13 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. TINJAUAN

advertisement
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1. TINJAUAN UMUM
II.1.1. Definisi Sekolah Tinggi Arsitektur
Sekolah adalah suatu tempat / gedung di mana pendidikan diselenggarakan
diberikan.
(www.wikipedia.org)
Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesional dan akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan,
teknologi atau kesenian tertentu.
(Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.234, 2000)
Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi
keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.
(Encyclopaedia Britannica)
Maka, definisi Sekolah Tinggi Arsitektur adalah suatu tempat yang
menyelenggarakan pendidikan secara akademik dan profesional dalam lingkup
disiplin seni dan keteknikan dalam menghasilkan lingkungan buatan yang
digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusiamanusia beradab.
II.1.2. Sejarah Pendidikan Arsitektur Dunia
“ The history of architecture is deeply intertwined with the history of its
educational methods.”
Terjemahan :
“ Sejarah arsitektur sangat berhubungan / terjalin dengan sejarah perkembangan
pendidikannya. “
( Tschumi, 1995 )
13
Sejak zaman piramida sampai akhir abad pertengahan, seni diajarkan
dengan sistem master yaitu satu master mengajarkan 1 murid, hal ini juga
berlaku dalam arsitektur pada masa itu sebagai bagian dari seni. Tidak ada
sekolah arsitektur.
Dikatakan oleh Hanno dan Kruft (1994), pada awal tahun 1600an,
seiring dengan perkembangan absolutisme, di Perancis mulai berdiri
perkumpulan pendidikan. Perancis pada saat itu punya keinginan ingin
mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan masa lalu (antiquity)
atau sejarah dari segala bidang termasuk salah satunya arsitektur. Kerena
menurut anggapan mereka sejarah merupakan kunci untuk bisa berkembang.
Perancis mencoba mendokumentasikan sendiri masa lalu dan yang sedang
terjadi dengan absolutismenya, namun disadari juga bahwa pembelajaran
tentang sejarah ini juga dilakukan oleh negara lain. Pada akhirnya antara orang
Perancis dengan negara lain mulai timbul interpretasi yang berbeda dan
timbullah perdebatan.
Dari budaya perdebatan dan diskusi intelektual yang disadari dapat
memperkaya dokumentasi yang lebih berbobot dan objektif, maka mulailah
kegiatan tersebut di tampung oleh sebuah wadah pendidikan dan dokumentasi
arsitektur yang pada saat itu diselenggarakan secara non-formal. Pembelajaran
arsitektur yang semula diajarkan dengan sistem master dalam bentuk magang
dianggap tidak lagi efisien karena hanya dapat menghasilkan bibit baru
14
dengan sangat lambat dan sedikit. Disinilah awal mula adanya Sekolah
Arsitektur.
Mulai pada tahun 1635, di Perancis mulai didirikan akademi-akademi
seni dan pengetahuan. Pada tahun 1648 mulai muncul program arsitektur di
Academie des Beaux Arts dan Academie Imperiale Polytechnique. Pada tahun
1671, Jean-Baptiste Colbert mendirikan Academie Royale d’Architecture di
Perancis atas perintah Raja Louis XIV.
Seperti dikatakan oleh Widyarta (2007), Setelah Perang Dunia I, pada
tahun 1919 di Jerman muncul Sekolah Seni dan Arsitektur Bauhaus. ( Bau =
build (bauen=to build) Haus = house ). Bauhaus adalah Sekolah dengan
kurikulum sendiri / kurikulum Bauhaus dan sangat berpengaruh pada
kurikulum sekolah-sekolah desain di dunia sampai sekarang, termasuk
sekolah-sekolah arsitektur. Tujuan pendirian sekolah ini adalah menteraturkan,
menyamakan kurikulum arsitektur.
Tschumi (1995) mengatakan bahwa 3 abad setelah Colbert mendirikan
Sekolah Arsitektur yang pertama di dunia, sekolah dan wadah pendidikan
arsitektur mulai bermunculan dan bertebaran di berbagai belahan dunia. Tahun
1968 merupakan saat di mana sekolah arsitektur dan mahasiswa sangat
memegang peran dalam perkembangan arsitektur, jiwa akademis yang muda
dan bebas serta cenderung melawan terus berkembang.
“ It is not the architectural schools that follow the trends set by the architectural
schools.”
Terjemahan :
15
“ Bukanlah sekolah arsitektur yang mengikuti trend yang dihasilkan oleh sekolah
arsitektur sendiri. ”
(Moneo)
Adanya persilangan antara arsitektur dengan berbagai macam disiplin
antara lain seni, lingkungan, film, filsafat dan lainnya semakin memperkaya
arsitektur dan membuat arsitektur semakin kompleks, di mana teori menjadi
kata kunci. Praktek teoritikal yang kini banyak dilakukan oleh praktisi-praktisi
arsitek di dunia saat ini, mempengaruhi perkembangan luar biasa dalam kultur
arsitektur 10-20 tahun terakhir. Dalam perkembangan selanjutnya, tidak bisa
terhindarkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komputer telah
mengubah metode pendidikan, teori dan praktek, serta industri konstruksi di
dunia arsitektur.
II.1.3. Sejarah Pendidikan Arsitektur Indonesia.
