Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae (Palem-Paleman) Oleh Masyarakat Dayak Randu' Di Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi 1 Santi Nuryanti1, Riza Linda1, Irwan Lovadi1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email: [email protected] Abstract Several Arecaceae plant are widely used by the local resident in Batu Buil village, especially coconuts, sugar palms, areca nuts, nipah, oil palms and sago. The aims of this study were to determine the species of each Arecaceae plant, their useful parts and how were they used by Dayak Randu’ tribe in Batu Buil village. This study was conducted from December 2013 until February 2014. Data were gathered by interviewing the respondents using the snowball method. Arecaceae were used by Dayak Randu’ tribe in different ways, such as plaited, shredded, dried and boiled. Leaves, stems, fruits and flowers were frequently used, while roots and seeds were rarely used. Result showed that there were 7 species of Arecaceae which commonly used as food source, traditional medicine, building materials, handicrafts, and others. Keywords : Arecaceae plants, Dayak Randu’ communities, Batu Buil Village PENDAHULUAN Keanekaragaman hayati di Indonesia yang tinggi merupakan peluang dalam mengembangkan penelitian etnobotani. Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan dalam etnobotani adalah palem yang termasuk dalam suku Arecaceae yang banyak tumbuh subur di kawasan tropis (Walujo, 1999). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di daerah Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi, masyarakat setempat sudah lama memanfaatkan jenis tanaman Arecaceae (palem-paleman) dalam kehidupan sehari-hari, contohnya sebagai sumber makanan, minuman, dan tanaman obat. Masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi memanfaatkan tumbuhan Arecaceae dalam kehidupan sehari-hari, Namun sebagian kecil masyarakat masih melestarikan tradisi tersebut. Keberadaan tumbuhan Arecaceae sedikit demi sedikit mulai terabaikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan dan jenis tumbuhan Arecaceae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan, bagian organ dan cara pemanfaatan tumbuhan Arecaceae oleh masyarakat suku Dayak Randu di Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan dari bulan Desember 2013 hingga Pebruari 2014, yang terdiri dari tahap penentuan dan wawancara responden, identifikasi tumbuhan dan pengolahan data. Penelitian dilakukan di Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi dan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Batu Buil terletak di Kecamatan Belimbing dengan luas wilayah 1.062,10 km. Desa Batu Buil dibagi lima Dusun yaitu Dusun Langan, Dusun Tiong Keranji, Dusun Batu Nanta,Dusun Pemuar dan Dusun Batu Ampar. Lima Dusun tersebut dibagi lagi menjadi 10 RT dengan jumlah penduduk yang terdiri dari 4.930 jiwa. 128 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 Gambar 1. Peta lokasi Penelitian di Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, buku identifikasi, GPS, kamera digital untuk dokumentasi. Objek penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan Arecaceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu di Desa Batu Buil Kecamatan Blimbing, Kabupaten Melawi. Prosedur Kerja Penentuan dan Wawancara Responden Penentuan responden dengan menggunakan metode snowball dimulai dari Kepala Desa, kemudian Kepala Desa memberikan rekomendasi nama responden lainnya (Bernard, 2002). Tiap responden akan dimintakan informasi mengenai tumbuhan dan pemanfaatan Arecaceae serta cara pengolahan yang selama ini digunakan oleh masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil. Identifikasi Tumbuhan Proses identifikasi tumbuhan dilakukan langsung di lapangan dan apabila tidak diketahui secara lengkap akan dilakukan pengambilan sampel untuk diidentifikasi lebih lanjut di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Proses identifikasi tumbuhan didasarkan pada karakteristik morfologi tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, biji dan buah). Identifikasi