EFEKTIVITAS DISCOVERY LEARNING DITINJAU

advertisement
EFEKTIVITAS DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN AWAL
MATEMATIKA
Siska Kurniawati1, Sri Hastuti Noer2, Haninda Bharata2
[email protected]
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
2
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
This quasi experimental research aimed to know the effectiveness of discovery
learning viewed by student’s conceptual understanding and prior knowledge of
mathematics. The design which was used was pretest-posttest control group
design. The population of this research was all students of grade seven of SMPN 3
Way Pengubuan in academic year of 2014/ 2015 and the samples of this research
were students of VIIA and VIIB class that were determined by purposive sampling.
The data of student’s understanding of mathematical concepts were obtained by
essay test and the data of student’s prior knowledge of mathematics were obtained
by multiple-choice test. This research concluded that the implementation of
discovery learning was effective viewed by the student’s conceptual
understanding and prior knowledge of mathematics, and more effective than
conventional learning.
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas discovery
learning ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan awal
matematika siswa. Desain yang digunakan adalah preetest-posttest control group
design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Way
Pengubuan dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIA dan VIIB yang
ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa diperoleh dari tes uraian dan data kemampuan awal
matematika diperoleh dari tes pilihan berganda. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa penerapan discovery learning efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa dan kemampuan awal matematika siswa, serta lebih
efektif dibandingkan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: discovery learning, kemampuan awal, pemahaman konsep
kognitif.Dalam sistem
PENDAHULUAN
pendidikan
dibidang
Indonesia terutama aspek kognitif
ilmu pengetahuan dan teknologi
siswa di Indonesia masih tergolong
(IPTEK) saat ini, membutuhkan
rendah hal ini dapat terlihat seperti
sumber daya manusia (SDM) yang
yang dilansir oleh TIMSS (Trend in
berkualitas. Kualitas tersebut dapat
International
dinilai dari segi tingkat potensi yang
Science Study) (Mullis et al, 2012).
Kemajuan
dunia
dimilikinya. Kualitas sumber daya
manusia
(SDM)
and
Kondisi demikian menunjuk-
pada
kan tujuan pembelajaran matematis
dasarnya dipengaruhi oleh beberapa
di Indonesia belum tercapai secara
faktor, salah satunya adalah faktor
optimal, seperti yang diungkapkan
pendidikan.
Pendidikan
(Depdiknas:
2006)
andil
cukup
Permendiknas
22
yang
tersebut
Mathematics
memiliki
besar
dalam
mengenai
Tahun
2006
pengembangan potensi peserta didik.
(Standar Isi) bahwa pembelajaran
Pengembangan potensi pe-
matematika bertujuan agar peserta
serta didik berhubungan erat dengan
didik memiliki kemampuan berpikir
kualitas pendidik dan instansi pen-
logis, analitis, sistematis, kritis, dan
didikannya. Namun yang memegang
kreatif, serta kemampuan bekerja-
peran paling penting dalam hal
sama dalam mempelajari konsep-
pengembangan potensi peserta didik
konsep matematis.
adalah pendidik. Dinyatakan dalam
Kemampuan
pemahaman
(Depdiknas, 2003) undang-undang
konsep adalah kemampuan yang
RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem
harus dimiliki siswa agar siswa dapat
pendidikan BAB XIpasal 39 ayat 2
menyelesaikan suatu masalah mate-
guru atau pendidik adalah tenaga
matis. Wardhani (2008:21) dalam
profesional yang bertanggung jawab
(Asih, 2014: 1) mengatakan bahwa
untuk pem-bimbing, membina dan
agar siswa dapat memecahkan suatu
me-ngembangkan
masalah maka perlu paham dengan
seluruh
potensi
yang dimiliki peserta didik.
