HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh: MEHMED SADIQ WARISMAN ALAFGANI F 100 070 157 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 0 2 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU Mehmed Sadiq Warisman Alafgani Dra. Partini, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi Keprofesionalan guru merupakan harapan pemerintah, masyarakat, dan orangtua, sebab berhubungan dengan keberhasilan belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Dukungan social yang ada di lingkungan kerja pada intinya akan mampu meningkatkan produktivitas hidup sebagai upaya pembentukan sikap kerja yang professional, termasuk lingkungan pendidikan sehingga dapat mencetak guru yang professional. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui : 1) Mengetahui ada hubungan antara dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar guru. 2) Mengetahui peran antara dukungan sosial terhadap profesionalisme mengajar guru. 3) Mengetahui kondisi dukungan sosial. 4) Mengetahui kondisi profesionalisme mengajar guru. Populasi dalam penelitan ini adalah para guru SLTA di seluruh kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, dan SMK Negeri 1, berjumlah 198. Adapun bentuk pengambilan sampel dalam penelitian dengan purposive, cara pengambilan sampelnya berdasarkan ciri-ciri tertentu, dengan guru berjumlah sebanyak 88. Ciri-ciri tersebut adalah: (a) Guru yang sudah mempunyai masa kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut mempunyai tingkat pendidikan minimal Strata 1. (c) Guru tersebut sudah tersertifikasi. Di dalam penelitian ini teknik pengambilan sampelnya diambil secara non random. Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala profesionalisme mengajar pada guru dan skala dukungan sosial. Metode analisis data yang ditetapkan pada penelitian ini adalah analisis statistik. Statistik yang digunakan dalam metode ini adalah korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa : (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar pada guru. Artinya semakin tinggi tingkat dukungan sosial maka semakin tinggi pula tingkat profesionalisme mengajar pada guru dan sebaliknya, semakin rendah tingkat dukungan sosial maka semakin rendah pula tingkat profesionalisme mengajar pada guru. (2) Dukungan sosial berperan terhadap profesionalisme mengajar pada guru sebesar 28%. (3) Keadaan dukungan sosial di SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1 Sukoharjo pada umumnya sedang. (4) Keadaan profesionalisme mengajar pada guru SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1 Sukoharjo pada umumnya sedang. Kata kunci : Dukungan sosial dan profesionalisme mengajar 3 bidang PENDAHULUAN Mengacu undang pada Republik Undang- Indonesia profesinya diandalkan dalam dan dapat melaksanakan (RI) pekerjaannya sehingga dapat berjalan No.14 tahun 2005 tentang Guru dan lancar, baik dan mendatangkan hasil Dosen, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas yang diharapkan. Individu tersebut menjelaskan juga memberi pelayanan yang sebaik- bahwa tenaga professional utama Guru adalah dengan tugas mendidik, baiknya dalam bidang profesinya. mengajar, Menurut Sinta (2009) guru membimbing, mengarahkan, melatih, profesional menilai dan mengevaluasi peserta berkualitas, berkompetensi, dan guru didik pada pendidikan anak usia yang sekolah pada jalur pendidikan formal, mendatangkan prestasi belajar serta pendidikan mampu mempengaruhi proses belajar dasar dan pendidikan menengah. adalah guru yang dikehendaki untuk mengajar siswa, yang nantinya akan Guru tenaga menghasilkan prestasi belajar siswa professional diperlukan dalam dunia yang lebih baik. Kompetensi guru pendidikan. dan yang dituntut meliputi empat kategori. Nurdin, 2008) Pertama, kemampuan guru dalam mengajar adalah merencanakan Tucker sebagai Menurut (dalam profesionalisme Novin program belajar tingkat penguasaan dan pelaksanaan mengajar. Kedua, kemampuan guru terhadap tiga