skripsi hardcopy

advertisement
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hubungan Keterkaitan antara Landform dan Klasifikasi Tanah
Data yang digunakan berasal dari 475 pedon yang tersebar di 8 lokasi,
yaitu: Karawang (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Pangkalan Bun
(Kalimantan Tengah), Pacitan dan Gresik (Jawa Timur), serta daerah Oesao,
Besikama, dan Bena (Nusa Tenggara Timur). Data pedon tersebut tersebar ke
dalam 6 landform utama menurut LREPP II, yaitu Aluvial (A), Fluvio-marin (B),
Karst (K), Marin (M), Tektonik (T), dan Volkan (V). Jumlah landform yang
dijumpai dari 6 landform utama tersebut sebanyak 64 landform (Tabel 4).
Landform merupakan suatu bentuk lahan yang disebabkan oleh proses
geomorfik tertentu. Oleh karena itu, setiap landform diharapkan memiliki suatu
hubungan keterkaitan dengan klasifikasi tanah yang terdapat di dalamnya.
Keterkaitan ini dapat ditinjau dengan melihat klasifikasi tanah pada masingmasing kategori order yang dijumpai pada suatu delineasi landform utama
menurut LREPP II (Tabel 5).
Tabel 5, menunjukkan bahwa tanah yang terdapat dalam Landform utama
yang memiliki klasifikasi tanah paling beragam pada kategori order adalah adalah
landform tektonik & struktural, landform ini mempunyai jumlah kelas tanah yang
paling banyak. Dari semua kelas tanah yang dijumpai, hanya satu order tanah
saja tanah saja yang tidak dijumpai dalam landform ini yaitu order Andisol.
Landform tektonik & struktural merupakan landform dengan bahan induk yang
sangat beragam sehingga berimplikasi terhadap keberagaman klasifikasi tanah
yang dijumpai pada landform tersebut.
Landform aluvial mempunyai tanah yang lebih beragam dibandingkan
dengan landform lainnya yang dipengaruhi oleh air (fluvio-marin & marin). Hal
ini menunjukkan pada landform yang dipengaruhi oleh air, bahan endapan yang
diendapkan pada landform aluvial lebih beragam dibandingkan pada landform
fluvio-marin dan marin.
Order Ultisol dan Oxisol yang memiliki tingkat perkembangan tanah
lanjut, tidak dijumpai pada landform utama yang dipengaruhi oleh air (aluvial,
29
Tabel 4. Data Landform LREPP II yang Dianalisis
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Landform Utama
Aluvial (A)
Landform
A.1.1.1
A.1.1.2.1
A.1.1.2.2
A.1.1.2.6
A.1.1.2.7
A.1.1.2.8
A.1.1.3
A.1.2
A.1.2.1
A.1.2.3
A.1.3
A.1.4
A.1.5
A.2
A.2.1.1
A.2.1.3
A.2.2
A.2.2.1
A.2.2.2
Fluvio-Marin (B)
B.1.2
B.3
Karst (K)
K.1.1
K.1.2
K.1.3
K.2
K.2.1
K.3
K.3.1
K.5
Marin (M)
M.1.1
M.1.1.2
M.1.2
M.1.3
M.1.7
M.2.2
M.3
M.3.2
M.3.3
Tektonik & Struktural
T.10.2
T.10.3
T.11.1
T.11.2
T.11.3
T.1.2
T.12.1
T.12.2
T.5.5
T.6.1
T.6.2
T.6.4
T.6.5
T.8
T.9.2.1
Volkanik (V)
V.1.1.3
V.1.1.4
V.1.1.5
V.1.3
V.1.6
V.2.2
V.3.1
V.3.2
V.3.3
V.4
V.ngarai
Total Pedon
Jumlah pedon
4
5
18
2
4
2
2
7
6
1
64
5
5
4
1
3
2
6
1
2
25
1
2
1
2
2
4
1
1
2
1
2
2
4
10
1
3
1
1
7
8
26
13
1
42
8
2
6
2
2
5
33
6
7
3
6
2
4
12
3
24
40
2
1
475
*Warna berbeda menunjukan perbedaan pada tingkat grup landform
Cetak tebal merupakan jumlah pedon pewakil terbanyak pada setiap grup landform
30
Tabel 5. Klasifikasi Tanah yang Dijumpai pada Grup Landform LREPP II
Klasifikasi
Tanah
Landform
Aluvial (A)
Fluvio-Marin (B)
Marin (M)
Entisol
√
√
√
Inceptisol
√
√
√
Karst (K)
Tektonik & Struktural (T)
Volkanik (V)
√
√
√
√
√
√
√
Ultisol
Vertisol
√
Alfisol
√
Mollisol
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Andisol
Oxisol
√
Spodosol
√
√
fluvio-marin, & marin) dan pada landform karst. Kedua order tersebut hanya
dijumpai pada landform utama tektonik & struktural dan landform volkanik.
Secara umum order tanah yang paling banyak dijumpai pada setiap
landform utama adalah Inceptisol, diikuti oleh Entisol dan Vertisol. Banyaknya
Vertisol yang dijumpai pada penelitian ini adalah karena data yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari database LREPP II yang merupakan proyek
pemetaan pengembangan sumberdaya lahan di daerah Indonesia timur yang
memiliki perbedaan iklim basah dan iklim kering yang tegas. Sementara itu,
order lain yang paling sedikit dijumpai adalah order Andisol yang hanya dijumpai
pada landform volkanik dan order Spodosol yang hanya dijumpai pada landform
tektonik & struktural.
4.2. Gambaran Tingkat Homogenitas dan Heterogenitas Karakteristik dan
Klasifikasi Tanah pada Suatu Unit Landform
Landform yang dibahas pada subbab ini, adalah landform yang memiliki
jumlah data pedon paling banyak pada masing-masing landform utamanya (Tabel
4). Selain itu juga data spasial pedon tersebut diambil dari peta plotting titik
pengamatan tanah LREPP II Skala 1: 50.000 (Tabel 6).
Pada subbab pembahasan ini, klasifikasi tanah yang digunakan berasal dari
klasifikasi pedon tanah pewakil yang memiliki kelengkapan data lapang dan data
laboratorium, sehingga pada tampilan spasialnya, titik pengamatan tanah tersebut
31
Tabel 6. Lembar Peta Plotting Pengamatan Tanah LREPP II
Lokasi
Luas (ha)
Nama Lembar Peta
Nomor Peta
Besikama
58.650
Sukabisikun
2406-51&23
Besikama
2406-13&14
Bena
Oesao
Semarang
Pacitan
64.300
132.550
74.420
Anametan
2406-42
Nauleu
2406-11&12
Tanjung Ela
2305-64
Tanjung Ela
2405-43
Panite
2305-63
Oesao
2305-53&54
Oesao
2306-21&22
Tugu
1409-221
Semarang Utara
1409-222
Wedung
1409-313
Sayung
1409-311
Boja
1408-543
Tegal Ombo
1507-44
Pacitan
1507-43
Klesem
1507-41
Sudimoro
1507-42
Gresik
166.992
Paciran
1509-32
Karawang
132.450
Sukatani
1209-53
Jatisari
1209-61
Pangkalan Bun
73.703
Pedes
1209-54
Cikarang
1209-51
Pangkalan Banteng
1513-52
Mulyajadi
1513-24
Pangkalan Bun
1513-23
terlihat tidak sesuai dengan kerapatan yang seharusnya ditampilkan pada skala
tertentu. Tampilan spasial titik pengamatan sebenarnya menampilkan seluruh titik
pengamatan baik itu pengamatan pedon maupun pengamatan boring tanah. Oleh
karena itu, posisi titik pengamatan tanah (klasifikasi) pada tampilan spasial
subbab ini apabila dikaitkan dengan prinsip Satuan Peta Tanah, masih belum
dapat disimpulkan secara pasti.
32
4.2.1. Grup Landform Aluvial (A)
Bloom (1979) mendefinisikan bahwa aluvial adalah sedimen yang
diendapkan melalui aliran air dan mempunyai umur geologi yang relatif muda.
Sementara itu definisi landform aluvial menurut Marsoedi et al. (1997) adalah
landform muda (recent dan subrecent) yang terbentuk dari proses fluvial (aktivitas
sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial.
Menurut Gerrard (1980), tanah-tanah yang terdapat pada daerah aluvial
seringkali tergenang akibat terjadinya banjir berkala. Hal ini menyebabkan
terjadinya keberagaman tanah pada daerah aluvial ini. Akibat adanya genangan
air yang berkala terjadilah proses gleisasi pada tanah-tanah di daerah aluvial.
Tanah-tanah yang terdapat di daerah aluvial, pada umumnya memiliki tingkat
perkembangan dari fase tanah belum berkembang hingga fase tanah muda. Pada
daerah aluvial, akumulasi bahan organik sangatlah wajar, terutama pada bagian
backswamp yang merupakan daerah limpasan banjir sungai yang membawa bahan
material endapan.
Terdapat 19 landform yang termasuk dalam landform utama aluvial (Tabel
4). Landform yang memiliki jumlah pedon pewakil terbanyak pada landform
utama aluvial ini adalah landform A.1.3 dengan jumlah pedon pewakil sebanyak
64 pedon. Atas dasar hal tersebut, landform A.1.3 akan dibahas sebagai contoh
studi kasus gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan
klasifikasi tanah pada suatu unit landform aluvial.
Landform A.1.3 merupakan landform dataran aluvial. Dataran aluvial
adalah dataran luas yang terbentuk karena pengendapan bahan aluvial oleh air,
terdiri lumpur, pasir atau kerikil, umumnya termasuk agak tua (subrecent) dan
sungai yang membentuk wilayah ini sudah tidak jelas lagi (Marsoedi et al., 1997).
