i i EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN

advertisement
i
EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN
SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU
Skripsi
Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Satria Sakti
NIM : 069114012
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
i
EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN
SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU
Skripsi
Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Satria Sakti
NIM : 069114012
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
ii
iii
mari berlari meraih mimpi
menggapai langit yang tinggi
jalani hari dengan berani
tegaskan suara hati
kuatkan diri dan janganlah kau ragu
tak kan ada yang hentikan langkahmu
ya..ya..kita kan terus berlari
ya..ya..tak kan berhenti di sini
ya..ya..larilah meraih mimpi
ya..ya..hingga nafas tlah berhenti
tak ada yang tak mungkin
bila kita yakini
pastilah engkau dapati
( J-Rocks – Meraih Mimpi )
iv
Skripsi ini saya persembahkan bagi
Bapak , Ibu, Kakak,
dan keluarga besar yang telah mendukung saya.
v
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan yang sesungguhnya bahwa karya yang saya muat ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juni 2010
Satria Sakti
vi
EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA
DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU
Satria Sakti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan musik
sedih pada volume yang berbeda. Subjek penelitian adalah 16 mahasiswa Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang memberikan 64 data penelitian. Peneliti mengajukan
hipotesis bahwa dalam membangkitkan emosi oleh musik bahagia dan musik sedih terdapat
perbedaan yang signifikan antara volume musik bahagia dan volume musik sedih. Data dianalisis
dengan uji Willcoxon. Validitas eksternal yang digunakan pada penelitian eksperimen ini memakai
replikasi konseptual mengenai mekanisme musik untuk membangkitkan emosi. Mekanisme
tersebut adalah refleks batang otak yang merupakan mekanisme bebas budaya sehingga manipulasi
dalam eksperimen ini dapat digeneralisasikan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk
membangkitkan emosi bahagia dan sedih dengan musik, volume musik bahagia tidak berbeda
secara signifikan dari volume musik sedih. Dengan demikian, hipotesis penelitian tidak diterima.
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa sebagian besar subjek mendengarkan musik dengan
volume keras yang melanggar peringatan The Occupational Safety and Health Administration
(OSHA). Perbedaan tidak signifikan antara volume musik bahagia dan musik sedih diduga
dikarenakan ambang pendengaran manusia yang makin tinggi.
Kata kunci : emosi, musik, volume
vii
EXPERIMENT ON THE EMOTIONS BY HAPPY
AND SAD MUSIC WITH A CERTAIN VOLUME
Satria Sakti
ABSTRACT
This study aimed to look at the emotions evoked by happy music and sad music at
different volumes. Subjects were 16 students of the Faculty of Psychology, University of Sanata
Dharma, Yogyakarta, which provided 64 research data. Research hypothesized that the emotion
evoked by the happy music and sad music had significant difference in terms of music
volume. Data were analyzed with Willcoxon test. External validity in this experimental research
employed a conceptual replication of the mechanics of music evoke emotions. These mechanism is
brain stem reflexes, which is free from cultural mechanisms. Therefore manipulation in this
experiment can be generalized. The experiment shows that in order to evoke happy and sad
emotions, happy music volume is not significantly different from the sad music volume. Thus,
research hypothesis is not accepted. The results also show that most subjects listened to music at
full volume in violation to the warning of The Occupational Safety and Health Administration
(OSHA). No significant difference between the volume of happy music and sad music is allegedly
caused by the higher level of human hearing threshold.
Key words: emotion, music, volume
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama
: Satria Sakti
Nomor Mahasiswa
: 069114012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA
DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 Juni 2010
Yang menyatakan,
( Satria Sakti )
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan atas jalan yang diberikan selama
mengerjakan skripsi berjudul “Eksperimen mengenai emosi yang dibangkitkan
oleh musik bahagia dan sedih dengan volume tertentu”. Tuhan telah
memperkenalkan saya kepada orang-orang hebat yang tulus membantu dan
memberikan dukungan saat saya mengerjakan skripsi. Pada kesempatan ini, saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat tersebut, yakni:
1. Dr. A. Priyono Marwan, S. J. selaku dosen pembimbing skripsi untuk
segala kesabaran, waktu, dukungan, penerimaan dan pelajaran yang
telah diberikan.
2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. S.Psi., M.Si. selaku dekan dan Bapak
Minta Istono S.Psi., M.Si. selaku Wakaprodi yang selalu mendorong
kami agar cepat menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing
akademik untuk pendampingan dan masukan-masukannya.
4. Ibu Agnes Indar S.Psi., M.Si. atas bimbingannya saat saya menjadi
asisten Tes Kognitif.
5. Bapak YB. Cahyo Widiyanto S.Psi., M.Si. atas kepercayaan dan saran
saat saya menjadi asistennya dalam PPKM.
6. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta atas
pelajaran yang berharga selama saya menjalani masa kuliah.
x
7. Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, dan Mas
Boni yang telah menjadi teman para mahasiswa.
8. Karyawan Fakultas Fisika, Mas Ngadiono yang telah membantu saya
dalam menggunakan Sound Level Meter.
9. Teman-teman BPMF 2006/2007 dan BEMF 2007/2008 yang
memberikan pelajaran berorganisasi kepada saya.
10. Teman-teman berbagai kepanitiaan di Fakultas Psikologi atas
dinamikanya.
11. Windi atas waktu dan dukungan bagi peneliti selama mengerjakan
skripsi.
12. Adit, Berto, Caca, Cika, Coro, Kesed, Nita, Nobi, Viany, dan temanteman seperjuangan yang belum saya sebutkan.
13. Teman-teman satu bimbingan, Endy, Hermin, Peni, Jenny, Yayak dan
Wayan yang saling memberikan semangat.
14. Bapak, Ibu, dan Mas Bimo atas doa dan dukungan agar saya dapat
menyelesaikan kuliah.
Saya merasa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti
menerima saran dan kritik mengenai penelitian ini dengan senang hati.
Yogyakarta, Juni 2010
Satria Sakti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….....
i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...
iii
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………
vi
ABSTRAK ………………………………………………………………….
vii
ABSTRACT ………………………………………………………………..
viii
PERNYATAAN PUBLIKASI ……………………………………………..
ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...….
xvi
DAFTAR GAMBAR …………...…………………………………………
xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...…….....
xviii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….
1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………………..
1
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………..
4
C. TUJUAN PENELITIAN …………………………………………...
4
D. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………...
4
1. Manfaat Praktis ……………………………………………….…
4
2. Manfaat Teoritis ………………………………………………....
5
xii
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………...
6
A. EMOSI ……………………………………………………………...
6
1. Pengertian ………………………………………………………..
6
2. Aspek-Aspek …………………………………………………….
8
3. Penyebab ………………………………………………....…….…
8
B. MUSIK …………………………………………………….………....
9
1. Pengertian ……………………………………………….………...
9
2. Elemen-Elemen ………………………………………………….
10
C. PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI …………………….…
12
1. Pengaruh Musik Terhadap Emosi Secara Umum ……………...….
12
2. Pengaruh Musik Terhadap Emosi Secara Khusus ……………….
14
3. Mekanisme Musik Membangkitkan Emosi ……………………....
16
D. HIPOTESIS PENELITIAN …………………………………………
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………..
20
A. JENIS PENELITIAN ………………………………………………
20
B. IDENTIFIKASI VARIABEL ………………………………………
21
1. Variabel Bebas ……………………………………………………
21
2. Variabel Tergantung ……………………………………………...
21
3. Variabel Ekstranous ………………………………………………
21
C. DEFINISI OPERASIONAL ………………………………………..
21
1. Emosi …………………………………………………………….
21
2. Volume ……………………………………………………….….
22
3. Stimulus Eksternal ……………………………………………….
22
xiii
D. SUBJEK PENELITIAN …………………………………………….
22
E. DESAIN PENELITIAN …………………………………………….
23
F. PROSEDUR PENELITIAN ………………………………………...
24
G. ANALISIS DATA …………………………………………………..
26
1. Uji Normalitas …………………………………………………….
26
2. Uji Hipotesis ……………………………………………………...
26
H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ………………………….…….
26
1. Validitas Internal …………………………………………………
26
2. Validitas Eksternal ………………………………………...……..
28
3. Validitas Alat Eksperimen ………………………………………...
29
4. Reliabilitas Alat Eksperimen ……………………………………..
29
5. Validitas Alat Ukur ……………………………………………….
30
6. Reliabilitas Alat Ukur …………………………………………….
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………
31
A. PERSIAPAN PENELITIAN ………………………………………..
31
1. Persiapan Materi Penelitian ………………………………………
31
2. Persiapan Alat Penelitian ………………………………………...
31
B. PELAKSANAAN PENELITIAN …………………………………..
32
C. HASIL PENELITIAN ………………………………………………
33
1. Uji Normalitas ……………………………………………………
33
2. Uji Hipotesis ……………………………………………………..
35
D. PEMBAHASAN ……………………………………………………
36
1. Faktor Eksternal ………………………………………………….
37
xiv
2. Faktor Internal ………………………………………………….…
37
BAB V PENUTUP ………………………………………………………….
