BAB II Vektor 2.1. Besaran Skalar Dan Vektor Pada sub bab terdahulu telah diterangkan bahwa besaran massa merupakan besaran pokok kecepatan merupakan besaran turunan. Tetapi pada sub bab ini akan dibicarakan besaran-besaran dari sudut pandang yang lain. 2.1.1. Perbedaan antara besaran skalar dan vektor Bila kita perhatikan lebih jauh, besaran massa dan kecepatan berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang lain. Misalnya, massa sebuah bola 5 kg. Massa tersebut tidak berubah, walaupun dipindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Besaran massa tersebut dapat dinyatakan hanya dengan nilai saja yaitu 5 kg (angka 5 merupakan bilangan dan kg merupakan satuannya). Besaran yang demikian kita sebut Besaran Skalar. 1. Besaran skalar adalah besaran yang cukup dinyatakan oleh nilainya saja (nilai dinyatakan oleh bilangan dan satuan) Yang termasuk besaran skalar diantaranya adalah waktu, suhu, volume, laju, energi, usaha dan lain-lain. Dengan kata lain, besaran skalar adalah besaran yang cara pengukurannya tidak tergantung pada sistem koordinat yang dipakai, artinya tidak bergantung tempat dan arah, hanya bergantung pada nilai saja. Sebuah mobil bergerak ke arah utara dengan speedometer menunjukkan angka 90 km/jam hasilnya akan lain jika mobil tersebut bergerak ke arah selatan dengan penunjukkan speedometer yang sama. Dengan perkataan lain bahwa besaran kecepatan tidak hanya dinyatakan dengan nilai (nilainya dinyatakan dengan bilangan dan satuan), tetapi juga harus dilengkapi dengan arahnya. Besaran yang demikian disebut Besaran Vektor. 2. Besaran vektor adalah besaran yang dicirikan oleh nilai dan arah Yang termasuk besaran vektor didalam fisika adalah: kecepatan, percepatan, gaya, perpindahan, momentum dan lain-lain. Jika dilihat bahwa beseran vektor bergantung kepada nilai dan arah, maka dapat dikatakan bahwa besaran vektor, merupakan besaran yang cara pengukurannya bergantung pada sistem koordinat. Latihan 1. Besar-besaran di bawah ini, mana yang merupakan besaran skalar dan mana yang merupakan besaran vektor? a. Waktu (detik) b. Perpindahan (m) c. Kecepatan (m/s) d. Laju (m/s) e. Percepatan (m/s2) f. Usaha (Joule atau Kg m2/s2) g. Temperatur (C) h. Momentum (p) (Kg m/s) 2. Besaran-besaran pada soal no 1, tentukan besaran mana yang merupakan besaran pokok dan besaran mana yang merupakan besaran turunan? 2.1.2. Penggambaran, penulisan notasi besaran vektor dan vektor satuan a. Penggambaran vektor Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri dari, pangkal (titik tangkap), ujung, dan panjang anak panah. Panjang anak panah menyatakan nilai dari vektor dan arah panah menunjukkan arah vektor. Misalnya: Pada gambar di bawah ini digambar vektor A dengan titik pangkalnya P, titik ujungnya Q serta sesuai arah panah dan nilai vektornya sebesar panjang PQ P Q Gambar: Gambar sebuah vektor PQ Titik P Titik Q Panjang PQ : Titik Pangkal (titik tangkap) : Ujung : Nilai (besarnya) vektor tersebut = A b. Penulisan notasi besaran vektor Notasi sebuah vektor dapat berupa huruf besar atau huruf kecil, biasanya berupa huruf tebal, atau berupa huruf yang diberi tanda panah di atasnya atau huruf miring. Contoh Vektor A atau a (Berhuruf tebal) Vektor A atau a (Huruf dengan tanda panah di atasnya) Vektor A atau a (Huruf miring) Untuk penulisan harga (nilai) dari vektor dituliskan dengan huruf biasa atau dengan memberi tanda mutlak dari vektor tersebut. Contoh: Vektor A Nilai vektor A ditulis dengan A atau A Ada beberapa