BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Skripsi Siti Rofi’ah yang berjudul “ Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Siswa yang Bermasalah Di SMKN 1 Palangka Raya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah di SMKN-1 Palangka Raya yaitu mengenai perencanaan program telah membuat program tahunan dan program semester yang dibuat pada awal tahun ajaran keduanya di buat secara bersamaan, namun dalam pelaksanaannya tidak mempunyai jadwal. Sedangkan pelaksanaan BK dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah sudah dilaksanakan artinya guru BK telah memberikan bimbingan kepada siswa yang bermasalah dan memberikan tindakan-tindakan yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa bermasalah, namun guru BK kurang mensosialisasi terhadap program yang dilaksanakan, karena ada sebagian wali kelas yang tidak mengetahuinya. Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan BK yaitu jumlah guru BK dan mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai, yaitu berlatar belakang sebagai guru BK. Sedangkan kendala yang dihadapi untuk melakukan bimbingan yaitu ruang Bimbingan dan Konseling yang masih terbatas. Evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah yaitu dengan membuat laporan bulanan kegiatan bimbingan dan mengawasi tingkah lakunya serta memberikan penilaian terhadap hasil bimbingan. 1 Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pelaksanaan BK dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah sudah dilaksanakan artinya guru BK telah memberikan bimbingan kepada siswa yang bermasalah dan memberikan tindakan-tindakan yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa bermasalah, namun guru BK kurang mensosialisasi terhadap program yang dilaksanakan, karena ada sebagian wali kelas yang tidak mengetahuinya. Sedangkan dalam penelitian yang saya teliti adalah peranan guru BK dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMPN 8 Palangka Raya. Diharapkan peranan guru Bk tersebut dapat membantu siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib di SMP-N 8 Palangka Raya. B. Deskripsi Teoritik 1. Peranan guru bimbingan konseling a. Pengertian Peranan 1 Siti Rofi’ah, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Siswa yang Bermasalah Di SMKN 1 Palangka Raya, Palangka Raya: STAIN, t.h, 2011 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa: Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang disuatu peristiwa. 2 Menurut Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mengatakan: Peranan adalah serangkaian tingkah laku yang saling bersangkutan, yang dilakukan seseorang dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan dalam tingkah laku.3 Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, menguraikan pengertian peranan sebagai berikut: 1. Peranan meliputi norma-norma yamg dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam artian merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan; 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat. 4. Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan 2 Depdikbud, Kamus Bersar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h.75 3 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 4 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Peres, 1992. hal. 1992.hal.4 262. merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan dimasyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. b. Pengertian Guru Dalam undang-undang RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 5 Dalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan : Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.6 Usman menyatakan : Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.7 Menurut Djamarah pengertian Guru adalah : Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempermasalahkan masalah 5 Depaq RI, UU RI Tentang Guru dan Dosen, 2007, hal. 6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.hal. 228 7 Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.h. 5 dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal disekolah. 8 Djamarah juga menyatakan bahwa disekolah guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Sebagai orang tua, guru harus menganggap siswanya sebagai anak didik, bukan menganggap sebagai” peserta didik”. Kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat, tidak saja ketika dia disekolah tetapi juga diluar sekolah. Guru memang harus menyadari bahwa dirinya adalah figur yang diteladani oleh semua pihak terutama oleh anak didiknya disekolah. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya memiliki ilmu pengetahuan dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya sebagai pengajar dan pendidik, dimana ia memiliki keahlian dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya sebagai pengajar yang profesional, sebagai anak didik mampu mencapai kedewasaan jasmani dan rohani. c. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pengertian bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut : Menurut Walgito pengertian bimbingan adalah : Bantuan / pertolongan kepada individu atau sekumpulan individuindividu dalam menghindari / mengatasi kesulitan-kesulitan didalam 8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rieneka Cipta, 2000.h.1-4 kehidupannya, agar individu / sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. 9 Menurut Winkel pengertian bimbingan adalah : Pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan mengadakan penyesuaian diri terhadap runtutan-runtutan hidup. Bantuan ini bersifat psikis (kejiwaan) bukan pertolongan “financial, medis dan sebagainya. 10 Sedangkan menurut Gunarsa pengertian bimbingan adalah : Bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami diri sendiri, sehingga sanggup mengarahkan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. 11 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bimbingan yang diberikan kepada seseorang maupun sekelompok orang secara terarah dan sistematis dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, mengadakan penyesuaian terhadap tuntutan-tuntutan hidup dan mengembangkan kemampuannya sehingga mendapatkan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial yang sebaikbaiknya. Sedangkan penyuluhan menurut Walgito adalah : 9 Walgito, Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta: Rieneka Cipta, 1995, hal. 4 10 Winkel, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah Menengah, Jakarta: Rieneka Cipta, 11 Gunarsa dan Ny.Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 1987, hal. 7 1982, hal. 13 Bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. 12 Menurut Rochman Natawidjaja konseling adalah : Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya . 13 Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa penyuluhan adalah proses menolong seseorang yang menghadapi suatu masalah yang dilakukan melalui komunikasi timbal balik antara pembimbing dengan yang dibimbing dan sesuai keadaan individu yang dihadapi sehingga individu yang mengalami suatu masalah dapat menyelesaikannya secara mandiri dan bertanggung jawab. Jadi yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling (bimbingan penyuluhan) adalah suatu proses bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang sedang menghadapi masalah atau dalam rangka pengembangan potensi individu sehingga adanya bantuan tersebut individu yang dibantu dapat menyelesaikan dengan baik dalam rangka pencapaian kesejahteraan hidupnya. 12 13 Walgito, Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta: Rieneka Cipta, 1995, hal. 6 Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996, hal. 21 d. Guru bimbingan dan konseling Guru bimbingan dan konseling adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing bertugas : 1. 2. 3. 4. 5. Memasyarakatka pelayanan bimbingan Merencanakan program bimbingan Melaksanakan segenap layanan bimbingan Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya 6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian 7. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya 8. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan kepada coordinator bimbingan. Disamping bertugas memberikan layanan informasi kepada siswa juga sebagai sumber data yang meliputi kartu akademis, catatan konseling, data psikotes, dan catatan konferensi kasus. Maka guru bimbingan perlu melengkapi data yang diperoleh guru mata pelajaran.14 e. Peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran siswa Siswa yang sering melanggar tata tertib, kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus 14 Ibid, hal. 56 dan 60 meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Disinilah pentingnya peranan guru bimbingan konseling dalam membantu mengatasi masalah siswa. Adapun peranan guru bimbingan konseling adalah : 1. Membantu menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah yang dihadapinya disebabkan oleh cara berpikirnya yang tidk logis. 2. Menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri. 3. Berusaha mengajak klien mengubah cara berpikirnya dengan cara menghilangkan gagasan-gagasan yang tidak logis. 4. Menyerang inti cara berpikir yang tidak rasional dari klien dan mengajarkan bagaimana caranya mengganti cara berpikir yang tidak rasional dengan rasional.15 Selain itu dalam buku Dimensi Administrasi Pendidikan menurut Piet A. Sahertian peranan petugas bimbingan adalah : 1. Memberi informasi yang penting. 2. Bekerja sama dengan para siswa dalam memberikan konseling secara individu untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. 3. Memberikan konseling kepada siswa secara kelompok. 4. Menjelaskan terapi yang sesuai bila diperlukan. 15 Ibid, hal. 101-102 5. Menyampaikan kasus-kasus yang berat kepada para spesialis. 6. Memberi perhatian kepada orang tua agar program bimbingan dapat berhasil. 