tumbuhan menggunakan buku Flora of Java Volume I (1963), Volume II (1965), dan Volume III (1968) karangan Backer dan Backuizen van den Brink Jr. Analisis Data Data-data tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan berkhasiat obat oleh suku Dayak Randu’ di Desa Batu Buil diolah secara: 1. Deskriptif yaitu menggambarkan jenis-jenis tumbuhan Arecaceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu’di Desa Batu Buil. 2. Tabulasi yaitu dengan menampilkan tabel dari jenis tumbuhan tersebut dan kegunaanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil wawancara terhadap 80 responden masyarakat Suku Dayak Randu’ di Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi terdapat 7 jenis tumbuhan Arecaceae yang dimanfaatkan: Areca cathecu L. (pinang), Arenga piñata M. (aren), Cocos nucifera L. (kelapa), Metroxylon sagu Rottb (sagu) dan Nypa frutican W. (nipah), (Calamus rottan Mig.), sawit (Elaeis guineenis Jacq.) (Gambar.2). Metode pengolahan tumbuhan obat oleh Suku Dayak Randu’ di Desa Batu Buil tergantung pada organ tumbuhan yang digunakan. Metode yang digunakan pada umumnya masih sangat sederhana yaitu dengan cara dianyam, diparut, dikeringkan serta ada juga yang direbus (Tabel.1). 129 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 57 % 42 % 28 % 14 % 14 % Gambar 2. Persentase Tumbuhan Arecaceae yang ditemukan di berbagai habitat di Desa Batu Buil Tabel.1 Metode Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae oleh Masyarakat Suku Dayak Randu di Desa Batu Buil No Nama Lokal 1 Kelapa/nyiur Organ yang digunakan Daun Buah 2 3 4 5 Aren Pinang Sagu/ Sago Nipah Sawit 7 Rotan Sarang ketupat, Janur untuk acara ritual adat Campuran masakan, kue, minuman dan minyak goring Metode Pengolahan Daun kelapa yang muda dianyam Buah diparut untuk dijadikan campuran makanan Batang Batang kelapa dibelah memanjang Bunga mayang Tulang daun Akar Umbut Daun Buah Batang Bunga mayang disadap untuk diambil niranya kemudian direbus Tulang daun diraut kemudian dijemur untuk Akar dikeringkan Umbut kelapa dipotong-potong kemudian direbus Daun muda dibentuk dan daun tua dikeringkan Buah direbus kemudian dipisahkan dari kulitnya Batang aren dibelah memanjang,kemudian dibuang empulurnya Akar dikeringkan Bunga mayang disadap Sapu lidi Sayur Rokok daun Kolang kaling Saluran air Akar Bunga mayang Buah Obat disentri Bunga Daun Batang Obat sakit kepala Obat pegal-pegal Rokok daun Saluran air Akar Daun Pelepah Batang Obat cacingan Atap daun Daun Atap daun Air nira Gula Bunga 6 Kegunaan Tulang daun/lidi Buah Batang Umbut Batang Daun Akar Buah Tepung sagu Sapu lidi Buah pinang dikeringkan setelah itu ditumbuk. Buah pinang dibakar kemudian asapnya dihirup Bunga pinang yang belum mekar dihaluskan Daun pinang dikeringkan Batang pinang dibelah memanjang kemudian dibuang empulurnya Akar pinang dikering dan ditumbuk Daun sagu disusun kemudian dijahit Pelepah dikeringkan Batang sagu dipotong-potong. Batang sagu dihaluskan kemudian diberi air,setelah itu disaring Daun nipah disusun kemudian dijahit Disadap Tulang daun diraut Kolak dan manisan Papan dan saluran air Sayur Kerajinan tangan Buah dipisahkan dari kulitnya kemudian direbus Batang sawit dibelah memanjang Umbut dipotong-potong kemudian direbus Batang rotan dianyam Sayuran Obat Obat Daun rotan direbus Akar rotan dikeringkan dan direbus Buah rotan dikeringkan kemudian direbus 130 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 Tumbuhan Arecaceae dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu’ untuk sumber makanan dan minuman, obat tradisional, alat kerajinan tangan, bahan bangunan dan pemanfaatan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar.3) Menurut Danoesatro (1980) dan Giono (2004), pekarangan adalah tanah di sekitar rumah atau perumahan, kebanyakan berpagar keliling dan biasanya ditanami padat dengan beranekaragam jenis tanaman musiman maupun tanaman keras untuk keperluan sehari-hari. 100% 64% 54% 43% 18% Gambar.3. Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae oleh Masyarakat Suku Dayak Randu di Desa Batu Buil, SM (Sumber Makanan dan Minuman), OT (Obat Tradisional), BB (Bahan Bangunan), AK (Alat Kerajinan Tangan), PL (Pemanfaatan Lainnya) Bagian tumbuhan Arecaceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Dayak Randu’ dalam memenuhi kebutuhan hidup menggunakan seluruh bagian tumbuhan mulai dari bagian akar sampai daun. bagian yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 51% dan terkecil adalah biji sebesar 10%, seperti tertera pada (Gambar 4.) 51% 43% Hal ini dikarenakan pekarangan sangat efektif dalam membudidayakan tanaman dan memudahkan masyarakat dalam memanfaatkannya. 41% 18% 15% 10% Gambar 4. Persentase Bagian Tumbuhan Arecaceae yang Dimanfaatkan Masyarakat Suku Dayak Randu’ Pembahasan Hasil wawancara terhadap 80 responden menunjukkan bahwa habitat tumbuhan Arecaceae yang paling banyak ditemukan di kebun karena masyarakat sudah membudidayakan tumbuhan tersebut. Pekarangan merupakan urutan kedua yang tertinggi ditemukannya tanaman Arecaceae. Keanekaragaman Arecaceae yang rendah ditemukan di hutan, di tepi jalan dan di tepi sungai. Hal tersebut dikarenakan hanya ada beberapa tumbuhan Arecaceae yang mendominasi maupun habitatnya telah beralih fungsi di daerah tersebut. Tumbuhan Arecaceae jarang ditemukan di hutan karena hutan di Desa Batu Buil telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan. Tumbuhan Arecaceae di tepi sungai yaitu tanaman sagu, nipah karena tepi sungai dapat dengan mudah ditumbuhi atau ditanami sagu dan nipah. Tanaman sagu dan nipah tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa dengan sumber air yang melimpah. Menurut Oates and Hick (2002), tanaman sagu masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.250 mdpl dengan curah hujan 4.500 mm/tahun. Wilayah Indonesia bagian timur, sagu sejak lama digunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya terutama di Maluku dan Irian Jaya. Tepi jalan hanya beberapa tanaman pinang dan kelapa saja yang ditanami oleh masyarakat Suku Dayak Randu’. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pemanfaatan tumbuhan Arecaceae di mulai dari organ batang, akar, daun, bunga, biji dan buah. Masing-masing mempunyai manfaat yang berbeda-beda serta menghasilkan lebih dari satu produk. Selain itu memiliki nilai guna dan ekonomi tinggi. Pemanfaatan 7 jenis tumbuhan Arecaceae (palem-paleman) yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa 7 jenis tumbuhan tersebut dimanfaatkan sebagai, (1). Sumber makanan dan minuman (100%) (2). Obat tradisional (64%), (3). Bahan bangunan 43%, (4). Alat kerajinan tangan (54%,) (5). Pemanfaatan lain (18%) (Gambar.3). Menurut Siregar (2005), tumbuhan Arecaceae adalah salah satu family tumbuhan terpenting bagi 131 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 manusia yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai bahan kerajinan, makanan, minuman, obat tradisional, hiasan, bahan bangunan, dan sebagainya. Pemanfaatan tumbuhan Arecaceae oleh Masyarakat suku Dayak Randu’ di Desa Batu Buil sangat beragam, secara umum tumbuhan tersebut dimanfaatkan berdasarkan pengetahuan yang telah diwariskan secara turun-temurun dengan alat yang sederhana. Masyarakat Dayak Randu’ mempercayai air kelapa yang dicampur daun sirih berkhasiat menetralkan racun dalam tubuh. Air kelapa muda juga dimanfaatkan untuk mengobati penyakit cacar, campak dan penyakit lainnya dengan cara meminum air kelapa tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Meliki (2013), menyatakan bahwa air kelapa dapat menyembuhkan penyakit gerumut dan melancarkan buang air kecil dengan cara meminum air kelapa tersebut, sedangkan untuk penyakit sariawan air kelapa ditambahkan dengan buah kundur yang telah diparut, diperas kemudian airnya diminum. Pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil umumnya lebih banyak digunakan untuk sumber makanan dan minuman yaitu gula aren, kolang- kaling dan minuman. Masyarakat memanfaatkan tanaman aren sebagai sumber makanan dan minuman terutama minuman khas dayak Randu’ yaitu arak atau tuak. Batang bagian pucuk pohon aren yang masih muda (umbut) dapat dijadikan bahan makanan. Umbut juga bernilai ekonomi karena