ANALISIS KESALAHAN ALAT UKUR" ENERGI JENIS IhIDUKSI I}ENGAN ADANYA PENUR{INAN KUALITAS SUMtsER DAYA LISTRIK PADA. SISTEh,I KELISTITIKAI{ INDUSTRX Ontoseno Fenangsang dan Sjamsul Anam* .4,BSTRAK Makalah ini mernbahas pengaruh kualitas sumber daya listrik dalam keadaan mantap (steady state) terhadap kesalahan penunjukan kWh meter jenis induksi dan harga faktor daya yang menentukan besaran energi yang diukur. Dari hasil analisis dan simulasi diketahui bahwa distorsi harmonik raempengaruhi kesalahan penunjukan kWh meter jenis incluksi dan harga fakror daya, sedangkan ketidakseimbangan tegangan hanya mempengaruhi harga faktor daya. Inforrnasi ini p€nting bagi pengelola iasa kelistrikan dalam menentukan besar energi sesungguhnya yang dikonsurnsi oleh pelanggan, khususnya industri. Sedangkan bagi pelanggan dapar digunakan untuk menentukan besarnya biaya produksi. Studi kasus dilakukan di Pabrik Semen Tuban t. ABSTRACT This paper describes one aspect of electric power quality for a system in a steady state condition, i.e. energy metering error" A long term degradation of electric power quality could affect both the energy meter registration and the power factor that determines the energy measured by the energy rneter. The result of analysis and simulations shows tirat harmonic distortion afTects the registration error of induction kWh meter and the power factor, whereas voltage imbalance affects only the power factor. This rnformation is important for both the electric utilities and their end users especially industrial customers because utility billing and industrial production costs are generally based on it. Tuban Cement Plant I is taken 1. PENDAHUI.UAN Di Indonesia, kurang baiknya kualitas sumber daya listrik yang tersedia merupakan masaiah yang perlu diwaspadai baik oleh pengelola sistem kelistrikan maupun oleh pelanggan komersial dan industri (Penangsang 1992, Susanto dkk. 1993, Permasalahan kuaiitas sumber daya .listrik dalam keadaan steady-state ditentukan oleh betrerapa hal, antara lain: pernadaman, faktor daya, penurunan dan ketidakseirnbangan tegangan (Penangsang dkk" 1995, Susanto dkk. 1993). * Jurusan Teknik Elektro. FTI-ITS IPTEK - Vol. 9, No. 3. Nopember 1998 Penurunan kualitas sumber daya listrik mempengaruhi operasi peralatan baik di sisi pelanggan maupun di . sisi pengelola sistem kelistrikan (Burke dkk. 1990), juga mempengaruhi karakteristik pemakaian energi dari kornponen utama (transformator, saluran dan motor induksi) sistem kelistrikan industri yang dipertimbangkan Hermawanto 1996, Wardhani 1996)" dan kenaikan tegangan, distorsi harrnonik, as a case studv. dalarn upaya perlu penghematan pemakaian energi pada beban industri (Penangsang dkk. 199s). Salah satu aspek dari penurunan kualitas sumber daya listrik adaiah efisiensi energi (Singh dkk. 1992), sfudi-studi kasus dilakukan dengan sasaran penghematan energi. Khususnya yang dilakukan pada sistem kelistrikan industri menunjukkan bahwa penggunaan alat pengatur kecepatan motor (konverter) mengakibatkan kerugian enersi maupun produksi. 217 Daya listrik yang dikonsumsi oleh suatu industri merupakan jumlah dari daya output yang dihasilkan dan rugi-rugi daya baik pada saluran yang digunakan untuk mencatu daya listrik maupun pada peralatan listrik yang digunakan. Kualitas sumber daya listrik yang kurang/tidak memenuhi standar akan mengakibatkan bertambah besarnya rugi-rugi daya atau dengan kata lain akan mengakibatkan pemborosan dalam pemakaian energi listrik (Penangsang dkk. 1995). I-]ntuk menganalisis pengaruh dari perbaikan/ peningkatan kualitas sumber daya listrik pada sistem kelistrikan industri digunakan metode-metode analisis sistem tenaga dengan memperhinrngkan karakteristik pemakaian energi dari komponenkomponen utamanya (Penangsang dkk. 1997). Aspek lain dari penurunan kualitas sumber daya listrik adalah kesalahan pengukuran energi (Kazibwe dkk. 1993), yang tidak diuraikan secara rinci. Salah satu dari beberapa faktor yang menentukan kualitas sumber daya listrik dan terkait dengan besaran energi yang diukur oleh alat ukur energi adalah faktor daya. Faktor daya didefinisikan sebagai cosinus dari beda fasa antara gelombang tegangan dan arus, yang biasa diguna- kan untuk menentukan daya aktif/reaktif yang dikonsumsi. Definisi tersebut hanya berlaku untuk gelombang tegangan dan arus yang berbentuk sinus murni. Untuk gelombang non-sinus, sebagai akibat penurunan dari kualitas sumber daya listrik, definisi tersebut tidak berlaku. Definisi faktor daya dan daya nyata (KVA) dalam sistem tiga fasa tidak seimbang dengan tegangan dan arus berbentuk sinus telah diusulkan (Emanuel 1993), juga definisi praktis untuk menentukan daya dengan tegangan dan/atau arus berbentuk non