Potensi yang perlu dikem-
baik
konsep-konsep
matematika
terlebih dahulu.
bangkan di zaman seperti ini adalah
Depdiknas (2003:2) meng-
potensi peserta didik dari segi aspek
ungkapkan bahwa, pemahaman kon-
sep merupakan salah satu kecakapan
Berkembangnya kemampuan
atau kemahiran matematika yang di-
siswa dalam hal kemampuan pe-
harapkan dapat tercapai dalam bel-
mahaman konsep matematis ber-
ajar matematika, yaitu dengan me-
gantung pada proses pembelajaran-
nunjukkan
konsep
nya dalam hal ini mengenai ketepat-
matematika yang dipelajarinya, men-
an model pembelajaran yang tepat
jelaskan keterkaitan antar konsep dan
diterapkan atau tidak. Proses pem-
mengaplikasikan
konsep
atau
belajaran dengan model yang tidak
algoritma
luwes,
akurat,
tepat akan menghasilkan pembelajar-
pemahaman
secara
efisien, dan tepat dalam pemecahan
an yang kurang optimal.
Kondisi tersebut terlihat pula
masalah.
Untuk mengembangkan ke-
dari hasil penelitian pendahuluan
mampuan pemahaman konsep mate-
melalui pengumpulan data nilai yang
matis ini terlebih dahulu harus
kurang optimal di SMPN 3 Way
diketahui sejauhmana pemahaman
Pengubuan,
konsep dasarnya, hal ini berkaitan
belajaran masih menggunakanpem-
erat dengan kemampuan awal mate-
belajaran konvensional. Sebabpem-
matika.
belajaran
Hal
ini
sesuai
dengan
dalam
proses
konvensional
pem-
menurut
pendapat Ruseffendi (2006:50) yaitu
Ruseffendi (2006: 17) lebih meng-
dalam matematika dibutuhkan pe-
utamakan
mahaman
konsep
ngertian,
hierarkis,
terstruktur
kelanjutan
dari
yang
sifatnya
dan
konsep
ber-
terendah
matematikanya
kemampuan
baik
daripada
menekankan
pada
peke-
terampilan berhitung, mengutamakan
hasil
daripada
proses,
dan
pengajaran berpusat pada guru.
sampai konsep tertinggi.
Dengan
hafalan
dengan
awal
Pada dasarnya tujuan pem-
ke-
belajaran dapat tercapai jika proses
mampuan awal yang tinggi maupun
pembelajaran
rendah, kemampuan inilah
yang
siswa secara aktif bekerja sama
menjadi
bagi
dalam mencapai tujuan pembelajaran
konsep
bersama, maka diperlukan suatu
lebih
model pembelajaran yang melibatkan
siswa
materi
bekal
untuk
pemahaman
memahami
matematis
kompleks.
yang
dapat
mengarahkan
siswa secara aktif dan mandiri
sehingga siswa tidak hanya sekedar
tersebut lebih memberi kesan yang
menerima pemberian informasi yang
bermakna kepada siswa. Sehingga
diberikan oleh guru, tetapi melibat-
diharapkan
kan siswa secara aktif.
kemampuan
Dalam pembelajaran model
pembelajaran
yang
tepat
dapat
meningkatkan
pemahaman
konsep
siswa.
Menurut
akan
Uno
(2011:122)
memberikan kesempatan bagi siswa
pembelajaran yang efektif adalah
untuk memahami konsep matematis
pembelajaran
secara aktif antar siswa adalah
hasilkan belajar yang bermanfaat dan
melalui kegiatan penemuan konsep
terfokus pada siswa (student center-
secara mandiri dalam suatu kegiatan
ed) melalui penggunaan prosedur
diskusi berkelompok sehingga dapat
yang
mengembangkan kemampuan siswa
discovery learning yang terfokus
dalam
pada
hal
pemahaman
konsep
tepat.
siswa
yang
dapat
Dengan
meng-
demikian,
(student
centered)
diharapkan dapat efektif diterapkan
matematis.