Menurut Widyarta (2007) Pendidikan arsitektur di Indonesia pada
dasarnya telah dimulai sebelum dibukanya “Bowkundige Afdeeling“ di Institut
Teknologi Bandung yang pada waktu itu masih bernama Fakultas Teknik
Universitas Indonesia pada tahun 1950. Pengajar berasal dari lulusan The
Delft University, Belanda sehingga sistem pendidikan arsitektur yang
diterapkan pada waktu itu mengikuti sistem Belanda. Program pendidikannya
mengarah pada persiapan sarjana teknik bangunan dengan lama pendidikan 5
tahun. Lulusan dari ITB inilah yang kemudian mendirikan jurusan arsitektur di
universitas-universitas.
16
Pada pertengahan tahun 1950an arah pendidikan mulai berubah dengan
datangnya tenaga pengajar dari Jerman dan Amerika Serikat. Sejak itulah
sistem pendidikan secara perlahan mulai mengarah pada sistem pendidikan
Amerika Serikat, hingga sekarang.
Sejak tahun 1960 pendidikan arsitektur mulai lahir di luar kampus
Ganesha, baik yang dikelola oleh pemerintah ataupun swasta. Jurusan yang
baru tersebut selalu berorientasi pada sistem pendidikan arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Indonesia yang sejak tahun 1959 menjadi Seksi Arsitektur
Bagian Arsitektur dan Seni Rupa Departemen Ilmu Teknik ITB.
II.1.4. Peraturan Bangunan
Berdasarkan Undang-Undang No.28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, beberapa poin utama tentang perancangan bangunan gedung secara
umum antara lain :
•
Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air,
dan/atau prasarana dan sarana umum tidak boleh mengganggu
keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi
prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.
•
Persyaratan jumlah lantai maksimum bangunan gedung atau bagian
bangunan gedung yang dibangun di bawah permukaan tanah harus
mempertimbangkan keamanan, kesehatan, dan daya dukung lingkungan
yang dipersyaratkan.
17
•
Persyaratan jarak bebas bangunan gedung atau bagian bangunan gedung
yang dibangun di bawah permukaan tanah harus mempertimbangkan
batas-batas lokasi, keamanan, dan tidak mengganggu fungsi utilitas kota,
serta pelaksanaan pembangunannya.
•
Persyaratan tata ruang dalam bangunan harus memperhatikan fungsi
ruang, arsitektur bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung.
•
Persyaratan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung
dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar
bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras
dengan lingkungannya.
•
Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk
ventilasi dan pencahayaan alami.
•
Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan pengguna
bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
•
Bangunan gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yang
menghubungkan
lantai
yang
satu dengan yang lainnya dengan
mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan
pengguna.
•
Bangunan gedung untuk parkir harus menyediakan ram dengan
kemiringan tertentu dan/atau sarana akses vertikal lainnya dengan
18
mempertimbangkan kemudahan dan keamanan pengguna sesuai standar
teknis yang berlaku.
•
Penyediaan akses evakuasi harus dapat dicapai dengan mudah dan
dilengkapi dengan petunjuk arah yang jelas.
•
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
usia termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnya dalam
bangunan gedung dan lingkungannya merupakan keharusan bagi semua
bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.
II.2. TINJAUAN KHUSUS
II.2.1. Tinjauan Tapak
Data Tapak
Lokasi
:
Jalan Raya Kebun Jeruk, Palmerah, Jakarta Barat
Ukuran Lahan
:
± 14.000 m2
KDB
:
60%
KLB
:
1.2
GSB
:
9 m dari Jalan Raya Kebun Jeruk
Ketinggian Max.
:
8 lantai
19
GAMBAR 1 : TAPAK
Tapak berada pada tepi Jalan Raya Kebun Jeruk di daerah Rawa
Belong, Palmerah. Daerah Rawa Belong dulunya merupakan salah satu daerah
pemukiman penduduk Betawi yang paling awal. Seiring waktu, masyarakat
Betawi mulai terdesak ke pinggiran oleh banyaknya pendatang. Sekarang
terdapat banyak perumahan penduduk golongan menengah ke bawah yang
padat. Rawa Belong mempunyai sejarah kebetawian yang cukup lekat.
Seiring dengan perkembangan waktu, tradisi masyarakat Betawi di
Rawa Belong memang telah menyurut. Adanya perkembangan kota dan
masuknya pendatang dan berbagai pengaruh luar termasuk salah satunya
adalah berdirinya institusi pendidikan Universitas Bina Nusantara di daerah ini
20
yang paradigmanya diperuntukkan bagi golongan menengah ke atas, semakin
menyurutkan dan mendesak tradisi Betawi yang kebanyakan berasal dari
masyarakat menengah ke bawah. Tidak heran bila kini akan susah menemukan
tradisi dan budaya Betawi di daerah Rawa Belong yang telah berubah menjadi
sangat heterogen.
II.2.2 Peraturan Bangunan Khusus Pemda DKI Jakarta
Peraturan dan ketentuan tata bangunan yang lebih rinci diatur dalam
Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 1991 tentang
Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan dilampirkan
dalam tulisan ini.
II.2.3. Arsitektur Regionalisme Kritis (Critical Regionalism)
“ …How to become modern and to return to sources; how to revive an old, dormant
civilization and take part in universal civilization. “
Terjemahan :
“ …Bagaimana menjadi modern sekaligus kembali ke asal, bagaimana
membangkitkan kembali tradisi, peradaban yang terlupakan sekaligus mengambil
bagian dalam peradaban dunia yang kontemporer. “
(Paul Ricouer, 1965)
Menurut Olsson (1997), Regionalisme berasal dari kata Region yang
berarti tempat / daerah / wilayah. Regionalisme menyatakan sifat / gerakan
kedaerahan. Regionalisme Kritis berarti sifat kedaerahan yang dijalankan /
ditafsirkan secara kritis, sesuai dengan perkembangan zaman / kekinian.
