Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae (Palem-Paleman)

advertisement
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae (Palem-Paleman)
Oleh Masyarakat Dayak Randu' Di Desa Batu Buil
Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi
1
Santi Nuryanti1, Riza Linda1, Irwan Lovadi1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,
email: [email protected]
Abstract
Several Arecaceae plant are widely used by the local resident in Batu Buil village, especially
coconuts, sugar palms, areca nuts, nipah, oil palms and sago. The aims of this study were to
determine the species of each Arecaceae plant, their useful parts and how were they used by
Dayak Randu’ tribe in Batu Buil village. This study was conducted from December 2013 until
February 2014. Data were gathered by interviewing the respondents using the snowball method.
Arecaceae were used by Dayak Randu’ tribe in different ways, such as plaited, shredded, dried and
boiled. Leaves, stems, fruits and flowers were frequently used, while roots and seeds were rarely
used. Result showed that there were 7 species of Arecaceae which commonly used as food source,
traditional medicine, building materials, handicrafts, and others.
Keywords : Arecaceae plants, Dayak Randu’ communities, Batu Buil Village
PENDAHULUAN
Keanekaragaman hayati di Indonesia yang tinggi
merupakan peluang dalam mengembangkan
penelitian etnobotani. Salah satu tumbuhan yang
dimanfaatkan dalam etnobotani adalah palem
yang termasuk dalam suku Arecaceae yang
banyak tumbuh subur di kawasan tropis (Walujo,
1999).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
di daerah Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing
Kabupaten Melawi, masyarakat setempat sudah
lama memanfaatkan jenis tanaman Arecaceae
(palem-paleman) dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya sebagai sumber makanan, minuman,
dan tanaman obat.
Masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil
Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi
memanfaatkan tumbuhan Arecaceae dalam
kehidupan sehari-hari, Namun sebagian kecil
masyarakat masih melestarikan tradisi tersebut.
Keberadaan tumbuhan Arecaceae sedikit demi
sedikit mulai terabaikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan dan
jenis tumbuhan Arecaceae.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
tumbuhan, bagian organ dan cara pemanfaatan
tumbuhan Arecaceae oleh masyarakat suku
Dayak Randu di Desa Batu Buil Kecamatan
Belimbing, Kabupaten Melawi.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan dari
bulan Desember 2013 hingga Pebruari 2014, yang
terdiri dari tahap penentuan dan wawancara
responden, identifikasi tumbuhan dan pengolahan
data. Penelitian dilakukan di Desa Batu Buil
Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi dan di
Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Batu Buil terletak di Kecamatan Belimbing
dengan luas wilayah 1.062,10 km. Desa Batu Buil
dibagi lima Dusun yaitu Dusun Langan, Dusun
Tiong Keranji, Dusun Batu Nanta,Dusun Pemuar
dan Dusun Batu Ampar. Lima Dusun tersebut
dibagi lagi menjadi 10 RT dengan jumlah
penduduk yang terdiri dari 4.930 jiwa.
128
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
Gambar 1. Peta lokasi Penelitian di Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah alat tulis, buku identifikasi, GPS,
kamera digital untuk dokumentasi. Objek
penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan
Arecaceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Dayak Randu di Desa Batu Buil Kecamatan
Blimbing, Kabupaten Melawi.
Prosedur Kerja
Penentuan dan Wawancara Responden
Penentuan responden dengan menggunakan
metode snowball dimulai dari Kepala Desa,
kemudian Kepala Desa memberikan rekomendasi
nama responden lainnya (Bernard, 2002). Tiap
responden akan dimintakan informasi mengenai
tumbuhan dan pemanfaatan Arecaceae serta cara
pengolahan yang selama ini digunakan oleh
masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil.
Identifikasi Tumbuhan
Proses identifikasi tumbuhan dilakukan langsung
di lapangan dan apabila tidak diketahui secara
lengkap akan dilakukan pengambilan sampel
untuk diidentifikasi lebih lanjut di Laboratorium
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Proses identifikasi tumbuhan
didasarkan
pada
karakteristik
morfologi
tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, biji dan
buah). Identifikasi tumbuhan menggunakan buku
Flora of Java Volume I (1963), Volume II (1965),
dan Volume III (1968) karangan Backer dan
Backuizen van den Brink Jr.