Hal tersebut dapat diperoleh
melalui model pembelajaran pe-
dalam
pembelajaran
matematika
khususnya.
nemuan (discovery learning). Pada
Berdasarkan uraian di atas di-
model discovery learning ini, siswa
lakukan penelitian untuk mengetahui
dihadapkan dengan struktur masalah
efektivitas
nyata yang direkayasa oleh guru.
discovery
Kemudian siswa secara berkelompok
pemahaman konsep matematis dan
dengan kemampuan awal yang tinggi
kemampuan awal matematika siswa
dan rendah diminta untuk bekerja-
kelas VII SMPN3 Way Pengubuan
sama
semester
memahami
menemukan
konsep
berbagai
dan
konsep
penerapan
learning
genap
model
ditinjau
tahun
dari
pelajaran
2014/2015.
masalah matematis. Semua informasi
akan mereka kumpulkan melalui
penelaahan materi ajar, kerja praktik,
diskusi
untuk
dapat
memahami
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri3 Way Pengubuan pada
konsep masalah matematis yang
semester
dihadapinya. Melalui pembelajaran
2014/2015. Populasi penelitian ini
genap
tahun
ajaran
adalah seluruh siswa kelas VII SMP
hipotesis dan uji proporsi. Sebelum
Negeri 3 Way Pengubuan yang ter-
melakukan analisis uji hipotesis dan
diri dari tujuh kelas, yaitu kelas VIIA
uji proporsi, perlu dilakukan uji
sampai
prasyarat, yaitu uji normalitas data
kelas
VIIIG
dan
tidak
dan uji homogenitas varians. Setelah
memiliki kelas unggulan.
kelas
dilakukan uji normalitas, diperoleh
dipilih berdasarkan kelas yang diajar
bahwa sampel berasal dari populasi
oleh guru yang sama, terdapat 3
yang
kelas yang diajar guru yang sama
homogen.
Pada
penelitian
ini
berdistribusi
normal
dan
yaitu dikelas VII A,VII B dan VII C,
Karena populasi berdistribusi
kemudian diambil 2 kelas sampel
normal dan homogen, maka dapat
atas rekomendasi guru. Sampel yang
dilakukan
diperoleh adalah kelas VII A yang
menggunakan uji t dan uji proporsi.
analisis
uji
hipotesis
berjumlah 29 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII B yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
berjumlah 33 siswa sebagai kelas
Data hasil tes pemahaman
kontrol. Kelas VII C menjadi kelas
konsep matematis siswa menunjuk-
uji coba instrumen tes.
kan
bahwa
data
pemahaman
Dalam kelas eksperimen dan
konsep matematis siswa yang me-
kontrol, siswa memiliki kemampuan
ngikuti model discovery learning
awal matematika yang heterogen
memiliki
perbedaan
pada
yaitu kemampuan awal matematika
pembelajaran
konvensional.
Data
yang tinggi dan rendah. Penelitian
selengkapnya pada Tabel 1.
yang dilakukan adalah penelitian
eksperimen semu dengan pretestpostest control group design.
Data
pemahaman
Kelas
konsep
matematis siswa kelas yang mengikuti pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing dan kelas yang
mengikuti pembelajaran konvensional
dianalisis
Tabel 1. Data Pemahaman Konsep
Matematis Siswa
menggunakan
uji
E
K
Nilai
Ideal
100
100
Min.
45
35
Max.
95
86
Ratarata
72,89
62,18
Keterangan:
E = Eksperimen, K = Kontrol.
Data hasil tes kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa
menunjukkan
data
pemahaman
konsep
matematis
siswa
yang
Hal
tersebut
sesuai
oleh
mengikuti model discovery learning
pendapat Benjamin S. Bloom (1971)
lebih tinggi daripada pembelajaran
dalam Wulandari (2005:21) melalui
konvensional.
beberapa eksperimen membuktikan
Berdasarkan hasil uji t data
bahwa “untuk belajar yang bersifat
konsep
kognitif apabila pengetahuan atau
pada kelas eksperimen dan kelas
kecakapan prasyarat ini tidak di-
kontrol diperoleh bahwa thitung(2,66)
penuhi, maka betapa pun kualitas
lebih dari ttabel (1,67) maka H0
pembelajaran tinggi, maka tidak akan
ditolak
dan H1 diterima, artinya
menolong untuk memperoleh hasil
pemahaman konsep matematis siswa
belajar yang tinggi”. Jadi kemampu-
setelah
model
an awal sangat diperlukan untuk
discovery learning lebih tinggi dari
menunjang pemahaman siswa se-
pemahaman konsep matematis siswa
belum
setelah menggunakan pembelajaran
karena kedua hal tersebut saling
konvensional.
berhubungan.
kemampuan
pemahaman
menggunakan
Berdasarkan hasil uji, t data
pemahaman
konsep
eksperimen
dan
kelompok
siswa
pada
kelas
kelas
diberi
pengetahuan
baru
Dijelaskan pula oleh W.S.