39
A. KESIMPULAN ……………………………………………………..
39
B. KETERBATASAN …………………………………………………
39
C. SARAN ……………………………………………………………..
40
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
41
LAMPIRAN …………………………………………………………….……
47
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Bahagia … 33
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Sedih …… 34
Tabel 3 Uji Willcoxon ……..……..………………………..………………… 36
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Roda Emosi Plutchik ……………….…………..………………….. 7
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Prosedur Penelitian …………………………………………….... 47
Lampiran 2 Data Volume Pada Musik Bahagia dan Sedih ………………….. 49
Lampiran 3 Data Volume Pada Musik Bahagia dan Sedih dalam Satuan
Desibell …………………………………………………………. 50
Lampiran 4 Uji Normalitas Pada Kelompok Musik Bahagia ……………....... 51
Lampiran 5 Uji Normalitas Pada Kelompok Musik Sedih ………………...… 52
Lampiran 6 Uji Hipotesis …………………………………………………….. 53
Lampiran 7 Inform Consent ………………………………………………….. 54
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menyajikan empat bagian, yakni latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang tentu pernah mengalami berbagai emosi, seperti bahagia,
sedih, takut, dan marah. Dari pengertiannya, emosi adalah perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak (Peretz, 2001).
Emosi terjadi pada setiap orang karena dipicu oleh stimulus. Stimulus
pembangkit emosi dikategorikan menjadi dua, yakni stimulus internal dan
stimulus eksternal (Goleman dkk., 2002). Stimulus internal adalah kondisi
yang berasal dari dalam diri individu, misalnya kondisi tubuh. Sedangkan
stimulus eksternal merupakan kondisi yang berasal dari luar tubuh.
Salah satu stimulus eksternal yang dapat menjadi pembangkit emosi
adalah musik. Musik sebagai stimulus universal dialami oleh semua manusia.
Musik
menjadi
bagian
hidup
manusia
yang
setiap
hari
selalu
mendengarkannya. Sehari-hari kita mendengarkan musik baik melalui
televisi, radio, maupun dari ringtone telepon genggam. Kenyataan tersebut
tidak bisa lepas dari semakin banyaknya musisi yang muncul.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik adalah nada
atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu,
1
2
dan keharmonisan. Musik tidak hanya sekedar komposisi nada yang
dimainkan dan diperdengarkan. Musik mampu membuat pendengarnya
merasakan emosi tertentu.
Menurut Konecni (2003), penelitian musik dan emosi diawali oleh
Hevner pada tahun 1936. Hevner (1936) meminta subjek penelitian
menuliskan sebuah kata sifat yang hadir dalam pikirannya saat musik
dimainkan. Dari penelitian tersebut, Hevner (1936) berpendapat bahwa musik
membawa sebuah arti emosi. Musik sanggup membuat pendengarnya sedih,
bahagia, takut, gelisah, tenang, bahkan geli (Bernstein dan Picker, 1972).
Beberapa peneliti yakin bahwa musik dapat secara langsung menyebabkan
munculnya emosi pada pendengar (Dibben, 2004; Gabrielsson, 2001-2002;
Juslin dan Laukka, 2004; Juslin dan Sloboda, 2001).
Berdasarkan ulasan mengenai musik dan emosi di atas, peneliti ingin
meneliti mengenai musik yang menjadi stimulus pembangkit emosi.
Penelitian ini mencakup dua jenis musik terkait emosi yang dibangkitkan,
yakni musik emosi bahagia dan musik emosi sedih. Kedua emosi tersebut
dipilih karena merupakan emosi yang paling mudah dibangkitkan oleh musik
(Gabrielsson dan Juslin, 1996; Krumhansl, 1997).
Musik terdiri dari beberapa eleman yaitu pulse, tempo, pitch, dinamik,
struktur, timbre, tekstur, dan style (Kieran, 1999). Elemen-elemen ini
menyebabkan musik mampu membuat pendengarnya merasakan emosi
tertentu. Salah satu elemen yang penting dalam musik adalah dinamik.
Dinamik merupakan merupakan keras-lemahnya suara. Dalam kehidupan
2
3
sehari-hari, dinamik sering diganti dengan kata volume (dan selanjutnya pada
penelitian akan disebut dengan volume).
Volume merupakan elemen musik yang paling berpengaruh terhadap
munculnya emosi (Huang, dkk., 2008; Livingstone, dkk., 2007). Dalam
penelitian ini, volume dipilih karena volume merupakan satu-satunya elemen
musik yang dapat dimanipulasi tanpa mengubah lagu. Mengubah elemen lain
(pulse, tempo, pitch, struktur, timbre, tekstur, dan style) berarti mengubah
lagu. Pendengar akan lebih berbahagia jika musik emosi bahagia
diperdengarkan dengan volume keras. Sedangkan untuk musik emosi sedih,
pendengar akan berlebih sedih jika musik diputar dengan volume yang lemah
(Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997). Dengan demikian
untuk memunculkan emosi bahagia atau sedih dari musik diperlukan volume
tertentu yang berbeda satu sama lain.
Pada penelitian-penelitian tersebut (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky,
Hill, dan Trehub, 1997), keras lemahnya suara tidak diukur dengan satuan
desibell sebagai standar satuan yang berlaku. Keras lemahnya suara secara
subjektif ditentukan oleh peneliti. Hal tersebut membuat pembaca tidak
mengetahui seberapa keras atau lemah volume yang disajikan dalam
penelitian tersebut. Sejalan dengannya, penerapan hasil penelitian menjadi
sulit karena keras lemah menjadi hal yang kualitatif. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini peneliti mencoba mengkuantitatifkan volume yang sesuai untuk
membangkitkan emosi dari musik dengan memakai standar satuan yang
berlaku bagi keras lemahnya suara yakni desibell (dB).
3
4
Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melihat
pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan sedih pada volume yang
berbeda di antara mahasiswa/i Fakultas Psikologi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan
rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah untuk membangkitkan
emosi oleh musik bahagia dan sedih terdapat perbedaan volume?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik
bahagia dan sedih pada volume yang berbeda.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Dalam bidang pelayanan psikologi, mengetahui pengaruh volume
musik dalam menciptakan emosi bahagia atau sedih.
b.
Standardisasi volume yang sesuai untuk membangkitkan emosi
bahagia dan sedih.
4
5
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan ilmiah dalam
mengkuantitatifkan pengukuran volume musik untuk membangkitkan
emosi bahagia dan sedih dari musik.
5
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori ini menyajikan empat bagian, yakni emosi, musik, dan
pengaruh musik terhadap emosi.
A. EMOSI
1.
Pengertian
Emosi merupakan keadaan pikiran atau perasaan dalam waktu singkat
dari suatu organisme (Crow dan Crow, 1958). Emosi merupakan sarana
komunikasi dengan sekelompok sinyal yang menggambarkan keadaan
seseorang (Oatley dan Johnson, 1987). Peretz (2001) berpendapat bahwa
emosi adalah respon spontan yang sulit untuk disembunyikan seseorang.
Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak serta
merupakan reaksi terhadap stimulus dari luar dan dalam diri individu
(Goleman dkk., 2002). Menurut Weiten, Lloyd, Dunn, dan Hammer
(2009), emosi merupakan hal yang kuat, perasaan besar yang tak
terkendali dan disertai perubahan fisiologis. Berdasarkan uraian tentang
emosi tersebut, maka disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan
pikiran dan perasaan seseorang yang mendorong individu untuk merespon
stimulus
baik
yang
berasal
dari
6
dalam
maupun
luar
dirinya.
7
Plutchik (1980) membagi emosi ke dalam beberapa kategori seperti
pada gambar di bawah ini.
Gambar 1
Roda Emosi Plutchik
Weiner dan Graham (1984) berpendapat bahwa terdapat dua emosi
dasar, yakni bahagia dan sedih. Emosi dasar muncul pada seseorang
setelah seseorang berulang kali mengalami situasi yang menimbulkan
emosi yang sama (Ekman, 1992). Menurut Panksepp (2005), emosi dasar
adalah bawaan lahir dan memiliki sinyal yang khas di otak manusia, serta
memiliki ekspersi non-verbal yang universal. Sedangkan Fritz dkk (2009)
memaparkan bahwa terdapat tiga emosi dasar, yakni senang, sedih, dan
takut.
7
8
Frijda (1993) mengatakan bahwa emosi pada umumnya memiliki
durasi yang pendek dan berhubungan dengan stimulus tertentu. Emosi juga
memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku yang spesifik. Emosi terkait
dengan aspek mental dan perilaku fisik seseorang (Berkowitz, 2000).
2. Aspek-Aspek
Menurut Huffman (2000) emosi memiliki tiga aspek dasar, yakni
kognitif, fisiologis, dan perilaku. Aspek kognitif merujuk pada pikiran,
perasaan, dan harapan-harapan yang membedakan jenis dan intensitas dari
respon emosi. Misalnya orang yang sedang gembira berkata kepada diri
sendiri, “Hari ini adalah hari yang indah”. Aspek fisiologis mengacu pada
proses yang terjadi di dalam fisik individu. Misalnya, saat individu
mengalami emosi takut, maka denyut jantung dan nadi akan mulai
meningkat. Sedangkan aspek perilaku merujuk pada tindakan yang diambil
individu saat mengalami suatu emosi. Sebagai contoh, saat individu
mengalami emosi takut akan sesuatu, maka kemungkinan ia akan
menghindarinya.
