1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sidat (Anguilla sp

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sidat (Anguilla sp.) atau eel merupakan salah satu komoditas perikanan
budidaya yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena di
negara Jepang ikan ini sangat populer sebagai penghasil protein hewani yang
bernilai ekonomi tinggi. Berbagai kegiatan intensifikasi budidaya ikan sidat sudah
banyak dikembangkan, namun serangan patogen merupakan permasalahan utama
yang dapat mengancam keberlangsungan hidup ikan sidat karena dapat
menyebabkan kematian elver (glass eel) dalam jumlah besar.
Penyakit dapat muncul dalam suatu perairan akibat ketidakseimbangan
antara lingkungan, ikan, dan jasad patogen. Penanganan dalam budidaya yang
kurang baik dapat menyebabkan ikan mengalami stres, sehingga daya tahan
tubuhnya menurun dan mudah terserang penyakit. Salah satu diantara penyakit
tersebut berasal dari golongan bakteri yang hidup dan berkembang di dalam
saluran pencernaan (gastrointestinal) ikan sidat. Banyak pembuktian telah
dilakukan bahwa variabilitas dari aktifitas bakteri patogen dalam saluran
pencernaan ikan dipengaruhi oleh asupan nutrisi, suasana lingkungan dalam
saluran pencernaan, keadaan lingkungan di sekitar wadah budidaya, umur, lokasi
geografis dan keadaan stres ikan (Verschuere et al. 2000; Refstie et al. 2006;
Skrodenyte-Arbaciauskiene et al. 2008).
Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam saluran pencernaan ikan
terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang bersimbiosis pada dinding
mukosa usus. Beberapa genus bakteri seperti Aeromonas, Acinetobacter, Bacillus,
Flavobacterium, Pseudomonas yang berasal dari famili Enterobacteriaceae dan
bakteri obligat anaerobik dari genus Bacteroides, Clostridium and Fusobacterium
ditemukan di dalam saluran pencernaan ikan air tawar (Sakata 1990; Huber et al.
2004; Kapetanovic et al. 2005; Hovda et al. 2007; Kim et al. 2007). Selain pada
ikan air tawar, di dalam saluran pencernaan ikan air laut ditemukan beberapa
genus bakteri yang termasuk bakteri gram negatif, aerobik fakultatif seperti
1
2
Acinetobacter,
Alteromonas,
Aeromonas,
Bacteroides,
Cytophaga,
Flavobacterium, Micrococcus, Moraxella, Pseudomonas, Proteobacterium dan
Vibrio (Cahill 1990; Onarheim et al. 1994; Blanch et al. 1997; Ringø et al. 2006;
Brunvold et al. 2007; Zhou et al. 2009). Beberapa genus bakteri asam laktat
(BAL) juga ditemukan dalam saluran pencernaan ikan seperti Lactobacillus,
Lactococcus, Streptococcus, Leuconostoc, dan Carnobacterium (Ringø and
Gatesoupe 1998; Syvokiene and Mickeniene 1999; Asfie et al. 2003; Hagi et al.
2004; Vendrell et al. 2006; Hovda et al. 2007; Balcázar et al. 2007a; Balcázar et
al 2007b; Balcázar et al. 2008; Vijayabaskar dan Somasundaram 2008). Bakteri
jenis BAL jumlahnya tidak dominan dalam saluran pencernaan ikan namun
beberapa strain dari bakteri ini mampu membentuk koloni dalam usus (Ringø and
Gatesoupe 1998; Balcázar et al. 2007a) dan mampu menjadi kandidat probiotik
dalam menghambat aktivitas bakteri patogen dalam saluran pencernaan ikan
(Balcázar et al. 2006, 2008).
