i EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU Skripsi Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Satria Sakti NIM : 069114012 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 i i EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU Skripsi Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Satria Sakti NIM : 069114012 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 i ii iii mari berlari meraih mimpi menggapai langit yang tinggi jalani hari dengan berani tegaskan suara hati kuatkan diri dan janganlah kau ragu tak kan ada yang hentikan langkahmu ya..ya..kita kan terus berlari ya..ya..tak kan berhenti di sini ya..ya..larilah meraih mimpi ya..ya..hingga nafas tlah berhenti tak ada yang tak mungkin bila kita yakini pastilah engkau dapati ( J-Rocks – Meraih Mimpi ) iv Skripsi ini saya persembahkan bagi Bapak , Ibu, Kakak, dan keluarga besar yang telah mendukung saya. v Pernyataan Keaslian Karya Saya menyatakan yang sesungguhnya bahwa karya yang saya muat ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, Juni 2010 Satria Sakti vi EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU Satria Sakti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan musik sedih pada volume yang berbeda. Subjek penelitian adalah 16 mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang memberikan 64 data penelitian. Peneliti mengajukan hipotesis bahwa dalam membangkitkan emosi oleh musik bahagia dan musik sedih terdapat perbedaan yang signifikan antara volume musik bahagia dan volume musik sedih. Data dianalisis dengan uji Willcoxon. Validitas eksternal yang digunakan pada penelitian eksperimen ini memakai replikasi konseptual mengenai mekanisme musik untuk membangkitkan emosi. Mekanisme tersebut adalah refleks batang otak yang merupakan mekanisme bebas budaya sehingga manipulasi dalam eksperimen ini dapat digeneralisasikan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dengan musik, volume musik bahagia tidak berbeda secara signifikan dari volume musik sedih. Dengan demikian, hipotesis penelitian tidak diterima. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa sebagian besar subjek mendengarkan musik dengan volume keras yang melanggar peringatan The Occupational Safety and Health Administration (OSHA). Perbedaan tidak signifikan antara volume musik bahagia dan musik sedih diduga dikarenakan ambang pendengaran manusia yang makin tinggi. Kata kunci : emosi, musik, volume vii EXPERIMENT ON THE EMOTIONS BY HAPPY AND SAD MUSIC WITH A CERTAIN VOLUME Satria Sakti ABSTRACT This study aimed to look at the emotions evoked by happy music and sad music at different volumes. Subjects were 16 students of the Faculty of Psychology, University of Sanata Dharma, Yogyakarta, which provided 64 research data. Research hypothesized that the emotion evoked by the happy music and sad music had significant difference in terms of music volume. Data were analyzed with Willcoxon test. External validity in this experimental research employed a conceptual replication of the mechanics of music evoke emotions. These mechanism is brain stem reflexes, which is free from cultural mechanisms. Therefore manipulation in this experiment can be generalized. The experiment shows that in order to evoke happy and sad emotions, happy music volume is not significantly different from the sad music volume. Thus, research hypothesis is not accepted. The results also show that most subjects listened to music at full volume in violation to the warning of The Occupational Safety and Health Administration (OSHA). No significant difference between the volume of happy music and sad music is allegedly caused by the higher level of human hearing threshold. Key words: emotion, music, volume viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Satria Sakti Nomor Mahasiswa : 069114012 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 20 Juni 2010 Yang menyatakan, ( Satria Sakti ) ix KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan atas jalan yang diberikan selama mengerjakan skripsi berjudul “Eksperimen mengenai emosi yang dibangkitkan oleh musik bahagia dan sedih dengan volume tertentu”. Tuhan telah memperkenalkan saya kepada orang-orang hebat yang tulus membantu dan memberikan dukungan saat saya mengerjakan skripsi. Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat tersebut, yakni: 1. Dr. A. Priyono Marwan, S. J. selaku dosen pembimbing skripsi untuk segala kesabaran, waktu, dukungan, penerimaan dan pelajaran yang telah diberikan. 2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. S.Psi., M.Si. selaku dekan dan Bapak Minta Istono S.Psi., M.Si. selaku Wakaprodi yang selalu mendorong kami agar cepat menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik untuk pendampingan dan masukan-masukannya. 4. Ibu Agnes Indar S.Psi., M.Si. atas bimbingannya saat saya menjadi asisten Tes Kognitif. 5. Bapak YB. Cahyo Widiyanto S.Psi., M.Si. atas kepercayaan dan saran saat saya menjadi asistennya dalam PPKM. 6. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta atas pelajaran yang berharga selama saya menjalani masa kuliah. x 7. Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, dan Mas Boni yang telah menjadi teman para mahasiswa. 8. Karyawan Fakultas Fisika, Mas Ngadiono yang telah membantu saya dalam menggunakan Sound Level Meter. 9. Teman-teman BPMF 2006/2007 dan BEMF 2007/2008 yang memberikan pelajaran berorganisasi kepada saya. 10. Teman-teman berbagai kepanitiaan di Fakultas Psikologi atas dinamikanya. 11. Windi atas waktu dan dukungan bagi peneliti selama mengerjakan skripsi. 12. Adit, Berto, Caca, Cika, Coro, Kesed, Nita, Nobi, Viany, dan temanteman seperjuangan yang belum saya sebutkan. 13. Teman-teman satu bimbingan, Endy, Hermin, Peni, Jenny, Yayak dan Wayan yang saling memberikan semangat. 14. Bapak, Ibu, dan Mas Bimo atas doa dan dukungan agar saya dapat menyelesaikan kuliah. Saya merasa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti menerima saran dan kritik mengenai penelitian ini dengan senang hati. Yogyakarta, Juni 2010 Satria Sakti xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi ABSTRAK …………………………………………………………………. vii ABSTRACT ……………………………………………………………….. viii PERNYATAAN PUBLIKASI …………………………………………….. ix KATA PENGANTAR ……………………………………………………... x DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………...…. xvi DAFTAR GAMBAR …………...………………………………………… xvii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...……..... xviii BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ……………………………….. 1 B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………….. 4 C. TUJUAN PENELITIAN …………………………………………... 4 D. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………... 4 1. Manfaat Praktis ……………………………………………….… 4 2. Manfaat Teoritis ……………………………………………….... 5 xii BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………... 6 A. EMOSI ……………………………………………………………... 6 1. Pengertian ……………………………………………………….. 6 2. Aspek-Aspek ……………………………………………………. 8 3. Penyebab ………………………………………………....…….… 8 B. MUSIK …………………………………………………….……….... 9 1. Pengertian ……………………………………………….………... 9 2. Elemen-Elemen …………………………………………………. 10 C. PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI …………………….… 12 1. Pengaruh Musik Terhadap Emosi Secara Umum ……………...…. 12 2. Pengaruh Musik Terhadap Emosi Secara Khusus ………………. 14 3. Mekanisme Musik Membangkitkan Emosi …………………….... 16 D. HIPOTESIS PENELITIAN ………………………………………… 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….. 20 A. JENIS PENELITIAN ……………………………………………… 20 B. IDENTIFIKASI VARIABEL ……………………………………… 21 1. Variabel Bebas …………………………………………………… 21 2. Variabel Tergantung ……………………………………………... 21 3. Variabel Ekstranous ……………………………………………… 21 C. DEFINISI OPERASIONAL ……………………………………….. 21 1. Emosi ……………………………………………………………. 21 2. Volume ……………………………………………………….…. 22 3. Stimulus Eksternal ………………………………………………. 22 xiii D. SUBJEK PENELITIAN ……………………………………………. 22 E. DESAIN PENELITIAN ……………………………………………. 23 F. PROSEDUR PENELITIAN ………………………………………... 24 G. ANALISIS DATA ………………………………………………….. 26 1. Uji Normalitas ……………………………………………………. 26 2. Uji Hipotesis ……………………………………………………... 26 H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ………………………….……. 26 1. Validitas Internal ………………………………………………… 26 2. Validitas Eksternal ………………………………………...…….. 28 3. Validitas Alat Eksperimen ………………………………………... 29 4. Reliabilitas Alat Eksperimen …………………………………….. 