan data yang lain sebagai
berikut :
1. Subjek RN
Subjek pertama (RN) yaitu seorang wanita berusia 47 tahun yang belum menikah dan
tinggal bersama adiknya dan asisten rumah tangga. Kegiatan sehari – hari RN disibukkan
dengan bekerja sebagai dokter. Produk yang dibeli oleh subjek RN adalah berbagai macam
produk kebutuhan rumah tangga seperti sabun mandi, shampo, pasta gigi, terkadang juga
sayur-mayur dan buah-buahan, bahkan kasur tidur. Untuk belanja bulanan ia memilih
Carrefour sedangkan Alfa Mart dipilihnya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Selama
proses wawancara dan observasi, RN dapat menjelaskan secara detail mengenai pola perilaku
membeli yang ia lakukan.. RN nampak santai dan seringkali tertawa ketika menjawab
pertanyaan.
2. Subjek NY
Subjek kedua (NY) yaitu seorang wanita berusia 35 tahun yang belum menikah dan
tinggal bersama orangtuanya. Kegiatan sehari – hari NY disibukkan dengan bekerja sebagai
11
pramuniaga di salah satu pusat perbelanjaan. Produk yang dibeli oleh subjek NY adalah
kebutuhan pribadinya seperti sabun mandi, pasat gigi, deterjen hingga pakaian atau kosmetik.
Pasar modern yang dipilih subjek NY alah Alfamart untuk belanja karena lokasi yang dekat
dengan rumahnya. Selama proses wawancara dan observasi NY cukup menjelaskan secara
rinci mengenai pola perilaku pembelian. yang ia lakukan. Namun, subjek NY tampak kurang
fokus selama wawancara, terkadang ia memainkan telepon genggam miliknya atau
mengobrol dengan ibunya. Ia juga tidak
3. Subjek NK
Subjek ketiga (NK) yaitu serorang wanita berusia 44 tahun ynng sudah menikah dan
tinggal bersama dengan suami dan anak – anaknya. Kegiatan sehari – hari NK disibukkan
dengan bekerja sebagai guru sekolah SMP. Produk yang dibeli oleh NK di pasar modern
disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangganya. Untuk produk kebutuhan rumah tangga non
pangan seperti detergen, pasta gigi, sabun mandi sedangkan kebutuhan rumah tangga pangan
seperti sayur, bumbu, lauk-pauk ia akan beli di pasar tradisional dan tukang sayur yang lewat
depan rumahnya. Selama proses wawancara dan observasi, subjek NK fokus menjawab
pertanyaan. Selain itu NK juga terlihat seringkali tersenyum dan tertawa selama menjawab
pertanyaan.
4. Subjek LB
Subjek keempat (LB) yaitu seorang wanita berusia 35 tahun yang sudah menikah dan
tinggal bersama suami dan anak – anaknya. Kegiatan sehari – hari LB disibukkan dengan
mengurus anak dan suami. Produk yang dibeli oleh LB biasanya untuk kebutuhan produk
rumah tangga seperti minyak goreng, sabun mandi, minyak goreng khusunya untuk anak –
anak seperti susu formula, popok bayi, kebutuhan bayi, makanan ringan untuk anak –
anaknya. Selama proses wawancara dan observasi, LB tampak tidak fokus dalam menjawab
pertanyaan. Subjek LB seringkali bertanya ulang mengenai pertanyaan dan meminta ijin ke
dapur untuk melihat masakannya. Berikut ini penjabaran pola perilaku membeli dan faktor
yang
mempengaruhi
memahaminya :
pengambilan
keptusan
membeli
guna
mempermudah
untuk
12
Tabel 2. Pola Perilaku Membeli Keempat Subjek
Aspek
Subjek RN
Subjek NY
Pola Perilaku
1. Tujuan
RN akan belanja NY menjadikan
Belanja
di pasar modern aktivitas belanja
sebagai salah
di pasar modern
bentuk kegiatan
sebagais sarana
untukmemenuhi untuk
kebutuhan
menyenangkan
produk ruamh
dirinya sendiri
tangga pangan
dengan kegiatan
dan non panga.
window
RN juga
shopping di
menjadikan
pasar modern
belanja sebagai
sarana untuk
bersosiaslisasi
dengan teman
kerjanya di
kantor
2.Cara
Pembayaran
RN membayar
belanja di pasar
modern dengan
menggunakan
uang tunai
karena tidak mau
berhutang
kepada bank
NK membayar
belanja di pasar
modern juga
menggunakan
uang tunai
karena NK tidak
mempunyai
tabungna di
bank.
