Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA UKM CAULA DI SIDOARJO Nurul Islaili [email protected] Dini Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This main aims of this study is to evaluation the calculation cost of production price in determine the selling price at this UKM CAULA. Qualitative approach is carried out in this research by using case study method. Calculation of cost production according to the company is less thorough, a higher result is obtained. So, it influences selling price which becomes high as well. After the staple price is reanalyzed and recalculated by the researcher based on the correct and thorough method, a price which is lower than the price which has been determined by the company is found. Therefore, the company can survive in global market competition and gain maximum profit. It can be concluded from the research result that according to the calculation of production’s staple cost of the company which has been conducted by the researcher a result which is lower than the company calculation is gained. Therefore, the company can suppress the selling price which previously has been determined by the company. So, this can be very profitable for the company, since the company obtains the maximum profit and the company is able to compete in the global market. Keywords: Production Cost, Cost of Production Price, Selling Price. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perhitungan harga pokok produksi dalam menentukan harga jual pada UKM CAULA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan yang kurang teliti, maka didapatkan hasil yang lebih tinggi. Sehingga berpengaruh pada harga jual yang tinggi juga setelah peneliti menganalisis dan menghitung kembali harga pokok produksi berdasarkan metode yang tepat dan teliti, maka didapatkan hasil yang lebih rendah dari hitungan perkiraan perusahaan. Hal ini berpengaruh pada harga jual perusahaan yang lebih rendah dari harga jual yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dapat bertahan dalam persaingan pasar global dan memperoleh keuntungan yang maksimal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa menurut perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil yang lebih rendah dari perhitungan perusahaan, maka perusahaan dapat menekan harga jual yang sebelumnya telah ditetapkan. Sehingga hal ini sangat menguntungkan perusahaan, karena perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal dan perusahaan juga dapat bersaing dalam pasar global. Kata Kunci : Biaya Produksi, Harga Pokok Produksi, Harga Jual PENDAHULUAN Salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kemampuan untuk memberi respon terhadap berbagai kebutuhan konsumen. Dengan demikian, dinamika perekonomian global yang maju dengan pesat, kompleks, dan penuh inovasi, teknologi tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 2 dapat mengelola usahanya dengan efektif dan efisien serta membutuhkan tersedianya sistem informasi yang sistematik sehingga kelangsungan hidup usaha dapat terus berlanjut. Harga pokok masih merupakan faktor yang penting dalam pertimbangan untuk menetapkan harga jual yang nantinya diharapkan untuk memperoleh laba. Dengan menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan, perusahaan dalam menentukan harga jual dari suatu pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Laba yang diperoleh perusahaan dapat optimal karena harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan permulaan dari suatu kegiatan usaha dalam mencapai kesuksesan dalam berkarier, UKM CAULA merupakan suatu tempat yang dapat membantu memenuhi kebutuhan sandang konsumen yang terus meningkat serta dapat mengikuti mode terbaru yang sesuai dengan selera konsumen yang berbeda. Berbeda dengan perusahaan Go Public yang telah memakai pembebanan biaya yang modern. Pada dasarnya perusahaan Go Public telah menerapkan sitem teknologi yang canggih, sehingga penerapan metode Activity Based Costing (ABC) sangat sesuai pada perusahaan Go Public. Sedangkan pada UKM penerapan metode ABC kurang sesuai, hal ini di karenakan bahwa penerapan system ABC sangat mahal serta membutuhkan tekhnologi yang canggih. UKM CAULA merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang menghasilkan keanekaragaman produk. Keanekaragaman tersebut dapat mengakibatkan pembebanan biaya yang lebih rumit serta banyaknya aktivitas yang terjadi pada perusahaan, sehingga menuntut pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis menetapkan suatu rumusan masalah yaitu: “Bagaimana perhitungan harga pokok produksi untuk menentukan harga jual pada UKM CAULA”. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan perhitungan harga pokok produksi yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan harga jual pada UKM CAULA. TINJAUAN TEORETIS Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Supriyono (2002:11) Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi sangat mempengaruhi harga jual suatu produk pada perusahaan serta dapat memberikan suatu informasi dari pengolahan bahan baku dengan pengorbanan sumber ekonomi untuk kemudian diolah menjadi produk jadi. Unsur Biaya dalam Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2003:144) unsur biaya dalam harga pokok produksi adalah: a. Biaya bahan baku langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku yang dipergunakan dalam proses untuk memproduksi suatu produk sebagai obyek biayanya. b. Biaya upah langsung merupakan biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang ikut secara langsung dalam proses pengerjaan suatu produk atau biaya tenaga kerja Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 3 yang secara langsung dapat diidentifikasi kepada suatu produk sebagai obyek biayanya. c. Biaya produksi tidak langsung (biaya overhead), yaitu komponen biaya produksi yang tidak memiliki hubungan langsung dengan suatu produk tertentu dengan dan tidak diidentifikasi atau ditelusuri kepada produk tersebut dengan cara yang ekonomis. Peranan Harga Pokok Produksi Harga pokok produk memberikan informasi kepada manajemen untuk mengambil keptusan apakah membeli atau memproduksi sendiri. Selain itu informasi harga pokok produk berfungsi sebagai alat mengidentifikasi kelamahan produk untuk melakukan perbaikan atau koreksi. Menurut Supriyono (2002:185) Alasan mengapa manajemen menggunakan harga pokok produk adalah untuk dua tujuan pokok yaitu: 1. Penilaian persediaan dalam penyajian laporan keuangan. Perhitungan harga pokok produk biasanya berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan suatu organisasi. Harga pokok produk dihitung untuk menentukan nila-nilai persediaan dalam harga pokok. 2. Pembuatan keputusan Informasi harga pokok produk menentukan harga pokok produk menuntun tindakan manajer yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan dan penyusunan strategi produk. Metode Penilaian Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (1999:41) metode penilaian harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kebutuhan dalam harga pokok produksi. terdapat dua metode dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi yaitu: a. Metode Full Costing Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). b. Metode Variable Costing Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel). Jenis-jenis Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (1999:38) mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis penentuan harga pokok yang timbul dalam menanggapi bagaimana proses produksi dapat dijalankan yaitu: Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 4 1. Penentuan Harga Pokok Proses (Process Costing) Pendekatan ini digunakan dalam situasi yang hanya melibatkan satu produk tunggal yang dibuat dalam satu jangka yang lama secara sekaligus. Pendekatan dasarnya adalah pengumpulan biaya dalam suatu operasi atau departemen tertentu selama suatu periode penuh (bulan, kwartal, tahun). Selanjutnya membagi biaya total tersebut oleh jumlah satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan. 2. Penentuan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing) Pendekatan ini digunakan pada situasi produksi yang menghasilkan berbagai produk yang berbeda, pesanan berbeda, atau kumpulan produksi yang berbeda setiap periode. Pengertian Harga Jual Hansen dan Mowen (2005:288) menyatakan bahwa harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Strategi Penentuan Harga Jual Menurut Sukirno (2006:226) harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan. 1. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan. 2. Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan. 3. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu: a. Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 5 perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah. b. Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menrunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori. c. Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan dengan tujuan untuk memberikan kesan lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk lainnya. Hubungan Harga Jual dan Harga Pokok Produksi Keputusan harga jual merupakan keputusan yang sulit, karena adanya faktor-faktor yang terlibat dalam pembuatan keputusan tersebut, baik faktor intern maupun ekstern, sehingga perlu pertimbangan mendalam dan teliti untuk memperoleh harga jual yang benarbenar sesuai keinginan dan tujuan perusahaan. Menurut Swastha dan Irawan (1990:349) Adapun faktor-faktor tersebut adalah: a. Keadaan Perekonomian Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku, seperti periode resesi misalnya inflasi harga naik, defaluasi harga akan turun. Dengan terjadinya nilai rupiah terhadap nila dollar menyebabkan barang-barang mengalami kenaikan. b. Penawaran dan Permintaan Penawaran dan permintaan dimana dengan adanya permintaan yang besar terhadap suatu barang tertentu akan mengakibatkan harga barang tersebut meningkat, sedangkan apabila penawaran terhadap suatu produk meningkat maka harga akan naik. c. Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan dapat juga dikatakan sifat permintaan pasar, sifatnya tidak hanya berpengaruh pada penetuan harga tetapi mempengaruhi volume yang dijual apabila terjadi kenaikan harga maka penjualan akan turun dan sebaliknya. d. Persaingan Persaingan dimana harga jual suatu barang juga dipengaruhi oleh keadaan yang persaingan yang ada antara lain persaingan murni, pada persaingan murni banyak penjual dan pembeli dalam pasar persaingan tidak sempurna yaitu ada barang sejenis dalam pasar dengan merk yang berbeda-beda. e. Biaya Biaya merupakan dasar penentuan harga dalam penentuan harga. Sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian, apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya akan menghasilkan keuntungan. f. Tujuan dan Perusahaan Tujuan perusahaan, setiap penentuan harga selalu dikaitkan dengan tujuan perusahaan yang hendak dicapai antara lain: laba maksimum, volume penjualan, penguasaan pasar, kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu. g. Pengawasan Pemerintah Pengawasan pemerintah, pengawasan ini dapat berupa penentuan harga maksimum dan minimum, deskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 6 Metode Penentuan Harga Jual Menurut Mulyadi (2003:348) ada beberapa metode dalam penentuan harga jual, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Harga Normal (Normal Pricing) Dalam keadaan normal, harga jual ditentukan atas biaya penuh masa yang akan datang dan ditambahkan atas laba yang diharapkan. Penentuan harga jual normal biasa disebut dengan Cost-Plus Pricing, taksiran biaya penuh dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu Full costing dan Variable costing. 2. Cost Type Contract Kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. 3. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Spesial Order Pricing) Pesanan diterima oleh perusahaan diluar pesanan reguler perusahaan. Pesanan regular adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya tetap yang akan terjadi dalam tahun anggaran. Pesanan khusus adalah diperkirakan tidak hanya mengeluarkan biaya variabel saja, namun merupakan biaya tetap, karena harus beroperasi diatas kapasitas yang telah tersedia. 4. Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan Penentuan harga jual dan bahan ini pada dasarnya merupakan Cost-Plus Pricing. Harga jual ditentukan sebesar harga jual perbuah dan ditambah laba yang diharapkan. Metode harga jual seperti ini digunakan oleh perusahaan bengkel mobil, dok kapal, dan perusahaan lain yang menjual jasa reparasi dan bahan, dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa. Kerangka Pemikiran UKM CAULA yang berproduksi di daerah Sidoarjo adalah perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur. Seperti halnya perusahaan industri lainnya, perusahaan industri ini mempunyai kegiatan memproduksi bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Metode perhitungan harga pokok produksi merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan kemajuan perusahaan dalam menghadapi dunia persaingan yang semakin ketat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya produksi yang dikeluarkan guna menghitung harga pokok produksi pada UKM CAULA. Penetapan harga jual yang ditetapkan belum mencerminkan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk karena unsur biaya overhead pabrik tidak secara rinci diperhitungkan dalam perhitungan harga pokok produksi. Harga pokok produksi akan dihitung berdasarkan metode perhitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan perusahaan, dengan menggunakan biaya konvensional. Adapun yang dijelaskan pada gambar 1. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 7 UKM CAULA home industry daerah Sidoarjo Identifikasi biayabiaya produksi Perhitungan Harga Pokok Produksi Penentuan Harga Jual Gambar 1 Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada UKM CAULA. Perusahaan ini merupakan suatu perusahaan manufaktur dimana memproduksi aneka macam produk jadi. Karena penelitian ini langsung dilakukan survey pada perusahaan untuk memperoleh informasi tentang pembebanan biaya secara konvensional. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian sosial. Menurut bidang ilmu dan pengetahuan, penelitian ini termasuk dalam penelitian ekonomi khususnya bidang akuntansi manajemen. Objek Penelitian Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian yaitu UKM CAULA yang berlokasi di Sidoarjo. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini yaitu harga pokok produksi untuk menentukan harga jual. Teknik Pengambilan Data 1. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan: a. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Dalam penulisan ini, juga mengamati secara langsung mengenai keseluruhan kegiatan yang ada pada UKM CAULA. Selain itu, penulis juga dapat mengamati berbagai macam produk yang di hasilkan oleh perusahaan tersebut. b. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak berstruktur, dimana responden mendapatkan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 8 kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural. Dalam bentuk catatan tertulis dan Audio Visual, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kebernilaian dari data yang diperoleh. Dalam hal ini, penulis dapat mengajukan pertanyaan kepada karyawan bagian produksi mengenai proses produksi pada perusahaan tersebut. Dengan demikian, data yang diperoleh sangatlah membantu penulis dalam menyelesaikan tugasnya. c. Dokumentasi Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi. Data yang diperoleh dari perusahaan ini adalah mengenai seluruh laporan keuangan perusahaan serta mengenai pembebanan biaya-biaya produksi perusahaan. Satuan kajian Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah perhitungan harga pokok produksi pada UKM CAULA. Unsur harga pokok produksi terdiri dari Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, dan Biaya overhead pabrik Teknik Analisa Data Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu suatu analisis yang berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan-pernyataan, tafsiran-tafsiran setelah menggali data dari beberapa orang informan kunci yang ditabulasikan dan dipresentasekan sesuai dengan hasil temuan (observasi) dan wawancara mendalam penulis dengan para informan, hasil pengumpulan data tersebut diolah secara manual, direduksi selanjutnya hasil reduksi tersebut dikelompokkan dalam bentuk segmen tertentu dan kemudian disajikan dalam bentuk content analisis dengan penjelasan-penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat menjawab rumusan masalah, menjelaskan dan terfokus pada representasi tehadap fenomena yang hadir dalam penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan perhitungan harga bahan baku per kodi menurut aturan perusahaan. Tabel 1 Perhitungan Harga Bahan Baku per Kodi Jenis Sol CCI /Imitasi Karton Lem CC Tenaga Kerja Harga Per Kodi (20 pasang) (Rp) Harga Satu Pasang (Rp) 30.000 30.000 20.000 20.000 15.000 45.000 160.000 1.500 1.500 1.000 1.000 750 1.250 7.000 Sumber: Bagian Administrasi Dari data tabel 1, dapat dikatakan perusahaan menghitung harga bahan per kodi berdasarkan aturan perusahaan. Sehingga bahan baku yang digunakan banyak yang tersisa. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 9 Hal ini dapat di katakan sebagai pemborosan pemakaian bahan baku oleh perusahaan, yang menyebabkan perusahaan memperoleh keuntungan yang tidak maksimal. Tabel 2 Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung Tahun 2012 Total Biaya Produksi (Rp) Jenis Sol CCI /Imitasi 156.000.000 Karton 104.000.000 Lem 104.000.000 CC 78.000.000 156.000.000 Tenaga Kerja langsung 234.000.000 832.000.000 Sumber: Bagian Administrasi Dari data tabel 2, perusahaan telah menghitung pengeluaran biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terjadi pada tahun 2012. Dan tercatat sebesar Rp 832.000,- selain biaya tenaga kerja langsung, perusahaan juga mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik yaitu komponen biaya produksi yang tidak memiliki hubungan langsung dengan suatu produk tertentu