dapat dijual, sebagian masyarakat di desa Batu buil menjualnya kepasar. Minuman khas Dayak Randu’ adalah arak atau tuak yang diolah secara fermentasi dari bunga mayang atau nira tanaman aren. Nira tersebut dapat diminum langsung setelah penyadapan. Pembuatan arak atau tuak oleh masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil dapat dilakukan dengan cara dimasak. Nira aren yang sudah ditampung tersebut dimasak, sebelum air nira mendidih dimasukan kulit kayu damar yang bertujuan mencegah nira tidak menjadi masam, tidak terlalu manis dan pahit. Arak atau tuak yang dimasak dapat bertahan lama jika dibandingkan dengan arak yang tanpa dimasak. Pemanfaatan ijuk di Desa Batu Buil, berdasarkan wawancara masyarakat Dayak Randu’ menggunakan ijuk untuk pemijahan ikan, tali kail dan sapu ijuk. Batang tanaman aren ditutupi oleh bulu-bulu yang berwarna hitam yang disebut ijuk. Ijuk yang berupa serat-serat ini menempel pada batang di pelepah daun, sedangkan tulang daun aren dapat dibuat sapu lidi (asir). Ijuk adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Ijuk yang baik biasanya berasal dari pohon aren yang umurnya mencapai 5 tahun sebelum terjadi pembentukan bunga. Apabila pohon aren telah berbunga, hasil ijuk juga kembali sedikit dan mutunya rendah (Soesono,1992). Masyarakat Dayak Randu’ memanfaatkan buah pinang untuk menyirih atau menginang. Nginang adalah campuran dari daun sirih, biji, tembakau dan gambir. Nginang adalah bagian dari kebudayaan agraris dan nginang tidak hanya bermakna makan sirih, tetapi sebenarnya nginang mengandung aspek tradisi, ritual, pergaulan yang agama (Suryadarma, 2008). Buah pinang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Suku Dayak Randu’ yang telah dibakar dan asapnya dihirup, dapat menghilangkan rasa pusing akibat masuk angin, masyarakat Dayak Randu’ mempercayai buah pinang dapat mengurangi rasa sakit. Biji pinang yang telah dihaluskan dan diberi air hangat bermanfaat untuk obat cacing. Tandan bunga pinang juga dapat dijadikan obat pegal, yaitu dengan menghaluskan tandan bunga pinang yang belum mekar kemudian ditempel pada bagian yang pegal-pegal. Biji pinang juga dapat dimanfaatkan menjadi pewarna kain, yaitu dengan memisahkan biji pinang dari kulitnya dan dijemur sampai kering kemudian dihaluskan untuk dijadikan pewarna merah pada kain. Daun pinang yang kering dapat dijadikan sebagai rokok daun. Berdasarkan hasil wawancara dengan Masyarakat Dayak Randu batang pinang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan seperti jembatan, tiang panjat pinang yang digunakan pada perayaan hari kemerdekaan dan batang pinang juga dapat dijadikan sebagai saluran air oleh masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil. Tumbuhan Metroxylon sagu Rottb atau sago sebagian besar daunnya dapat dimanfaatkan untuk membuat atap rumah, kemudian dari pembuatan atap tersebut masyarakat Dayak Randu’ menjualnya sebagai penghasilan sampingan. Pelepah sagu juga dapat dijadikan dinding kandang ternak dan pondok yang ada dikebun, 132 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 karena kebun mereka terletak cukup jauh dari rumah. Sari sago/aci dari batang yang muda dapat diolah untuk dijadikan bahan makanan misalnya lempeng. Batang Metroxylon sagu Rottb biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan seperti tiang rumah dan jembatan, selain itu batang sagu yang muda dapat dimakan untuk makanan ternak dan batang yang sudah kering dapat dijadikan kayu bakar oleh masyarakat di Desa Batu Buil. Kelapa sawit di Desa Batu Buil dapat dimanfaat sebagai bahan bangunan dan makanan antara lain batang sawit dapat dijadikan papan untuk membuat rumah, batang sudah kering dapat dijadikan kayu bakar, sedangkan akar yang telah kering dan dibakar hingga menjadi abu dapat dijadikan pupuk tanaman. Umbut di Desa Batu Buil bernilai ekonomis karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Buah sawit yang muda dapat dimakan, bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buahnya. Buah tandan yang masih segar dapat dimanfaatkan sebagai minyak kelapa