3. Penyebab
Emosi disebabkan oleh adanya stimulus, baik dari luar maupun dari
dalam diri individu (Goleman dkk., 2002). Emosi merupakan komponen
utama dari reaksi manusia dalam menanggapi berbagai jenis stimulus
(Lord, Klimoski, dan Kanfer, 2002). Stimulus yang sama dapat membuat
emosi yang berbeda pada individu yang berbeda, dan individu yang sama
8
9
dapat
mengekspresikan
emosi
yang
berbeda
dalam
menanggapi
rangsangan yang sama, pada waktu yang berbeda (Fellous, 2007).
B. MUSIK
1. Pengertian
Bernstein dan Picker (1972) mengatakan bahwa musik adalah suarasuara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni sehingga
dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari
komposer ke pendengarnya. Musik sanggup membuat manusia sedih,
gembira, takut, gelisah, tenang, bahkan geli. Menurut Seluler dan Balke
(1990), musik merupakan hasil kreasi manusia yang dapat membantu
hidup manusia. Musik pun bersifat universal dan terdapat dalam setiap
kebudayaan (Pinker, 1997). Musik merupakan pesan universal yang
mengandung ekspresi, pengalaman manusia yang puncak dan mendalam,
dan berbagai perasaan (Natalia, 2000).
Menurut Djohan (2003) musik adalah produk pikiran. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008) musik adalah ilmu atau seni menyusun
nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk
menghasilkan
komposisi
(suara
yang
mempunyai
kesatuan
dan
kesinambungan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), musik
juga didefinisikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa
sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang
menggunakan ala-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi). Dari
9
10
beberapa definisi tadi, maka dapat dikatakan bahwa musik adalah
komposisi nada yang merupakan hasil kreasi manusia dan sanggup
membuat pendengarnya sedih, gembira, takut, gelisah, tenang, bahkan geli.
Musik tidak menjadi musik jika tidak didengarkan oleh seseorang,
baik dengan volume keras maupun lemah. Suara yang tidak didengar
seorang pun, bahkan rekaman musik di luar jangkauan pendengaran
manusia, hanya berpotensi dan tidak benar-benar menjadi musik (Tagg,
2002). Menurut Young (2003), musik dapat menghibur, memberikan
kenikmatan, dan meningkatkan dampak dari seni lain. Seni musik lebih
dahulu ditemukan sebelum tulisan. Alat musik yang pertama ditemukan
yakni flute, yang ditemukan di Slovenia sekitar empat puluh tiga ribu
tahun yang lalu (Huron, 2003).
2. Elemen-Elemen
Musik memiliki beberapa elemen (Griffin dan O’Reilly, 1999), yaitu:
a. Pulse
Pulse merupakan ketukan dari sebuah musik.
b. Tempo
Tempo merupakan cepat lambatnya sebuah musik.
c. Pitch
Pitch mengacu pada kualitas tinggi rendahnya suara musik.
10
11
d. Volume
Volume merupakan keras-lemahnya suara yang dihasilkan. Keras
lemahnya suatu suara diukur dengan satuan desibell (dB). Kuhn (2001)
mengklasifikasikan keras lemahnya suara menjadi 7 tingkatan, yakni:
1)
0 dB
: suara samar-samar
2)
30 dB : bisikan yang sangat lembut
3)
70 dB : suara saat berbicara normal
4)
80 dB : suara radio yang cukup keras
5)
90 dB : suara radio atau televisi yang keras
6) 120 dB : suara ruang dansa yang sangat keras, dan merupakan
ambang batas yang menyebabkan sakit di telinga.
7)
140 dB: suara mesin jet dari jarak seratus kaki (30,48 meter).
Pada tahun 2002, OSHA (The Occupational Safety and Health
Administration)
dalam
McAfee
(2008)
menetapkan
peringatan
mengenai kerasnya suara yang dapat merusak pendengaran manusia.
Lembaga tersebut mengumumkan tingkat desibell tertentu agar telinga
pendengarnya tidak mengalami kerusakan. Peringatan OSHA berbunyi
sebagai berikut:
1) Suara 85 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu
delapan jam. Misalnya suara rata-rata pada pabrik, suara alat
pengering rambut, dan suara pisau cukur listrik,
11
12
2) Suara 88 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu
empat jam. Misalnya suara di tempat pembuangan sampah.
3) Suara 91 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu
dua jam. Misalnya suara mesin pemotong rumput dan suara bor.
4) Suara 94 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu
satu jam. Misalnya suara gaduh di bar pada Sabtu malam, suara
sirine ambulance, dan suara blender.
e. Struktur
Struktur adalah keseluruhan komposisi dalam musik.
f. Timbre
Timbre merupakan warna musik yang mengacu pada karakteristik
suara yang dihasilkan oleh alat musik tertentu.
g. Tekstur
Tekstur mengacu pada kombinasi dari suara-suara.
h. Style
Style merupakan kombinasi dari tempo, timbre, dan dinamik.
C. PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI
1. Pengaruh Musik Secara Umum Terhadap Emosi
Beberapa peneliti yakin bahwa musik dapat secara langsung
menyebabkan munculnya emosi (Dibben, 2004; Gabrielsson, 2001-2002;
Hevner, 1936; Juslin dan Laukka, 2004; Juslin dan Sloboda, 2001).
Koelsch (2005) mengemukakan bahwa proses musik memunculkan emosi
12
13
terkait dengan otak manusia. Dia menyimpulkan bahwa musik dapat
memunculkan emosi secara cukup konsisten pada semua subyek.
Orang
menggunakan
musik
untuk
mengubah
emosi,
untuk
melepaskan emosi, untuk mencocokkan emosi mereka saat ini, untuk
menikmati atau menghibur diri, dan untuk
mengurangi stres (Behne,
1997; Juslin dan Laukka, 2004; Sloboda dan O'Neill, 2001; Zillman dan
Gan, 1997).
Penelitian mengenai musik dan emosi dimulai oleh Hevner (1936).
Dia
melakukan
penelitian
mengenai
musik
dan
emosi.
Dalam
eksperimennya, peneliti meminta subyek penelitian menuliskan sebuah
kata sifat yang hadir dalam pikirannya saat musik dimainkan. Dari
penelitian tersebut, Hevner (1936) berpendapat bahwa musik membawa
sebuah arti emosi.
Lewis, Dember, Schefft, dan Radenhausen (1995) melakukan
penelitian menggunakan lagu dan video. Ternyata perbedaan video pada
musik yang sama tidak merubah emosi subjek penelitian. Namun jika lagu
diubah, maka emosi subjek juga berubah.
Mendengarkan musik merupakan strategi yang paling efektif bagi
mahasiswa dalam memunculkan emosi tertentu (Lee, Wu, Kuo, dan Wang,
1997). Hal itu disebabkan makin banyaknya rekaman dan keragaman
musik dan musik telah menjadi bagian hidup mahasiswa. Emosi yang
relatif mudah dibangkitkan oleh musik adalah emosi bahagia dan sedih
(Gabrielsson dan Juslin, 1996; Krumhansl, 1997). Kedua emosi tersebut
13
14
lebih mudah dibangkitkan oleh musik karena memiliki karakteristik
emosional yang mudah dikomunikasikan daripada emosi yang lain.
Krumhansl (2002) melakukan penelitian pada subjek dengan
kerusakan otak. Saat subjek diperdengarkan musik, ternyata subjek
bereaksi secara emosional. Walaupun memiliki pengenalan yang rendah
terhadap musik, subjek bereaksi secara emosional yang sama dengan orang
pada umumnya.
Menurut Sloboda dan O’Neill (2001), mendengarkan musik secara
efektif dapat mengurangi efek negatif dari stres. Penelitian dilakukan
dengan mengukur kadar kortisol pada air liur pasien yang mengalami
stress. Ternyata terdapat perbedaan kadar kortisol setelah pasien
diperdengarkan musik.
Ekspresi dasar emosi (senang, sedih, dan takut) dari musik berlaku
secara universal (Fritz dkk., 2009). Fritz dkk (2009) memakai musik barat
dan melakukan penelitian pada penduduk asli Afrika, yakni suku Mafa
yang tidak memiliki pengetahuan terhadap musik barat. Musik barat yang
disajikan ada tiga macam, yakni musik yang mencerminkan emosi
bahagia, sedih, dan takut. Pada ketiga macam musik yang disajikan,
subyek ternyata berekspresi secara emosional seperti orang barat.
2. Pengaruh Musik Secara Khusus Terhadap Emosi
Hevner (1937) berkesimpulan bahwa dari semua elemen musik
ternyata tempo merupakan elemen yang paling berpengaruh. Anak-anak
berusia empat hingga enam tahun telah mampu membedakan musik yang
14
15
mengekspresikan beberapa emosi dasar (Cunningham dan Sterling, 1988).
Kamenetsky, Hill, dan Trehub (1997) mempelajari pengaruh tempo dan
volume pada persepsi emosi. Mereka menemukan bahwa variasi volume
akan menghasilkan rating yang lebih tinggi dalam ekspresi emosional dan
kesukaan pendengar, tapi variasi dalam tempo tidak memiliki efek seperti
itu.