Analisis Data
Data-data tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
tumbuhan berkhasiat obat oleh suku Dayak
Randu’ di Desa Batu Buil diolah secara:
1. Deskriptif yaitu menggambarkan jenis-jenis
tumbuhan Arecaceae yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Dayak Randu’di Desa Batu Buil.
2. Tabulasi yaitu dengan menampilkan tabel dari
jenis tumbuhan tersebut dan kegunaanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 80
responden masyarakat Suku Dayak Randu’ di
Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing Kabupaten
Melawi terdapat 7 jenis tumbuhan Arecaceae
yang dimanfaatkan: Areca cathecu L. (pinang),
Arenga piñata M. (aren), Cocos nucifera L.
(kelapa), Metroxylon sagu Rottb (sagu) dan Nypa
frutican W. (nipah), (Calamus rottan Mig.), sawit
(Elaeis guineenis Jacq.) (Gambar.2).
Metode pengolahan tumbuhan obat oleh Suku
Dayak Randu’ di Desa Batu Buil tergantung pada
organ tumbuhan yang digunakan. Metode yang
digunakan pada umumnya masih sangat
sederhana yaitu dengan cara dianyam, diparut,
dikeringkan serta ada juga yang direbus (Tabel.1).
129
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
57 %
42 %
28 %
14 %
14 %
Gambar 2. Persentase Tumbuhan Arecaceae yang ditemukan di berbagai habitat di Desa Batu Buil
Tabel.1 Metode Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae oleh Masyarakat Suku Dayak Randu di Desa Batu Buil
No
Nama Lokal
1
Kelapa/nyiur
Organ yang
digunakan
Daun
Buah
2
3
4
5
Aren
Pinang
Sagu/ Sago
Nipah
Sawit
7
Rotan
Sarang ketupat,
Janur untuk acara ritual adat
Campuran masakan, kue,
minuman dan minyak
goring
Metode
Pengolahan
Daun kelapa yang muda dianyam
Buah diparut untuk dijadikan campuran makanan
Batang
Batang kelapa dibelah memanjang
Bunga
mayang
Tulang daun
Akar
Umbut
Daun
Buah
Batang
Bunga mayang disadap untuk diambil niranya kemudian
direbus
Tulang daun diraut kemudian dijemur untuk
Akar dikeringkan
Umbut kelapa dipotong-potong kemudian direbus
Daun muda dibentuk dan daun tua dikeringkan
Buah direbus kemudian dipisahkan dari kulitnya
Batang aren dibelah memanjang,kemudian dibuang
empulurnya
Akar dikeringkan
Bunga mayang disadap
Sapu lidi
Sayur
Rokok daun
Kolang kaling
Saluran air
Akar
Bunga
mayang
Buah
Obat disentri
Bunga
Daun
Batang
Obat sakit kepala
Obat pegal-pegal
Rokok daun
Saluran air
Akar
Daun
Pelepah
Batang
Obat cacingan
Atap daun
Daun
Atap daun
Air nira
Gula
Bunga
6
Kegunaan
Tulang
daun/lidi
Buah
Batang
Umbut
Batang
Daun
Akar
Buah
Tepung sagu
Sapu lidi
Buah pinang dikeringkan setelah itu ditumbuk.
Buah pinang dibakar kemudian asapnya dihirup
Bunga pinang yang belum mekar dihaluskan
Daun pinang dikeringkan
Batang pinang dibelah memanjang kemudian dibuang
empulurnya
Akar pinang dikering dan ditumbuk
Daun sagu disusun kemudian dijahit
Pelepah dikeringkan
Batang sagu dipotong-potong. Batang sagu dihaluskan
kemudian diberi air,setelah itu disaring
Daun nipah disusun kemudian dijahit
Disadap
Tulang daun diraut
Kolak dan manisan
Papan dan saluran air
Sayur
Kerajinan tangan
Buah dipisahkan dari kulitnya kemudian direbus
Batang sawit dibelah memanjang
Umbut dipotong-potong kemudian direbus
Batang rotan dianyam
Sayuran
Obat
Obat
Daun rotan direbus
Akar rotan dikeringkan dan direbus
Buah rotan dikeringkan kemudian direbus
130
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
Tumbuhan
Arecaceae
dimanfaatkan
oleh
masyarakat Dayak Randu’ untuk sumber makanan
dan minuman, obat tradisional, alat kerajinan
tangan, bahan bangunan dan pemanfaatan lainnya.
