RANCANG BANGUN PEMBANGKIT SINYAL ECG PORTABLE Achmad Lutfianto, Mochamad Rochmad, Eru Puspita, Rika Rokhana Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus PENS-ITS Sukolilo, Surabaya [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak - Untuk mempelajari sinyal ECG yang mempunyai parameter sinyal berupa gelombang P, Q, R, S, T, dan U dibutuhkan suatu alat yang dapat menampilkan sinyal ECG. Akan tetapi alat tersebut cukup mahal dan penggunaannya cukup rumit, serta menghabiskan banyak waktu. Untuk itu, perlu dibuat perangkat dengan biaya terjangkau, mudah, praktis, fleksibel dan efisien dalam penggunaannya. Dalam merealisasikan perangkat tersebut diperlukan suatu alat pembangkit sinyal ECG portable. Proses pembangkitan sinyal ECG dan pengaturan parameter sinyal dilakukan oleh mikrokotroler ATmega32 dengan berupa sinyal digital. Rumusan matematik digunakan sebagai dasar untuk membangkitkan dan mengatur parameter sinyal ECG pada ATmega32. Supaya dapat dilihat atau ditampilkan maka sinyal digital ini dikonversikan menjadi sinyal analog dengan menggunakan rangkaian DAC 0800. Setelah sinyal menjadi sinyal analog maka sinyal dapat ditampilkan pada oscilloscope. Akan tetapi, untuk membuat sinyal ECG seperti aslinya maka perlu ditambahkan rangkaian peredam sebelum ditampilkan pada oscilloscope. Untuk melihat data hasil dari pengaturan parameter sinyal ECG maka diperlukan LCD grafik 128x64. Dan supaya parameter sinyal ECG dapat diatur maka diperlukan keypad 4x4 sebagai inputan pengaturan parameter sinyal ECG. Dengan begitu, pembangkit sinyal ini dapat menghasilkan sinyal ECG yang bervariasi dan dapat digunakan dengan praktis. memudahkan dalam mempelajari sinyal ECG maka diperlukan alat yang dapat menampilkan sinyal ECG dengan biaya yang terjangkau, mudah, praktis, fleksibel dan efisien dalam penggunaannya. Untuk merealisasikan perangkat tersebut diperlukan suatu alat pembangkit sinyal ECG portable. Dalam dunia pendidikan, alat ini sangat diperlukan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami tentang sinyal ECG. Alat ini merupakan salah satu solusi dari kebutuhan tentang informasi sinyal ECG. II. DASAR TEORI A. Gelombang ECG Normal Sebuah sinyal yang didapat dari ECG normal adalah seperti pada gambar 1. Menurut Sutopo[1], gelombang ECG normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Gelombang P mempunyai amplitude kurang dari 0,3 mVolt dan periode kurang dari 0,11 detik. 2. Gelombang Q mempunyai amplitude sebesar minus 25% dari amplitude gelombang R. 3. Gelombang R mempunyai amplitude maksimum 3 mVolt. Kata kunci - parameter sinyal ECG, sinyal ECG, ATmega32, rumusan matematik, DAC 0800, peredam, oscilloscope, LCD grafik 128x64 I. PENDAHULUAN Dalam dunia medis, sinyal ECG merupakan salah satu obyek yang paling sering untuk dipelajari. Sinyal ini dipelajari dalam bidang elektronika medika untuk melakukan teknik instrumentasi medika dan melakukan pengamatan sinyal jantung. Untuk mempelajari sinyal ECG dibutuhkan suatu alat bantu yang dapat menggambarkan dan menampilkan sinyal ECG. Pada umumnya sinyal ECG yang mempunyai parameter berupa gelombang P, Q, R, S, T, dan U dapat diketahui dengan menggunakan alat yang cukup mahal. Hal ini dikarenakan alat yang tersedia jumlahnya sangat terbatas dan perbaikannya juga sangat sulit. Selain alat yang digunakan cukup mahal, alat itu pun penggunaannya cukup sulit dan menghabiskan banyak waktu. Supaya dapat Gambar 1. Gelombang ECG normal[6] 4. Gelombang S merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R. 5. Kompleks QRS terdiri dari gelombang Q, R dan S yang memiliki periode 0,06-0,10 detik dengan periode rata-rata 0,08 detik. 