Krumhansl (1997) melihat bahwa musik sedih terkait dengan tempo
yang lambat, harmoni minor, dan cukup konstan pada pitch dan volume.
Sedangkan untuk musik yang memiliki emosi bahagia terkait dengan tempo
yang relatif cepat, harmoni mayor, dan cukup konstan pada pitch dan
volume. Penelitian serupa dilakukan oleh Webster dan Weir (2005) yang
menemukan bahwa respon emosi bahagia berhubungan dengan lagu yang
memiliki kunci mayor, melodi yang non harmonis, dan tempo yang cepat.
Sedangkan respon terkait emosi sedih memiliki hubungan dengan lagu
berkunci minor, melodi harmonis, dan tempo yang lambat.
Penelitian yang dilakukan oleh Livingstone, Mühlberger, Brown, dan
Loch (2007) menunjukkan beberapa elemen musik yang memiliki pengaruh
terhadap munculnya emosi. Elemen yang paling berpengaruh adalah tempo,
diikuti dengan mode, volume, artikulasi, dan pitch. Sedangkan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Huang, Hu, Lin, dan Lin (2008) dengan
memakai dua elemen musik, memperlihatkan bahwa tempo dan volume
memiliki pengaruh dalam memunculkan emosi. Namun menurut mereka,
volume lebih berpengaruh daripada tempo.
15
16
Volume musik mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar
akan lebih berbahagia jika musik bahagia diperdengarkan dengan volume
keras. Untuk musik sedih, pendengar akan berlebih sedih jika musik diputar
dengan volume yang lemah (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan
Trehub, 1997). Dengan demikian untuk memunculkan emosi bahagia atau
sedih dari musik diperlukan volume tertentu yang berbeda satu sama lain.
3. Mekanisme Musik Membangkitkan Emosi
Juslin dan Västfjäll (2008) dalam penelitiannya mencoba menguraikan
mekanisme psikologis yang membuat musik dapat menyebabkan
munculnya emosi. Kedua peneliti tersebut beranggapan bahwa banyak
peneliti telah mempelajari emosi dan musik tanpa memperhatikan
bagaimana mekanisme musik itu sendiri dapat membangkitkan emosi
pendengarnya. Penelitian oleh Juslin dan Västfjäll (2008) ini mengambil
beragam teori dan penemuan terkait musik dan emosi. Dalam penelitian
tersebut, mereka menjelaskan adanya enam mekanisme di mana musik
dapat mempengaruhi emosi. Keenam mekanisme tersebut yakni:
a.
Refleks Batang Otak
Refleks batang otak mengacu pada proses satu atau lebih
karakteristik musik yang menyebabkan emosi. Karakteristik musik
dasar diterima oleh batang otak sebagai sinyal yang penting dan
mendesak. Menurut mekanisme refleks batang otak, masing-masing
elemen memiliki dampak yang sama pada semua orang. Suara yang
tiba-tiba, suara yang keras, disonan, atau tempo yang cepat akan
16
17
mendorong emosi tidak menyenangkan pada pendengar (Berlyne, 1971;
Burt dkk., 1995; Foss dkk., 1989; Halpern dkk., 1986).
b. Pengkondisian Evaluatif
Mekanisme pengkondisian evaluatif menerangkan bahwa emosi
oleh musik timbul karena sebagian atau sepotong musik telah beberapa
kali dipasangkan dengan stimulus positif atau stimulus negatif. Sebagai
contoh, sepotong musik yang dipasangkan dengan kejadian pertemuan
dengan teman yang membahagiakan. Di lain waktu ketika sebagian
musik diulang, maka musik tersebut akan mendatangkan kebahagiaan
tanpa kehadiran dari teman.
c. Penularan Emosi
Penularan emosi mengacu pada proses di mana musik dapat
menimbulkan emosi pada pendengarnya karena pendengar menerima
ekspresi emosi dari musik.
d. Citra Visual
Mekanisme
citra
visual
terjadi
karena
pendengar
musik
menciptakan bayangan visual saat mendengarkan musik, misalnya
pemandangan
yang
indah.
Citra
visual
didefinisikan
sebagai
pengalaman yang mirip dengan pengalaman perseptual. Namun citra
visual terjadi tanpa kehadiran stimulus sensori yang relevan.
e. Ingatan Episodik
Mekanisme ingatan episodik menjelaskan proses dimana emosi
timbul pada pendengar karena musik mendatangkan ingatan pendengar
17
18
pada sebagian peristiwa dalam kehidupannya. Penelitian menunjukkan
bahwa musik sering kali membangkitkan kenangan (Gabrielsson, 2001;
Juslin dkk., 2006; Sloboda, 1992). Sehingga ketika ingatan akan
peristiwa itu muncul, maka emosi yang berhubungan dengan peristiwa
pun ikut muncul (Baumgartner, 1992).
f. Harapan Akan Musik
Mekanisme harapan akan musik menjelaskan proses ciri spesifik
musik menyebabkan emosi. Ciri-ciri spesifik musik yang menyebabkan
emosi adalah musik yang melanggar, tertunda, atau sesuai dengan
harapan pendengar akan kelanjutan dari musik. Misalnya pendengar
yang mempunyai harapan dari perubahan dari nada E – F# yang akan
dilanjutkan ke G#. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pendengar akan
terkejut. Sloboda (1989) menemukan bahwa anak-anak berusia lima
tahun tidak dapat menolak kombinasi kunci yang salah. Berbeda dengan
anak usia lima tahun, pada anak usia sembilan tahun, mereka
menertawakan kejadian salah kunci pada suatu permainan musik.
Penelitian ini merujuk kepada mekanisme refleks batang otak dengan
pertimbangan bahwa mekanisme ini merupakan mekanisme yang bebas budaya
sehingga dapat terjadi pada semua orang (Lipscomb dan Hodges, 1996 Plomp
dan Levelt, 1965; Zentner dan Kagan, 1996). Selain itu, mekanisme ini
mengandung unsur elemen musik yang dapat dimanipulasi (Berlyne, 1971;
Burt dkk., 1995; Foss dkk., 1989.; Halpern dkk., 1986).
18
19
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Penelitian mengajukan hipotesis bahwa terdapat perbedaan volume musik
untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dari musik.
19
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini menyajikan delapan bagian, yakni jenis penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, desain penelitian,
prosedur penelitian, analisis data, dan validitas dan reliabilitas.
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen sejati (true experiment).
Dalam penelitian ini variabel bebas dimanipulasi untuk mempelajari
hubungan sebab-akibat dengan variabel tergantung (Solso & MacLin, 2002;
Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister, 2007).
Penelitian eksperimen dipilih karena merupakan metode penelitian
yang paling kuat dan dapat menggambarkan pengaruh antara variabel bebas
dan variabel tergantung dengan jelas karena memungkinkan untuk
melaksanakan pengontrolan dengan tingkat yang relatif tinggi dalam sebuah
situasi. Pengontrolan ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengatakan dengan
yakin bahwa variabel bebas menyebabkan perubahan pada variabel
tergantung (McGuigan, 1993; Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister,
2007). Menurut Latipun (2006), penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang paling ideal.
20
21
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah sesuatu yang divariasi nilainya dan
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya nilai variabel lain
(Mustafa, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah emosi oleh
musik. Penelitian meneliti emosi oleh musik bahagia dan sedih.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah suatu variabel yang variasi nilainya
dipengaruhi oleh variasi variabel lain (Mustafa, 2009). Variabel tergantung
dalam penelitian ini adalah volume.
3. Variabel Ekstranous
Variabel ekstranous adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan
penelitian tidak dimasukkan sebagai variabel bebas, tetapi justru
keberadaannya dikendalikan supaya pengaruh variabel bebas pada variabel
tergantung merupakan pengaruh yang murni (Mustafa, 2009). Variabel
ekstranous dalam penelitian ini adalah stimulus eksternal.
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu:
1. Emosi
Emosi dalam penelitian ini adalah emosi oleh musik bahagia dan
sedih. Emosi oleh musik bahagia merupakan emosi yang muncul saat
subjek diperdengarkan musik bahagia, yakni Semangat Baru yang
21
22
dinyanyikan oleh Ello, Ipank, Barry, dan Lala. Sedangkan emosi oleh
musik sedih merupakan emosi yang muncul saat subjek diperdengarkan
musik sedih, yakni Bunda yang dinyanyikan Melly Goeslaw.
2. Volume
Volume merupakan keras lemahnya suara dalam satuan desibell
yang diukur dengan alat Sound Level Meter.
3. Stimulus Eksternal
Stimulus eksternal adalah kondisi yang berasal dari luar. Stimulus
eksternal dalam penelitian ini adalah benda, orang, dan situasi saat
eksperimen. Benda yang dipakai dalam penelitian yakni meja, kursi, mp3
player, dan headphone. Orang yang terlibat selama eksperimen yaitu
subjek dan eksperimenter. Situasi meliputi waktu pelaksanaan, suhu
ruangan, dan penerangan.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah mahasiswa/i Fakultas Psikologi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. Mahasiswa dipilih karena mendengarkan musik
merupakan strategi yang paling efektif bagi mahasiswa untuk memunculkan
emosi tertentu (Lin, Wu, Kuo, dan Wang, 1997). Subjek berasal dari kampus
dan fakultas yang sama dengan anggapan bahwa subjek dirasa memiliki
angkatan yang sama dalam perkembangan lagu. Jumlah subjek dalam
penelitian ini adalah 16 mahasiswa yang diambil dengan cara purposive
sampling dengan memilih mahasiswa yang tidak memiliki jadwal ujian
22
23
semester saat dilakukan penelitian. Tiap subjek mendapatkan empat kali
perlakuan (lihat desain penelitian), sehingga akan diperoleh 64 data. Dengan
jumlah data tersebut dapat dilakukan uji statistik.
