PENGGUNAAN FLUORIDA DI RUMAH TANGGA Fluorida merupakan senyawa yang mengandung unsur fluor. Senyawa fluorida dapat dijumpai dalam berbagai produk rumah tangga. Pada pasta gigi, umumnya terkandung 1 mg fluorida sebagai natrium monofluorofosfat. Senyawa ini tidak mudah larut dan umumnya tidak bersifat toksik. Selain pada pasta gigi, senyawa fluorida juga dapat dijumpai pada produk lain, misalnya natrium fluorida pada obat kumur; natrium fluorida pada vitamin dan suplemen makanan; ammonium bifluorida pada bahan pembersih krom; natrium fluorida pada insektisida dan rodentisida. Natrium fluorida secara alami terkandung dalam air laut sehingga kebanyakan organisme laut, termasuk seafood, mengandung senyawa fluorida. Fluorida juga dapat ditemukan pada gelatin. Pada bayi, asupan fluorida dapat diperoleh melalui air susu ibu (ASI) maupun susu formula yang diminumnya. Sesungguhnya, fluorida merupakan salah satu nutrien esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan gigi dan tulang. Dewan Pangan dan Gizi di Institute of Medicine merekomendasikan asupan fluorida melalui pangan sebagai berikut: Bayi : 0 – 6 bulan sebesar 0,01 mg/hari 7 – 12 bulan sebesar 0,5 mg/hari Anak-anak : 1 – 3 tahun sebesar 0,7 mg/hari 4 – 8 tahun sebesar 1,0 mg/hari 9 – 13 tahun sebesar 2,0 mg/hari Remaja dan dewasa: Laki-laki usia 14 – 18 tahun sebesar 3,0 mg/kg Laki-laki usia di atas 18 tahun sebesar 4,0 mg/kg Perempuan usia di atas 14 tahun sebesar 3,0 mg/kg Cara terbaik untuk memperoleh asupan nutrien esensial harian yang diperlukan adalah dengan mengkonsumsi pangan yang bervariasi. Meskipun senyawa fluorida merupakan salah satu nutrien esensial yang diperlukan tubuh, tetapi senyawa ini juga dapat menimbulkan risiko keracunan. -1- Efek Senyawa Fluorida terhadap Kesehatan Pada umumnya, keracunan fluorida diakibatkan oleh tertelannya produk yang mengandung fluorida, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Keracunan fluorida dapat terjadi terutama bila bahan yang tertelan jumlahnya melebihi kadar yang direkomendasikan (seperti yang dijelaskan pada paparan akut). Keracunan fluorida dapat ditandai dengan berbagai macam tanda dan gejala. Permulaan/onset gejala dapat timbul beberapa menit setelah bahan tertelan. Akibat menelan fluorida, mula-mula akan timbul efek lokal pada membran mukosa usus. Di dalam lambung, fluorida akan membentuk asam hidrofluorik yang dapat menimbulkan iritasi atau efek korosif pada saluran pencernaan. Fluorida dapat mengganggu sejumlah sistem enzim, antara lain mengganggu fosforilasi oksidatif, glikolisis, koagulasi, dan neurotransmisi (dengan cara mengikat kalsium). Fluorida juga dapat menghambat fungsi enzim Na+/K+-ATPase yang dapat menyebabkan hiperkalemia akibat pelepasan kalium ekstraseluler. Selain itu, fluorida dapat menghambat asetilkolinesterase yang sebagian bertanggung jawab atas terjadinya hipersalivasi, muntah, dan diare. Dapat pula terjadi kejang akibat hipomagnesemia dan hipokalsemia. A. Keracunan akut Keracunan akut akibat fluorida relatif jarang terjadi. Pada umumnya keracunan akut yang terjadi merupakan kejadian keracunan yang tidak disengaja. Efek klinis dapat timbul beberapa menit atau tertunda hingga beberapa jam setelah paparan akut, bergantung pada banyaknya fluorida yang tertelan. Menelan 3-5 mg/kg bahan dapat menyebabkan muntah dan nyeri lambung; menelan 5-10 mg/kg bahan dapat menyebabkan hipokalsemia dan gejala muskuler. Overdosis biasanya dapat menyebabkan hipokalsemia, hipomagnesemia, dan hiperkalemia, disertai dengan peningkatan interval QT. Interval QT adalah ukuran waktu antara awal gelombang Q dan akhir gelombang T dalam