7. Berfungsi sebagai alat stabilisator yang bias menciptakan sistem yang menciptakan hubungan baik dengan antara petugas bimbingan, para siswa, orang tua dan masyarakat awam. 16 f. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu atau kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, social, belajar, karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal. Adapun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Sukardi dan Sumiati adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum a) Agar siswa dapat memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuannya disekolah. b) Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, serta rasa tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu. 16 hal. 136-137 Piet Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya :Usaha Nasional, 1985, c) Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan untuk memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab. d) Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain. 2. Tujuan khusus a) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan didalam memahami dirinya sendiri. b) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan didalam memahami lingkungannya termasuk lingkungan sekolah, keluarga dan kehidupan masyarakat yang lebih luas. c) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya. d) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dan lapangan kerja secara tepat.17 Kosasi dan Soecipto mengemukakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling disekolah adalah : 1) Mengatasi kesulitan-kesuitan yang berhubungan dengan masalahmasalah sosial emosional disekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan yang lebih luas.18 Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling baik secara umum maupun khusus adalah menyangkut halhal berhubungan dengan masalah siswa dan kesulitan yang dihadapi 17 Sukardi dan Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Dan Penyuluhan, Jakarta: Rieneka Cipta, 1990.h.3-4 18 Kosasi dan Soecipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rieneka Cipta, 1999, hal. 17 siswa dalam dirinya. Dari pendapat diatas tergambar bahwa tujuan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan suatu pemberian bantuan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa seperti pelanggaran terhadap tata tertib yang dapat membawa dampak kurang baik terhadap kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. g. Fungsi bimbingan di sekolah Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya adalah: 1. Fungsi pemahaman Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara oftimal, menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 2. Fungsi preventif Yaitu, fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. 3. Fungsi pengembangan yaitu, fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. 4. Fungsi penyembuhan Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar maupun karir. 5. Fungsi penyaluran Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. 6. Fungsi adaptasi Yaitu, fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan konseli. 7. Fungsi penyesuaian Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 8. Fungsi perbaikan Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Konselor memberikan perlakuan terhadap konseli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif atau normatif. 9. Fungsi fasilitasi Yaitu, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang oftimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. 10. Fungsi pemeliharaan Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan memperta hankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi yang menyebabkan penurunan produktivitas diri.19 Fungsi-fungsi tersebut ditujukan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung dari masing-masing fungsi itu. Setiap layanan kegiatan yang akan dilakukan harus secara langsung mengacu atau mengarah pada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil yang hendak dicapai / diperoleh secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi. h. Proses Bimbingan dan Konseling Willis dan Setiawan mengemukakan bahwa proses atau sistematika proses bimbingan dan konseling adalah : 1. Memahami terlebih dahulu gejala-gejala kesulitan yang dihadapi murid. 2. Memahami identitas pribadi murid. 3. Memahami latar belakang masalah. 4. Analisis masalah. 5. Pengumpulan data. 6. Upaya pelayanan bimbingan dan konseling. Gunarsa dan Ny.Gunarsa mengemukakan bahwa proses bimbingan dan konseling adalah : 1. Wawancara 2. Penentuan masalah 3. Pengumpulan data 19 2010.h.16-18 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada, 4. 5. 6. 7. 