29 5. Validitas Alat Ukur ………………………………………………. 30 6. Reliabilitas Alat Ukur ……………………………………………. 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… 31 A. PERSIAPAN PENELITIAN ……………………………………….. 31 1. Persiapan Materi Penelitian ……………………………………… 31 2. Persiapan Alat Penelitian ………………………………………... 31 B. PELAKSANAAN PENELITIAN ………………………………….. 32 C. HASIL PENELITIAN ……………………………………………… 33 1. Uji Normalitas …………………………………………………… 33 2. Uji Hipotesis …………………………………………………….. 35 D. PEMBAHASAN …………………………………………………… 36 1. Faktor Eksternal …………………………………………………. 37 xiv 2. Faktor Internal ………………………………………………….… 37 BAB V PENUTUP …………………………………………………………. 39 A. KESIMPULAN …………………………………………………….. 39 B. KETERBATASAN ………………………………………………… 39 C. SARAN …………………………………………………………….. 40 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 41 LAMPIRAN …………………………………………………………….…… 47 xv DAFTAR TABEL Tabel 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Bahagia … 33 Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Sedih …… 34 Tabel 3 Uji Willcoxon ……..……..………………………..………………… 36 xvi DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Roda Emosi Plutchik ……………….…………..………………….. 7 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Prosedur Penelitian …………………………………………….... 47 Lampiran 2 Data Volume Pada Musik Bahagia dan Sedih ………………….. 49 Lampiran 3 Data Volume Pada Musik Bahagia dan Sedih dalam Satuan Desibell …………………………………………………………. 50 Lampiran 4 Uji Normalitas Pada Kelompok Musik Bahagia ……………....... 51 Lampiran 5 Uji Normalitas Pada Kelompok Musik Sedih ………………...… 52 Lampiran 6 Uji Hipotesis …………………………………………………….. 53 Lampiran 7 Inform Consent ………………………………………………….. 54 xviii 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini menyajikan empat bagian, yakni latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG Setiap orang tentu pernah mengalami berbagai emosi, seperti bahagia, sedih, takut, dan marah. Dari pengertiannya, emosi adalah perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Peretz, 2001). Emosi terjadi pada setiap orang karena dipicu oleh stimulus. Stimulus pembangkit emosi dikategorikan menjadi dua, yakni stimulus internal dan stimulus eksternal (Goleman dkk., 2002). Stimulus internal adalah kondisi yang berasal dari dalam diri individu, misalnya kondisi tubuh. Sedangkan stimulus eksternal merupakan kondisi yang berasal dari luar tubuh. Salah satu stimulus eksternal yang dapat menjadi pembangkit emosi adalah musik. Musik sebagai stimulus universal dialami oleh semua manusia. Musik menjadi bagian hidup manusia yang setiap hari selalu mendengarkannya. Sehari-hari kita mendengarkan musik baik melalui televisi, radio, maupun dari ringtone telepon genggam. Kenyataan tersebut tidak bisa lepas dari semakin banyaknya musisi yang muncul. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, 1 2 dan keharmonisan. Musik tidak hanya sekedar komposisi nada yang dimainkan dan diperdengarkan. Musik mampu membuat pendengarnya merasakan emosi tertentu. Menurut Konecni (2003), penelitian musik dan emosi diawali oleh Hevner pada tahun 1936. Hevner (1936) meminta subjek penelitian menuliskan sebuah kata sifat yang hadir dalam pikirannya saat musik dimainkan. Dari penelitian tersebut, Hevner (1936) berpendapat bahwa musik membawa sebuah arti emosi. Musik sanggup membuat pendengarnya sedih, bahagia, takut, gelisah, tenang, bahkan geli (Bernstein dan Picker, 1972). Beberapa peneliti yakin bahwa musik dapat secara langsung menyebabkan munculnya emosi pada pendengar (Dibben, 2004; Gabrielsson, 2001-2002; Juslin dan Laukka, 2004; Juslin dan Sloboda, 2001). Berdasarkan ulasan mengenai musik dan emosi di atas, peneliti ingin meneliti mengenai musik yang menjadi stimulus pembangkit emosi. Penelitian ini mencakup dua jenis musik terkait emosi yang dibangkitkan, yakni musik emosi bahagia dan musik emosi sedih. Kedua emosi tersebut dipilih karena merupakan emosi yang paling mudah dibangkitkan oleh musik (Gabrielsson dan Juslin, 1996; Krumhansl, 1997). Musik terdiri dari beberapa eleman yaitu pulse, tempo, pitch, dinamik, struktur, timbre, tekstur, dan style (Kieran, 1999). Elemen-elemen ini menyebabkan musik mampu membuat pendengarnya merasakan emosi tertentu. Salah satu elemen yang penting dalam musik adalah dinamik. Dinamik merupakan merupakan keras-lemahnya suara. Dalam kehidupan 2 3 sehari-hari, dinamik sering diganti dengan kata volume (dan selanjutnya pada penelitian akan disebut dengan volume). Volume merupakan elemen musik yang paling berpengaruh terhadap munculnya emosi (Huang, dkk., 2008; Livingstone, dkk., 2007). Dalam penelitian ini, volume dipilih karena volume merupakan satu-satunya elemen musik yang dapat dimanipulasi tanpa mengubah lagu. Mengubah elemen lain (pulse, tempo, pitch, struktur, timbre, tekstur, dan style) berarti mengubah lagu. Pendengar akan lebih berbahagia jika musik emosi bahagia diperdengarkan dengan volume keras. Sedangkan untuk musik emosi sedih, pendengar akan berlebih sedih jika musik diputar dengan volume yang lemah (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997). Dengan demikian untuk memunculkan emosi bahagia atau sedih dari musik diperlukan volume tertentu yang berbeda satu sama lain. Pada penelitian-penelitian tersebut (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997), keras lemahnya suara tidak diukur dengan satuan desibell sebagai standar satuan yang berlaku. Keras lemahnya suara secara subjektif ditentukan oleh peneliti. Hal tersebut membuat pembaca tidak mengetahui seberapa keras atau lemah volume yang disajikan dalam penelitian tersebut. Sejalan dengannya, penerapan hasil penelitian menjadi sulit karena keras lemah menjadi hal yang kualitatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkuantitatifkan volume yang sesuai untuk membangkitkan emosi dari musik dengan memakai standar satuan yang berlaku bagi keras lemahnya suara yakni desibell (dB). 3 4 Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan sedih pada volume yang berbeda di antara mahasiswa/i Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah untuk membangkitkan emosi oleh musik bahagia dan sedih terdapat perbedaan volume?” C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan sedih pada volume yang berbeda. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dalam bidang pelayanan psikologi, mengetahui pengaruh volume musik dalam menciptakan emosi bahagia atau sedih. b. Standardisasi volume yang sesuai untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih. 4 5 2. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan ilmiah dalam mengkuantitatifkan pengukuran volume musik untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dari musik. 5 6 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini menyajikan empat bagian, yakni emosi, musik, dan pengaruh musik terhadap emosi. A. EMOSI 1. Pengertian Emosi merupakan keadaan pikiran atau perasaan dalam waktu singkat dari suatu organisme (Crow dan Crow, 1958). Emosi merupakan sarana komunikasi dengan sekelompok sinyal yang menggambarkan keadaan seseorang (Oatley dan Johnson, 1987). Peretz (2001) berpendapat bahwa emosi adalah respon spontan yang sulit untuk disembunyikan seseorang. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak serta merupakan reaksi terhadap stimulus dari luar dan dalam diri individu (Goleman dkk., 2002). Menurut Weiten, Lloyd, Dunn, dan Hammer (2009), emosi merupakan hal yang kuat, perasaan besar yang tak terkendali dan disertai perubahan fisiologis. Berdasarkan uraian tentang emosi tersebut, maka disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan pikiran dan perasaan seseorang yang mendorong individu untuk merespon stimulus baik yang berasal dari 6 dalam maupun luar dirinya. 7 Plutchik (1980) membagi emosi ke dalam beberapa kategori seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 1 Roda Emosi Plutchik Weiner dan Graham (1984) berpendapat bahwa terdapat dua emosi dasar, yakni bahagia dan sedih. Emosi dasar muncul pada seseorang setelah seseorang berulang kali mengalami situasi yang menimbulkan emosi yang sama (Ekman, 1992). Menurut Panksepp (2005), emosi dasar adalah bawaan lahir dan memiliki sinyal yang khas di otak manusia, serta memiliki ekspersi non-verbal yang universal. Sedangkan Fritz dkk (2009) memaparkan bahwa terdapat tiga emosi dasar, yakni senang, sedih, dan takut. 