PENGARUH PENYAJIAN DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SERTA SISTEM PENGENDALIAN INTENAL PEMERINTAH TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Nur Azizah Junaidi Achdiar Redy Setiawan Program Studi Akuntansi Universitas Trunojoyo Madura JL. Raya Telang PO.BOX 2 Kamal, Bangkalan – Madura [email protected] ABSTRACT This study aims to test empirically the effect of financial statement presentation, accessibility of financial statements and local governmental internal control system to the transparency and accountability in financial management. The population of the research is SKPD in Lamongan Regency through survey questionnaires. The samples of this research are 128 respondents. Sampling in this study used purposive sampling method. The results of study shows that accessibility financial statement significantly influence to the transparency, local governmental internal control system significantly influence to the accountability in financial management. the financial statement presentation and local governmental internal control system not significantly influence to the transparency, financial statement presentation and accessibility financial statement not significantly influence to the accountability in financial management, Keywords: Financial Statement Presentation, Accessibility Financial Statement, Local Governmental Internal Control System, Transparency, Accountability In Financial Management. Universitas Trunojoyo Madura Page 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan serta sistem pengendalian intern pemerintah terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten lamongan dengan metode pengumpulan data melalui survey kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 128 responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Hasil dari pengujian hipotesis di dalam penelitian ini menunjukan bahwa aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi, sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penyajian laporan keuangan dan sistem pengendalian intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap transparansi, penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah . Kata Kunci: Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Transparansi, Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang menganut sistem good governance dimana dalam sistem ini negara Indonesia mengacu pada pertumbuhan pembangunan, ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara. Dalam penyelenggara negara tak lepas dari masalah akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan Keuangan Negara, karena aspek keuangan negara menduduki posisi strategis dalam proses pembangunan bangsa, baik dari segi sifat, jumlah maupun pengaruhnya terhadap kemajuan, ketahanan, dan kestabilan perekonomian bangsa. Menurut Mahsun,dkk (2006: 123) laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi yang berisi informasi keuangan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut digunakan oleh pihak pihak yang berkepentingan, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Pemerintah melakukan pertanggungjawaban atas laporan keuangan karena pemerintah dikenal sebagai pelaku ekonomi yang besar dalam mengelola keuangan demi pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian laporan keuangan digunakan oleh pemerintah untuk memenuhi ekspektasi masyarakat untuk Universitas Trunojoyo Madura mengungkapkan posisi keuangan dan kinerjanya dalam memberikan jasa pada publik. Akan tetapi pemerintah kurang efisien terhadap transparansi kepada masyarakat melainkan laporan keuangan tersebut hanya di publikasikan dalam lingkungan pemerintah saja, padahal masyarakat berperan penting terhadap keterbukaan laporan kinerja pemerintah selain itu Otonomi daerah masih dipahami secaras sempit sehingga hanya pemerintah daerah yang aktif, sedangkan peran serta masyarakat luas belum terkena dampaknya. Untuk mewujudkan prinsip transparansi maka pemerintah daerah harus memliki aksesibilitas yang memadai guna memudahkan para stakeholder untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja pemerintah daerah. Aksesibilitas dapat diartikan sebagai sarana pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada publik secara terbuka dan jujur berupa laporan keuangan yang dapat di akses dengan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan (Mustofa, 2012: 2). Pengelolaan keuangan pemeritah daerah harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemrintahan yang baik (Good Government) yaitu pengelolaan keuangan yang dilakukan secara transparan dan Page 2 akuntabel. Hal tersebut dapat terwujud jika entitas pemerintah daerah dapat menciptakan, mengoperasikan serta memlihara system pengendalian yang memadai (Aidil, 2010). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2006), Mustofa (2012), Sande (2008), Aliyah dan Nahar (2012), Zalni (2013) dan Sari (2012). Adapun perbedaan dari penelitian ini terdapat pada variabel Dependen, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel dependen yaitu transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Selain itu perbedaan dalam penelitian ini juga terdapat pada objek penelitian, populasi dan sampel. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyana menunjukan penyajian neraca dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Mustofa (2012) dalam penelitian nya menunjukan bahwa penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Sande (2008) dalam penelitianya terbukti bahwa penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Aliyah dan Nahar (2012) dalam hasil penelitianya mengindikasikan bahwa penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan Zalni (2013) terbukti bahwa Komitmen karyawan dan penerapan sistem pengendalian intern pemrintah secara parsial berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah, dan komitmen karyawan dan sistem pengendalian intern pemerintah secara simultan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) mengindikasikan bahwa Terdapat pengaruh antara pengendalian internal dengan perwujudan transparansi laporan keuangan dengan tingkat yang kuat. Dapat disimpulkan semakin tinggi penerapan Pengendalian Internal, maka Laporan Keuangan semakin Transparan atau sebaliknya jika tidak diterapkan Pengendalian Universitas Trunojoyo Madura Internal maka Laporan Keuangan semakin tidak Transparan. Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi berupa laporan keuangan (Mardiasmo, 2002: 159). Hal ini menandakan bahwa informasi yang dibutuhkan publik adalah informasi mengenai laporan keuangan pemerintah yang disajikan secara handal, relevan, dapat dibandingkan guna untuk pengambilan keputusan. Namun upaya menyajikan laporan keuangan serta pengelolaan keuangan daerah nampaknya belum dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah maupun di jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini bisa dilihat dari opini BPK terhadap kinerja pemerintah daerah khususnya di kabupaten Lamongan yang terdapat di provinsi jawa timur dimana laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) masih mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Banyaknya tindak kecurangan serta praktik korupsi yang terjadi di pemerintahan daerah yang tidak diketahui oleh publik, menuntut adanya pengingkatan pengawasan dan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah agar dilakukan secara menyeluruh dan secara integral. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mengevaluasi pengaruh penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan serta sistem pengendalian intern pemerintah terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai pihak internal pemerintah yang berfungsi sebagai pengelola keuangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan keuangan daerah. Selain itu juga dapat diharapkan bagi pemerintah dearah agar lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah agar tercipta tata kelola pemerintahan yang baik. Bagi masyarakat supaya lebih aktif serta peduli akan kinerja Page 3 pemerintah daerah, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan kinerja pemerintah daerah. Selain itu masyarakat juga berperan dalam mengawasi keuangan daerah dan sebagai kontrol dari masyarakat atas jalanya fungsi pemerintahan. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah literatur yang sudah ada, terkait dengan akuntansi sektor publik LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Hubungan keagenan adalah hubungan antara prinsipal (principal) dan agen (agent) yang didalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan principal dan atas tindakan (actions) tersebut agen mendapatkan imbalan tertentu. (Suwardjono: 2012: 485). Bastian (2010: 297) mengutarakan bahwa Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksitransaksi yang di lakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range users) untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dipakai oleh suatu entitas dalam aktivitasnya guna mencapai tujuan . Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder (pihak internal/pihak eksternal) secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah, misalnya dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah melalui surat kabar, internet, televisi dan cara lainya sesuai dengan media informasi yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten setempat. Universitas Trunojoyo Madura Menurut Hartadi (1999: 3) Sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem social (social sistem) yang mempunyai wawasan/ makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan. Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur, alat alat fisik, dokumentasi orang orang dengan berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk: (a) melindungi harta, (b) menjamin terhadap terjadinya utang yang tidak layak, (c) menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi, (d) dapat diperolehnya operasi secara efisien, (e) menjamin ditaatinya kebijakan suatu entitas. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sebagai instrument yang berfungsi sebagai alat pengendalian anggaran pemerintah agar tidak terjadi pemborosan-pemborosan pengeluaran. Menurut Nordiawan (2006: 131) transparansi adalah memberikan informasi keuangan terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan meneyluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaantanya pada peraturan perundang undangan. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya kekayaan daerah serta keseluruhan kegiatan pemerintah daerah dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Output dari akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dapat berupa laporan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah (LAKIP) yang merupakan hasil laporan yang memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja pada suatu pemerintah daerah dalam waktu satu periode. Menurut Mahsun,dkk (2006: 124) menyatakan bahwa Informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pemakai. Dengan demikian laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari Page 4 masing masing kelompok pemakai. Namun, demikian berhubung pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian.. Seiring perkembangan sektor publik yang terjadi di Indonesia maka pemerintah daerah di tuntut untuk lebih transparan. Salah satu pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap publik yaitu dengan menyajikan laporan kekuangan yang disajikan secara transparan melalui media massa maupun media nirmasa. Dari hasil penelitian Aliyah dan Nahar (2012) mengindikasikan bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya penyajian laporan keuangan daerah akan berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Sebagaimana dalam beberapa pernyataan berikut maka peneliti menduga bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi. H1: Penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 Dalam kehidupan bernegara yang semakin terbuka, pemerintah selaku perumus dan pelaksanaan kebijakan APBN berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Penelitian oleh Aliyah dan Nahar (2012) menunjukan bahwa aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah terbukti dan diterima. Oleh sebab itu peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh antara aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi. H2: Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi. Tuntutan akan perwujudan good governance di Indonesia yang semakin meningkat berdampak pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan transparan. Hal ini tidak terpisahkan oleh adanya sistem pengendalian dan pengawasan Universitas Trunojoyo Madura di setiap instansi pemerintah yang secara sistematis yang terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga pertanggungjawaban secara efektif, efisien dan terkendali. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti tentang pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah daerah terdapat hubungan yang signifikan antara Pengendalian Internal (X) dengan Transparansi laporan keuangan pemerintah daerah (Y) dengan arah hubungan positif. H3: Sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh terhadap transparansi Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan Sande (2008) menyatakan bahwa laporan keuangan daerah berpengaruh teradap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Dengan adanya pernyataan tersebut maka peneliti menduga bahwa Penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. H4: Penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Selain penyajian laporan keuangan pemerintah daerah bentuk pertanggungjawaban publik adalah aksesibilitas yang merupakan sarana pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada publik secara terbuka dan jujur berupa laporan keuangan yang dapat di akses dengan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan (Mustofa 2012). Sebagaimana dalam penelitian Mustofa (2012) tentang pengaruh penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah menyatakan bahwa aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap laporan keuangan. H5: Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Page 5 Sistem pengendalian internal pemerintah memiliki tujuan untuk mencapai pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel baik di pemerintah daerah maupun di pemerintah pusat sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Zalni (2013) mengungkapkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah. Sehingga peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh antara sistem pengendalian internal terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. H6: Sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penyajian Laporan Keuangan (X1) Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X3) Transparansi (Y1) Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y2) Gambar 1: Rerangka Pemikiran Model Pengaruh Penyajian Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Serta Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey dengan menyebarkan kuisioner pada responden sebagai instrumen penelitiannya. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 142). Universitas Trunojoyo Madura Populasi dari penelitian ini adalah seluruh SKPD di lingkungan kabupaten Lamongan. Penyebaran kuesioner di 32 SKPD kabupaten Lamongan sebanyak 128 kuesioner. Penyebaran kuesioner diperoleh dari jumlah populasi SKPD di kali jumlah sampel di setiap SKPD (32 x 4 = 128) , sedangkan Sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Menurut sugiyono (2012: 68) Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang, b) Orang yang berfungsi sebagai pengelola keuangan di SKPD, c) Pegawai yang berfungsi sebagai pengelola keuangan di SKPD memiliki masa kerja di atas 1 tahun. Sebagaimana fungsi pemerintah dalam pengelolan keuangan daerah meliputi: a) Kepala satuan kerja pemerintah daerah (SKPD), b) PPK-SKPD, c) Bendahara pengeluaran, d) Staf Akuntansi Dalam penelitian ini melibatkan 5 variabel yang terdiri dari: Tiga variabel dependen dalam penelitian yaitu: penyajian laporan keuangan (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan (X2) serta sistem pengendalian intern pemerintah (X3). Dua variabel independen dalam penelitian yaitu: Variabel independen pertama yaitu transparansi (Y1) dan variabel independen yang kedua yaitu pengelolaan keuangan daerah (Y2). Adapun jawaban yang disediakan dimulai dari skor 1 (STS=Sangat Tidak Setuju), 2 (TS=Tidak Setuju), 3 (N=Netral), 4 (S=Setuju), dan 5 (SS=Sangat Setuju). Untuk mengetahui kualitas data yang telah terkumpul maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu. Kedua pengujian ini menggunakan bantuan program SPSS for window release 16.00. Kriteria yang ditetapkan untuk mengukur valid tidaknya suatu data adalah jika rhitung (koefisien korelasi) lebih besar dari rtabel (nilai kritis) pada taraf signifikansi 5% atau 0,05, maka dapat dikatakan valid. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika Page 6 nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,70 (Ghozali, 2013: 47). Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Untuk menguji normalitas data adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka residual tidak memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013 : 160). Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0.10 atau sama dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2013: 106). Dalam penelitian ini penggujian heteroskedastisitas akan menggunakan uji Park yaitu apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homokedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali, 2013: 142). Menurut Algifari (1997: 79) menyatakan bahwa untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: Kurang dari 1,10 1,10 sampai 1,54 1,15 sampai 2,46 Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi 2,46 sampai 2,90 Tanpa autokorelasi Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi Sugiyono (2012: 275) mengutarakan Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaskud meramalkan bagaiman keadaan (naik turunya) variabel dependen (kriterium). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independenya minimal 2. Adapun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y1= α + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3+e Universitas Trunojoyo Madura Y2=α + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3+e Keterangan: Y1 : Transparansi Y2 : Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah X1 : Penyajian Laporan keuangan X2 : Aksesibilitas Laporan Keuangan X3 : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) α : Konstanta b1 : Slope regresi atau koefisien regresi dari X1 b2 : Slope regresi atau koefisien regresi dari X2 e : Eror Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel dependen. Pengujian melalui uji F atau variansinya adalah dengan membandingkan Fhitung dengan Ftest, pada (α) = 0,05. a) Ho diterima jika Fhitung < F tabel b) Ha diterima jika Fhitung > F tabel UntuK uji statistiK t dilakukan dengan membandigkan antara thitung masing masing variabel bebas dengan ttabel, menggunakan derajat kesalahan 5%. Adapun kriteria pengambilan keputusan, yaitu: a) thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. b) thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 128 kuesioner yang disebar, kuesioner yang lengkap dan dapat diolah sebanyak 98 kuesioner, sehingga tingkat pengembalian kuesioner pada penelitian ini sebesar 76,56%. Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 13 januari 2014 sampai pada tanggal 28 februari 2014. Cara penyebaran kuesioner dilakukan dengan menyebar kuesioner di SKPD sebanyak 4 kuesioner untuk di isi di berbagai fungsi antara lain Kepala SKPD, PPK-SKPD, Bendahara Pengeluaran dan staf Akuntansi. (terlampir) Page 7 Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini dapat dikatakan valid karena r hitung dari variabel-variabel tersebut lebih besar dari r tabel, dan didapatkan nilai Cronbach’s Alpha di atas nilai 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel terbukti reliabel. (terlampir). Uji Asumsi Klasik terhadap Transparansi (Y1), hasil pengujian normalitas pada penelitian ini menunjukan bahwa nilai Kolmogrov Smirnov persamaan regresi sebesar 0,950 atau persamaan tersebut memiliki signifikan yaitu Asyimp. Sig sebesar 0,328. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa asumsi residual normalitas terpenuhi. Uji Asumsi Klasik Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y2) Pada pengujian ini menunjukan bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov persamaan regresi sebesar 0,550 atau persamaan tersebut memiliki signifikan pada Asymp. Sig sebesar 0,923. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa asumsi residual normalitas dapat dipenuhi. (terlampir) Untuk pengujian Multikolinearitas pada variabel Transparansi (Y1) berdasarkan pengujian statistik menunjukan nilai tolerance semua variabel lebih dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Faktor (VIF) kurang dari 10. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolonearitas antar variabel independen dalam regresi tersebut, sehingga variabel bebas yang di ukur bebas asumsi multikolonearitas. Uji Multikolonearitas pada variabel akuntabillitas pengelolaan keuangan daerah (Y2) menunjukan nilai tolerance semua variabel lebih dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Faktor (VIF) kurang dari 10. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolonearitas antar variabel independen dalam regresi tersebut, sehingga variabel bebas yang di ukur bebas asumsi multikolonearitas. (terlampir) Uji Heterokedastisitas pada variabel Transparansi (Y1) berdasarkan pengujian statistik menunjukan bahwa nilai sig variabel penyajian laporan keuangan (X1), aksesibilitas laporan keuangan (X2) dan sistem pengendalian intern pemerintah (X3) terhadap Universitas Trunojoyo Madura absolut residual >0,05 shingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi bebas dari kasus Heterokedastisitas. Untuk pengujian Heterokedastiditas pada variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y2) menunjukan bahwa nilai sig variabel penyajian laporan keuangann (X1), aksesibilitas laporan keuangan (X2) dan sistem pengendalian intern pemerintah (X3) terhadap absolut residual >0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi bebas dari kasus Heterokedastisitas. (terlampir) Pengujian autokorelasi pada Variabel Transparansi (Y1) nilai Durbin Watson sebesar 1.953, hal ini mengindikasikan bahwa persamaan regresi pada penelitian ini berada pada kisaran tidak ada Autokorelasi, oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Autokorelasi dalam persamaan regresi penelitian ini. Sedangkan pengujian autokorelasi terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2) diperoleh niali Durbin Watson sebesar 1.697, hal ini menunjukan bahwa persamaan regresi dalam penelitian ini berada pada kisaran tidak ada Autokorelasi, dan dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi dalam penelitian ini menunjukan tidak ada Autokorelasi. (terlampir). Hasil pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukan bahwa penyajian laporan keuangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap transparansi dengan nilai koefisien yang diperoleh sebesar 1.020 dan signifikansi 0.310 lebih besar dari 0.05. maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Hasil yang tidak signifikan dikarenakan Ketidaktepatan waktu penyajian laporan keuangan yang dapat dibuktikan dengan melihat web kabupten Lamongan yaitu di www.lamongan.go.id. Dimana dalam web kabupaten Lamongan tersebut belum menyajikan laporan keuangan pada tahun anggaran yang berakhir pada tahun 2013. Hal yang serupa juga dapat dilihat pada laporan Direktorat Jendral Keuangan (lihat lampiran 9) bahwasanya kabupaten Lamongan belum menyajikan laporan keuangan secara transparan yang meliputi laporan ringkasan RKA-SKPD, ringkasan RKA-PPKD, Rapperda Page 8 tentang APBD, Rapperda tentang perubahan APBD, Perda tentang APBD, Perda tentang perubahan APBD, Ringkasan DPA-SKPD, Ringkasan DPA-PPKD, Laporan Realisasi Anggaran seluruh SKPD, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang sudah di audit dan opini atas laporan Laporan keuangan Pemerintah Daerah (keuda.kemendagri.go.id/transparansikeuanga n/nasional16). Hasil ini juga tidak sesuai dengan penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah yang menjelaskan bahwa informasi yang disampaikan setidaknya mencakup laporan APBD dan realisasi APBD, neraca daerah, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, laporan keuangan perusahaan daerah dan data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal daerah. Dalam hal ini ketepatan waktu serta kelengkapan informasi mengenai penyajian laporan keuangan sangat penting bagi pemerintah daerah agar mampu menyajikan laporan keuangan secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan terhadap peraturan undangundang, agar penyajian laporan keuangan dapat menghasilkan output sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan dapat memenuhi aspek transparansi serta tata kelola pemerintah yang baik. Dengan adanya pernyataan tersebut diharapkan pemerintah mampu mewujudkan peran transparansi kepada publik secara efektif dan tepat waktu, dimana transparansi dapat diartikan sebagai suatu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui dan memperoleh akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Apabila peran transparansi dapat dilaksanakan dengan baik maka akan tercipta suatu pemerintahan yang Good Governance dimana pemerintah akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan pemerintah dengan baik dan dapat mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Hasil yang tidak signifikan antara penyajian laporan keuangan terhadap Universitas Trunojoyo Madura transparansi tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Aliyah dan Nahar (2012) yang meneliti tentang penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, dimana hasil peneliltianya menunjukan bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya penyajian laporan keuangan daerah akan berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil hipotesis kedua mengindikasikan bahwa Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap transparansi dengan nilai koefisien sebesar 4.146 dengan signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukan hubungan yang positif antara aksesibilitas laporan keuangan dengan transparansi. Artinya jika aksesibilitas pemerintah daerah sudah memadai maka semakin tinggi pula tingkat transparansi. Selain menyajikan laporan keuangan, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah kemudahan akses bagi masyarkat atau pengguna laporan keuangan untuk memudahkan dalam memperoleh informasi. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2006) yang meneliti tentang pengaruh penyajian neraca daerah dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Aliyah dan Aida Nahar (2012) yang meneliti tentang pengaruh penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang menyatakan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap Page 9 transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah terbukti dan diterima. Aksesibilitas yang memadai dapat ditunjukan dengan adanya web kabupaten lamongan yaitu www.lamongan.go.id (lihat lampiran 8). Selain adanya web kabupaten lamongan, hasil yang signifikan juga dapat ditunjukan dengan penerimaan penghargaan kepada kabupaten Lamongan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika atas prestasinya menempati peringkat terbaik dalam "Pemeringkatan e-Government Indonesia". Pemanfaatan serta Pendayagunaan e-Government ini sejalan dengan kebijakan otonomi daerah dengan harapan agar penyampaian layanan pemerintah kepada masyarakat dapat berlangsung lebih efisien dan efektif. Keefisiensian dan keefektifitasan disini lebih menekankan pada pendekatan pemerintah kepada masyarakat dengan memberikan layanan publik adapun beberapa pelayanan egovernment yang telah diterapkan, antara lain aplikasi manajemen keuangan berupa Sistem Aplikasi Keuangan Akuntansi (SAKTI), aktifitas dalam manajemen administrasi berupa surat menyurat, perizinan dan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Elektronik. (www.antarajatim.com: diakses 18 juni 2014). Hasil hipotesis ketiga dalam penelitian ini menunjukan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap transpransi dengan nilai koefisien sebesar 0.0607 dan signifikansi sebesar 0.545 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Hasil yang tidak signifikan dapat di lihat terkait pernyataan kuesioner nomor X3.5 yang menyatakan Adanya metode penilaian atau pengukuran risiko dan sistem informasi manajemen risiko, terdapat 4 responden dengan tingkat presentase sebesar 4,0% yang menjawab tidak setuju dan 16 responden dengan presentase 16,2% yang menjawab netral. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah masih kurang memperhatikan penilaian resiko atas suatu kegiatan pemerintah daerah. Jika suatu metode penilain atau pengukuran risiko serta sistem informasi manajemen resiko tidak dilaksanakan secara efektif maka pemerintah tidak dapat mengevaluasi risiko dalam suatu Universitas Trunojoyo Madura kegiatan yang telah dilaksanakan maupun kegiatan yang tidak terlaksana. Jika suatu SKPD tidak memberikan penilaian risiko serta sistem manajemen risiko tidak dilaksanakan dengan baik atas suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu entitas maka akan rentan terhadap tindak pidana korupsi maupun kecurangan lainya. Ketidaksignifikan juga dapat dipengaruhi oleh adanya lingkungan organisasi pemerintah maupun luar organisasi pemerintahan seperti adanya perubahan atau tidak terlaksananya suatu kegiatan yang mengakibatkan ketidakpastian dalam melaksanakan kegiatan operasional dan dapat mempengaruhi tingkat transparansi pada suatu kegiatan terhadap publik. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap strategi pemerintah yang menyebabkan pengambilan keputusan semakin terdesentralisasi. Sebagai dampak dari kelemahan pengendalian intern, perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban program atau kegiatan juga belum berjalan optimal, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya beberapa temuan tindak pidana korupsi yang terjadi di kabupaten lamongan. Dapat dilihat dari sudut pandang sistem pengendalian itu dapat dikatakan tidak terlaksana secara menyeluruh dan secara integral. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem pengendalian yang kuat dalam rangka pengelolaan kegiatan dan resiko serta pemilihan metode tata kelola atas perencanaan kegiatan yang tepat sehingga mampu dikendalikan dan diperolehnya suatu hasil kegiatan yang diinginkan, selain itu dengan adanya suatu pengendalian yang kuat maka akan tercipta suatu wujud transparansi yang efektif dan efisien karena sistem pengendalian intern juga diperlukan untuk meningkatkan kegunaan dan keandalan informasi baik keuangan dan non keuangan kepada publik. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Sari (2012) yang meneliti tentang pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah daerah, hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh secara positif terhadap Page 10 transparansi laporan keuangan pemerintah kota Cimahi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang kuat dan searah, dimana peningkatan pengendalian internal yang terjadi akan seiring dengan peningkatan transparansi laporan keuangan pemerintah Kota Cimahi. Hasil hipotesis keempat mengenai penyajian laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah memperoleh hasil yang tidak signifikan, yang menunjukan nilai koefisien sebesar -886 dengan signifikansi 0,378 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Hasil ini tidak konsisten dengan pernyataan Sande (2008: 10) yang menyatakan bahwa semakin baik penyajian laporan keuangan pemerintah maka akan berimplikasi terhadap peningkatan terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Salah satu bukti penyebab penyajian laporan keuangan yang tidak akuntabel salah satunya yaitu laporan keuangan pemerintah kabupaten Lamongan yang mendapat opini wajar dengan pengecualian (WDP). Opini wajar dengan pengecualian (WDP) merupakan pendapat yang diberikan oleh BPK ketika laporan keuangan dikatakan wajar dalam hal yang material, tetapi terdapat sesuatu yang menyimpang atau kurang lengkap pada pospos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Salah satu faktor yang menyebabkan laporan keuangan yang mendapat opini WDP adalah adanya bukti yang disajikan kurang cukup, adanya pembatasan ruang lingkup dan terdapat penyimpangan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum yaitu standar akuntansi keuangan (SAK). Menurut SA 508 paragraf 20 (508.11) jenis pendapat ini diberikan apabila terdapat ketentuan sebagai berikut: Pertama Tidak adanya suatu bukti yang kompeten dan cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. Kedua Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi Universitas Trunojoyo Madura penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. Ketiga Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia harus juga mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat. Hipotesis kelima menunjukan bahwa aksesibilitas laporan keuangan daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dengan nilai koefisien sebesar 1,940 dan nilai signifikansi sebesar 0.055, dari hasil output mengindikasikan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Ketidaksignifikan antara aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah karena diduga pemerintah daerah hanya mempublikasikan informasi terkait laporan keuangan maupun kinerja pemerintah hanya melalui internet saja, sedangkan pada media lainya kurang efektif, padahal Perlu diingat kembali tentang kondisi masyarakat yang apatis akan teknologi informasi, bahwasanya tidak semua masyarakat mengetahui internet, karena kebanyakan akses internet lebih aktif dipergunakan untuk mempublikasikan laporan keuangan oleh pemerintah daerah dari pada media nirmasa seprti Koran, majalah, surat kabar dan televisi. Hal ini tidak mendukung pernyataan Mustofa (2012: 2), bagi Mustofa Aksesibilitas laporan keuangan dapat diartikan sebagai sarana pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada publik secara terbuka dan jujur berupa laporan keuangan yang dapat di akses dengan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu setiap pemerintah daerah wajib memliliki media sebagai informasi keuangan daerah yang dapat bermanfaat bagi pihak eksternal dan pihak internal yang membutuhkan. Sama halnya seperti yang diungkapkan oleh Shende Page 11 dan Bennet, (2004) dalam Aliyah dan Nahar (2012) bahwa Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet), dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat. Hasil hipotesis keenam menunjukan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dengan niali koefisien sebsar 2.620 dan nilai signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil yang signifikan terhadap sistem pengendalian intern pemerintah dapat dibuktikan dengan adanya penerapan sistem Term Of Reference (TOR). Term of reference (TOR) dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sekaligus menerapkan penyelenggaraannya di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan sesuai dengan kondisi dan kompleksitas permasalahan yang ada, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman atas berlakunya PP Nomor 60 tahun 2008 sehingga pengendalian dapat terlaksana secara menyeluruh dan secara integral. Selain itu hal ini juga dapat diperkuat dengan adanya pengungkapan suatu tindak pidana korupsi yang terjadi di kabupaten Lamongan. Pengungkapan inilah yang menandakan bahwa sistem pengendalian intern serta pengawasan yang di lakukan oleh pemerintah kabupaten Lamongan cukup dinilai baik dan sudah berjalan efektif. Dengan dilakukanya sistem pengendalian intern secara menyeluruh dan secara integral maka diharapkan pemerintah mampu mengelola kekayaan daerah dengan sebaik mungkin agar tercipta kesejahteraan bagi masyarakat serta dapat meminimalkan dan memberantas adanya tindak korupsi. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi sistem pengendalian intern pemerintah yang diterapkan secara menyeluruh dan integral akan mampu Universitas Trunojoyo Madura menciptakan suatu akuntabillitas pengelolaan keuangan yang baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zalni (2013) tentang Pengaruh Komitmen Karyawan dan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa Pengaruh antara penerapan sistem pengendalian intern pemerintah dengan pengelolaan keuangan daerah adalah bahwa semakin baik penerapan sistem pengendalian intern pemerintah maka semakin terwujudnya pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. SIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: penyajian laporan keuangan dan sistem pengendalian intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap transparansi namun aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi. Penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sedangkan sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Pengujian pada hipotesis pertama (H1) menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,310 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis pertama dalam penelitian ini ditolak. Hal ini terjadi dikarenakan penyajian laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah daerah belum disajikan secara lengkap dan transparan kepada publik. Pengujian hipotesis yang kedua (H2) menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan maka akan meningkatkan transparansi. Dengan pernyatan ini maka Aksesibilitas merupakan hal yang penting bagi pemerintah daerah, karena dengan adanya suatu aksesibilitas akan Page 12 mendukung terciptanya transparansi. Selain itu dengan meningkatkan aksesibilitas laporan keuangan pada suatu pemerintah akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses serta memperoleh informasi mengenai keuangan daerah. Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,545 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak. Hal ini dipengaruhi oleh adanya lingkungan organisasi pemerintah maupun luar organisasi pemerintahan seperti adanya perubahan atau tidak terlaksananya suatu kegiatan yang mengakibatkan ketidakpastian dalam melaksanakan kegiatan operasional dan dapat mempengaruhi tingkat transparansi pada suatu kegiatan terhadap publik. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap strategi pemerintah yang menyebabkan pengambilan keputusan semakin terdesentralisasi. Sehingga dari sudut pandang sistem pengendalian itu dapat dikatakan tidak terlaksana secara menyeluruh dan secara integral. Pengujian hipotesis ke empat (H4) menunjukan nilali signifikansi 0,378 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis keempat ditolak. hal ini terjadi dikarenakan pertanggungjawaban keuangan dari pemerintah daerah yang belum maksimal. Dilihat dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) kabupaten Lamongan, yang mendapat opini wajar dengan pengecualian (WDP). Pengujian hipotesis kelima (H5) menunjukan nilai signifikansi 0,055 maka hipotesis kelima ditolak. Hal ini diduga laporan keuangan yang dipublikasikan dalam media massa belum memberikan keyakinan yang memadai serta kelengkapan informasi mengenai keuangan daerah, Selain itu diduga pemerintah daerah hanya mempublikasikan informasi terkait laporan keuangan maupun kinerja pemerintah hanya melalui internet