8. Analisis data Penyelesaian masalah Penilaian Pelaksanaan bantuan evaluasi20 Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dalam proses bimbingan dan konseling terlebih dahulu perlu memahami masalah yang terjadi serta identitas kepribadian murid, selanjutnya diberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kemudian diadakan evaluasi terhadap hasil yang diberikan bantuan tersebut. Dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : a) Teknik pelaksanaan Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dalam beberapa cara tergantung kepada sifat permasalahan, jadwal siswa, kesiapan tenaga pembimbing, serta tersedianya waktu dan tempat. b) Waktu Agar layanan bimbingan dapat terlaksana secara efektif maka kegiatannya memerlukan pengaturan waktu tertentu baik secara terjadwal. c) Tempat pelaksanaan 20 Depdiknas , Kamus Besar Bahasa Indonesia, , Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hal. 213 Kegiatan layanan bimbingan memerlukan pengaturan tempat secara baik dan tepat. Kegiatan bimbingan dapat dilakukan diruang yang sudah disiapkan secara khusus untuk keperluan itu atau tempat yang sudah disepakati bersama siswa. i. Jenis-jenis layanan Bimbingan konseling di sekolah Layanan bimbingan adalah kegiatan yang dilakukan petugas bimbingan dalam rangka menemukan, melaksanakan fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan bimbingan konseling. Adapun jenis-jenis layanan yang diberikan : 1. Layanan orientasi, yakni layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru terhadap lingkungan baru yang dimasukinya. 2. Layanan informasi, yakni bersama layanan orientasi memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan dengan berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan. 3. Layanan konseling perorangan, yakni sebagai pelayanan khusus dalam hubungan tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan ini masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapanya dengan kekuatan klien sendiri. 4. Layanan bimbingan konseling kelompok, yakni apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang perorangan, maka bimbingan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. 5. Kegiatan penunjang, yakni pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan penunjang dengan berbagai data, keterangan, informasi, terutama tentang klien dan lingkungannya.21 j. Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan dan konseling Melakukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya perlu diketahui langkah-langkah dalam memberikan layanan bimbingan konseling kepada siswa,terutama mereka yang mempunyai masalah. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi : 1. Identifikasi masalah Pada langkah ini hendaknya diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menunjukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan 21 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 1994, hal 225 memerhatikan gejala yang tampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi. 2. Diagnosis Pada langkah ini yang dilakukan adalah menetapkan masalah berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. 3. Prognosis Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. 4. Pemberian bantuan Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang manjadi penyebabnya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan. 5. Evaluasi dan tindak lanjut Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat dilakukan selama pemberian proses bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi, dokumentasi dan sebagainya. 22 k. Pendekatan dalam bimbingan dan konseling Jika kita memahami bahwa pendidikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang yang dewasa kepada orang yang belum dewasa dalam proses perkembangan menuju ke kedewasaan. Dalam hal ini sangat diperlukan bimbingan, dan perlu ada pendekatan dalam bimbingan tersebut. Ada tiga macam pendekatan yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain yang dikutip oleh Fenti Hikmawati yaitu: 1. Bimbingan preventif Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseorang menghadapi masalah. Caranya dengan menghindari masalah itu (jika memungkinkan), mempersiapkan orang tersebut untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi bekal pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk menghadapi masalah itu. 2. Bimbingan kuratif 22 2011 Fenti Hikmawati, bimbingan konseling edisi revisi, Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri. 3. Bimbingan perseveratif Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang mencakup sifat dan sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan, kesehatan jiwa yang dimilikinya, kesehatan jasmani dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat, kebiasaan cara bergaul yang baik dan sebagainya. Bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada pendekatan individu dan pendekatan kelompok, yaitu: 1. Pendekatan individu Pendekatan ini dilakukan dengan pendekatan perseorangan dan dilaksanakan melalui wawancara langsung dengan individu. Dalam pendekaatan ini terdapat hubungan yang dinamis, sehingga individu measa diterima dan di mengerti oleh pembimbing. Pendekatan bimbingan individu mencakup : a. Informasi individual b. Penasihatan individual c. Pengajaran remedial individual d. Penyuluhan individual. 