hal yang perlu diingat mengenai besaran vektor, yaitu dua buah vektor dikatakan sama mempunyai bila besar dan arah sama. Dan dua buah vektor dikatakan tidak sama jika Atau Atau 1. Kedua vektor mempunyai nilai yang sama tetapi berlainan arah 2. Kedua vektor mempunyai nilai yang berbeda tetapi arah sama 3. Kedua vektor mempunyai nilai yang berbeda dan arah yang berbeda Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini: A D C E B Panjang (nilai) vektor A, B, C, dan D sama besarnya. Nilai vektor C lebih kecil dari vektor D. Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa: A = C artinya: nilai dan arah kedua vektor sama A = -B artinya: nilainya sama tetapi arahnya berlawanan Vektor A tidak sama dengan vektor D (Nilainya sama tetapi arahnya berbeda) Vektor D tidak sama dengan vektor E (Nilai dan arahnya berbeda) c. Vektor satuan Vektor satuan adalah sebuah vektor yang didefinisikan sebagai satu satuan vektor. Misalnya ditentukan bahwa satu satuan vektor gaya panjangnya 0,5 cm, artinya bila ada gaya sebesar 5 newton yang arahnya ke timur, maka untuk menggambarkan gaya 5 newton tersebut, harus digambar sepanjang 2,5 cm. F = 5 newton Jika digunakan sistem koordinat Kartesius untuk dua dimensi, yaitu sumbu x dan sumbu y, vektor satuan pada sumbu x adalah i dan vektor satuan pada sumbu y adalah j. Pada sistem koordinat ini, ditentukan bahwa nilai dari satuan vektor-vektor tersebut besarnya (1) satu. (Lihat gambar). Bila ada vektor A = 5 i, berarti vektor A tersebut berada pada y sumbu x dengan arah sumbu x+ dan mempunyai besar 5 kali ^ vektor satuan i. Gambar Jika digunakan sistem koordinat Kartesius untuk tiga dimensi, yaitu sumbu x, y, dan z, vektor satuan pada sumbu x adalah i, vektor satuan pada sumbu y adalah j dan vektor satuan pada sumbu z adalah k. Pada sistem koordinat ini, ditentukan bahwa nilai dari vektor-vektor satuan tersebut adalah (1) satu. (Lihat gambar) Gambar Latihan 1. Kita definisikan bahwa untuk vektor satuan gaya digambarkan 0,25 cm, artinya tiap satu newton, digambarkan dengan suatu vektor yang panjangnya 0,25 cm. Bila ada suatu vektor gaya besarnya 60 newton, maka berapakah panjang vektor yang harus digambarkan untuk menunjukkan gaya tersebut? (jawab: 15 cm) 2. Tentukan besar (nilai) dan gambarkan pada sistem koordinat kartesian untuk dua dimensi, dari vektor-vektor di bawah ini: a. A = 7 i b. D = 3 i + 4 j c. C = 5 j (Jawab: a. A = 7 satuan; b. C = 5 satuan; c. D = 5 satuan) 2.1.3. Hitungan untuk besaran skalar dan besaran vektor Di dalam fisika, sering kali dijumpai operasi-operasi (hitungan) antara besaran skalar, atau antara besaran-besaran vektor dan antar besaran skalar dengan besaran vektor. Hitungan untuk besaran skalar dengan besaran skalar, telah banyak diketahui, yaitu berlaku hitungan seperti: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan mengenai hitungan antara skalar dengan vektor dan antara besaran vektor dengan besaran vektor. 2.1.3.1. Perkalian antara skalar dan vektor Sebuah besaran skalar dengan nilai sebesar k, dapat dikalikan dengan sebuah vektor A yang hasilnya sebuah vektor baru C yang nilainya sama dengan nilai k dikali nilai A. Jika nilai k positif, maka arah C searah dengan A dan jika nilai k bertanda negatif, maka arah C berlawanan dengan arah A. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: C=kA C : Vektor, k : Skalar A : Vektor Contoh soal Misalkan ada sebuah gaya F sebesar 2 newton, seperti pada gambar. Tentukan vektor B, C, dan D jika a. B = 3 F b. C = 0,5 F c. D = -1,5 F F Jawab: B=3F a. B = 3 F b. C = 0,5 F C = 0,5 F c. D = -1,5 F D = -1,5 F 2.1.3.2. Hitungan vektor 1. Penjumlahan dan pengurangan vektor Untuk menjumlahkan dua buah vektor atau lebih harus diperhatikan arah dan nilai dari vektor-vektor yang dijumlahkan. Hasil penjumlahan dua buah vektor tersebut, adalah sebuah vektor baru (vektor resultan) yang dapat menggantikan vektor-vektor yang dijumlahkan (vektor-vektor tersebut harus sejenis). Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh di bawah ini. Sebuah peti yang terletak pada bidang datar, ditarik oleh dua orang dengan gaya masing-masing 5 N dan 10 N dengan arah gaya yang sama. Bila kedua gaya tersebut dijumlahkan, maka menghasilkan sebuah gaya sebesar 15 N (kedua vektor arahnya sama). Dengan kata lain resultan kedua vektor adalah 15 N. Artinya, kedua vektor yang dijumlahkan bisa dihilangkan dan digantikan dengan vektor baru sebesar 15 N, akan memberikan hasil yang sama. Untuk penjumlahan atau pengurangan vektor, ada beberapa metode, yaitu: 1. 2. 3. 4. Metode jajaran genjang Metode segitiga Metode poligon (segi banyak) Metode uraian 1. Metode Jajaran Genjang Bila kedua vektor tersebut dijumlahkan dengan metode jajaran genjang, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: Gambar a. Lukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal berimpit b. Lukis sebuah jajaran genjang dengan kedua vektor tersebut sebagai sisi-sisinya c. Resultannya adalah sebuah vektor, yang merupakan diagonal dari jajaran genjang tersebut dengan titik pangkal sama dengan titik pangkal kedua vektor tersebut Jika ditanyakan R = A – B, maka caranya sama saja, hanya vektor B digambarkan berlawanan arah dengan yang diketahui. 2. Metode Segitiga Bila ada dua buah vektor A dan B akan dijumlahkan dengan cara segitiga maka tahap-tahap yang harus dilakukan adalah Gambar a. Gambarkan vektor A b. Gambarkan vektor B dengan cara meletakkan pangkal vektor B pada ujung vektor A c. Tariklah garis dari pangkal vektor A ke ujung vektor B d. Vektor resultan merupakan vektor yang mempunyai pangkal di vektor A dan mempunyai ujung di vektor B Jika ditanyakan R = A – B, maka caranya sama saja, hanya vektor B digambarkan berlawanan arah dengan yang diketahui 3. Metode poligon Pada metode ini, tahapannya sama dengan metode segitiga, hanya saja metode ini untuk menjumlahkan lebih dari dua vektor. Contoh: Jumlahkan ketiga buah vektor A, B, dan C dengan metoda Poligon A B Jawab: Resultan ketiga vektor R adalah C R=A+B+C Gambar 4. Metode Uraian ………………………… 2. Resultan dari dua buah vektor Mencari resultan dari dua buah vektor, berarti mencari sebuah vektor baru yang dapat menggantikan vektor-vektor yang dijumlahkan. Misalnya ada sebuah benda ditarik oleh dua orang, dan dengan gaya-gaya tersebut, benda bergerak dengan percepatan 5 m/detik2. Kita dapat memberikan kepada benda tersebut hanya satu gaya dan dapat menghasilkan percepatan yang sama yaitu 5 m/detik2 dan dengan arah yang sama. Gaya tunggal tersebut disebut resultan dari kedua gaya. Bila ada dua buah vektor A dan B membentuk sudut lihat gambar, maka resultannya dapat dicari dengan mudah Gambar Panjang resultannya R = PS dengan menggunakan Pythagoras diperoleh PS2 = (PQ + QT) 2 + ST2 PQ = B QT = A cos TS = A sin Dengan memasukkan harga-harga di atas diperoleh R2 = (B + A cos )2 + (A sin ) = B2 + 2 B A cos + A2 cos2 + A2 sin2 = B2 + 2 B A cos + A2 (cos2 + sin2 ) = B2 + 2 B A cos + A2 (1) = A2 + B2 + 2 A B cos R = (A2 + B2 + 