E. DESAIN PENELITIAN
Penelitian memakai repeated measure design. Desain tersebut dipilih
supaya perbedaan volume untuk musik emosi bahagia dan musik emosi sedih
tampak. Subjek akan mendapatkan semua kemungkinan perlakuan yaitu
musik emosi sedih dan musik emosi bahagia. Untuk mengatasi dampak
latihan, maka peneliti memakai all possible orders. Kemungkinan urutan
perlakuan yakni:
1. A – B
2. B – A
Keterangan:
A : Musik emosi bahagia
B : Musik emosi sedih
Setelah
memakai
all
possible
orders,
kemudian
dilakukan
counterbalancing agar eksperimen semakin akurat. Terdapat dua urutan
perlakuan sebagai berikut:
1. A – B – B – A
2. B – A – A – B
Keterangan:
A : Musik emosi bahagia
23
24
B : Musik emosi sedih
Jarak waktu pemberian musik adalah satu menit. Penentuan jarak
waktu tersebut didasarkan atas konsep yang dikemukakan oleh Frijda (1993)
bahwa emosi pada umumnya memiliki durasi yang pendek dan berhubungan
dengan stimulus tertentu.
F. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian diawali dengan survey mengenai lagu yang dapat
membangkitkan emosi (bahagia dan sedih). Survey dilakukan terhadap 97
mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
dengan menyebar angket. Mahasiswa diminta untuk menyebutkan 2 lagu
yang dapat membangkitkan emosi bahagia dan dua lagu yang dapat
membangkitkan emosi sedih.
Dari survey tersebut ditemukan dua lagu yang paling dapat
membangkitkan emosi bahagia dan sedih bagi para mahasiswa. Dua lagu
tersebut adalah Semangat Baru yang dinyanyikan oleh Ello, Ipank, Barry, dan
Lala untuk emosi bahagia dan lagu berjudul Bunda yang dinyanyikan Melly
Goeslaw untuk emosi sedih.
Penelitian
dilakukan
selama
dua
hari
berturut-turut
dengan
menyesuaikan pada jadwal masing-masing subjek. Dalam eksperimen, setiap
subjek mendapatkan semua perlakuan. Eksperimen dilakukan di dalam
laboratorium sehingga meminimalkan adanya stimulus eskternal. Selain itu,
eksperimen dilaksanakan pada saat Ujian Akhir Semester, sehingga tidak
24
25
terdapat banyak aktivitas di sekitar laboratorium yang dapat mengganggu
jalannya eksperimen. Pengontrolan terhadap variabel lain tersebut membuat
penelitian dapat melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung
tanpa adanya pengaruh variabel lain. (Mustafa, 2009).
Langkah-langkah di setiap percobaan adalah sebagai berikut:
1. Subjek diminta masuk ke dalam ruang eksperimen.
2. Subjek mengisi inform concent.
3. Subjek diminta mengambil undian untuk menentukan urutan perlakuan
yang akan didapat. Hal ini dimaksudkan untuk randomisasi.
4. Subjek diminta duduk di tempat yang telah disediakan.
5. Eksperimenter menjelaskan prosedur eksperimen (briefing).
6. Jika subjek merasa jelas, maka eksperimen dimulai.
7. Subjek mendengarkan musik yang mencerminkan salah satu emosi.
8. Subjek mengangkat tangan ketika mengalami emosi paling bahagia/sedih
(self report). Lalu eksperimenter mencatat volume yang dipilih subjek.
9. Selanjutnya, subjek kembali diperdengarkan musik dan diberikan prosedur
yang sama seperti penyajian pertama.
10. Setelah subjek mendapatkan empat perlakuan, maka eksperimenter
memberikan penjelasan mengenai eksperimen yang telah dilakukan (debriefing).
25
26
G. ANALISIS DATA
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data
berdistribusi normal. Sehingga analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t,
korelasi, maupun regresi dapat dilaksanakan (Usman dan Akbar, 2008).
Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows
dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
2. Uji Hipotesis
Data yang didapat dari eksperimen akan dianalisis menggunakan
paired sample t test. Paired sample t test dipakai dengan tujuan untuk
menguji perbedaan mean antara dua kelompok penelitian. Mean yang
dimaksud yakni mean dari volume pada musik emosi bahagia dan
volume pada musik emosi sedih.
H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Validitas Internal
Penelitian eksperimen memiliki validitas internal jika memenuhi
tiga hubungan kausal, yakni kondisi kovariasi, hubungan yang mengikuti
urutan waktu (time-order relation), dan pengeliminasian penyebabpenyebab alternatif yang masuk akal (Shaughnessy, Zechmeister, dan
Zechmeister, 2007).
Kondisi kovariasi terpenuhi bila dapat diamati hubungan antara
variabel bebas dan variabel tergantung dalam suatu eksperimen. Dari hasil
26
27
penelitian ditemukan bahwa volume musik emosi bahagia lebih tinggi
daripada volume musik emosi sedih.
Hubungan yang mengikuti urutan waktu terlaksana dengan
memanipulasi variabel bebas yang diikuti dengan perbedaan perilaku.
Peneliti memanipulasi variabel bebas (emosi oleh musik bahagia dan
sedih) lalu mengukur volume yang dipilih subjek pada masing-masing
emosi.
Eliminasi penyebab-penyebab alternatif yang masuk akal (benda,
orang, dan situasi) dilakukan dengan pengontrolan, sehingga kondisi saat
eksperimen tetap. Kontrol terhadap ketiga variabel tersebut dilakukan
dengan cara melakukan eksperimen di dalam laboratorium. Dalam
laboratorium diminimalkan kehadiran benda sehingga hanya terdapat
benda-benda yang dibutuhkan dalam eksperimen. Benda-benda yang
diperlukan untuk eksperimen adalah kursi, meja, dan peralatan
eksperimen. Peralatan eksperimen adalah mp3 player dan headphone.
Posisi benda-benda tersebut tidak diubah selama eksperimen sehingga
setiap subjek mendapatkan hal yang serupa.
Untuk variabel orang, dalam laboratorium hanya terdapat
eksperimenter dan seorang testee saja. Terkait variabel situasi, tempat
eksperimen adalah di Ruang Observasi, Fakultas Psikologi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan untuk menyamakan
situasi tempat penelitian yang meliputi suhu dan penerangan. Untuk
27
28
mengendalikan waktu penelitian, eksperimen diselenggarakan dalam dua
hari berturut-turut dan dijadwalkan tidak terlalu pagi dan tidak terlalu sore.
2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal mengacu pada seberapa jauh temuan-temuan
dari sebuah eksperimen dapat digeneralisasikan kepada berbagai individu,
setting, dan kondisi lain di luar cakupan eksperimen (Shaughnessy,
Zechmeister, dan Zechmeister, 2007). Validitas eksternal yang digunakan
pada
penelitian
eksperimen
ini
yakni
replikasi
konseptual.
Penggeneralisasian pada replikasi konseptual yakni pada hubungan
konseptual antar variabel-variabel penelitian, bukan kondisi, manipulasi,
setting, atau sampel-sampelnya (Banaji dan Crowder, 1989; Mook, 1983).
Berdasarkan konsep yang telah dijabarkan pada Bab II, mekanisme
psikologis (di mana musik dapat membangkitkan emosi) yang dipilih
adalah refleks batang otak. Mekanisme reflek batang otak merupakan
mekanisme yang bebas budaya sehingga manipulasi dalam eksperimen ini
dapat digeneralisasikan (Lipscomb dan Hodges, 1996; Plomp dan Levelt,
1965; Zentner dan Kagan, 1996).
Secara konseptual hasil penelitian dapat digeneralisasikan sejauh
menyangkut variabel-variabel penelitian dengan tetap memperhatikan
bahwa kondisi laboratorium berbeda dari kondisi di luar laboratorium.
3. Validitas Alat Eksperimen
Alat eksperimen dalam penelitian ini adalah musik dan alat
pemutar musik, yaitu mp3 player dan headphone. Musik terdiri dari
28
29
musik bahagia dan sedih yang dipilih berdasarkan survey peneliti
terhadap 97 mahasiswa/i Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Survey tersebut menghasilkan dua lagu yang paling banyak
dipilih masing-masing untuk memunculkan emosi bahagia dan sedih.
Dua lagu tersebut adalah Semangat Baru yang dinyanyikan oleh Ello,
Ipank, Barry, dan Lala untuk emosi bahagia dan Bunda yang dinyanyikan
oleh Melly Goeslaw untuk emosi sedih.
Alat pemutar musik yang digunakan adalah mp3 player dengan
merk Advance dan headphone keluaran Fancong seri FC-516MV. Kedua
alat tersebut valid karena merupakan salah satu sarana yang dapat
digunakan untuk mendengarkan musik.
