BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan media sosial yang semakin hari semakin pesat terjadi, telah membawa manusia pada titik dimana tidak bisa lepas dari penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi pun saat ini telah memberikan kemudahan bagi setiap manusia untuk tetap selalu terhubung kepada setiap orang diberbagai belahan dunia. Kemudahan dalam berkomunikasi saat ini semakin terasa kental di kalangan remaja. Facebook, twitter, BBM, dan lain sebagainya seperti sudah menjadi trend tersendiri dikalangan para remaja. Berbagai macam media sosial tersebut seolah tidak lagi bisa dipisahkan dari diri remaja itu sendiri. Dalam menggunakan media sosial, seseorang dapat terpengaruh oleh berbagai kalangan seperti keluarga, lingkungan, dan karakteristik individu mereka sendiri. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan seseorang didalam berbagai hal. Seseorang yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke atas dapat dengan mudah mengakses media sosial dengan menggunakan smartphone ataupun menggunakan fasilitas internet dirumah maupun warung internet yang saat ini banyak berdiri diberbagai daerah, bahkan di pedesaan. Saat ini setiap orang dapat dengan mudah 0 menggunakan internet karena ketersediaan fasilitas yang semakin mendukung seseorang untuk menggunakan media sosial. Menurut Baran dalam Tamburaka (2013: 14) bahwa teori masyarakat massa pertama kali muncul pada abad ke-19 ketika berbagai elit sosial tradisional berjuang memahami makna dari konsekuensi yang bersifat merusak dari modernisasi. Sebagian (yaitu para aristokrat tanah, penjaga toko di kota-kota kecil, guru sekolah pemuka agama, politisi kelas dua) kehilangan kekuasaan mereka atau sangat lelah dalam usaha mereka menghadapi masalah sosial. Bagi mereka media massa yaitu yellow journalism adalah simbol dari semua kesalahan yang terjadi dalam masyarakat modern. Penggunaan media sosial dalam hubungan antar manusia memang memiliki berbagai manfaat serta kemudahan yang ditawarkan bagi manusia. Dengan menggunakan media sosial, kita tak perlu bertatap muka langsung dengan teman kita untuk sekedar bersapa. Dengan menggunakan media sosial pula kita dapat membangun hubungan dengan orang yang tinggal di daerah terpisah. Maka tidak mengherankan apabila perkembangan media sosial saat ini terjadi sangat cepat. Begitu banyak aplikasi yang tersedia guna melakukan interaksi dengan orang lain melalui media sosial. Facebook, Twitter, Instagram, Path, BBM, Skype adalah contoh dari aplikasi media sosial yang saat ini sedang gemar dilakukan oleh masyarakat, terutama kaum remaja. 1 Pesatnya perkembangan media sosial karena semua orang dari berbagai kalangan mampu memiliki media untuk tersambung ke media sosial. Bahkan seseorang dapat yang tidak memiliki media berupa smartphone dan fasilitas internet dirumahnya dapat terhubung di warnet. Hal ini berbeda dengan media tradisional seperti televise maupun radio yang membutuhkan biaya yang cukup besar Pengguna media sosial dengan bebas melalui media dapat mengedit, menambahkan berbagai gambar, foto, suara dan berbagai efek grafis lainnya melalui media sosial yang mereka miliki. Dalam penggunaan media sosial, tentu seseorang memiliki berbagai motivasi. Untuk sekedar berkomunikasi dengan orang lain, untuk mencari tahu perkembangan sesuatu, untuk berbagi informasi maupun salah satu yang menjadi trend saat ini adalah penggunaan media sebagai bentuk eksistensi diri. Bagi orang-orang yang hanya ingin menggunakan media sosial sebagai sarana menjaga silaturhami biasanya akan memilih media social yang bersifat privat saja semisal Line, Blackberry Messenger, WhatsUp, Path atau yang lainnya. Kalaupun dia masuk ke media yang terbuka seperti facebook dan twitter maka mereka hanya akan menjadi penonton dan pembaca yang baik dan melihat perkembangan terbaru yang ada di media sosial. Sedangkan orang-orang yang ingin eksistensinya diakui masyarakat luas melalui media sosial biasanya akan banyak menggunakan media sosial yang sifatnya lebih terbuka seperti facebook atau twitter. 