6. Gelombang T mempunyai amplitude minimum 0,1 mVolt. B. Karakteristik dan Elektrokardiogram Parameter-Parameter dalam infarction) atau pada normal EKG dinamakan early repolarization. Apabila ST segmen melebihi -1mm dari garis isoelektrik, dinamakan ST depresi. Biasanya ditemukan pada kasus jantung iskemia. Ada beberapa parameter untuk variabel waktu yaitu interval, segmen, dan periode/heart rate. Untuk variabel tegangan parameternya adalah amplitude dan polaritas. Polaritas ini dilihat berdasarkan garis isoelektrik. Garis isolelektrik adalah garis lurus tanpa gelombang apapun. Polaritas positif adalah defleksi gelombang di atas garis isoelektrik (selanjutnya disebut defleksi positif), dan polaritas negatif adalah defleksi gelombang di bawah garis isoelektrik (selanjutnya disebut defleksi negatif)[3]. Gelombang Q-T interval. Normal QT interval antara 0,36 detik sampai dengan 0,44 detik. Biasanya QT interval pada wanita lebih panjang dari laki-laki. QT interval memanjang biasanya ditemukan pada kasus hipokalsemia atau obat-obatan. QT interval memendek biasanya di temukan pada kasus takikardia dan hiperkalsemia. Gambar 2. Parameter Sinyal ECG[4] Gelombang T Normal gelombang T, selalu mengikuti arah QRS kompleks, selalu negatif pada lead aVR, tinggi tidak melebihi 5 mm pada ekstermitas lead( I, II, III, aVR, aVL, aVF) dan tidak melebihi 10 mm pada precordial lead (V1 s/d V6). Gelombang T yang tinggi biasanya sering ditemukan pada kasus hiperkalemia. Sedangkan gelombang T yang datar atau terbalik atau inverted biasanya sering di temui pada kasus penyakit jantung iskemic, dan lain-lain. Berikut ini adalah karakteristik dari parameter sinyal ECG : Gelombang P Tinggi gelombang P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya pembesaran di otot atrium kanan. Lebar melebihi 2,5 mm( P mitral), mengidentifikasikan adanya pembesaran pada otot atrium kiri. Gelombang P-R interval Apabila PR interval melebihi 0,20 detik atau 5 kotak kecil, mengidentifikasikan adanya AV blok. Apabila PR interval kurang dari 0,12 detik atau 3 kotak kecil, mengidentifiksikan adanya accelerated pacemaker (seperti kasus WPW syndrome (wolff parkinson white syndrome)[5]. Gelombang QRS interval Gelombang QRS interval disebut juga Gelombang QRS kompleks. Apabila gel Q melebihi 1/3 gel R mengidentifikasikan adanya infark. Normal QRS kompleks tidak boleh melebihi 0,10 detik dan mempunyai amplitude sekitar 0,5-2,5mV, apabila melebihinya mengidentifikasikan adanya gangguan konduksi pada intraventrikuler ( seperti LBBB, RBBB, LAHB,LPHB). Gelombang U Gelombang U adalah defleksi positif yang kecil sesudah gelombang T. Gelombang U yang negatif selalu berarti abnormal. Gelombang ini tidak selalu muncul, namun dapat dijumpai pada beberapa individu, amplitudenya kurang dari 0,15mV. Gelombang R-R interval jarak antara puncak R ke puncak R berikutnya. Biasanya digunakan untuk menghitung frekuensi jantung dan melihat irama jantung yang mempunyai periode 0,61,2 detik. C. DAC (Digital Analog Converter) DAC berfungsi mengubah data digital menjadi sinyal analog yang biasanya dipergunakan IC DAC dan Op-Amp. DAC 0800 mempunyai lebar data 8 bit, maka format data maksimal ialah 256/FFH. Tegangan referensi pada IC tersebut ialah pada pin 14, sebagai acuan konversi bit/volt. (1) n = nilai biner masukan DAC Gelombang S-T segmen Normal ST segmen