2 A B cos )1/2 Dari rumus nampak bahwa harga resultan bergantung pada sudut antara kedua vektor tersebut Hal-hal khusus: a. Jika vektor A dan B searah, berarti = 0 dan cos = cos 0 = 1, dengan demikian harga R R = (A2 + B2 + 2 A B cos )1/2 = (A2 + B2 + 2 A B 1)1/2 =A+B b. Jika vektor A dan B berlawanan arah, berarti = 180 dan cos = cos 180 = -1, dengan demikian harga R R = (A2 + B2 + 2 A B cos )1/2 = (A2 + B2 + 2 A B (-1))1/2 =A–B Kita ketahui bahwa harga –1 cos + 1 Dengan demikian harga resultan dari dua buah vektor, mempunyai harga antara A– B R A+B A – B merupakan harga mutlak Contoh: Dua buah vektor gaya F1 = 5 newton dan F2 = 5 newton Tentukan: a. Harga resultan yang mungkin dapat dihasilkan dari penjumlahan kedua vektor b. Sudut yang dibentuk antara kedua vektor gaya, agar resultannya 5 newton Jawab: a. Harga resultan yang mungkin adalah A–B R A+B 5–5 R 5+5 0 R 10 newton b. Dari rumus R = (A2 + B2 + 2 A B cos )1/2 R2 = F12 + F22 + 2 F1 F2 cos 52 = 52 + 52 + 2.5.5. cos 60 1 cos = - ------ = - ---120 = 2 1 = Arc cos (- ----) = 120 2 2.2. Sebuah Vektor Dapat Diuraikan Menjadi Dua Vektor Atau Lebih Pada sub bab sebelumnya, telah dijelaskan bagaimana menjumlahkan dua buah vektor atau lebih yang dapat menghasilkan sebuah vektor baru yang menggantikan vektor-vektor yang dijumlahkan. Pada sub bab ini akan dijelaskan, mengenai bagaimana: 1. Menguraikan sebuah Vektor 2. Menjumlahkan beberapa vektor dengan cara menguraikan vektor-vektor tersebut ke dalam komponen-komponennya terlebih dahulu. 2.2.1. Menguraikan sebuah vektor Pada dasarnya menguraikan sebuah vektor, merupakan kebalikan dari penjumlahan vektor. Dengan demikian, sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua vektor atau lebih. Pada kesempatan ini, akan dibahas bagaimana menguraikan sebuah vektor menjadi dua buah vektor yang saling tegak lurus, yaitu satu vektor yang horisontal dan satu vektor yang vertikal. Untuk hal tersebut akan digunakan koordinat Kartesian dimana vektor tersebut akan diuraikan pada sumbu x dan y yang saling tegak lurus. Untuk lebih jelasnya lihat gambar, Gambar Sebuah vektor A yang membentuk sudut dengan sumbu x positif akan diuraikan pada sumbu x dan sumbu y. Komponen vektor A pada sumbu x disebut Ax. Komponen vektor A pada sumbu y disebut Ay. Besarnya komponen-komponen vektor (Ax, Ay) tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan trigonometri. Ay sin = -----A Ax cos = ------A Dengan demikian diperoleh hubungan antara vektor A dengan Ax, Ax, dan Ax = A cos Ay = A sin Contoh: Menentukan komponen-komponen sebuah vektor pada sistem koordinat Kartesian Sebuah vektor perpindahan A = 50 m terletak pada sistem koordinat Kartesian, membentuk sudut 120 dengan sumbu x positif. Tentukan komponen vektor perpindahan tersebut pada sumbu x dan y. Jawab: Untuk lebih memahami, terlebih dahulu digambarkan vektor perpindahan tersebut yang berada di dalam koordinat Kartesian (lihat gambar) Gambar Ay = A sin = 50 sin 120 = = 50 sin (180 – 120) = 50 sin 60 1 = 50 . ---3 = 253 meter 2 Ax = A cos = 50 cos 120 = 50 cos (180 – 120) = 50 (-cos 60) = -50 cos 60 = -50 (0,5) = -25 meter 2.2.2. Menjumlahkan vektor dengan cara menjumlahkan komponen Jika ada sebuah vektor A dalam harga Ax dan Ay yang diketahui, maka besar A dan arah () dapat dicari dengan menggunakan rumus Pythagoras yaitu: Untuk mencari harga A, kuadratkan rumus tadi ( ) kemudian dijumlahkan dan diperoleh (Ax)2 = (A cos )2 (Ay)2 = (A sin )2 (Ax)2 + (Ay)2 = (A cos )2 + (A sin )2 = A2 