dengan dan tidak diidentifikasi atau ditelusuri kepada produk tersebut dengan cara yang ekonomis. Berikut daftar aktiva produksi dan penyusutan pada UKM Caula, biaya penyusutan merupakan bagian dari Biaya Overhead Pabrik yang merupakan komponen Biaya Produksi. Berikut data Asset dan penyusutan. Tabel 3 Asset Tetap Produksi Nama Asset Tanah Bangunan Mobil Box Mobil Fan Motor Peralatan TahunPerolehan 2001 Feb. 2006 Mar. 2009 Jun. 2009 Agu. 2010 2010 Nilai Perolehan (Rp) 124.345.000 334.295.000 143.400.000 195.625.000 28.275.000 125.950.000 951.890.000 Penyusutan (Rp) 17.000.000 18.000.000 25.000.000 5.000.000 13.000.000 78.000.000 Sumber: Bagian Administrasi Dari tabel 3 diatas dapat diketahui Biaya Overhead dari komponen biaya penyusutan sebesar Rp 78.000.000,- per tahun. Selain biaya penyusutan, komponen biaya Overhead yang juga menjadi beban produksi adalah biaya Tenga Kerja Tidak Langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung yang digunakan terdiri dari Supervisor Produksi dan Administrasi Produksi atau gudang. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 10 Tabel 4 Tenaga Kerja Tidak Langsung Jenis Biaya Perbulan (Rp) 1.800.000 1.250.000 3.050.000 Supervisor Produksi Staf Pabrik atau Gudang Setahun (Rp) 21.400.000 15.000.000 36.400.000 Sumber: Bagian Administrasi Selain biaya tenaga kerja langsung dan biaya penyusutan, perusahaan juga melakukan perawatan terhadap mesih dan peralatan, termasuk biaya pembelian perlengkapan pabrik yang sifatnya kecil dan berumur ekonomis tidak lebih dari setahun. Selama tahun 2012 dengan kapasitas produksi 5.200 kodi, biaya perawatan mesin dan biaya pabrik lain-lain tersebut di peroleh sebesar Rp 72.800.000,-. Berikut rincian dari Biaya Pabrik lain-lain yang di sajikan pada tabel 5. Tabel 5 Biaya Pabrik Lain-lain Jenis Biaya Biaya Listrik, air dan telepon Perlengkapan Produksi (bahan penolong) Biaya Perawatan mesin dan perlengkapan Biaya Perawatan dan operasional kendaraan Biaya pabrik lainya Jumlah Biaya (Rp) 33.800.000 13.000.000 7.800.000 13.000.000 5.200.000 72.800.000 Sumber: Bagian Administrasi Harga Pokok Produksi Perhitungan harga pokok produksi sepatu per unit yang telah dilakukan oleh UKM Caula selama ini masih sederhana. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku, upah karyawan dan biaya overhead pabrik. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dihitung dengan asumsi rata rata penggunaan per kodi. Adapun untuk biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan berupa upah pekerja yang dihitung berdasarkan jumlah unit sepatu yang diproduksi. Selama ini, perusahaan menetapkan biaya bahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bahan untuk memproduksi satu unit sepatu per kodi. Bahan baku yang digunakan merupakan perhitungan dari proporsi bahan yang diperlukan untuk membuat satu unit sepatu dikalikan dengan harga satuan bahan di pasar. Model sepatu pria dan wanita yang diproduksi terdiri dari beberapa ukuran. Akan tetapi, perusahaan tidak membedakan dalam penyerapan biayanya sehingga harga pokok produksinya diasumsikan sama. Walaupun ukurannya berbeda-beda namun biaya bahan yang diperhitungkan adalah sama. Perhitungan harga pokok produksi sepatu pada UKM Caula dapat dilihat pada Tabel 6. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 11 Tabel 6 Rincian Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Tahun 2012 Jenis Biaya per Kodi (Rp) Total Biaya Produksi (Rp) Biaya Bahan Baku: - Sol - CCI / Imitasi - Karton - Lem - CC 30.000 30.000 20.000 20.000 15.000 115.000 156.000.000 156.000.000 104.000.000 104.000.000 78.000.000 598.000.000 Tenaga Kerja langsung: - Tukang Atas - Tukang Bawah/Sol - Tukang Finishing 12.000 13.000 20.000 45.000 62.400.000 67.600.000 104.000.000 234.000.000 Biaya Overhead: - Biaya TK. tidak langsung - Biaya Pabrik dan Peralatan: Biaya listrik dan air Bahan Penolong Biaya Perawatan Mesin Perawatan dan operasional kendaraan Biaya pabrik lainnya - Biaya Penyusutan Jumlah Sumber: Bagian Administrasi 7.000 36.400.000 6.500 2.500 1.500 2.500 1.000 15.000 36.000 196.000 33.800.000 13.000.000 7.800.000 13.000.000 5.200.000 78.000.000 187.200.000 1.019.200.000 Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan serta dapat menggambarkan kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan, apakah dalam kondisi yang baik atau tidak. Dan merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan. Dari rangkaian tabel 1-6 perusahaan dapat membukukan keuangannya kedalam suatu laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi. Namun laporan yang disusun oleh perusahaan adalah dengan menggunakan metode perkiraan berdasarkan aturan perusahaan yang ada. Maka, hasil yang diperoleh perusahaan pun kurang akurat karena hanya menggunakan metode perkiraan manajemen. Berikut adalah data laporan keuangan perusahaan yang terjadi pada tahun 2012 dari perhitungan neraca yang disajikan pada tabel 7 dan laporan laba/rugi yang disajikan pada tabel 8. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 12 Tabel 7 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) 31 Desember 2012 Dengan Angka Perbandingan Untuk 31 DESEMBER 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) ASET 31 DESEMBER 2012 Aset Lancar Kas dan setara Kas 373.024.807 Piutang Usaha 181.250.000 Persediaan 288.449.999 Jumlah Aset Lancar 842.724.806 Aset Tidak Lancar Aset tetap - bersih Jumlah Aset Tidak Lancar Jumlah Aset 803.787.098 803.787.098 1.646.511.904 LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Lancar Hutang Usaha 119.970.000 Hutang Bank 126.158.016 Hutang Lain-lain 33.750.000 Jumlah Liabilitas Lancar 279.878.016 Ekuitas Modal Laba Rugi di tahan Laba Rugi Tahun Berjalan 1.338.748.982 27.884.906 Jumlah Ekuitas 1.366.633.888 Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 1.646.511.904 Sumber: Bagian Administrasi Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 13 Tabel 8 LAPORAN LABA RUGI Untuk Tahun Berakhir Pada 31 Desember 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Penjualan 1.285.750.000 Harga Pokok Penjualan 1.019.200.000 Laba (Rugi) Kotor Beban Usaha - Beban Penjualan - Beban Administrasi & Umum Laba (Rugi) Usaha Pendapatan ( Beban ) Lain-lain - Pendapatan Lain-lain - Beban Lain-lain Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-Lain 266.550.000 39.060.000 169.700.000 57.790.000 7.802.837 (12.496.295) (4.693.458) 53.096.542 Estimasi Pajak Penghasilan Laba Bersih Setelah Pajak 25.211.636 27.884.906 Sumber: Bagian Administrasi Penentuan Harga Jual Menurut Perusahaan Dalam menentukan harga jual, perusahaan melakukan dengan menggunakan perhitungan perkiraan menejemen. Perhitungan yang dilakukan perusahaan bisa menyebabkan harga jual yang terlalu tinggi maupun harga jual yang terlalu rendah, hal ini dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Penentuan harga jual sebesar Rp 286.000,menurut manajemen selain karena harga kontrak juga merupakan faktor dari margin laba yang diharapkan. Dengan perkiraan harga pokok produksi sebesar Rp 196.000,- per kodi, margin laba yang diharapkan sebesar Rp 90.000,-. Menurut manajemen dengan menggunakan perhitungan tersebut, perusahaan dapat bertahan dalam persaingan pasar global. Berikut adalah rincian penentuan harga jual menurut manajemen perusahaan yang nampak pada tabel 9. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 14 Tabel 9 Penentuan Harga Jual per Kodi Jenis Biaya Harga Pokok per Kodi Margin Laba yang diharapkan Harga Jual yang di tetapkan Sumber: Bagian Admintrasi Jumlah (Rp) 196.000 90.000 286.000 Sebelumnya, peneliti mendapatkan harga pokok produksi perkiraan manajemen pada tabel 2 sebesar Rp 160.000,- per kodi. Ketika dihitung dengan data realisasi, biaya yang nampak pada tabel 11 adalah sebesar Rp 128.000,- per kodi. Tentunya nampak selisih antara harga perkiraan dan harga realisasi, sehingga menyebabkan penentuan harga jual bisa menjadi kurang tepat. Tabel 1 0 Perhitungan Harga Bahan Baku per kodi Realisasi Jenis Sol CCI /Imitasi Karton Lem CC Tenaga Kerja Harga Per Kodi (HPK) (Rp) 30.000 30.000 20.000 20.000 15.000 45.000 160.000 Harga Empat Pasang (HEP) (Rp) 6.000 6.000 4.000 4.000 3.000 9.000 32.000 Harga Per Kodi Realisasi (HPK-HEP) 24.000 24.000 16.000 16.000 12.000 36.000 128.000 Sumber: Tabel 1, diolah Dari tabel 10 berdasarkan pada kenyataan dalam suatu proses terdapat kelebihan 4 pasang sepatu setiap kodinya jika pemanfaatan bahan baku lebih baik, ini berarti perusahaan dapat menekan biaya produksi per kodi, dengan menjual kelebihan sepatu per kodinya. Sehingga perusahaan mampu memperoleh laba yang lebih besar. Tabel 11 Perhitungan Harga Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung Tahun 2012 (5.200) Jenis Sol CCI /Imitasi Karton Lem CC Tenaga Kerja Total Biaya Riil (Rp) 124.800.000 124.800.000 83.200.000 83.200.000 62.400.000 187.200.000 696.696.000 Sumber: Tabel 10, diolah Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 15 Menurut perhitungan bahan baku selama satu tahun berdasarkan realisasi. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan perhitungan secara efisien dapat menekan jumlah biaya bahan baku. Perhitungan Kembali Harga Pokok Produksi Metode Full Costing Harga pokok produksi dapat diketahui jumlah dari jumlah biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi produk. Full Costing merupakan salah satu metode perhitungan harga pokok yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan Biaya Overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel. Setelah semua unsur biaya produksi diperoleh melalui suatu proses identifikasi dengan perhitungan kembali, maka peneliti mendapatkan total biaya produksi yang akan menjadi harga pokok produksi sebesar Rp 852.800.000,-. Dalam perhitungan ini sudah digunakan biaya riil yang keluar pada periode tahun 2012 ditambahkan dengan Biaya Overhead. Dengan melakukan perhitungan kembali yang dilakukan oleh peneliti, maka semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya Overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel juga akan masuk dalam perhitungan. Berikut perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing yang terdapat pada tabel 12. Rincian biaya pada tabel 12, didapat dari realisasi biaya yang muncul pada laporan keuangan, didukung dengan laporan pemakain bahan dari bagian gudang, kemudian dibagi dengan total relisasi produksi selama setahun yaitu 5.200 kodi. Dari tabel 12 selain perbedaan karena memasukkan biaya overhead saja terdapat perbedaan harga pokok yang telah digunakan manajemen dengan metode perkiraan (bukan biaya riil), meskipun sebenarnya perkiraan tersebut tidak sepenuhnya salah, dikarenakan memang jika memproduksi 1 kodi saja biaya bahan baku dan tenanga kerja sejumlah angka tersebut. Namun ada suatu saat bahan yang sudah di rencanakan menjadi 1 kodi (20 pasang) bisa digunakan untuk 24 pasang. Selain itu ada kontrak diskon juga dengan supllier untuk harga pembelian bahan baku dengan jumlah tertentu. Serta faktor lain yang akan berbeda jika memproduksi dalam jumlah besar. Perhitungan kembali dengan metode full costing seharusnya membuat manajemen merubah pandangan mengenai harga pokok produksi perkodi. Selain itu bisa juga digunakan sebagai acuan untuk menentukan harga jual atau margin laba yang diinginkan dengan diketahuinya semua. Dengan metode full costing yang dilakukan peneliti, dengan berdasarkan realisasi biaya, tidak menyebabkan perubahan pada angka laba bersih perusahaan. Implikasi langsung pada laporan laba rugi terdapat pada pemindahan beberapa komponen biaya dari biaya umum kedalam Biaya Overhead sebagai unsur harga pokok produksi. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 16 Tabel 12 Rincian Harga Pokok Produksi Full Costing Jenis Biaya per Kodi (Rp) Total Biaya Produksi (Rp) Biaya Bahan Baku: - Sol - CCI / Imitasi - Karton - Lem - CC 24.000 24.000 16.000 16.000 12.000 92.000 124.800.000 124.800.000 83.200.000 83.200.000 62.400.000 478.400.000 12.000 13.000 11.000 36.000 62.400.000 67.600.000 104.000.000 187.200.000 7.000 36.400.000 6.500 2.500 1.500 2.500 1.000 15.000 36.000 164.000 33.800.000 13.000.000 7.800.000 13.000.000 5.200.000 78.000.000 187.200.000 852.800.000 Tenaga Kerja langsung: - Tukang Atas - Tukang Bawah/Sol - Tukang Finishing Biaya Overhead: - Biaya TK. tidak langsung - Biaya Pabrik dan Peralatan: Biaya listrik dan air Bahan Penolong Biaya Perawatan Mesin Perawatan dan operasional kendaraan Biaya pabrik lainnya - Biaya Penyusutan Jumlah Sumber: tabel 1-6, diolah Penentuan Harga Jual Produk Dari data manajemen didapat bahwa harga jual produk adalah Rp 286.000 untuk satuan per kodi, harga tersebut merupakan harga yang menjadi patokan dalam kinerja manajemen terkait dengan efisiensi dan pemasaran. Menurut manjemen harga tersebut adalah harga kesepakatan dengan para pembeli. Jadi harga tersebut susah untuk dinaikkan dalam satu tahun berjalan kecuali ada perbaruan perjanjian. Dengan kondisi tersebut maka memaksa manajemen harus jeli dalam menentukan harga pokok produk yang akan mempengaruhi laba kotor, termasuk juga jumlah produksi minimal dalam satu tahun, dikarenakan pasti terdapat beberapa biaya tetap yang ditanggung manajemen dalam periode tersebut. Penentuan harga jual sangatlah penting, dengan didasari informasi harga pokok produksi yang relevan maka keputusan harga jual bisa lebih tepat. Berikut di sajikan satuan harga jual dan laba kotor menggunakan harga pokok produksi metode full Costing. Tabel 13 Penentuan Harga Jual Per unit Harga Pokok Produksi Margin laba yang diharapkan Harga Jual Sumber: Tabel 2, 10, 13, diolah Manajemen (Rp) 196.000 90.000 286.000 