tidak boleh melebihi +2 mm dari zero line/ garis isoelektrik, tidak melebihi -1 mm dari zero line atau garis isoelektrik. Apabila ST segmen melebihi + 2mm dari garis isoelektrik, kemungkinan besar dinamakan ST elevasi pada kasus MI (myocardiac Gambar 3. Rangkaian DAC 0800[2] Karena tegangan DAC menggunakan tegangan simetris(dari minus hingga positif), maka keluaran pada op-amp 741 akan berkisar antara -12V sampai +12V, sehingga apabila masukan data DAC=00H, maka tegangan keluarannya= - 12V, jika masukan data DAC=FFH, maka tegangan keluarannya= +12V III. METODOLOGY Proses pembangkitan sinyal ECG dilakukan oleh mikrokontroler AVR (ATmega32). Parameter-parameter sinyal ECG yang diatur adalah pengaturan amplitude untuk gelombang P, Q, R, S, T, dan U, serta pengaturan periode untuk gelombang P, T, U, P-R Segment, S-T Segment, Q-R-S Interval dan periode satu sinyal ECG. LCD Grafik 128x64 (Display) Mikrokontroler ATmega32 (Pembangkit sinyal ECG) DAC 0800 (Pengonversi sinyal digital ke analog) Attenuator (Peredam sinyal) attenuator (peredam sinyal) dan juga melalui attenuator (peredam sinyal). A. Perencanaan Hardware Perencanaan hardware ini merupakan gabungan beberapa rangkaian yang dijadikan menjadi satu. Oleh karena itu, supply tegangan yang digunakan adalah baterai 9Vdan untuk board PCB-nya dijadikan satu. Untuk menurunkan tegangan sehingga tegangan yang dikeluaran oleh rangkaian DAC 0800 menjadi satuan milivolt maka perlu digunakan rangkaian attenuator(peredam). Rangkaian attenuator ini berupa rangkaian pembagi tegangan. Karena output dari rangkaian DAC 0800 sebesar ± 5V maka untuk menjadikan ±5mV diperlukan resistor sebesar 1KΩ dan 1Ω. Oscilloscope (Display) Keypad 4x4 (Inputan pengaturan sinyal ECG) Gambar 5. Rangkaian Pembagi Tegangan Gambar 4. Blok Diagram Sistem Mikrokontroler AVR (ATmega32) merupakan otak dalam melakukan pembangkitan sinyal ECG dan melakukan pengaturan parameter-parameter sinyal ECG. Tahap awal pembuatan sistem ini dimulai dari mikrokotroler AVR (ATmega32) digunakan untuk membangkitkan sebuah sinyal ECG normal yang mana merupakan dasar untuk menghasilkan berbagai macam sinyal ECG. Setelah proses pembangkitan sinyal selesai dilakukan, barulah ATmega32 digunakan untuk melakukan pengaturan parameter sinyal ECG. Inputan untuk melakukan pengaturan parameter sinyal ECG dilakukan oleh keypad matriks 4x4. Pengaturan parameter sinyal ECG ini berupa tampilan menu yang ditampilkan oleh LCD grafik. Karena pembangkitan sinyal ECG yang dilakukan oleh ATmega32 berupa sinyal digital maka untuk menampilkan sinyal analog yang sama seperti sinyal ECG pada umumnya diperlukan pengkonversi sinyal digital ke analog. Untuk mengkonversikan sinyal ECG digital menjadi sinyal ECG analog ini dibutuhkan rangkaian DAC (digital analog converter) yakni, rangkaian IC DAC 0800. Selanjutnya hasil sinyal pengkonversian sinyal ECG digital ke analog dapat dilihat pada oscilloscope. Selain digunakan untuk menampilkan tampilan menu pengaturan parameter sinyal ECG, LCD grafik juga digunakan untuk menampilkan hasil sinyal ECG. Dimana sinyal ECG yang dihasilkan LCD grafik merupakan gambaran dasar sinyal ECG yang akan ditampilkan pada oscilloscope. Karena hasil keluaran dari rangkaian DAC (digital analog converter) itu besar, maka untuk dapat menghasilkan sinyal yang sama dengan sinyal ECG yang sesungguhnya diperlukan rangkaian attenuator (peredam sinyal). Dari attenuator (peredam sinyal) ini langsung dapat ditampilkan pada oscilloscope. Dalam melihat hasil