Tabel 7 menunjukkan sebaran landform A.1.3 beserta karakteristik tanah
pencirinya yang dijumpai pada beberapa lokasi survei LREPP II. Lokasi tersebut
adalah Karawang (Jabar), Pacitan & Gresik (Jatim), dan Besikama, Bena, Oesao
(NTT). Landform A.1.3 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang mempunyai iklim
tipe A (CH≥2000 mm/th), tipe B (CH≥1500-2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500
33
Tabel 7. Sebaran Landform A.1.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya
lokasi
Jabar
Jabar
Jabar
Jateng
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Oesao
Oesao
Gresik
Bena
Besi
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
Besi
Oesao
Oesao
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
Besi
Oesao
Besi
ID
HS-219
HS-112
AY-179
DK-147
HJ-206
HJ-259
HJ-275
HS-126
HS-157
HS-187
HP-001
EA-062
EA-063
HP-002
SY-056
SY-121
SY-126
AK-054
AK-220
HI-076
AK-222
CB-016
BJ-125
EA-090
SL-211
TB-040
AD-156
CB-030
TB-073
TB-186
SL-173
HP-083
MS-133
SM-070
TN-046
AK-087
TB-023
CB-010
Iklim
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
Data Site
BI+U Subgrup
fK
Aquic Eutrudepts
fK
Plinthic Endoaquepts
fK
Typic Endoaquepts
fK
Typic Ustorthents
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Chromic Endoaquerts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Aeric Endoaquepts
fK
Aeric Endoaquepts
fK
Aquic Eutrudepts
fK
Aquic Haplustepts
fK
Aquic Haplustepts
fK
Chromic Endoaquerts
fK
Chromic Haplusterts
fK
Chromic Haplusterts
fK
Chromic Haplusterts
fK
Fluventic Eutrudepts
fK
Fluventic Haplustepts
fK
Fluventic Haplustepts
fK
Fluventic Haplustepts
fK
Oxyaquic Haplustepts
fK
Typic Endoaquerts
fK
Typic Endoaquerts
fK
fK Typic Endoaquerts
fK
Typic Endoaquerts
fK
Typic Haplustepts
fK
Typic Haplustepts
fK
Typic Haplusterts
Relief
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
(m dpl)
22
14
12
50
7
13
27
16
6
19
7
7
7
6
8
6
6
10
20
28
10
5
10
15
10
20
20
10
25
13
10
30
52
10
52
20
25
20
Tebal
solum
170
140
79
16
130
140
160
150
130
170
16
150
140
160
138
135
160
155
155
140
115
100
20
135
175
100
155
62
92
67
99
130
110
160
120
100
150
55
A
54,00
39,00
50,00
47,00
53,00
70,00
66,00
49,00
62,00
69,00
79,00
76,00
85,00
67,00
60,00
82,00
82,00
13,50
49,60
53,00
64,00
18,00
81,00
84,00
77,00
56,00
73,00
49,00
71,00
35,70
70,00
78,00
86,00
70,50
79,00
51,00
66,00
55,00
avr clay
B
57,25
50,25
45,50
50,00
60,75
65,25
59,67
62,50
69,75
63,75
A/B
0,94
0,78
1,10
0,94
0,87
1,07
1,11
0,78
0,89
1,08
70,20
66,40
61,20
53,25
72,60
68,75
34,90
53,46
79,25
74,40
39,33
75,80
77,80
77,67
72,25
73,33
31,50
63,22
12,80
73,00
77,00
84,75
71,00
81,33
52,80
58,00
49,00
1,08
1,28
1,09
1,13
1,13
1,19
0,39
0,93
0,67
0,86
0,46
1,07
1,08
0,99
0,78
1,00
1,56
1,12
2,79
0,96
1,01
1,01
0,99
0,97
0,97
1,14
1,12
Avr pH
A
B
6,00 6,78
5,00 4,85
5,00 5,13
7,70 6,90
5,00 5,05
5,30 5,58
6,00 6,57
6,70 6,73
5,40 5,55
5,20 6,18
6,00
5,30 6,22
5,10 5,10
5,30 6,28
5,20 6,68
5,30 5,84
5,80 6,45
7,80 8,08
7,80 8,06
7,70 7,30
7,80 8,24
8,70 8,63
7,50 7,48
7,30 7,52
7,50 7,77
8,00 8,20
7,60 7,67
7,80 8,05
8,10 8,20
7,90 8,20
8,00 7,83
7,60 7,45
7,50 7,43
7,30 7,78
7,30 7,63
8,20 8,20
7,80 8,22
8,00 8,15
Avr C
A
B
1,68 0,63
1,15 0,41
1,42 0,41
1,41 0,53
2,02 0,47
1,77 0,52
0,86 1,01
0,68 0,81
2,36 0,76
0,89 0,79
1,17
2,08 0,63
2,99 1,01
1,55 0,36
1,70 0,38
2,20 0,76
1,58 0,45
3,57 1,07
1,95 0,92
0,78 0,83
2,91 0,63
0,80 0,70
1,04 0,57
0,78 0,35
0,57 0,59
0,74 0,17
0,71 0,68
1,60 0,68
2,08 0,69
2,40 0,75
2,36 1,07
1,17 0,58
3,54 0,88
0,71 0,33
3,75 0,81
1,36 0,77
1,77 0,75
1,53 0,64
Avr KTK
A
B
34,59 33,85
24,65 18,75
28,79 25,88
33,49 41,52
32,72 24,62
35,74 33,61
34,42 37,39
39,72 37,28
40,93 42,70
38,05 36,29
55,09
49,00 45,09
50,17 44,95
26,46 33,63
33,69 38,86
44,51 39,33
43,60 44,04
24,14 24,13
19,44 21,19
31,36 50,20
36,19 29,93
20,83 24,46
49,35 46,89
47,80 43,29
56,20 46,09
39,36 45,94
46,14 48,29
30,73 22,12
33,95 32,23
23,93 11,88
46,65 48,28
66,55 63,82
65,65 63,28
47,52 47,86
64,54 64,16
29,04 26,06
43,93 40,19
51,73 39,24
Avr KTK liat
A
B
64,06
59,24
63,21
37,43
57,58
56,91
71,26
83,04
61,74
40,99
51,06
51,63
52,15
62,62
81,06
59,95
66,02
61,15
55,14
56,96
69,73
64,47
66,85
59,02
68,89
39,49
55,27
56,15
73,51
54,28
55,23
53,17
64,54
178,81 73,51
39,19
39,27
59,17
63,28
56,55
40,13
115,72 63,18
60,93
61,76
56,90
55,53
72,77
59,91
70,29
63,78
63,23
65,67
62,71
75,64
47,82
58,73
67,03
197,01
66,64
65,92
85,32
82,91
76,34
74,83
67,40
67,50
81,70
78,91
56,94
49,53
66,56
71,38
94,05
79,83
Avr KB
A
B
86,00
96,75
73,00
48,00
70,00
69,25
5,00
79,00
85,00
85,00
81,00
90,50
82,00
83,00
75,00
90,00
85,00
91,50
63,00
82,50
87,00
76,00
89,20
80,00
109,80
99,00
104,20
76,00
97,25
79,00
115,00
89,00
106,00
100,00 100,00
100,00 100,00
106,00 98,75
156,00 185,00
259,00 231,33
107,00 119,00
94,00
91,00
112,00 132,33
108,00 109,75
156,00 133,00
184,00 256,50
100,00 100,00
100,00 100,00
152,00 98,50
113,00 123,25
106,00 108,50
95,50
100,50
125,00 113,67
181,00 213,20
100,00 100,00
96,00
145,50
34
Lanjutan Tabel 7
lokasi
Gresik
Oesao
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
Oesao
Oesao
Gresik
Gresik
Gresik
Oesao
pacitan
Oesao
Oesao
Besi
Besi
Gresik
Oesao
Besi
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
Oesao
ID
MK-050
TB-056
AD-130
HI-041
HI-092
HP-037
MK-046
BP-030
TB-022
AR-054
AR-153
SL-172
HN-005
HR-257
BP-220
TB-185
UY-097
YS-116
HI-083
AK-213
AK-013
AR-150
SG-087
MS-100
TN-071
BP-029
Iklim
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
Data Site
BI+U Subgrup
fK
Typic Haplusterts
fK
Typic Haplusterts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Endoaquepts
fK
Vertic Haplustepts
fK
Vertic Haplustepts
fK
Vertic Haplustepts
fK
Vertic Haplustepts
fqK
Typic Endoaquepts
fqK
Aeric Endoaquepts
fqK
Aeric Endoaquepts
fqK
Fluventic Haplustepts
fqK
Fluventic Haplustepts
fqK
Fluventic Haplustepts
fqK
Fluventic Haplustepts
fqK
Typic Haplustepts
fqK
Typic Haplusterts
fqK
Typic Haplusterts
fqK
Vertic Endoaquepts
fqK
Vertic Endoaquepts
fqK
Vertic Endoaquepts
Relief
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
(m dpl)
20
25
100
30
30
17
10
12
26
10
20
15
20
10
5
14
6
10
30
60
20
52
20
52
30
12
*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B)
Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B
Tebal
solum
115
170
69
88
145
95
91
100
156
157
150
165
160
125
99
56
100
97
74
160
100
60
103
150
125
150
A
85,00
82,00
67,00
56,00
72,00
81,00
75,00
84,00
59,00
64,00
67,00
71,00
46,00
59,00
67,30
37,90
37,00
49,00
17,00
63,50
12,00
80,50
55,50
86,00
92,00
79,00
avr clay
B
86,50
82,40
69,50
61,00
77,00
73,25
66,80
64,60
59,67
61,00
67,60
70,50
68,00
59,00
42,77
17,05
34,00
48,67
31,25
59,32
21,25
83,00
67,50
70,60
94,00
76,80
A/B
0,98
1,00
0,96
0,92
0,94
1,11
1,12
1,30
0,99
1,05
0,99
1,01
0,68
1,00
1,57
2,22
1,09
1,01
0,54
1,07
0,56
0,97
0,82
1,22
0,98
1,03
Avr pH
A
B
7,40 7,18
8,30 8,92
5,80 6,55
7,80 7,08
6,00 7,06
7,20 7,40
5,10 5,12
7,80 8,10
7,80 7,97
7,30 8,03
7,70 7,96
7,70 7,78
8,00 8,48
6,00 5,70
7,80 8,23
8,00 8,20
7,90 8,08
7,30 7,67
5,50 6,70
8,00 8,23
7,80 8,10
7,45 7,53
7,40 6,95
7,10 7,04
7,00 7,27
8,00 8,24
Avr C
A
B
1,42 0,87
0,87 0,75
0,97 0,35
0,64 0,42
0,88 0,57
1,12 1,25
1,46 0,55
1,88 0,75
2,64 0,83
0,55 0,30
1,87 0,86
0,91 0,88
1,79 0,53
0,66 0,50
1,76 0,44
2,18 0,59
0,82 0,46
2,23 0,54
0,54 0,16
1,69 0,74
1,85 0,51
0,66 0,33
0,64 0,41
1,23 0,70
1,02 2,14
1,69 0,60
Avr KTK
A
B
54,18 50,83
53,40 52,67
36,05 34,14
39,07 39,73
60,99 63,42
51,03 45,01
39,09 39,95
52,65 42,68
45,81 42,34
26,58 32,77
38,83 34,16
45,03 43,24
41,36 31,96
37,77 41,17
28,50 19,01
24,92 12,95
23,28 21,69
35,65 24,79
11,75 20,20
30,59 33,80
24,23 17,24
49,67 48,47
37,08 39,87
60,95 54,13
45,33 56,20
47,60 47,80
Avr KTK liat
A
B
63,74
58,71
65,12
63,95
53,81
49,13
69,77
65,39
84,71
84,95
63,00
63,38
52,12
63,52
62,68
65,63
77,64
71,11
41,53
54,01
57,96
50,50
63,42
61,50
89,91
47,05
64,02
69,69
42,35
44,67
65,75
77,08
62,92
69,26
72,76
52,06
69,12
89,54
48,17
57,18
201,92 81,23
61,69
58,36
66,79
59,52
70,87
82,71
49,27
60,04
60,25
62,34
Avr KB
A
B
107,00 107,50
100,00 100,00
83,00
98,50
104,00 92,50
113,00 112,80
160,00 166,75
70,00
86,80
100,00 100,00
100,00 100,00
130,00 110,75
118,00 67,20
123,00 137,50
100,00 100,00
93,00
96,50
100,00 100,00
100,00 100,00
212,00 254,25
137,00 213,00
57,00
76,75
100,00 93,41
154,00 211,50
97,50
102,33
94,00
98,50
104,00 102,20
160,00 142,33
100,00 100,00
35
mm/th), dengan 2 bahan induk penyusun tanah yang dijumpai yaitu bahan induk
endapan liat kuarter (fK) yang bertekstur halus dan endapan liat & pasir kuarter
(fqK) yang bertekstur agak kasar. Seluruh landform A.1.3 yang dijumpai pada
lokasi-lokasi tersebut memiliki bentuk relief n (nearly flat) dengan slope 1-3 %.
Secara umum landform A.1.3 yang dijumpai berada pada daerah ketinggian <700
m dpl (dataran rendah).