Perhitungan full costing (Rp) 164.000 90.000 254.000 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 17 Dengan penghitungan ulang yang dilakukan peneliti didapat harga pokok produksi sebesar Rp 164.000,- atau Rp 32.000,- lebih rendah dari asumsi manajemen, hal ini akan menyebabkan laba bersih bertambah. Karena peneliti menggunakan bahan baku secara efisien yang dapat menekan harga pokok produksi. Jika manajemen berharap margin sekitar Rp 90.000. dengan perhitungan ulang yang telah peneliti lakukan, justru sebenarnya harga pokok produksi adalah lebih rendah dari yang diasumsikan manajemen. Seperti dijelaskan pada tabel 11 dan tabel 12 bahwa harga pokok produksi dengan metode perkiraan adalah kurang akurat disebabkan karena realisasi biaya yang terjadi dibawah dari asumsi harga pokok yang digunakan dalam menentukan harga jual. Hal ini tentu bisa berakibat pada kurang tepatnya kebijaksanaan harga jual, misalnya jika margin yang diharapkan tidak dirubah, maka bisa jadi manajemen bisa menekan harga jual dibawah yang ditetapkan, dengan harapan akan ada tambahan peluang untuk pemasaran. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan yang penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Menurut perhitungan bahan baku dari perusahaan, terlalu memukul rata semua produk yang dihasilkan sehingga keuntungan perusahaan sangat minim, karena manajemen kurang mampu memanfaatkan bahan baku. 2. Dari perhitungan harga pokok produksi manajemen, dapat disimpulkan bahwa hasil harga pokok poroduksi lebih besar dari perhitungan yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga berpengaruh pada laba perusahaan karena kurang telitinya manajemen dalam mengelola asset perusahaan. 3. Dari perhitungan harga jual menurut manajemen perusahaan didapatkan hasil Rp 286.000,- dengan harapan perusahaan mampu mendapatkan hasil laba sebesar Rp 90.000,-. Jika dilakukan seperti ini terus menerus perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan sejenis karena tidak biasa meminimalkan biaya yang ada. 4. Menurut perhitungan bahan baku selama satu tahun berdasarkan realisasi. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan perhitungan secara efisien dapat menekan jumlah biaya bahan baku, sehingga dapat menghasilkan laba yang signifikan bagi perusahaan. 5. Dari hasil perhitungan harga pokok menggunakan metode full costing dapat disumpulkan bahwa dengan perhitungan metode full costing perusahaan dapat menekan harga pokok. 6. Dari perhitungan harga jual menurut metode full costing lebih rendah dari manajemen sebesar Rp 254.000 dengan margin laba yang diharapkan sama Rp 90.000, sehingga perusahaan dapat bertahan dalam persaingan pasar global. Saran Dari simpulan atas hasil penulisan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Manajemen perusahaan harus memperhitungkan penggunaan bahan baku yang ada. Sehingga, tidak memukul rata semua biaya produk yang dihasilkan perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013) 18 DAFTAR PUSTAKA Akbar, M. 2011. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kamar Hotel pada Hotel Coklat Makassar, Univertsitas Hasanuddin Boone dan Kurtz. 2002. Pengantar Bisnis, Penerbit Erlangga, Jakarta Firdaus, A. 1994. Akuntansi Biaya, Buku Satu Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Hansen, R. and M. Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta ___________. 2006. Akuntansi Manajemen, 7th Edition, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Hariadi, B. 2002. Akuntansi Manajemen, Edisi 1, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta ______________. 2005. Akuntansi Biaya (Pendekatan Manajerial). Edisi Kesebelas. PT. Indeks. Jakarta Mulyadi. 1992, Akuntansi Manajemen, 1st Edition, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta _________. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetakan Ketujuh. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. __________. 2003, Activity Based Costing, 6th Edition, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Partomo, T.S dan A.R Soejoedono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi. Penerbit Ghalia. Bogor Sukirno, S. 2006. Ekonomi Pembangunan proses, masalah, dan kebijakan. Penerbit Kencana. Jakarta Supriyono,R.A. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen. Yogyakarta. Fakultas Ekonomi UGM Swastha, B. dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi kedua. Penerbit Liberty, Yogyakarta Tunggal, A. Widjaja. 2000, Activity Based Costing, Edisi Revisi, Penerbit Harvarindo , Jakarta ●●●