21
Arsitektur Regionalisme Kritis merupakan sebuah pendekatan
arsitektur yang berusaha melawan ketiadaan makna dan nilai tempat / lokalitas
yang dihasilkan oleh arsitektur modern dengan menggunakan kekuatan
kontekstual untuk memberikan kesan, nilai, dan makna sebuah tempat.
Regionalisme Kritis sebagai usaha untuk menyusun (to synthesize) aspek akar
atau tradisi dari sebuah region / tempat / lokalitas yang mencakup karakteristik
fisik dan kultural / budaya dengan memanfaatkan teknologi baru yang tepat
guna.
"architecture can only be sustained today as a critical practice if it assumes an ‘arrieregarde’ position, that is to say, one which distances itself equally from the Enlightenment
myth of progress and from a reactionary, unrealistic impulse to return to the
architectonic forms of the preindustrial past."
Terjemahan :
“ arsitektur masa kini hanya bisa bertahan sebagai praktek yang kritis dengan posisi
sebagai ‘arriere-garde’, sebuah posisi tengah di antara modernitas sejak zaman
pencerahan dengan lawannya yaitu hasrat tidak realistis yang berusaha kembali ke bentuk
arsitektur pra-industrial.“
(Frampton, 1983)
Dalam tulisannya “Towards an Architecture of Place”, Kelbaugh
(1986) menyatakan beberapa kriteria yang membedakan cara pikir dan sudut
pandang Regionalis Kritis terhadap suatu tradisi / antiquity. Kelbaugh
menggambarkan 5 esensi yang dia sebut dengan antara lain :
•
Love of Place
Apa yang membuat sebuah tempat itu unik adalah penghargaan dan
perlindungan nilai tempat tersebut dengan arsitektur, menemukan dan
memelihara nilai yang khas tersebut untuk membuatnya tetap khas.
22
•
Love of Nature
Dengan bekerja bersama, arsitek, arsitek lansekap dan perencana urban /
tata kota bisa menghasilkan lingkungan yang ekologis, melindungi dan
memelihara ekosistem, siklus alam, organisme, dan lingkungannya.
•
Love of History
Sebuah bangunan yang mampu bertahan terhadap ujian waktu selama
beberapa generasi kemungkinan besar telah dirancang dengan benar
dalam hal tanggapan terhadap material bangunan, praktek, terhadap
iklim, kebutuhan sosial dan budaya setempat, terhadap tradisi, dan
ekonomi.
•
Love of Craft
Para Regionalis Kritis selalu berusaha jujur dalam memakai material
yang konstektual, tidak sekedar menggunakan misalnya plastik bercorak
kayu atau keramik bercorak kayu, namun menggunakan material yang
asli dan jujur.
•
Love of Limits
Regionalis Kritis selalu merancang dengan sederhana, membatasi diri,
dan sumber daya dalam pembangunan.
Beberapa contoh karya arsitek Regionalis Kritis antara lain :
23
FOTO 1 : SYDNEY OPERA HOUSE
Sydney Opera House, dirancang oleh arsitek Jorn Utzon, yang didesain
dengan bentuk layar dari yatch / kapal pesiar yang mana berlokasi di
pelabuhan Sydney,. Bentuk layar ini ditunjang dengan teknologi konstruksi
yang modern dengan struktur cangkang yang memberikan nilai tempat yang
khas bagi kota Sydney.
FOTO 2 : EXTERIOR BAGSVAERD CHURCH
24
FOTO 3 : INTERIOR BAGSVAERD CHURCH
Bagsvaerd Church di Denmark, dirancang oleh arsitek Jorn Utzon,
merupakan sintesis antara peradaban kontemporer dengan budaya tempat.
Frampton (1983) mengatakan sintesis ini tercermin dalam bentuk yang
rasional, modular, netral, dan ekonomis / sederhana, dengan menggunakan
struktur cangkang beton pada elemen atapnya (menunjukkan partisipasi dalam
peradaban kontemporer), dengan bentuk organik dan permainan cahaya alami
sebagai tempat yang sakral.
FOTO 4 : SAN FRANSISCO MUSEUM OF MODERN ART
25
San Fransisco Museum of Modern Art, dirancang oleh arsitek Mario
Botta mempunyai kasus yang serupa dengan Saynatsalo Town Hall, di mana
bangunan menggunakan material lokal batu / bata merah dengan aksen
material beton warna putih dan abu-abu menunjukkan kesan kekinian.
Pemanfaatan cahaya alami dengan atrium dan skylight memperlihatkan
kepedulian dan kepekaan arsitek memanfaatkan nilai dan kekuatan kontekstual
tempat.
FOTO 5 : EXTERIOR BOA NOVA TEA HOUSE
Boa Nova Tea House, Portugal, dirancang oleh arsitek Alvaro Siza.
Berlokasi di sebuah tapak yang sangat khas, di atas batu karang. Bangunan
didesain bersinergi dengan tapaknya melalui analisis terhadap iklim dan cuaca
setempat, memperhatikan kehidupan tanaman eksisting, dan mengikuti
formasi batu karang, juga berinteraksi dengan jalan dan kota. Kondisi
eksisting yang dipertahankan dibaur dengan teknologi konstruksi beton,
tekstur dan warna yang menunjukkan pemanfaatan teknologi terkini pada
waktu itu. Kekhasan dan kekuatan konteks tapak dan lansekap dijadikan
26
sebagai keunggulan utama dari bangunan, dan ditonjolkan sebagai view yang
dramatis.