hal: Knowledge, Skill, dalam menguasai bahan pelajaran. dan Character, jadi seorang yang Ketiga, profesional akan mempunyai tingkat melaksanakan tertentu pada ketiga bidang tersebut. memimpin/mengelola proses belajar Seorang mengajar. Dan keempat, kemampuan guru memerlukan sangat profesionalisme mutlak yang dalam kemampuan guru dalam dan menilai kemajuan proses baik. Hal ini disebabkan oleh adanya belajar mengajar. Guru profesional tuntutan bahwa guru yang tidak adalah guru yang mengedepankan profesional mutu pelayanan professional. akan yang memberikan juga Seorang dan kualitas layanan tidak produknya, layanan guru yang memenuhi professional dipercaya sangat ahli di standarisasi dan harus kebutuhan masyarakat, bangsa, dan pengguna 1 serta memaksimalkan kemampuan Indonesia mencapai berarti, kecakapan yang dimiliki masing- Indonesia dewasa yang berusia 15 masing untuk tahun ke atas, ada 12 orang yang tidak menjadi guru yang profesional harus bisa membaca. Angka ini relatif jauh memiliki beberapa kompetensi. lebih tinggi, apabila kita bandingkan sehingga Keprofesionalan merupakan harapan masyarakat, dan setiap 100 Ini peserta didik berdasar potensi dan individu, dari 12,1%. orang guru dengan negera-negara lain, seperti pemerintah, Thailand (7,4%), Brunai Darussalam sebab (6,1%) dan Jepang (0,0%). Kemudian Keberhasilan pada tahun yang sama (2004), UNDP belajar siswa dalam proses belajar juga telah mengeluarkan laporannya mengajar. Keberhasilan belajar siswa tentang biasanya dilihat dari kualitas atau Development Indeks) di Indonesia. perubahan yang ditunjukan siswa Dalam setelah Indonesia berada pada urutan ke 111 berhubungan orangtua, dengan mengikuti sehingga dapat pembelajaran, laporan HDI (Human tersebut, HDI melalui dari 175 negara. Posisi ini masih jauh sejauhmana kebutuhan belajar siswa dari Negara-negara tetangga, seperti dapat dipenuhi secara optimal oleh Malaysia yang menempati urutan ke- guru indikator- 59, Thailand yang menempati urutan indikator yang mempengaruhi mutu ke 76 dan Philipina yang menempati lulusan, urutan ke-83. Untuk kawasan Asia dengan dinilai kondisi melihat yaitu melalui Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Tenggara, Indonesia hanya menempati Realitas yang memukul dunia satu peringkat di atas Vietnam, sebuah pendidikan di Tanah Air ini, menjadi negara yang baru saja keluar dari semakin lengkap, apabila dikaitkan konflik politik yang besar dan baru juga dengan laporan dari UNDP memulai untuk berbenah diri namun (United sudah Nations Programme) yang Development baru-baru ini memperlihatkan hasilnya (Republika, 9 Mei 2005). dipublikasikan, berdasarkan laporan, Untuk menjawab Human Development Report 2004”, permasalahan tersebut di atas, yang tersebut dinyatakan bahwa angka buta perlu dipersiapkan adalah bagaimana huruf dewasa (adult illiteracy rate) di mencetak seorang guru yang memiliki 2 kapabilitas keilmuan yang memadai terus dalam bidangnya, atau guru yang kompetensinya sebagai pendidik dan memiliki serta pengajar yang profesional, sebab kata karena profesional bukan sekedar sebutan yang yang disematkan untuk menunjukkan profesional ini dapat diartikan sebagai prestise guru atau gagah-gagahan usaha untuk menciptakan kualitas semata-mata, namun kata profesional pendidikan atau mutu pendidikan lebih diarahkan kepada sebuah upaya menjadi lebih baik. Realisasi demi untuk menjawab kualifikasi keluasan kematangan dengan ilmu profesional, mencetak sedikit guru permasalahan banyak tersebut mengabdikan membangun guru keahlian integritas agar dan dan mampu telah menggugah akademisi, sehingga membuat perumusan kreatif dan produktif. Untuk menjadi untuk meningkatkan kualifikasi guru pribadi seperti ini tentu diperlukan melalui usaha dan kerja keras tak kenal lelah kalangan pemerintah pemberdayaan bertindak dalam tataran praktis yaitu menjadi dan peningkatan profesionalisme guru dari guru memiliki pembelajaran yang dan tak kenal usia (Adnyana, 2010). pelatihan sampai dengan instruksi agar agen Guru kualifikasi juga harus mampu mengadopsi sistem informasi dan pendidikan minimal Strata 1 (S1). teknologi, Oleh karena itu, pemerintah juga mengembangkan diri, mampu mengadakan mentransformasi nilai-nilai dalam program keguruan dengan pengajar memiliki sertifikasi mampu mensyaratkan struktur tugas dalam menjalankan kualifikasi tugas profesinya, mampu membuat pendidikan minimal S1 sesuai dengan pengembangan bidangnya masing-masing. berhubungan Tidak hanya dalam itu, tugas dengan yang kegiatan tangung pembelajaran, kegiatan membimbing jawab moral dan profesional guru juga siswa, kegiatan mengevaluasi hasil harus pembelajaran. ditunjukkan keberhasilannya melewati pasca proses Menurut sertifikasi, karena sertifikat pendidik masih yang profesionalisme telah dimilikinya justru merupakan simbol bahwa guru harus Hermawan rendahnya guru (2003) tingkat dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang 3 berasal dari internal guru itu sendiri memperhitungkan outputnya kelak di maupun faktor lainnya yang berasal lapangan, dari luar. Faktor-faktor tersebut antara banyak lain: a) kurangnya minat guru untuk terhadap menambah wawasan sebagai upaya kurangnya meningkatkan tingkat profesionalisme meningkatkan kualitas diri karena sebab tidaknya guru tidak dituntut untuk meneliti pengetahuan serta kemampuan dalam sebagaimana yang diberlakukan pada melaksanakan dosen di perguruan tinggi. bertambah berpengaruh atau tugas rutin terhadap tidak pendapatan sehingga guru yang etika tidak patuh profesinya; motivasi Arnold menyebabkan guru d) dalam dkk (2008) dalam yang diperolehnya. Kalaupun ada, hal sebuah penelitian menyatakan guru itu yang tidak seimbang dengan professional digambarkan pengorbanan yang telah dikeluarkan; sebagai guru yang memiliki jangkauan b) meledaknya jumlah lulusan sekolah pengetahuan yang luas. Selama siswa guru dari tahun ke tahun. belajar Faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme kerja sama dan konteks sekolah adalah faktor utama yang guru dapat meningkatkan atau mengurangi menurut Mulyasa (2007) antara lain pengetahuan disebabkan oleh: a). masih banyak berlanjut pada guru. Ditambahkan guru yang tidak menekuni profesinya oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh bahwa para guru secara konstan sebagian guru yang bekerja di luar diperlukan untuk selalu meningkatkan jam dan kerjanya untuk memenuhi profesional membaharui yang tingkatan kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga keterampilan. Keinginan untuk selalu tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan meningkatkan diri, baik membaca, ketrampilan tersebut, umumnya terjadi menulis, apalagi membuka internet; b) melalui aktivitas pembelajaran yang belum adanya standar profesional profesional. Pembelajaran profesional guru sebagaimana tuntutan negara- itu sendiri dipengaruhi oleh faktor- negara maju; c) adanya perguruan faktor tinggi swasta yang mencetak guru asal pribadi dalam konsteks kepercayaan, jadi, atau setengah jadi, tanpa 4 dan pendidikan, memperbaharui perkembangan dan misi guru yang tinggi pada konsep mengajar pembelajaran. dukungan dari lingkungan sekolah Surya (2003) mengemukakan kompetensi profesional pada guru. Apabila bagus, maka ketika seorang guru adalah mengalami masalah berbagai kemampuan yang diperlukan berhubungan agar dirinya maka guru tersebut akan mampu sebagai guru profesional. Kompetensi memecahkan masalahnya dibantu oleh profesional meliputi kepakaran atau teman seprofesi dan dalam lingkungan keahlian yaitu kerjanya, selain itu guru akan mampu harus membedakan suasana kerja dengan di diajarkannya beserta metodenya, rasa luar kerja serta menjaga reputasi. tanggung jawab akan tugasnya dan Profesionalisme kerja seperti ini tidak rasa kebersamaan dengan sejawat akan dapat dilakukan dengan baik guru tanpa adanya dukungan sosial dari dapat mewujudkan dalam penguasaan bahan lainnya. tersebut bidangnya yang Rasa dapat kebersamaan diartikan sebagai dengan yang pengajaran, orang-orang sekitarnya. kondisi yang saling mendukung di Rook dalam Smet (1994) antara sesama guru dan bisa diartikan mengatakan bahwa dukungan sosial pula sebagai bentuk dari dukungan merupakan salah satu fungsi dari sosial. ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial Maricar (dalam Syafrudin, tersebut menggambarkan 2007) menyatakan bahwa dukungan kualitas umum sosial yang ada di lingkungan kerja interpersonal. Ikatan dan persahabatan pada mampu dengan orang lain dianggap sebagai hidup aspek yang memberikan kepuasan sebagai upaya pembentukan sikap secara emosional dalam kehidupan kerja Dalam individu. Saat seseorang didukung lingkungan sekolah, dukungan yang oleh lingkungan maka segalanya akan diharapkan terasa lebih mudah. Dukungan sosial intinya akan meningkatkan yang produktivitas profesional. yakni dukungan dari dari hubungan lingkungan kerja di sekolah pada menunjukkan seorang guru, yang mana dukungan interpersonal tersebut terlihat individu terhadap konsekuensi negatif profesionalisme dari stres. Dukungan sosial yang akan mempengaruhi sangat 5 pada tingkat yang hubungan melindungi diterima dapat membuat individu Hasil penelitian ini diharapkan merasa tenang, diperhatikan, dicintai, dapat bermanfaat bagi : timbul 1. rasa percaya diri dan kompeten. Guru, agar dapat lebih memahami pentingnya bersikap profesional Demikian pentingnya dalam dukungan sosial bagi guru dalam meningkatkan menjalankan perannya sebagai tenaga pendidik. profesionalisme 2. Kepala Sekolah, agar dapat mengajar sehingga dapat diasumsikan membina dan memotivasi para bahwa bila seorang guru mendapat guru untuk selalu meningkatkan dukungan keprofesionalan dalam mengajar. sosial lingkungan yang sekolah bagus maka di guru 3. Peneliti selanjutnya, agar dapat tersebut akan dapat termotivasi dan memberikan mendapat pemikiran pada bidang psikologi fasilitas meningkatkan untuk profesionalitasnya sumbangan khususnya psikologi pendidikan. dalam mengajar. LANDASAN TEORI TUJUAN DAN Istilah profesionalisme berasal MANFAAT dari profession. Dalam Kamus Inggris PENELITIAN Indonesia, Dalam penelitian ini, bertujuan profession berarti untuk: pekerjaan. Arifin (1995) dalam buku 1. Mengetahui ada hubungan antara Kapita dukungan sosial mengemukakan dengan dukungan peran sosial kondisi profession kata occupation atau pekerjaan yang terhadap memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dalam buku yang ditulis oleh dukungan Kunandar (2007) yang berjudul Guru sosial. 4. Mengetahui bahwa antara profesionalisme mengajar guru. 3. Mengetahui Pendidikan mengandung arti yang sama dengan profesionalisme mengajar guru. 2. Mengetahui Selekta Profesional Implementasi Kurikulum kondisi Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan profesionalisme mengajar guru. pula bahwa profesionalisme berasal 6 dari kata profesi yang artinya suatu kemampuan dan penerimaan akan bidang pekerjaan yang ingin atau akan penjelasan delegasi tugas, kemampuan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga potensi diartikan sebagai suatu jabatan atau (pengetahuan dan keterampilan), dan pekerjaan tertentu yang mensyaratkan motivasi pengetahuan dan keterampilan khusus eksternal yakni antara lain pekerjaan, yang lingkungan, diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Tingkat kemampuan kerja reality sedangkan dan faktor dan sikap menghadapi situasi kerja, dukungan profesionalisme sosial. mengajar pada guru akan diukur dengan (IQ), menggunakan Faktor dukungan sosial sangat skala diperlukan oleh siapa saja dalam profesionalisme mengajar yang telah berhubungan dengan orang lain demi dibuat oleh Hastutik (2011) dan melangsungkan dimodifikasi oleh penulis berdasarkan tengahtengah aspek-aspek yang dikemukakan oleh (dalam Surya (dalam Kunandar, 2007) yang bahwa dukungan sosial merupakan meliputi: tanggung jawab pada bidang