2 chrysanthemi Allesch dan S. leucanthemi Sacc. et Speg.), tepung oidium (Oidium chrysanthemi Rab.), kapang kelabu (Botrytis cenerea Pers.), layu cendawan (Fusarium oxysporum Schlecht. ex Fr. dan Verticillium alboatrum Reinke et Bert.), dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh chrysanthemun stunt viroid (CSVd), chrysanthemun mild mosaic virus (CMMV) atau chrysanthemum B carlavirus (CVB) (Pirone, 1978; Semangun, 1991). Infeksi virus yang bersifat sistemik akan terbawa pada turunan tanaman krisan yang diperbanyak secara vegetatif. Pengaruh infeksi virus pada tanaman hias, khususnya krisan dapat menyebabkan penurunan kualitas maupun kuantitas. Horst et al. (1977) melaporkan bahwa pengaruh infeksi CVB dapat mengakibatkan kerusakan tanaman rata-rata mencapai 80%. Survei yang dilakukan Verma et al. (2003) di Himachal Pradesh (India) menemukan bahwa CVB menginfeksi tanaman krisan dengan kejadian penyakit mencapai 94,66%. CVB yang merupakan salah satu penyebab penyakit utama pada tanaman krisan menginduksi berbagai macam gejala. Belang atau pemucatan tulang daun yang sangat ringan adalah gejala yang paling umum (Hollings, 1957; Hollings & Stones, 1972). Beberapa varietas krisan terinfeksi menunjukkan penurunan kualitas bunga dibandingkan dengan tanaman yang bebas virus. Penurunan kualitas bunga terutama karena pada tanaman terinfeksi warna mahkota bunga terputus-putus (pecah warna), mengalami distorsi dan berukuran lebih kecil dari normal. Kadang-kadang pada krisan terinfeksi CVB berkembang gejala garis nekrotik pada bunga, dan sering kali tanaman terinfeksi tidak menunjukkan gejala (symptomless). CVB dapat ditularkan melalui inokulasi mekanik dan penyambungan, walaupun secara alami virus ini ditularkan secara non persisten oleh kutudaun Myzus persicae, Macrosiphum euphorbiae, Aulacorthum solani, Coloradoa rufomaculata dan Macrosiphoniella sanborni (Hollings & Stones, 1972). Penyebaran jarak jauh CVB terjadi terutama melalui bahan perbanyakan vegetatif tanaman. Hal inilah yang menyebabkan negara-negara pengimpor krisan menerapkan aturan ketat terhadap semua bahan tanaman krisan yaitu harus bebas virus. 3 Indonesia sebagai salah satu komunitas dunia, bila ingin produk krisannya diterima di pasar dunia, harus mengikuti aturan perdagangan internasional terutama perlakuan karantina tumbuhan. Sertifikasi bahan tanaman krisan bebas virus membutuhkan metode deteksi yang cepat dan akurat. Tantangan ini mendorong penelitian yang akan dilakukan mengarah pada penyediaan metode deteksi CVB yang diperlukan dan dapat diterapkan untuk pemenuhan kebutuhan sertifikasi. Sertifikasi yang didukung metode deteksi yang handal diharapkan dapat menyelamatkan ekspor krisan Indonesia. Pada tahun 2005, pengamatan penulis di daerah pertanaman krisan di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat menemukan gejala penyakit belang ringan dan pemucatan tulang daun, mirip gejala yang disebabkan oleh infeksi CVB. Penyakit ini diduga disebabkan oleh virus. Berdasarkan gejalanya yang mirip dengan serangan CVB, maka perlu dilakukan karakterisasi melalui pengujian sifat-sifat suatu virus meliputi deskripsi gejala virus pada tanaman krisan, reaksi sampel terhadap serum anti-CVB, mengamati bentuk dan ukuran partikel virus, ukuran protein selubung virus, respon tanaman indikator terhadap infeksi virus, kajian penularan CVB melalui kutudaun, amplifikasi dan perunutan fragmen gen protein selubung virus. Kajian serologi CVB dengan menggunakan antiserum CVB pada metode ELISA untuk mendeteksi