Karakteristik tanah yang dijumpai pada landform ini, secara umum
memiliki kedalaman solum di atas 85 cm tergolong tebal (dalam). Tanah yang
memiliki sifat vertic dan fluventic pada landform ini cenderung memiliki
kandungan liat pada horison A lebih besar daripada horison B, sedangkan tanah
yang bersifat aquic kandungan liat pada horison A cenderung lebih kecil
dibanding pada horison B. Kondisi pH sangat berbeda terjadi pada tanah-tanah
yang beriklim basah dengan kering, pH 5-6 dapat dijumpai pada tanah-tanah yang
beriklim basah sedangkan tanah dengan pH 7-8 dijumpai di daerah yang beriklim
kering.
Klasifikasi tanah yang ditunjukkan pada Tabel 7 masih sangat beragam.
Keberagaman klasifikasi tanah tidak hanya terjadi pada tingkat subgroup dalam
order yang sama, keberagaman tanah juga dapat terjadi pada kategori order dalam
Landform A.1.3 ini. Hal ini dikarenakan di dalam landform A.1.3 ini unsur-unsur
pembentuk landform yang telah diuraikan sebelumnya (iklim & bahan induk)
masih beragam.
Sehubungan dengan masih adanya perbedaan unsur pembentuk landform
A.1.3, selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi tanah berdasarkan bahan
induk dan iklim yang terdapat pada landform A.1.3 ini (Tabel 8). Apabila
dikelompokan berdasarkan kategori Taksonomi, diketahui bahwa dalam delineasi
landform A.1.3 setelah dipisahkan lagi berdasarkan bahan induk dan iklimnya
masih dijumpai tanah dengan taksonomi yang sangat berbeda. Dengan demikian,
walaupun landform sudah dianggap homogen bahkan bahan induknya pun sudah
dianggap homogen pada kenyataanya klasifikasi tanah yang dijumpai masih
beragam.
36
Tabel 8. Pengelompokan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan induk dan Iklim
pada Landform A.1.3
BI+Umur
fK
Iklim
A
Order
Entisol
Inceptisol
Suborder
Orthent
Udept
Aquept
Great Grup
Usthorthent
Eutrudept
Endoaquept
B
Inceptisol
Vertisol
Inceptisol
Aquept
Aquert
Aquept
Endoaquept
Endoaquert
Endoaquept
Udept
Eutrudept
Ustep
Haplustept
Vertisol
Aquert
Ustert
Endoaquert
Haplustert
Inceptisol
Inceptisol
Aquept
Aquept
Endoaquept
Endoaquept
Ustep
Haplustept
Ustert
Haplustert
C
fqK
B
C
Vertisol
Subgrup
Typic Ustorthents
Aquic Eutrudepts
Typic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Plinthic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Chromic Endoaquerts
Aeric Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Aquic Eutrudepts
Fluventic Eutrudepts
Aquic Haplustepts
Oxyaquic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Fluventic Haplustepts
Typic Haplustepts
Chromic Endoaquerts
Typic Endoaquerts
Chromic Haplusterts
Typic Haplusterts
Typic Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Fluventic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplusterts
Gambar 3 memperlihatkan sebaran landform A.1.3 di daerah Karawang.
Pedon pewakil yang terdapat pada landform ini sebarannya terpusat pada bagian
barat (kotak merah) dan timur (kotak biru). Kotak merah memperlihatkan
sebaran klasifikasi pedon tanah di bagian barat daerah Karawang (Gambar 4),
sedangkan kotak biru memperlihatkan sebaran klasifikasi pedon tanah di bagian
timur daerah Karawang (Gambar 5).
Gambar 4 memperlihatkan posisi pedon pewakil yang dijumpai pada
landform A.1.3 daerah Karawang bagian barat. Dari gambar tersebut, terlihat
beberapa pedon yang menggerombol. Berdasarkan klasifikasinya (Tabel 9), tanah
yang terdapat pada wilayah tersebut didominasi oleh greatgroup Endoaquept,
walaupun keragaman klasifikasi tanah pada kategori subgrup masih terlihat tinggi.
37
Gambar 3. Sebaran landform A.1.3 daerah Karawang - Jawa Barat
Gambar 4. Sebaran pedon tanah pewakil pada landform A.1.3 Karawang – Jabar
(Kotak Merah)
38
Tabel 9. Klasifikasi Tanah pada Masing-masing Poligon Landform di A.1.3
Karawang Bagian Barat
Pedon
HP 001
HS 112
AY 179
SY 121
SY 126
EA 063
EA 062
HP 002
SY 056
Order
Vertisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Subgrup
Chromic Endoaquerts
Plinthic Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Kode
*
***
****
*
*
*
*
*
**
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Tabel 9 memperlihatkan bahwa hampir seluruh klasifikasi tanah yang
dijumpai di daerah Karawang bagian barat didominasi oleh order Inceptisol.
Selain order Inceptisol terdapat juga satu pedon yang memiliki order Vertisol (HP
001). Pedon HP 001 yang memiliki order Vertisol letaknya berada pada poligon
landform yang sama dengan 5 pedon lain yang memiliki order Inceptisol dengan
subgrup Vertic Endoaquepts (SY 121, SY 126, EA 063, EA 062, dan HP 002).
Hal tersebut menunjukkan bahwa order berbeda bisa berada pada poligon
yang sama (HP 001 yang merupakan order Vertisol dengan SY 121, SY 126, EA
063, EA 062, dan HP 002 yang merupakan order Inceptisol). Sebaliknya pada
order yang sama dengan subgroup yang sama bisa berada pada poligon yang
berbeda. Dilihat dari posisinya pedon HP 001 dengan order Vertisol terletak satu
poligon dengan 5 poligon lain yang memiliki order Inceptisol. Untuk
menyimpulkan dalam penarikan batas SPT diperlukan delineasi lebih lanjut
dengan data-data boring yang mendukung guna menentukan apakah pedon
tersebut merupakan SPT asosiasi ataukah SPT inklusi.
Gambar 5 memperlihatkan sejumlah pedon yang bergerombol pada daerah
Karawang bagian timur. Klasifikasi tanah pada pedon yang dijumpai di daerah ini
seluruhnya didominasi oleh order Inceptisol (Tabel 10). Tabel 10 menunjukkan
bahwa terdapat 2 subgroup tanah yang dijumpai yaitu Vertic Endoaquepts dan
Aquic Eutrudepts, semua pedonnya berada dalam satu poligon yang sama
(Gambar 5).
39
Gambar 5. Sebaran pedon tanah pada landform A.1.3 Karawang – Jabar (Kotak
Biru)
Tabel 10. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di A.1.3
Karawang Bagian Timur
Pedon
HS 157
HJ 206
HJ 259
HS 126
HS 187
HJ 275
HS 219
Order
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Subgrup
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Aquic Eutrudepts
Kode
*
*
*
*
*
*
*
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Subgroup Vertic Endoaquepts sangat dominan pada poligon ini. Menurut
prinsip SPT dalam kasus ini, pedon dengan subgroup Aquic Eutrudepts dapat
dikatakan sebagai tanah inklusi. Hal ini karena posisi pedon tersebut terletak
diantara pedon-pedon lain dengan subgroup yang relatif seragam (Vertic
Endoaquepts). Meskipun demikian, di daerah ini regim kelembaban aquic muncul
pada kategori pembentuk suborder dan subgroup yang menandakan pengaruh air
yang cukup dominan terjadi pada intensitas yang berbeda sehingga menghasilkan
klasifikasi tanah yang berbeda pada landform ini. Hal ini berarti pada landform
40
yang telah didelineasi homogen masih dapat dijumpai proses pembentukan tanah
dengan intensitas yang tidak homogen.
Selain di daerah Karawang, landform A.1.3 dengan jumlah pedon yang
banyak dijumpai di daerah Gresik Jawa Timur. Sebaran pedon yang terlihat
menggerombol dijumpai di daerah Gresik bagian barat (Gambar 6). Jumlah pedon
yang dijumpai dalam delineasi landform A.1.3 di daerah Gresik bagian barat
berjumlah 16 pedon yang didominasi oleh 2 order tanah yaitu order Inceptisol
dan order Vertisol (Tabel 11).
Gambar 6. Sebaran landform A.1.3 daerah Gresik - Jawa Timur
Gambar 7 memperlihatkan pedon-pedon yang dijumpai pada daerah
tersebut posisinya tersebar pada beberapa poligon landform yang berbeda,
walaupun ada beberapa pedon yang berada dalam satu poligon landform. Pada
suatu poligon landform A.1.3 yang di dalamnya terdapat pedon HI 092, HI 083,
41
HI 076, & MS 100 seluruhnya didominasi oleh order Inceptisol walaupun masih
terdapat keragaman pada tingkat subgroupnya.
Pada poligon lain yang didalamnya terdapat pedon AR 153, MK 050, MS
133, HP 083, EA 090, & AR 150 hampir seluruhnya didominasi oleh order
Vertisol walaupun masih terdapat keragaman pada tingkat subgroupnya. pedon
AR 153 merupakan subgroup Vertic Haplustepts (order Inceptisol) yang berada
pada satu poligon dengan MK 050 yang merupakan subgroup Typic Haplusterts
(order Vertisol). Jadi di dalam satu poligon, masih dijumpai kelas tanah yang
berbeda pada tingkat order (Vertisol dan Inceptisol) walaupun keduanya memiliki
karakteristik yang berdekatan (sama-sama memiliki sifat vertic). Namun
demikian, sifat vertic yang terdapat pada pedon AR 153 tidak terlalu kuat
sehingga masih belum termasuk ke dalam order Vertisol.
Gambar 7. Sebaran pedon tanah pada landform A.1.3 Gresik - Jawa Timur
(Kotak Merah)
Daerah di mana pedon AD 130 dengan subgroup Vertic Endoaquepts
ditemukan menandakan bahwa terdapat sifat aquic yang dominan pada daerah
tersebut. Sementara pada daerah di mana ditemukannya pedon AR 153 dan MK
050 cenderung lebih kering dibandingkan dengan daerah di mana pedon pertama
42
dijumpai. Walaupun demikian, terdapat juga pedon dengan klasifikasi yang sama
tetapi berada pada poligon yang berbeda.
Tabel 11. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di A.1.3
Gresik - Jatim
Pedon
HI 076
HI 083
SL 173
AD 130
HI 092
MS 100
MK 046
TN 071
SL 172
AR 153
EA 090
MS 133
HP 083
TN 046
AR 150
MK 050
Order
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Vertisol
Vertisol
Vertisol
Vertisol
Vertisol
Subgrup
Aquic Eutrudepts
Fluventic Haplustepts
Oxyaquic Haplustepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Chromic Haplusterts
Typic Endoaquerts
Typic Endoaquerts
Typic Endoaquerts
Typic Haplusterts
Typic Haplusterts
Kode
1*
1*
8*
9*
1*
1*
5*
4*
7*
2*
3*
2*
2*
6*
3*
2*
Angka bertanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Untuk lebih memperjelas kondisi landform A.1.3 yang sebelumnya telah
diuraikan, Gambar 8, 9, dan 10 menyajikan sebaran klasifikasi yang terdapat pada
landform A.1.3 ini. Gambar 8 memperlihatkan bahwa pedon yang dijumpai
didominasi oleh order Inceptisol yang memiliki kelembaban aquik di mana letak
pedon tersebut dapat dijumpai dalam poligon yang sama maupun poligon yang
berbeda, meskipun pada daerah ini terdapat satu pedon Vertisol dengan regim
kelembaban aquic juga. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu poligon masih
terdapat perbedaan klasifikasi tanah.
Intensitas kerapatan posisi pedon tampak masih belum dapat memutuskan
apakah SPT di mana terdapatnya tanah dengan order Vertisol termasuk kedalam
SPT inklusi ataukah SPT asosiasi. Dengan demikian, besar kemungkinan poligon
tersebut masih dapat didelineasi kembali dengan menambah titik-titik pengamatan
sebagai dasar acuan pengambilan keputusan.