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan FAO/WHO (2001), probiotik
didefinisikan sebagai suatu kehidupan mikroorganisme yang tumbuh dan
berkembang serta memberikan manfaat bagi organisme inangnya. Bakteri
probiotik adalah agen biokontrol yang memiliki peran penting dalam
mengendalikan aktivitas bakteri patogen karena bakteri ini bersifat antagonis
terhadap patogen. Bakteri probiotik aktif menghasilkan zat antimikroba seperti
asam organik, hidrogen peroksida, sideropheros dan juga lisosim (Verschuere et
al. 2000; Irianto dan Austin 2002). Bahan antimikroba pada bakteri probiotik
tersebut sangat dibutuhkan dalam saluran perncernaan ikan karena mampu
menstimulasi sistem imun dari inang dengan meningkatkan jumlah eritrosit,
makrofaga dan limfosit (Irianto dan Austin 2002). Bakteri probiotik yang umum
digunakan dalam kegiatan akuakultur adalah spesies dari Lactobacillus,
Lactococcus, Leuconostoc, Enterococcus, Carnobacterium, Shewanella, Bacillus,
Aeromonas,
Vibrio,
Enterobacter,
Pseudomonas,
Clostridium,
dan
Saccharomyces (Irianto dan Austin 2002; Burr et al. 2005; Sahu et al. 2008).
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu pengujian aktivitas antimikroba
dari hasil isolasi kandidat bakteri probiotik yang berasal dari saluran pencernaan
3
ikan sidat sebagai satu tahap seleksi dalam mengidentifikasi kandidat bakteri
probiotik. Identifikasi mengenai jenis kandidat bakteri probiotik dalam saluran
pencernaan ikan sidat perlu dilakukan sebagai suatu strategi manipulasi
mikroorganisme dalam upaya pencegahan infeksi penyakit karena serangan
bakteri patogen (Romero and Navarrete 2006). Identifikasi molekuler dengan
pemanfaatan
gen
16S
rRNA
pada
DNA
prokariotik
bakteri
sangat
direkomendasikan untuk digunakan karena prosedur tersebut telah dilakukan sejak
tahun 1980-an sehingga database nukleotida gen 16S rRNA pada bakteri sudah
cukup tersedia sebagai parameter sistematik molekuler yang universal,
representatif dan praktis untuk mengkonstruksi kekerabatan filogenetik bakteri
pada tingkat spesies (Aris 2011).
1.2
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
 Sejauh mana potensi antimikroba dari kandidat bakteri probiotik pada
ikan sidat (Anguilla bicolor) mampu menekan aktivitas bakteri
patogen Aeromonas hydrophila.
 Sejauh mana kandidat bakteri probiotik yang diisolasi dari saluran
pencernaan ikan sidat dapat teridentifikasi pada tingkat spesies dan
strain.
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandidat bakteri probiotik
dari saluran pencernaan ikan sidat (Anguilla bicolor) yang memiliki potensi
terbaik dalam menghambat aktivitas bakteri patogen Aeromonas hydrophila
dengan menggunakan metode molekuler.
1.4
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, mahasiswa dan pembudidaya ikan mengenai potensi kandidat bakteri
4
probiotik yang diisolasi dari saluran pencernaan ikan sidat (Anguilla bicolor)
dalam mengendalikan aktivitas bakteri patogen (Aeromonas hydrophila).
1.5
Kerangka Pemikiran
Budidaya ikan sidat saat ini sedang dikembangkan di Pulau Jawa, karena
potensi ekonomis dari ikan ini sungguh luar biasa. Harga sidat (Anguilla sp.) di
pasar lokal dapat mencapai Rp 75.000/kg. Ikan sidat juga dijadikan sebagai
komoditas ekspor untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke Jepang sebagai bahan
baku makanan dengan kisaran
350.000/kg-Rp 450.000/kg. Sidat merupakan
menu paling mahal di restoran Jepang (dikenal sebagai Unagi) harganya berkisar
antara Rp. 100.000/porsi-500.000/porsi, yang biasanya dihidangkan pada
pertemuan-pertemuan pebisnis besar atau tokoh-tokoh penting (KKP 2011).
Pengembangan kegiatan budidaya ikan sidat, saat ini dihadapkan pada
beberapa kendala penting, salah satunya adalah serangan patogen. Patogen
tersebut akan menimbulkan penyakit dan akan mengancam kelangsungan hidup
ikan sidat. Menurut Kordi dan Ghufran (2004) timbulnya serangan wabah
penyakit
tersebut
pada
dasarnya
sebagai
akibat
terjadinya
gangguan
keseimbangan antar interaksi ikan, lingkungan yang tidak menguntungkan dan
berkembangnya patogen penyebab penyakit. Penyakit yang sering menyerang
ikan sidat dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni penyakit menular
yang sering disebut parasit yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme seperti
bakteri jamur, virus dan protozoa. Kedua adalah penyakit yang tidak menular,
yaitu penyakit yang bukan disebabkan oleh mikroorganisme.