sawit, diantaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan industri non pangan. Pemanfaatan Nypa fructicans di Desa Batu Buil dapat dijadikan atap dan dijual kepada penduduk setempat. Selain dapat dijual kepada penduduk setempat, daun N. fructicans yang kering dapat dijadikan pembungkus rokok, daun yang kering diberi tembakau kemudian digulung-gulung untuk dijadikan rokok gulung. Tulang daun N. fructicans dapat dimanfaatkan menjadi sapu lidi dan dari pengolahan sapu lidi dapat dijual kepada penduduk setempat. Sedangkan buah N. fructicans dapat diolah menjadi kolak dan manisan. Selain itu, N. fructicans dapat di olah menjadi gula nipah, cara mengolahnya sama dengan gula aren dan gula kelapa. Masyarakat Dayak Randu’ menyebutnya gula merah atau gula aren. Penelitian Hendri (2009) menyatakan bahwa kategori yang digunakan masyarakat untuk pengrajin anyaman atap rumah dengan daun N. fructicans bisa bertahan 4 sampai 5 tahun. Atap dari daun N. fructicans sangat baik untuk melindungi rumah dari cuaca panas. Lidi dari pelepah daunnya dapat digunakan sebagai sapu. N. fructicans di daerah Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya biasanya dimanfaatkan untuk garam nipah, anyaman nipah dan gula nipah. Rotan dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil sebagai bahan kerajinan. Batang rotan dapat dianyam menjadi keranjang, hiasan lampu, perangkap ikan, pemukul kasur, penampek beras (nyiruk) dan lain sebagainya. Batang rotan dianyama menjadi keranjang yang dapat digunakan untuk membawa beras, buahbuahan dan sayuran, bahkan kayu bakar. Nyiruk merupakan anyaman yang digunakan untuk penampek beras atau penampi dan dapat digunakan sebagai alas menjemur kerupuk. Masyarakat Dayak Randu’ menangkap ikan menggunakan pejerat atau penjebak ikan yang terbuat dari anyaman rotan, pejerat ikan biasanya dilengkapi dengan penutup yang akan menutup secara otomatis ketika ada ikan yang terjerat atau terjebak didalamnya. Pemukul kasur merupakan anyaman sederhana yang berbentuk raket dengan kepala seperti anyaman dinding rotan, ukurannya kecil dengan tangkai yang panjang. Masyarakat di Desa Batu Buil mempercayai memakan daun rotan dapat sebagai obat malaria, caranya adalah dengan merebus daun rotan sebentar agar daun tidak kematangan. Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabotan rumah tangga. Batang muda biasanya digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya direbus untuk bahan obat tradisional. Getah rotan digunakan untuk bahan baku pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Manfaat langsung dari rotan adalah kontribusinya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, peranannya dalam membentuk budaya, ekonomi dan sosial masyarakat. Batang rotan dapat dibuat bermacammacam seperti mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, dan pot bunga (Januminro, 2000). Bagian tumbuhan Arecaceae yang digunakan sebagian besar adalah daun, buah, batang, akar dan biji. Biji hanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menginang dan menjual biji pinang tersebut. Masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil menggunakan daun untuk membungkus makanan seperti sarang ketupat dari daun kelapa, rokok daun dari daun pinang yang kering dan daun aren. Pembuatan kerajinan sebagian besar menggunakan daun, tempurung, serta batang. Kelapa (Cocos nucifera L.) dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu’ yaitu pada bagian daun (dauk) sebagai janur pada acara pernikahan. 133 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 Daun pinang juga dapat dimanfaatkan sebagai pengusir hama dengan cara diekstrak daun, kulit batang pinang (Utami dan Haneda,2010). Seperti penelitian yang lainnya tentang tumbuhan Arecaceae pada suatu masyarakat, pada umumnya daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan. Hal ini seseuai dengan penelitian Hidayat (2010) yang menyatakan hal yang sama yaitu bagian daun yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kampung Adat Dukuh, Jawa Barat. Daun juga memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu tanaman meskipun daun merupakan tempat