43
Gambar 8. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 bagian barat
Karawang – Jabar
Gambar 9. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 bagian timur
Karawang - Jabar
44
Gambar 9 memperlihatkan bahwa pedon yang terdapat pada daerah
tersebut sudah relatif homogen meskipun letaknya tidak berada dalam satu
poligon yang sama, di daerah ini juga muncul satu pedon yang karakteristiknya
berbeda walaupun berada dalam order tanah yang sama yaitu Vertic Endoaquepts
dengan Aquic Eutrudepts.
Gambar 10. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 Gresik - Jatim
Gambar 10 memperlihatkan bahwa dalam suatu delineasi landform A.1.3
(warna hijau tua) terdapat beberapa keragaman klasifikasi tanah. Keragaman
klasifikasi tanah tersebut meskipun terjadi perbedaan pada tingkat order, jika
dilihat dari sifat-sifatnya tidak jauh berbeda. Order tanah yang dimaksud adalah
Vertisol dan Inceptisol yang memiliki sifat vertik. Uraian diatas menunjukkan
bahwa delineasi landform ke dalam A.1.3 tidak berarti mendelineasi satuan tanah
yang terdapat dalam delineasi landform A.1.3 tersebut.
Berdasarkan prinsip SPT, pada kasus landform A.1.3 ini masih belum
dapat menyatakan bahwa perbedaan klasifikasi tanah dapat dinyatakan sebagai
45
suatu asosiasi, konsosiasi, ataupun inklusi, karena jika diamati dari segi intensitas
titik pengamatannya masih sangat sedikit dan tidak cukup mewakili. Hal ini
menunjukkan bahwa pada landform aluvial A.1.3 ini jika pengamatan kurang
maka dapat dijumpai keragaman klasifikasi tanah seperti ini.
4.2.2. Grup Landform Fluvio-Marin (B)
Landform fluvio-marin adalah landform yang terbentuk oleh gabungan
dari proses fluvial dan marin. Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada
lingkungan laut (delta) ataupun di muara sungai yang terpengaruh langsung oleh
aktivitas laut (Marsoedi et al., 1997). Terdapat 2 landform yang termasuk dalam
landform utama fluvio-marin (Tabel 4).
Satuan landform B.3 dengan jumlah pedon pewakil sebanyak 25 pedon
merupakan unit landform yang memilki pedon pewakil terbanyak pada landform
fluvio-marin ini. Atas dasar tersebut, landform B.3 menjadi contoh studi kasus
gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi
tanah pada suatu unit landform fluvio-marin. Landform B.3 merupakan landform
“dataran fluvio-marin”. Dataran fluvio-marin adalah wilayah yang berasal dari
endapan marin yang saat ini terletak/posisinya relatif sudah jauh dari asal
pembentukannya dan sudah banyak dipengaruhi oleh bahan fluvial (Marsoedi et
al., 1997).
Tabel 12 menunjukkan sebaran landform B.3 beserta karakteristik tanah
pencirinya yang dijumpai pada beberapa lokasi survei LREPP II, yaitu Besikama,
Bena, & Oesao (NTT), serta daerah Karawang (Jabar). Landform B.3 ini tersebar
pada lokasi-lokasi yang mempunyai iklim tipe A (CH≥2000 mm/th), tipe B
(CH≥1500-2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500 mm/th), dengan 2 bahan induk
penyusun tanah yang dijumpai yaitu bahan induk endapan liat kuarter (fK) yang
bertekstur halus dan endapan liat & pasir kuarter (fqK) yang bertekstur agak
kasar. Seluruh landform B.3 yang dijumpai memiliki bentuk relief n (nearly flat)
dengan slope 1-3 %.
Berdasarkan karakteristik kimia tanah-tanah yang dijumpai tebal solum
yang sangat bervariasi mulai dari ketebalan 15 - 165 cm (dangkal-sangat dalam).
46
Tabel 12. Sebaran Landform B.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya
Data Site
Tebal
lokasi
ID
Iklim
Bi+umur
Subgrup
Relief
m dpl
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Jabar
Oesao
Besi
Oesao
Besi
Besi
Bena
Bena
Besi
Besi
Jabar
Oesao
Oesao
Jabar
Besi
Bena
BK 006
ER 345
SY 060
HJ 020
SY 118
EA 041
EA 052
ER 002
ER 106
HJ 057
AK 101
US 087
HN 004
CB 006
HN 003
RR 280
RR 214
MY 006
UY 115
AY 021
AK 017
AK 019
HS 101
AK 091
US 215
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
B
C
C
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fqK
fqK
fqK
Vertic Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Sulfic Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Typic Endofluvents
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Aquic Haplustepts
Fluventic Haplustepts
Sodic Endoaquerts
Sodic Haplusterts
Sodic Haplusterts
Typic Endoaquepts
Typic Haplustepts
Typic Haplusterts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Typic Endoaquents
Aquic Haplustepts
Fluventic Haplustepts
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
4
5
5
3
6
5
5
4
3
6
10
3
5
10
15
10
10
4
4
6
10
5
3
3
5
*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B)
Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B
Solum
165
102
113
150
75
17
150
95
72
147
160
100
165
125
68
160
53
150
89
36
155
156
15
100
100
avr clay
Avr pH
Avr C
Avr KTK
Avr KTK liat
Avr KB
A
B
A/B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
69,00
66,00
84,00
50,00
45,00
28,00
66,00
57,00
70,00
42,00
48,10
40,00
59,00
32,00
69,00
89,00
64,00
35,50
63,00
82,00
65,00
83,00
40,00
30,00
28,00
61,80
55,25
70,25
50,00
28,33
1,12
1,19
1,20
1,00
1,59
5,06
6,33
4,30
6,78
7,63
76,00
88,00
82,00
59,00
94,00
93,00
82,00
70,00
97,00
96,00
100,00
238,00
100,00
161,00
118,00
175,00
199,00
161,50
186,00
90,00
100,00
100,00
129,00
111,00
223,00
79,80
92,25
84,75
83,50
104,67
1,29
1,40
57,58
57,45
62,36
65,26
79,42
105,61
60,48
73,79
66,43
92,67
62,02
63,03
69,80
99,91
66,64
44,16
46,13
83,37
57,41
59,07
68,52
63,10
91,90
116,13
65,97
67,42
68,15
65,34
74,94
128,38
23,20
20,00
39,73
37,92
52,38
32,63
35,74
29,57
39,92
42,06
46,50
38,92
29,83
25,21
41,18
31,97
45,98
39,30
29,52
29,56
36,17
48,44
44,54
52,37
36,76
34,84
18,47
38,64
36,93
44,51
37,26
34,70
1,01
0,99
1,20
0,88
1,14
1,14
1,02
0,79
1,03
0,98
1,11
0,79
1,17
1,04
0,94
1,00
1,99
1,76
2,52
1,57
1,64
0,53
1,96
1,74
1,30
1,98
1,62
1,83
1,71
1,05
2,38
1,76
1,10
0,98
1,22
0,46
1,62
1,01
5,13
1,34
1,67
0,58
0,91
1,32
0,44
0,33
65,60
57,75
58,33
47,50
42,20
35,00
57,75
40,50
67,00
90,75
57,50
44,75
53,67
79,00
69,50
83,25
4,80
6,10
5,30
5,60
6,20
6,50
5,40
6,40
6,20
5,10
8,90
7,40
7,90
9,40
8,00
7,80
8,00
7,80
7,50
6,40
8,10
8,60
5,70
6,80
7,85
5,72
7,38
7,17
5,95
8,75
9,37
8,25
9,68
8,40
7,98
8,15
8,15
7,77
5,50
8,18
8,30
7,54
8,17
0,54
0,36
0,56
0,50
0,85
0,34
0,39
0,29
0,61
0,77
0,77
0,40
0,76
1,21
0,78
0,62
0,27
0,70
40,95
42,46
48,09
40,37
26,22
19,17
26,64
37,06
30,50
41,83
24,84
29,34
36,99
46,56
45,73
50,02
17,59
13,56
62,68
77,14
83,13
86,37
63,07
57,04
47,27
97,38
45,52
46,17
44,00
65,75
87,25
58,94
65,81
60,04
91,08
72,89
99,60
81,00
107,00
90,50
100,00
278,33
100,00
179,50
213,00
203,00
222,50
202,50
179,33
84,00
100,00
100,00
305,80
319,00
47
Perbandingan liat antara horison A dan B menunjukkan bahwa klasifikasi tanah
yang dijumpai pada landform ini merupakan tanah pada tingkat perkembangan
muda dan baru berkembang. Hal ini disebabkan karena hampir semua kelas tanah
mempunyai nilai rasio liat >1 yang menandakan bahwa kadar liat pada horison A
lebih besar daripada horison B. Kandungan C-organik pada kelas tanah yang
dijumpai secara umum pada horison A memiliki nilai < 2% sedangkan pada
horison B < 1%. Sementara itu, nilai kejenuhan basa secara umum > 35% yang
menandakan tanah-tanah pada landform B.3 ini memiliki nilai KB yang tinggi.
Secara umum landform B.3 yang dijumpai berada pada daerah dataran
rendah (<700 m dpl). Tingkat keragaman klasifikasi tanah yang ditunjukkan
dalam Tabel 12 masih sangat tinggi, selanjutnya dilakukan pengelompokan
klasifikasi tanah berdasarkan bahan induk dan iklim yang terdapat dalam delineasi
landform B.3 ini (Tabel 13).
Tabel 13. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim
pada Landform B.3
BI+Umur
fK
fqK
Iklim
A
B
Order
Inceptisol
Entisol
Inceptisol
Suborder
Aquept
Fluvent
Aquept
Great Grup
Endoaquept
Endofluvent
Endoaquept
C
Inceptisol
Aquept
Endoaquept
Ustept
Haplustept
Vertisol
Aquert
Ustert
Endoaquert
Haplustert
Entisol
Inceptisol
Aquent
Ustept
Endoaquent
Haplustept
B
C
Subgrup
Vertic Endoaquepts
Typic Endofluvents
Aeric Endoaquepts
Sulfic Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Aquic Haplustepts
Fluventic Haplustepts
Typic Haplustepts
Sodic Endoaquerts
Sodic Haplusterts
Typic Haplusterts
Typic Endoaquents
Aquic Haplustepts
Fluventic Haplustepts
Setelah dikelompokan, terdapat 3 order tanah yang dijumpai, yaitu
Entisol, Inceptisol, dan Vertisol, sehingga diketahui bahwa dalam delineasi
landform B.3 yang dipisahkan kembali berdasarkan bahan induk dan iklim yang
homogen, masih dijumpai klasifikasi tanah yang sangat berbeda.
48
Gambar 11. Sebaran landform B.3 daerah Karawang – Jabar
Gambar 12. Sebaran pedon tanah pada landform B.3 Karawang – Jabar
(Perbesaran pada Gambar 11)
49
Gambar 11 memperlihatkan sebaran landform B.3 di daerah Karawang.
Sebaran pedon tanah pewakil pada landform ini terpusat di bagian utara daerah
lokasi survei (kotak merah). Kotak merah memperlihatkan sebaran pedon
(klasifikasi) tanah pada bagian utara Karawang (Gambar 12).
Gambar 12, memperlihatkan posisi pedon pewakil yang dijumpai pada
landform B.3 daerah Karawang sebelah utara. Dari gambar tersebut terlihat
beberapa pedon yang menggerombol. Berdasarkan klasifikasinya, tanah yang
terdapat pada wilayah tersebut didominasi oleh order Inceptisol dengan
greatgroup Endoaquept, walaupun keragaman klasifikasi tanah pada tingkat
subgroup masih terlihat beragam (Tabel 14).