salah satu fungsi dari ikatan sosial, keahliannya, tanggung jawab moral, dan tanggung jawab intelektual, tanggung menggambarkan jawab Profesionalisme umum dari hubungan interpersonal. mengajar pada guru dalam penelitian Ikatan dan persahabatan dengan orang ini lain dianggap sebagai aspek yang sosial. akan diukur dengan skala hidupnya di masyarakat. Smet, 1994) ikatan-ikatan Rook mengatakan sosial tersebut tingkat kualitas profesionalisme mengajar pada guru. memberikan Semakin tinggi skor berarti semakin emosional dalam kehidupan individu. tinggi profesionalisme mengajar pada Saat didukung oleh guru, sebaliknya semakin rendah skor lingkungan maka segalanya akan yang terasa lebih mudah. Dukungan sosial diperoleh semakin rendah profesionalisme mengajar pada guru Faktor-faktor seseorang menunjukkan yang interpersonal kepuasan pada yang secara hubungan melindungi mempengaruhi profesionalisme guru individu terhadap konsekuensi negatif adalah faktor internal yakni antara lain dari stres. Dukungan sosial yang individu, diterima dapat membuat individu kemampuan dan minat, 7 merasa tenang, diperhatikan, dicintai, nurturance timbul dibantu). rasa percaya diri dan (kemungkinan untuk kompeten. Tingkat sekolah dukungan akan sosial diukur HIPOTESIS dengan Berdasarkan teori-teori yang menggunakan skala dukungan sosial telah dikemukakan, maka hipotesis yang telah dibuat oleh Muhammad yang dapat diajukan dalam penelitian (2011) dan dimodifikasi oleh penulis ini yaitu “Ada hubungan positif antara berdasarkan dukungan aspek-aspek yang sosial dengan (dalam profesionalisme mengajar pada guru”, Smet, 1994) yang meliputi: dukungan bahwa semakin tinggi dukungan sosial materi, dukungan emosi, dukungan pada sebuah sekolah maka tinggi penghargaan, dukungan informatif. profesionalisme mengajar pada guru, Dukungan akan sebaliknya semakin rendah dukungan diungkap dengan menggunakan skala sosial maka semakin rendah pula dukungan sosial sekolah. Semakin profesionalisme mengajar pada guru. dikemukakan oleh sosial House sekolah tinggi skor yang diperoleh subyek berarti menunjukkan semakin tinggi METODE PENELITIAN dukungan sosial dari sekolah yang Populasi dalam penelitan ini dialami subyek, sebaliknya semakin adalah para guru SLTA di seluruh rendah skor yang diperoleh maka kecamatan semakin rendah dukungan sosial dari mempengaruhi meliputi: SMA Negeri 3, dan SMK Negeri 1, yang dukungan attachment yang mana gurunya berjumlah 198. sosial Adapun bentuk sampel yang diambil (kasih dalam penelitian ini yakni berbentuk sayang/kelekatan), social integration (integrasi sosial), worth (penghargaan/pengakuan), reliable yang alliance reassurance (bimbingan), dan purposive, dimana cara pengambilan of sampelnya berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah: (a) (ikatan/hubungan dapat diandalkan), Kabupaten Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1, sekolah yang dialami subyek. faktor-faktor Sukoharjo, Guru yang sudah mempunyai masa guidance kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut opportunity for 8 mempunyai tingkat pendidikan Dukungan sosial dalam dunia minimal Strata 1. (c) Guru tersebut kerja sangat diperlukan mengingat sudah tersertifikasi. dukungan sosial berhubungan dengan Di dalam penelitian ini teknik pengambilan sampelnya orang diambil lain demi hidupnya melangsungkan di tengah-tengah secara non random. Ada dua skala masyarakat. Rook (dalam Smet, 1994) yang digunakan dalam penelitian ini, mengatakan bahwa dukungan sosial yaitu skala profesionalisme mengajar merupakan salah satu fungsi dari pada guru dan skala dukungan sosial. ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial Metode analisis data yang ditetapkan tersebut menggambarkan pada penelitian ini adalah analisis kualitas umum statistik. Statistik yang digunakan interpersonal. Ikatan dan persahabatan dalam metode ini adalah korelasi dengan orang lain dianggap sebagai product moment. aspek yang memberikan kepuasan tingkat dari hubungan secara emosional dalam kehidupan individu. Saat seseorang didukung PEMBAHASAN oleh lingkungan maka segalanya akan Berdasarkan hasil perhitungan terasa lebih mudah. Dukungan sosial diperoleh nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan sebesar 0,529 dengan p < 0,01, hal ini interpersonal berarti ada hubungan positif yang dengan profesionalisme diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, tinggi tingkat dukungan sosial maka tinggi pula timbul tingkat sebaliknya, semakin rasa percaya diri dan kompeten. profesionalisme mengajar pada guru dan melindungi dari stres. Dukungan sosial yang mengajar pada guru. Artinya, semakin semakin yang hubungan individu terhadap konsekuensi negatif sangat signifikan antara dukungan sosial pada Dukungan rendah sosial dapat diungkap melalui aspek dukungan tingkat dukungan sosial maka semakin sosial yaitu dukungan emosional, rendah pula tingkat profesionalisme penghargaan, mengajar pada guru. Jadi hipotesa instrumen, dan informatif. Smet (1994 menjelaskan yang penulis ajukan diterima. bahwa 9 dukungan emosional mencakup ungkapan empati, atau umpan balik yang diperoleh dari kepedulian dan perhatian terhadap orang lain, sehingga individu dapat individu, sehingga individu tersebut membatasi masalahnya dan mencoba merasa mencari nyaman, dicintai dan jalan keluar diperhatikan. Dukungan ini meliputi memecahkan masalahnya. perilaku seperti memberikan perhatian Dukungan atau afeksi serta bersedia meningkatkan untuk sosial mampu produktivitas hidup mendengarkan keluh kesah orang lain. sebagai upaya pembentukan sikap Dukungan penghargaan, dukungan ini kerja yang profesional. Terlihat dari terjadi lewat ungkapan hormat positif kemampuannya memecahkan masalah untuk orang tersebut, dorongan untuk yang maju atau persetujuan dengan gagasan mengalami hambatan komunikasi dua atau arah dengan teman seprofesi dan perasaan individu dan mungkin terjadi di perbandingan positif orang tersebut masyarakat dengan Pemberian membedakan suasana kerja dengan di dukungan ini membantu individu luar kerja serta menjaga reputasi. untuk melihat segi-segi positif yang Profesionalisme kerja seperti ini tidak ada dibandingkan akan dapat dilakukan dengan baik dengan keadaan orang lain yang tanpa adanya dukungan sosial dari berfungsi orang-orang orang dalam lain. dirinya untuk menambah diri, membentuk penghargaan umum. saat Mampu sekitarnya (Maricar, dalam Siwi, 2004). kepercayaan diri dan kemampuan Profesionalisme mengajar serta merasa dihargai dan berguna saat pada guru merupakan hal penting bagi individu mengalami tekanan. perkembangan Dukungan instrumental, meliputi Indonesia, karena dengan kemampuan sesuai dalam mengusai dan melaksanakan oleh tugas-tugas mengajar yang penuh seseorang, seperti memberi pinjaman tanggung jawab sebagai seorang guru, uang atau menolong dengan pekerjaan sehingga pada profesional. bantuan secara dengan yang waktu Dukungan langsung dibutuhkan mengalami informatif, stres. pendidikan pekerjaan guru di dapat Guru yang profesional mencakup berarti dituntut memiliki ilmu yang pemberian nasehat, petunjuk, saran bisa dipertanggung jawabkan secara 10 ilmiah; memiliki keahlian sesuai dipahami mengingat ada aspek dengan bidang yang ditekuninya; dukungan sosial yang belum terpenuhi keahliannya harus sesuai dengan latar pada belakang pendidikan yang didapatnya dukungan sosial yang belum dan profesi guru yang profesional memenuhi harapan adalah aspek memiliki sosial instrumental, menurut Kepala Sekolah kemasyarakatan, baik kepada siswa, SMK Negeri 1 Sukoharjo di sekolah keluarga maupun masyarakat. tersebut masih kekurangan sarana dampak Arnold dkk (2008) dalam subjek media penelitian. Aspek pembelajaran. Seperti seharusnya jumlah sebuah penelitian menyatakan guru komputer, yang digambarkan komputer sesuai dengan banyaknya sebagai guru yang memiliki jangkauan siswa diperlukan 60 komputer. Akan pengetahuan yang