dan mengidentifikasi virus telah dilakukan di India terhadap kultivar krisan berbeda (Verma et al. 2003; Ram et al. 2005) dan di Jepang untuk mendeteksi CVB pada tanaman Gymnaster savatieri (Suastika et al. 1997). Sekarang ini, metode deteksi yang didasarkan pada analisis asam nukleat virus telah banyak digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi CVB atau genus carlavirus. Sebagai contoh teknik reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) dengan menggunakan primer spesifik telah terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi CVB dari tanaman yang berbeda dan tempat yang berbeda (Verma et al. 2003; Ram et al. 2005). Deteksi carlavirus dengan menggunakan teknik RT-PCR yang dilanjutkan dengan perunutan produk PCR dapat menentukan adanya kedekatan hubungan 4 antara virus yang termasuk genus carlavirus (Lee et al. 2003; Chen et al. 2002; Zang et al. 1998; Choi & Ryu, 2003). Di Indonesia, belum ada informasi lengkap mengenai penyakit pada tanaman krisan yang disebabkan oleh CVB dan keragamannya. Oleh karena itu penelitian mengenai status penyakit di lapangan, identifikasi virus penyebab penyakit melalui pengujian sifat-sifat biologi, deteksi dan identifikasi virus melalui kajian serologi, dan kajian karakter molekuler virus dengan RT-PCR dan perunutan nukleotida sangat penting dilakukan dalam usaha menemukan pengendalian CVB pada tanaman krisan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sifat-sifat biologi dan molekuler CVB isolat Indonesia serta mengembangkan teknik serologi untuk deteksi CVB cepat dan akurat pada tanaman krisan. Hipotesis 1. CVB isolat Indonesia mempunyai karakter biologi dan molekuler khusus, yang berbeda dari isolat-isolat CVB lain. 2. Metode deteksi cepat dan akurat dapat dikembangkan untuk CVB isolat Indonesia. Alur Penelitian Penelitian dilakukan melalui survei di lapangan, percobaan di rumah kaca dan laboratorium, yang terdiri atas: 1. Determinasi karakter biologi CVB pada tanaman krisan, meliputi: a) pengamatan keragaman gejala virus pada tanaman krisan; b) reaksi sampel terhadap antiserum virus yang menginfeksi krisan; c) respon tanaman indikator terhadap infeksi CVB; dan d) kajian penularan CVB dengan serangga vektor kutudaun. 2. Determinasi karakter molekuler CVB, meliputi: a) pemurnian virus; b) karakterisasi virus murni dengan spektrofotometri; c) pengamatan bentuk dan ukuran partikel virus dengan mikroskop elektron; d) penentuan berat molekul protein selubung virus melalui elektroforesis protein dengan teknik 5 sodiom dodecyl sulphate-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) dan Western blot; dan e) penentuan keragaman molekuler CVB isolat Indonesia, meliputi ; ekstraksi RNA, amplifikasi DNA (RT-PCR), perunutan fragmen gen protein selubung CVB, dan analisis filogenetika. 3. Kajian serologi, meliputi: a) produksi antiserum; b) uji ELISA dan TBIA); dan c) pengujian metode serologi untuk deteksi sampel. Alur penelitian disajikan pada Gambar 1. Survei pada tanaman krisan di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali Diagnosis CVB dengan ELISA Kisaran inang CVB: • Keragaman gejala • Kisaran inang Identiikasi CVB dengan RT‐PCR Kajian penularan CVB melalui kutudaun Pemurnian CVB • Karakter morfologi dengan mikroskop elektron • Analisis protein selubung Perunutan isolat‐isolat CVB Analisis keragaman isolat‐isolat CVB Produksi antiserum CVB Pengembangan metode deteksi CVB: • ELISA • TBIA Gambar 1. Alur penelitian karakterisasi dan pengembangan metode deteksi CVB Indonesia