pai unpad 1 - Blog UNPAD

advertisement
PAI UNPAD
MEMAHAMI KONSEPSI MANUSIA
Manusia telah mencurahkan perhatian yang sangat besar untuk memahami
dirinya sendiri. Pemahaman manusia tentang dirinya sangat menentukan corak perilaku
manusia itu dalam menjalani kehidupannya.
Pemahaman itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan mendasar tentang
apa, siapa, dari mana, hendak kemana, dan bagaimana manusia itu seharusnya
berperilaku dan menyikapi kehidupan yang dijalaninya. Jawaban atas pertanyaan
mendasar itulah yang sangat menentukan manusia perilaku, cara bersikap, dan
akhlaknya. Hal ini pula yang menentukan corak masyarakat manusia ketika
menyelesaikan problematika kehidupannya, sehingga kita dapat melihat perbedaan
mendasar tipologi masyarakat Islam yang religius dengan masyarakat yang menganut
faham sekulerisme-liberalisme, dan masyarakat sosialisme-komunisme.
Manusia Dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim mengungkapkan 3 (tiga) kata tentang manusia, yaitu a) Al
Insaan beserta beberapa bentuk derivasinya (Insun, naas, atau unaas), b) Basyar, dan c)
Bani Adam (Zuriyat Adam). Kata Insaan berasal dari akar kata (root) UNS yang secara
etimologis memiliki pengertian (basic meaning) jinak, harmoni, dan tampak. Dengan
demikian, kata Al Insaan menunjuk pada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan
raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain akibat perbedaan fisik,
mental, dan kecerdasan (Shihab, 1999: 280). Selanjutnya dinyatakan pula, kata basyar
berasal dari akar kata B,Sy,R yang memiliki pengertian penampakan sesuatu dengan baik
dan indah. Dari akar kata yang sama terdapat pula kata basyarah yang berarti kulit.
Manusia dinamakan basyar karena kulitnya tampak jelas. Berkenaan dengan hal itu
Quraiys Shihab berpendapat bahwa basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam
kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Berpijak
pada hal ini, difahami bahwa pelimpahan tugas kekhalifahan di muka bumi ini
diserahkan kepada basyar (manusia).
a. Mengapa manusia diciptakan
Keberadaan manusia untuk menjadi khalifatullah atau wakil Allah di muka bumi
untuk memakmurkan serta memanfaatkan (mengelola) alam semesta. Perhatikan QS
Al-Baqarah:30 dan QS. Al Hijr:28-29
b. Dari apa dan Bagaimana manusia diciptakan
Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah
(Al- Mu‘minun 12-14, Al-Hajj:5, Ar-Ruum:20, Al-An‘am:2, Al-A’raaf:, As-Sajdah: 7)
c. Untuk apa manusia diciptakan
Al-Qur’an menjelaskan untuk beribadah kepada Allah SWT (QS Adz-Dzariyat:56)
Dzat Pencipta alam semesta dan manusia.
1
Al-Qur’an Al-Karim mengungkapkan tentang perjalanan manusia dari awal
sampai akhir. Perhatikan QS.Al Baqarah:28-29.
a. Alam Ruh
b. Alam Rahim
b. Alam Dunia
Di alam dunia manusia mengemban tugas:
’Abdullah (hamba Allah), yaitu secara totalitas mengabdikan seluruh kehidupannya
hanya kepada dan bagi Allah SWT., lain tidak. Khalifatullah, yaitu hamba Allah yang
mengelola, mengatur, dan memanfaatkan kekayaan alam yang telah diamanahkan
Allah SWT. kepada manusia. Dalam pengelolaan alam tersebut manusia memanfaat
PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
1
PAI UNPAD
setiap potensi yang dimilikinya, baik akal maupun panca inderanya semaksimal
mungkin dengan senantiasa mengacu kepada aturan serta hukum yang berasal dari
Pencipta (Al Khaliq) manusia.
c. Alam Barzah
Alam ini (QS Al-Mu`minun:100) adalah alam yang akan kita lalui setelah kematian
menjemput kita. Alam ini adalah alam penantian pada hari persidangan kelak.
d. Alam Akhirat
Pada Alam Akhirat manusia hidup sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya di
dunia (QS Az-Zalzalah:1-8)
2
Potensi Hidup Manusia
Manusia memiliki potensi untuk melaksanakan aktivitas kehidupannya, yaitu :
1. Potensi yang berkaitan dengan kebutuhan jasmani yang harus segera dipenuhi
kebutuhannya, sebab jika tidak dipenuhi manusia akan mati. Potensi ini disebut
kebutuhan jasmani (Hajatul 'Udlowiyah). Dilihat dari cara pemuasannya, dorongan
Hajatul 'Udlowiyah berasal dari dalam dirinya (internal). Misalnya seseorang ingin
makan, maka yang menyebabkan keinginan itu adalah rasa lapar. Pemenuhan
kebutuhan fisik bagi muslim haruslah halal. Al-Qur’an menjelaskan tetang keharaman
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang tidak disembelih atas nama Allah.