cos2 + A2 sin2 = A2 (cos2 + sin2 ) = A2 (1) = A2 A = Ax2 + Ay2 Untuk mencari harga , gunakan persamaan di atas cos Ay tan = ------- = -----cos Ax Jika vektor A di atas dinyatakan dengan vektor-vektor satuan i dan j maka, secara matematis vektor A dapat ditulis dengan A = i A x + j Ay Yang merupakan penjumlahan kedua komponen-komponennya Atau Nilai vektor A A = Ax + Ay A = A = Ax2 + Ay2 Bila ada beberapa vektor, dalam komponen-komponen masing-masing sumbu x dan y diketahui atau dapat dicari, maka resultan dari vektor-vektor tersebut mudah dicari dengan cara: 1. Menjumlahkan komponen-komponen pada sumbu x 2. Menjumlahkan komponen-komponen pada sumbu y 3. Gunakan dalil Pythagoras untuk menghitung resultannya Latihan 1. Tentukan besar dan arah dari vektor-vektor di bawah ini, jika komponen masing-masing di dalam koordinat Kartesian telah diketahui a. Ax = 6 cm, Ay = 8 cm b. Fx = 3 N; Fy = 4 N 2. Sebuah perahu bergerak dari suatu tepi sungai, tegak lurus aliran sungai dengan kecepatan 12 m/detik dan kecepatan aliran sungai adalah 5 m/detik. Jika lebar sungai 120 m, berapa jauhkah dan dimana perahu tersebut berada pada tepi lain dari sungai tersebut 2.3. Perkalian Vektor Pada bab terdahulu, telah diuraikan operasi vektor penjumlahan dan pengurangan. Pada sub bab ini akan diperkenalkan operasi perkalian dua buah vektor. Untuk operasi perkalian dua buah vektor, ada dua macam operasi yaitu: a. Perkalian titik vektor (dot product) atau perkalian skalar b. Perkalian silang vektor (cross product) atau perkalian vektor 2.3.1. Perkalian titik vektor (dot product) Perkalian titik (dot product) antara dua buah vektor A dan B menghasilkan C, didefinisikan secara matematis sebagai berikut: AB=C A dan B vektor C besaran skalar Nilai C didefinisikan sebagai C = A . B cos A = A = besar vektor A B = B = besar vektor B = sudut antara vektor A dan B Operasi vektor seperti itu disebut perkalian titik (dot) karena dalam penulisannya menggunakan simbol titik (), dan disebut perkalian skalar karena hasilnya merupakan besaran skalar. Contoh: Usaha (W) yang dilakukan oleh gaya F untuk memindahkan benda sejauh s didefinisikan sebagai W = F s. Jika besar gaya F = 5 N, perpindahan s = 40 m dan gaya F membentuk sudut 60, maka hitung besar usaha W. Jawab: W=Fs W = Fs cos W = 2 N . 40 m cos 60 = 5 N . 40 m. 0,5 W = 100 N m = 100 Joule 2.3.2. Perkalian silang vektor (cross product) Perkalian silang (cross product) antara dua buah vektor A dan B akan menghasilkan C, didefinisikan sebagai berikut: AxB=C Gambar A, B, dan C vektor Nilai C didefinisikan sebagai C = A . B cos A = A = besar vektor A B = B = besar vektor B = sudut antara vektor A dan B Jika kita ingat arah sebuah sekrup yang diputar maka arah dari C dapat diperoleh dengan cara membuat putaran dari A ke B melalui sudut dan arah C sama dengan gerak arah sekrup. Operasi vektor seperti itu disebut perkalian silang (cross) karena dalam penulisannya, menggunakan simbol silang (x), dan disebut perkalian silang vektor karena hasilnya merupakan besaran vektor Contoh: Diketahui tiga buah vektor A = 6 satuan, B = 4 satuan, dan C = 5 satuan terletak pada bidang kertas ini A C B Tentukan besar dan arah dari a. A x B b. A x C Gambar Gambar Gambar a. Besar A x B = 6 satuan, 4 satuan sin 90 = 24 satuan yang lain. Arahya dapat diperoleh dengan membuat putaran dari A ke B melalui sudut 90, diperoleh arahnya tegak lurus pada bidang kertas ke atas. b. Besar A x C = 6 satuan, 5 satuan sin 180 = 6 satuan. 5 satuan. 0 = 0