Sebelumnya NK
mempunyai
tabungan di
bank tapi karena
berbagai
potongan
akhirnya dia
menutup
tabungannya
Subjek NK
Subjek LB
NK biasanya
akan mengajak
suami dan anak –
anaknya untuk
belanja bersama.
Selain untuk
menemani NK
belanja, ia
menggunakan
belanja di pasar
modern sebagai
kegiatan jalan –
jalan keluarga
LB sebagai ibu
rumah tangga
ternyata juga
menjadikan
belanja di pasar
modern sebagai
salah bentuk
sarana jalan –
jalan untuk
keluarganya. Ia
dapat mengajak
anak – anaknya
untuk berjalan –
jalan dan
membelikan
makanan
kesukaan anak
– anaknya
NY
menggunakan
uang tunai untuk
pembayran di
pasar modern.
NY sebelumnya
mempunyai kartu
kredit, namun
karena takut
tidak dapat
mengontrol
pemakaian
akhirnya NY
tidak
mengguankan
kartu kredit lagi
LB
menggunakan
uang tunai
untuk
pembayaran
belanja di pasar
modern. LB
tidak
mempunyai
kartu kredit
karena kondisi
ekonominya
yang sederhana
13
Aspek
Pola Perilaku
3.Produk yang
dibeli
4.Frekuensi
Belanja
Subjek RN
Subjek NY
Subjek NK
Subjek
RN
membeli
produk
kebutuhan
pangan seperti
mie
instant,
snack, ataupun
minuman.
Subjek NY
membeli produk
yang bukan
kebutuhan sehari
– hari. NY
membeli produk
baju, sepatu,
sabun, pasta gigi,
kosmetik, dan
lain – lain
Subjek NK
membeli produk
kebutuhan rumah
tangga untuk
sebulan. NK
biasa membeli
sabun, pasta gigi,
detergen, susu
anak – anak.
pembersih lantai,
dan lain – lain.
Frekuensi
subjek RN
sekitar tiga kali
dalam sebulan
karena subjek
belanja ke
pasar modern
seperti
Carrefourr
untuk
pembelian
bulanan namun
untuk
kebutuhan
sehari yang
lebih
mendesak
subjek RN
akan memilih
belanja di
Alfamart dan
Indomaret
karena
lokasinya yang
mudah
dijangkau
Subjek NY di
pasar modern,
untuk pembelian
selama sebulan
sekitar dua kali
dalam sebulan.
Subjek NY
melakukan
pembelian ke
pasar modern
seperti Alfamart
dan Indomaret
untuk belanja
kebutuhan rumah
tangga non
pangan
khususnya
kebutuhan
pribadi untuk
dirinya seperti
kosmetik
Frekuensi
pembelian subjek
NK ke pasar
modern sekitar
dua sampai tiga
kali karena
subjek membeli
kebutuhan rumah
tangga sesuai
dengan
kebutuhan yang
dibutuhkan.
Subjek NK
biasnaya akan
melakukan
belanja bulanan
ke pasar modern
seperti Carrefour
Subjek LB
Subjek LB
membeli
produk pangan
dan non
pangan seperti
peralatan
rumah tangga,
snack untuk
anak –
anaknya
sampai
peralatan
rumah tangga
Frekuensi
membeli
subjek LB ke
pasar modern
hanya sekali
dalam sebulan.
14
Aspek
Pola Perilaku
5.Pengeluaran
biaya rata –rata
belanja
Subjek RN
Subjek NY
Subjek NK
Subjek LB
Adapun pada
subjek RN
diketahui bahwa
untuk sekali
pembelian
bulanan di pasar
modern ia akan
menghabiskan
sekitar Rp
300.000 – Rp
500.000 sesuai
dengan
kebutuhan
rumah tangga
pangan dan non
pangan yang ia
butuhkan saat
itu
subjek NY
hanya
menghabiskan
biaya sekitr Rp
200.000 – Rp
400.000 untuk
sekali
pembelian di
pasar modern
dengan
memakai uang
tunai
subjek NK, ia
akan
menghabiska
biaya sekitar Rp
100.000 – Rp
200.000 untuk
sekali pembelian
di pasar modern
dengan
pembelian yang
terfokus pada
kebutuhan rumah
tangga non
pangan seperti
pembersih lantai
biaya rata –rata
yang dihabiskan
subjek LB
untuk
pembeliandi
pasar modern
sekitar Rp
150.000 – Rp
300.000 untuk
kebutuhan
rumah tangga
pangan dan non
pangan
6.Perencanaan
waktu belanja
RN
merencankan
waktu belanja
setelah ia
pulang kerja.