2. Pendekatan kelompok Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per kelompok. Beberapa orang yang bermasalah sama, atau yang dapat memperoleh manfaat dari pembimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok kecil(2-6 orang), kelompok sedang(7-12 orang), dan kelompok besar (20-40 orang). Pendekatan bimbingan kelompok mencakup : a. Informasi kelompok b. Penasihatan kelompok c. Pengajaran remedial kelompok d. Penyuluhan kelompok e. Home room f. Sosiodrama g. Karya wisata h. Belajar kelompok i. Kerja kelompok j. Diskusi kelompok k. Kegiatan club/ pramuka.23 2. Mengatasi pelanggaran tata tertib sekolah a. Pengertian mengatasi 23 2011, h.73-75 Fenti Hikmawati, bimbingan konseling edisi revisi, Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, Dalam kamus besar bahasa Indonesia Mengatasi adalah adalah menguasai (keadaan) untuk persoalan itu diperlukan kebijaksanaan para petugas. b. Pengertian Tata Tertib Sekolah Dalam kamus besar bahasa Indonesia tata berarti aturan. Sedangkan tata tertib ialah peraturan-peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan, disiplin.24 Sedangkan menurut Arikunto tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. 25 Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan tata tertib ialah bentuk peraturan yang wajib diikuti dalam rangka kepentingan bersama. Tata tertib sekolah adalah ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari yang mengandung sangsi terhadap pelanggarannya. Peraturan yang mengatur kehidupan disekolah sehari-hari yang menjadi pedoman tingkah laku siswa untuk mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing. Adapun fungsi dari tata tertib yaitu mengamankan keadaan sekolah juga melindungi dan menyelamatkan siswa dari gangguan. 24 25 Ibid, hal. 74 Arikunto dan Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rieneka Cipta, 1990.h.122. Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, disamping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib administratif. Kewajiban mentaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan dari sistem persekolahan dan bukan sekedar sebagai kelengkapan sekolah. Pada dasarnya tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut : 1. Tugas dan kewajiban dalam intra sekolah : a. Murid harus datang di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai. b. Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai. c. Murid tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada sat jam istirahat kecuali keadaan tidak mengizinkan misalnya hujan. d. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah. e. Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah. f. Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti kepramukaan, kesenian, palang merah remaja dsb. 2. Larangan yang harus diperhatikan : a. Meninggalkan sekolah / jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersangkutan. b. Merokok di sekolah. c. Berpakaian tidak senonoh atau bersolek berlebihan. d. Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran. 3. Sangsi bagi murid : a. Peringatan lisan secara langsung b. Peringatan tertulis dengan tebusan orang tua. c. Dikeluarkan sementara. Dalam prakteknya, aturan tata tertib yang bersumber dari instruksi menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut perlu dijabarkan atau diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan kondisi sekolah agar mudah dipahami oleh murid.26 Adapun tata tertib yang ada di SMP Negeri 8 Palangka Raya adalah : A. Dilingkungan sekolah 1. Siswa berada di sekolah 20 menit sebelum jam pelajaran dimulai. 2. Di wajibkan mengikuti upacara bendera setiap hari senin mulai pukul 06.30 WIB. 3. Siswa yang berhalangan hadir harus menyampaikan kabar tertulis melalui wali kelas atau guru piket, apabila siswa tidak hadir selama 3 kali akan mendapat teguran. 4. Selama jam pelajaran efektif, apabila siswa meninggalkan sekolah harus membawa surat izin dari guru piket. 5. Selama jam pelajaran istirahat harus tetap berada dilingkungan sekolah. 6. Sepeda harus ditempatkan di lokasi parkir dan harus dikunci. 7. Tidak diperkenankan membawa sepeda motor. 8. Membuang sampah sembarangan, dikenakan sanksi Rp.5.000,9. Tidak boleh memetik bunga / merusak tanaman, sesuai surat pernyataan bersama siswa. 10. Tiap siswa wajib menanam satu pohon atau lebih untuk kerindangan lingkungan sekolah serta pemeliharaannya. 11. Bagi siswa memakai WC harus disiram dan ikut menjaga kebersihan sekolah. 12. Tidak diperkenankan menerima tamu di sekolah tanpa seizing guru piket dan satpam. 13. Bagi orang tua atau wali murid apabila memasuki lokasi sekolah harap melapor terlebih dahulu ke guru piket atau satpam sekolah. 