4. Reliabilitas Alat Eksperimen
Terkait musik, peneliti melakukan penelitian awal setelah
mendapatkan dua jenis lagu untuk melihat reliabilitasnya. Peneliti
meminta 15 mahasiswa untuk mendengarkan kedua lagu tersebut di
laboratorium. Dari penelitian awal
diketahui bahwa menurut 14
mahasiswa, lagu Semangat Baru dapat membangkitkan emosi bahagia.
Pada lagu Bunda, 13 mahasiswa mengatakan bahwa lagu tersebut
membangkitkan emosi sedih.
Alat pemutar musik (mp3 player dan headphone) memiliki
konsistensi dalam menyajikan lagu karena dapat memperdengarkan lagu
dengan kualitas suara yang sama kepada semua subjek.
29
30
5. Validitas Alat Ukur
Alat ukur dikatakan valid bila digunakan untuk mengukur apa yang
hendak diukur (Sugiyono, 2008). Alat ukur yang dipakai untuk mengukur
keras lemahnya suara adalah Digital Sound Level Meter SL-4001 yang
diproduksi oleh Lutron pada tahun 2009. Alat ini merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur keras lemahnya bunyi dengan satuan desibell
(dB). Sehingga dapat dikatakan kalau alat yang dipakai dalam
eksperimen ini valid dalam mengukur variabel tergantung yakni dinamik.
6. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas adalah kepercayaan, keandalan, keajegan, kestabilan,
dan konsistensi (Azwar, 2001). Reliabilitas alat ukur alat volume sangat
dapat diandalkan. Alat ini memiliki kondensor mikropon yang memiliki
tingkat akurasi yang tinggi dalam menangkap suara dan memiliki
kestabilan untuk waktu yang panjang.
30
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan ini menyajikan empat bagian, yakni persiapan
penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
A. PERSIAPAN PENELITIAN
1. Persiapan Materi Penelitian
Peneliti memakai dua jenis musik yakni musik emosi bahagia dan
musik emosi sedih. Untuk mendapatkan kedua musik tersebut, peneliti
melakukan survey (sebagaimana diterangkan pada bagian validitas alat
eksperimen). Untuk menguji apakah kedua buah lagu tersebut memang
membangkitkan emosi bahagia dan sedih, peneliti melakukan penelitian
awal terhadap 15 mahasiswa (sebagaimana diterangkan pada bagian
reliabilitas alat eksperimen).
2. Persiapan Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah mp3 player dan
headphone. Untuk menguji kualitas kedua alat ini, peneliti memakainya
pada penelitian awal yang dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2010.
Menurut beberapa subjek, mereka sudah merasa nyaman dengan alat-alat
yang dipakai sehingga diharapkan eksperimen akan berlangsung dengan
lancar.
31
32
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dalam dua hari, yakni pada tanggal 20 dan 21
Mei 2010 di Ruang Observasi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta mulai pukul 09.00 – 14.00. Karena eksperimen bersifat
individual, maka jadwal disesuaikan dengan kegiatan masing-masing subjek.
Penelitian hari pertama diikuti oleh 10 subjek, sedangkan pada hari kedua
diikuti oleh 6 subjek.
Pada saat subjek mendengarkan musik, diandaikan semua subjek
mengalami emosi yang sama yakni bahagia atau sedih sesuai musik yang
diperdengarkan. Hal tersebut dikarenakan musik yang dipakai pada
eksperimen telah valid dan reliabel (sebagaimana diterangkan pada bagian
validitas dan reliabilitas alat eksperimen).
Pelaksanaan penelitian pada hari pertama berjalan cukup lancar dan
tidak terdapat kendala yang berarti. Pada hari kedua muncul sedikit
gangguan. Hal ini dikarenakan terdapat kegiatan lain di samping ruang yang
dipakai untuk penelitian. Sebelum kegiatan itu dimulai, para peserta kegiatan
berada di luar ruang penelitian dan menimbulkan suara yang cukup gaduh
walaupun telah terdapat tulisan agar tenang. Selain itu, terdapat peserta yang
memutar musik yang dapat didengar oleh eksperimenter. Suara musik yang
terdengar oleh eksperimenter tampaknya tidak mengganggu subjek penelitian
dalam mendengarkan lagu. Subjek memakai headphone yang menutupi
seluruh bagian telinga, sehingga suara yang didengarkan subjek benar-benar
dari mp3 player saja.
32
33
Setelah penelitian berakhir, maka peneliti mendapatkan volume yang
dipilih oleh subjek-subjek penelitian yang dapat membangkitkan emosi
bahagia dan sedih seperti pada tabel berikut ini. Volume tersebut masih bukan
dalam satuan desibell (dB), karena hanya mengacu pada dinamik dari mp3
player. Langkah yang selanjutnya dilakukan peneliti adalah mengubah
volume tersebut ke dalam satuan desibell (dB) dengan bantuan alat Digital
Sound Level Meter SL-4001 yang diproduksi oleh Lutron. Dari proses
tersebut, diperoleh data volume dalam satuan desibell (dB).
C. HASIL PENELITIAN
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data
berdistribusi normal, sehingga analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t,
korelasi, maupun regresi dapat dilaksanakan (Usman dan Akbar, 2008).
Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows
versi 15.0 dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Tabel 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Bahagia
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
33
Volume
32
86,3687
9,71694
0,189
0,124
-0,189
1,067
0,205
34
Nilai Sig (0,205) > α (0,05), maka data pada kelompok bahagia
sesuai dengan model distribusi normal.
Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Sedih
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Volume
32
83,5187
6,00540
,329
,171
-,329
1,862
,002
Nilai Sig (0,002) < α (0,05), maka data pada kelompok sedih tidak
sesuai dengan model distribusi normal.
Pada kedua kelompok diperoleh hasil yang berbeda, pada
kelompok bahagia memiliki distribusi normal sedangkan pada kelompok
sedih tidak memiliki distribusi normal. Data tersebut tidak bisa diuji
dengan uji parametrik yaitu paired sample t test karena salah data pada
kelompok musik emosi sedih tidak berdistribusi normal. Maka uji
hipotesis yang akan dilakukan adalah dengan uji non-parametrik, yakni uji
Willcoxon.
Ketidaknormalan data pada kelompok sedih dapat dikarenakan
sedikitnya subjek eksperimen, yakni 16 subjek. Distribusi data yang
normal dapat dicapai dengan menambah subjek sehingga diperoleh lebih
banyak data. Namun dalam penelitian ini, masing-masing subjek telah
34
35
diberikan manipulasi sebanyak 2 kali dan menghasilkan 32 data tiap
kelompok.
2. Uji Hipotesis
Karena data yang ada ternyata tidak memiliki varians yang
sama, maka uji hipotesis dilakukan dengan uji non parametrik yaitu
dengan uji Willcoxon. Uji Willcoxon dilakukan dengan bantuan
program SPSS for Windows.
Tabel 3
Uji Willcoxon
Sedih - Bahagia
-1,814a
,070
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Nilai Sig (0,070) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi tidak ada perbedaan
volume yang signifikan pada kedua jenis musik untuk membangkitkan emosi
bahagia dan sedih. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan volume musik untuk membangkitkan emosi bahagia
dan sedih dari musik, tidak diterima.
D. PEMBAHASAN
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk membangkitkan emosi
bahagia dan sedih dengan musik, volume musik bahagia tidak berbeda secara
signifikan dari musik sedih. Untuk membangkitkan emosi paling bahagia
35
36
diperlukan volume rata-rata 86,37 dB, sedangkan untuk membangkitkan
emosi paling sedih dibutuhkan volume rata-rata 83,59 dB.
Volume rata-rata yang ditemukan dalam penelitian membuktikan hasil
penelitian sebelumnya, yakni volume pada musik emosi bahagia lebih tinggi
daripada volume musik sedih (Huang, dkk., 2008; Livingstone, dkk., 2007).
Namun perbedaan yang ditemukan dalam penelitian ini tidak signifikan.
Hipotesis penelitian dengan demikian tidak diterima.
Perbedaan yang tidak signifikan tersebut dapat dijelaskan dengan dua
faktor yang saling berkaitan.
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari luar
subjek. Dalam hal ini faktor eksternal adalah produsen media suara.
Secara historis, di gedung bioskop pada tahun 1950an diperdengarkan
suara dengan volume 70-75 dB. Namun, untuk saat ini suara yang kita
dengar di gedung bioskop rata-rata adalah 85 dB. Sebagai contoh film
The Lord of The Ring diperdengarkan dengan volume yang mencapai 95
dB dan film Harry Potter yang mencapai 93 dB (McGrath, 2006).
Seiring dengannya volume suara radio mobil pada tahun 1960an
hanya mencapai 80 dB. Namun saat ini, radio-radio mobil mencapai
volume maksimal sebesar 102 dB (McGrath, 2006).
Dengan demikian, orang sekarang tidak peka dengan volume lemah
karena terbiasa dengan volume keras yang disajikan produsen media
suara. Dugaan ini akan dijelaskan dengan pemaparan faktor internal.