luas. Selama siswa tetapi jumlah komputer yang dimiliki belajar konteks sekolah hanya 30. Akibatnya, saat sekolah adalah faktor utama yang pelaksanaan untuk pelajaran teknologi dapat meningkatkan atau mengurangi harus menunggu kelas lain selesai pengetahuan yang menggunakan dan hal ini menghambat berlanjut pada guru. Ditambahkan proses pembelajaran. Selain itu, ada oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya sebagian orangtua siswa yang tidak bahwa para guru secara konstan perhatian terhadap pendidikan anak, diperlukan untuk selalu meningkatkan sehingga ada beberapa program yang dan tingkatan terhambat umumnya Seperti professional kerja sama dan profesional membaharui keterampilan. Hal ini dalam proses pelaksanaannya. pembayaran uang terjadi melalui aktivitas pembelajaran gedung sekolah, masih banyak siswa yang Pembelajaran yang belum membayar. Ini terjadi profesional dipengaruhi oleh faktor- karena orangtua kurang perhatian faktor perkembangan terhadap kebutuhan pribadi dalam konsteks kepercayaan, sekolah, sehingga dan misi guru yang tinggi pada konsep terhadap pembelajaran. orangtua profesional. pendidikan, Kategorisasi dukungan sosial termasuk sedang. Hal ini siswa tersebut 11 searah yang berpengaruh dukungan pembelajaran dapat anak emosional dalam rendah. dengan proses Penjelasan pendapat Purba, dkk (2007) bahwa dukungan pendekatan baru untuk pembangunan instrumen yang berupa sarana dalam profesionalisme, pembelajaran, dan pembelajaran menyediakan pembentukan budaya berkelanjutan. fasilitas kepada siswa dan keterlibatan Dengan pemanfaatan yang efektif aktif orangtua siswa memiliki peran sangat mungkin untuk menjadikan yang penting untuk meningkatkan internet sebagai media pengembangan kemajuan sekolah. kompetensi berkelanjutan bagi para untuk Profesionalisme mengajar guru. Peningkatan kompetensi guru pada guru termasuk kategori sedang. dengan memanfaatkan TIK dapat Berdasarkan hasil wawancara dengan dicapai hanya jika pemanfa’atannya Wakil Kepala Sekolah SMA N 3 mengarah Sukoharjo dijelaskan bahwa masih manajemen ilmu pengetahuan. ada sebagian guru yang kurang kepada terbentuknya Dukungan sosial mampu dalam menggunakan laptop, menyumbang cukup relevan dengan komputer, internet. sumbangan efektifnya sebesar 28% guru dalam terhadap profesionalisme mengajar peralatan modern atau Ketidakmampuan menggunakan pada guru. Dengan tersebut berdampak pada pengetahuan diharapkan dan meningkatkan tingkat dukungan sosial ketrampilan guru kurang sekolah demikian ini, penelitiannya menyimpulkan bahwa mempertahankan kualitas pemanfaatan internet oleh mengajar pada guru. Adapun faktor guru lain sangat tinggi akan tetap dapat maksimal. Suhendar (2011) dalam berpengaruh sehingga terus dapat profesionalisme yang mempengaruhi terhadap kompetensi profesional dan profesionalisme mengajar pada guru sosial pengaruhnya sebesar 72% selain dukungan sosial bertambah besar pada sekolah dengan adalah faktor karakteristik individu, daya dukung sarana TIK (Teknologi faktor pekerjaan, lingkungan kerja, Informasi dan sikap menghadapi situasi kerja. tinggi. guru dan dan Komunikasi) Guru memanfaatkan kurang TIK yang mampu Adapun berpengaruh sekarang telah dalam penelitian ini adalah: terhadap proses pembelajaran, sebab internet kelemahan 1. Untuk dijadikan sampling, pengambilan 12 jumlah karena sampel kurang maka keterbatasan menimbulkan generalisasi 4. hasil profesionalisme mengajar pada guru SMA Negeri penelitian. 2. Untuk Keadaan 3, SMA Negeri 1, dan SMK teori, penulis merasa Negeri kurang banyak mendapatkan teori 1 Sukoharjo pada umumnya sedang. tentang profesionalisme mengajar pada guru SARAN Dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, KESIMPULAN maka penulis mengajukan beberapa Berdasarkan hasil penelitian saran sebagai berikut: ini dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. 