2 Karena disinilah tempat kita bisa bersinteraksi secara bebas dan terbuka. Sehingga banyaknya update status serta tweet yang kita miliki adalah salah satu bentuk jika kita ingin dikenal secara luas. Kita dikenal sebagai apa dan siapa itu kita yang memutuskan. Karena apa yang kita tuliskan melalui media sosial akan menjadi gambaran diri kita bagaimana kita memposisikan diri dimata masyarakat luas. Maka, saat ini banyak himbauan dan peringatan bagi para pengguna media sosial untuk berhatihati dalam membuat status maupun tweet melalui media sosial. Karena setiap orang dapat melihat apa yang kita tulis tersebut. Banyak orang yang saat ini memanfaatkan media sosial sebagai ajang untuk menunjukkan keberadaan dirinya kepada dunia luar. Setiap orang berlomba-lomba untuk menampilkan dan membuat branding tentang dirinya kepada dunia luar. Melalui berbagai foto, video, pernyataan yang ada di media sosial, seseorang ingin mengungkapkan kepada orang lain bahwa inilah dirinya. Tidak jarang pula bahkan seseorang bisa bertindak berlebihan untuk sekedar menunjukan eksistensi dirinya kepada orang lain. Seperti yang disebutkan dalam konsep Dramaturgi karya Erving Goffman bahwa Individu akan berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai 3 tujuan tertentu (Mulyana, 2006:112). Dalam konsep dramaturgi, kehidupan sosial manusia dimaknai sama seperti pertunjukkan drama dimana terdapat aktor yang memainkan perannya. Melihat teori dramaturgi diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang memiliki hasrat untuk menjadi titik perhatian pusat bagi orang lain. Setiap orang memiliki keinginan untuk menunjukkan yang terbaik dari yang mereka miliki untuk sekedar mendapakan pengakuan dari orang lain. Kemampuan media sosial menyediakan fasilitas untuk menjawab kebutuhan manusia akan aktualisasi diri menjadikan jejaring sosial ini tidak hanya sebagai media berbagi informasi, tetapi juga sebagai media yang tepat untuk menunjukkan eksistensi penggunanya. Karena media sosial membantu seseorang untuk mampu terhubung dengan lingkungan dunia maya yang lebih luas dibanding lingkungan asli. Media sosial menjadi salah satu cara dalam membentuk suatu identitas seseorang. Kemudahan yang didapat dan juga kenyataan sesungguhnya yang mungkin saja dapat ditutupi melalui media sosial membuat orang selalu ingin mengekspresikan dirinya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Bahkan mungkin sampai sosok dirinya yang sebenarnya tidak dapat diketahui. Setidaknya hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan serta berbagai barang yang dibagikan pengguna melalui media sosial yang mereka miliki. Pengguna tidak membagikan semua kegiatan serta semua barang atau tempat yang telah dikunjunginya kedalam media sosial. Hanya tempat 4 tertentu yang memang sudah memiliki nilai prestise maupun nilai tertentu bagi para pengguna media sosial, misalnya restoranl, cafe yang sedang hits, barang-barang yang sedang menjadi tren di kalangan masyarakatdan berbagai kegiatan lain yang seakan ingin menampilkan kelas-kelas sosial tertentu. Media sosial digunakan oleh seseorang untuk menggambarkan kepada orang lain bahwa beginilah kehidupan yang mereka miliki atau sekedar beginilah kehidupan yang ingin mereka miliki. Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres (Nurfian, 2013) pada tahun 2009, pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset itu dilakukan melalui survey terhadap 2000 informan. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet (warnet), sementara sebanyak 19 persen mengakses viatelepon seluler. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2009 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap tahun rata-rata 25 persen. Riset Nielsen juga mengungkapkan. Pengguna Facebook pada 2009 di Indonesia meningkat 700 persen dibanding pada tahun 2008. Sementara pada periode tahun yang sama pengguna twitter tahun 2009 meningkat 37 persen. Sebagian pengguna berusia 15-39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa memang benar adanya pengguna situs jejaring sosial adalah dari kalangan remaja usia sekolah. 5 Dari data diatas dapat kita lihat bagaimana perkembangan media sosial terjadi sangat pesat, bahkan Facebook mengalami peningkatan pengguna pada tahun 2009 sebanyak 700 %. Hal ini dapat menggambarkan bagaimana masyarakat memiliki minat yang amat besar terhadap media sosial. Selain itu, data yang dapat kita lihat adalah pengguna media sosial yang sebagian besar adalah usia remaja. Pengguna dari kelompok usia ini mendominasi penggunaan media sosial begitu besar. Sehingga dapat kita lihat bahwa sebagai pengguna terbesar. Berkaitan dengan permasalahan yang dijabarkan sebelumnya tentang media sosial dan juga penggunaannya bagi masyarakat. Terutama penggunaan media sosial dalam membentuk eksistensi diri bagi seseorang. Maka disini penulis ingin melakukan penelitian yang mengangkat permasalahan tentang penggunaan media sosial sebagai eksistensi diri. Dalam penelitian ini peneliti memilih subjek penelitian yakni mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015/2016. 