saja, sedangkan pada media masa lainya kurang efektif, adanya ketidaktepatan penyajian laporan keuangan juga dapat menghambat masyarakat atau pengguna laporan keuangan untuk memperoleh informasi. maka hipotesis ke enam diterima. Hasil yang signifikan dapat dibuktikan dengan adanya pengungkapan tindak pidana korupsi. Dengan terungkapnya suatu tindak pidana korupsi menandakan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah sudah berjalan efektif dan integral. Adapun keterbatasan dan saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a) Keterbatasan waktu dalam penyebaran kuesioner sehingga dalam penyebaran kuesioner tidak dapat dilaksanakan di SKPD secara keseluruhan, seperti jumlah kecamatan yang terlalu banyak, sehingga peneliti hanya mengambil 1 kecamatan saja. b) Dalam penelitian ini penyebaran kuesioner ditinggal ditempat responden. Dalam pengisian kuesioner tersebut peneliti tidak bisa mengawasi secara langsung apakah pengisian kuesioner telah diisi sesuai dengan fungsi yang telah dijadikan sampel oleh peneliti atau tidak. c) Penelitian ini hanya berfokus pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai pihak internal pemerintah yang berfungsi sebagai pengelola keunagan. Dari keterbatasan yang ada dan berdasarkan simpulan yang diuraikan maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: a) Untuk peneliti selanjutnya, selain menggunakan metode pengumpulan data dengen menyebar kuesioner, peneliti juga dapat melakukan tanya jawab atau wawancara dengan responden terkait dengan tema penelitian, dengan adanya tanya jawab atau wawancara maka dapat mendukung hasil kuesioner. Serta diusahakan agar peneliti mengawasi serta menunggu pengisian kuesioner , dengan cara ini diharapkan akan menghasilkan kuesioner yang relevan dan sesuai harapan peneliti. b) Untuk peneliti selanjutnya, dapat menggunakan sampel dan populasi yang lebih besar sehingga akan menghasilkan kondisi yang sebenarnya dan lebih respresentatif. c) Untuk Penelitian selanjutnya dapat dilakukan lebih dari satu objek dengan kasus yang berbeda. d) Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan populasi di pihak internal yaitu pengelola Pengujian hipotesis ke enam (H6) keuangan pemerintah dan pihak eksternal menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,10 yaitu pengguna laporan keuangan. Universitas Trunojoyo Madura Page 13 Daftar Pustaka Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada. Hartadi, Bambang. 1999. Sistem Pengendalian Intern. Yogyakarta: BPFE. Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Aidil. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jakarta: Salemba Empat Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Hanim, Sustika, 2009, Pengaruh Penyajian (Studi Empiris Pada Pemerintah Laporan Keuangan Daerah Kota Tebing Tinggi). Thesis. Terhadap Transparansi dan Universitas Sumatra Utara Medan. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kasus Aliyah, Siti dan Aida, Nahar. 2012. Pengaruh Pada Pemerintah Kota Langsa, Penyajian Laporan Keuangan Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas terhadap Transparansi dan Ekonomi, Universitas Sumatera Akuntabilitas Pegelolaan Keuangan Utara, Medan. Daerah. jurnal Akuntansi dan Auditing Volume 8 No. 2: 97-189. Hartadi, Bambang. 1999. Sistem Pengendalian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Intern. Yogyakarta: BPFE. Nahdlatul Ulama Jepara. Mahsun Mohammad, Firma Sulistiyowati dan Arfianti, Dita. 2011. Analisis Faktor-Faktor Heribertus Andre Purwanugraha. Yang Mempengaruhi Nilai Informasi 2006. Akuntansi Sektor Publik. Pelaporan Keuangan Pemerintah Yogyakarta: BPFE. Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Batang). Skripsi. Jurusan Akuntansi Yogyakarta: ANDI. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. _________. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Akuntansi. Yogyakarta : ANDI. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Mustofa, Anies iqbal. 2012. Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Laporam Keuangan Terhadap Jakarta: Salemba Empat Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Kabupaten Pemalang. Baswir, Revrisond. 2000. Akuntansi ISSN 2252-6765. Universitas pemerintahan Indonesia. Negeri Semarang. Yogyakarta: BPFE. Mulyana, Budi. 2006. Pengaruh Penyajian Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan Neraca Daerah dan Akesisbilitas Pada Satuan Kerja Perangkat Laporan Keuangan Daerah Daerah (SKPD). Jakarta: PT Terhadap Transparansi dan Indeks. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Akuntansi Pemerintahan. Volume 2, Multivariate Dengan Program IBM No. 1: 65-78. Universitas Gajah SPSS 21, Edisi 7.. Semarang: Mada. Universitas Diponegoro. Universitas Trunojoyo Madura Page 14 Nordiawan, Deddi dan Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Salemba Empat. Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Ekonomi Universitas Bandung. Widyatama Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R DAN D. Bandung: Alfabeta. Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik ________. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Bandung: Alfabeta. Mediakom. Suwardjono.2012. Teori Akuntansi. BPFEPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Yogyakarta. Yogyakarta Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Sistem Informasi Keuangan Tentang Pokok-pokok Daerah. Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2008 Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Tentang Keterbukaan Informasi Sistem Pengendalian Intern Publik. Pemerintah (SPIP). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Penyelenggaraan Negara Nomor 71 Tahun 2010 tentang yang Bersih dan Bebas dari Standar Akuntansi Pemerintahan. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Nomor 24 Tahun 2005 tentang Tentang Pemerintah Daerah. Standar Akuntansi Pemerintahan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Rachmat. 2010. Akuntansi Pemerintahan. Tentang Perimbangan Keuangan Bandung: CV Pustaka Setia. Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Sande, Peggy. 2013. Pengaruh penyajian Yuwono, Sony, Indarajaya Tengku Agus dan laporan keuangan dan aksesibilitas Ahriyandi. 2005. Penganggaran laporan keuangan terhadap sektor publik. Malang: Bayumedia akuntabilitas pengelolaan publishing. keuangan daerah (studi empiris Zalni, Fitri. 2013. Pengaruh Komitmen pada pemerintah provinsi Sumatra Karyawan dan Penerapan Ssitem barat).Skripsi: Fakultas Ekonomi Pengendalian Intern Pemerintah Universitas Negeri Padang. (SPIP) Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah. Skripsi. Bidang Sari, Diana. 