Winkel
(1991)
dalam
Dianasari
kontrol
(2010:14) apabila kemampuan awal
ber-
siswa tinggi, dalam proses belajar
kemampuan awal matematika tinggi
berikutnya siswa tersebut tidak akan
diperoleh bahwa thitung(1,80) lebih
mengalami kesulitan, pada tahap
dari ttabel (1,70) maka Ho ditolak dan
selanjutnya
H1 diterima, artinya pemahaman
mampuan awal tersebut menjadi
konsep
kemampuan
matematis
berkemampuan
awal
yang
siswa
yang
matematika
mengembangkan
baru
sesuai
ke-
dengan
tujuan yang hendak dicapai. Namun
tinggi setelah menggunakan model
apabila
discovery learning lebih tinggi dari
rendah, maka siswa akan mengalami
pemahaman konsep matematis siswa
kesulitan untuk mencapai tujuan
setelah
yang diinginkan,
menggunakan
pembelajaran konvensional.
model
waktu
kemampuan
lama
awal
siswa
sehingga perlu
untuk
memperoleh
tujuan yang hendak dicapai.
Rata-rata hasil tes kemampu-
ini yaitu mengungkapkan bahwa
an pemahaman konsep matematis
peningkatan
siswa pada kelas yang mengikuti
siswa
model discovery learning adalah
menggunakan
72,89 sedangkan rata-rata nilai hasil
learning lebih baik daripada pe-
tes pemahaman konsep matematis
ningkatan pemahaman konsep siswa
siswa yang mengikuti pembelajaran
pada kelompok yang menggunakan
konvensional adalah 62,18.
pembelajaran
Untuk mengetahui ketuntasan
pemahaman
pada
karena
konsep
kelompok
metode
yang
discovery
konvensional.
Oleh
penerapan
model
itu,
belajar siswa (mendapatkan lebih
discovery learning efektif ditinjau
dari atau sama dengan 70) mencapai
dari pemahaman konsep matematis
lebih dari 60%, maka dilakukan uji
siswa.
Rata-rata
proporsi. Berdasarkan hasil data
persentase
pen-
pemahaman konsep matematis siswa
capaian
indikator
yang mengikuti pembelajaran model
konsep
matematis
discovery learning didapatkan bahwa
mengikuti model discovery learning
pemahaman konsep matematis siswa
adalah 78,16%, sedangkan rata-rata
yang mengikuti model discovery
persentase
learning lebih dari 60%.
pemahaman konsep matematis siswa
Hal
ini
merujuk
pada
penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh
Effendi
(2012:8)
yang
siswa
pencapaian
mengikuti
yang
indikator
pembelajaran
konvensional adalah 68,83%.
Indikator yang paling tinggi
meng-
ungkapkan
bahwa
pembelajaran
dicapai
matematika
dengan
metode
discovery
pe-
pemahaman
oleh
siswa
learning
dan
konven-
sional
bandingkan
konvensional
konsep hal ini terjadi karena konsep
dan menyimpulkan bahwa model
awal yang berasal dari kemampuan
penemuan terbimbing efektif ditinjau
awal
dari pemahaman konsep matematis.
sebelumnya telah dimiliki dengan
Pada
penelitian
terdahulu
baik
menyatakan
kelas
nemuan terbimbing lebih baik didengan
yaitu
pada
matematika
pada
siswa.
pada
ulang
materi
Sedangkan
Qorri’ah
indikator paling rendah yang dicapai
(2011:65) mendasari pula penelitian
siswa pada kelas discovery learning
yang
dilakukan
oleh
dan
konvensional
yaitu
meng-
sehingga
mengakibatkan pema-
gunakan, memanfaatkan, dan me-
haman
konsep
matematis
milih prosedur atau operasi tertentu
berkembang dengan baik.
siswa
Berbeda dengan siswa yang
dan mengaplikasikan konsep hal ini
terjadi karena sebagian siswa belum
mengikuti
pembelajaran
konven-
dapat mengaplikasikan konsep secara
sional. Pembelajaran konvensional
sempurna.
dimulai dengan guru menjelaskan
mate-
tujuan pembelajaran, kemudian me-
matis siswa pada kelas discovery
nyajikan informasi secara bertahap,
learning lebih tinggi daripada siswa
lalu memberikan latihan terbimbing,
pada kelas konvensional disebabkan
mengecek kemampuan siswa dan
pada tahapan-tahapan pembelajaran-
memberikan umpan balik kepada
nya. Tahapan-tahapan pada model
siswa.