36
37
2. Faktor Internal
Fakta lain yang ditemukan dalam proses penelitian dan termasuk
dalam faktor internal adalah keinginan tiga orang subjek untuk
meningkatkan volume suara melebihi ketentuan penelitian sebesar 97,6
dB. Hal ini menunjukkan fakta bahwa orang zaman sekarang sudah
terbiasa mendengar suara yang lebih keras dibanding orang-orang di
tahun 1950-1960an yang mendengarkan suara dengan ketinggian volume
maksimum sebesar 80 dB.
Dari dua faktor di atas dapat diketahui bahwa manusia telah “dipaksa”
mendengar suara dengan taraf desibell yang tinggi. Hal ini membuat manusia
menjadi tidak peka lagi dengan suara-suara yang lemah. Dengan kata lain,
ambang pendengaran manusia menjadi lebih tinggi. Tingginya ambang
pendengaran manusia menyebabkan tidak ditemukannya dalam penelitian ini
perbedaan volume yang signifikan di antara musik emosi bahagia dan musik
emosi sedih.
Kenyataan efek samping negatif pada pendengaran karena suara keras
yang disajikan produsen media suara telah diperingatkan oleh negara-negara
Uni Eropa. Mereka mengeluarkan peraturan pada tahun 2009 bagi para
produsen media suara bahwa batas volume maksimal mp3 player adalah 85
dB (Kuneva, 2009).
Penelitian ini memang tidak menemukan perbedaan volume
mendengarkan musik emosi bahagia dan musik emosi sedih yang signifikan,
37
38
namun penelitian dengan mempergunakan standar satuan suara (desibell)
telah membuat satu langkah lebih maju daripada penelitian sebelumnya yang
hanya menyertakan ukuran suara keras dan lemah (Huang, dkk., 2008;
Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997).
38
39
BAB V
PENUTUP
Bab penutup menyajikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk membangkitkan emosi
bahagia dan sedih dengan musik, volume musik bahagia tidak berbeda secara
signifikan dari volume musik sedih. Dengan demikian, hipotesis penelitian
tidak diterima. Perbedaan yang tidak signifikan ini diduga disebabkan oleh
ambang pendengaran manusia yang makin tinggi. Hasil penelitian juga
memperlihatkan sebagian besar subjek mendengarkan musik dengan volume
keras yang melanggar peringatan The Occupational Safety and Health
Administration (OSHA).
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:
1. Penelitian tidak didahului dengan survey di antara calon subjek mengenai
keras lemahnya volume musik bahagia dan sedih.
2. Kemunculan emosi hanya dilihat dari self report. Ini berarti penelitian hanya
mengandalkan subjektivitas subjek. Penginderaan kemunculan emosi tidak
disertai dengan cara lain, seperti detak jantung, tekanan darah, dan ekspresi
wajah.
39
40
3. Alat ukur volume tidak cukup peka, karena hanya mengukur sampai satu
angka dibelakang koma atau 1/10 dB. Alat ukur tidak mencapai 1/100 dB
atau bahkan 1/1000 dB.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Penelitian berikutnya hendaknya menentukan terlebih dahulu baseline
volume subjek.
2. Peneliti berikutnya hendaknya memakai cara lain yang lebih objektif untuk
melihat kemunculan emosi, seperti detak jantung, tekanan darah, dan
ekspresi wajah.
3. Peneliti berikutnya hendaknya menggunakan alat ukur volume yang lebih
peka dari 1/10 dB.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Averill, J. R. (1980). A constructivist view of emotion. In R. Plutchik and H.
Kellerman (eds.), Emotion: Theory, research and experience: Vol. I.
Theories of emotion, 305-339. New York, NY: Academic Press.
Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas (eds. 3). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Banaji, M. R., & Crowder, R. G. (1980). The bankrupty of everyday memory.
American Psychologist, 44, 1185-1193.
Baumgartner, H. (1992). Remembrance of things past: Music, autobiographical
memory, and emotion. Advances in Consumer Research, 19, 613-620.
Behne, K. E. (1997) The development of “Musikerleben” in adolescence: How
and why young people listen to music. In: Perception and cognition of
music, ed. I. Delie´ge & J. A. Sloboda, 143–59. Psychology Press
Berlyne, D. E. (1971). Aesthetics and psychobiology. New York: Appleton
Century Crofts.
Berkowitz, L. 2000. Causes and Consequences of Feelings. Cambridge:
Cambridge University Press.
Bernstein, M., & Picker, M. (1972). An Introduction to Music (4th. Ed., p. 1). New
Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs.
Burt, J. L., Bartolome, D. S., Burdette, D. W., & Comstock, J. R. (1995). A
psychophysiological evaluation of the perceived urgency of auditory
warning signals. Ergonomics, 38, 2327-2340.
Crow, L. D., & Crow, A. (1958). Child psychology. New York: Barnes & Noble,
Inc.
Cunningham, J. G., & Sterling, R. S. (1988). Developmental changes in the
understanding of affective meaning in music. Motivation and Emotions,
12, 399-413.
Depertemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Djohan. (2003). Psikologi musik. Yogyakarta: Buku Baik.
41
42
Ekman, P. (1992). An argument for basic emotions. Cognition and Emotion, 6,
169-200.
Fellous, Jean-Mark. (2007). Model of emotion. Scholarpedia, 2(11): 1453.
Foss, J. A., Ison, J. R., Torre, J. P., & Wansack, S. (1989). The acoustic startle
response and disruption of aiming: I. Effect of stimulus repetition,
intensity, and intensity changes. Human Factors, 31, 307-318.
Frijda, N. H. (1993). Moods, emotion episodes, and emotions. In M. Lewis & I.
M. Haviland (Eds.), Handbook of emotions. New York: Guilford Press.
Frijda, N., Markam, S., Sato, K., & Wiers, R. (1995). Emotions and emotion
words. In J.A. Russel, Fernández-Dols, J.-M., Manstead, A.S.R., &
Wellenkamp, J.C. (Eds.) Everyday conceptions of emotion. Dordrecht:
Kluwer.
Fritz , Thomas., Jentschke ,Sebastian., Gosselin, Nathalie., Sammler, Daniela.,
Peretz, Isabelle., Turner, Robert., Friederici, Angela D., & Koelsch,
Stefan. (2009). Universal recognition of three basic emotions in music.
Current Biology 19, 1–4, April 14.
Gabrielsson, A. (2001). Emotions in strong experiences with music. In P. N.
Juslin & J. A. Sloboda (Eds.), Music and emotion: Theory and research
(pp. 431-449). New York: Oxford University Press.
Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. (2002). Primal leadership: Realizing the
power of emotional intelligence. Boston: Harvard Business School Press.
Halpern, D., Blake, R., & Hillenbrand, J. (1986). Psychoacoustics of a chilling
sound. Perception and Psychophysics, 39, 77-80.
Hevner, K. (1937). The affevtive value of of pitch and tempo in music. American
Journal of Psychology. 49, 621-630.
Huang, Ching-Fang., Wu, Shun-Wen., Lin, Sieh-Hwa., Lin, Sheau-Yuh.
Investigation of the factors influencing music listening emotions and music
liking
for
Taiwan
undergraduate
students.
Diakses
dari
http://www.ntnu.edu.tw/acad/docmeet/97/a9/a901-1.pdf pada tanggal 16
Maret 2010.
Huron, D. (2003). Is music an evolutionary adaptation? In I. Peretz & R. Zatorre
(Eds.), The cognitive neuroscience of music. Oxford: Oxford University
Press.
42
43
Juslin, P. N., & Laukka, P. (2004). Expression, perception, and induction of
musical emotions: A review and a questionnaire study of everyday
listening. Journal of New Music Research, 33, 217-238.
Juslin, P. N., Laukka, P., Liljeström, S., Västfjäll, D., & Lundqvist, L.-O. (2006).
A survey study of emotional reactions to music in everyday life.
Manuscript submitted for publication.
Juslin, P. N., & Västfjäll, Daniel. (2008). Emotional responses to music: the need
to Consider underlying mechanisms. Behavioral and Brain Sciences
(2008), 31:559-575. Cambridge: Cambridge University Press.
Juslin, P. N., & Sloboda, J. A. (Eds.). (2001). Music and emotion: Theory and
research. New York: Oxford University Press.
Kamenetsky, S. B., Hill, D. S., & Trehub, S. E. (1997). Effect of tempo and
dynamics on the perception of emotion in music. Psychology of Music,
25(2), 149-160.
Katsopoulou, A., & Hallam, S. (2006). Age differences in listening to music while
studying. Bologna: 9th International Conference on Music Perception and
Cognition.
Khalfa, S., Bella, D. S., Roy, M., Peretz, I., & Lupien, S. J. (2003). Effects of
relaxing music on salivary cortisol level after psychological stress.
Annuals of the New York Academy of Science, 999, 374-376.
Koelsch, S. (2005). Investigating emotion with music: Neuroscientific
approaches. Annuals of the New York Academy of Sciences, 1060, 412418.
Konecni, V. J. (2003). Review of P. N. Juslin and J. A. Sloboda (Eds.), ‘Music
and Emotion: Theory and Research.’ Music Perception, 20, 332-341.
Krumhansl, C. L. (1995). Music psychology and music theory: problems and
prospects. Music Theory Spectrum, 17, 53-80.