7 8 Frijda (1993) mengatakan bahwa emosi pada umumnya memiliki durasi yang pendek dan berhubungan dengan stimulus tertentu. Emosi juga memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku yang spesifik. Emosi terkait dengan aspek mental dan perilaku fisik seseorang (Berkowitz, 2000). 2. Aspek-Aspek Menurut Huffman (2000) emosi memiliki tiga aspek dasar, yakni kognitif, fisiologis, dan perilaku. Aspek kognitif merujuk pada pikiran, perasaan, dan harapan-harapan yang membedakan jenis dan intensitas dari respon emosi. Misalnya orang yang sedang gembira berkata kepada diri sendiri, “Hari ini adalah hari yang indah”. Aspek fisiologis mengacu pada proses yang terjadi di dalam fisik individu. Misalnya, saat individu mengalami emosi takut, maka denyut jantung dan nadi akan mulai meningkat. Sedangkan aspek perilaku merujuk pada tindakan yang diambil individu saat mengalami suatu emosi. Sebagai contoh, saat individu mengalami emosi takut akan sesuatu, maka kemungkinan ia akan menghindarinya. 3. Penyebab Emosi disebabkan oleh adanya stimulus, baik dari luar maupun dari dalam diri individu (Goleman dkk., 2002). Emosi merupakan komponen utama dari reaksi manusia dalam menanggapi berbagai jenis stimulus (Lord, Klimoski, dan Kanfer, 2002). Stimulus yang sama dapat membuat emosi yang berbeda pada individu yang berbeda, dan individu yang sama 8 9 dapat mengekspresikan emosi yang berbeda dalam menanggapi rangsangan yang sama, pada waktu yang berbeda (Fellous, 2007). B. MUSIK 1. Pengertian Bernstein dan Picker (1972) mengatakan bahwa musik adalah suarasuara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer ke pendengarnya. Musik sanggup membuat manusia sedih, gembira, takut, gelisah, tenang, bahkan geli. Menurut Seluler dan Balke (1990), musik merupakan hasil kreasi manusia yang dapat membantu hidup manusia. Musik pun bersifat universal dan terdapat dalam setiap kebudayaan (Pinker, 1997). Musik merupakan pesan universal yang mengandung ekspresi, pengalaman manusia yang puncak dan mendalam, dan berbagai perasaan (Natalia, 2000). Menurut Djohan (2003) musik adalah produk pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), musik juga didefinisikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan ala-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi). Dari 9 10 beberapa definisi tadi, maka dapat dikatakan bahwa musik adalah komposisi nada yang merupakan hasil kreasi manusia dan sanggup membuat pendengarnya sedih, gembira, takut, gelisah, tenang, bahkan geli. Musik tidak menjadi musik jika tidak didengarkan oleh seseorang, baik dengan volume keras maupun lemah. Suara yang tidak didengar seorang pun, bahkan rekaman musik di luar jangkauan pendengaran manusia, hanya berpotensi dan tidak benar-benar menjadi musik (Tagg, 2002). Menurut Young (2003), musik dapat menghibur, memberikan kenikmatan, dan meningkatkan dampak dari seni lain. Seni musik lebih dahulu ditemukan sebelum tulisan. Alat musik yang pertama ditemukan yakni flute, yang ditemukan di Slovenia sekitar empat puluh tiga ribu tahun yang lalu (Huron, 2003). 2. Elemen-Elemen Musik memiliki beberapa elemen (Griffin dan O’Reilly, 1999), yaitu: a. Pulse Pulse merupakan ketukan dari sebuah musik. b. Tempo Tempo merupakan cepat lambatnya sebuah musik. c. Pitch Pitch mengacu pada kualitas tinggi rendahnya suara musik. 10 11 d. Volume Volume merupakan keras-lemahnya suara yang dihasilkan. Keras lemahnya suatu suara diukur dengan satuan desibell (dB). Kuhn (2001) mengklasifikasikan keras lemahnya suara menjadi 7 tingkatan, yakni: 1) 0 dB : suara samar-samar 2) 30 dB : bisikan yang sangat lembut 3) 70 dB : suara saat berbicara normal 4) 80 dB : suara radio yang cukup keras 5) 90 dB : suara radio atau televisi yang keras 6) 120 dB : suara ruang dansa yang sangat keras, dan merupakan ambang batas yang menyebabkan sakit di telinga. 7) 140 dB: suara mesin jet dari jarak seratus kaki (30,48 meter). Pada tahun 2002, OSHA (The Occupational Safety and Health Administration) dalam McAfee (2008) menetapkan peringatan mengenai kerasnya suara yang dapat merusak pendengaran manusia. Lembaga tersebut mengumumkan tingkat desibell tertentu agar telinga pendengarnya tidak mengalami kerusakan. Peringatan OSHA berbunyi sebagai berikut: 1) Suara 85 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu delapan jam. Misalnya suara rata-rata pada pabrik, suara alat pengering rambut, dan suara pisau cukur listrik, 11 12 2) Suara 88 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu empat jam. Misalnya suara di tempat pembuangan sampah. 3) Suara 91 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu dua jam. Misalnya suara mesin pemotong rumput dan suara bor. 4) Suara 94 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu satu jam. Misalnya suara gaduh di bar pada Sabtu malam, suara sirine ambulance, dan suara blender. e. Struktur Struktur adalah keseluruhan komposisi dalam musik. f. Timbre Timbre merupakan warna musik yang mengacu pada karakteristik suara yang dihasilkan oleh alat musik tertentu. g. Tekstur Tekstur mengacu pada kombinasi dari suara-suara. h. Style Style merupakan kombinasi dari tempo, timbre, dan dinamik. C. PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI 1. Pengaruh Musik Secara Umum Terhadap Emosi Beberapa peneliti yakin bahwa musik dapat secara langsung menyebabkan munculnya emosi (Dibben, 2004; Gabrielsson, 2001-2002; Hevner, 1936; Juslin dan Laukka, 2004; Juslin dan Sloboda, 2001). Koelsch (2005) mengemukakan bahwa proses musik memunculkan emosi 12 13 terkait dengan otak manusia. Dia menyimpulkan bahwa musik dapat memunculkan emosi secara cukup konsisten pada semua subyek. Orang menggunakan musik untuk mengubah emosi, untuk melepaskan emosi, untuk mencocokkan emosi mereka saat ini, untuk menikmati atau menghibur diri, dan untuk mengurangi stres (Behne, 1997; Juslin dan Laukka, 2004; Sloboda dan O'Neill, 2001; Zillman dan Gan, 1997). Penelitian mengenai musik dan emosi dimulai oleh Hevner (1936). Dia melakukan penelitian mengenai musik dan emosi. Dalam eksperimennya, peneliti meminta subyek penelitian menuliskan sebuah kata sifat yang hadir dalam pikirannya saat musik dimainkan. Dari penelitian tersebut, Hevner (1936) berpendapat bahwa musik membawa sebuah arti emosi. Lewis, Dember, Schefft, dan Radenhausen (1995) melakukan penelitian menggunakan lagu dan video. Ternyata perbedaan video pada musik yang sama tidak merubah emosi subjek penelitian. Namun jika lagu diubah, maka emosi subjek juga berubah. Mendengarkan musik merupakan strategi yang paling efektif bagi mahasiswa dalam memunculkan emosi tertentu (Lee, Wu, Kuo, dan Wang, 1997). Hal itu disebabkan makin banyaknya rekaman dan keragaman musik dan musik telah menjadi bagian hidup mahasiswa. Emosi yang relatif mudah dibangkitkan oleh musik adalah emosi bahagia dan sedih (Gabrielsson dan Juslin, 1996; Krumhansl, 1997). Kedua emosi tersebut 13 14 lebih mudah dibangkitkan oleh musik karena memiliki karakteristik emosional yang mudah dikomunikasikan daripada emosi yang lain. Krumhansl (2002) melakukan penelitian pada subjek dengan kerusakan otak. Saat subjek diperdengarkan musik, ternyata subjek bereaksi secara emosional. Walaupun memiliki pengenalan yang rendah terhadap musik, subjek bereaksi secara emosional yang sama dengan orang pada umumnya. Menurut Sloboda dan O’Neill (2001), mendengarkan musik secara efektif dapat mengurangi efek negatif dari stres. Penelitian dilakukan dengan mengukur kadar kortisol pada air liur pasien yang mengalami stress. Ternyata terdapat perbedaan kadar kortisol setelah pasien diperdengarkan musik. Ekspresi dasar emosi (senang, sedih, dan takut) dari musik berlaku secara universal (Fritz dkk., 2009). Fritz dkk (2009) memakai musik barat dan melakukan penelitian pada penduduk asli Afrika, yakni suku Mafa yang tidak memiliki pengetahuan terhadap musik barat. Musik barat yang disajikan ada tiga macam, yakni musik yang mencerminkan emosi bahagia, sedih, dan takut. Pada ketiga macam musik yang disajikan, subyek ternyata berekspresi secara emosional seperti orang barat. 