2. Potensi diri yang pemenuhannya tidak segera. Manusia tidak mati jika tidak dipenuhi,
tetapi hanya akan menimbulkan kegelisahan (dan pada taraf tertentu manusia bisa
tergoncang jiwanya) saja. Potensi ini disebut dengan naluri (Gharizah). Naluri yang
dimiliki manusia terdiri atas:
a. Naluri beragama (Gharizah Tadayun)
Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk mensucikan, mengagungkan,
serta menghormati sesuatu. Bentuk pensucian, pengagungan, serta penghormatan ini
bermacam-macam. Islam menjelaskan siapa yang wajib diibadahi dan ditaati , yaitu
hanya Allah SWT. semata, bukan yang lainnya.
b. Naluri mempertahankan keturunan dan kasih sayang (Gharizah Jinsiyah)
Perwujudan naluri itu berupa adanya jalinan kasih sayang, cinta, dan rasa cinta yang
terjadi antara pria dan wanita. Begitu pula adanya kecenderungan manusia untuk
melanjutkan keturunan, diwujudkan dalam pernikahan. Pemenuhanan terhadap
naluri ini, Islam memberikan pedoman dalam melaksanakan-nya. Islam memberikan
aturan pergaulan laki-laki dan wanita, terutama dalam kaitannya dengan hubungan
kejenisan (laki-laki dan wanita) dan berinteraksi di antara keduanya. Pedoman
aturan ini berasal dari syariat Allah SWT. yang menurunkan kepada manusia aturan
dan hukum yang benar, sesuai dengan fitrah manusia.
c. Naluri mempertahankan diri (Gharizah Baqo')
Penampakan naluri ini adalah kecenderungan manusia untuk melawan terhadap
sesuatu yang mengancam dirinya atau yang akan mengambil haknya. Ciri adanya
naluri ini adalah manusia memiliki rasa takut, ingin dipuji, ingin berkuasa, dll.
Dengan adanya naluri ini, Islam telah menjelaskan aturan secara terperinci, terutama
dalam hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas), sehingga dalam
syariat Islam memuat adanya sistem hukum, sistem politik, sistem ekonomi, sistem
pemerintahan, dan lain sebagainya.
3. Akal merupakan kemampuan manusia untuk melakukan aktivitas proses berfikir
dengan melibatkan beberapa aspek, yaitu otak, panca indera, fakta yang diindera,
dan informasi sebelumnya tentang sesuatu. Jadi, akal bukan organ tubuh, melainkan
kemampuan manusia berfikir, memahami, mengambil pelajaran, dan menyimpulkan
sesuatu.
PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
2
PAI UNPAD
Manusia dan Agama
Naluri ini berkaitan dengan perasaan manusia yang membutuhkan kepada AlKhaliq (Pencipta), Dzat yang Maha Kuasa yang mengaturnya, tanpa memandang siapa
yang dianggap sang Pencipta itu. Perasaan ini merupakan fitrah dan secara pasti ada
pada diri manusia, baik orang tersebut beriman terhadap Al-Khaliq atau ia mengingkari
Al-Khaliq (faham materialisme dan naturalisme). Perwujudan keberadaan perasan ini
bersifat pasti, sebab merupakan bagian penciptaan manusia, sehingga upaya untuk
memisahkannya atau menghilangkannya merupakan perkara mustahil.
Perwujudan naluri beragama ini adanya perasaan taqdis (pensucian) terhadap
Pencipta Yang Maha Kuasa, atau terhadap sesuatu yang digambarkannya sebagai
penjelmaan sang Pencipta. Kadang kala pensucian itu dalam bentuk hakiki, sehingga
menjadi suatu ibadah; tetapi terkadang diwujudkan dalam gambaran/bentuk yang
sederhana, sehingga hanya menjadi sebuah kultus atau pengagungan semata. Dengan
demikian, taqdis (pensucian) adalah penghormatan secara tulus dan tinggi, yaitu
penghormatan yang bukan berasal dari rasa takut manusia, tetapi berasal dari naluri
beragama manusia.