2. Rumusan Masalah Peneliti telah merumuskan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimanakah motif penggunaan media sosial oleh mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015/2016 dalam hal eksistensi diri? 6 3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yang ingin peneliti capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motif penggunaan media sosial oleh mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015/2016 dalam hal eksistensi diri. 4. Landasan Teori a. Komunikasi Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan dengan komunikasi. Setiap saat dan dimanapun berada, manusia selalu melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Komunikasis sekedar untuk berbasa-basi dan berbincang dengan orang lain merupakan salah satu jalan dalam mempererat hubungan sosial. Melalui komunikasi, manusia bisa saling bertukar informasi atau ide serta pengalaman yang pernah dialaminya selama hidup. Adanya komunikasi yang baik diantara setiap individu dalam suatu kelompok akan membawa pada suatu hubungan yang lebih baik. Komunikasi merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia, karena tanpa komunikasi maka manusia akan mengalami masalah psikis. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Komunikasi juga merupakan bentuk usaha manusia dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap 7 masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 2005:1). Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2006 : 4). Begitu banyak pengertian komunikasi yang coba ditawarkan oleh beberapa ahli. beberapa diantaranya adalah Para ahli di Amerika Serikat yang menaruh minat kepada perkembangan komunikasi, adalah Carl I. Hovlan, yang pertama kali dalam karyanya Social Communication mengetengahkan definisi mengenai ilmu komunikasi. Menurut Carl I. Hovland, “science of communication” adalah :“a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which informationis transmitted and opinion and attitude are formed” (upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian Informasi serta pembentukan opini dan sikap) (Effendi, 2003: 2). 8 Komunikasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Communication, berasal dari kata latinCommunicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendi, 2003: 11). Jadi titik utama dalam komunikasi adalah untuk menciptakan kesamaan pengertian atau persepsi mengenai suatu hal. Tanpa terjadinya kesamaan pengertian atau persepsi antara komunikator dengan komunikan, maka komunikasi tersebut dapat dianggap gagal. Karena komunikasi merupakan kesamaan pengertian, maka terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah tentang proses komunikasi itu sendiri, unsurunsur apa sajakah yang terdapat dalam komunikasi. Unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi antara lain adalah, sumber (komunikator), pesan (message), saluran (channel) dan penerima (komunikan) serta efek (effect) yang ditimbulkannya. Berbagai unsur yang ada didalam komunikasi memiliki perannya masing-masing dalam membangun komunikasi yang baik. Tanpa salah satu unsure yang ada dalam komunikasi tersebut, tentunya komunikasi akan mengalami permasalahan. Jika salah satu komponen tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka komunikasi juga akanmengalami permasalahan. Salah satu contoh apabila seorang komunikator tidak dapat menyampaikan informasi dengan benar, maka informasi yang akan diterima oleh komunikan akan berbeda dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. 9 Komunikasi pada hakikatnya adalah sebuah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Menurut Onong Uchjana Effendi (2003), pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message) lalu kedua, lambang (symbol). Tujuan dari komunikasi itu sendiri yaitu, mengubah sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, dan mengubah masyarakat. Dalam perkembangannya, komunikasi juga memiliki fungsi tersendiri yaitu to inform, to educate, to entertain, dan to influence. Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society dalam Effendy (2005: 10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: - Komunikator ( communicator, source, sender ) - Pesan ( message ) - Media ( channel, media ) - Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient ) - Efek (effect, impact, influence) Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. 10 Apabila proses komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok. Maka komunikasi memiliki berbagai fungsi dalam sistem sosial, seperti yang dikemukakan Widjaja dalam Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (2008: 9-10), sebagai berikut: 1. Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemorsesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi: menunjuk pada upaya pendidikan, dimana adanya penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagaimana anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat. 3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. 