NK merencakan
waktu belanja
bersama dengan
keluarganya di
akhir pekan
sekalian jalanjalan
7.Sumber
Keuangan
RN
menggunakan
uang gaji
miliknya untuk
belanja di pasar
modern
NY merencakan
waktu belanja
ketika ia
menginginkan
untuk belanja ke
sana atau ketika
NY memunyai
kelebihan uang
NY
menggunakan
uang gaji hasil
bekerja untuk
belanja di pasar
modern
LB
merencanakan
waktu belanja
ketika
suaminya
sudah
mendapat gaji.
)
LB
menggunakan
uang gaji milik
suami untuk
belanja di pasar
modern.
NK
menggunakan
uang gaji milik
suaminya dan
tidak mau
menggunakan
uang gaji
miliknya sendiri
untuk belanja di
pasar modern
15
Aspek
Pola Perilaku
8.Mengevaluas
i harga produk
yang dibeli
Subjek RN
Subjek NY
Subjek NK
Subjek LB
-
-
Subjek NK
mengumpullkan
struk belnja dari
berbagai pasar
modern yang
telah ia kunjuni
lalu
membandingkan
harganya untuk
mengetahui pasar
modern yang
menjual paling
murah
Berikut
pernyataan
subjek NK yaitu
-
9.Mencari
informasi
mengemasi
produk yang
diskon di pasar
modern
Subjek RN
jarang
melakukan
pencarian
informasi untuk
kebutuhan
rumah tangga
pangan.
Biasanya RN
akan mencari
informasi untuk
kebutuhan
pribadinya
seperti
kosmetik dan
baju.
RN biasnya
belanja sendiri.
Kadang –
kadang RN
akan belanja
ditemani oleh
adiknya jika
sudah janjian
sebelumnya.
RN juga akan
belanja
bersama teman
– temannya
letika ada
kesempatan
Subjek NY
mencari
informasi
dengan melihat
dari brosur
produk diskon
di minimarket
dengan
hypermarket .
NK belanja
ditemani suami
dan anakanaknya. Namun
terkadang NK
juga belanja
sendiri jika
membeli di pasar
modern dekat
rumahnya.
LB belanja
ditemani oleh
suami dan anak
– anaknya.
10. Orang
yang
menemani
belanja
NY belanja
sendiri ke pasar
modern. NY
akan pergi
bersama teman
–temannya jika
membeli produk
tertentu seperti
pakaian
16
Tabel 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen
Faktor yang
Subjek RN
Subjek NY
Subjek NK
Subjek LB
mempengaruhi
pola perilaku
pembelian
1. Faktor
Pekerjaan
Penghasilan
Pekerjaan subjek
LB yang tidak
Pekerjaan
subjek RN
subjek NY
NK dengan
bekerja dan hanya
dan
yang sudah
yang sedikit
penghasilan yang
mengandalkan
Keadaan
mapan dengan
mempengaruh
memadai
gaji suaminya,
Ekonomi
penghasilan
i subjek untuk
membuat subjek
mempengaruhiny
yang tinggi
lebih memilih
tetap
a untuk untuk
membuat
– milih
mempertimbagka
lebih selektif
subjek tidak
membeli
n harga yang
dalam membeli di
mengaggap
kebutuhan
murah ketika
pasar modern.
bahwa harga
pribadi di
belanja di pasar
Subjek LB
yang mahal di
pasar modern.
modern. Menrurt
membatasi diri
pasar modern
Selain itu,
subjek NK, ia
untuk belanja ke
adalah hal
faktor
tidak memilih –
pasar modern
yang
keadaan
milih tempat
agar menghemat
memberatkan.
ekonomi
belanja, yang
uang yang
Menurut
membuat
penting bagi
dimilikinya Selain
subjek RN,
subjek NY
subjek adalah
itu, ia juga akan
harga yang
akan belanja
harga yang
belanja ke pasar
mahal
ke pasar
murah.
modern ketika
sebanding
modern saat ia
ada diskon besar
dengan
mendapat gaji
– besaran.
kenyamanan
untuk
dan kualitas
membeli
yang ia dapat.
kebutuhan
pribadinya
misalkan
pakaian.