Islam menolak sinkretisme. Sikap beragama sinkretistik melahirkan pemahaman
yang berintikan pada menyamadudukan semua agama adalah baik dan benar. Paham ini
bertumpu pada tiga doktrin:
(1) Bahwa, kebenaran agama itu bersifat subyektif sesuai dengan sudut pandang setiap
pemeluknya;
(2) Maka, sebagai konsekuensi dari doktrin pertama, kedudukan semua agama adalah
sama sehingga tidak boleh saling mendominasi dan tidak boleh satu agama
mengklaim agama yang paling benar dan yang lain salah;
(3) Oleh karena itu, dalam masyarakat yang terdiri dari banyak agama, diperlukan
aturan hidup bermasyarakat yang mampu mengadaptasi semua paham dan agama
yang berkembang di dalam masyarakat. Sikap beragama seperti ini menyebabkan
sebagian umat Islam telah memandang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan
memusuhi aturan agamanya sendiri. Sebagian umat telah lupa bahwa seorang
Muslim harus meyakini hanya Islam saja yang diridhai Allah SWT.
Hakekat Penciptaan Manusia dan 3 Pertanyaan Mendasar
3
Dalam pandangan Islam, manusia diciptakan dalam rangka untuk beribadah
kepada Allah SWT. Pandangan bahwa misi penciptaan manusia hanyalah untuk
beribadah kepada Allah SWT. terbentuk sejalan dengan kesimpulan yang diperolehnya
berkenaan dengan keberadaan dirinya dalam kehidupan dunia. Ketika manusia berusia
baligh (dewasa) yang ditandai dengan kesempurnaan fungsi akalnya, maka ia mulai
berpikir tentang beberapa hal persoalan kehidupan yang sangat mendasar. Persoalan
mendasar itu tentu saja memerlukan jawaban yang tuntas, memuaskan akal sehat,
menentramkan jiwa, dan bersesuaian dengan fitrah manusia.
Adapun persoalan mendasar manusia itu dapat diformulasikan dalam bentuk
pertanyaan:
1. Dari mana manusia, kehidupan, dan alam semesta berasal? Pertanyaan pertama ini
muncul karena berkaitan erat dengan fakta bahwa manusia itu berada dan hidup di
alam semesta. Sehingga pertanyaan yang merujuk kepada asal-muasal manusia akan
muncul, sebab kenyataannya manusia dan makhluk lainnya sebelumnya adalah
tidak ada. Oleh sebab itu, persoalan yang terdapat pada pertanyaan pertama ini
adalah tentang hakikat apa yang ada sebelum kehidupan dunia ini (Qabla al-hayati
al-dunya). Islam memberikan jawaban atas ketiga hal itu berasal dari Allah SWT.,
Dzat Maha Pencipta. Artinya manusia, kehidupan, dan alam semesta bukanlah hal
yang terjadi dengan sendirinya dan tiba-tiba maujud. Dengan pernyataan yang lain
PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
3
PAI UNPAD
4
bahwa apa yang terdapat sebelum adanya manusia, kehidupan, dan alam semesta
adalah Allah SWT.
2. Untuk apa manusia hidup dan kehidupan itu? Pertanyaan kedua ini berkaitan
dengan fakta bahwa manusia lahir dan eksis dalam kehidupan dunia ini. Wajar
muncul pertanyaan untuk apa dia hidup dan harus bagaimana dia menjalani
kehidupan ini. Jadi pertanyaan kedua ini berkaitan erat dengan makna keberadaan
manusia dalam kehidupan. Islam memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut
bahwa manusia hidup di atas dunia ini adalah dalam rangka untuk mengabdikan
dirinya secara totalitas hanya untuk beribadah kepada Penciptanya, Allah SWT.
Beribadah dalam perseptif ini adalah menaati Allah dengan menjalankan seluruh
perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Berkaitan dengan hal ini misi hidup
manusia dijelaskan dalam Al Quran.