Hal ini dapat dilihat pada (Gambar.3)
Menurut Danoesatro (1980) dan Giono (2004),
pekarangan adalah tanah di sekitar rumah atau
perumahan, kebanyakan berpagar keliling dan
biasanya ditanami padat dengan beranekaragam
jenis tanaman musiman maupun tanaman keras
untuk keperluan sehari-hari.
100%
64%
54%
43%
18%
Gambar.3. Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae oleh
Masyarakat Suku Dayak Randu di Desa
Batu Buil, SM (Sumber Makanan dan
Minuman), OT (Obat Tradisional), BB
(Bahan Bangunan), AK (Alat Kerajinan
Tangan), PL (Pemanfaatan Lainnya)
Bagian tumbuhan Arecaceae yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Suku Dayak Randu’ dalam
memenuhi kebutuhan hidup menggunakan seluruh
bagian tumbuhan mulai dari bagian akar sampai
daun. bagian yang paling banyak digunakan
adalah daun sebanyak 51% dan terkecil adalah biji
sebesar 10%, seperti tertera pada (Gambar 4.)
51%
43%
Hal ini dikarenakan pekarangan sangat efektif
dalam
membudidayakan
tanaman
dan
memudahkan
masyarakat
dalam
memanfaatkannya.
41%
18%
15%
10%
Gambar 4. Persentase Bagian Tumbuhan Arecaceae
yang Dimanfaatkan Masyarakat Suku
Dayak Randu’
Pembahasan
Hasil wawancara terhadap 80 responden
menunjukkan bahwa habitat tumbuhan Arecaceae
yang paling banyak ditemukan di kebun karena
masyarakat sudah membudidayakan tumbuhan
tersebut. Pekarangan merupakan urutan kedua
yang tertinggi ditemukannya tanaman Arecaceae.
Keanekaragaman
Arecaceae
yang
rendah
ditemukan di hutan, di tepi jalan dan di tepi sungai.
Hal tersebut dikarenakan hanya ada beberapa
tumbuhan Arecaceae yang mendominasi maupun
habitatnya telah beralih fungsi di daerah tersebut.
Tumbuhan Arecaceae jarang ditemukan di hutan
karena hutan di Desa Batu Buil telah beralih
fungsi menjadi lahan perkebunan. Tumbuhan
Arecaceae di tepi sungai yaitu tanaman sagu,
nipah karena tepi sungai dapat dengan mudah
ditumbuhi atau ditanami sagu dan nipah. Tanaman
sagu dan nipah tumbuh secara alami terutama di
daerah dataran atau rawa dengan sumber air yang
melimpah.
Menurut Oates and Hick (2002), tanaman sagu
masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
1.250 mdpl dengan curah hujan 4.500 mm/tahun.
Wilayah Indonesia bagian timur, sagu sejak lama
digunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian
penduduknya terutama di Maluku dan Irian Jaya.
Tepi jalan hanya beberapa tanaman pinang dan
kelapa saja yang ditanami oleh masyarakat Suku
Dayak Randu’.
Hasil
wawancara
menunjukkan
bahwa
pemanfaatan tumbuhan Arecaceae di mulai dari
organ batang, akar, daun, bunga, biji dan buah.
Masing-masing mempunyai manfaat yang
berbeda-beda serta menghasilkan lebih dari satu
produk. Selain itu memiliki nilai guna dan
ekonomi tinggi. Pemanfaatan 7 jenis tumbuhan
Arecaceae (palem-paleman) yang diperoleh dari
hasil wawancara menunjukkan bahwa 7 jenis
tumbuhan tersebut dimanfaatkan sebagai, (1).
Sumber makanan dan minuman (100%) (2). Obat
tradisional (64%), (3). Bahan bangunan 43%, (4).