pembangkitan sinyal ECG dapat langsung tanpa melalui VDAC = 5V, R9 = 1Ω, dan R11 = 1KΩ, maka: (2) B. Perencanaan Software Untuk membangkitkan sinyal ECG dengan menggunakan mikrokontroler ATmega32, maka perlu untuk membagi sinyal menjadi beberapa bagian. Kali ini, sinyal ECG dibagi menjadi 12 bagian sinyal atau 12 gelombang. Gambar 6. Sinyal ECG Kedua belas gelombang yang telah diidentifikasi adalah gelombang ke-1, ke-3, ke-8, ke-10 dan ke-12 merupakan garis horizontal, gelombang ke-2, ke-9 dan ke-11 merupakan gelombang sinus setengah gelombang, gelombang ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7 merupakan garis diagonal. Setelah diketahui bentuk kedua belas gelombang tersebut barulah dapat diketahui persamaan matematiknya. Selain berdasarkan gambar dari sinyal ECG normal, persamaan matematiknya diketahui dengan melihat kemungkinan terjadinya perubahan bentuk sinyal ECG yang berdasarkan parameter sinyalnya. start Inisialisasi periode Gelombang 1(garis horizontal) A Inisialisasi periode Gelombang 3 (garis horizontal) Rumus gelombang 1: V=0 Rumus gelombang 3 : V=0 Inisialisasi periode dan amplitude Gelombang 2(gelombang sinus setengah gelombang) Inisialisasi periode dan amplitude Gelombang 4(garis diagonal) Rumus gelombang 2 : n= 0 s/d 1/(2.f.ΔT) V(n) = A sin (2π.n.f.ΔT) Rumus gelombang 4 : V=0 n = 1 s/d i V=V-Q A B Gambar 7. Flowchart Gelombang Ke-1 Sampai Ke-4 Sinyal ECG Berdasarkan flowchart diatas, dapat diketahui bahwa pengaturan gelombang dilakukan dengan memasukan nilai periode dan amplitude gelombang kedalam sebuah rumusan tertentu. Untuk gelombang ke-1 tidak perlu memasukan nilai amplitudenya, sehingga langsung saja memasukkan nilai periodenya. Hal ini dikarenakan gelombang ke-1 adalah garis horizontal dan mempunyai rumusan V = 0. Untuk gelombang ke-2 merupakan gelombang sinus yang mana tepatnya gelombang sinus setengah gelombang, dimana rumusannya adalah V = V(n) = A sin (2π.n.f.ΔT) dan n = 0 s/d 1/(2.f.ΔT) untuk rumusan perulangannya. Untuk gelombang ke-3 sama dengan gelombang ke-1. Sedangkan untuk gelombang ke-4 merupakan gelombang yang berbentuk garis diagonal dengan rumusan V = V - Q, dengan nilai awal V = 0 dan untuk rumusan perulangannya mempunyai adalah n = 1 s/d i. Untuk amplitudenya tergantung nilai dari i dikalikan dengan nilai dari Q, dimana Q adalah besarnya kenaikan atau penurunan setiap tingkatan atau step. B C Inisialisasi periode dan amplitude Gelombang 5(garis diagonal) Inisialisasi periode dan amplitude Gelombang 7(garis diagonal) Rumus gelombang 5 : n = 1 s/d i V = V + Ra Rumus gelombang 7 : n = 1 s/d i V=V+S Inisialisasi periode dan amplitude Gelombang 6(garis diagonal) Inisialisaai periode dan amplitude Gelombang 8(garis horizontal) Rumus gelombang 6 : n = 1 s/d i V = V - Rb Rumus gelombang 8 : n = 1 s/d i+(V.k) V = V + ST C D Untuk gelombang ke-5 merupakan gelombang yang sama dengan gelombang ke-4, tetapi mempunyai perbedaan rumusannya, yakni V = V + Ra, dengan nilai awal V adalah nilai akhir dari V gelombang ke-4. Untuk gelombang ke-6 adalah gelombang yang sama dengan gelombang ke-4, namun mempunyai perbedaan pada variable pengatur amplitudenya, yakni kalau gelombang ke-4 adalah Q, sedangkan untuk gelombang ke-6 adalah Rb. Untuk nilai awal V adalah nilai akhir dari V gelombang ke-5. Untuk gelombang ke-7 mempunyai rumusan yang sama dengan gelombang ke-5, akan tetapi ada perbedaan pada variable pengatur amplitudenya, yakni kalau gelombang ke-5 adalah Ra, sedangkan untuk gelombang ke-7 adalah S. Untuk