4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, 11 menyediakan bukti-bukti relavan yang diperlukan utuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. 5. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan: menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horison seseorang serta membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetikanya. 7. Hiburan: memberikan hiburan kepada masyarakat, lewat penyebarluasan signal, simbol, suara dan imajinasi dari drama, tari, kesenian, kesusatraan, music, olahraga, kesenangan, kelompok dan individu, melalui media masa, eltronik dsb, sehingga masyarakat dapat menikmati hiburan, dan melarikan diri dri kesulitan hidup sehari-hari, dan lain-lain. 8. Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain. 12 Berbagai fungsi yang dimiliki komunikasi dalam proses sosial manusia memiliki peran penting didalam masyarakat. Komunikasi tidak hanya dianggap sebagai sebuah kegiatan yang sekedar untuk bersilaturahmi dan membangun hubungan saja. Namun komunikasi memiliki fungsi yang lebih luas sebagai sebuah proses sosial diantara setiap individu. Hiburan, pendidikan, integrasi, penyatuan, sosialisasi, musyawarah atau diskusi merupakan bentuk-bentuk fungsi komunikasi. b. Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitner sebagai berikut “mass communication is message communicated through mass medium to a large number of people. Dapat diartikan disini bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. (Rakhmat, 2005: 188) Defenisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4). 13 Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk komunikasi yang membutuhkan media sebagai alat untuk menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan. Media dalam komunikasi massa adalah media massa seperti radio, televisi, majalah, koran, film, maupun melalui media internet. Komunikasi massa memiliki kelebihan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada khalayak luas. Salah satu kelebihan komunikasi massa apabila dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya adalah kemampuan komunikasi massa dalam menyampaikan informasi kepada khalayak yang luas. Maksudnya adalah melalui media massa yang dapat menjangkau khalayak yang luas. Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C (Nurudin, 2008 : 12) disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesanpesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa seperti radio, televise, koran, majalah maupun media internet. Penggunaan media tersebut adalah bertujuan untuk informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan). Komunikan dalam komunikasi massa adalah heterogen yakni berbeda-beda secara golongan, kelompok maupun sosial dan khalayak anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak. Dengan menggunakan media massa yang mampu 14 menjangkau khalayak luas maka keserentakan pesan dapat diterima, terlebih apabila menggunakan media internet. Dalam komunikasi massa, menurut Winarni dapat dipusatkan pada komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa, kelima komponen yang terkandung didalam komunikasi massa adalah: 1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan. 2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim. 3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari media massa. 4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: Komunikasi massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari sumber ke penrima dan tidak secara langsung dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda. 15 Komunikasi massa merupakan proses dua arah (Proses seleksi). Baik media ataupun khalayak melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka ikuti. 5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni, 2003 : 4-5) Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya, memiliki ciriciri tersendiri. Menurut Nurudin dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa (2008 : 19), menjelaskan ciri komunikasi massa sebagai berikut: 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. 2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan ynag berbeda pula. 16 3. Pesannya Bersifat Umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bias langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). 5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. 6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Sebagai suatu proses komunikasi, komunikasi massa juga memiliki efek yang diterima oleh khalayaknya. Menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: 17 1. Efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. 2. Efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. 3. Efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku. c. Media Sosial Internet menjadi salah satu bentuk komunikasi massa yang saat ini berkembang dengan cepat. Media massa dengan menggunakan internet adalah bentuk media baru yang tercipta karena ditemukannya jaringan internet. Manusia saat ini dapat terhubung dengan orang lain yang berlainan tempat tinggal bahkan terpisah jauh. Melalui internet seseorang juga dapat melakukan interaksi dengan orang lain melalui sebuah media yang terhubung dengan internet. Masalah komunikasi yang dulunya seputar keterbatasan ruang dan waktu saat ini dapat teratasi karena adanya 18 internet. Sebagai contoh dengan menggunakan aplikasi media sosial kita dapat berhubungan dan berinteraksi secara tatap muka dengan perantara internet. Skype merupakan contoh aplikasi yang dapat digunakan. Internet yang selain memungkinkan untuk transformasi elektronik, yang disebut dengan new media, juga dapat menghubungkan manusia diseluruh dunia, yaitu dalam proses interaksi. Itu sebabnya, proses interaksi melalui teknologi dengan media internet disebut dengan intetactive media. Hal tersebut juga menjadikan perkembangan bagi proses komunikasi yang memungkinkan proses tersebut tidak selalu melalui tatap muka. Kegunaan utama internet seperti halnya ARPANET, yaitu mengirim pesan email dalam bahasa „sesungguhnya‟ antara seseorang dengan lainnya (Burke, 2000: 380). Internet (interconnection networking) merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang diketahui internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon (Bungin, 2006 : 135). Media sosial merupakan salah satu bentuk perkembangan dari adanya internet. Melalui media sosial, seseorang dapat saling terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk 19 berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial memiliki sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan dengan bentuk media tradisional seperti radio maupun televise. Melalui media sosial, kita dapat secara langsung berinteraksi dengan orang lain, baik melalui komentar dalam media sosial maupun dengan sekedar memberikan tanda like pada setiap postingan seseorang. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideology dan teknologi web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, ratting, dan bookmark sosial (Weber dalam Lesmana, 2012:10) Sebuah studi University of Georgia menunjukkan bahwa situs jaringan sosial online seperti Facebook mungkin menjadi alat yang berguna untuk mendeteksi apakah seseorang adalah seorang narsisis. "Penemuan bahwa orang yang narsis menggunakan Facebook dalam mempromosikan diri dengan cara yang dapat diidentifikasi oleh orang lain," kata penulis utama Laura Buffardi, mahasiswa program doktor dalam bidang psikologi yang turut menulis penelitian dengan associate 20 professor W. Keith Campbell. (selengkapnya: esciencenews.com/ articles/2008 /09/22/study.facebook.profiles.can.be) Komunikasi menggunakan media sosial berarti seseorang telah terhubung dengan jaringan besar yang terhubung satu sama lainnya melalui jaringan internet. Media sosial memiliki kemampuan untuk menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi yang selama ini menjadi permasalahan dalam berkomunikasi. Dalam media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Dengan menggunakan media sosial, seseorang dapat menjalin hubungan dengan orang lain yang bahkan mungkin belum pernah bertemu sebelumnya. Saat ini perkembangan media sosial dapat terlihat dari banyaknya bentuk aplikasi media sosial yang digunakan masyarakat. Semakin banyaknya pengguna media sosial juga dikarenakan setiap orang bisa memiliki media sosial mereka sendiri sendiri. Jika media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan biaya dan tenaga yang banyak, maka lain halnya dengan media sosial. Media sosial dapat diakses dengan biaya yang murah dan juga tidak membutuhkan tenaga yang banyak untuk mengaksesnya. Sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama bagi seseorang dalam membuat akun di media sosial. 21 Bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja, media sosial telah menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan dalam sehari-hari. Media sosial terbesar yang paling sering digunakan oleh kalangan remaja antara lain; Facebook, Twitter, Path, Youtube, Instagram, Kaskus, LINE, Whatsapp, Blackberry Messenger. Masing-masing media sosial tersebut mempunyai keunggulan khusus dalam menarik banyak pengguna media sosial yang mereka miliki. Berbagai bentuk media sosial yang ada saat ini juga menjadi sarana bagi remaja dalam mengekspresikan diri mereka. Maksudnya adalah, melalui media sosial, para remaja dapat membagikan apa yang mereka fikirkan, kerjakan ataupun dimana mereka berada kepada orang lain melalui media sosial. Sehingga