Alat kerajinan tangan (54%,) (5). Pemanfaatan
lain (18%) (Gambar.3).
Menurut Siregar (2005), tumbuhan Arecaceae
adalah salah satu family tumbuhan terpenting bagi
131
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
manusia yang banyak dipakai dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya sebagai bahan kerajinan,
makanan, minuman, obat tradisional, hiasan,
bahan bangunan, dan sebagainya. Pemanfaatan
tumbuhan Arecaceae oleh Masyarakat suku Dayak
Randu’ di Desa Batu Buil sangat beragam, secara
umum
tumbuhan
tersebut
dimanfaatkan
berdasarkan pengetahuan yang telah diwariskan
secara turun-temurun dengan alat yang sederhana.
Masyarakat Dayak Randu’ mempercayai air
kelapa yang dicampur daun sirih berkhasiat
menetralkan racun dalam tubuh. Air kelapa muda
juga dimanfaatkan untuk mengobati penyakit
cacar, campak dan penyakit lainnya dengan cara
meminum air kelapa tersebut. Hal ini didukung
oleh penelitian Meliki (2013), menyatakan bahwa
air kelapa dapat menyembuhkan penyakit gerumut
dan melancarkan buang air kecil dengan cara
meminum air kelapa tersebut, sedangkan untuk
penyakit sariawan air kelapa ditambahkan dengan
buah kundur yang telah diparut, diperas kemudian
airnya diminum.
Pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat
Dayak Randu’ di Desa Batu Buil umumnya lebih
banyak digunakan untuk sumber makanan dan
minuman yaitu gula aren, kolang- kaling dan
minuman. Masyarakat memanfaatkan tanaman
aren sebagai sumber makanan dan minuman
terutama minuman khas dayak Randu’ yaitu arak
atau tuak. Batang bagian pucuk pohon aren yang
masih muda (umbut) dapat dijadikan bahan
makanan. Umbut juga bernilai ekonomi karena
dapat dijual, sebagian masyarakat di desa Batu
buil menjualnya kepasar.
Minuman khas Dayak Randu’ adalah arak atau
tuak yang diolah secara fermentasi dari bunga
mayang atau nira tanaman aren. Nira tersebut
dapat diminum langsung setelah penyadapan.
Pembuatan arak atau tuak oleh masyarakat Dayak
Randu’ di Desa Batu Buil dapat dilakukan dengan
cara dimasak. Nira aren yang sudah ditampung
tersebut dimasak, sebelum air nira mendidih
dimasukan kulit kayu damar yang bertujuan
mencegah nira tidak menjadi masam, tidak terlalu
manis dan pahit. Arak atau tuak yang dimasak
dapat bertahan lama jika dibandingkan dengan
arak yang tanpa dimasak.
Pemanfaatan ijuk di Desa Batu Buil, berdasarkan
wawancara
masyarakat
Dayak
Randu’
menggunakan ijuk untuk pemijahan ikan, tali kail
dan sapu ijuk. Batang tanaman aren ditutupi oleh
bulu-bulu yang berwarna hitam yang disebut ijuk.
Ijuk yang berupa serat-serat ini menempel pada
batang di pelepah daun, sedangkan tulang daun
aren dapat dibuat sapu lidi (asir). Ijuk adalah
bagian dari pelepah daun yang menyelubungi
batang. Ijuk yang baik biasanya berasal dari pohon
aren yang umurnya mencapai 5 tahun sebelum
terjadi pembentukan bunga. Apabila pohon aren
telah berbunga, hasil ijuk juga kembali sedikit dan
mutunya rendah (Soesono,1992).
Masyarakat Dayak Randu’ memanfaatkan buah
pinang untuk menyirih atau menginang. Nginang
adalah campuran dari daun sirih, biji, tembakau
dan gambir. Nginang adalah bagian dari
kebudayaan agraris dan nginang tidak hanya
bermakna makan sirih, tetapi sebenarnya nginang
mengandung aspek tradisi, ritual, pergaulan yang
agama (Suryadarma, 2008).