Pemahaman
konsep
discovery learning, yaitu adanya
Pada proses pembelajaran
orientasi siswa pada masalah dengan
konvensional, siswa juga diberikan
pemberian rangsangan, mengorgani-
kesempatan untuk mengembangkan
sasi siswa, membimbing penyelidik-
pemahaman konsep matematisnya.
an individu maupun kelompok untuk
Hanya
mengidentifikasi masalah dan untuk
diberikan
pengumpulan serta pengolahan data,
konvensional yang diberikan tidak
mengembangkan
menyajikan
sebesar pada discovery learning.
hasil pembuktian, serta menganalisis
Sehingga mengakibatkan pemaham-
dan mengevaluasi proses dan hasil
an konsep matematis siswa pada
pemecahan masalah untuk menarik
kelas yang mengikuti pembelajaran
kesimpulan.
konvensional
dan
saja
kesempatan
pada
tidak
pembelajaran
lebih
daripada
pemahaman
memberikan kesempatan besar bagi
matematis
siswa
siswa
discovery learning.
Model
discovery
untuk
learning
mengembangkan
Pada
pemahaman konsep matematisnya
melalui
kelompok
soal-soal
kegiatan
dalam
dalam
proses
yang
pada
baik
konsep
kelas
pelaksanaan
ber-
model discovery learning, terdapat
menyelesaikan
beberapa kendala yang ditemukan
diskusi
LKK
diberikan
pada
saat
pembelajaran.
Dalam
diskusi
kelompok,
terdiri
atas
kelompok
kelompoknya
gabungan
antara
berkemampuan
matematika
tinggi
dan
learning
tinggi
dibanding
model konvensional.
Kendala pada kelas konven-
awal
rendah.
lebih
sional
yaitu
pada
penyampaian
Dalam hal ini diharapkan agar setiap
materi hanya siswa berkemampuan
siswa dapat bekerjasama secara aktif
awal tinggi yang bisa menangkap
antara kelompok kemampuan awal
materi
matematika
siswa
namun
tinggi
pada
dan
rendah,
kenyataannya
di
dengan
cepat,
sedangkan
berkemampuan
rendah
cenderung pasif dan lama daya
lapangan siswa berkemampuan awal
tangkapnya
matematika
Kendala lainnya pada penelitian ini
tinggi
lebih
aktif
memahami
mengerjakannya, sementara siswa
adalah
berkemampuan
kurang optimal. Pada pembelajaran
awal
rendah
pengaturan
materi.
cenderung lebih mengandalkan siswa
konvensional,
berkemampuan
terdapat
awal
matematika
jadwal
jadwal
jeda
matematika
waktu
istirahat
sehingga terdapat sebagian siswa
tinggi.
Hal ini disebabkan karena
yang telat masuk karena kekantin
meskipun siswa berkemampuan awal
terlalu
tinggi telah membantu menjelaskan-
keterlambatan masuk kelas.
nya
yang
dalam
heterogen
kelompoknya
tersebut,
siswa
lama
sehingga
terjadi
yang
Selain itu pada kelas konven-
ber-
sional sebelum pembelajaran mate-
kemampuan awal matematika rendah
matika
lebih lama mengerjakan soal-soal
sehingga pada waktu pembelajaran
dalam LKK sehingga pada akhirnya
matematika terpotong untuk siswa
siswa berkemampuan awal mate-
berganti pakaian. Kendala-kendala
matika tinggilah yang lebih aktif
tersebut
mengerjakan.