FOTO 6 : TJIBAOU CULTURAL CENTRE 2
Tjibaou Cultural Centre, New Caledonia, dirancang oleh arsitek Renzo
Piano, menggunakan pendekatan tektonik terhadap rumah tradisional Suku
Kanak yang berbentuk kerucut dari bahan jerami, serta patung Kanak yang
berjari-jari. Ditafsirkan kembali dengan unik dan menggunakan bahan baja
yang modern. Bangunan ini mampu mewakili kebudayaan dan tradisi dari
masyarakat New Caledonia dan menjadi ikon baru di negara tersebut.
FOTO 7 : PATUNG KANAK
27
II.2.4. Tradisi, Lokalitas dan Arsitektur Betawi
Mempertimbangkan dengan pendekatan Regionalisme Kritis, dengan
kontekstual / lokalitas tapak yang berada di daerah Rawa Belong yang
mempunyai akar sejarah dan tradisi Betawi yang cukup kuat dan mulai hilang
ditelan oleh perkembangan kota dan teknologi, maka dirasakan perlu untuk
membangkitkan kembali tradisi dan lokalitas tersebut dengan pendekatan yang
kritis, tanpa mengacuhkan perkembangan kota dan teknologi yang sudah
terjadi sampai pada era kontemporer ini.
Orang Betawi
Pembentukan kota Batavia dulu sangat berhubungan dengan kebutuhan
Belanda untuk mendatangkan pekerja-pekerja dari berbagai suku bangsa untuk
dipekerjakan di kota itu sebagai kuli, tukang, pelayan, ataupun tentara.
Menurut Sedyawati (1986), faktor itu membuat Batavia sejak awal merupakan
sebuah tempat / wadah percampuran suku bangsa dari berbagai negara,
sehingga akhirnya berkembang menjadi Jakarta.
Pada pertengahan abad ke-19, terlihat bahwa golongan penduduk
pendatang yang berasal dari berbagai suku bangsa tersebut telah kehilangan
jati diri / ciri-ciri asli sukunya, dan muncullah masyarakat baru yang
merupakan percampuran, dan dikenal dengan sebutan Betawi. Kebudayaan
Betawi mempunyai satu faktor pemersatu yaitu bahasa Melayu Betawi. Hal ini
merupakan gabungan dan peleburan dari berbagai adat dan tradisi mulai dari
28
Portugis, Belanda, Arab, Cina, Melayu, Sunda, Makasar, Bugis, Bali, dan lainlain.
Setelah era Perang Dunia ke-2 dan kemerdekaan, kembali berbagai
etnik dan suku bangsa yang lain datang ke Jakarta, namun tidak lagi terjadi
pembauran karena tidak lagi berkelas yang sama, namun sudah terpisah dalam
kelas-kelas pekerja, tuan tanah, pedagang, dan berlapis-lapis, sehingga sampai
saat ini tidak lagi terjadi percampuran dan pembauran.
Pada akhirnya, memang kaum Betawi tidak lagi tinggal hanya di pusat
kota Jakarta, namun juga mulai menyebar dan tergeser oleh pendatang ke
pinggiran, sehingga terdapat beberapa istilah seperti Betawi Tengahan dan
Betawi Pinggiran. Seiring waktu, budaya betawi pun berkembang menurut
daerah geografis tersebut. Sejarah-sejarah dan akar tradisi Betawi di pusat kota
sebagai penduduk asli kota Jakarta pun semakin menghilang dari kota Jakarta
itu sendiri.
Menurut Wanganea (1985), mayoritas orang Betawi beragama Islam,
meskipun ada yang mempunyai kepercayaan supernatural / dunia gaib, dewa,
makhluk halus, dan kesaktian. Umumnya masyarakat Betawi lebih mengacu
pada ajaran Islam sebagai pedoman hidup. Orang tua cenderung
menyekolahkan anaknya ke Madrasah.
29
Rumah
Dalam adat Betawi, berdirinya suatu bangunan seperti rumah tinggal
umumnya berawal ketika sebuah keluarga inti baru terbentuk. Namun ada juga
kecenderungan beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
dikarenakan mahalnya biaya pembangunan rumah.
Umumnya orang Betawi mengenal beberapa model rumah seperti
Rumah Kebaya, Rumah Gudang, dan Joglo. Bahan bangunan yang awal
digunakan untuk membangun adalah menggunakan kayu nangka. Dalam
perkembangannya, Rumah Kebaya dan Rumah Gudang banyak menggunakan
bahan batu kali untuk pondasi, dan batu bata untuk dindingnya.
Sumintardja (1978) melihat adanya persamaan ciri rumah Betawi di
pedalaman dengan rumah tradisional Sunda di dataran rendah yang beriklim
panas lembab. Tipe rumah umumnya direncanakan untuk keteduhan, dengan
ciri-ciri :
•
Lantai rumah langsung beralas tanah
•
Di muka, belakang, atau sekeliling rumah terdapat serambi yang memberi
keteduhan pada inti rumah.
•
Inti rumah terdiri dari satu atau beberapa ruang yang terbagi simetris kiri
dan kanan.
•
Serambi belakang digunakan untuk dapur.
•
Atap berbentuk pelana atau limas sebagai pengaruh rumah tradisional
Jawa
30
•
Bahan bangunan menggunakan bambu dan kayu untuk dinding, dan
alang-alang atau daun enau untuk atap, namun saat sekarang banyak yang
berubah menggunakan dinding bata dan atap genteng.