Krumhansl, C. L. (2002). Music: a link between cognition and emotion. Current
Directions in Psychological Science, Vol. 11, No. 2.
Lee, Yu-Juan,Wu, Jing-Jyi, Kuo, Jiun-Shyan, &Wang,Wen-Chung (1997).Selfregulation of mood: Strategies for changing a bad mood and their
correlates. The National Chengchi University Journal, 75, 173-206.
Lewis, L.M., Dember, W. N., Scheff, B. K. and Radenhausen, R. A. (1995) Can
experimentally induced mood affect optimism and pessimism
43
44
scores? Current Psychology.:
Social., 14, 29-41.
Development,
Learning,
Personality,
Livingstone, S. R., Mühlberger, R., Brown, A. R., & Loch, A. (2007). Controlling
musical emotionality: An affective computational architecture for
influencing musical emotions. Digital Creativity, 18(1), 43-53.
Lord, R. G., Klimoski, Richard J., & Kanfer, R. (2002). Emotions in the
Workplace Understanding the Structure and Role of Emotions in
Organizational Behavior. San Fransisco: Jossey-Bass.
McGrath, T. (2006). Is Your Life Too Loud? Men’s Health, Vol. 12, No. 2, 206
Mook, D. G. (1983). In defence of external validity. American Psychologist,38,
379-387.
Morgado, L., & Gaspar, G. (2008). Towards Background Emotion Modeling for
Embodied Virtual Agents. Lisboa: International Foundation for
Autonomous Agents and Multiagent Systems.
Mustafa, Z. E. Q. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Natalia, J. (2000). Pengaruh musik gamelan terhadap emosi bayi baru lahir. Jurnal
Anima, Vol. 15, No. 2, 149-165.
Oatley, K., & Johnson-Laird, P. N. (1987). Towards a cognitive theory of
emotion. Cognitive and Emotion, 1, 29-50.
Panksepp, J. (2005). Affective consciousness: core emotional feelings in animals
and humans. Consciousness and Cognition. 14, 30-80.
Peretz, I. (2001) Listen to the brain: The biological perspective on musical
emotions. In, J.A. Sloboda & P. Juslin (Eds.), Music and Emotion: Theory
and Research. Oxford: Oxford University Press
Pinker, S. (1997). How the mind works. New York: Norton.
Plutchik, R. (1980). Emotion: A Psychoevolutionary Synthesis. New York: Harper
& Row.
Ritzer, G. (2007). The Blackwell Encyclopedia of Sociology. Oxford: Blackwell.
Seluler, R., & Balke, R. (1990). Perception (Second ed.). Singapore: Mc’Graw
Hill Book Co.
44
45
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2008). Psikologi Eksperimen. Jakarta:
PT. Indeks.
Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zechmeister, J. S. (2007). Metodologi
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sloboda, J. A. (1989). Music as a language. In F. Wilson & F. Roehmann (Eds.),
Music and child development. St. Louis, Missouri: MMB Music.
Sloboda, J. A. (1992). Empirical studies of emotional response to music. In M.
Riess-Jones & S. Holleran (Eds.), Cognitive bases of musical
communication. Washington, DC: American Psychological Association.
Sloboda, J. A. & O’Neill, S. A. (2001) Emotions in everyday listening to music.
In: Music and emotion: Theory and research, ed. P. N. Juslin & J. A.
Sloboda, pp. 415–29. Oxford: Oxford University Press.
Solso, R. L., & MacLin, M. K. (2002). Experimental Psychology: A Case
Approach(5th Ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Sugiyono. (2008). Statisika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tagg, P. (2002). A Short Prehistory of Popular Music. Liverpool: University of
Liverpool.
Usman, H., & Akbar, P. S. (2008). Pengantar Statistika (eds. 2). Jakarta: Bumi
Aksara.
Utomo, N., & Natalia, J. (1999). Pengaruh pemberian musik klasik terhadap
perilaku emosional anak usia 5-6 tahun. Jurnal Anima, Vol. 14, 56, 395403.
Webster, Gregory D., Weir, Catherine G. (2005). Emotional responses to music:
interactive effects of mode, texture, and tempo. Motivation and Emotion,
Vol. 29, No 1.
Weiten, W., Lloyd, M., Dunn, D., & Hammer, E. (2009). Psychology Applied to
Modern Life: Adjustment in the 21st Century, 9th Edition. Stamford:
Cengage Learning.
Weiner, B., & Graham, S. (1984). An attributional approach to emotional
development. In C. E. Izard, J. Kagan, & R. B. Zajonc (Eds.), Emotions,
cognition, and behavior (pp. 167-191). New York: Cambridge University
Press.
45
46
Young, G. (2002). Effects of Music on Task Performance. Diakses dari
http://jclauson.com/msqa/term_papers/effects_of_music_on_task_perform
ance.pdf pada tanggal 1 Februari 2010.
Zillman, D. & Gan, S.L. (1997) Musical taste in adolescence. In: The social
psychology of music, ed. D. J. Hargreaves & A. C. North. Oxford
University Press
46
47
LAMPIRAN
47
47
Prosedur Penelitian
1. Subjek diminta masuk ke dalam ruang eksperimen.
2. Subjek mengisi inform concent.
3. Subjek diminta mengambil undian untuk menentukan urutan perlakuan
yang akan didapat.
4. Subjek diminta duduk di tempat yang telah disediakan.
5. Eksperimenter menjelaskan prosedur eksperimen.
(Terima kasih atas kehadiran dan kesediaan saudara menjadi subjek
penelitian pada hari ini. Saat ini, anda diminta untuk mendengarkan dua
buah lagu melalui headphone yang telah tersedia. Masing-masing lagu
akan diperdengarkan dua kali. Kedua lagu tersebut mencerminkan emosi
yang berbeda, yakni emosi gembira dan emosi sedih. Tugas anda adalah
menentukan volume yang sesuai untuk mendengarkan tiap lagu agar
emosi dapat muncul (emosi gembira atau sedih, tergantung lagu yang
diputar). Setelah mendapatkan volume yang sesuai, dengarkanlah lagu
itu kira-kira 20 detik lagi agar anda merasa yakin. Setelah merasa yakin,
segeralah angkat tangan agar saya menghampiri anda dan mencatat
volume yang anda pilih. Apakah ada pertanyaan?)
6. Jika subjek merasa jelas, maka eksperimen dimulai.
(Lagu
pertama
merupakan
lagu
yang
mencerminkan
emosi
bahagia/sedih. Carilah volume yang paling dapat memunculkan emosi
bahagia/sedih. Setelah merasa yakin, segeralah angkat tangan anda.)
7. Subjek mendengarkan musik yang mencerminkan salah satu emosi.
47
48
8. Subjek mengangkat tangan tangan ketika mengalami emosi paling
bahagia/sedih (self report). Lalu eksperimenter mencatat volume yang
dipilih subjek.
9. Selanjutnya, subjek kembali diperdengarkan musik dan diberikan prosedur
yang sama seperti penyajian pertama.
10. Setelah subjek mendapatkan empat perlakuan, maka eksperimenter
memberikan penjelasan mengenai eksperimen yang telah dilakukan.
(Terima kasih atas kesediannya mengikuti eksperimen. Eksperimen tadi
ingin melihat bagaimana perbedaan volume mendengarkan musik untuk
membangkitkan emosi bahagia dan emosi sedih.)
48
49
Data Volume pada Musik Bahagia dan Musik Sedih
Jenis Musik
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
Dinamik
29
27
30
31
26
23
22
31
25
29
27
31
31
25
20
25
31
25
28
30
25
31
30
28
31
29
30
25
31
29
31
31
Jenis Musik
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
49
Dinamik
27
21
25
21
22
14
18
23
22
26
21
25
25
20
15
18
25
21
30
28
27
29
28
30
31
22
29
22
28
27
25
31
50
Data Volume pada Musik Emosi Bahagia dan Musik Emosi Sedih
dalam Satuan Desibell
Jenis Musik
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
musik emosi bahagia
Dinamik (dB)
87,9
81,7
88,5
97,6
80,7
71,4
68,3
97,6
77,6
87,9
81,7
97,6
97,6
77,6
63
77,6
97,6
77,6
84,9
88,5
77,6
97,6
88,5
84,9
97,6
87,9
88,5
77,6
97,6
87,9
97,6
97,6
50
Jenis Musik
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
musik emosi sedih
Dinamik (dB)
85
83,3
84,8
83,3
83,6
66
71,4
84
83,6
84,9
83,3
84,8
84,8
79,3
70,7
71,4
84,8
83,3
90,2
85,7
85
87,2
85,7
90,2
93,2
83,6
87,2
83,6
85,7
85
84,8
93,2
51
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Bahagia
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
51
Volume
32
86,3687
9,71694
0,189
0,124
-0,189
1,067
0,205
52
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Sedih
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
52
Volume
32
83,5187
6,00540
,329
,171
-,329
1,862
,002
53
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N
VAR00002 - VAR00001
20a
12b
0c
32
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Mean Rank
18,25
13,58
a. VAR00002 < VAR00001
b. VAR00002 > VAR00001
c. VAR00002 = VAR00001
Test Statisticsb
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
VAR00002 VAR00001
-1,889a
,059
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
53
Sum of Ranks
365,00
163,00
54
54
Download