sinus, dan/atau tidak seimbang telah dijelaskan dan diusulkan (IEEE Working Group 1996). Dengan menggunakan model matematik dari kWh meter jenis induksi dapat disimulasikan kesalahan penunjukan dari alat ukur energi tersebut (Makram dkk. 1992, Baghzouz dkk. 1985). Dalam makalah ini dijelaskan bahwa dalam menentukan kesalahan pengukuran energi yang dikonsumsi oleh beban (industri) memperhatikan dua hal yaitu besaran energi yang diukur (ditentukan oleh faktor daya yang menentukan daya aktif/ reaktif yang dikonsumsi oleh beban), dan penunjukan dari alat ukur yang mana keduanya dipengaruhi oleh penurunan kualitas sumber daya listrik. Studi kasus dilakukan di pabrik Semen Tuban I. ini dapat memberikan pengertian bagi kalangan industri mengenai pengaruh penuruurn kualitas sumber daya listrik terhadap kesalahan pengukuran energi untuk menennlkan besarnya Analisis biaya produksi, juga dapat digunakan sebagai pertimbangan/masukan, baik bagi pengelola/ penyedia energi listrik (PLN) maupun bagi pemakai energi listrik (industri), dalam menentukan besar energi listrik yang dikonsumsi dengan adanya penurunan kualitas sumber daya listrik yang tersedia. 2. KUALITAS SIJMBER DAYA LISTRIK DALAM KEADAAN STEADY.STATE (MAIYTAP) DAN PENGARUIIT\rYA TERIIADAP KWh METER 2.1 Beberapa Faltor Kuatitas Sumber Daya Listrik Penyedia jasa kelistrikan' sudah dirancang untuk membangkitkan energi listrik yang handal. Namun, tidak selamanya mereka dapat membangkitkan energi listrik dengan kualitas yang diperlukan bagi pengoperasian peralatan yang sensitif. Pengoperasian yang normal dari peralatan-peralatan listrik yang non linier akan menghasilkan gangguan dan masalah yang tidak diharapkan dalam sistem tenaga. Sehingga, konsumen akan menerima energi listrik yang telah cacat. Adapun kualitas sumber daya listrik dalam keadaan mantap ditenrukan oleh faktor-faktor di bawah ini : 1. Pemadaman 2. Turun naiknya tegangan 3. Faktor daya 4. 5. Distorsi harmonik Ketidakseimbangan tegangan Vol. 9, No. 3, Nopember 1998 - IPTEK 218 2.2 Model Maternatika dari kWh Meter dengan orde yang lebih tinggi diabaikan, dan a;i, 3.,: dan ao merupakan parameter saturasi dari rangkaian Jenis Induksi KWh meter satu fasa dan tiga fasa memiliki prinsip kerja yang sama (Baghzouz dkk. 1935). KWh merer jenis induksi dirancang dan diuji hanya untuk mengukur jumlah energi yang terpakai dengan bentuk gelombang tegangan dan arus yang sinusoidal, dengan kata lain akan mengukur dengan benar bila tegangan dan arus berupa gelornbang sinus. KWh meter diharapkan dapat menunjukican energi sesuai dengan daya total yang terpakai, yaitu : p=] fui at TJ, Berikut akan dijelaskan bentuk persamaan magnetik untuk fluks tegangan dan fluks arus. Fluks tegangan efektif dan fluks arus efektif didapat dengan mensubstifusi persamaan (3) dan ke (4) dalarn persamaan (5) Io'"-cos(kcot-kcr") +"= 0, : lo,, = cos(kcot - Kumparan 1zg berpengaruh terhadap besar dan sudut dari fluks regangan efektif $'" , tetapi tidak berpengaruh terhadap fluks arus efektif S', . Sehingga, harga fluks regangan efektif dan fluks arus efektif menjadi: v:Vcostrrt i=Icos(rrrt-0) dengan .... (1) adalah sudut faktor daya, kemudian kumparan tegangan akan menghasilkan fluks (fluks kurnparan arus juga akan menghasilkan fluks (fluks arus) dengan persamaan dan fluks tegangan utama dan fluks arus utama adalah 0" = @u cos (cot - cr") =,lo;,cos(k<ot-ka,, 0, = -6*) . (g) ...... (9) ."...... 0; 51 adalah sudut antara o" dan @, Erul terinduksi pada piringan karena fluks tegangan efektif S, dan fluks arus efektif 0, diperoleh dari ,...(2) 0 tegangan) 0" kumparan tegangan sebagai dasar unfuk analisis pada kondisi operasi tak ideal (pengaruh beberapa faktor kualitas sumber daya listrik). Persamaan arus dan tegangan adalah (Baghzouz dkk. 1985) (6) k0) matematika kWh meter jenis induksi safu fasa yang memiliki satu kurnparan arus dan ....... e, / ='-d6/ar= Lko:Q,,sin(krot-8,*) ,j:v,i.(10) dengan: Fu* : kclu * 6* dan 9,u : k0 Dari persamaan (10), Eddy Cunent yang terinduksi pada piringan bisa diperoletr 0, = Oi cos (rot - 0) (4) dimana cl" adalah sudut antara tegangan dan fluks '' = - ftro. \ -su*) , j:v, i ... (11) -I,i.T;l .Jsintktot-l];u tegangan. dengan Fluks utama merupakan seluruh fluks yang timbul sedangkan fluks efektif merupakan fluks yang memotong piringan saja. Karena ketidaklinieran kurva magnetasi dari kumparan tegangan dan arus, maka fluks efektif menjadi tak linier pula terhadap fluks utama. Hubungan antara fluks utama dan fluks efektif adalah s', : ai,d * a1:d3 + ajr0j', j: v, i IPTEK - Vol. 9, No. 3, Nopember 1998 : crdk : arctan (korl_o / \) LolRo adalah perbandingan antara induktansi ,lan resistansi dari piringan' yang terinduksi Eddy Current, dan Zo* merupakan impedansi piringan. Torsi rata-rata yang terjadi pada piringan adalah 2r/ ..."