Tabel 14. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di B.3
Karawang - Jabar
Pedon
ER 345
SY 060
HJ 020
SY 118
BK 006
EA 052
ER 002
ER 106
HJ 057
AY 021
HS 101
EA 041
Order
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Entisol
Entisol
Subgrup
Aeric Endoaquepts
Sulfic Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Typic Endoaquents
Typic Endofluvents
Kode
*
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Tabel 14 menunjukkan klasifikasi tanah yang dijumpai pada landform B.3
daerah Karawang utara termasuk dalam kategori tanah muda (Entisol) dan tanah
baru berkembang (Inceptisol). Sekitar 80% tanah yang dijumpai di daerah ini
didominasi order Inceptisol dengan greatgroup Endoaquepts. Kondisi tanah pada
landform B.3 di daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, terbukti dengan
munculnya regim kelembaban aquic dan fluventic pada kategori pembentuk
greatgroup.
Hampir semua pedon yang dijumpai di daerah ini letaknya berada dalam
satu poligon landform yang sama, walaupun terdapat beberapa pedon yang
letaknya tidak berada dalam satu poligon. Pedon-pedon yang dijumpai dalam
delineasi landform B.3 daerah ini hampir semua klasifikasinya menunjukkan sifat-
50
sifat aquic pada kategori greatgroup. Kemungkinan dijumpainya pedon dengan
order Entisol jika merujuk pada definisi landform B.3 dapat saja dijumpai. Akan
tetapi kondisi seperti ini yang dijumpai hanya sebagian kecil. Sehingga dalam
landform B.3 ini masih terdapat keragaman terutama pada karakteristik bahan
yang diendapkan. Keragaman bahan yang diendapkan tersebut secara tidak
langsung mempengaruhi pula pada tingkat perkembangan tanah yang dijumpai
pada landform ini.
Pada daerah tertentu yang iklimnya sedikit kering dan perbedaan iklimnya
tegas dapat dijumpai juga pedon-pedon tanah yang tidak dipengaruhi oleh air.
Karakteristik tanahnya memiliki sifat rekahan seperti jenis tanah dengan order
Vertisol. Pedon-pedon tanah yang dijumpai dalam delineasi landform B.3 hampir
seluruhnya dipengaruhi oleh regim kelembaban aquic, walaupun dari segi
klasifikasinya sifat tersebut muncul pada kategori greatgroup dan ada juga yang
Gambar 13. Sebaran klasifikasi tanah pada landform B.3 Karawang – Jabar
51
muncul pada kategori subgroup. Hal ini tidak dapat diprediksi dari homogenitas
landform.
Gambar 13 menyajikan sebaran pedon berikut klasifikasi yang terdapat
pada landform B.3 (warna biru kelabu). Gambar tersebut memperlihatkan bahwa
pedon yang dijumpai di bagian utara Karawang didominasi oleh order Inceptisol
yang memiliki kelembaban aquic dan letak pedonnya dijumpai dalam poligon
yang berbeda. Meskipun demikian, pada daerah ini terdapat 2 pedon dengan order
Entisol yang hanya dijumpai pada sebagian kecil saja landform B.3 daerah
Karawang bagian utara. Hasil uraian tersebut, dapat diketahui bahwa delineasi
landform kedalam landform B.3 tidak sertamerta dapat mendelineasi satuan tanah
yang terdapat dalam satuan landform B.3.
4.2.3. Grup Landform Karst (K)
Menurut Bloom (1979) karst adalah bentuk permukaan bumi yang
terbentuk akibat adanya proses pelarutan batuan yang melibatkan air sebagai
pelarut alaminya. Karst juga didefinisikan sebagai bentang lahan yang kering, di
mana proses drainase lebih dominan terjadi di bawah permukaan tanah dari pada
terjadi pada permukaan bumi.
Landform karst menurut Marsoedi et al. (1997) adalah landform yang
didominasi oleh bahan batu gamping keras dan masif, pada umumnya keadaan
topografi daerah tidak teratur. Landform ini terbentuk terutama karena proses
pelarutan bahan batuan penyusun, dengan terjadinya antara lain : sungai di bawah
tanah, gua-gua dengan stalaktit dan stalagmit, sinkhole, doline, uvala, polje, dan
tower karst.
Terdapat 8 satuan landform yang termasuk ke dalam landform karst (Tabel
4). Landform K.3 merupakan unit landform karst yang memiliki pedon pewakil
terbanyak dengan
jumlah
pedon sebanyak 4
pedon. Atas dasar tersebut,
landform K.3 menjadi contoh studi kasus gambaran tingkat homogenitas dan
heterogenitas karakteristik dan klasifikasi tanah pada landform karst.
52
Tabel 15. Sebaran Landform K.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya
Data Site
lokasi
ID
Iklim
Bi+umur
Subgrup
Besi
AK 088
C
cT
Lithic Argiustolls
Oesao
TB 201
C
cT
Lithic Haplustolls
Besi
UY 015
C
cT
Typic Haplusterts
Oesao
TB 120
C
cT
Typic Haplustolls
Tebal
Relief
m dpl
Solum
r
15
c
350
r
c
avr clay
Avr pH
Avr C
A/B
A
B
42
82,00
76,00
1,08
7,50
7,50
22
12,20
110
76
65,00
73,00
0,89
7,80
7,97
3,78
1,91
50,78
51,46
78,12
70,58
95,00
121,33
350
38
42,90
16,80
2,55
7,60
7,80
11,24
7,29
47,13
45,70
109,86
272,02
100,00
100,00
*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B)
Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B
4,71
0,98
A
B
72,24
61,87
Avr KB
B
7,30
B
Avr KTK liat
A
7,50
A
Avr KTK
66,22
A
B
A
B
88,10
81,41
109,00
110,00
542,79
100,00
53
Landform K.3 adalah landform perbukitan karst. Landform K.3 ini
merupakan wilayah karst dengan relief perbukitan. Tabel 15 menunjukkan
sebaran landform K.3 beserta karakteristik tanah pencirinya yang dijumpai pada 2
lokasi survei LREPP II, yaitu Besikama dan Oesao (NTT). Landform K.3 ini
tersebar pada lokasi-lokasi yang beriklim tipe C (CH<1500 mm/th).
Bahan induk penyusun tanah yang dijumpai berbahan induk batu gamping
tersier (cT). Landform K.3
yang dijumpai memiliki bentuk relief r
(bergelombang/rolling) dengan slope 8-15 % dan bentuk relief c (berbukit
kecil/hillocky) dengan slope 15-30 %. Secara umum landform K.3 yang dijumpai
berada pada daerah ketinggian dataran rendah (<700 m dpl).
Tebal solum pada tanah-tanah yang dijumpai tergolong tipis dan bervariasi
mulai dari ketebalan 22 cm sampai 76 cm. Kandungan liat pada tanah-tanah yang
dijumpai menunjukkan keragaman pada sifat tekstur tanahnya. Selain itu
pengaruh bahan induk berkapur sangat mempengaruhi pada karakteristik pH
didalamnya, nilai pH berkisar antara 7,50 sampai 7,80 yang menandakan pH
cukup tinggi. Selain itu juga untuk nilai KTK dan KB pada tanah-tanah yang
dijumpai tergolong tinggi.
Klasifikasi tanah yang ditunjukkan pada Tabel 15 masih cukup beragam.
Keberagaman klasifikasi tanah tidak hanya terjadi pada tingkat subgroup dalam
order yang sama, bahkan keberagaman tanah pada order yang berbeda pun masih
dijumpai pada Landform ini. Unsur pembentuk landform K.3 sudah dapat
dikatakan homogen, faktor perbedaan relief pada landform inilah yang menjadi
salah satu faktor yang masih belum homogen, sehingga masih terdapat keragaman
klasifikasi tanah yang dijumpai pada landform ini. Keragaman yang terjadi dapat
diduga dari teori pembentuk tanah melalui faktor lereng, sehingga apabila
landform K.3 didelineasi lagi berdasarkan lereng, maka tidak menutup
kemungkinan perbedaan klasifikasi dapat didelineasi.
Tabel 16, menunjukkan ringkasan klasifikasi tanah pada landform K.3
yang sudah dikelompokan berdasarkan iklim dan bahan induk yang sama.
Terdapat dua order klasifikasi tanah yang dijumpai yaitu order Mollisol dan
54
Tabel 16. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim
pada Landform K.3
BI+U
cT
Iklim
C
Order
Vertisol
Mollisol
Suborder
Ustert
Ustoll
Great Grup
Haplustert
Argiustoll
Haplustoll
Subgrup
Typic Haplusterts
Lithic Argiustolls
Lithic Haplustolls
Typic Haplustolls
Vertisol. Kedua order tersebut mempunyai kesamaan pada kategori suborder
yaitu munculnya regim kelembaban ustic pada kategori suborder.
Dari nama klasifikasi tanah pembentuk subgroup, dapat diperkirakan
bahwa tanah yang dijumpai pada landform ini mempunyai kedalaman solum yang
beragam. Terbukti dengan munculnya nama Lithic dan Typic sebagai unsur
pembentuk subgroup. Hal ini menggambarkan bahwa tanah pada daerah tersebut
ada yang memiliki solum dangkal dan ada juga yang memiliki solum yang dalam,
sehingga untuk kedalaman solum ini sulit untuk diprediksi. Adanya keragaman
tersebut diduga terjadi akibat proses pelarutan pada bahan induk kapur. Semakin
murni bahan induk kapur maka semakin tipis solum tanah yang dapat terbentuk
begitu pula sebaliknya.
Tanah-tanah yang dijumpai pada landform K.3 ini umumnya sangat
dipengaruhi oleh bahan induk batu gamping (Vertisol & Mollisol). Sehingga
tanah yang muncul mempunyai pH yang basa akibat adanya pengaruh kandungan
Ca tinggi yang terdapat dalam bahan induk batu gamping (Tabel 16). Delineasi
landform ke dalam landform K.3 masih belum dapat mendelineasi satuan tanah
yang terdapat dalam satuan landform K.3. Walaupun dari segi bahan induk dan
iklim sudah homogen, diduga faktor relief lerenglah yang mengakibatkan masih
tetap dijumpainya klasifikasi tanah yang beragam pada landform ini.
4.2.4. Grup Landform Marin (M)
Landform marin adalah landform yang terbentuk oleh proses marin, baik
proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi).
Daerah yang terpengaruh air permukaan yang bersifat asin secara langsung
ataupun bersifat pasang surut tergolong dalam landform marin (Marsoedi et al.,
1997).