dengan hal begitu remaja ingin untuk mendapatkan pengakuan serta bukti keberadaannya di media sosial kepada orang lain. d. Eksistensi Diri Salah satu fungsi komunikasi adalah untuk sarana dalam aktualisasi diri seseorang. Dari proses komunikasi, seseorang ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain bahwa dia ada dan menjadi seseorang yang harus dianggap. Maksudnya adalah dengan menggunakan komunikasi, saat kita berinteraksi dengan orang lain, maka kita ingin apa yang kita sampaikan diperhatikan oleh orang lain. Selain itu dengan komunikasi, kita juga dapat menyampaikan apa yang menjadi pemikiran kita. Dengan begitu orang lain akan memperhatikan dan menghargai kita. 22 Kata eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai hal berada; keberadaan. Jika diaplikasikan dalam eksistensi diri yang digunakan dalam diri remaja untuk menggunakan media sosial sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi diri. Eksistensi diri diartikan sebagai usaha individu dalam mendapatkan pengakuan oleh orang lain tentang keberadaan dirinya. Dengan menggunakan media sosial, setiap individu berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain tentang eksistensi dirinya. Banyak cara yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Secara etimologi, eksistensialisme berasal dari kata eksistensi, eksistens berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa latinexistere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan sistere yang berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di dalam menekankan bahwa sesuatu itu ada. Berbeda dengan esensi yang menekankan kealpaan sesuatu (apa sebenarnya sesuatu itu seseuatu dengan kodrat inherennya) (Lorens, 2005: 183). Salah satu cara untuk memenuhi keinginan kita agar dapat diperhitungkan atau dianggap oleh orang lain adalah dengan menggunakan media sosial. Melalui media sosial kita dapat menyampaikan apa yang kita fikirkan, apa yang kita lakukan dan orang lain dapat membaca maupun 23 melihat aktifitas kita melalui media sosial. Media sosial yang menjadi jaringan luas dengan orang lain dapat kita jadikan sarana dalam berbagi hal-hal tertentu. Pemenuhan keinginan kita sebagai manusia adalah untuk selalu menjadi yang terbaik, dan menampilkan apa yang terbaik dari diri kita. Hal tersebut menjadi latar belakang penggunaan media sosial yang semakin gencar dilakukan. Disinilah konsep eksistensi diri seringkali terbentuk dalam penggunaan media social. Dimana saat ini, semakin banyaknya ragam media social. Sementara itu dalam menggunakan media social, seseorang memiliki motif atau latar belakang yang menyebabkan dia menggunakan media social. Teori komunikasi yang membahas mengenai motif seseorang dalam menggunakan media adalah teori uses and gratification. Teori Uses and Gratifications dikenalkan tahun 1974 dalam bukuThe Uses on Mass Communications : Current Perspective on Gratification Research. Teori Uses and Gratifications milik Blumer dan Katz yang mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, Teori Uses and Gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. (Nurudin, 2008: 192) 24 Teori uses and gratification dapat kita gunakan dalam mempelajari penggunaan media untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini, peneliti memusatkan permasalahan tentang penggunaan media sosial dalam memenuhi keinginan eksistensi dari pengguna media sosial. Karena tidak dapat dipungkiri, media sosial saat ini banyak digunakan untuk tampil eksis di media sosial. Saat ini semua orang berlomba-lomba agar dapat menampilkan yang terbaik dari dirinya. Eksistensi pada dasaraya adalahkeinginan seseorang untuk dapat diakui atau ingin dianggap ada oleh lingkungan sekitar, atau paling tidak oleh pengguna media sosial yang lain. Bahkan tidak jarang seseorang melakukan pemalsuan jati diri agar dapat dianggap eksis oleh orang lain. Seperti yang disebutkan dalam konsep Dramaturgi karya Erving Goffman bahwa Individu akan berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyana, 2006:112). Dalam konsep dramaturgi, kehidupan sosial manusia dimaknai sama seperti pertunjukkan drama dimana terdapat aktor yang memainkan perannya. Berdasarkan konsep tentang eksistensi serta konsep dramaturgi serta dengan berlandaskan pada teori uses and gratification tersebut, 25 peneliti ingin melihat penggunaan media sosial dalam melakukan eksistensi diri. Hubungan dari konsep tentang eksistensi dengan teori uses an yakni adalah pengguna media social memiliki motif yang mendasari dia menggunakan media social adalah untuk menunjukkan eksistensinya. Sedangkan teori dramaturgi menjadi acuan untuk mengamati seseorang dalam perilakunya untuk menunjukkan keberadaannya dilingkungan sosialnya. Sementara