2. Pengaruh Musik Secara Khusus Terhadap Emosi Hevner (1937) berkesimpulan bahwa dari semua elemen musik ternyata tempo merupakan elemen yang paling berpengaruh. Anak-anak berusia empat hingga enam tahun telah mampu membedakan musik yang 14 15 mengekspresikan beberapa emosi dasar (Cunningham dan Sterling, 1988). Kamenetsky, Hill, dan Trehub (1997) mempelajari pengaruh tempo dan volume pada persepsi emosi. Mereka menemukan bahwa variasi volume akan menghasilkan rating yang lebih tinggi dalam ekspresi emosional dan kesukaan pendengar, tapi variasi dalam tempo tidak memiliki efek seperti itu. Krumhansl (1997) melihat bahwa musik sedih terkait dengan tempo yang lambat, harmoni minor, dan cukup konstan pada pitch dan volume. Sedangkan untuk musik yang memiliki emosi bahagia terkait dengan tempo yang relatif cepat, harmoni mayor, dan cukup konstan pada pitch dan volume. Penelitian serupa dilakukan oleh Webster dan Weir (2005) yang menemukan bahwa respon emosi bahagia berhubungan dengan lagu yang memiliki kunci mayor, melodi yang non harmonis, dan tempo yang cepat. Sedangkan respon terkait emosi sedih memiliki hubungan dengan lagu berkunci minor, melodi harmonis, dan tempo yang lambat. Penelitian yang dilakukan oleh Livingstone, Mühlberger, Brown, dan Loch (2007) menunjukkan beberapa elemen musik yang memiliki pengaruh terhadap munculnya emosi. Elemen yang paling berpengaruh adalah tempo, diikuti dengan mode, volume, artikulasi, dan pitch. Sedangkan melalui penelitian yang dilakukan oleh Huang, Hu, Lin, dan Lin (2008) dengan memakai dua elemen musik, memperlihatkan bahwa tempo dan volume memiliki pengaruh dalam memunculkan emosi. Namun menurut mereka, volume lebih berpengaruh daripada tempo. 15 16 Volume musik mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan lebih berbahagia jika musik bahagia diperdengarkan dengan volume keras. Untuk musik sedih, pendengar akan berlebih sedih jika musik diputar dengan volume yang lemah (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997). Dengan demikian untuk memunculkan emosi bahagia atau sedih dari musik diperlukan volume tertentu yang berbeda satu sama lain. 3. Mekanisme Musik Membangkitkan Emosi Juslin dan Västfjäll (2008) dalam penelitiannya mencoba menguraikan mekanisme psikologis yang membuat musik dapat menyebabkan munculnya emosi. Kedua peneliti tersebut beranggapan bahwa banyak peneliti telah mempelajari emosi dan musik tanpa memperhatikan bagaimana mekanisme musik itu sendiri dapat membangkitkan emosi pendengarnya. Penelitian oleh Juslin dan Västfjäll (2008) ini mengambil beragam teori dan penemuan terkait musik dan emosi. Dalam penelitian tersebut, mereka menjelaskan adanya enam mekanisme di mana musik dapat mempengaruhi emosi. Keenam mekanisme tersebut yakni: a. Refleks Batang Otak Refleks batang otak mengacu pada proses satu atau lebih karakteristik musik yang menyebabkan emosi. Karakteristik musik dasar diterima oleh batang otak sebagai sinyal yang penting dan mendesak. Menurut mekanisme refleks batang otak, masing-masing elemen memiliki dampak yang sama pada semua orang. Suara yang tiba-tiba, suara yang keras, disonan, atau tempo yang cepat akan 16 17 mendorong emosi tidak menyenangkan pada pendengar (Berlyne, 1971; Burt dkk., 1995; Foss dkk., 1989; Halpern dkk., 1986). b. Pengkondisian Evaluatif Mekanisme pengkondisian evaluatif menerangkan bahwa emosi oleh musik timbul karena sebagian atau sepotong musik telah beberapa kali dipasangkan dengan stimulus positif atau stimulus negatif. Sebagai contoh, sepotong musik yang dipasangkan dengan kejadian pertemuan dengan teman yang membahagiakan. Di lain waktu ketika sebagian musik diulang, maka musik tersebut akan mendatangkan kebahagiaan tanpa kehadiran dari teman. c. Penularan Emosi Penularan emosi mengacu pada proses di mana musik dapat menimbulkan emosi pada pendengarnya karena pendengar menerima ekspresi emosi dari musik. d. Citra Visual Mekanisme citra visual terjadi karena pendengar musik menciptakan bayangan visual saat mendengarkan musik, misalnya pemandangan yang indah. Citra visual didefinisikan sebagai pengalaman yang mirip dengan pengalaman perseptual. Namun citra visual terjadi tanpa kehadiran stimulus sensori yang relevan. e. Ingatan Episodik Mekanisme ingatan episodik menjelaskan proses dimana emosi timbul pada pendengar karena musik mendatangkan ingatan pendengar 17 18 pada sebagian peristiwa dalam kehidupannya. Penelitian menunjukkan bahwa musik sering kali membangkitkan kenangan (Gabrielsson, 2001; Juslin dkk., 2006; Sloboda, 1992). Sehingga ketika ingatan akan peristiwa itu muncul, maka emosi yang berhubungan dengan peristiwa pun ikut muncul (Baumgartner, 1992). f. Harapan Akan Musik Mekanisme harapan akan musik menjelaskan proses ciri spesifik musik menyebabkan emosi. Ciri-ciri spesifik musik yang menyebabkan emosi adalah musik yang melanggar, tertunda, atau sesuai dengan harapan pendengar akan kelanjutan dari musik. Misalnya pendengar yang mempunyai harapan dari perubahan dari nada E – F# yang akan dilanjutkan ke G#. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pendengar akan terkejut. Sloboda (1989) menemukan bahwa anak-anak berusia lima tahun tidak dapat menolak kombinasi kunci yang salah. Berbeda dengan anak usia lima tahun, pada anak usia sembilan tahun, mereka menertawakan kejadian salah kunci pada suatu permainan musik. Penelitian ini merujuk kepada mekanisme refleks batang otak dengan pertimbangan bahwa mekanisme ini merupakan mekanisme yang bebas budaya sehingga dapat terjadi pada semua orang (Lipscomb dan Hodges, 1996 Plomp dan Levelt, 1965; Zentner dan Kagan, 1996). Selain itu, mekanisme ini mengandung unsur elemen musik yang dapat dimanipulasi (Berlyne, 1971; Burt dkk., 1995; Foss dkk., 1989.; Halpern dkk., 1986). 18 19 D. HIPOTESIS PENELITIAN Penelitian mengajukan hipotesis bahwa terdapat perbedaan volume musik untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dari musik. 19 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menyajikan delapan bagian, yakni jenis penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, analisis data, dan validitas dan reliabilitas. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen sejati (true experiment). Dalam penelitian ini variabel bebas dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat dengan variabel tergantung (Solso & MacLin, 2002; Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister, 2007). Penelitian eksperimen dipilih karena merupakan metode penelitian yang paling kuat dan dapat menggambarkan pengaruh antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan jelas karena memungkinkan untuk melaksanakan pengontrolan dengan tingkat yang relatif tinggi dalam sebuah situasi. Pengontrolan ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengatakan dengan yakin bahwa variabel bebas menyebabkan perubahan pada variabel tergantung (McGuigan, 1993; Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister, 2007). Menurut Latipun (2006), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling ideal. 20 21 B. IDENTIFIKASI VARIABEL 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah sesuatu yang divariasi nilainya dan mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya nilai variabel lain (Mustafa, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah emosi oleh musik. Penelitian meneliti emosi oleh musik bahagia dan sedih. 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung adalah suatu variabel yang variasi nilainya dipengaruhi oleh variasi variabel lain (Mustafa, 2009). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah volume. 3. Variabel Ekstranous Variabel ekstranous adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan sebagai variabel bebas, tetapi justru keberadaannya dikendalikan supaya pengaruh variabel bebas pada variabel tergantung merupakan pengaruh yang murni (Mustafa, 2009). Variabel ekstranous dalam penelitian ini adalah stimulus eksternal. C. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu: 1. Emosi Emosi dalam penelitian ini adalah emosi oleh musik bahagia dan sedih. Emosi oleh musik bahagia merupakan emosi yang muncul saat subjek diperdengarkan musik bahagia, yakni Semangat Baru yang 21 22 dinyanyikan oleh Ello, Ipank, Barry, dan Lala. Sedangkan emosi oleh musik sedih merupakan emosi yang muncul saat subjek diperdengarkan musik sedih, yakni Bunda yang dinyanyikan Melly Goeslaw. 2. Volume Volume merupakan keras lemahnya suara dalam satuan desibell yang diukur dengan alat Sound Level Meter. 3. Stimulus Eksternal Stimulus eksternal adalah kondisi yang berasal dari luar. Stimulus eksternal dalam penelitian ini adalah benda, orang, dan situasi saat eksperimen. Benda yang dipakai dalam penelitian yakni meja, kursi, mp3 player, dan headphone. Orang yang terlibat selama eksperimen yaitu subjek dan eksperimenter. Situasi meliputi waktu pelaksanaan, suhu ruangan, dan penerangan. D. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian adalah mahasiswa/i Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Mahasiswa dipilih karena mendengarkan musik merupakan strategi yang paling efektif bagi mahasiswa untuk memunculkan emosi tertentu (Lin, Wu, Kuo, dan Wang, 1997). Subjek berasal dari kampus dan fakultas yang sama dengan anggapan bahwa subjek dirasa memiliki angkatan yang sama dalam perkembangan lagu. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 16 mahasiswa yang diambil dengan cara purposive sampling dengan memilih mahasiswa yang tidak memiliki jadwal ujian 22 23 semester saat dilakukan penelitian. Tiap subjek mendapatkan empat kali perlakuan (lihat desain penelitian), sehingga akan diperoleh 64 data. Dengan jumlah data tersebut dapat dilakukan uji statistik. E. DESAIN PENELITIAN Penelitian memakai repeated measure design. Desain tersebut dipilih supaya perbedaan volume untuk musik emosi bahagia dan musik emosi sedih tampak. Subjek akan mendapatkan semua kemungkinan perlakuan yaitu musik emosi sedih dan musik emosi bahagia. Untuk mengatasi dampak latihan, maka peneliti memakai all possible orders. Kemungkinan urutan perlakuan yakni: 1. A – B 2. B – A Keterangan: A : Musik emosi bahagia B : Musik emosi sedih Setelah memakai all possible orders, kemudian dilakukan counterbalancing agar eksperimen semakin akurat. Terdapat dua urutan perlakuan sebagai berikut: 1. A – B – B – A 2. B – A – A – B Keterangan: A : Musik emosi bahagia 23 24 B : Musik emosi sedih Jarak waktu pemberian musik adalah satu menit. Penentuan jarak waktu tersebut didasarkan atas konsep yang dikemukakan oleh Frijda (1993) bahwa emosi pada umumnya memiliki durasi yang pendek dan berhubungan dengan stimulus tertentu. F. PROSEDUR PENELITIAN Penelitian diawali dengan survey mengenai lagu yang dapat membangkitkan emosi (bahagia dan sedih). Survey dilakukan terhadap 97 mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan menyebar angket. Mahasiswa diminta untuk menyebutkan 2 lagu yang dapat membangkitkan emosi bahagia dan dua lagu yang dapat membangkitkan emosi sedih. Dari survey tersebut ditemukan dua lagu yang paling dapat membangkitkan emosi bahagia dan sedih bagi para mahasiswa. Dua lagu tersebut adalah Semangat Baru yang dinyanyikan oleh Ello, Ipank, Barry, dan Lala untuk emosi bahagia dan lagu berjudul Bunda yang dinyanyikan Melly Goeslaw untuk emosi sedih. Penelitian dilakukan selama dua hari berturut-turut dengan menyesuaikan pada jadwal masing-masing subjek. Dalam eksperimen, setiap subjek mendapatkan semua perlakuan. Eksperimen dilakukan di dalam laboratorium sehingga meminimalkan adanya stimulus eskternal. Selain itu, eksperimen dilaksanakan pada saat Ujian Akhir Semester, sehingga tidak 24 25 terdapat banyak aktivitas di sekitar laboratorium yang dapat mengganggu jalannya eksperimen. Pengontrolan terhadap variabel lain tersebut membuat penelitian dapat melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung tanpa adanya pengaruh variabel lain. (Mustafa, 2009). Langkah-langkah di setiap percobaan adalah sebagai berikut: 1. Subjek diminta masuk ke dalam ruang eksperimen. 2. Subjek mengisi inform concent. 3. Subjek diminta mengambil undian untuk menentukan urutan perlakuan yang akan didapat. Hal ini dimaksudkan untuk randomisasi. 4. Subjek diminta duduk di tempat yang telah disediakan. 5. Eksperimenter menjelaskan prosedur eksperimen (briefing). 6. Jika subjek merasa jelas, maka eksperimen dimulai. 7. Subjek mendengarkan musik yang mencerminkan salah satu emosi. 8. Subjek mengangkat tangan ketika mengalami emosi paling bahagia/sedih (self report). Lalu eksperimenter mencatat volume yang dipilih subjek. 9. Selanjutnya, subjek kembali diperdengarkan musik dan diberikan prosedur yang sama seperti penyajian pertama. 10. Setelah subjek mendapatkan empat perlakuan, maka eksperimenter memberikan penjelasan mengenai eksperimen yang telah dilakukan (debriefing). 25 26 G. ANALISIS DATA 1. Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal. Sehingga analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t, korelasi, maupun regresi dapat dilaksanakan (Usman dan Akbar, 2008). Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. 2. Uji Hipotesis Data yang didapat dari eksperimen akan dianalisis menggunakan paired sample t test. Paired sample t test dipakai dengan tujuan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok penelitian. Mean yang dimaksud yakni mean dari volume pada musik emosi bahagia dan volume pada musik emosi sedih. H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas Internal Penelitian eksperimen memiliki validitas internal jika memenuhi tiga hubungan kausal, yakni kondisi kovariasi, hubungan yang mengikuti urutan waktu (time-order relation), dan pengeliminasian penyebabpenyebab alternatif yang masuk akal (Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister, 2007). Kondisi kovariasi terpenuhi bila dapat diamati hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dalam suatu eksperimen. Dari hasil 26 27 penelitian ditemukan bahwa volume musik emosi bahagia lebih tinggi daripada volume musik emosi sedih. Hubungan yang mengikuti urutan waktu terlaksana dengan memanipulasi variabel bebas yang diikuti dengan perbedaan perilaku. Peneliti memanipulasi variabel bebas (emosi oleh musik bahagia dan sedih) lalu mengukur volume yang dipilih subjek pada masing-masing emosi. Eliminasi penyebab-penyebab alternatif yang masuk akal (benda, orang, dan situasi) dilakukan dengan pengontrolan, sehingga kondisi saat eksperimen tetap. Kontrol terhadap ketiga variabel tersebut dilakukan dengan cara melakukan eksperimen di dalam laboratorium. Dalam laboratorium diminimalkan kehadiran benda sehingga hanya terdapat benda-benda yang dibutuhkan dalam eksperimen. Benda-benda yang diperlukan untuk eksperimen adalah kursi, meja, dan peralatan eksperimen. Peralatan eksperimen adalah mp3 player dan headphone. Posisi benda-benda tersebut tidak diubah selama eksperimen sehingga setiap subjek mendapatkan hal yang serupa. Untuk variabel orang, dalam laboratorium hanya terdapat eksperimenter dan seorang testee saja. Terkait variabel situasi, tempat eksperimen adalah di Ruang Observasi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan untuk menyamakan situasi tempat penelitian yang meliputi suhu dan penerangan. Untuk 27 28 mengendalikan waktu penelitian, eksperimen diselenggarakan dalam dua hari berturut-turut dan dijadwalkan tidak terlalu pagi dan tidak terlalu sore. 2. Validitas Eksternal Validitas eksternal mengacu pada seberapa jauh temuan-temuan dari sebuah eksperimen dapat digeneralisasikan kepada berbagai individu, setting, dan kondisi lain di luar cakupan eksperimen (Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister, 2007). Validitas eksternal yang digunakan pada penelitian eksperimen ini yakni replikasi konseptual. Penggeneralisasian pada replikasi konseptual yakni pada hubungan konseptual antar variabel-variabel penelitian, bukan kondisi, manipulasi, setting, atau sampel-sampelnya (Banaji dan Crowder, 1989; Mook, 1983). Berdasarkan konsep yang telah dijabarkan pada Bab II, mekanisme psikologis (di mana musik dapat membangkitkan emosi) yang dipilih adalah refleks batang otak. Mekanisme reflek batang otak merupakan mekanisme yang bebas budaya sehingga manipulasi dalam eksperimen ini dapat digeneralisasikan (Lipscomb dan Hodges, 1996; Plomp dan Levelt, 1965; Zentner dan Kagan, 1996). Secara konseptual hasil penelitian dapat digeneralisasikan sejauh menyangkut variabel-variabel penelitian dengan tetap memperhatikan bahwa kondisi laboratorium berbeda dari kondisi di luar laboratorium. 3. Validitas Alat Eksperimen Alat eksperimen dalam penelitian ini adalah musik dan alat pemutar musik, yaitu mp3 player dan headphone. Musik terdiri dari 28 29 musik bahagia dan sedih yang dipilih berdasarkan survey peneliti terhadap 97 mahasiswa/i Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Survey tersebut menghasilkan dua lagu yang paling banyak dipilih masing-masing untuk memunculkan emosi bahagia dan sedih. Dua lagu tersebut adalah Semangat Baru yang dinyanyikan oleh Ello, Ipank, Barry, dan Lala untuk emosi bahagia dan Bunda yang dinyanyikan oleh Melly Goeslaw untuk emosi sedih. Alat pemutar musik yang digunakan adalah mp3 player dengan merk Advance dan headphone keluaran Fancong seri FC-516MV. Kedua alat tersebut valid karena merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mendengarkan musik. 