...... (5) /", q=*fi0;i,-o;i";at .(12) 219 torsi redaman diperoleh dari ,/. r, =+ tr, J'l(*0,,' ,+K.Q.i,,,+Kgi,)dt )t (13) dengan K,, K, dan K, adalah konstanta kWh meter. Jika kecepatan putar piringan dinyatakan dengan e , dengan menyamakan persamaan (12) dan (13) : ;t(}i i.l0, ,g:i i30: :o: :iir ,€.: g ,(E .'o.:. o): I rc,r,@,,O,, t sin(B,, i i,t. K, + :d - F- ) |c,.,(r,,o.; + K,o;) (14) 0l .f.-l' '50 o\ 'o,.rnrun yang timbul juga Putaran merupakan terjadinya perubahan penunjukan pada alat hitung yang terhubung melalui roda gigi dengan poros piringan. Sehingga dari kecepatan putar piringan kita bisa menghitung persen kesalahan yang terjadi. {** Gambar Persen kesalahannya adalah: 9b =' I * lag. t,, o,g,,( K :0.5 (15) dengan e adalah kecepatan putar piringan pada persamaan (14), dan e,, adalah kecepatan putar piringan unruk harga V,l dan 0 yang sama pada frekuensi nominal, yaitu: _ l-t :: Respon frekuensi untuk beberapa faktor daya. (1) tJntuk p.f:t; (2) Untuk p.f re-e '')100 error 1, I u)g,.11;sin(k1cr.,,, Pada kWh meter jenis induksi, pemadaman tidak mengakibatkan kesalahan pada penunjukan. - 0) + 6*,,) B,[s,,rvr]' + o,[c*tl)]' dengan O-. ;., Dk drtenrukan untuk keadaan normal. Sedangkan g'* dan g,, merupakan harga fluks untuk keadaan tidak jenuh (Baghzouz dk-li. 1985). merupakan konstanta yang Persen kesalahan yang terjadi dapat berharga positip, yang berarti kwh meter jenis induksi akan menunjukkan harga yang lebih besar dari harga sebenarnya yang juga berarti akan menimbulkan kerugian pada pihak konsumen, dan dapat juga berharsa negatip yang mana pihak yang dirugikan :i:l"h pihak produsen tenaga listrik. Respon terhadap Frekuensi: Gambar I n:e :ui.kin respon kwh meter jenis induksi reri;J:: :rekuensi yang ditentukan berdasarkan :T:ai;:- :;:ematik di atas. D.::: :.--:.r rerjadinya 2.3 Pemadaman kesalahan penunjukan yang :-:ru:::*:: :errerga negatip atau yang biasa disebut ,-''.:": - ", ,. .-,:'- lfifttk kenaikan frekuensi. 2.4 Turun naiknya Tegangan Kenaikan maupun penurunan tegangan tidak rnenyebabkan kesalahan penunjukan dari kwh meter seiama perubahan tegangan tersebut masih dalarn batas normal, terutama batas tegangan dari kWh meter itu sendiri. Saat ini, kebanyakan kWh meter memiliki batas tegangan antara 80% sampai 120% dari tegangan nominal. Jika terjadi perubahan tegangan sampai di luar batas kemampuan kumparan, maka akan timbul kesalahalt penunjukan yang disebabkan oleh perubahan harga resistansi dari inti kumparan tegangan dan saturasi dari inti kumparan. Seperti yang telah diuraikan, piringan kWh meter akan berputar sesuai dengan daya yang dipakai, yaitu : p=I ['vi.lt TJ, Vol. 9, No. 3, Nopember i99B - IPTEK 22r KWh meter satu fasa dan tiga fasa memiliki prinsip kerja yang sama. Torsi yang dihasilkan merupakan penjumlahan dari torsi yang dihasilkan oleh tiap belitan pada tiap fasanya. Sehingga untuk kWh jenis ini pun tidak akan terjadi kesalahan penunjukan apabila timbul ketidakseimbangan tegangan. dengan P*, P-, Fp merupakan daya aktif urutan positip, negatip dan nol. Sedangkan S merupakan daya semu tiga fasa tidak seimbang. dPF untuk kondisi seimbang sama seperti persamaan (19) dengan P, adalah daya aktif urutan positip dan S, adalah daya semu urutan positip. 3. KUALITAS SUMBER DAYA LISTRIK DALAM KEADAAN STEADY-STATE (MANTAP) DAN PENGARUHNYA TERHADAP FAKTOR DAYA 3.2 Pemadaman Kondisi pemadaman merupakan terputusnya aliran daya karena tidak adanya tegangan, sehingga tidak ada faktor daya pada kondisi ini. 3.1 Faktor Daya Besaran energi yang diukur ditentukan oleh daya aktif yang dikonsumsi oleh beban. Unruk menentukan daya aktif tersebut perlu didefinisikan 3.3 Turun Naiknya Tegangan pengertian mengenai faktor daYa. mempengaruhi faktor daya meskipun tidak terlalu besar terutama pada peralatan industri. Pada motor induksi pengaruh dari turun naiknya tegangan ini Faktor daya untuk karakteristik tegangan-arus yang linier sebanding dengan displacement power factor (dPF) yang didefinisikan: Turun naiknya tegangan sumber akan dapat dilihat pada l. Tabel dPF = & = cos4 .(1e) Dengan P, merupakan daya aktif tanpa harmonisa (fundamental) dan Sr adalah daya semu tanpa harmonisa {fundamental apparent power). Sedangkan untuk kondisi beban-beban yang tidak linier faktor daya dihitung dengan cara lain yang disebut True Power Factor (TPF) yaitu: TPF.. P = "SS - (P' +P") Tabel 1. Pengaruh kenaikan tegangan terhadap faktor daya pada motor induksi (IEEE Std-241,1983). Faktor Daya Beban 90 Ynom Vo 110 ukur energi yang ada sekarang didesain unmk mengukur daya dengan teliti pada Keban-vakan alat beban penuh naik I % 3/4 beban penuh naik?