26 Suryosubroto, Dimensi-Dimensi Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004.h.81-83. 14. Dilarang membawa makanan / minuman dari kantin/ warung, keluar dari daerah kantin. B. Kebersihan badan dan pakaian 15. Ketentuan rambut : a. Untuk siswa putra, Panjang rambut bagian atas tidak boleh melebihi 8 cm. Tidak boleh menutup telinga Tidak boleh menutup kerah baju Tidak boleh dicat/diwarnai (harus warna aslinya) b. Untuk siswa putri, Yang berambut panjang agar diikat dengan rapi Tidak boleh dicat/diwarnai (harus warna aslinya) 16. Seragam berada di lingkungan sekolah baju harus dimasukan ke celana/rok. 17. Pada saat jam olahraga, siswa harus menggunakan pakaian olahraga. 18. Tidak diperkenankan memakai perhiasan berlebihan atau betindik. 19. Siswa perempuan diharuskan memakai rok panjang atau dibawah lutut. 20. Tidak boleh memelihara kuku panjang dan tidak boleh diberi warna. 21. Siswa laki-laki tidak diperkenankan memakai anting-anting, kalung, gelang dan tindik. 22. Siswa diwajibkan memakai ikat pinggang dan kaos kaki yang berlogo SMPN 8 Palangka Raya. 23. Jenis pakaian yang dipakai adalah: Hari Senin Selasa Rabu & kamis Jum’at Sabtu C. Sikap / perilaku Seragam Biru putih lengkap dengan topi dan dasi Biru putih Atas batik, bawah biru Pramuka Pramuka Sepatu / kaos kaki Hitam / putih Hitam / putih Warna bebas / rapi Hitam / putih Hitam / putih 24. Tidak boleh membawa buku bacaan yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. 25. Tidak diperkenankan membawa senjata tajam. 26. Tidak diperkenankan merokok, meminum-minuman keras, obat terlarang dan berjudi. 27. Tidak diperkenankan membawa gambar porno dalam bentuk apapun. 28. Tidak diperkenankan membawa HP. 29. Tidak diperkenankan bekelahi sesama teman maupun dengan orang lain. 30. Semua siswa harus melakukan 7K. 31. Tidak diperkenankan mencoret-coret pakaian seragam maupun pakaian olahraga, bangku, dinding dan fasilitas lain yang ada di sekolah.27 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa Sarwono menyatakan bahwa Philip Graham membagi faktor-faktor penyebab kelainan perilaku anak dan remaja kedalam dua golongan. Ia lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan dari sudut kesehatan mental anak remaja yaitu : 1. Faktor lingkungan, meliputi : a) Kemiskinan b) Keluarga yang bercerai c) Gangguan dalam pengasuhan keluarga (kematian orang tua, orang tua sakit/cacat, hubungan keluarga tidak harmonis, kesulitan pengasuhan dalam keluarga karena pengangguran). 2. Faktor pribadi a) Faktor bakat karena mempengaruhi temperamen (menjadi hiperaktif) b) Ketidakmampuan menyesuaikan diri.28 27 28 Tata tertib SMPN 8 Palangka Raya Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1991.h.190 Menurut Bimo Walgito faktor yang mempengaruhi disiplin adalah faktor diri sendiri yaitu menyangkut fisik, hal ini harus memiliki kondisi baik dalam artian sehat. 29 Faktor Keluarga, barang kali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak – anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan yang tunggal, yaitu keluarga. Makanya tak mengherankan jika Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak – anak sebagaian besar berbentuk oleh pendidikan keluarga. 30 Faktor lingkungan menurut Ahmadi yakni, segala sesuatu yang ada pada lingkungan ia berada (bertempat tinggal) atau bergaul. 31 Memang sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini lingkungan keluarga (bukan bakat pembawaan dari keluarga) dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa. 32 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan anak yaitu tidak lepas dari faktor diri 29 Bimo Walgito, 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset.h. 121 30 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada,2002, h.213 31 Ahmad dan Munawar, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rineka Cipta, 2005, h.67 32 Ibid. 60 sendiri, keluarga dan lingkungan. Diri sendiri itu adalah menyangkut dengan minat, bakat, kemauan dan perhatian orang tua kepada anaknya. Sedangkan faktor keluarga yaitu menyangkut dengan pendidikan yang ditanamkan oleh keluarga serta kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga akan sangat berpengaruh kepada anak. Lingkungan terdiri dari masyarakat dan tempat bergaul anak. Pendapat lain juga menambahkan bahwa faktor lingkungan itu menyangkut dengan orang banyak seperti situasi dan kondisi dan sarana prasarana yang tersedia. d. Pola penanganan siswa yang sering melanggar Pola penanganan terhadap siswa yang sering melanggar tata tertib dapat ditindak oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut dapat diinformasikan kepada wali kelas yang bersangkutan. Sementara itu, guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatarbelakangi sikap dan tindakan siswa tersebut. Dalam hal ini guru pembimbing bertugas membantu menangani masalah siswa tersebut dengan meneliti latar belakang tindakan siswa melalui serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data, setelah wali kelas merekomendasinya.33 Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan masalah pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan 33 Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996, hal. 60-61 melalui dua pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling. Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan tata tertib yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan tata tertib memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, sekolah bukan lembaga hukum yang mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya. Di sinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan, yaitu melalui bimbingan dan konseling. Penanganan siswa melalui bimbingan dan konseling ini justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Pelayanan siswa bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apapun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya diantara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. 34 1) Faktor penunjang kegiatan bimbingan dan konseling Faktor penunjang yang diperlukan yaitu sarana dan prasarana yang disesuaikan dengan kondisi setempat, namun untuk keperluan ini perlu diprogramkan sebelun tahun pelajaran baru, agar bimbingan dapat berjalan lancar. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut : a) Sarana - Alat pengumpul data, seperti format-format, pedoman observasi, pedoman wawancara. - Alat penyimpan data, seperti kartu pribadi, buku pribadi, map, dan sebagainya. - Perlengkapan teknis, sperti buku pedoman. b) Prasarana - Ruang bimbingan - Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan. c) Kerjasama Layanan bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama guru pembimbing dengan pihak-pihak yang terkait baik didalam maupun diluar sekolah. 35 Program pelayanan bimbingan dan konseling yang telah direncanakan itu tidak mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak 34 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada, 2010, hal. 24-25 35 Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996, hal.62-65 ditunjang oleh faktor pendukung dan perlengkapan yang memadai. Halhal pokok yang harus mendapatkan perhatian demi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang baik adalah sarana, prasarana dan kerjasama. C. Kerangka Pikir dan Pertanyaan Penelitian 1. Kerangka pikir Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Disetiap sekolah tentu saja ada siswa yang sering melanggar tata tertib seperti terlambat masuk, membolos, berkelahi dan lain sebagainya. Disinilah peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di sekolah sangat membantu moral siswa, dengan perhatian dari konselor maka dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Agar nantinya para siswa diharapkan dapat mentaati semua tata tertib yang berlaku di sekolah dengan penuh kesadaran. Dalam peranan guru tersebut tentunya tidak bias dipisahkan dari berbagai macam komponen yang saling berhubungan erat sehingga peranan yang dilakukan nantinya akan berhasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Selain itu di dalam peranan tersebut juga tentunya tidak bisa lepas dari berbagai macam langkah yang digunakan. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir diatas, maka dapat dilihat pada bagan di bawah ini : Bentuk pelanggaran tata tertib yang dilanggar Langkah-langkah guru BK dalam mengatasi pelanggaran Peranan guru BK dalam mengatasi pelanggaran 1. Terlambat datang 2. Tidak masuk sekolah 3. Tidak melaksanakan tugas piket 4. Tidak menjaga tata kebersihan / kerapian 5. Berperilaku nakal dilingkungan sekolah 6. Membolos 7. berpacaran 1. 2. 3. 4. 5. Identifikasi masalah Diagnosis Prognosis Pemberian bantuan Evaluasi Memanggil siswa yang sering melakukan pelanggaran dan mengajak siswa untuk membicarakan atau mencari solusi masalah yang sedang dihadapi siswa. 2. Pertanyaan penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir diatas, maka dalam penelitian ini dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : a) Apa latar belakang pendidikan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 8 Palangka Raya ? b) Apa saja bentuk pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMP Negeri 8 Palangka Raya ? 1. Apa faktor penyebab pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya? c) Apa langkah-langkah guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 1. Bagaimana cara guru bimbingan dan konseling menindaklanjuti pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 2. Metode apa yang digunakan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya? d) Bagaimana peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 1. Bagaimana pelayanan yang diberikan kepada siswa yang melanggar tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 2. Apakah ada perubahan yang dialami oleh siswa SMPN 8 Palangka Raya setelah diberi bimbingan?