Penyebaran penyakit yang lebih luas dapat ditemukan pada kolam
budidaya sidat atau keramba. Banyak patogen, terutama yang termasuk golongan
sistematika rendah tersebar luas dan biasanya terdapat di dalam ekosistem atau
bahkan juga di dalam tubuh ikan tanpa menyebabkan kondisi patologis. Bakteri
patogen mempunyai daerah penyebaran relatif luas sehingga hampir dapat
dijumpai dimana saja.
Bakteri Aeromonas hydrophila adalah salah satu bakteri patogen yang
paling sering menyerang ikan sidat (Tomiyama dan Hibiya 1977). Infeksi
5
Aeromonas hydrophila dapat terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan, stres,
perubahan temperatur, air yang terkontaminasi dan ketika host tersebut telah
terinfeksi oleh virus, bakteri atau parasit lainnya (infeksi sekunder), oleh karena
itu bakteri ini disebut dengan bakteri yang bersifat patogen oportunistik (Dooley
et al. 1985). Bakteri ini dapat bertahan dalam lingkungan aerob maupun anaerob
fakultatif dan dapat mencerna material-material seperti gelatin dan hemoglobin.
Bakteri A. hydrophila biasanya ditemukan pada lingkungan perairan tawar
dan merupakan penghuni saluran pencernaan ikan (gastrointestinal) (Tanjung et
al. 2011). Sidat yang terserang secara eksternal akan mengalami pendarahan yang
selanjutnya menjadi borok (haemorrhage) pada sirip perut dan ekor serta bagian
anus. Berbeda halnya apabila sidat tersebut terserang secara internal, sidat akan
mengalami hyperemia yang menyebabkan terkikisnya dinding usus dan lambung.
Pendarahan pada hati, ginjal, dan limpa akan tampak bila dilakukan tindakan
Nekropsi (pembedahan). Hati sidat yang terserang bakteri ini menjadi tidak
berfungsi (KKP 2011).
Bakteri probiotik yang hidup dalam saluran pencernaan ikan sidat adalah
agen imunostimulan yang baik bagi ikan sidat. Bakteri probiotik akan
menghasilkan senyawa antimikroba seperti asam organik, hidrogen peroksida,
sideropheros dan juga lisosim yang mampu menghambat aktivitas bakteri patogen
di dalam tubuh ikan sidat (Braun and Braun 2002; Yoshida et al. 2002; Vazquez
et al. 2005; Sahu et al. 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Feliatra et al (2004) ditemukan 9 spesies bakteri dari hasil isolasi saluran usus
dan lambung ikan kerapu macan yang berpotensi sebagai probiotik, yaitu
Lactococcus sp., Carnoacterium sp., Staphylococcus sp., Bacillus sp.,
Eubacterium sp., Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., Micrococcus sp., dan
Bifidobacterium sp. Kesembilan bakteri ini berpotensi sebagai probiotik karena
memilik ketahanan pada pH 2 yang merupakan indikator utama sebagai bakteri
probiotik.
Chemlal-Kherraz et al (2012) telah berhasil mengisolasi 10 strain bakteri
Lactobacillus dari saluran usus ikan nila dengan menggunakan media tumbuh
Mann Rogosa Sharpe broth (MRS broth) serta menguji kemampuan antibiotiknya
6
dalam melawan serangan bakteri patogen (Staphylococcus aureus ATCC 25923).
Oleh karena itulah, dalam penelitian ini dilakukan analisis keberadaan bakteri
probiotik dalam saluran pencernaan ikan sidat (Anguilla bicolor) yang mampu
dijadikan sebagai agen biokontrol dalam mengendalikan aktivitas bakteri patogen
(Aeromonas hydrophila). Isolat bakteri yang diperoleh dari saluran penceraan
sidat diharapkan mampu menjadi kandidat bakteri yang memiliki potensi
probiotik terbaik dalam mengendalikan serangan maupun perkembangan dari
bakteri patogen.
Download