GAMBAR 2 : RUMAH KEBAYA
GAMBAR 3 : RUMAH GUDANG
31
GAMBAR 4 : RUMAH JOGLO
Dari ketiga jenis rumah tersebut, rumah yang paling dikenal dan paling
banyak dibangun oleh masyarakat Betawi asli / awal ada 2 jenis rumah
pertama, yaitu Rumah Kebaya, dan Rumah Gudang.
GAMBAR 5 : TIPIKAL TAMPAK DAN ORNAMEN RUMAH BETAWI
32
Organisasi dan Pemanfaatan Ruang
Menurut Boedhisantoso (1989), secara garis besar, rumah asli Betawi
selalu terdiri dari tiga bagian penting, yaitu :
1. Serambi, yang disebut sebagai Ruang Depan
2. Bagian Dalam, yang disebut Ruang Tengah
3. Dapur / tempat memasak, yang disebut Ruang Belakang
GAMBAR 6 : ZONING DALAM RUMAH BETAWI
Serambi depan pada model Rumah Kebaya tidak berpintu, terbuka di
sisi depan dan bagian samping tertutup dinding, sedangkan pada model
Rumah Gudang bagian depan dan samping terbuka. Di serambi biasanya
terletak 2 buah bale-bale di sebelah kiri dan kanan sebagai tempat menerima
tamu atau tempat duduk-duduk anggota rumah sebelum pergi tidur /
33
beristirahat. Salah satu bagian dari kedua bale-bale sekarang telah banyak
yang diganti dengan meja dan kursi tamu.
Ruang Depan merupakan salah satu bagian rumah yang paling sering
digunakan sepanjang hari oleh seluruh penghuni rumah, lelaki maupun
perempuan, baik untuk bersosialisasi, ataupun mengasuh anak. Terdapat juga
ruang tamu yang digunakan untuk menerima tamu yang dihormati biasanya
diterima di dalam rumah, sedangkan tamu kerabat atau tetangga biasanya
diterima di teras.
Bagian Dalam atau Ruang Tengah merupakan bagian pokok dari
rumah, dipisahkan dari serambi depan oleh dinding yang berpintu tepat di
tengah, dan berjendela di kedua sisinya. Pola umum perletakan pintu dan
jendela adalah simetris. Bagian pokok rumah atau Ruang Tengah terbagi atas
kamar tidur, ruang duduk, dan kadang-kadang terdapat ruang makan.
Terdapat juga ruang yang terletak di sisi belakang kamar tidur yang
disebut pangkeng / gudang,.Ruang Belakang sebagai bagian belakang terbagi
atas tempat memasak / dapur, tempat mandi. Seluruh kelompok ruang-ruang
di rumah ditata ke dalam sebentuk massa persegi panjang, dan jarang ditemui
bentuk massa berlekuk, sehingga bentuk atap Gudang maupun Kebaya tetap
memenuhi kebutuhan pengatapan.
Pada dasarnya pemanfaatan ruang di dalam dan sekitar rumah dapat
dibedakan menurut jenis kegiatan yang berlangsung di dalamnya, yaitu
kegiatan sehari-hari, kegiatan berkala dan insidentil.
34
Menurut Saidi (2002), ada sebuah elemen yang penting, bahkan sakral
dalam arsitektur Betawi. Yakni, konstruksi tangga, yang diistilahkan balaksuji.
Balaksuji adalah konstruksi tangga di rumah Betawi. Pemilik rumah sengaja
meninggikan lantai rumahnya dari permukaan tanah sekitar. Pada kasus
demikian pemilik rumah juga membuat balaksuji, tangga menuju rumah.
GAMBAR 7 : DENAH GARIS BESAR RUMAH BETAWI
35
Sistem Konstruksi dan Proses Pembangunan Rumah
GAMBAR 8 : STRUKTUR DAN BAHAN BANGUNAN YANG BIASA
DIPAKAI PADA RUMAH BETAWI
Sebagian besar pembagian ruang di rumah masyarakat Betawi terkait
dengan penggunaan suatu modul tertentu. Untuk menentukan ukuran luas
rumah, satuan ukuran yang digunakan adalah metrik dengan modul ukuran 3
m ( luas kamar umumnya 3 m x 3 m, jarak tiang ke tiang 3 m atau 6 m, ruang
tengah dengan luar 3 m x 6 m, dan sebagainya).
36
GAMBAR 9 : POTONGAN TIPIKAL RUMAH BETAWI
II.3. Teori-Teori Arsitektur Pendukung
Bentuk dan Ruang
Menurut Ching (1996), bentuk dasar ruang dan bangunan secara umum ada
tiga, yaitu:
Bentuk
Keuntungan
1. Segitiga
•
Bentuk
Kerugian
stabil
dan
•
Pengembangan
ruang
•
pada ketiga sisinya
2. Segiempat
•
Bentuk statis
efisien
dari
segi fungsi
berkaratker kuat
•
Kurang
Fleksibilitas
ruang
kurang
•
Orientasi
ruang
37
•
cenderung statis
Mudah dikembangkan ke
segala arah
•
Orientasi
ruang
pada
keempat
sisi
pembatasnya
•
Layout ruang baik dan
mudah
•
Ruang memiliki efisiensi
yang tinggi
1.
Lingkaran
•
Bentuk halus
•
Orientasi ruang luas dan
fleksibel
•
•
Fleksibilitas
ruang
rendah
•
Indah dilihat dari luar
Pengembangan
relatif
lebih sulit
TABEL 1 : BENTUK DASAR RUANG
Beberapa jenis organisasi bentuk dan ruang antara lain :
•
Ruang di dalam Ruang
Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain
yang lebih kecil di dalamnya.