waktu yang tersita, sehingga pem-
Dalam penelitian diperoleh
hasil bahwa pada kelompok siswa
berkemampuan
awal
terdapat
jadwal
mengakibatkan
olahraga
banyak
belajaran kurang efektif pada pembelajaran konvensional.
matematika
tinggi dan rendah, kemampuan akhir
pemahaman konsep pada discovery
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penerapan model discovery
learning efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Way Pengubuan
semester
genap
2014/2015,
konsep
tahun
dimana
matematis
menggunakan
learning
pelajaran
pemahaman
siswa
model
lebih
setelah
discovery
tinggi
dari
pemahaman konsep matematis siswa
setelah menggunakan pembelajaran
konvensional.
Selain
konsep
itu,
pemahaman
matematis
berkemampuan
siswa
awal
yang
matematika
tinggi setelah menggunakan model
discovery learning lebih tinggi dari
pemahaman konsep matematis siswa
setelah
menggunakan
model
pembelajaran konvensional. Pemahaman konsep matematis siswa yang
kemampuan
awal
matematikanya
rendah setelah menggunakan model
discovery learning lebih tinggi dari
pemahaman konsep matematis siswa
setelah
menggunakan model pem-
belajaran konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik
Indonesia tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Ditjen
Dikdasmen Depdiknas. [Online]
(Tersedia
di
http://books.google.co.id.)
di
akses pada 3 Januari 2015.
_________. 2003. Pedoman Khusus
Sistem
Penilaian
Berbasis
Kompetensi
SMP.
Jakarta:
Depdiknas. [Online]. (Tersedia
di www.slideshare.net) di akses
pada 3 Januari 2015.
Dianasari, Enti. 2010. Pembelajaran
Kooperatif Model JIGSAW dan
STAD Ditinjau dari Kemampuan
Awal dan Kreativitas Siswa.
Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas
Maret.
[Online]
(Tersedia di eprints.uns.ac.id)
diakses pada 27 desember 2014.
Effendi,
Leo
Adhar.
2012.
Pembelajaran
Matematika
Dengan Metode Penemuan
Terbimbing untuk Meningkatkan
Kemampuan Representasi dan
Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Smpnegeri di Bandung.
Tesis. Bandung: UPI. (Online)
(Tersedia
di
http://
jurnal.upi.edu.) diakses pada 10
Maret 2015
Mullis, I.V.S, Martin, M. O., Foy. P.,
& Aorora, A. 2012. TIMSS 2011
International
Mathematics
report: Findings From IEA’S
Trends
in
International
Mathematics and Science Study
at the Fourth and Eighth
Grades. Chestnul Hill, Ma:
Timss & Pirls International
Study Centre Boston College.
[Online]
(Tersedia
di
http://timssandpirls.bc.edu.)
diakses pada 27 desember 2014.
Qorri’ah. 2011. Penggunaan Metode
Guided Discovery Learning
untuk
Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siswa pada
Pokok Bahasan Bangun Ruang
Sisi Lengkung. Skripsi. Jakarta:
UIN
Syarief
Hidayatullah.
[Online].
Tersedia
di
http://www.education.gov.
(diakses pada 28 November
2014).
Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar
kepada
Membantu
Guru
Mengembangkan Kompetensinya
dalam
Pengajaran
Matematika untuk Meningkatkan
CBSA (Edisi Revisi). Bandung:
Tarsito.
Uno, Hamzah. 2011. Belajar dengan
Pendekatan PAIKEM. Jakarta:
Bumi Aksara.
Asih, Pamuji. 2014. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematis
Siswa. Jurnal Unila. Vol. 2, No.
2. 2014, pp. 1-10. [Online].
(Tersedia
di
jurnal.fkip.unila.ac.id) diakses
pada 5 Januari 2015.
Wulandari, Lita. 2005. Prestasi
Belajar Ditinjau dari Persepsi
Siswa Terhadap Iklim Kelas
pada Siswa yang Mengikuti
Program Percepatan Belajar.
Jurnal Universitas Sumatera
Utara, Vol. 1, No. 1 .Juni 2005,
pp. 19-27. [Online]. (Tersedia di
repository.usu.ac.id.)
diakses
pada 5 Januari 2015.
Download