siklus listrik jantung. Interval QT yang berkepanjangan merupakan biomarker untuk takiaritmia ventrikel dan merupakan faktor risiko bagi kematian mendadak. Gejala muskuler akibat menurunnya kadar kalsium dalam darah dapat timbul 3-5 jam setelah menelan bahan. Telah dilaporkan pula kasus kematian pada anak usia 3 tahun -2- yang menelan 16 mg/kg fluorida serta pada orang dewasa yang menelan lebih dari 32 mg/kg. Keracunan fluorida akut dapat menyebabkan kegagalan multiorgan, depresi vasomotor pusat, serta kardiotoksisitas. Kematian dapat disebabkan oleh disritmia jantung (detak jantung tidak teratur), paralisis respiratori, serta gagal jantung, dan biasanya terjadi dalam 12 jam setelah paparan. B. Keracunan kronik Salah satu penyebab terjadinya keracunan kronik akibat menelan fluorida adalah sering menelan pasta gigi, terutama pada anak-anak. Menelan fluorida dalam jangka panjang dapat menimbulkan dental fluorosis. Paparan kronik lebih dari 20 mg/hari pada anak berusia di atas 10 tahun dapat menyebabkan fluorosis pada tulang rangka (osteosklerosis), kalsifikasi ligamen (pengapuran jaringan ikat yang menghubungkan tulang), dan peningkatan kepadatan tulang. Tingkat keparahan akibat keracunan senyawa fluorida dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Keracunan ringan (3-5 mg/kg fluorida) Gejala yang timbul meliputi iritasi saluran pencernaan, mual, diare, iritabilitas, letargi, lemah, sakit kepala. 2. Keracunan sedang (>5 mg/kg fluorida) Gejala yang timbul meliputi nyeri epigastrik, nyeri perut, hipotensi, takikardia, dehidrasi, hiperkalemia, hipokalsemia, parestesia, tremor. 3. Keracunan berat Gejala yang timbul meliputi hematemesis, disritmia, kejang, tetanus, paralisis saluran pernafasan, kolaps kardiovaskuler. Diagnosis Penegakan diagnosis biasanya dilakukan berdasarkan riwayat paparan. Adanya gejala distress saluran pencernaan, kelemahan otot, hipokalsemia, dan hiperkalemia menunjukkan terjadinya keracunan fluorida. Kadar fluorida serum normal adalah kurang dari 20 mcg/L (ng/L) tetapi bervariasi bergantung asupan makanan dan sumber air. Uji laboratorium lain yang menunjang -3- adalah pemeriksaan elektrolit, glukosa, BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin, kalsium (dan kalsium terionisasi), magnesium, dan EKG. Penatalaksanaan Keracunan Fluorida A. Penanganan darurat dan penunjang - Pertahankan jalan nafas dan berikan nafas bantuan jika diperlukan. - Pantau EKG dan kadar kalsium, magnesium, serta kalium serum selama sekurangnya 4-6 jam. Pasien yang menunjukan gejala keracunan disertai hasil EKG atau kadar elektrolit yang abnormal sebaiknya segera ditangani secara intensif. B. Antidotum dan pengobatan spesifik Pada pasien yang mengalami hipokalemia dapat diberikan kalsium glukonat secara intravena sebanyak 10-20 mL (dosis untuk anak adalah 0,2-0,3 mg/L), kemudian pantau tingkat kalsium terionisasi, dan lakukan titrasi lebih lanjut sesuai keperluan. Hipomagnesemia dapat diobati dengan pemberian magnesium sulfat secara intravena sebanyak 1-2 g yang diberikan selama 10-15 menit (dosis untuk anak adalah 25-50 mg/kg dilarutkan sampai kurang dari 10 mg/mL). Hiperkalemia dapat dikoreksi dengan pemberian kalsium secara intravena serta penanganan lain sesuai prosedur standar. C. Dekontaminasi Tidak disarankan dilakukan dekontaminasi saluran pencernaan terhadap pasien yang mengalami keracunan senyawa fluorida. Pasien juga tidak boleh dirangsang muntah karena adanya risiko terjadi permulaan/onset kejang dan aritmia secara mendadak. Untuk meningkatkan pH lambung, membentuk kompleks fluorida bebas, serta mengurangi absorpsi dapat diberikan