-3 % nrrun 3 % turun 4 7o Il2beban penuh nalk 4-5 % turun 5-6 Dengan menggunakan deret Fourier, tegangan dan arus sebagai fungsi waktu dapat dinyatakan sebagai berikut: v(t) = y, *./zlqrin(ftor * q,) * Jzlr,rin(na (22) i(t) = Sedangkan rrnf,rrk kondisi tidak seimbang, faktor daya dide -qisi.ikerr sebagai berikut: Harga rms tegangan dan aius adalah: _P -P 7o 3.4 Distorsi Harmonik frekuensi dasar yang ditentukan oleh dPF. P. Vnom (20) dengan S mengandung distorsi harmonik, sehingga harga S pada kondisi ini lebih besar daripada S pada kondisi tanpa harmonisa. Sedangkan daya aktif total P secara umum mengalami peningkatan yang sangat kecil bila dibandingkan dengan P,. T?F. = Vo (2t) v = t,, + P^) (23\ I= 5 Vol.9. No. 3, ,tr .........".(24) Nopember 1998 - IPTEK 22r KWh meter satu fasa dan tiga fasa memiliki prinsip kerja yang sama. Torsi yang dihasilkan merupakan penjumlahan dari torsi yang dihasilkan oleh tiap jenis belitan pada tiap fasanya. Sehingga untuk kWh ini pun tidak akan terjadi kesalahan penunjukan apabila timbul ketidakseimbangan tegangan' dengan P*, P-, Fp merupakan daya aktif urutan positip, negatip dan nol. Sedangkan S merupakan daya semu tiga fasa tidak seimbang. dPF untuk kondisi seimbang sama seperti persamaan (19) dengan P, adalah daya aktif urutan positip dan S, adalah daya semu urutan PositiP. 3. KUALITAS SI.]MBER DAYA LISTRIK DALAM KEADAAII STEADY.STATE MANTAP) DAN PENGARUHNYA TERHADAP FAKTOR DAYA 3.2 Pemadaman 3.1 Faktor Kondisi pemadaman merupakan terputusnya aliran daya karena tidak adanya tegangan, sehingga tidak ada faktor daya pada kondisi ini. DaYa Besaran energi yang diukur ditentukan oleh daya aktif yang dikonsumsi oleh beban' Unruk menenfukan daya aktif tersebut perlu didefinisikan pengertian mengenai faktor daYa. Faktor daya unruk karakteristik tegangan-arus yang linier sebanding dengan displacement power factor ldPF) yang didefinisikan: 3.3 Turun NaiknYa Tegangan Turun naiknya tegangan sumber akan mempengaruhi faktor daya meskipun tidak terlalu besar terutama pada peralatan industri. Pada motor induksi pengaruh dari turun naiknya tegangan ini dapat dilihat Pada Tabel (1e) dpF=5=cos4 (fundamentat) dan Si adalah daya semu P SS (P, *P") Faktor Daya Beban tanpa harmonisa (fundamental apparent power)' Sedangkan unruk kondisi beban-beban yang tidak linier faktor daya dihirung dengan cara lain yang disebut True Pov'er Factor (TPF) yaitu: - Pengaruh kenaikan tegangan terhadap faktor daya pada motor induksi (IEEE Std-241,1983). Dengan P, merupakan daya aktif tanpa harmonisa T?F* 1. Tabel 1' 90 7o Vnom ll0 beban penuh naik I 7o 3l4beban penuh nark?-3 % turun 3 % turun 4 o//o l12beban penuh naik 4-5 % turun 5-6 % 3.4 Distorsi Harmonik ukur energi yang ada sekarang pada d.Nles,allrL untuk mengukur daya dengan teliti Kebam"akan alat Dengan menggunakan deret Fourier, tegangan dan arus sebagai fungsi waktu dapat dinyatakan sebagai berikut: v(t) = Y, * JTlvnrin(notr * * Jzir,,rin( nr,r + (22) o,,) fi\ :reicutemsi dasar l"ang ditenrukan oleh dPF' i(t) = SeAangim rmxrrrk koDdisi tidak seimbang, faktor 5fuq dtur.'*nrs:lraa sebagai berikut: Harga Ims tegangan dan aius adalah: p- _: - Vnom (20) dengan S mengandung distorsi harmonik, sehingga harga S pada kondisi ini lebih besar daripada S pada kondisi tanpa harmonisa. Sedangkan daya aktif total P secara umum mengalami peningkatan yang sangat kecit bila dibandingkan dengan P'. .II-Dtr 7o \ -3 f ,, I= (23) 'tr Vol. 9. No. 3, NoPember 1998 - IPTEK tJ)', Kemudian dengan memisahkan komponen tanpa harmonisa V,, I, dari komponen harmonik V" , tr" maka akan didapat: v' = V,' + v,i ; untuk mengerahui tingkai polusi I' = tl + li .""... (25) ri,=;ri lv; ; = (VI)2 : (V,I,), + (VrIn)2 +(vHI')2 + (VHIH) ... +=+=rrHD daya semu S: : iarionik pada ....(26) Dari kedua persanaan di atas kita peroleh 5z sistem tersebut Sedangkan Normalized Harmonic Apparent power SH/Sr dihitung dengan persamaan : dengan v; Dengan SN/Sr disebut dengan Normalized Non-.Fundamental Apparent pow e r, yang digunakan (27) vrHD (32) Dengan menggunakan definisi faktor daya untuk kondisi non linier (persamaan 20) maka faktor daya sebenarnya dapat dihitung, sehingga diperoleh grafik seperti Gambar 3. S memiliki dua komponen: 0.9 S'=Si+Si 0.85 dPF dengan S, merupakan daya semu tanpa harnonisa (V,.I,) dan SN merupakan daya semu yang mengandung harmonisa. SN terdiri dari tiga komponen: (E 0.8 (g ?o o.zs TPF J si=(v,t,,)'+(y,t,)'*(v,,t,,)' r!(g ........