55
Tabel 17. Sebaran landform M.22 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya
Data Site
Subgrup
Tebal
lokasi
ID
Iklim
Bi+umur
Relief
m dpl
Jabar
AY 010
A
fK
Typic Endoaquents
n
2
Solum
15
Jabar
AY 062
A
fK
Typic Endoaquents
n
4
Jabar
SY 022
B
fK
Typic Endoaquents
n
Oesao
AK 024
C
fK
Aeric Endoaquepts
Oesao
AK 035
C
fK
Aeric Endoaquepts
avr clay
A
B
Avr pH
A/B
A
B
Avr C
A
B
Avr KTK
A
B
Avr KTK liat
A
B
Avr KB
A
62,59
364,00
48,74
61,70
204,00
41,57
101,39
B
74,00
6,00
8,54
46,32
18
79,00
6,50
8,30
1
15
41,00
7,00
6,97
n
3
160
45,00
57,25
0,79
7,80
8,05
1,02
0,85
39,21
43,08
87,13
76,92
100,00
100,00
n
1
87
30,00
69,67
0,43
8,20
8,27
0,92
1,22
37,67
40,64
125,57
58,46
100,00
100,00
59,95
0,87
8,20
8,35
1,26
1,19
37,09
39,07
71,05
83,32
100,00
100,00
389,00
Oesao
BP 048
C
fK
Aeric Endoaquepts
n
1
AY 040
C
fK
Sulfic Endoaquents
n
3
100
20
52,20
Jabar
71,00
6,00
13,49
45,95
64,72
290,00
Oesao
BP 042
C
fK
Typic Endoaquents
n
1
20
72,00
8,30
1,66
40,94
56,86
100,00
Besi
CB 127
C
fK
Typic Endoaquepts
n
10
100
42,00
Besi
AK 052
C
fK
Typic Fluvaquents
n
1
15
27,00
*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B)
Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B
46,67
0,90
7,70
7,20
7,90
2,25
4,48
1,20
28,80
26,03
29,66
68,57
96,41
63,67
221,00
333,00
195,00
56
Terdapat 9 unit landform yang termasuk dalam landform Marin (Tabel 4).
Dari 9 unit landform tersebut landform dengan pedon pewakil terbanyak pada unit
landform marin adalah landform M.2.2 dengan pedon sebanyak 10 pedon. Atas
dasar tersebut, subgrup landform M.2.2 menjadi contoh studi kasus gambaran
tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi tanah pada
grup landform marin.
Landform M.2.2 adalah landform untuk dataran pasang surut lumpur.
Dataran pasang surut lumpur adalah wilayah pesisir yang terdiri dari bahan
berlumpur dan dipengaruhi pasang surut air laut (Marsoedi et al., 1997). Tabel 17,
menunjukkan sebaran landform M.2.2 beserta karakteristik tanah di dalamnya
yang dijumpai pada 3 lokasi survei LREPP II yaitu Karawang (Jabar), Besikama,
dan Oesao (NTT).
Landform M.2.2 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang beriklim tipe A
(CH≥2000 mm/th), tipe B (CH≥1500-2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500 mm/th),
dengan satu bahan induk penyusun tanah yang dijumpai. Nilai KB tanah-tanah
yang dijumpai pada landform ini memiliki nilai KB yang tergolong sangat tinggi
(>100). Klasifikasi tanah pada landform ini, tingkat keragamannya masih tinggi.
Keragaman klasifikasi tanah tidak hanya terjadi pada tingkat subgrup dalam
order yang sama, keberagaman tanah pada order yang berbeda pun masih
dijumpai pada Landform ini.
Selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi tanah berdasarkan bahan
induk dan iklim yang sama pada landform ini (Tabel 18). Setelah dikelompokan
berdasarkan kategori taksonomi, diketahui bahwa pada landform M.2.2 yang telah
dipisahkan berdasarkan bahan induk dan iklimnya masih dijumpai tanah dengan
klasifikasi yang sangat berbeda.
Tabel 18. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim
pada Landform M.22
BI+U
fK
Iklim
A
B
C
Order
Entisol
Entisol
Inceptisol
Suborder
Aquent
Aquent
Aquept
Great Grup
Endoaquent
Endoaquent
Endoaquept
Entisol
Aquent
Endoaquent
Fluvaquent
Subgrup
Typic Endoaquents
Typic Endoaquents
Aeric Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Sulfic Endoaquents
Typic Endoaquents
Typic Fluvaquents
57
Gambar 14. Sebaran landform M.2.2 daerah Karawang – Jabar
Gambar 15. Sebaran pedon tanah pada landform M.2.2 Karawang – Jabar
(Kotak Merah)
58
Gambar 14 memperlihatkan sebaran landform M.2.2 di daerah Karawang.
Sebaran pedon tanah pewakil yang terdapat pada landform ini terpusat di bagian
utara daerah Karawang (kotak merah). Dari kotak tersebut, terlihat beberapa
pedon yang menggerombol (Gambar 15). Berdasarkan klasifikasinya, tanah yang
terdapat pada wilayah tersebut didominasi oleh order Entisol dengan greatgroup
Endoaquent, walaupun pada tingkat subgroup masih terlihat beragam (Tabel 19).
Tabel 19. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di M.2.2
Karawang - Jabar
Pedon
AY 062
AY 040
SY 022
Order
Entisol
Entisol
Entisol
Subgrup
Typic Endoaquents
Sulfic Endoaquents
Typic Endoaquents
Kode
*
*
*
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Tabel 19 menunjukkan keragaman tanah pada kategori subgroup yang
tergolong tanah dengan tahap perkembangan baru (Entisol). Pedon AY 062
dengan pedon AY 040 yang letaknya berdekatan memiliki perbedaan unsur
pembentuk pada kategori subgroup. Pedon AY 062 memiliki subgrup Typic
Endoaquents sedangkan pedon AY 040 memiliki subgroup Sulfic Endoaquents.
Berdasarkan prinsip SPT dalam kasus ini, penentuan SPT masih bisa
ditelusuri batas-batasnya. Hal ini karena jarak antara satu titik pengamatan dengan
pengamatan yang lainnya saling berjauhan sehingga masih bisa ditelusuri batasbatasnya dengan menambah jumlah titik pengamatan. Secara umum tanah yang
dijumpai pada daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, terbukti dengan munculnya
regim kelembaban aquic sebagai unsur pembentuk klasifikasi pada kategori
suborder.
Selain daerah Karawang, sebaran landform M.2.2 juga dijumpai di daerah
Oesao (NTT). Gambar 15 memperlihatkan sebaran landform M.2.2 di daerah
Oesao yang terpusat di bagian barat Oesao. Sebaran landform M.2.2 di daerah ini
tidak begitu luas, sehingga pedon yang dijumpai jumlahnya sedikit. Sebaran
pedon pada kotak pengamatan (kotak merah) tersusun atas 4 pedon pewakil yang
dijumpai (Gambar 16). Letak keempat pedon tersebut berada pada satu poligon
dan jarak antara satu pedon dengan pedon lainnya saling berjauhan.
59
Gambar 16. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT
Gambar 17. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT (Kotak Pengamatan)
60
Tabel 20. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform M.2.2 Oesao
- NTT
Pedon
BP 042
BP 048
AK 024
AK 035
Order
Entisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Subgrup
Typic Endoaquents
Aeric Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Kode
*
*
*
*
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Tabel 20 memperlihatkan bahwa hampir seluruh klasifikasi tanah yang
dijumpai pada daerah Oesao sebelah barat didominasi oleh order Inceptisol.
Selain order Inceptisol terdapat juga satu pedon dengan order Entisol (BP 042).
Keragaman pada tingkat order masih terjadi, pedon BP 042 yang memiliki order
Entisol letaknya tidak jauh dari pedon BP 048 yang memiliki order Inceptisol.
Dari kondisi lingkungannya dapat diperkirakan bahwa klasifikasi tanah yang
dijumpai di daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, hal ini ditandai dengan
munculnya regim kelembaban aquic pada unsur pembentuk suborder baik pada
order Inceptisol maupun Entisol.
Pedon dengan dengan order Inceptisol mempunyai kategori subgroup
tanah yang homogen yaitu Aeric Endoaquepts. Dengan komposisi pedon seperti
diperjelas pada Gambar 19 maka pedon Typic Endoaquents yang dijumpai pada
daerah ini belum dapat dianggap sebagai tanah inklusi pada landform tersebut
karena berdasarkan prinsip SPT jumlah pengamatannya masih belum memenuhi
syarat untuk menentukan jenis SPT.
4.2.5. Grup Landform Tektonik dan Strultural (T)
Landform tektonik dan struktural adalah landform yang terbentuk sebagai
akibat dari proses tektonik (orogenesis dan epirogenesis) berupa proses angkatan,
lipatan, dan atau patahan. Umumnya landform ini mempunyai bentukan yang
ditentukan oleh proses-proses tersebut dan karena sifat litologinya (struktural)
(Marsoedi et al., 1997).
Terdapat 15 landform yang termasuk dalam grup landform utama tektonik
dan struktural (Tabel 4). Unit landform tektonik dan struktural yang memiliki
pedon pewakil terbanyak adalah landform T.12.1 dengan pedon sebanyak 42
pedon. Atas dasar tersebut, landform T.12.1 dijadikan sebagai contoh studi kasus
61
gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi
tanah pada grup landform tektonik dan struktural.
Landform T.12.1 adalah landform perbukitan tektonik. Perbukitan tektonik
adalah landform dengan relief perbukitan (lereng dominan >15% dan perbedaan
tinggi >300m) terbentuk karena proses tektonik, tetapi tidak atau sedikit
menunjukkan adanya indikasi struktural dan mempunyai variasi perbedaan
intensitas relief, kecuraman lereng, bentuk lereng, pola puncak, kerapatan dan
pola drainase serta pola diseksinya. Pembentukan landform ini dipengaruhi oleh
tipe batuan (litologi) dan struktur tektonik dalam kaitannya dengan proses
pelapukan dan erosi (Marsoedi et al., 1997).
Tabel 21 menunjukkan sebaran landform T.12.1 beserta karakteristik tanah
pencirinya yang dijumpai di beberapa lokasi survei LREPP II, yaitu Karawang
(Jabar), Gresik (Jatim), Pangkalan Bun (Kalteng) dan Besikama, Bena, serta
Oesao (NTT). Landform T.12.1 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang mempunyai
iklim tipe A (CH≥2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500 mm/th), dengan 8 jenis
bahan induk penyusun tanah yang dijumpai. Bahan induk yang dijumpai adalah
bahan induk batu gamping tersier (cT), batu liat berkapur tersier (fkT), batu liat
dan batu pasir berkapur (fqT), batu liat tersier (fT), batu kapur tersier (kT), batu
pasir berkapur tersier (qkT), dan batu pasir tersier (qT). Ketebalan solum pada
tanah yang berbahan induk cT <100 cm, fkT bervariasi (13-150 cm), fqT <40 cm,
fT <70 cm, kT bervariasi (31-130 cm), qkT <50 cm, dan qT bervariasi (14-90
cm).
Tanah-tanah yang berbahan induk cT dan fkT memiliki kandungan liat
horison B yang lebih tinggi daripada horison A, sedangkan tanah-tanah dengan
bahan induk fqT, fT, kT, qkT, dan qT memiliki kandungan liat yang bervariasi.
Derajat kemasaman (pH) tanah pada tanah-tanah berbahan induk cT, fkT, & fT
berada pada kisaran agak masam-alkalis, tanah-tanah berbahan induk fqT sangat
masam, kT netral-alkalis, qkT alkalis, dan qT berada pada kisaran sangat masam
sampai agak masam. Kandungan C-organik yang tedapat pada tanah-tanah yang
dijumpai pada landform ini berada pada kisaran < 3%. Tanah-tanah dengan bahan
induk fqT merupakan tanah-tanah yang mempunyai nilai KTK yang paling rendah
dibandingkan dengan tanah-tanah yang berbahan induk lain pada landform ini.