fotosintesis (Fakhrozi, 2009). Bagian tanaman aren, pinang, kelapa dan sawit yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu’ sebagai bahan bangunan yaitu batang (42%) (Gambar 4). Batang bagian luar yang berwarna hitam dan keras dapat diolah menjadi papan. Batang yang telah dibelah memanjang, kemudian dibuang empulurnya dapat digunakan sebagai saluran air. Pohon tanaman tersebut yang sudah mati biasanya ditebang oleh masyarakat Dayak Randu’ untuk diolah menjadi kayu bakar. Sedangkan akar sawit yang sudah kering dapat dijadikan kayu bakar dan abu dari pembakaran tadi dapat dijadikan pupuk. Masyarakat Dayak Randu’ memanfaatkan umbut kelapa untuk dicampur dengan sayuran lain dan diolah menjadi makanan. Umbut dibersihkan, dipotong-potong hingga ukuran kecil agar mudah dimakan, sedangkan sayur umbut dimasak dengan campuran ikan gabus, sepat atau biawan yang telah diberi santan dan rempah-rempah untuk menambah rasa. Batang/batok kelapa di Desa Batu Buil digunakan sebagai papan,jembatan dan kayu bakar. Batang kelapa yang keras dapat dibuat gagang pisau, cangkul dan tangkai parang atau kapak. Sabut yang berupa serat-serat kasar dapat digunakan untuk bahan bakar, penggosok, pengisi jok kursi, serta media tanam anggrek. Tempurung biasanya digunakan sebagai bahan bakar, gayung, gelas dan bahan kerajinan tangan. Tulang daun kelapa dapat dijadikan sapu lidi/asir. Bagian buah aren yang muda dapat digunakan sebagai bahan campuran minuman dan kolak. Berdasarkan hasil wawancara buah aren yang dijadikan kolang-kaling (enau) adalah buah yang muda. Kolang-kaling dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil maupun masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya sebagai bahan campuran makanan dan minuman, antara lain dalam pembuatan minuman buah, manisan kolang-kaling, pembuatan kolak dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Backer, CA, 1963, Weed Flora of Javanese Sugarcane Fields, Ysel Press, Deventer Bernad, H, 2002, Research Methods in Antropology: Qualitative and Quantitative Methods, Third edition, Altamitra Press, Walnut Creek, California Danoesatro, 1980, Tumbuhan Obat Keluarga, Penebar Swadaya, Jakarta Fakhrozi, I, 2009, Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Tanam Nasional Bukit Tigapuluh [Skripsi], Institut Pertanian Bogor, Bogor Giono, W, 2004, Budidaya Tumbuhan Obat di Perkarangan, Agromedia Pustaka, Jakarta Hendri, W, 2009, Vegetasi Penyusun Hutan Mangrove dan Pemanfaatan sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya [Skripsi], Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak Hidayah, Z, 1996, Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia, LP3ES, Jakarta Hidayat, S, 2010, Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat, Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Januminro, CFM, 2000, Rotan Indonesia, Kaninus: Yogyakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, BPPK, 2012, Panduan Herbarium, Dokumentasi dan Deskripsi Tumbuhan, Jakarta Meliki, 2013, Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Suku Dayak Iban di Desa Tanjung Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang [Skripsi], Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak Oates, C, & Hick, A, 2002, Sago The Starch Production in Asia and The Pacific Problems and Prospects, New Frontier of Sago Palm Studies, Universal Academic Press, Inc, Tokyo 134 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135 Siregar, EBM, 2005, Potensi Palem Indonesia, USU PRESS, Sumatera Soekarman & Riswan, 1992, Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia, Prosiding Seminar Etnobotani Soesono, S, 1992, Bertanaman Aren, Penebar Swadaya, Jakarta Suryadarma, I, 2008, Etnobotani, UNY Press, Yogyakarta Utami, S, & Haneda, NF, 2010, Potensi Pemanfaatan Etnobotani dari Hutan Tropis Bengkulu sebagai Pestisida Nabati, Seminar Nasional Biologi, Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta Walujo, E,B, 1999, Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Peluangnya Dalam Penelitian Etnobotani, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor, 135