(2g) Komponen pertama V,I", dinamakan Current Distortion power. Bentuk kedua V"I,, disebut H 0.7 0.65 0.6 Voltage Distortion power. Komponen teiiga disebut o ooo tq rf) daya semu harmonik (Harmonic Apparent power), dan lebih lanjut dapat dibagi sebagai berikut: si, = (Y,t,,)'= P,i+Ni .." . .. (zg) Gambar 3. = lY,l,,cos4, ; 0,, = a,,- A ...... (30) PH merupakan Tonl Harmonic Actif power. Sedangkan N" adalah Total Harmonic Non_active Power. Ketiga komponen dalam SN berguna untuk mengetahui tingkat polusi harmonik pada sistem tersebut. Dengan membagi persamaan (2g) dengan Sr dan dituliskan sebagai fungsi THD (lihat apendiks ) dari tegangan dan arus maka: [+)' = Grafik pengaruh peningkatan ITHD terhadap faktor daya dengan P,, o o) (o %ITHT) (rruo)' +(vruo)' +(rruo vrHD), IPTEK - Vol. 9, No. 3, Nopember 199g (31) Dengan semakin besarnya persentase ITHD yang berarti semakin besarnya S*/S, maka fahor dayanya akan semakin turun, sedangkan untuk kenaikan VTHD sampai batas yang diijinkan (0<VTHD <5%) tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan harga fallor daya. Hal ini disebabkan karena kenaikan VTHD sampai dengan 5% tersebut sangat kecil sekali terhadap kenaikan harga V*, pengarutrnya sehingga perubahan harga S akan kecil untuk trarga tiHD tertentu. Sebaliknya kenaikan %ITHD bisa besar sekali sampai 90% (IEEE Working Group 1996) sehingga kenaikan harga I* dari kondisi tanpa harmonisanya bisa sangat besar, yang selanjutnya akan menyebabkan kenaikan harga S. Hal ini akan menyebabkan faktor dayanya semakin rendah .- 223 karena faktor pembagi (S) bertambah besar sedangkan penambahan daya aktif (P) secara umum kecil sekali (Dugan dkk. 1996). karena 3.5 Ketidakseimbangan Tegangan 3.5.1 :(r-' Beban Tidak Seimbang Dengan Sumber Tegangan Yang Sinusoidal Dan Simetnis Suafu sumber tiga fasa eo, €6, €" fil€lsuplai beban tidak seimbang seperti Gambar 4 dengan tegangan El-120" ,4 : ElI20" r ' + l"') = 11 + Ii + Ij (37) rnaka persamaan (36) menjadi: S : 3Ei. ... .."...(3S) dengan I" yang merupakan arus ekivalen: r" = rTns: \ : EIO", E! : + fti. ',iD/3 Faktor daya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (21) sehingga diperoleh Gambar 5, yang merupakan grafik faktor daya sebagai fungsi %I'ly, I dengan dan I* ditentukan yang tidak seimbang. dari arus ketiga fasa 0.9 0.85 t! o L o - :o i.. trG Beban tidak 0.8 0.75 0.7 0.65 seimbang Gambar 4. Sumber tiga fasa yang simetris mencafu beban tidak seimbang. 0.6 05101520 /olJl+ Jika komponen simetri dari arus rms dari saluran Gambar (dalam bentuk fasor) adalah: I*: I* /p*,!-:l'l0-, Iu : Io Zy p*, B, Bt merupakan sudut arus urutan positip, negatip dan nol terhadap titik referensi tertentu. Untuk keadaan ini hanya terdapat daya urutan positip sehingga: : 3Et'cosf. Q*: 3EI* sin F p. = Pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap faktor daya pada kondisi tegangan surnber seimbang. dengan P 5. .. (33) Dengan adanya arus yang tidak seimbang sebagai akibat beban yang tidak seimbang maka faktor daya pada kondisi ini akan lebih kecil daripada faktor daya pada kondisi seimbang (dpF) karena S tiga fasa tidak seimbang akan semakin besar. Sedangkan P totalnya tetap, yaitu daya aktif urutan positip. ................. (34) Sedangkan daya semu pada kondisi tidak seimbang: S'= P-'+Q' ...(35) Vol. 9, No. 3. Nopember 1998 - IPTEK 224 3.5.2 Beban Tidak Seimbang dengan Sumher Tegangan Yang Sinusoidal Dan Tidak Sirnetris Suatu sumber tegangan yang tidak Y'le', Y : Volclo 29, Io = To lpu Pada kondisi ini terdapat daya urutan positip, negatip dan noi. Sehingga daya aktif totalnya: P=P*+P-+P Sedangkan daya semu : Sedangkan (3.21), dan dPF G (! to .< G 11 "', o.6s U,b TPF 0.55 u 0.5 0.45 4.4 510152025 kondisi tidak Gambar 7. 3V.I, I, 08 0.75 %l'll+ seimbangnya menjadi: S 0.9 0.85 (40) pada menggunakan persamaan (21) sehingga diperoleh Gambar 7. seimbang mensuplai beban tidak seimbang seperti Gambar 6. Bila sumber tegangan dan arus beban diberikan dalam benfuk komponen simetri sebagai berikut: Yo : Yn lcrn, V- : Io = Io l9* ,1- : l' Nilai faktor daya dicari dengan (41) sudah ditentukan pada persamaan Pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap faktor daya pada suatu harga ketidakseimbangan tegangan tertentu. Dari gambar tersebut terlihat bahwa V,'*Yl+V"')l: (42) i'uli-,,*i"u --l'' dengan semakin meningkatnya ketidakseimbangan beban (%f fi.) maka akan terlihat untuk kondisi ketidakseimbangan tegangan yang tertentu (dalam gambar %Y lY*:14 %) akan diperoleh faktor daya yang semakin kecil. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya harga S tiga fasa tidak seimbang. Sedangkan daya aktif totalnya mengalami peningkatan yang kecil karena harga P' dan P0 jauh dibawah harga P* . 