62
Tabel 21. Sebaran Landform T.12.1 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya
Data Site
lokasi
ID
Iklim
Bi+umur
Subgrup
Tebal
Relief
avr clay
Avr pH
Avr C
Avr KTK
Avr KTK liat
m dpl
Solum
A
B
A/B
A
B
A
B
A
B
A
B
Avr KB
A
B
Jabar
AY 011
A
cT
Lithic Hapludolls
h
40
28
52,00
51,00
1,02
6,10
6,20
2,70
1,75
57,21
55,63
110,02
109,08
95,00
97,00
Jabar
HS 250
A
cT
Lithic Hapludolls
h
75
50
85,00
91,50
0,93
7,40
7,40
3,16
2,37
47,44
48,24
55,81
52,70
111,00
109,00
Jabar
SY 180
A
cT
Lithic Hapludolls
h
63
25
95,00
97,00
0,98
6,10
6,15
3,12
2,32
69,51
66,01
73,17
68,05
102,00
102,00
Gresik
AR 112
C
cT
Calcic Hasplusterts
u
52
55
71,00
75,75
0,94
7,20
7,88
1,52
0,31
37,21
30,84
52,41
40,69
90,00
209,25
Besi
AK 090
C
cT
Lithic Rodustalfs
u
90
44
28,00
54,00
0,52
7,20
7,70
3,89
2,25
46,88
40,23
167,43
74,50
122,00
135,00
Besi
CB 111
C
cT
Typic Haplusterts
r
100
55
71,00
66,50
1,07
8,10
8,25
2,36
1,06
41,62
35,69
58,62
53,50
159,00
184,50
Oesao
TB 202
C
cT
Vertic Haplustepts
c
200
14,42
0,64
8,10
8,16
2,29
0,41
32,36
31,57
351,74
595,37
100,00
100,00
WG 134
A
fkT
Typic Eutrudepts
h
95
87
124
9,20
Jabar
88,50
92,50
0,96
6,65
7,78
1,30
0,49
49,72
40,72
56,19
44,06
101,50
159,50
Jabar
WG 169
A
fkT
Typic Eutrudepts
h
80
130
91,00
94,75
0,96
6,40
6,83
2,44
1,14
66,97
65,98
73,59
69,63
105,00
120,25
Oesao
AK 120
C
fkT
Lithic Haplustepts
c
75
39
97,50
30,50
3,20
6,80
6,80
2,80
1,09
38,09
32,06
39,07
105,11
86,14
86,06
Oesao
BP 153
C
fkT
Lithic Haplustolls
m
400
32
49,30
52,30
0,94
7,90
8,25
2,88
0,98
31,85
22,91
64,60
43,89
100,00
100,00
Oesao
BP 101
C
fkT
Lithic Usthortents
h
300
13
75,40
Oesao
AK 185
C
fkT
Typic Argiustolls
c
100
42
19,60
65,15
0,30
7,40
7,45
2,27
0,99
43,74
42,29
223,16
61,65
100,00
96,53
Oesao
AK 203
C
fkT
Typic Argiustolls
c
220
19
18,20
41,85
0,43
7,90
7,95
5,10
1,79
35,06
23,66
192,64
56,52
100,00
100,00
Oesao
UY 111
C
fkT
Typic Haplustepts
c
250
33
88,20
96,95
0,91
7,80
7,95
1,75
1,15
38,18
34,85
43,29
35,93
100,00
100,00
7,70
3,82
7,70
63,05
1,32
83,62
16,55
100,00
Oesao
SM 004
C
fkT
Typic Ustorthents
c
300
20
35,00
Oesao
AK 175
C
fkT
Vertic Haplustepts
c
125
150
72,90
57,75
1,26
7,70
8,48
1,23
0,47
51,87
34,50
71,15
47,29
60,16
100,00
100,00
100,00
Oesao
AK 195
C
fkT
Vertic Haplustepts
c
120
92
77,00
76,58
1,01
8,00
8,58
1,22
0,35
29,23
28,63
37,96
37,46
100,00
100,00
Oesao
BP 222
C
fkT
Vertic Haplustolls
h
300
76,90
0,90
6,50
7,08
2,23
1,02
38,56
39,62
55,64
51,56
83,92
92,23
KK 086
A
fqT
Lithic Hapludults
h
105
99
34
69,30
P.bun
27,00
33,00
0,82
4,00
4,40
2,48
0,95
13,91
10,30
51,52
31,21
6,00
5,00
P.bun
AI 152
A
fqT
Typic Udorthents
u
30
11
6,00
4,60
2,59
3,06
51,00
35,00
63
Lanjutan Tabel 21
Data Site
lokasi
ID
Iklim
Bi+umur
Besi
UY 060
C
fT
Oesao
BP 111
C
fT
Oesao
UY 152
C
Besi
YS 118
Besi
AK 030
Besi
Subgrup
Tebal
avr clay
Relief
m dpl
Solum
A
Lithic Ustorthents
c
275
10
35,00
Typic Haplustalfs
c
30
62
fT
Typic Haplustepts
m
110
C
kT
Lithic Haplustepts
c
C
kT
Typic Haplustepts
r
US 097
C
kT
Typic Haplustepts
Avr pH
B
A/B
A
15,20
11,83
1,28
47
41,90
56,10
140
43
28,00
180
52
25,00
c
200
75
68,00
63,67
Avr C
B
A
6,50
6,70
0,75
6,50
30,00
0,93
64,50
0,39
1,07
Avr KTK
B
A
0,52
0,30
6,70
3,28
7,40
7,70
8,10
7,95
8,20
8,33
7,80
Avr KTK liat
B
A
23,59
17,43
155,20
147,68
94,02
100,00
1,30
39,82
41,48
95,04
73,94
90,46
100,00
4,73
1,76
30,27
20,81
108,11
69,37
127,00
159,00
0,70
1,43
20,27
32,53
81,08
50,50
266,00
175,00
1,15
0,73
31,37
33,35
46,13
53,07
155,00
186,67
2,50
27,48
B
Avr KB
78,51
A
B
190,00
Besi
UY 078
C
kT
Typic Haplustepts
r
200
53
68,00
54,00
1,26
7,80
8,05
1,93
0,88
39,39
26,99
57,93
49,98
146,00
201,50
Bena
UY 227
C
kT
Typic Haplustepts
r
140
31
43,00
44,50
0,97
7,90
8,15
1,74
0,64
20,10
13,89
46,74
31,17
252,00
373,50
Besi
YS 011
C
kT
Typic Haplustepts
h
140
41
83,00
70,50
1,18
7,80
8,05
2,68
1,17
53,21
39,19
64,11
54,60
137,00
189,50
Oesao
SM 012
C
kT
Typic Haplustepts
c
250
46
55,00
36,00
1,53
7,80
7,95
2,49
0,68
37,18
22,04
67,60
61,27
100,00
100,00
Bena
YS 279
C
kT
Typic Haplustolls
u
90
100
80,00
52,60
1,52
7,90
8,18
2,61
0,74
45,11
15,07
56,39
31,96
153,00
462,80
Oesao
UY 125
C
kT
Typic Haplustolls
h
75
55
67,50
62,37
1,08
7,90
7,73
1,19
1,83
32,88
37,89
48,71
59,05
100,00
99,72
Besi
AK 036
C
kT
Vertic Haplustepts
r
200
42
46,00
53,50
0,86
6,90
8,00
2,20
0,90
24,43
21,51
53,11
39,59
90,00
157,50
Bena
CB 256
C
kT
Vertic Haplustepts
n
39
130
70,00
72,50
0,97
7,90
8,00
1,75
0,77
35,73
33,59
51,04
46,47
185,00
196,25
Besi
UY 051
C
kT
Vertic Haplustepts
r
120
45
92,00
70,00
1,31
8,00
8,00
1,46
0,68
36,90
34,02
40,11
48,98
188,00
201,00
Bena
UY 223
C
qkT
Lithic Haplustolls
u
200
45
43,50
34,00
1,28
7,90
7,70
3,05
1,51
25,95
15,24
59,65
44,82
199,00
331,00
Besi
AK 047
C
qkT
Typic Haplustolls
c
260
32
67,00
70,00
0,96
7,00
7,40
3,72
2,10
54,65
53,69
81,57
76,70
92,00
100,00
Bena
YS 232
C
qkT
Typic Ustorthents
c
20
20,00
P.bun
TB 127
A
qT
Typic Hapluhumults
r
40
10
90
Oesao
AK 138
C
qT
Lithic Usthortents
m
300
14
20,30
6,60
1,44
36,18
178,23
100,00
Oesao
BP 140
C
qT
Typic Ustipsamments
m
350
16
15,80
6,90
1,38
11,79
74,62
100,00
*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B)
Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B
49,00
7,90
32,00
1,53
4,00
2,54
4,40
1,80
15,55
0,76
12,22
77,75
9,11
24,94
352,00
28,47
8,00
7,00
64
Sedangkan dari nilai KB, hampir seluruh klasifikasi tanah yang dijumpai pada
landform ini tergolong tinggi.
Seluruh landform T.12.1 yang dijumpai pada lokasi-lokasi tersebut
memiliki bentuk relief yang sangat beragam. Landform T.12.1 yang dijumpai
berada pada daerah dataran rendah (<700 m dpl). Klasifikasi tanah yang
ditunjukkan pada Tabel 21, masih sangat beragam. Keberagaman klasifikasi tanah
tidak hanya terjadi pada tingkat subgroup dalam order yang sama, akan tetapi
keberagaman juga terjadi pada tingkat order pada Landform T.12.1.
Selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi tanah berdasarkan bahan
induk dan iklim yang sama (Tabel 22). Setelah dikelompokan, diketahui pada
landform T.12.1 masih dapat dijumpai klasifikasi tanah yang sangat beragam.
Tabel 22. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim
pada Landform T.1.2.1
BI+U
cT
Iklim
A
C
fkT
A
C
Order
Mollisol
Inceptisol
Vertisol
Suborder
Udoll
Ustept
Ustert
Great Grup
Hapludoll
Haplustept
Haplustert
Alfisol
Inceptisol
Inceptisol
Ustalf
Udept
Ustept
Haplustalf
Eutrudept
Haplustept
Mollisol
Ustoll
Entisol
Orthent
Haplustoll
Argiustoll
Ustorthent
Orthent
Udult
Orthent
Ustalf
Ustept
Ustept
Udorthent
Hapludult
Ustorthent
Haplustalf
Haplustept
Haplustept
fqT
A
fT
C
kT
C
Entisol
Ultisol
Entisol
Alfisol
Inceptisol
Inceptisol
qkT
C
Mollisol
Mollisol
Ustoll
Ustoll
Haplustoll
Haplustoll
qT
A
C
Entisol
Ultisol
Entisol
Orthent
Humult
Orthent
Psamment
Ustorthent
Haplohumult
Ustorthent
Ustipsamment
Subgrup
Lithic Hapludolls
Vertic Haplustepts
Calcic Haplusterts
Typic Haplusterts
Lithic Rodustalfs
Typic Eutrudepts
Lithic Haplustepts
Typic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Lithic Haplustolls
Typic Argiustolls
Lithic Ustorthents
Typic Ustorthents
Typic Udorthents
Lithic Hapludults
Lithic Ustorthents
Typic Haplustalfs
Typic Haplustepts
Lithic Haplustepts
Typic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Typic Haplustolls
Lithic Haplustolls
Typic Haplustolls
Typic Ustorthents
Typic Haplohumults
Lithic Usthortents
Typic Ustipsamments
Gambar 18 memperlihatkan sebaran landform T.12.1 di daerah Karawang
yang beriklim tipe A. Pedon tanah pewakil yang dijumpai pada landform ini
sebarannya terpusat di bagian selatan (kotak merah) daerah lokasi survei (Gambar
19).