Buah pinang digunakan sebagai obat tradisional
oleh masyarakat Suku Dayak Randu’ yang telah
dibakar
dan
asapnya
dihirup,
dapat
menghilangkan rasa pusing akibat masuk angin,
masyarakat Dayak Randu’ mempercayai buah
pinang dapat mengurangi rasa sakit. Biji pinang
yang telah dihaluskan dan diberi air hangat
bermanfaat untuk obat cacing. Tandan bunga
pinang juga dapat dijadikan obat pegal, yaitu
dengan menghaluskan tandan bunga pinang yang
belum mekar kemudian ditempel pada bagian
yang pegal-pegal. Biji pinang juga dapat
dimanfaatkan menjadi pewarna kain, yaitu dengan
memisahkan biji pinang dari kulitnya dan dijemur
sampai kering kemudian dihaluskan untuk
dijadikan pewarna merah pada kain. Daun pinang
yang kering dapat dijadikan sebagai rokok daun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Masyarakat
Dayak Randu batang pinang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan seperti jembatan, tiang
panjat pinang yang digunakan pada perayaan hari
kemerdekaan dan batang pinang juga dapat
dijadikan sebagai saluran air oleh masyarakat
Dayak Randu’ di Desa Batu Buil.
Tumbuhan Metroxylon sagu Rottb atau sago
sebagian besar daunnya dapat dimanfaatkan untuk
membuat atap rumah, kemudian dari pembuatan
atap tersebut masyarakat Dayak Randu’
menjualnya sebagai penghasilan sampingan.
Pelepah sagu juga dapat dijadikan dinding
kandang ternak dan pondok yang ada dikebun,
132
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
karena kebun mereka terletak cukup jauh dari
rumah. Sari sago/aci dari batang yang muda dapat
diolah untuk dijadikan bahan makanan misalnya
lempeng. Batang Metroxylon sagu Rottb biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan seperti
tiang rumah dan jembatan, selain itu batang sagu
yang muda dapat dimakan untuk makanan ternak
dan batang yang sudah kering dapat dijadikan
kayu bakar oleh masyarakat di Desa Batu Buil.
Kelapa sawit di Desa Batu Buil dapat dimanfaat
sebagai bahan bangunan dan makanan antara lain
batang sawit dapat dijadikan papan untuk
membuat rumah, batang sudah kering dapat
dijadikan kayu bakar, sedangkan akar yang telah
kering dan dibakar hingga menjadi abu dapat
dijadikan pupuk tanaman. Umbut di Desa Batu
Buil bernilai ekonomis karena dapat dimanfaatkan
sebagai bahan makanan. Buah sawit yang muda
dapat dimakan, bagian tanaman kelapa sawit yang
bernilai ekonomis adalah buahnya. Buah tandan
yang masih segar dapat dimanfaatkan sebagai
minyak kelapa sawit, diantaranya sebagai bahan
baku untuk industri pangan dan industri non
pangan.
Pemanfaatan Nypa fructicans di Desa Batu Buil
dapat dijadikan atap dan dijual kepada penduduk
setempat. Selain dapat dijual kepada penduduk
setempat, daun N. fructicans yang kering dapat
dijadikan pembungkus rokok, daun yang kering
diberi tembakau kemudian digulung-gulung untuk
dijadikan rokok gulung.
Tulang daun N.
fructicans dapat dimanfaatkan menjadi sapu lidi
dan dari pengolahan sapu lidi dapat dijual kepada
penduduk setempat. Sedangkan buah N. fructicans
dapat diolah menjadi kolak dan manisan. Selain
itu, N. fructicans dapat di olah menjadi gula nipah,
cara mengolahnya sama dengan gula aren dan gula
kelapa. Masyarakat Dayak Randu’ menyebutnya
gula merah atau gula aren.
Penelitian Hendri (2009) menyatakan bahwa
kategori yang digunakan masyarakat untuk
pengrajin anyaman atap rumah dengan daun N.
fructicans bisa bertahan 4 sampai 5 tahun. Atap
dari daun N. fructicans sangat baik untuk
melindungi rumah dari cuaca panas. Lidi dari
pelepah daunnya dapat digunakan sebagai sapu. N.
fructicans di daerah Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Kubu Raya biasanya dimanfaatkan
untuk garam nipah, anyaman nipah dan gula nipah.