1. Ada hubungan positif yang sangat dapat signifikan antara dukungan sosial tingkat tingkat dukungan sosial maka pula tingkat dan sebaliknya, semakin rendah tingkat dukungan sosial maupun terus ditingkatkan, seperti saling memberikan informasi tentang pembelajaran pada sesama guru terutama empati guru. terhadap guru yang mengalami sosial terhadap berperan kesulitan profesionalisme dalam ketrampilan mengajar pada guru sebesar 28%. 3. dipertahankan yang efektif, saling berempati profesionalisme mengajar pada Dukungan profesionalisme metode-metode maka semakin rendah pula tingkat 2. hal mengajar pada guru tetap dapat profesionalisme mengajar pada guru kondisi lingkungan sosial sekolah agar pada guru. Artinya semakin tinggi tinggi meningkatkan dukungan sosial yang tinggi di dengan profesionalisme mengajar semakin Bagi kepala sekolah: diharapkan menginkatkan mengajarnya, sehingga pada akhirnya guru yang Keadaan dukungan sosial di SMA kurang terampil akan menjadi Negeri 3, SMA Negeri 1, dan lebih SMK Negeri 1 Sukoharjo pada terampil, memberikan bantuan finansial terutama untuk umumnya sedang. kepentingan meningkatkan kualitas sebagai furu misalnya 13 bantuan finansial melanjutkan Teacher’s Professional Knowledge From A Course To Student Teaching Practicum: A Case Study Of A Thai PreService Science Teacher Conference of Asian Science Education: CASE 2008 February 20-23, 2008, Kaohsiung, Taiwan untuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 2. Bagi guru: supaya meningkatkan profesionalisme mungkin semaksimal dengan bekerjasama cara dan saling saling Hastutik, T. 2011. Perbedaan Persepsi Terhadap Profesionalisme Mengajar Pada Guru Sma Negeri I Sragen Dan Guru Sma Muhammadiyah 1 Sragen. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: UMS. mendukung sesama guru dan staf sekolah. 3. Bagi peneliti berikutnya: apabila ingin meneliti yang berkaitan dengan profesionalisme mengajar pada guru diharapkan dapat Hermawan, Iwan. 2003. Guru, Antara Kebutuhan Hidup dan Profesionalisme. Artikel. http://researchengines.com/iwanherma wan2.html mengaitkan dengan variabel lain misalnya, kemampuan karakter individu, dan minat, kemampuan dan penerimaan akan penjelasan delegasi tugas. Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Cet. Ke-1, h. 45. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, I.W. 2010. Upaya Peningkatan Profesionalisme dan Motivasi Guru Gugus Sekolah Inti III Kecamatan Long Ikis Melalui Pertemuan Kelompok Kerja Guru ( KKG). Tesis. Kalimantan: Universitas Mulawarman. Muhammad, R. 2011. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Burnout. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: UMS. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Cet. Ke-3, h. 105. Jakarta: Bumi Aksara. Arnold S.R., Michael J. Padilla & Bupphachart Tunhikorn 2008. The Development Of Nurdin, M. 2008. Kiat Menjadi Guru Professional. Jogjakarta: ArRuzz Media 14 Purba, J., Yulianto, R., dan Widyanti, E. 2007. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada Guru. Jurnal Psikologi. Vol. 5 No. 1. Hal. 77-87. Shinta, 2009. http://shinta91.wordpress.com/ 2009/12/31/pentingnyaprofesionalisme-guru/ Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Grasindo Suhendar, A. 2011. Pengaruh Budaya Belajar Organisasi, Dukungan Manajemen, Daya Dukung Sarana, dan Kualitas Pemanfaatan Internet Terhadap Kompetensi Guru. Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran. Surya, M. 2002. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu. Syafrudin. 2007 Analisis Pengaruh Profesionalisme Kerja, Kepemimpinan Partisipatif Dan Pendidikan & Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja Guru Pada SMP Negeri 2 Binangun Kabupaten Cilacap. Jurnal Pendidikan. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta 2007 Yeigh, T. 2008 Quality Teaching & Professional Learning: Uncritical Reflections of a Critical Friend School of Education/Centre for Children & Young People Southern Cross University. Australian Journal of Teacher Education Vol 33, 2, May 2008 15