nilai awal V adalah nilai akhir dari V gelombang ke-6. Dan untuk gelombang ke-8 pada dasarnya sama dengan gelombang ke-1 dan ke-3, tetapi mempunyai perbedaan dengan adanya perubahan pada amplitudenya, dimana rumusannya adalah V = V + ST, dengan nilai awal V adalah nilai akhir dari V gelombang ke-7 dan untuk rumusan perulangannya adalah n = 1 s/d i+(V.k). D E Inisialisasi periode dan amplitude Gelombang 9(gelombang sinus setengah gelombang) Inisialisasi periode dan amplitude Gelombang 11(gelombang sinus setengah gelombang) Rumus gelombang 9 : n= 0 s/d 1/(2.f.ΔT) - (V.k) V(n) = A sin (2π.n.f.ΔT) Rumus gelombang 11 : n= 0 s/d 1/(2.f.ΔT) V(n) = A sin (2π.n.f.ΔT) Inisialisasi periode Gelombang 10(garis lurus) Inisialisasi periode Gelombang 12(garis lurus) Rumus gelombang 10 : V=0 Rumus gelombang 12 : V=0 E End Gambar 9. Flowchart Gelombang Ke-9 Sampai Ke-12 Sinyal ECG Gambar 8. Flowchart Gelombang Ke-5 Sampai Ke-8 Sinyal ECG Untuk gelombang ke-9 dan ke-11 mempunyai rumusan matematik yang sama dengan gelombang ke-2, yaitu V(n) = A sin (2π.n.f.ΔT). Tetapi mempunyai perbedaaan pada gelombang ke-9 dimana untuk periodenya mempunyai rumusan n= 0 s/d 1/(2.f.ΔT) - (V.k). Hal ini dikarenakan adanya perubahan amplitude pada gelombang ke-8, sehingga rumusan periodenya mengikuti perubahan amplitude gelombang ke-8 tesebut. Untuk gelombang ke-11 mempunyai rumusan periode yang sama dengan gelombang ke-2, yakni n = 0 s/d 1/(2.f.ΔT). Dan untuk gelombang ke-10 dan ke- 12 juga mempunyai rumusan matematik yang sama dengan gelombang ke-1, 3, dan 8. IV. PENGUJIAN DAN ANALISA A. Pengujian Sinyal ECG Normal Yang Sama Dengan Aslinya Pengujian kali ini adalah untuk mengetahui apakah sinyal ECG yang dihasilkan oleh mikrokontroler yang sudah melalui DAC(digital analog converter) dan melalui peredam (attenuator) telah sama dengan yang ada pada sinyal ECG pada umumnya. Untuk mengetahuinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. sehingga bentuk sinyal ECG mempunyai ukuran yang sama dengan aslinya, yakni amplitudenya berada dalam satuan mV. Pada perencanaan sistem telah dijelaskan bahwa untuk meredam sinyal ECG sehingga amplitudenya bersatuan mV diberikan nilai resistor sebesar 1K ohm dan 1 ohm. Dan hasil dari peredam itu adalah peredam 1000 kali yang mana pada oscilloscope hasil sinyal ECG-nya mempunyai noise yang besar. Oleh karena itu, peredam dinaikan secara bertahap. Noise yang besar ini, selain disebabkan oleh peredam yang besar, juga disebabkan oleh adanya kemungkinan noise pada oscilloscope yang digunakan serta adanya kemungkinan noise pada alat. Kalau pun dilakukan pemfilteran pada sinyal ECG ini maka terdapat kesulitan menentukan besarnya frekuensi yang difilter. B. Pengujian Keakuratan Pembangkitan Sinyal ECG Normal Oleh Lcd Grafik Dan Hasilnya Pada Oscilloscope Gambar 10. Hasil sinyal ECG dengan peredaman 20 kali Untuk peredam 20 kali adalah dalam rangkaian peredam berikan nilai resistor sebesar 1K ohm dan 50 ohm. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui keakuratan pembangkitan sinyal ECG normal yang nilai parameternya ditampilkan oleh LCD grafik dan hasil keluaran sinyalnya ditampilkan pada oscilloscope. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil keluaran LCD grafik dapat dilihat pada gambar 13. Gambar 13. Hasil Tampilan Sinyal ECG Normal pada LCD grafik Gambar 11. Hasil sinyal ECG dengan peredaman 100 kali Untuk peredam 100 kali adalah pada rangkaian peredam berikan nilai resistor sebesar 1K ohm dan 10 ohm. Gambar 12. Hasil sinyal ECG dengan peredaman 1000 kali Untuk peredam 1000 kali ialah pada rangkaian peredam berikan nilai resistor sebesar 1K ohm dan 1 ohm. Analisa : Pemberian nilai resistor dalam rangkaian peredam dilakukan dengan cara diubah-ubah bertujuan untuk mengetahui kemampuan peredam dalam meredam sinyal ECG Gambar data parameter sinyal ECG pada gambar 14. menjelaskan bahwa : Taw-ak : nilai periode awal dan akhir sinyal ECG (Taw x 10ms ; Tak x 10ms) P : nilai amplitude dan periode gelombang P (Ap x 40mV ; Tp x 10ms) T : nilai amplitude dan periode gelombang T (At x 40mV ; Tt x 10ms) U : nilai amplitude dan periode gelombang U (Au x 40mV ; Tu x 10ms) Q : nilai amplitude dan periode gelombang Q (Aq x 20mV ; Tq x 2.8ms) Ra : nilai amplitude dan periode gelombang Ra (Ara x 20mV ; Tra x 4.8ms) Rb : nilai amplitude dan periode gelombang Rb (Arb x 20mV ; Trb x 8.8ms) S : nilai amplitude dan periode gelombang S (As x 20mV ; Ts x 4.8ms) ST : nilai amplitude dan periode gelombang ST (Ast x 40mV ; Tst x 10ms) PRTU : nilai periode PR segmen dan antara gelombang T akhir dengan gelombang U awal (Tpr x 10ms ; Ttu x 10ms) Gambar 17.a. adalah Gelombang Rb, dimana gambar 17.a. adalah setengah gelombang dari gelombang R sinyal ECG normal pada bagian tengah gelombang sampai bagian akhir gelombang. Gambar 17.b. adalah gelombang S sinyal ECG normal. Gambar 14. Parameter Sinyal ECG Normal pada Oscilloscope Gambar 14.a. Gelombang Awal dan Akhir Sinyal ECG Normal Gambar 14.b. Gelombang P Sinyal ECG Normal Gambar 14.a. adalah Gelombang awal dan akhir sinyal ECG normal dan gambar 14.b. adalah Gelombang P Sinyal ECG normal. Gambar 18. Parameter Sinyal ECG Normal pada Oscilloscope Gambar 18.a. Gelombang ST Segmen Gambar 18.b. PR Segmen Sinyal ECG Normal Gambar 18.a. adalah Gelombang ST segmen sinyal ECG normal dan Gambar 18.b. adalah Gelombang PR segmen Sinyal ECG normal. Gambar 15. Parameter Sinyal ECG Normal pada Oscilloscope Gambar 15.a. Gelombang T Sinyal ECG Normal Gambar 15.b. Gelombang U Sinyal ECG Normal Gambar 15.a. adalah Gelombang T sinyal ECG normal dan gambar 15.b. adalah Gelombang U Sinyal ECG normal. Gambar 19. Gelombang TU pada Oscilloscope Gambar 19. adalah Gelombang TU, dimana gelombang TU adalah periode antara akhir gelombang T dengan awal gelombang U sinyal ECG normal. TABEL I HASIL DATA PARAMETER SINYAL ECG NORMAL Gambar 16. Parameter Sinyal ECG Normal pada Oscilloscope Gambar 16.a. Gelombang Q Sinyal ECG Normal Gambar 16.b. Gelombang Ra Gambar 16.a. adalah Gelombang Q sinyal ECG normal dan gambar 16.b. adalah Gelombang Ra, dimana gelombang Ra adalah setengah gelombang dari gelombang R sinyal ECG normal pada bagian awal gelombang sampai bagian tengah gelombang. Gambar 17. Parameter Sinyal ECG Normal pada Oscilloscope Gambar 17.a. Gelombang Rb Gambar 17.b. Gelombang S Sinyal ECG Normal Parameter sinyal ECG P T U Q Ra Rb S ST PR TU Taw-ak Amplitude (mV) GLCD Osc. 200 200 240 237.5 80 81.3 100 109 1100 1031 1300 1172 300 297 0 0 % Error 0 1.04 1.62 9 6.27 9.85 1 0 Periode (ms) GLCD 100 180 40 14 24 44 24 130 40 30 80 Osc. 98 179 35 12.8 24 43.6 24 143 45 37 91 % Error 0.02 0.56 0.125 8.57 0 0.9 0 10 12.5 23.3 13.75 Analisa : Berdasarkan perhitungan error yang ada pada tabel I parameter sinyal ECG normal mempunyai nilai rata-rata error sebesar 5.52 % pada variable waktu dan nilai rata-rata error sebesar 3.6 % pada variable tegangan. Untuk error pada variable waktu disebabkan oleh pemrosesan program sebelum delay ini dijalankan sehingga menambah lama program