Rotan dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak
Randu’ di Desa Batu Buil sebagai bahan kerajinan.
Batang rotan dapat dianyam menjadi keranjang,
hiasan lampu, perangkap ikan, pemukul kasur,
penampek beras (nyiruk) dan lain sebagainya.
Batang rotan dianyama menjadi keranjang yang
dapat digunakan untuk membawa beras, buahbuahan dan sayuran, bahkan kayu bakar. Nyiruk
merupakan anyaman yang digunakan untuk
penampek beras atau penampi dan dapat
digunakan sebagai alas menjemur kerupuk.
Masyarakat Dayak Randu’ menangkap ikan
menggunakan pejerat atau penjebak ikan yang
terbuat dari anyaman rotan, pejerat ikan biasanya
dilengkapi dengan penutup yang akan menutup
secara otomatis ketika ada ikan yang terjerat atau
terjebak didalamnya. Pemukul kasur merupakan
anyaman sederhana yang berbentuk raket dengan
kepala seperti anyaman dinding rotan, ukurannya
kecil dengan tangkai yang panjang.
Masyarakat di Desa Batu Buil mempercayai
memakan daun rotan dapat sebagai obat malaria,
caranya adalah dengan merebus daun rotan
sebentar agar daun tidak kematangan. Batang
rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk
bahan baku kerajinan dan perabotan rumah tangga.
Batang muda biasanya digunakan untuk sayuran,
akar dan buahnya direbus untuk bahan obat
tradisional. Getah rotan digunakan untuk bahan
baku pewarnaan pada industri keramik dan
farmasi. Manfaat langsung dari rotan adalah
kontribusinya
meningkatkan
pendapatan
masyarakat sekitar hutan, peranannya dalam
membentuk budaya, ekonomi dan sosial
masyarakat. Batang rotan dapat dibuat bermacammacam
seperti mebel, kursi, rak, penyekat
ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, dan pot
bunga (Januminro, 2000).
Bagian tumbuhan Arecaceae yang digunakan
sebagian besar adalah daun, buah, batang, akar
dan biji.
Biji hanya dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk menginang dan menjual biji
pinang tersebut. Masyarakat Dayak Randu’ di
Desa Batu Buil menggunakan daun untuk
membungkus makanan seperti sarang ketupat dari
daun kelapa, rokok daun dari daun pinang yang
kering dan daun aren. Pembuatan kerajinan
sebagian besar menggunakan daun, tempurung,
serta batang. Kelapa (Cocos nucifera L.)
dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Randu’
yaitu pada bagian daun (dauk) sebagai janur pada
acara pernikahan.
133
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
Daun pinang juga dapat dimanfaatkan sebagai
pengusir hama dengan cara diekstrak daun, kulit
batang pinang (Utami dan Haneda,2010). Seperti
penelitian yang lainnya tentang tumbuhan
Arecaceae pada suatu masyarakat, pada umumnya
daun merupakan bagian tumbuhan yang paling
banyak digunakan. Hal ini seseuai dengan
penelitian Hidayat (2010) yang menyatakan hal
yang sama yaitu bagian daun yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat kampung Adat Dukuh,
Jawa Barat. Daun juga memiliki regenerasi yang
tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu
tanaman meskipun daun merupakan tempat
fotosintesis (Fakhrozi, 2009).
Bagian tanaman aren, pinang, kelapa dan sawit
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak
Randu’ sebagai bahan bangunan yaitu batang
(42%) (Gambar 4). Batang bagian luar yang
berwarna hitam dan keras dapat diolah menjadi
papan. Batang yang telah dibelah memanjang,
kemudian dibuang empulurnya dapat digunakan
sebagai saluran air. Pohon tanaman tersebut yang
sudah mati biasanya ditebang oleh masyarakat
Dayak Randu’ untuk diolah menjadi kayu bakar.
Sedangkan akar sawit yang sudah kering dapat
dijadikan kayu bakar dan abu dari pembakaran
tadi dapat dijadikan pupuk.