•
Ruang-Ruang yang saling berhubungan / berkaitan
38
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan yang dihasilkan dari
overlapping dua daerah ruang dan membentuk irisan atau suatu daerah bersama.
•
Ruang-Ruang yang Bersebelahan
Merupakan organisasi ruang yang paling umum. Batas-batas pemisah
ruang yang bersebelahan dapat berupa dinding, panel, kolom, ketinggian lantai,
ketinggian plafon, split dinding, dan lain-lain.
•
Ruang-Ruang yang dihubungkan oleh sebuah Ruang Perantara
Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau
dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga atau ruang perantara.
Selanjutnya dibahas oleh Ching, ada beberapa jenis organsisasi ruang, antara
lain :
•
Organisasi Terpusat, di mana sebuah ruang dominan menjadi pusat
pengelompokan sejumlah ruang sekunder
•
Organisasi Linear, suatu bentuk urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang
berulang. Garis tidak harus berbentuk lurus.
•
Organisasi Radial, di mana sebuah ruang pusat menjadi acuan organisasi ruang
linear yang berkembang menurut arah jari-jari.
•
Organisasi Cluster, yaitu kelompok ruang yang kedekatan hubungan atau
bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. Organisasi yang
paling umum terbentuk.
39
•
Organisasi Grid, di mana ruang-ruang terorganisir dalam daerah grid atau
struktur lainnya.
Beberapa prinsip dalam penataan ruang dan massa dalam suatu bangunan
atau kompleks bangunan antara lain :
•
Sumbu
Sebuah garis yang terbentuk oleh dua buah titik di dalam ruang, di
mana bentuk-bentuk dan ruang-ruang dapat disusun dalam sebuah paduan yang
simetri dan seimbang.
Sumbu berbentuk garis lurus, kedua ujungnya harus diakhiri oleh sebuah
bentuk atau ruang yang jelas.
•
Simetri
Distribusi dan susunan yang seimbang dari bentuk-bentuk dan
ruang-ruang yang sama pada sisi yang berlawanan terhadap suatu garis atau
bidang pembagi ataupun terhadap titik pusat atau sumbu.
Ada 2 macam simetri yaitu simetri bilateral dan simetri radial.
•
Hirarki
Penekanan kepentingan atau keutamaan suatu bentuk atau ruang menurut
ukuran, wujud / bentuk, atau penempatannya, relatif terhadap bentuk-bentuk
atau ruang-ruang lain dari suatu organisasi ruang
•
Irama
40
Pergerakan yang mempersatukan, yang dicirikan dengan pengulangan
berpola atau pergantian unsur atau motif formal dalam bentuk yang sama atau
dimodifikasi.
•
Datum
Sebuah garis, bidang, atau volume yang oleh karena kesinambungan dan
keteraturannya berguna untuk mengumpulkan, mengukur, dan mengorganisir
suatu pola bentuk-bentuk dan ruang-ruang.
•
Transformasi
Konsep arsitektur, struktur, atau organisasi dapat diubah melalui
serangkaian manipulasi dan permutasi dalam merespon suatu lingkup atau
kondisi yang spesifik tanpa kehilangan konsep dan identitasnya.
Dalam tipologi geometri , beberapa teknik transformasi , yaitu :
•
Translation (pergeseran) : suatu bentuk dapat digeser sedemikian rupa
terhadap sumbu tertentu.
•
Rotation (perputaran) : suatu bentuk dapat diputar menurut sudut putaran
tertentu terhadap sumbu tertentu.
•
Reflection (pencerminan) : suatu bentuk dapat dicerminkan terhadap sumbu
tertentu.
•
Stretching (peregangan) : suatu bentuk dapat diregangkan sehingga menjadi
lebih besar.
•
Shrinking (pemampatan) : suatu bentuk dapat dimampatkan sehingga
menjadi lebih kecil.
41
•
Scale (skala) : suatu bentuk dapat diubah skalanya menjadi lebih besar atau
lebih kecil .
•
Twisting (puntir) : suatu bentuk dapat dipuntir sehingga dapat tercipta bentuk
yang lain dari yang aslinya.
Sirkulasi
Beberapa Komponen Unsur dalam Sirkulasi Ruang antara lain :
•
Pencapaian (Langsung, Tersamar, Berputar)
•
Jalan / Pintu Masuk
•
Konfigurasi Jalan (Linear, Radial, Spiral, Grid, Jaringan, Komposit)
•
Hubungan Jalan dan Ruang
•
Bentuk Ruang Sirkulasi (Koridor, Aula, Galeri, Tangga, Kamar)
Sirkulasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
•
Sirkulasi Horizontal dapat dibedakan menjadi 2 tipe, antara lain:
Jenis Sirkulasi
2.
Keuntungan
Kerugian
• Sirkulasi jelas dan terarah
•
Linier
a. Linier menerus
Kurang
efisien
karena
membutuhkan
banyak ruang
42
b. Linier bertekuk
• Mudah disesuaikan dengan
tapak yang berkontur
c. Linier berpotongan
• Mudah dalam pencapaian
ke bangunan dan bagianbagian bangunan.
d. Linier bercabang
e. Linier berbelok
f. Linier melingkar
3.
Radial
•
Memusatkan
kegiatan
/ •
orientasi
•
Langsung
Arah
sirkulasi
terpusat pada satu
dan
mudah
titik
sehingga
43
untuk
mencapai
titik
tertentu
perhatian ke titiktitik
lainnya
berkurang.