2. Faktor Gaya
Hidup
Subjek RN
merasa bahwa
belanja di pasar
modern
merupakan
gaya hidup
yang umum
pada saat ini.
Selain itu,
belanja di pasar
modern terlihat
lebih bergengsi
ibandingkan
dengna belanja
di tempat lain
dan juga
-
Subjek NK,
belanja di pasar
modern adalah
hal yang wajar.
Belanja di pasar
modern ataupun
di tempat lain
adalah hal yang
umum yang
dilakukan oleh
wanita. Subjek
NK merasa
bahwa sebagai
seorang wanita
adalah suatu
kewajiban
17
Faktor yang
mempengaruhi
pola perilaku
pembelian
3. Faktor
Demografi
(Menikah
dan belum
Menikah)
4. Faktor Sosial
Subjek RN
belanja di pasar
modern lebih
praktis serta tidak
merepotkan
dirinya.
RN yang belum
menikah
membuatnya
membeli produk
kebutuhan pribadi
yang biasanya
dijual di pasar
modern. RN yang
masih tinggal
bersama dengan
adiknya juga
sering membagi
jadwal belanja ke
pasar modern
Pada subjek RN,
ia terpengaruh
untuk membeli di
pasar modern
karena adanya
referensi grup
dari lingkungan
sosialnya
terutama teman
kerja subjek.
Namun, untuk
pembelian produk
rumah tangga, ia
tidak terpengaruh
oleh temannya
karena ia
mempunyai daftar
tersendiri untuk
kebutuhan rumah
tangga yang ia
perlukan.
Subjek NY
Subjek NK
Subjek LB
baginya untuk
memenutuhi
kebutuhan
keluarga.
Status NY
yang belum
menikah
membuatnya
lehih leluasa
untuk membeli
kebutuhan
pribadinya
dengan jadwal
belanja yang
tidak
ditentukan.
NK yang sudah
berkeluarga
membuatnya
mempertimbangka
n waktu luang
untuk belanja
bersama di pasar
modern dan ia
juga lebih memilih
produk kebutuhan
rumah tangga yang
dapat diperlukan
untuk keluarganya
dan
-
Pada subjek NK,
ia tidak
terpengaruh untuk
membeli ke pasar
modern baik itu
dari lingkungan
dari teman kerja
dan lingkungan
tetangga sekitar
rumahnya. Subjek
NK terpengaruh
dari kelompok
primer yaitu
suami dan anak –
anaknya.
Menurutnya
dengan belanja ke
pasar modern, ia
dapat pergi
bersama dengan
keluarganya.
LB dengan
statusnya yang
sudah menikah
membuatnya
menjadi lebih
banyak belanja di
pasar modern
karena banyaknya
kebutuhan anak
dan suami yang
harus dipenuhi.
18
DISKUSI
Diskusi utama dari tema penelitian ini adalah mengenai pola perilaku belanja konsumen
wanita dewasa tengah di pasar modern. dan faktor yang mempengaruhinya. Setiap subjek
dapat menampilakan pola perilaku membeli yang belum tentu ditampakkan oleh subjek yang
lain begitu pula dengan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Pada penelitian
terdahulu bertujuan untuk mengetahui gambaran pola perilaku konsumen dalam
mengkomsumsi produk dan jasa di Yogyakarta. Hasilnya diketahuin alokasi menurut
kelompok produk menunjukkan konsumsi terbesar berturut-turut untuk kelompok bahan
makanan, pendidikan, makanan jadi, perumahan dan sandang. Alokasi konsumsi menurut
jenis produk menunjukkan 70,19% konsumsi digunakan untuk produk habis pakai, dan
dilihat dari lokasi konsumsi terbesar dilakukan di supermarket, hypermarket dan terkecil di
pasar tradisional (Marpaung, 2006), sedangkan pada penelitian ini ingin mengetahui secara
spesifik mengenai bentuk pola perilaku membeli pada lingkup yang lebih kecil yaitu
konsumen wanita yang dengan latar demografi yang berbeda dan mendapatkan hasil bahwa
mereka menampilkan pola perilaku membeli yang tidak sama dan faktor yang
mempengaruhinya pun berbeda untuk setiap subjek walau dihadapkan dengan situasi yang
sama yaitu belanja di pasar modern.