4. ANALISIS KESALAHAN PENGUKURAN KWh 1VIETER DAN BESAR ENERGI SESTJNGGUI{NYA YANG DIKONSUMSI DT PT. SEMEI{ GRESIK (PERSERO) TUBAN I Pada bagian ini akan dibahas dan dianalisis besar kesalahan penunjukan energi meter dan besaran Beban tidak seimbang Gambar 6" Beban tidak seimbang dengan sumber tegangan tidak seimbang. energi yang sebenarnya pada saat penumnan kualitas surnber daya listrik dengan sfudi kasus beban industri pada pabrik semen PT. Semen Gresik (Persero) Proyek Tuban I. Analisis dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang pernah terjadi pada sistem kelistrikan di PT. Semen Gresik (Persero) Tuban IPTEK - Voi. 9, No. 3, Nopember 1998 I. Data yang ciigunakan I 225 dalam analisis ini diambil dari hasil pengukuran untuk harrnonisa, dan catatan pada laporan harian Main Substation untuk data yang memang rutin harus diketahui, seperti besarnya faktor daya serta perubahan atau deviasi tegangan dan arus. Berdasarkan Laporan Harian tanggal 5 Desember 1995, tercarat nilai faktor daya terburuk yang pernah terjadi yaitu sebesar 0,66 lagging selama 4 f ':,i f''"'*' l +ri& 'i 'i0) f+ jam sejak pukul 07.00 hingga pukul 11.00. r-(r !- * r ,"r, h,,,,' "4, Sedangkan unfuk flukluasi tegangan, pada tanggal 5 Desember 1995 tercatat tegangan terendah yang ,,,ffi _r*,"- ( +L\''i pernah terjadi yaitu 141 kV selama 3 jam. Hasil pengukuran harmonisa terbesar yang dilakukan pada tanggal 18 Desember 1995, yaitu THD tegangan di Sub Station 1 (20 kV) sebesar 3 %. 4.1 Sistem kelistrikan di PT. (Persero) Tuban Semen Gresik I Sumber tenaga listrik PT. Semen Gresik (Persero) Tuban I berasal dari jala-jala PLN dengan kapasitas daya sebesar 2 x 50 MVA pada jaringan 150kV. Besaran p.u. dihitung berdasarkan base daya 50 MVA dan base tegangan 150 kV; 20 kV; 6,3 kV; 0,4 kV yaitu sesuai dengan sistem tegangan yang dipakai pada masing-masing area proses produksi. Jaringan distribusi yang digunakan di pabrik Semen Tuban I ini adalah jaringan distribusi radial dengan -'-.c) T\{l V) qir Beban kelistrikan di pabrik Semen Tuban I yang mempunyai kapasitas produksi 2,3 juta ton semen pertahun, dibagi sesuai dengan tahapan area proses produksi. Tabel 2 menunjukkan pembagian beban berdasarkan daya aktif dari peralatan pada sistem kelistrikan pabrik Semen Tuban I. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa beban terbagi dalam tiap-tiap Electrical Room, pada level bus 6,3 kV (bus MV) dan 0,4 kV (bus LV). Sedangkan daya aktif dari masing-masing peralatan didasarkan pada 'iu I i r.' .),rrrr". >' ] t,[*-i, i ",' Gambar 8. Single line diagram dari sistem kelistrikan pada pabrik Semen Tuban I. bus PLN sebagai bus sumber. Sedangkan untuk mempermudah dalam pengoperasiannya, sistem jaringan dibagi dalam 2 bagian main station (Tuban II merupakan bagian yang terpisah) dan 4 sub station, seperti pada Gambar 8. - t Tabel 2. Pembagian beban berdasarkan Electrieal Room bR Area SS MV 2 3A JB 44 LnrEstone Urusher LrrEstone Crusher 2tT2.82 lJ.vt 2EE6.EI u.u 9f6.3I Mtll Roller Mill 3V24.At l5l5.9t %6.3t 1440.fi Koller ll Blending 4ts [-balMill 5 Krm reed & bP Bumer df. Cooler LlmKer (t[:lomg 6 U ut ul :ban (t(w) LV l otal racK,rlg o4{)/.!rt 0.0( t't54.u l2E6.l 1164.ff tw"a 'zJtt6.2: tzvz.t uffi.22 36I7.35 l04 /.6J 3:)'f,5.Zl )J l.Jt J4I6.! 39,t8.11 lz4J4.3: z)qy.9< t4974.31 u.0( t398.9: 1398.94 operasi normal dari peralatan tersebut. Vol. 9, No. 3, Nopember 1998 - IPTEK 226 Proses produksi dari pabrik Semen Tuban I ini tidak berjalan berurutan, dilihat dari penggunaan mesin-mesin induksi sebagai motor penggerak. 4.2 Pemadaman Mesin-mesin tersebut tidak bekerja terus-menerus selama 24 jam dalam satu hari, melainkan ada interval waktu dalam pengoperasiannya. Seperti halnya di dalam area Limestone Crusher, mesin induksi 231 CR1MO1 dengan daya maksimum 1072 kW digunakan untuk rnemecah batu-batu kapur, dan kemudian hasil akhirnya akan disimpan di dalam silo-silo penyimpanan. Jika silo-silo tersebut telah penuh maka proses penghancuran tersebut akan dihentikan, yang berakibat mesin induksi 231 CRlMOl akan mati. penunjukan pada alat ukur energi Untuk mengetahui junrlah energi yang dipakai oleh Semen Tuban I, pihak penyedia jasa kelistrikan yaitu PLN, memasang kWh meter pada Bus HV PLN. Untuk kebunrhan sendiri, pihak Semen Tuban I juga memasang kwh meter pada tiap Main Substation dan Sub Station. Oleh karena pengukuran dilakukan pada Main Substation, maka analisis pengaruh kualitas sumber daya listrik terhadap energi meter dilakukan dengan kondisi yang terjadi pada Main Substation untuk tiap+iap faktor kualitas sumber daya listrik. Pemadaman tidak menimbulkan kesalahan kwh meter dan falctor daya. 4.3 Turun Naiknya Tegangan Turun naiknya tegangan tidak menimbulkan kesalahan penunjukan pada alat ukur energi kwh meter, selama penurunan dan kenaikan tegangan tersebut tidak di luar batas kemampuan dari kWh meter. Biasanya batas tegangan antara 80% sampai I20To dad tegangan nominal. Sedangkan batas dari kenaikan'dan penurunan tegangan untuk sistem, menurut standar adalah antara 90% sampai l0S%. Jika terjadi perubahan tegangan sampai di luar batas kemampuan kumparan, maka akan timbul kesalahan penunjukan yang disebabkan oleh perubahan harga resistansi dari inti kumparan tegangan dan saturasi dari inti kumparan. Dalam kasus ini flukruasi tegangan maksimum yang terjadi berupa penurunan tegangan sebesar 6% (L4I kV). Hal ini akan menyebabkan kenaikan faktor daya sekitar 2-37o pada beban (motor induksi), yang juga akan menaikkan faktor daya pada Main Substation, di mana aliran energi diukur. Tetapi faktor daya ini merupakan harga faktor daya yang sesungguhnya, karena 20 s>15 itu tidak akan menyebabkan kesalahan pada besaran energi yang terukur. 