itu, dikalangan remaja, eksistensi diri seakan menjadi hal yang paling penting dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Peneliti akan melakukan penelitian ini terhadap mahasiswa FISIP UNS yakni pada angkatan 2015/2016. Kenapa peneliti menjadikan mahasiswa sebagai sample adalah karena mahasiswa merupakan umur remaja dewasa. Tentu umur ini berbeda dengan remaja yang masih duduk di bangku SMP maupun SMA. 5. Metode Penelitian a. Tipe Penelitian Dalam skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif-deskriptif, yang mana penelitian dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan menggunakan pedoman wawancara yang telah disesuaikan dengan fokuspenelitian. Dalam cakupan definisi, menurut Bungin (2006:68) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat studi kasus yang bertujuan untuk 26 menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian yang berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Sedangkan metode penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (Sudarto, 1995: 63-64) berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahaptahap penelitian, teknik penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan analisis dan penafsiran data. Sedangkan pengertian deskriptif-kualitatif adalah peneltian yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yangberlaku. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apaapa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. (Mardalis, 1999:26) b. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara untuk menjalankan penelitian. Dalam wawancara, informasi disampaikan dari informan dengan menggunakan wawancara secara langsung. Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan metode 27 wawancara mendalam (in depth interview) yakni proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka langsung dengan informan atau informan. Dalam penelitian ini digunakan sebuah interview guide yakni daftar pertanyaan yang dijadikan pedoman peneliti dalam memperoleh data dari informan terkait dengan tujuan penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti tidak hanya akan memperhatikan jawaban-jawaban dari informan terkait jawaban yang diajukan oleh peneliti. Peneliti juga akan memperhatikan intonasi suara, gerakan tubuh serta mimik muka dari informan yang digunakan sebagai pelengkap dalam mengolah hasil wawancara. Peneliti akan menjabarkan setiap jawaban dari informan guna memperoleh hasil wawancara yang baik. c. Objek Penelitian dan Unit Analisis Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pola penggunaan media sosial untuk keperluan eksistensi pada mahasiswa. Objek penelitian menjadi hal yang akan diperhatikan atau indikator yang akan dicari dalam penelitian ini. Sementara itu unit analisis adalah unit-unit yang akan menjadi subjek penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015. 28 d. Definisi Operasional Untuk membatasi penjabaran penelitian, maka peneliti memberikan definisi operasional. 1. Komunikasi komunikator adalah proses penyampaian kepada komunikan melalui pesan oleh media yang menimbulkan efek tertentu. 2. Media sosial Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideology dan teknologi web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, ratting, dan bookmark sosial (Weber dalam Lesmana, 2012:10) 3. Eksistensi Diri. Kata eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai hal berada; keberadaan. Jika diaplikasikan dalam eksistensi diri yang digunakan dalam diri remaja untuk menggunakan media sosial sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi diri. 4. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar 29 5. Penelitian kualitatif menurut Bungin (2006:68) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat studi kasus yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian yang berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. 6. Wawancara merupakan metode penelitian kualitatif dengan cara melakukan tanya jawab antara peneliti dengan informan penelitian secara bertatap muka langsung. Dalam metode wawancara digunakan suatu interview guide sebagai pedoman peneliti. 7. Interview guide merupakan suatu daftar pertanyaan yang digunakan peneliti untuk dijadikan pedoman dalam mendapatkan informasi dari informan. Interview guide biasanya dimulai dengan pertanyaan ringan dan berkembang menjadi pertanyaan mendalam. 8. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. 