2012. Pengaruh Sistem studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Pengendalian Intern Terhadap Universitas Negeri Padang. Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Bandung. www.lamongan.go.id (Di akses pada tanggal ISSN 22523936. Fakultas 10 november 2013). Universitas Trunojoyo Madura Page 15 www.antarajatim.com (Di akses pada tanggal 18 juni 2014). keuda.kemendagri.go.id/transparansikeuangan /nasional16: (Diakses16 juni 2014) Lampiran tabel 1 distribusi dan pengambilan kuesioner Kuesioner yang disebarkan Kuesioner yang kembali Kuesioner tidak kembali Kuesioner yang tidak dapat diolah Kuesioner yang dapat diolah 100% 81,25% 18,75% 4,68% 76,56% 128 kuesioner 104 kuesioner 24 kuesioner 6 kuesioner 98 kuesioner Lampiran 2 deskripsi profil responden laki-laki Perempuan Jumlah 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun jumllah SMA/SMK D1/D2/D3 S1 S2 S3 jumlah Jenis Kelamin Responden 57 58% 42 42% 98 100% Usia Respoennd 17 32 30 19 98 Pendidikan Terakhir Responden 6 6,1% 7 7,1% 59 60,2% 26 26,5% 98 100% Jabatan responden Kepala SKPD 20 Bendahara pengeluaran 25 PPK-SKPD 29 Akuntansi 24 Jumlah 98 Universitas Trunojoyo Madura 17,3% 32,6% 30,6% 19,3% 100% 20,4% 25,5% 29,5% 24,4% 100% Page 16 Lampiran tabel 3 hasil uji validitas Uji Validitas Penyajian Laporan Keuangan (X1) Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan X1.1 0,664 0,199 Valid X1.2 0,711 0,199 Valid X1.3 0,711 0,199 Valid X1.4 0,609 0,199 Valid X1.5 0,684 0,199 Valid X1.6 0,797 0,199 Valid X1.7 0,693 0,199 Valid X1.8 0,739 0,199 Valid X1.9 0,575 0,199 Valid Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) X2.1 0,575 0,199 Valid X2.2 0,799 0,199 Valid X2.3 0,905 0,199 Valid X2.4 0,893 0,199 Valid X2.5 0,615 0,199 Valid X2.6 0,716 0,199 Valid Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X3) Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan X3.1 0,597 0,199 Valid X3.2 0,787 0,199 Valid X3.3 0,625 0,199 Valid X3.4 0,717 0,199 Valid X3.5 0,700 0,199 Valid X3.6 0,707 0,199 Valid X3.7 0,615 0,199 Valid X3.8 0,709 0,199 Valid X3.9 0,707 0,199 Valid X3.10 0,623 0,199 Valid X3.11 0,727 0,199 Valid X3.12 0,700 0,199 Valid X3.13 0,592 0,199 Valid X3.14 0,663 0,199 Valid Transparansi (Y1) Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan Y1.1 0,774 0,199 Valid Y1.2 0,612 0199 Valid Y1.3 0,576 0,199 Valid Y1.4 0,725 0,199 Valid Y1.5 0,776 0,199 Valid Universitas Trunojoyo Madura Page 17 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y2) Y2.1 0,564 0,199 Valid Y2.2 0,617 0,199 Valid Y2.3 0,395 0,199 Valid Y2.4 0,483 0,199 Valid Y2.5 0,555 0,199 Valid Y2.6 0,569 0,199 Valid Y2.7 0,520 0,199 Valid Y2.8 0,349 0,199 Valid Y2.9 0,427 0,199 Valid Y2.10 0,288 0,199 Valid Y2.11 0,305 0,199 Valid Y2.12 0,417 0,199 Valid Lampiran tabel 4 hasil uji reliabilitas Variabel Penyajian Laporan Keuangan (X1) Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) Cronbach Alpha 0,850 Kriteria Keterangan 0,70 Reliabel 0,841 0,70 Reliabel Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 0,904 0,70 Reliabel (X3) Transparansi (Y1) 0,720 0,70 Reliabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan 0,703 0,70 Reliabel Daerah (Y2) Lampiran 5 uji normalitas Hasil Uji Normailtas Data terhadap transparansi (Y1) Unstandardiz ed Residual N 98 Normal Parameters Mean .0000000 Std. Deviation 1.99294145 Most Extreme Differences Absolute .096 Positive .090 Negative -.096 Kolmogorov-Smirnov Z .950 Asymp. Sig. (2-tailed .328 Universitas Trunojoyo Madura Page 18 Hasil Uji Normalitas Data terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2) N Normal Parameters Unstandardized ed Residual 98 .0000000 2.96078304 .056 .056 -.042 .550 .923 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolomogrov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Lampiran 6 uji multikolonearitas Hasil Uji Multikolinearitas pada variabel transparansi (Y1) Variabel Penyajian Lpaoran Keuangan Aksesibilitas Laporan Keuangan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Tolerance 0,766 Nilai VIF 1,305 0,641 1,561 0,533 1,807 Kesimpulan Bebas Multikolonearitas Bebas Multikolonearitas Bebas Multikolonearitas Hasil Uji Multikolonearitas pada variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2) Variabel Tolerance Nilai VIF Kesimpulan Penyajian Lpaoran 0,766 1.305 Bebas Keuangan Multikolonearitas Aksesibilitas Laporan 0,641 1.561 Bebas Keuangan Multikolonearitas Sistem Pengendalian 0,553 1.807 Bebas Intern Pemerintah Multikolonearitas Lampiran 7 uji heterokedastisitas Hasil Uji Park pada variabel Transparansi (Y1) Model 1 (Constant) Penyajian laporan keuangan Aksesibilitas laporan keuangan Sistem pengendalian intern pemerintah Unstandardized Coeficients B Std. Error -15.679 9.651 .479 2.401 Standardized Coeficients Beta T Sig. .020 -1.625 .174 .108 .862 -.389 1.440 .034 -.270 .787 3.754 2.788 .181 1.346 .181 Universitas Trunojoyo Madura Page 19 Uji Park pada variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2) Model Unstandardized Coeficients B Std. Error 2.957 9.208 -.0222 2.291 1 (Constant) Penyajian laporan keuangan Aksesibilitas laporan keuangan Sistem pengendalian intern pemerintah Standardized Coeficients Beta T Sig. -.001 .321 -.010 .749 .992 .185 1.374 .017 .135 .893 -.636 2.660 .033 -.239 .811 Lampiran 8 uji Autokorelasi Uji Autokorelasi pada variabel Transparansi (Y1) Nilai Durbin Watson Kesimpulan 1.953 Tidak ada Autokorelasi Uji Autokorelasi pada variabel Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2) Nilai Durbin Kesimpulan Watson 1.697 Tidak ada Autokorelasi Lampiran 9 Pengujian Hipotesis Hasil Uji Regresi linier berganda pada variabel Transparansi Y1 Model 1 (Constant) Penyajian laporan keuangan Aksesibilitas laporan Unstandardized Coeficients B Std. Error 8.838 2.247 Standardized Cieficients Beta Keterangan T Sig. 3.933 .000 .058 .057 .101 1.020 .310 Tidak Signifikan .270 .065 .449 4.146 .000 Signifikan Universitas Trunojoyo Madura Page 20 keuangan Sistem pengendalian intern pemerintah R = 0.541 R2 = 0.292 .028 .046 .071 .0607 .545 Tidak Signifikan Hasil Uji Regresi linier berganda pada variabel Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2) Model Unstandardized Standardized Keterangan Coeficients Cieficients Beta T Sig. B Std. Error 1 38.983 3.338 11.678 .000 (Constant) Penyajian -.075 .085 -.093 -.886 .378 Tidak laporan Signifikan keuangan Aksesibilitas .188 .097 .223 1.940 .055 Tidak laporan Signifikan keuangan Sistem .178 .068 .324 2.620 .010 Signifikan pengendalia n intern pemerintah R = 0.454 R2 = 0.206 Universitas Trunojoyo Madura Page 21