BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika dapat diimplementasikan dengan menggunakan berbagai jenis metode pembelajaran, sehingga melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan membantu siswa dalam mengembangkan kompetensi kerja sama dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang berbasis Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan pendekatan student centered (berpusat pada siswa) diharapkan dapat lebih mengaktifkan siswa mengkonstruksi kemampuannya, baik kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif. Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), terdapat beberapa KD yang menuntut siswa dapat memecahkan masalah suatu konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang menuntut siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari akan lebih dapat tercapai secara maksimal jika siswa melakukan (mengalami) sendiri. Menurut Pitadjeng (2006: 53) permasalahan yang diangkat dari kehidupan anak akan lebih mudah dipahami oleh anak, karena nyata, terjangkau oleh imajinasi, dan dapat dibayangkan, sehingga lebih mudah baginya untuk mencari kemungkinan penyelesaian dengan menggunakan kemampuan matematis yang telah dimiliki. Observasi yang dilakukan penulis pada pembelajaran matematika di kelas 5 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014 menunjukkan bahwa pembelajaran masih jauh dengan kondisi ideal. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini masih dianggap paling menakutkan (sukar) bagi sebagian siswa. Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sukar didukung dengan fakta bahwa rata-rata hasil belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu sebesar 65. Data hasil belajar berdasarkan nilai ulangan matematika semester I tahun 2013/2014 dengan SK 4 menghitung volume kubus dan balok dan 1 2 menggunakannya dalam pemecahan masalah, menunjukkan bahwa 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di bawah KKM terbukti nilai ulangan siswa <65 dan 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM terbukti nilai ulangan siswa ≥65. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa kurang maksimalnya hasil belajar yang mereka capai disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap konsep pembelajaran yang mereka dapatkan setelah mengikuti pembelajaran matematika. Selain kurangnya pemahaman terhadap konsep pembelajaran, kurang maksimalnya hasil belajar yang dicapai siswa juga disebabkan oleh penggunaan strategi pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya serta kurang meningkatkan kerja sama yang terjalin antarsiswa. Pitadjeng (2006: 1) mengungkapkan bahwa banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari, serta gurunya tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker, killer, dan sebagainya. Pembelajaran yang sering diterapkan guru kelas 5 SDN Jepon 02 masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa dan kurang membantu siswa dalam memahami konsep pembelajaran, yaitu ceramah. Jika dalam ceramah disisipkan kerja kelompok, kerja kelompok yang dilakukan di dalam kelas hanya untuk penyelesaian tugas dan latihan soal sehingga kerja sama kelompok dalam proses pembelajaran masih kurang atau hanya didominasi oleh siswa yang pandai. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang mengarah pada pendekatan teacher centered (berpusat pada guru). Keberhasilan pembelajaran dengan metode ceramah bergantung pada apa yang disampaikan guru kepada siswanya. Metode ceramah membuat siswa pasif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, siswa hanya menerima suatu konsep pembelajaran sehingga siswa tidak dapat mengembangkan konsep pembelajaran yang telah diterima. Kurangnya kesempatan kerja sama kelompok dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah, menyebabkan siswa hanya terpaku pada informasi yang didapat dari guru, buku pelajaran, internet, serta sumber pembelajaran yang lain, tetapi siswa kurang mendapatkan penjelasan informasi yang didapat dari temannya 3 sendiri (sistem tutor sebaya). Penerapan metode ceramah secara berkala dapat mengakibatkan terjadi penurunan kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya penurunan kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa, guru dituntut dapat memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat pada pembelajaran matematika. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah bermain peran. Melalui metode bermain peran diharapkan dapat meningkatkan kompetensi kerja sama antarsiswa dan hasil belajar, karena dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran diharapkan siswa dapat saling berkerja sama memerankan peran yang mereka dapatkan masing-masing, di mana dalam memerankan suatu peran diperlukan pendalaman peran yang juga memerlukan bantuan orang lain untuk memahami tujuan dari drama yang akan diperankan bersama-sama. Berdasarkan peran yang siswa perankan, siswa bersama teman kelompoknya bertugas untuk saling berkerjasama memahami dan mengkonstruksi pengetahuannya berkaitan tentang konsep pembelajaran yang mereka dapatkan setelah mengikuti pembelajaran matematika. Tumbuhnya kerja sama antarsiswa dalam memahami dan mengkonstruksi pengetahuannya maka diharapkan akan meningkatkan hasil belajar matematika siswa karena dengan sistem tutor sebaya siswa cendrung lebih memahami konsep pembelajaran melalui penjelasan yang disampaikan temannya sendiri di mana tingkat perkembangan bahasa dan intelektual siswa hampir sama. Metode pembelajaran bermain peran saat ini cenderung lebih banyak digunakan dalam implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan Bahasa Indonesia karena lebih bersifat mengangkat permasalahan-permasalahan kemungkinan memaksimalkan penggunaan metode pembelajaran sosial, namun pembelajaran matematika sebab tidak bermain dalam menutup peran dapat implementasi pembelajaran matematika juga berkaitan dengan permasalahan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan model bermain peran bertujuan untuk dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menjadikan siswa mengalami sendiri masalah yang berkaitan dengan suatu konsep pembelajaran sehingga siswa 4 dapat lebih kritis mengatasi masalah tersebut. Dengan bermain peran, dapat melatih siswa untuk saling bekerjasama dalam berbagi informasi, mendengarkan dengan baik serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran, untuk itu penulis tertarik menggunakan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu: 1) Sebagian besar siswa menganggap metematika sebagai salah satu mata pelajaran yang paling menakutkan (sukar). 2) Nilai hasil belajar siswa cenderung masih rendah, belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65. 3) Rendahnya tingkat kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran. 4) Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa, yaitu ceramah. 5) Kerja kelompok yang dilakukan di dalam kelas hanya untuk penyelesaian tugas dan latihan soal sehingga kerja sama kelompok dalam proses pembelajaran masih kurang atau hanya didominasi oleh siswa yang pandai. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan analisis masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah melalui metode bermain peran dapat meningkatkan kerja sama kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014? 2) Apakah melalui metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014? 5 3) Bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru melalui metode bermain peran dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1) Meningkatkan kerja sama melalui metode bermain peran pada siswa kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014. 2) Meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode bermain peran siswa kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014. 3) Mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kerja sama dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014. Manfaat Penelitian 1.5 Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Bagi Siswa 1) Meningkatkan motivasi dan menghilangkan persepsi sukar pada pembelajaran matematika. 2) Meningkatkan kemampuan kerja sama dalam pembelajaran matematika. 3) Meningkatkan hasil belajar matematika. 4) Menambah pengalaman baru siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran bermain peran. 1.5.2 Bagi Guru 1) Menambah pengalaman baru bagi guru dalam menerapkan metode bermain peran dalam proses pembelajaran matematika. 6 2) Menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih serta menerapkan suatu metode sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa sesuai dengan materi pembelajaran pada suatu mata pelajaran. 1.5.3 Bagi Kepala Sekolah Menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang strategi dalam pengimplementasian pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar suatu mata pelajaran. 1.5.4 Bagi Penulis Menambah pengalaman penulis dalam berkolaborasi dengan guru dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan metode yang tepat pada pembelajaran matematika.