Keunggulan penelitian ini dari penelitan sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif untuk memperjelaskan secara rinci mengenai pola perilaku
membeli konsumen yang dilakukan di pasar modern dapat menjelaskan faktor – faktor yang
mempengaruhi keputusan membeli subjek
Namun penelitian ini juga mempunyai beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan
lebih lanjut untuk penelitian selanjutnya. Pertama kekurangan dari penelitian ini adalah
kurang luasnya cakupan subjek dalam penelitian ini. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
tidak hanya pada konsumen wanita dewasa yang tengah tetapi juga pada konsumen pria yang
belanja di pasar modern untuk pembelian produk yang lebih luas dengan spesifikasi yang
lebih rinci lagi seperti kepribadian, motivasi, ataupun persepi mereka. Kedua,
mengembangkan dan memperjelas lagi teori perilaku membeli untuk mengetahui secara rinci
dan jelas bagaimana pola perilaku membeli itu terbentuk. Ketiga, tempat untuk penelitan
untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan di pasar tradisional untuk mengetahui perbedaan pola
perilaku membeli di pasar modern.
19
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Dewi. (2013). Artikel Inilah Konsep Wajah Baru Carrefour di Karawang. Diunduh
di http:/www. bisnis.com. Diunduh pada tanggal 21 Februari (2014).
Apipudin. (2013).Brand Switching Analysis dalam Industri Ritel Modern. (Diunduh di
website http:/www. marketing.co.id. Diunduh pada tanggal 3 Maret (2014).
Badan Pusat Statistik. (2012). Perkembanga Beberapan Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia (Diunduh di http://www.bps.go.id/aboutus.php?booklet=1) Diunduh pada
tanggal 15 April (2013).
Garbarino, Ellen & Strahilevitz Michal. (2004). Gender Differerences in The Perceived Risk
of Buying Online and The Effects of Receiving A Site Recommendation. Journal of
Business Research 57 (2004) 768 -775.
Chaplin, J.P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi (diterjemahkan Kartini Kartono). Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika
Kotler, Philip. (2004). Manajemen Pemasaran:Edisi Milenium. Jakarta: Penerbit Indeks
Kim Byung Do., Kannan Srinivasan., & Ronald Wilcox. (1999). Identifying Price Sensitive
Consumers: The Relative Merits of Demographic vs Purchase Pattern Information.
Journal of Retailing. Vol 75 (2) New York University.
Kekal Yayasan Indonesia. (2011). Peningkatan Kapasitas Pedagang Pasar Tradisional
Ditengah Maraknya Persaingan dengan Pasar Modern. (Diunduh di:
http://www.kekal-indonesia.org/index.php?option=com).Diunduh pada tanggal 25
Mei (2012).
Marpaung, Harum Murah. (2006). Pola Komsumsi Masyarakat: Profil Perilaku Beli
Konsumen D.I Yogyakarta. Fenomena: Vol 4 No 2. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia. Diunduh di http://data.dppm.uii.ac.id/uploads/f040208.pdf Diakses pada
tanggal 15 Maret (2013).
Malau, Sri Handriyatno. (2013). Artikel Pertumbuhan Toko Modern Hingga 2015 Mencapai
5 Persen. (Diunduh di website di Warta.com) Diunduh pada tanggal 13 Maret (2014).
Pandin, Martin. (2009). The Portrait of Retail Business in Indonesaia Modern Market.
(Diunduh di www.bni.co.id/portals/document/2009/marchrital%20business.pdf).
diunduh pada tanggal 15 Mei 2013
Rasmussen, Niels Bottger., et.al. (2002). New Dimensions in Consumptio-Perspective on
Situasional Compsution. Copenhagen:Institute for Future Studies. (Diunduh di http://
www. cifs.dk). (Diunduh pada tanggal 4 Maret 2012).
Smith, Jonathan. (2009). Psikologi Kualitatif Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
20
Soliha, Euis. (2008). Analisis Industri Ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen Hal
128 - 142 Vol 15 No 2.
Utami, Christhina Whidya. (2010). Manajemen Ritel :Strategi dan Implementasi Operasional
Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Download