3. Hendak kemana manusia dan kehidupan itu pada akhirnya (setelah kehidupan
dunia) ? Pertanyaan ini muncul berkaitan dengan fakta bahwa manusia dan makhluk
hidup lainnya mengalami kematian. Jadi, pertanyaan ketiga berkaitan dengan
adakah kehidupan setelah kematian ataukah kematian itu merupakan akhir dari
segalanya. Jadi kaitan hal ini adalah dengan hakikat apa yang terjadi setelah
kehidupan di dunia (ba‘da al-hayati dunya). Jawaban Islam bahwa setelah kematian
akan terjadi hari Qiamat (Yaumul Qiyamah). Islam menyatakan bahwa kehidupan itu
bukan hanya di dunia semata, tetapi juga di Akhirat yang pasti akan dijalani seluruh
manusia. Pada hari Qiamat seluruh makhluk ciptaan Allah dihancurleburkan dan
setelah itu manusia akan dibangkitkan kembali dari kuburnya untuk dimintai
pertanggung jawaban atas terhadap seluruh perbuatan sepanjang kehidupan yang
dijalaninya. Amal manusia dihitung dan ditimbang yang pada giliran berikutnya
manusia dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya saat ia hidup di dunia, surga
atau neraka.
Berdasarkan ketiga pertanyaan mendasar itu muncul pula pertanyaan yang
berkenaan dengan bagaimana korelasi antara apa yang terjadi sebelum kehidupan
dengan kehidupan saat ini, dan korelasi kehidupan saat ini dengan apa yang terjadi
setelah kehidupan dunia. Inilah persoalan mendasar manusia yang selalu dipertanyakan
sehingga diperlukan jawaban atas pertanyaan tersebut, karena jawaban atas pertanyaan
mendasar manusia itu akan menjadi pedoman, arah, dan point of view manusia dalam
menajalani kehidupannya. Jawaban atas pertanyaan tersebut memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap perilaku, kepribadian, persoalan-persoalan hidup manusia
lainnya yang bersifat cabang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti
mengapa dan bagaimana manusia harus bekerja mencari nafkah, membina sebuah
keluarga dan masyarakat, melaksanakan aktivitas sosial dan ekonomi, mengelola
pemerintahan dan negara, dan lain-lain.
Islam menjelaskan korelasi antara sebelum kehidupan dengan kehidupan di dunia,
yaitu Pertama, hubungan penciptaan. Artinya hanya Allah SWT. yang telah menciptakan
manusia, kehidupan, dan alam semesta. Kedua, Hubungan adanya perintah dan
larangan Allah SWT. Artinya adalah Allah SWT. tidak hanya sekedar menciptakan
makhluk saja, tetapi juga memberikan perintah dan larangan kepada manusia yang
termaktub dalam wahyuNya, yaitu Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah Rasulullah SAW.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa menciptakan dan memerintah hanyalah hak dan
wewenang Allah SWT. Hak untuk memerintah ini terwujud dalam dua bentuk, yaitu
1. Perintah untuk alam semesta berupa hukum-hukum pengaturan alam semesta
(sunnatullah) dan berlaku hanya bagi alam semesta saja.
2. Perintah hukum syara‘ yang ditujukan kepada manusia berupa hukum-hukum yang
mengatur kehidupan manusia itu sendiri.
PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
4
PAI UNPAD
Hubungan antara kehidupan dunia dan apa yang terjadi setelah kehidupan dunia
dijelaskan Islam dalam dua bentuk hubungan, yaitu pertama, hubungan kebangkitan dan
pengumpulan. Artinya Allah SWT. akan membangkitkan manusia dari kuburnya dan
mengumpulkan mereka di Padang Mahsyar. Kedua, hubungan perhitungan amal,
artinya Allah SWT. tidak hanya membangkitkan kembali manusia dari kubur dan
mengumpulkannya di Padang mahsyar, tetapi juga menghitung setiap amal perbuatan
manusia ketika mereka hidup di dunia. Allah meminta pertanggungjawaban manusia
terhadap apa yang telah mereka lakukan semasa hidupnya, apakah mereka beriman
kepadaNya ataukah tidak, apakah ia menjalankan setiap perintahNya dan menjauhi
setiap laranganNya ataukah tidak.
Demikian, Aqidah Islam telah memberikan penjelasan dan jawaban secara lugas
dan jelas terhadap persoalan mendasar manusia. Dari aspek inilah seorang muslim
memiliki cara pandang kehidupannya yang khas, berbeda dengan cara pandang
sekulerisme dan materialisme. Cara pandang kehidupan inilah yang akan berpengaruh
besar dalam membentuk kepribadian dan akhlak seorang muslim dan masyarakatnya.
5
PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
5
PAI UNPAD
6
6
PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
Download