4. Reliabilitas Alat Eksperimen Terkait musik, peneliti melakukan penelitian awal setelah mendapatkan dua jenis lagu untuk melihat reliabilitasnya. Peneliti meminta 15 mahasiswa untuk mendengarkan kedua lagu tersebut di laboratorium. Dari penelitian awal diketahui bahwa menurut 14 mahasiswa, lagu Semangat Baru dapat membangkitkan emosi bahagia. Pada lagu Bunda, 13 mahasiswa mengatakan bahwa lagu tersebut membangkitkan emosi sedih. Alat pemutar musik (mp3 player dan headphone) memiliki konsistensi dalam menyajikan lagu karena dapat memperdengarkan lagu dengan kualitas suara yang sama kepada semua subjek. 29 30 5. Validitas Alat Ukur Alat ukur dikatakan valid bila digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008). Alat ukur yang dipakai untuk mengukur keras lemahnya suara adalah Digital Sound Level Meter SL-4001 yang diproduksi oleh Lutron pada tahun 2009. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keras lemahnya bunyi dengan satuan desibell (dB). Sehingga dapat dikatakan kalau alat yang dipakai dalam eksperimen ini valid dalam mengukur variabel tergantung yakni dinamik. 6. Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas adalah kepercayaan, keandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi (Azwar, 2001). Reliabilitas alat ukur alat volume sangat dapat diandalkan. Alat ini memiliki kondensor mikropon yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam menangkap suara dan memiliki kestabilan untuk waktu yang panjang. 30 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan ini menyajikan empat bagian, yakni persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. A. PERSIAPAN PENELITIAN 1. Persiapan Materi Penelitian Peneliti memakai dua jenis musik yakni musik emosi bahagia dan musik emosi sedih. Untuk mendapatkan kedua musik tersebut, peneliti melakukan survey (sebagaimana diterangkan pada bagian validitas alat eksperimen). Untuk menguji apakah kedua buah lagu tersebut memang membangkitkan emosi bahagia dan sedih, peneliti melakukan penelitian awal terhadap 15 mahasiswa (sebagaimana diterangkan pada bagian reliabilitas alat eksperimen). 2. Persiapan Alat Penelitian Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah mp3 player dan headphone. Untuk menguji kualitas kedua alat ini, peneliti memakainya pada penelitian awal yang dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2010. Menurut beberapa subjek, mereka sudah merasa nyaman dengan alat-alat yang dipakai sehingga diharapkan eksperimen akan berlangsung dengan lancar. 31 32 B. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dalam dua hari, yakni pada tanggal 20 dan 21 Mei 2010 di Ruang Observasi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta mulai pukul 09.00 – 14.00. Karena eksperimen bersifat individual, maka jadwal disesuaikan dengan kegiatan masing-masing subjek. Penelitian hari pertama diikuti oleh 10 subjek, sedangkan pada hari kedua diikuti oleh 6 subjek. Pada saat subjek mendengarkan musik, diandaikan semua subjek mengalami emosi yang sama yakni bahagia atau sedih sesuai musik yang diperdengarkan. Hal tersebut dikarenakan musik yang dipakai pada eksperimen telah valid dan reliabel (sebagaimana diterangkan pada bagian validitas dan reliabilitas alat eksperimen). Pelaksanaan penelitian pada hari pertama berjalan cukup lancar dan tidak terdapat kendala yang berarti. Pada hari kedua muncul sedikit gangguan. Hal ini dikarenakan terdapat kegiatan lain di samping ruang yang dipakai untuk penelitian. Sebelum kegiatan itu dimulai, para peserta kegiatan berada di luar ruang penelitian dan menimbulkan suara yang cukup gaduh walaupun telah terdapat tulisan agar tenang. Selain itu, terdapat peserta yang memutar musik yang dapat didengar oleh eksperimenter. Suara musik yang terdengar oleh eksperimenter tampaknya tidak mengganggu subjek penelitian dalam mendengarkan lagu. Subjek memakai headphone yang menutupi seluruh bagian telinga, sehingga suara yang didengarkan subjek benar-benar dari mp3 player saja. 32 33 Setelah penelitian berakhir, maka peneliti mendapatkan volume yang dipilih oleh subjek-subjek penelitian yang dapat membangkitkan emosi bahagia dan sedih seperti pada tabel berikut ini. Volume tersebut masih bukan dalam satuan desibell (dB), karena hanya mengacu pada dinamik dari mp3 player. Langkah yang selanjutnya dilakukan peneliti adalah mengubah volume tersebut ke dalam satuan desibell (dB) dengan bantuan alat Digital Sound Level Meter SL-4001 yang diproduksi oleh Lutron. Dari proses tersebut, diperoleh data volume dalam satuan desibell (dB). C. HASIL PENELITIAN 1. Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal, sehingga analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t, korelasi, maupun regresi dapat dilaksanakan (Usman dan Akbar, 2008). Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows versi 15.0 dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Tabel 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Bahagia N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 33 Volume 32 86,3687 9,71694 0,189 0,124 -0,189 1,067 0,205 34 Nilai Sig (0,205) > α (0,05), maka data pada kelompok bahagia sesuai dengan model distribusi normal. Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Sedih N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Volume 32 83,5187 6,00540 ,329 ,171 -,329 1,862 ,002 Nilai Sig (0,002) < α (0,05), maka data pada kelompok sedih tidak sesuai dengan model distribusi normal. Pada kedua kelompok diperoleh hasil yang berbeda, pada kelompok bahagia memiliki distribusi normal sedangkan pada kelompok sedih tidak memiliki distribusi normal. Data tersebut tidak bisa diuji dengan uji parametrik yaitu paired sample t test karena salah data pada kelompok musik emosi sedih tidak berdistribusi normal. Maka uji hipotesis yang akan dilakukan adalah dengan uji non-parametrik, yakni uji Willcoxon. Ketidaknormalan data pada kelompok sedih dapat dikarenakan sedikitnya subjek eksperimen, yakni 16 subjek. Distribusi data yang normal dapat dicapai dengan menambah subjek sehingga diperoleh lebih banyak data. Namun dalam penelitian ini, masing-masing subjek telah 34 35 diberikan manipulasi sebanyak 2 kali dan menghasilkan 32 data tiap kelompok. 2. Uji Hipotesis Karena data yang ada ternyata tidak memiliki varians yang sama, maka uji hipotesis dilakukan dengan uji non parametrik yaitu dengan uji Willcoxon. Uji Willcoxon dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows. Tabel 3 Uji Willcoxon Sedih - Bahagia -1,814a ,070 Z Asymp. Sig. (2-tailed) Nilai Sig (0,070) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi tidak ada perbedaan volume yang signifikan pada kedua jenis musik untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan volume musik untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dari musik, tidak diterima. D. PEMBAHASAN Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dengan musik, volume musik bahagia tidak berbeda secara signifikan dari musik sedih. Untuk membangkitkan emosi paling bahagia 35 36 diperlukan volume rata-rata 86,37 dB, sedangkan untuk membangkitkan emosi paling sedih dibutuhkan volume rata-rata 83,59 dB. Volume rata-rata yang ditemukan dalam penelitian membuktikan hasil penelitian sebelumnya, yakni volume pada musik emosi bahagia lebih tinggi daripada volume musik sedih (Huang, dkk., 2008; Livingstone, dkk., 2007). Namun perbedaan yang ditemukan dalam penelitian ini tidak signifikan. Hipotesis penelitian dengan demikian tidak diterima. Perbedaan yang tidak signifikan tersebut dapat dijelaskan dengan dua faktor yang saling berkaitan. 1. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari luar subjek. Dalam hal ini faktor eksternal adalah produsen media suara. Secara historis, di gedung bioskop pada tahun 1950an diperdengarkan suara dengan volume 70-75 dB. Namun, untuk saat ini suara yang kita dengar di gedung bioskop rata-rata adalah 85 dB. Sebagai contoh film The Lord of The Ring diperdengarkan dengan volume yang mencapai 95 dB dan film Harry Potter yang mencapai 93 dB (McGrath, 2006). Seiring dengannya volume suara radio mobil pada tahun 1960an hanya mencapai 80 dB. Namun saat ini, radio-radio mobil mencapai volume maksimal sebesar 102 dB (McGrath, 2006). Dengan demikian, orang sekarang tidak peka dengan volume lemah karena terbiasa dengan volume keras yang disajikan produsen media suara. Dugaan ini akan dijelaskan dengan pemaparan faktor internal. 