Masyarakat Dayak Randu’ memanfaatkan umbut
kelapa untuk dicampur dengan sayuran lain dan
diolah menjadi makanan. Umbut dibersihkan,
dipotong-potong hingga ukuran kecil agar mudah
dimakan, sedangkan sayur umbut dimasak dengan
campuran ikan gabus, sepat atau biawan yang
telah diberi santan dan rempah-rempah untuk
menambah rasa.
Batang/batok kelapa di Desa Batu Buil digunakan
sebagai papan,jembatan dan kayu bakar. Batang
kelapa yang keras dapat dibuat gagang pisau,
cangkul dan tangkai parang atau kapak. Sabut
yang berupa serat-serat kasar dapat digunakan
untuk bahan bakar, penggosok, pengisi jok kursi,
serta media tanam anggrek. Tempurung biasanya
digunakan sebagai bahan bakar, gayung, gelas dan
bahan kerajinan tangan. Tulang daun kelapa dapat
dijadikan sapu lidi/asir.
Bagian buah aren yang muda dapat digunakan
sebagai bahan campuran minuman dan kolak.
Berdasarkan hasil wawancara buah aren yang
dijadikan kolang-kaling (enau) adalah buah yang
muda.
Kolang-kaling
dimanfaatkan
oleh
masyarakat Dayak Randu’ di Desa Batu Buil
maupun masyarakat Kalimantan Barat pada
umumnya sebagai bahan campuran makanan dan
minuman, antara lain dalam pembuatan minuman
buah, manisan kolang-kaling, pembuatan kolak
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, CA, 1963, Weed Flora of Javanese
Sugarcane Fields, Ysel Press, Deventer
Bernad, H, 2002, Research Methods in
Antropology: Qualitative and Quantitative
Methods, Third edition, Altamitra Press,
Walnut Creek, California
Danoesatro, 1980, Tumbuhan Obat Keluarga,
Penebar Swadaya, Jakarta
Fakhrozi, I, 2009, Etnobotani Masyarakat Suku
Melayu Tradisional di Sekitar Tanam
Nasional Bukit Tigapuluh [Skripsi], Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Giono, W, 2004, Budidaya Tumbuhan Obat di
Perkarangan, Agromedia Pustaka, Jakarta
Hendri, W, 2009, Vegetasi Penyusun Hutan
Mangrove dan Pemanfaatan sebagai Obat
Tradisional oleh Masyarakat Desa Nipah
Panjang
Kecamatan
Batu
Ampar
Kabupaten Kubu Raya [Skripsi], Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hidayah, Z, 1996, Ensiklopedia Suku Bangsa di
Indonesia, LP3ES, Jakarta
Hidayat, S, 2010, Etnobotani Masyarakat
Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat,
Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor
Januminro, CFM, 2000, Rotan Indonesia, Kaninus:
Yogyakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
BPPK,
2012,
Panduan
Herbarium,
Dokumentasi dan Deskripsi Tumbuhan,
Jakarta
Meliki, 2013, Etnobotani Tumbuhan Obat oleh
Suku Dayak Iban di Desa Tanjung
Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten
Sintang [Skripsi], Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura, Pontianak
Oates, C, & Hick, A, 2002, Sago The Starch
Production in Asia and The Pacific
Problems and Prospects, New Frontier of
Sago Palm Studies, Universal Academic
Press, Inc, Tokyo
134
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 128-135
Siregar, EBM, 2005, Potensi Palem Indonesia,
USU PRESS, Sumatera
Soekarman & Riswan, 1992, Status Pengetahuan
Etnobotani di Indonesia, Prosiding Seminar
Etnobotani
Soesono, S, 1992, Bertanaman Aren, Penebar
Swadaya, Jakarta
Suryadarma, I, 2008, Etnobotani, UNY Press,
Yogyakarta
Utami, S, & Haneda, NF, 2010, Potensi
Pemanfaatan Etnobotani dari Hutan Tropis
Bengkulu sebagai Pestisida Nabati, Seminar
Nasional Biologi, Fakultas Biologi UGM,
Yogyakarta
Walujo, E,B, 1999, Keanekaragaman Hayati
Indonesia dan Peluangnya Dalam
Penelitian
Etnobotani,
Puslitbang
Biologi-LIPI, Bogor,
135
Download