antasida yang mengandung kalsium (misalnya kalsium karbonat) secara oral. Makanan yang kaya kalsium, seperti susu, juga dapat mengikat fluorida. Antasida yang mengandung magnesium juga dapat diberikan, tetapi masih sedikit informasi mengenai bukti efektivitasnya. Di rumah sakit, dapat diberikan antasida yang mengandung kalsium seperti yang disebutkan di atas. Dapat dipertimbangkan pula dilakukannya kumbah lambung -4- untuk kasus penelanan bahan dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang belum lama. Namun, tidak disarankan pemberian karbon aktif karena tidak mengadsorbsi fluorida. D. Peningkatan eliminasi Fluorida dapat segera mengikat kalsium bebas dan tulang serta memiliki waktu paruh eliminasi yang singkat sehingga hemodialisis menjadi tidak efektif. Disarankan dilakukan observasi medik pada: - Pasien yang menelan fluorida lebih dari 3 mg/kg (ekivalen dengan 22,7 mg/kg natrium monofluorofosfat). - Pasien yang menelan fluorida dalam kadar yang tidak diketahui, tetapi diperkirakan cukup berarti. - Pasien yang menelan senyawa fluorida lalu kemungkinan timbul gejala keracunan. - Pasien yang sering menelan produk yang mengandung senyawa fluorida. Pencegahan Keracunan Senyawa Fluorida Pada umumnya, penggunaan fluorida (terutama pada pasta gigi) dalam dosis yang dianjurkan oleh International Dental Association adalah aman. Manusia memiliki kemampuan untuk memetabolisme fluorida yang masuk ke tubuh dalam dosis rendah. Keracunan fluorida hanya terjadi jika dosis yang digunakan melebihi batas aman, baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya keracunan fluorida pada anak akibat pasta gigi anak yang mengandung fluorida. Pada umumnya pasta gigi untuk anak mempunyai warna yang menarik dan beraroma enak sehingga perlu diwaspadai anak menelan pasta gigi yang digunakannya. Para dokter gigi sebaiknya juga dapat memperkirakan potensi toksik produk yang mengandung fluorida dalam kasus keracunan fluorida secara tidak sengaja beserta penatalaksanaan keracunan yang memadai. Untuk mencegah terjadinya keracunan akibat fluorida, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: Hindarkan mengkonsumsi suplemen fluorida tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. -5- Hindarkan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluorida pada anak usia di bawah 2 tahun. Gunakan pasta gigi berfluorida hanya seukuran biji kacang polong untuk anak usia 2 tahun ke atas. Hindarkan penggunaan obat kumur yang mengandung fluorida pada anak di bawah usia 6 tahun. Hindarkan menelan pasta gigi. Daftar Pustaka Heller, J.L. Emergency Medicine: Fluoride Overdose. Virginia Mason Medical Center, Seattle, Washington. 2011. (http://www.drugs.com) [Diunduh September 2011]. Meier, K.H. Fluoride in Poisoning & Drug Overdose. Fifth Edition. Olson, KR. (Ed). McGraw-Hill Companies, Inc. New York. 2007. Nochimson, G. Fluoride Toxicity. (http://emedicine.medscape.com) [Diunduh Agustus 2011] Vierrou, AM., et al. Fluoride Poisoning: mechanism, symptoms and treatment. Odontostomatol Proodos, 1989 Feb; 43(1):31-9. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov) [Diunduh September 2011] Zieve, D. and D.R. Eltz. Fluoride in Diet. VeriMed Healthcare Network. 2011. (http://www.drugs.com) [Diunduh Oktober 2011]. __________. Fluoride. American Academy of (http://www.aapd.org) [Diunduh September 2011) Pediatric Dentistry. 2011. __________. Fluoride Facts. American Dental Hygienists’ Association. 2011. (http://www.adha.org) [Diunduh September 2011) __________. Fluoride Toothpaste. National Poison Centre New Zealand. 2011. (http://www.toxinz.com) [Diunduh September 2011) -6-