dijalankan dan untuk variable tegangan dikarenakan oleh keakuratan hasil data konversi DAC 0800. Semakin akurat hasil data konversi DAC 0800 maka semakin sesuai amplitude yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. C. Pengujian Pembangkitan Beberapa Frekuansi Denyut Jantung Pada pengujian ini berguna untuk mengetahui kemampuan pembangkit sinyal ini dalam membangkitkan beberapa frekuensi denyut jantung. Untuk denyut jantung normal dapat mudah dibangkitkan oleh alat ini. Denyut jantung normal mempunyai frekuensi sebesar 60-100BPM. Denyut jantung cepat yang dibangkitkan mempunyai frekuensi sebesar 200BPM. Analisa : Dalam membangkitan kelima denyut jantung, pembangkit sinyal ini tidak terlalu menemukan kesulitan. Hal ini dikarenakan pengaturan hanya menyangkut seberapa lebar periode yang ditetapkan. Dan untuk mengatur parameternya tidak terlalu rumit dalam membuat kelima denyut jantung ini. Kerena irama denyut jantung yang dapat dibangkitkan pembangkit sinyal ini hanya irama regular atau tetap maka untuk variasi lain denyut jantung yang mempunyai irama tak tetap atau irregular tidak dapat dibangkitkan. Parameter utama dalam membuat denyut jantung mempunyai frekuensi yang cepat dan lambat adalah besarnya nilai parameter dari periode awal dan akhir sinyal. V. KESIMPULAN Gambar 20. Denyut Jantung Normal Gambar 20.a. Denyut Jantung Normal pada LCD Grafik Gambar 20.b. Denyut Jantung Normal pada Oscilloscope Pada denyut jantung yang dibangkitkan oleh pembangkit sinyal ini mempunyai frekuensi sebesar 80BPM. Untuk selanjutnya dapat dilihat denyut jantung lambat. Denyut jantung lambat mempunyai frekuensi sebesar kurang dari 60BPM. Rumusan matematik yang sesuai untuk membangkitkan sinyal ECG ini adalah rumusan dari gelombang sinus, garis horizontal dan garis diagonal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembangkitan sinyal ECG normal yang parameter variabelnya berupa tegangan mempunyai error sebesar 3.6 % dan parameter variabelnya berupa periode mempunyai error sebesar 5.52 %. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] Gambar 21. Denyut Jantung Lambat Gambar 21.a. Denyut Jantung Lambat pada LCD Grafik Gambar 21.b. Denyut Jantung Lambat pada Oscilloscope Frekuensi denyut jantung gambar di atas adalah sebesar 50BPM. Untuk denyut jantung cepat mempunyai frekuensi sebesar lebih dari 100BPM. [4] [5] [6] Gambar 22. Denyut Jantung Cepat Gambar 22.a. Denyut Jantung Cepat pada LCD Grafik Gambar 22.b. Denyut Jantung Cepat pada Oscilloscope Widjaja, Sutopo widjaja. 1990. ECG Praktis. Jakarta: Binarupa Aksara. Artikel non-personal, , Pemrograman ADC dan DAC, (http://www.toko-elektronika.com/tutorial/ADC.html diakses pada tanggal 22 Agustus 2011, jam 21.15 WIB.) Artikel non-personal, 2009, Elektrokardiogram (EKG), (http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_co ntent&view=article&id=633:elektrokardiogramekg&catid=15:pemrosesan-sinyal&Itemid=14 diakses pada tanggal 24 Agustus 2011, jam 21.10 WIB.) Desi77, 2010, 12 Lead EKG Explained: Part #1, (http://desi77.wordpress.com/2010/12/page/2/ diakses pada tanggal 16 Agustus 2011, jam 21.05 WIB.) Nazmah, Abu, 2009, Konfigurasi Gelombang EKG, (http://kursusekg-ii.blogspot.com/2009/02/ii3konfigurasi-gelombang-ekg_18.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011, jam 21.10 WIB.) Skuler, 2008, fenomena bioelektrik electrocardiogram (ECG), (http://www.forumsains.com/artikel/fenomenabioelektrik-electrocardiogram-ecg/ diakses pada tanggal 26 Agustus 2011, jam 21.10 WIB.)