TABEL 2 : JENIS-JENIS SIRKULASI HORIZONTAL
•
Sirkulasi vertikal dapat dibedakan menjadi 2 tipe, antara lain:
ƒ
Lift / Elevator, berupa jalan penghubung antar lantai. Dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu lift pengunjung dan lift
ƒ
Tangga dibedakan menjadi 2 macam yaitu tangga biasa dan tangga darurat.
Tangga biasa merupakan penghubung antar lantai tanpa menggunakan
mesin dan digunakan hanya untuk bangunan 4 lantai ke bawah. Sedangkan
tangga darurat dibutuhkan bilamana lift dan escalator tidak berfungsi pada
saat darurat untuk bangunan 5 lantai ke atas. Letak tangga darurat harus
mudah dijangkau dengan jarak maksimum ke setiap titik adalah 30m, juga
harus mudah di lihat dan dapat keluar ke area terbuka.
Tapak dan Lingkungan
Menurut Chiara dan Koppelman (1991), ada beberapa faktor yang penting
dan perlu diperhatikan dalam melakukan analisis tapak dan lingkungan, antara lain :
•
Pencapaian
•
Kondisi Tapak
•
Kondisi Lingkungan Sekitar
44
•
Orientasi Massa Bangunan
•
Utilitas Lingkungan
•
Drainase Lingkungan
•
Area Hijau pada Lingkungan
Orientasi dan Tata Letak Bangunan
Selanjutnya diuraikan oleh Chiara dan Koppelman, bahwa Orientasi dan Tata Letak
Bangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
•
Jalan
•
Bentuk Tapak
•
Orientasi Terhadap Matahari, yang menyangkut panas matahari pada bangunan,
serta penataan lansekap dan elemen bangunan untuk pengendalian panas
•
Angin
•
Jalan Sekitar Tapak
•
Kebisingan, yang menyangkut bukaan terhadap kebisingan.
•
View
Estetika
Estetika mempunyai beberapa unsur pembentuk antara lain (sumber :
www.indesign.net, 2002) :
•
Irama
45
Irama ialah penerangan dari elemen-elemen , dalam hal ini yang banyak
dibicarakan hadirnya iraman dengan adanya akhiran dan awalan , ciri-ciri
horisontal atau vertikal dan lain-lainnya.
•
Emphasis / Penekanan.
Tekanan atau emphasis merupakan bagian yang menjadi pusat perhatian dan
mampu memberikan ciri tertentu yang mengandung ide , tujuan dan isi.
•
Unity / Kesatuan.
Unity merupakan organisasi antara beberapa unsur satu sama lain tidak
terpisahkan.
•
Skala / Proporsi.
Skala atau proporsi dapat menciptakan estetika dengan mempertimbangkan
peruntukan suatu elemen bangunan yang cukup teratur dan sesuai dengan
fungsinya.
•
Komposisi.
Komposisi merupakan suatu pengolahan unsur dan prinsip dalam usaha yang
menciptakan kondisi yang unity baik kontras maupun selaras.
Selain itu bentuk estetis juga dipengaruhi oleh beberapa faktor / prinsip,
antara lain :
•
Kerumitan (Complexity) , berarti benda estetis yang bersangkutan tidak
sederhana sama sekali , namun kaya akan isi maupun unsur-unsur yang saling
berlawanan ataupun mengandung perbedaan-perbedaan yang halus.
46
•
Kesungguhan (Intensity) , berarti suatu benda estetis yang baik harus memiliki
suatu kualitas yang menonjol , bukan sekedar sesuatu yang kosong.
II.4. Studi Kasus
Architectural Association School Of Architecture
Tujuan awal pendirian sekolah ini adalah untuk menyediakan wadah
pendidikan arsitektur yang berdiri sendiri, dikelola sendiri (swasta) memberikan
pendidikan secara independen yang mana pada saat itu tidak ada pendidkan formal
sejenis ini.
Program – program Pendidikan
1. Diploma (Strata 1), terdiri atas :
•
Dasar Arsitektural (Foundation) – 1 tahun
•
Tahun Pertama (First Year) – 1 tahun
•
Intermediate – 2 tahun
•
AA Diploma – 2 tahun
2. Program Pascasarjana (S2)
Terdapat 7 program pascasarjana yang secara garis besar terbagi atas :
•
Building Conservation
•
Sustainable Environmental Design
47
•
Graduate Design
a. Design Research Laboratory
b. The Emergent Technology + Design
c. Landscape Urbanism
•
Histories & Theories
•
Housing & Urbanism
3. Program PhD (S3)
Tujuan dari program ini adalah untuk kombinasi pengembangan riset
Kegiatan-kegiatan yang dilakukana antara lain perkuliahan, seminar mingguan,
dan event2 khusus yang diselenggarakan oleh program PhD.
Fasilitas
Program-program di AA School didukung oleh beberapa fasilitas di
antaranya :
•
Perpustakaan
•
Arsip Gambar & Foto
•
Studio Foto
•
Workshop
•
Modelshop
•
Laboratorium Media Elektronik
•
Drawing Material Shop
48
•
Bar & Restaurant
•
Studio Radio Independen (publikasi)
•
Ruang Audio Visual
•
Forum Diskusi Mahasiswa
•
Ruang Kelas
Berlage Institute - Postgraduate Laboratory of Architecture
Institut Berlage adalah sebuah institut internasional khusus
di bidang
penelitian, pengembangan arsitektur, urban planning dan disain landskap.