10 5 ,:00 17:00i9:OO 21:00 21:00 23:00 Gambar 9. 'l:00 3:m 5:OO 5:00 Kurva beban harian tanggal 4.4 Rendahnya Faktor Daya 5 Desember 1995. Berikut akan dilakukan analisis akibat dari pengaruh tiap+iap faktor kualitas sumber daya listrik dalam keadaan mantap terhadap penunjukan dari kWh meter jenis induksi, serta analisis terhadap faktor daya, yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung besaran energi yang dikonsumsi. IPTEK - Vol. 9, No. 3, Nopember 1998 Rendahnya faktor daya tidak menimbulkan kesalahan penunjukan pada alat ukur energi kwh meter. Nilai faktor daya terendah yang pernah dialami Pabrik Semen Tuban I (0.66 log) menentukan besaran energi yang dikorsumsi, tetapi harus diperhirungkan pula pengaruh dari faktor kualitas sumber daya listrik yang lain (distorsi harmonik dan ketidakseimbangan tegangan). il 227 4.5 Distorsi Harmonik 9:00 11:00 13:00 Berdasarkan hasil pengukuran harmonisa yang terjadi pada Main Substation di Pabrik Sernen Tuban I, dilakukan perhitungan persen kesalahan penunjukan alat ukur energi kWh meter untuk tiap power /fize seperti ditunjukkan pada Gambar 10 (a) l5:OO 17:OO 1g:00 2t:OO 23:Oo -2 ;.J ;S -4 dan (b). Flnunjirlaa \rvaktu Gambar 10 menunjukkan bahwa persen kesalahan memiliki harga negatif yang berarti penunjukan kWh rneter kurang dari yang seharusnya (under register\ karena sumber harmonisa berada di sisi beban. Dari Garnbar 10, didapat harga-harga seperti ditunjukkan pada Tabel 3. 3. Harga Tabel (a) 7:00 9:m 11r0C 13i0O 15:m 17:m i9:0O A1:OO 23:@ 1:00 maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi Max Min Rata-ratr Standar Deviasi -5.67 -2,13 -3.04 1.33 Dari kesalahan penunjukan tersebut dapat diprakirakan kerugian yang diderita oleh PLN dalam satu hari dengan anggapan harga per kWh adalah Rp. 109.5 adalah Rp.2.41i.812,00. Analisis akibat adanya distorsi harmonik terhadap faktor daya dilakukan dengan mengukur faktor distorsi harmonik pada bus tersebut. Pada kasus ini dilakukan analisis pada bus Main Substation dan beberapa ER (ER-3A dan ER-6) sehingga diperoleh falror daya seperti Tabel 4. Tabel 4. Faktor daya pada beberapa bus. No ,! %VTH V"ITH D D lnc FR-3A 2.3 341RM1MO2 2.3 LoLasi TM302 u J dPF TPF 4.3 0.77 0.77 58 o.77 0.66 1.2 0.77 0.77 ER.6 1.4 1.7 477 0.77 441FNQ 1.4 2.9 0.77 4.77 441 FNR 1.4 50.3 o.77 0.69 441 FNS 14 52.4 0.77 0.68 TM 603 1.4 1.7 o77 0.77 Main Sub 1.2 1.2 0.79 0.79 FsMjukan WddJ (b) Gambar 10. % Kesalahah penunjukan kWh merer selama 24 jam. (a) Power Line no.I; (b) Power Line no.Z. Dari tabel di atas terlihat bahwa fakror daya sebenarnya (TPF) akan semakin rendah untuk bus-bus yang dekat dengan surnber harmonisa. Sedangkan untuk bus-bus yang jauh dari surnber harmonisa falctor dayanya hampir tidak mengalarni perubahan. Karena Main Swbstarlon terletak .jauh dari sumber harmonisa maka harga faktor daya sebenarnya akan sangat mndekati harga dPF, yang selanjutnya tidak menimbulkan kesalahan pada harga KVar yang digilnakan untuk menentukan denda kelebihan pemakaian daya reaktif. 4.6 Ketidakseimbangan Tegangan Kesalahan penunjukan kWh meter jenis induksi tiga fasa tidak akan terjadi jika komponen perfasanya tidak saling berinterferensi, karena kr$/tr meter tiga Vol. 9, No. 3, Nopember 1998 - IPTEK 228 fasa pada dasarnya merupakan gabungan dari tiga melampaui batas komponen tiap fasanya. terhubung pada sumber harmonik (lihat tabel 4). Tabel 4 menunjukkan bahwa penempatan alat ukur energi harus memperhatikan lokasi sumber harmonik. Berdasarkan hasil analisis, maka pihak yang dirugikan adalah pengelola sistem kelistrikan Pada Pabrik Semen Tuban kesalahan penunjukan buah kWh saru fasa. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan tegangan, kesalahan penunjukan juga tidak akan terjadi, selama ketakseirnbangan yang terjadi tidak berupa kasus penurunan atau kenaikan tegangan yang I tidak ditemukan adanya ketidakseimbangan tegangan. 3. 