36 37 2. Faktor Internal Fakta lain yang ditemukan dalam proses penelitian dan termasuk dalam faktor internal adalah keinginan tiga orang subjek untuk meningkatkan volume suara melebihi ketentuan penelitian sebesar 97,6 dB. Hal ini menunjukkan fakta bahwa orang zaman sekarang sudah terbiasa mendengar suara yang lebih keras dibanding orang-orang di tahun 1950-1960an yang mendengarkan suara dengan ketinggian volume maksimum sebesar 80 dB. Dari dua faktor di atas dapat diketahui bahwa manusia telah “dipaksa” mendengar suara dengan taraf desibell yang tinggi. Hal ini membuat manusia menjadi tidak peka lagi dengan suara-suara yang lemah. Dengan kata lain, ambang pendengaran manusia menjadi lebih tinggi. Tingginya ambang pendengaran manusia menyebabkan tidak ditemukannya dalam penelitian ini perbedaan volume yang signifikan di antara musik emosi bahagia dan musik emosi sedih. Kenyataan efek samping negatif pada pendengaran karena suara keras yang disajikan produsen media suara telah diperingatkan oleh negara-negara Uni Eropa. Mereka mengeluarkan peraturan pada tahun 2009 bagi para produsen media suara bahwa batas volume maksimal mp3 player adalah 85 dB (Kuneva, 2009). Penelitian ini memang tidak menemukan perbedaan volume mendengarkan musik emosi bahagia dan musik emosi sedih yang signifikan, 37 38 namun penelitian dengan mempergunakan standar satuan suara (desibell) telah membuat satu langkah lebih maju daripada penelitian sebelumnya yang hanya menyertakan ukuran suara keras dan lemah (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997). 38 39 BAB V PENUTUP Bab penutup menyajikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. A. KESIMPULAN Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dengan musik, volume musik bahagia tidak berbeda secara signifikan dari volume musik sedih. Dengan demikian, hipotesis penelitian tidak diterima. Perbedaan yang tidak signifikan ini diduga disebabkan oleh ambang pendengaran manusia yang makin tinggi. Hasil penelitian juga memperlihatkan sebagian besar subjek mendengarkan musik dengan volume keras yang melanggar peringatan The Occupational Safety and Health Administration (OSHA). B. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian tidak didahului dengan survey di antara calon subjek mengenai keras lemahnya volume musik bahagia dan sedih. 2. Kemunculan emosi hanya dilihat dari self report. Ini berarti penelitian hanya mengandalkan subjektivitas subjek. Penginderaan kemunculan emosi tidak disertai dengan cara lain, seperti detak jantung, tekanan darah, dan ekspresi wajah. 39 40 3. Alat ukur volume tidak cukup peka, karena hanya mengukur sampai satu angka dibelakang koma atau 1/10 dB. Alat ukur tidak mencapai 1/100 dB atau bahkan 1/1000 dB. C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Penelitian berikutnya hendaknya menentukan terlebih dahulu baseline volume subjek. 2. Peneliti berikutnya hendaknya memakai cara lain yang lebih objektif untuk melihat kemunculan emosi, seperti detak jantung, tekanan darah, dan ekspresi wajah. 3. Peneliti berikutnya hendaknya menggunakan alat ukur volume yang lebih peka dari 1/10 dB. 40 41 DAFTAR PUSTAKA Averill, J. R. (1980). A constructivist view of emotion. In R. Plutchik and H. Kellerman (eds.), Emotion: Theory, research and experience: Vol. I. Theories of emotion, 305-339. New York, NY: Academic Press. Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas (eds. 3). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Banaji, M. R., & Crowder, R. G. (1980). The bankrupty of everyday memory. American Psychologist, 44, 1185-1193. Baumgartner, H. (1992). Remembrance of things past: Music, autobiographical memory, and emotion. Advances in Consumer Research, 19, 613-620. Behne, K. E. (1997) The development of “Musikerleben” in adolescence: How and why young people listen to music. In: Perception and cognition of music, ed. I. Delie´ge & J. A. Sloboda, 143–59. Psychology Press Berlyne, D. E. (1971). Aesthetics and psychobiology. New York: Appleton Century Crofts. Berkowitz, L. 2000. Causes and Consequences of Feelings. Cambridge: Cambridge University Press. Bernstein, M., & Picker, M. (1972). An Introduction to Music (4th. Ed., p. 1). New Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs. Burt, J. L., Bartolome, D. S., Burdette, D. W., & Comstock, J. R. (1995). A psychophysiological evaluation of the perceived urgency of auditory warning signals. Ergonomics, 38, 2327-2340. Crow, L. D., & Crow, A. (1958). Child psychology. New York: Barnes & Noble, Inc. Cunningham, J. G., & Sterling, R. S. (1988). Developmental changes in the understanding of affective meaning in music. Motivation and Emotions, 12, 399-413. Depertemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Djohan. (2003). Psikologi musik. Yogyakarta: Buku Baik. 41 42 Ekman, P. (1992). An argument for basic emotions. Cognition and Emotion, 6, 169-200. Fellous, Jean-Mark. (2007). Model of emotion. Scholarpedia, 2(11): 1453. Foss, J. A., Ison, J. R., Torre, J. P., & Wansack, S. (1989). The acoustic startle response and disruption of aiming: I. Effect of stimulus repetition, intensity, and intensity changes. Human Factors, 31, 307-318. Frijda, N. H. (1993). Moods, emotion episodes, and emotions. In M. Lewis & I. M. Haviland (Eds.), Handbook of emotions. New York: Guilford Press. Frijda, N., Markam, S., Sato, K., & Wiers, R. (1995). Emotions and emotion words. In J.A. Russel, Fernández-Dols, J.-M., Manstead, A.S.R., & Wellenkamp, J.C. (Eds.) Everyday conceptions of emotion. Dordrecht: Kluwer. Fritz , Thomas., Jentschke ,Sebastian., Gosselin, Nathalie., Sammler, Daniela., Peretz, Isabelle., Turner, Robert., Friederici, Angela D., & Koelsch, Stefan. (2009). Universal recognition of three basic emotions in music. Current Biology 19, 1–4, April 14. Gabrielsson, A. (2001). Emotions in strong experiences with music. In P. N. Juslin & J. A. Sloboda (Eds.), Music and emotion: Theory and research (pp. 431-449). New York: Oxford University Press. Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. (2002). Primal leadership: Realizing the power of emotional intelligence. Boston: Harvard Business School Press. Halpern, D., Blake, R., & Hillenbrand, J. (1986). Psychoacoustics of a chilling sound. Perception and Psychophysics, 39, 77-80. Hevner, K. (1937). The affevtive value of of pitch and tempo in music. American Journal of Psychology. 49, 621-630. Huang, Ching-Fang., Wu, Shun-Wen., Lin, Sieh-Hwa., Lin, Sheau-Yuh. Investigation of the factors influencing music listening emotions and music liking for Taiwan undergraduate students. Diakses dari http://www.ntnu.edu.tw/acad/docmeet/97/a9/a901-1.pdf pada tanggal 16 Maret 2010. Huron, D. (2003). Is music an evolutionary adaptation? In I. Peretz & R. Zatorre (Eds.), The cognitive neuroscience of music. Oxford: Oxford University Press. 42 43 Juslin, P. N., & Laukka, P. (2004). Expression, perception, and induction of musical emotions: A review and a questionnaire study of everyday listening. Journal of New Music Research, 33, 217-238. Juslin, P. N., Laukka, P., Liljeström, S., Västfjäll, D., & Lundqvist, L.-O. (2006). A survey study of emotional reactions to music in everyday life. Manuscript submitted for publication. Juslin, P. N., & Västfjäll, Daniel. (2008). Emotional responses to music: the need to Consider underlying mechanisms. Behavioral and Brain Sciences (2008), 31:559-575. Cambridge: Cambridge University Press. Juslin, P. N., & Sloboda, J. A. (Eds.). (2001). Music and emotion: Theory and research. New York: Oxford University Press. Kamenetsky, S. B., Hill, D. S., & Trehub, S. E. (1997). Effect of tempo and dynamics on the perception of emotion in music. Psychology of Music, 25(2), 149-160. Katsopoulou, A., & Hallam, S. (2006). Age differences in listening to music while studying. Bologna: 9th International Conference on Music Perception and Cognition. Khalfa, S., Bella, D. S., Roy, M., Peretz, I., & Lupien, S. J. (2003). Effects of relaxing music on salivary cortisol level after psychological stress. Annuals of the New York Academy of Science, 999, 374-376. Koelsch, S. (2005). Investigating emotion with music: Neuroscientific approaches. Annuals of the New York Academy of Sciences, 1060, 412418. Konecni, V. J. (2003). Review of P. N. Juslin and J. A. Sloboda (Eds.), ‘Music and Emotion: Theory and Research.’ Music Perception, 20, 332-341. Krumhansl, C. L. (1995). Music psychology and music theory: problems and prospects. Music Theory Spectrum, 17, 53-80. Krumhansl, C. L. (2002). Music: a link between cognition and emotion. Current Directions in Psychological Science, Vol. 11, No. 2. Lee, Yu-Juan,Wu, Jing-Jyi, Kuo, Jiun-Shyan, &Wang,Wen-Chung (1997).Selfregulation of mood: Strategies for changing a bad mood and their correlates. The National Chengchi University Journal, 75, 173-206. Lewis, L.M., Dember, W. N., Scheff, B. K. and Radenhausen, R. A. (1995) Can experimentally induced mood affect optimism and pessimism 43 44 scores? Current Psychology.: Social., 14, 29-41. Development, Learning, Personality, Livingstone, S. R., Mühlberger, R., Brown, A. R., & Loch, A. (2007). Controlling musical emotionality: An affective computational architecture for influencing musical emotions. Digital Creativity, 18(1), 43-53. Lord, R. G., Klimoski, Richard J., & Kanfer, R. (2002). Emotions in the Workplace Understanding the Structure and Role of Emotions in Organizational Behavior. San Fransisco: Jossey-Bass. McGrath, T. (2006). Is Your Life Too Loud? Men’s Health, Vol. 12, No. 2, 206 Mook, D. G. (1983). In defence of external validity. American Psychologist,38, 379-387. Morgado, L., & Gaspar, G. (2008). Towards Background Emotion Modeling for Embodied Virtual Agents. Lisboa: International Foundation for Autonomous Agents and Multiagent Systems. Mustafa, Z. E. Q. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Natalia, J. (2000). Pengaruh musik gamelan terhadap emosi bayi baru lahir. Jurnal Anima, Vol. 15, No. 2, 149-165. Oatley, K., & Johnson-Laird, P. N. (1987). Towards a cognitive theory of emotion. Cognitive and Emotion, 1, 29-50. Panksepp, J. (2005). Affective consciousness: core emotional feelings in animals and humans. Consciousness and Cognition. 14, 30-80. Peretz, I. (2001) Listen to the brain: The biological perspective on musical emotions. In, J.A. Sloboda & P. Juslin (Eds.), Music and Emotion: Theory and Research. Oxford: Oxford University Press Pinker, S. (1997). How the mind works. New York: Norton. Plutchik, R. (1980). Emotion: A Psychoevolutionary Synthesis. New York: Harper & Row. Ritzer, G. (2007). The Blackwell Encyclopedia of Sociology. Oxford: Blackwell. Seluler, R., & Balke, R. (1990). Perception (Second ed.). Singapore: Mc’Graw Hill Book Co. 44 45 Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2008). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks. Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zechmeister, J. S. (2007). Metodologi Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sloboda, J. A. (1989). Music as a language. In F. Wilson & F. Roehmann (Eds.), Music and child development. St. Louis, Missouri: MMB Music. Sloboda, J. A. (1992). Empirical studies of emotional response to music. In M. Riess-Jones & S. Holleran (Eds.), Cognitive bases of musical communication. Washington, DC: American Psychological Association. Sloboda, J. A. & O’Neill, S. A. (2001) Emotions in everyday listening to music. In: Music and emotion: Theory and research, ed. P. N. Juslin & J. A. Sloboda, pp. 415–29. Oxford: Oxford University Press. Solso, R. L., & MacLin, M. K. (2002). Experimental Psychology: A Case Approach(5th Ed.). Boston: Allyn & Bacon. Sugiyono. (2008). Statisika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tagg, P. (2002). A Short Prehistory of Popular Music. Liverpool: University of Liverpool. Usman, H., & Akbar, P. S. (2008). Pengantar Statistika (eds. 2). Jakarta: Bumi Aksara. Utomo, N., & Natalia, J. (1999). Pengaruh pemberian musik klasik terhadap perilaku emosional anak usia 5-6 tahun. Jurnal Anima, Vol. 14, 56, 395403. Webster, Gregory D., Weir, Catherine G. (2005). Emotional responses to music: interactive effects of mode, texture, and tempo. Motivation and Emotion, Vol. 29, No 1. Weiten, W., Lloyd, M., Dunn, D., & Hammer, E. (2009). Psychology Applied to Modern Life: Adjustment in the 21st Century, 9th Edition. Stamford: Cengage Learning. Weiner, B., & Graham, S. (1984). An attributional approach to emotional development. In C. E. Izard, J. Kagan, & R. B. Zajonc (Eds.), Emotions, cognition, and behavior (pp. 167-191). New York: Cambridge University Press. 45 46 Young, G. (2002). Effects of Music on Task Performance. Diakses dari http://jclauson.com/msqa/term_papers/effects_of_music_on_task_perform ance.pdf pada tanggal 1 Februari 2010. Zillman, D. & Gan, S.L. (1997) Musical taste in adolescence. In: The social psychology of music, ed. D. J. Hargreaves & A. C. North. Oxford University Press 46 47 LAMPIRAN 47 47 Prosedur Penelitian 1. Subjek diminta masuk ke dalam ruang eksperimen. 2. Subjek mengisi inform concent. 3. Subjek diminta mengambil undian untuk menentukan urutan perlakuan yang akan didapat. 4. Subjek diminta duduk di tempat yang telah disediakan. 5. Eksperimenter menjelaskan prosedur eksperimen. (Terima kasih atas kehadiran dan kesediaan saudara menjadi subjek penelitian pada hari ini. Saat ini, anda diminta untuk mendengarkan dua buah lagu melalui headphone yang telah tersedia. Masing-masing lagu akan diperdengarkan dua kali. Kedua lagu tersebut mencerminkan emosi yang berbeda, yakni emosi gembira dan emosi sedih. Tugas anda adalah menentukan volume yang sesuai untuk mendengarkan tiap lagu agar emosi dapat muncul (emosi gembira atau sedih, tergantung lagu yang diputar). Setelah mendapatkan volume yang sesuai, dengarkanlah lagu itu kira-kira 20 detik lagi agar anda merasa yakin. Setelah merasa yakin, segeralah angkat tangan agar saya menghampiri anda dan mencatat volume yang anda pilih. Apakah ada pertanyaan?) 6. Jika subjek merasa jelas, maka eksperimen dimulai. (Lagu pertama merupakan lagu yang mencerminkan emosi bahagia/sedih. Carilah volume yang paling dapat memunculkan emosi bahagia/sedih. Setelah merasa yakin, segeralah angkat tangan anda.) 7. Subjek mendengarkan musik yang mencerminkan salah satu emosi. 47 48 8. Subjek mengangkat tangan tangan ketika mengalami emosi paling bahagia/sedih (self report). Lalu eksperimenter mencatat volume yang dipilih subjek. 9. Selanjutnya, subjek kembali diperdengarkan musik dan diberikan prosedur yang sama seperti penyajian pertama. 10. Setelah subjek mendapatkan empat perlakuan, maka eksperimenter memberikan penjelasan mengenai eksperimen yang telah dilakukan. (Terima kasih atas kesediannya mengikuti eksperimen. Eksperimen tadi ingin melihat bagaimana perbedaan volume mendengarkan musik untuk membangkitkan emosi bahagia dan emosi sedih.) 48 49 Data Volume pada Musik Bahagia dan Musik Sedih Jenis Musik musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia Dinamik 29 27 30 31 26 23 22 31 25 29 27 31 31 25 20 25 31 25 28 30 25 31 30 28 31 29 30 25 31 29 31 31 Jenis Musik musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih 49 Dinamik 27 21 25 21 22 14 18 23 22 26 21 25 25 20 15 18 25 21 30 28 27 29 28 30 31 22 29 22 28 27 25 31 50 Data Volume pada Musik Emosi Bahagia dan Musik Emosi Sedih dalam Satuan Desibell Jenis Musik musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia musik emosi bahagia Dinamik (dB) 87,9 81,7 88,5 97,6 80,7 71,4 68,3 97,6 77,6 87,9 81,7 97,6 97,6 77,6 63 77,6 97,6 77,6 84,9 88,5 77,6 97,6 88,5 84,9 97,6 87,9 88,5 77,6 97,6 87,9 97,6 97,6 50 Jenis Musik musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih musik emosi sedih Dinamik (dB) 85 83,3 84,8 83,3 83,6 66 71,4 84 83,6 84,9 83,3 84,8 84,8 79,3 70,7 71,4 84,8 83,3 90,2 85,7 85 87,2 85,7 90,2 93,2 83,6 87,2 83,6 85,7 85 84,8 93,2 51 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Bahagia N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 51 Volume 32 86,3687 9,71694 0,189 0,124 -0,189 1,067 0,205 52 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Sedih N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 52 Volume 32 83,5187 6,00540 ,329 ,171 -,329 1,862 ,002 53 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N VAR00002 - VAR00001 20a 12b 0c 32 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total Mean Rank 18,25 13,58 a. VAR00002 < VAR00001 b. VAR00002 > VAR00001 c. VAR00002 = VAR00001 Test Statisticsb Z Asymp. Sig. (2-tailed) VAR00002 VAR00001 -1,889a ,059 a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test 53 Sum of Ranks 365,00 163,00 54 54