Berlage Institut bertujuan menghubungkan penelitian di dunia edukasi
terhadap kondisi perkotaan yang ada, peneliti, pengembang dan pemerintah lokal
karena institut mengajarkan pada mahasiswa pada penelitian tertentu, sehingga dapat
membuat lulusan dengan bidang berbeda-beda.
Program – program Pendidikan di Berlage Institute
1. Program Strata 2
•
Tahun Pertama Program Penelitian
•
Tahun Kedua Program Penelitian
•
Projective Theory and Technology
•
Masterclasses
•
Perkuliahan
49
•
Excursion
2. Program Strata 3
Advanced Research Program (Ph.D)
Program ini tidak terbuka untuk umum melainkan melalui undangan
khusus.
Fasilitas
Fasilitas- fasilitas yang mendukung program-program di Berlage Institute
antara lain :
•
Fasilitas Komputer
•
Ruang Kuliah / Kelas
•
Perpustakaan, Dokumentasi, dan Koleksi Video
•
Terdapat monograf arsitektur, publikasi teori, sejarah dan jurnal arsitektur
internasional, DVD untuk materi perkuliahan.
•
Galeri Berlage
The Bartlett School of Architecture, Building, Environmental Design and
Planning
Bartlett adalah sekolah yang menawarkan sebuah pendekatan multidisiplin
yang mempelajari tentang lingkungan. Dengan kemampuan menggabungkan
arsitektur, bangunan, desain lingkungan dan perencanaan.
50
Bartlett fokus pada masalah yang mengarah pada perencanaan masa depan
dari kota, dan menjadikan London sebagai sebuah laboratorium untuk studi
arsitektur, konstruksi, dan urban yang memberikan dampak lingkungan.
Program – program Pendidikan di Bartlett School
1. Program Sarjana (Strata 1), terdiri atas :
a. Program Sarjana dengan Gelar Diploma
Merupakan Program Pendidikan dengan lama 2 tahun.
b. Program Sarjana dengan Gelar Bachelor of Science (B.Sc)
Merupakan Program Pendidikan yang diselenggarakan selama 4 tahun.
2. Program Pasca Sarjana (Strata 2)
Program Pasca Sarjana terbagi atas 2 bidang ilmu spesifik, yaitu:
1. Master of Architecture Design (M.Arch)
2. Master of Science in Urban Design (M.Sc.)
3. Program Ph.D (Strata 3)
Program Strata 3 ini terbagi atas 2 bidang ilmu spesifik, yaitu:
1. Ph.D by Design
2. Ph.D by Text
51
Fasilitas
Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Bartlett School untuk mendukung
kegiatan pendidikan antara lain :
•
Studio Foto
•
Ruang Audio Visual
•
Laboratorium Komputer
•
Perpustakaan
•
Workshop
•
Studio Penelitian
•
Klinik Elektronik
•
Galeri
University of Florida – School of Architecture
Tujuan sekolah arsitektur ini adalah menyediakan program pendidikan yang
bermutu sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja arsitektur. Penekanannya
adalah untuk bisa lebih tanggap terhadap lingkungan & manusia dalam merancang
lingkungan buatan.
Program – Program Pendidikan di FU – School of Architecture
1. Program Strata 1
Bachelor of Design in Architecture (B.Des.Arch) – Strata 1
52
2. Program Strata 2
- Master of Architecture (M. Arch) – Strata 2
- Master of Science in Architectural Studies (M.Sc) - Strata 2
Program dengan jangka waktu 3 semester ini terdiri atas 3 spesialisasi,
antara lain :
•
Architectural History & Theory
•
Architectural Preservation
•
Building Technologies
3. Program Strata 3
•
Doctorate of Design, Construction, and Planning (S3)
•
Design Exploration Program
Fasilitas
University of Florida School of Architecture menyediakan berbagai fasilitas
yang mendukung kegiatan perkuliahan. Beberapa di antaranya adalah :
•
Harn Museum
•
Chandler Auditorium
•
Perpustakaan
•
Laboratorium Komputer
•
Galeri
•
Studio
53
•
Woodshop
•
Plotroom
•
Lab. Fotografi
Kesimpulan Studi Kasus
Beberapa hal yang bisa disimpulkan melalui pemahaman dan analisis
terhadap studi kasus adalah, antara lain :
•
Sekolah didirikan dengan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan spesifikasi
masing-masing sekolah yang ingin ditonjolkan sebagai nilai jual / nilai lebih.
•
Sekolah mempunyai spesifikasi atau fokus pada bidang tertentu sehingga
program yang ditawarkan pun mengikuti fokus atau spesifikasi tersebut.
•
Program pendidikan yang ditawarkan pada sekolah arsitektur pada umumnya
berawal dari jenjang Strata 1 (Sarjana) sampai Strata 3 (Doktoral).
•
Selain bersifat komersial, adanya program khusus juga bisa menjadi ajang
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan masyarakat lingkungan sekitar di
mana anak-anak mereka bisa diberi gambaran secara dini tentang seluk-beluk
sekolah desain terutama di bidang arsitektur, sehingga orang tua tidak merasa
cemas memasukkan anak-anak mereka di sekolah tersebut.
Beberapa fasilitas yang umum terdapat pada sekolah arsitektur antara lain:
•
perpustakaan, arsip
•
ruang seminar, auditorium, ruang audiovisual
•
studio
54
•
laboratorium komputer, fotografi, elektronik
•
workshop, modelshop (wood, metal, stone)
•
galeri, hal ekshibisi
•
food & beverages
55
Download