30 9. Universitas Sebelas Maret Surakarta, biasa disingkat sebagai UNS, atau Universitas Sebelas Maret adalah salah satu universitas negeri di Indonesia yang berada di Kota Surakarta. Universitas yang giat membangun ini, menyediakan berbagai paket pendidikan diploma, sarjana, pasca sarjana dan doktoral. e. Subjek Penelitian Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kausistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan, karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek riset, yaitu orang-orang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset, bukan objek, karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner (Kriyantono, 2009: 163). Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015 dari seluruh jurusan. Pengambilan subjek penelitian atau informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sampel bola salju (snowball sampling). Teknik snowball sampling banyak ditemui dalam riset kualitatif. Sesuai namanya, teknik ini bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya. Jadi, teknik ini 31 merupakan teknik penentuan subjek penelitian yang awalnya berjumlah kecil, kemudian berkembang semakin banyak. Orang yang dijadikan informan pertama diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk dijadikan informan lagi, begitu seterusnya sampai jumlahnya lebih banyak. Sehingga beberapa orang pertama tersebut menjadi titik awal pemilihan informan. Proses ini baru berakhir bila periset merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara (Kriyantono, 2009:158-159). f. Sumber Data Terdapat dua macam sumber data dalam penelitian ini. Kedua sumber data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Data Primer: adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Jadi data primer adalah data baru yang ditemukan setelah melakukan pengumpulan data dalam penelitian. Sehingga dengan begitu data primer hanya dapat didapatkan setelah peneliti melakukan analisis data. Sedangkan yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah berbentuk hasil wawancara yang dilakukan selama penelitian. 2. Data Sekunder: merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder dapat dicari melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal maupun bentuk sumber 32 data kedua yang dapat digunakan sebagai tambahan data. Kita juga dapat menggunakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang kita lakukan. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai buku, jurnal serta penelitian yang dilakukan sebelumnya. g. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang diperlukan selama penelitian. Dengan menggungakan metode pengumpulan data yang tepat degan memperhatikan objek penelitian, maka akan memungkinkan tercapainya pencapaian data yang valid serta terpercaya. Terdapat beberapa bentuk teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian. Wawancara, observasi, maupun survey merupakan beberapa bentuk pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ini adalah dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara adalah metode penelitian yang menggunakan metode tanya jawab secara tatap muka antara peneliti dengan informan yang digunakan dalam penelitian. Dalam metode wawancara, pemilihan sampel harus dilakukan dengan cara yang tepat. Sementara itu dalam metode wawancara digunakan suatu interview guide yang menjadi pedoman wawancara. Interview guide merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi dari informan penelitian. 33 h. Teknik Analisis Data Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka dalamproses analisisnya penelitian ini akan sangat relevan jika menggunakan model analisis deskriptif, untuk itu kemudian dikonstruksikan tahapan analisis dengan diawali pengumpulan informasi, Pengumpulan informasi yang dilakukan dengan teknik wawancara akan didapatkan bentuk informasi yang dapat direkam. Informasi yang telah didapatkan selama wawancara kemudian akan diolah oleh peneliti. Kemudian selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara yakni informasi yang telah didapatkan. Artinya peneliti berusaha menggambarkan serta menjelaskan tentang penggunaan media sosial dalam tujuannya untuk melakukan eksistensi diri oleh para mahasiswa FISIP UNS tahun angkatan 2015/2016. Lebih ringkasnya dapat penulis jelaskan tahapan analisis data yang penulis lakukan dalam mengetahui penggunaan media sosial dalam melakukan eksistensi diri oleh mahasiswa FISIP UNS 2015/2016 adalah sebagai berikut : 1. Peneliti akan menentukan sampel dalam populasi penelitian ini, yakni populasi dari mahasiswa FISIP UNS angkatan tahun 2015/2016. 2. Setelah sampel ditentukan, peneliti akan melakukan wawancara mendalam (in depth interview) terhadap sampel. Dalam 34 wawancara ini akan digunakan interview guide sebagai pedoman wawancara. 3. Selesai wawancara, peneliti akan mengolah informasi yang telah didapatkan dari sampel. 4. Kemudian peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian setelah mendeskripsikan informasi dari sampel. 35