4. yang dianalisis, hanya distorsi harmonik yang mempengaruhi penunjukan alat ukur kWh meter jenis induksi. Persen kesalahan berharga negatip yang berarti penunjukan kWh meter lebih kecil dari yang sesungguhnya sebagai akibat dari arah aliran daya harmonik yang menuju ke sistem (pLN). Besaran energi aktif (kWh) yang diukur tidak dipengaruhi oleh penurunan kualitas sumber daya listrik, sedangkan faktor daya yang dalam hal ini digunakan unfuk menentukan pemakaian energi reaktif hanya dipengaruhi oleh distorsi harmonik dan ketidakseimbangan tegangan. Faktor daya sesungguhnya lebih rendah dari faktor daya yang terukur dengan adanya penurunan kualitas sumber daya listrik. Kemungkinan bisa terjadi faktor daya yang terukur lebih besar dari syarat minimal yang ditetapkan oleh pLN (0.85), sedangkan faktor daya sesungguhnya lebih rendah dari syarat minimal tersebut. Dalam hal ini pihak pLN yang dirugikan karena saat ini denda akibat kelebihan pemakaian daya reaktif (rendahnya 5. 8. (PLN), dengan prakiraan kerugian akibat kWh meter pada pabrik kurang lebih sebesar Rp. Semen Tuban I 2.411.8I2,00 per hari. 5. KESIMPULAN l. Dari faktor-faktor kualitas sumber daya listrik 2. 7. Apendiks : Total Harmonic Distortion (THD) Ada beberapa ukuran yang sering dipakai untuk menentukan kandungan harmonik pada bentuk gelombang. Salah sarunya yang sering dipakai adalah total hnrmonic distortion (THD), yang dapat dihitung baik dari tegangan maupun arus: h THD= I IMf,. maKS h=2 Dengan Mh merupakan harga rms dari komponen harmonik h dari besaran M (tegangan atau arus). THD merupakan harga efektif dari komponen harmonik pada bentuk gelombang yang terdistorsi, yang biasanya dinyatakan dalam % dimana %THD = THD x 100. DAFTAR ACUAN Baghzouz, Y., Tan, O.T. (19g5), Harmonic faktor daya) ditentukan berdasarkan faktor daya yang terukur bukan faktor daya sesungguhnya. Dengan menggunakan model matennatik dari Analysis Of Induction KWh meter performance, kesalahan Burke, J.J., Griffith, D.C., Ward, D.J. (1990). Power Quality-Two Different perspectives, IEEE Transactions On power Deliven-. Vol.5 (3). kWh meter diperoleh rata-rata pengukuran sebesar -0.A367% per hari untuk alat ukur energi pada Main Substation pabrik Semen Tuban I. 6. Di Pabrik Semen Tuban I tidak ditemukan adanya ketidakseimbangan tegangan, sedangkan akibat distorsi harmonik penurunan faktor daya yang cukup berarti terjadi pada bus yang IPTEK - Voi. 9, No. 3, Nopember 199g IEEE Transagli6ns On Power Apparatus and System, Vol. pAS-ICA (Z). Dugan, R.C., McGranaghan M.F., Beaty H.W. (1996), Electrical Power Systems eualif-v. McGraw-Hill, New york. 229 A.E. (1993), On The Definition Of Power Factor And Apparent Power in Unbalanced Polyphasa Circuits With Sinusoidal Valtage and Currenrs, IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 8 (3). Emanuel Hermawanto, B. (i996), Phenomena Harmonik di Sistem Distribusi Tenaga Listrik : Masalah, Penyebab dan Usaha Mengatasinya, ENERGI & LISTRIK, Volume VI (2). IEEE Standard 241. (1983), IEEE Recommended Practice for Electric Power Systems in Comercial Buildings, John Wiley & Sons, New York. IEEE Working Group on Nonsinusoidal Situation. (1996), Effect on Meter Perfarmance and Definitions of Power, Practical Definitions for Powers in Systems with Nonsinusaidal Situations and Unbalanced Loads: A Discussion, IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 11(1). Kazibwe, W.8., Sendaula, M.H. (1993), Electric Power Quality Control Techniques, Van Nostrand Reinhold, New York. Makram, 8.B., Wright, C.L., Girgis, A.A. (1992), A Harmonic Analysis of the Induction KW Penangsang, O., Widodo, B.K. (1995), pengaruh Kualitas Energi Listrik Terhadap penghemntan Energi Listrik Pada Beban Industri, Laporan Penelitian, Lernbaga penelitian ITS. O., Anam, S. (1997), Analisis dan Sirrculasi Peningkatan Kualitas Energi Listik Penangsang, Serta Pengaruhnya Terhadap penghematan Pemnkaian Energi pada Komponen {Jtama Beban Industri, Laporan penelitian, ppSLpT, ADB Loan No. 1253-INO, Anggaran 199611997 (Small Matching Grant); 1998, Majalah IPTEK, Lembaga peneiitian ITS, Vol. 9 (1), hal. 69-84. Singh, T.P., Risser, R.J., Krein, S.D. (1gg}), Power Quality Aspects of Energy Efficiency : What is at Stake?, pacific Gas and Electric Company, R&D, San Ramon, CA. D., Hermawanto, B. (1993), Evaluasi Mutu Listrik Pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali, Seminar Nasional Ketiga Teknik Tenaga Listrik, ITB Bandung, 1-4 Februari. Susanto, Wardhani. (1996), Pengaruh Beban Industri pada mutu Tenaga Listrik,. ENERGI & LISTRIK. Volume VI (2). meter's Registration Error, IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 7 (3). O. (1992), Simulasi Harrnonik Untuk Mengetahui Tingkat Distorsi Pada Sistem Tenaga Listrik, Laporan Penelitian, Lembaga Penangsang, Penelitian ITS. Vol. 9, No. 3, Nopember 1998 - IPTEK