65
Gambar 18. Sebaran landform T.1.2.1 daerah Karawang – Jabar (Kotak Merah)
Gambar 19. Sebaran pedon tanah pada landform T.12.1 Karawang – Jabar
66
Tabel 23. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di T.12.1
Karawang Bagian Selatan
Pedon
AY 011
HS 250
SY 180
WG 134
WG 169
BI+Umur
cT
cT
cT
kT
kT
Order
Mollisol
Mollisol
Mollisol
Inceptisol
Inceptisol
Subgrup
Lithic Hapludolls
Lithic Hapludolls
Lithic Hapludolls
Typic Eutrudepts
Typic Eutrudepts
Kode
*
*
**
*
*
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Tabel 23 menunjukkan klasifikasi tanah yang dijumpai di bagian selatan
Karawang sangat dipengaruhi oleh bahan induk. Pedon AY 011, HS 250, dan SY
180 terletak pada poligon yang sama dengan bahan induk batu gamping tersier
(cT). Ketiga pedon tersebut memiliki klasifikasi tanah yang sama yaitu Lithic
Hapludolls. Selain ketiga pedon tersebut, terdapat 2 pedon dengan bahan induk
batu kapur tersier dengan klasifikasi Typic Eutrudepts. Dengan demikian pedon
yang dijumpai pada daerah ini sangat tergantung dari jenis bahan induknya. Selain
di daerah Karawang, sebaran landform T.12.1 dengan pedon yang banyak
dijumpai berada di daerah Oesao (Gambar 20).
Gambar 20. Sebaran landform T.1.2.1 daerah Oesao – NTT
67
Tabel 24. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di T.1.2.1
Oesao – NTT
Pedon
BP 101
AK 175
AK 120
UY 111
AK 195
BP 222
BP 153
AK 185
AK 203
AK 138
BP 140
BP 111
UY 152
UY 125
SM 004
SM 012
TB 202
BI+Umur
fkT
fkT
fkT
fkT
fkT
fkT
fkT
fkT
fkT
qT
qT
fT
fT
kT
kT
kT
cT
Order
Entisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Molisoll
Molisoll
Molisoll
Molisoll
Entisol
Entisol
Alfisol
Inceptisol
Molisoll
Entisol
Inceptisol
Inceptisol
Subgrup
Lithic Usthortents
Vertic Haplustepts
Lithic Haplustepts
Typic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Vertic Haplustolls
Lithic Haplustolls
Typic Argiustolls
Typic Argiustolls
Lithic Usthortents
Typic Ustipsamments
Typic Haplustalfs
Typic Haplustepts
Typic Haplustolls
Typic Usthorthents
Typic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Kode
***
*
***
**
*
*
*
*
*
*
*
***
**
**
****
*****
*
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Tabel 24 menunjukkan klasifikasi tanah yang dijumpai di daerah Oesao
sangat beragam. Posisi beberapa pedon yang dijumpai berada pada satu poligon
dan ada pula berada pada poligon yang berbeda. Setelah dikelompokan
berdasarkan bahan induk yang homogen, klasifikasi tanah yang dijumpai pada
daerah ini masih tetap beragam. Namun pengaruh iklim sangat berpengaruh pada
klasifikasi tanah pada pedon yang dijumpai, ditanadai dengan munculnya regim
kelembaban ustik pada unsur pembentuk klasifikasi subgroup dan greatgroup.
Banyak pedon tanah pewakil yang berada dalam satu poligon yang
berasal dari bahan induk yang berbeda. Sebagai contoh, terdapat 2 pedon yang
letaknya berada satu poligon yaitu pedon UY 152 dan UY 125 yang letak kedua
pedon tersebut berjarak cukup dekat, akan tetapi memiliki klasifikasi yang
berbeda, pedon UY 152 termasuk ke dalam order Inceptisol sedangkan Pedon 125
termasuk ke dalam order Mollisol. Perbedaan tersebut terjadi karena bahan induk
yang terdapat pada kedua pedon tersebut berbeda pedon UY 152 berbahan induk
batu liat tersier (fT) sedangkan pedon UY 125 berbahan induk batu kapur tersier
(kT) (poligon sebelah kanan).
Dari hasil yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa landform T.12.1
merupakan satuan landform yang paling banyak memiliki keragaman bahan induk
yang terdapat dalam satu delineasi (poligon yang sama) dengan tingkat keragaman
klasifikasi tanah yang dijumpai sangat tinggi. Sehingga delineasi landform ke
68
dalam landform T.12.1 tidak sertamerta dapat mendelineasi satuan tanah yang
terdapat pada landform T.12.1 tersebut.
4.2.6. Grup Landform Volkanik (V)
Aktivitas volkan menurut Bloom (1979) didefinisikan sebagai hasil dari
erupsi letusan gunung berapi, cikal bakal terjadi proses perkembangan dan
struktur dari landform volkanik. Beberapa buku menerangkan bahwa gunung api
sebagai celah dimana material panas perut bumi keluar menuju dasar permukaan
bumi. Secara umum, aktivitas erupsi merupakan karakteristik dari gunung berapi,
di mana gas panas, cairan, batuan cair, dan fragmen-fragment hancuran batuan
keluar dari celah permukaan bumi yang terbuka.
Landform volkanik menurut definisi Marsoedi et al. (1997) adalah
landform yang terbentuk karena aktivitas volkan atau gunung berapi. Landform
ini terutama dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava
ataupun wilayah yang merupakan akumulasi bahan volkanik. Terdapat 11
landform yang termasuk dalam landform volkanik (Tabel 4).
Landform yang memiliki jumlah pedon pewakil terbanyak pada unit
landform volkanik ini adalah landform V.3.3 dengan jumlah sebanyak 40 pedon.
Atas dasar tersebut, landform V.3.3 dijadikan sebagai contoh studi kasus
gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi
tanah pada grup landform volkanik.
Landform V.33 merupakan landform “pegunungan volkanik tua”.
Landform pegunungan volkanik tua berupa wilayah dari bahan volkanik yang
telah mengalami proses lebih lanjut antara lain: erosi, denudasi, angkatan, lipatan,
dan patahan, sehingga asal-usulnya dari pusat erupsi tidak jelas lagi, umumnya
termasuk volkan tua. Landform ini memiliki lereng >15% dan perbedaan tinggi
lebih dari 300m (Marsoedi et al., 1997).
Tabel 25 menunjukkan sebaran landform V.3.3 beserta karakteristik tanah
pencirinya yang dijumpai hanya pada satu lokasi survei LREPP II, yaitu daerah
Pacitan (Jatim). Landform A.1.3 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang mempunyai
iklim tipe A (CH≥2000 mm/th) dan tipe B (CH≥1500-2000 mm/th), dengan empat
69
Tabel 25. Sebaran Landform V.33 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya
Data Site
lokasi
ID
Iklim
Bi+umur
pacitan
CD 239
A
aT
Subgrup
Tebal
avr clay
Avr pH
Avr C
Avr KTK
Avr KTK liat
Avr KB
Relief
m dpl
Solum
A
B
A/B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
Lithic Hapludolls
m
624
29
26,00
25,50
1,02
5,30
6,05
0,73
0,54
29,31
27,22
112,73
106,96
85,00
85,50
pacitan
AR 254
A
aT
Typic Hapludolls
m
820
80
24,00
50,33
0,48
5,80
5,73
0,31
1,17
14,21
16,54
59,21
33,18
77,00
50,67
pacitan
CD 282
A
aT
Typic Hapludolls
h
820
109
35,00
37,00
0,95
5,00
5,03
2,01
1,68
21,60
23,49
61,71
63,77
76,00
59,25
pacitan
AR 253
A
aT
Typic Haplustepts
m
720
109
64,00
58,33
1,10
5,60
5,97
0,34
0,32
36,09
41,09
56,39
70,79
62,00
68,00
pacitan
AR 240
A
aT
Ustic Dystrudepts
c
950
84
74,00
76,33
0,97
5,50
5,53
0,78
0,53
28,46
24,69
38,46
32,44
29,00
43,67
pacitan
CD 276
A
aT
Ustic Dystrudepts
r
800
154
67,00
72,50
0,92
5,30
5,63
1,63
0,65
28,46
27,51
42,48
38,15
27,00
24,25
pacitan
CD 283
A
aT
Ustic Dystrudepts
h
600
41
56,00
60,50
0,93
5,60
5,60
1,49
0,46
21,63
23,01
38,63
38,05
51,00
54,00
pacitan
CD 312
B
aT
Lithic Haplustepts
m
525
27
26,00
28,00
0,93
5,90
5,60
0,54
0,76
14,24
14,00
54,77
50,00
109,00
99,00
pacitan
AR 259
B
aT
Oxiaquic Haplustalfs
m
500
105
31,00
40,33
0,77
5,00
5,97
0,78
0,54
17,09
18,45
55,13
46,06
80,00
92,67
pacitan
WS 198
B
aT
Oxiaquic Haplustepts
m
600
10
41,00
41,50
0,99
4,70
5,70
0,77
0,60
14,38
13,29
35,07
32,02
59,00
86,50
pacitan
AR 201
B
aT
Oxic Haplustepts
m
700
57
50,00
57,00
0,88
5,40
5,67
0,97
0,65
11,44
11,12
22,88
19,49
96,00
92,67
pacitan
AR 248
B
aT
Typic Argiustolls
h
800
155
43,00
52,00
0,83
5,40
5,50
1,17
2,61
16,65
22,13
38,72
42,84
66,00
44,00
pacitan
AR 202
B
aT
Typic Haplustepts
m
475
38
40,00
39,00
1,03
6,10
6,20
0,68
0,64
18,82
20,85
47,05
53,46
103,00
103,00
pacitan
AR 203
B
aT
Typic Haplustepts
m
425
97
24,00
29,00
0,83
6,00
6,20
0,86
0,76
21,83
21,70
90,96
75,23
102,00
100,67
pacitan
AR 217
B
aT
Typic Haplustepts
m
200
85
28,00
29,67
0,94
5,40
5,87
0,67
0,46
17,59
17,17
62,82
58,19
98,00
104,00
pacitan
AR 219
B
aT
Typic Haplustepts
c
550
60
56,00
62,00
0,90
5,70
5,65
0,59
0,60
22,83
24,99
40,77
41,03
74,00
65,50
pacitan
AR 220
B
aT
Typic Haplustepts
c
510
57
55,00
49,00
1,12
4,80
5,10
1,27
0,97
17,78
15,91
32,33
32,47
61,00
66,00
pacitan
AR 231
B
aT
Typic Haplustepts
m
260
120
53,00
48,75
1,09
5,50
5,83
1,01
0,41
14,95
16,30
28,21
33,88
57,00
69,25
pacitan
AR 243
B
aT
Typic Haplustepts
c
790
98
51,00
52,00
0,98
5,30
5,80
0,56
0,38
30,75
30,53
60,29
58,77
62,00
63,67
pacitan
AR 247
B
aT
Typic Haplustepts
m
790
155
46,00
44,33
1,04
5,00
5,70
0,85
0,29
14,32
12,09
31,13
27,47
63,00
64,00
70
Lanjutan Tabel 25
Data Site
lokasi
pacitan
ID
CD 274
Iklim
B
Bi+umur
aT
Subgrup
Typic Haplustepts
Tebal
Relief
m
avr clay
Avr pH
Avr C
Avr KTK
Avr KTK liat
Avr KB
m dpl
Solum
A
B
A/B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
650
92
54,00
50,75
1,06
5,40
5,65
0,81
0,35
14,00
12,07
25,93
23,79
46,00
62,50
pacitan
CD 298
B
aT
Typic Haplustepts
c
400
41
45,00
46,67
0,96
5,40
5,53
1,66
0,84
13,88
14,23
30,84
30,56
55,00
64,00
pacitan
CD 304
B
aT
Typic Haplustepts
m
720
75
51,00
51,67
0,99
5,40
5,80
1,91
1,04
35,22
34,38
69,06
66,75
79,00
72,67
pacitan
HI 167
B
aT
Typic Haplustepts
m
420
120
39,00
42,00
0,93
6,00
6,07
0,68
0,48
24,76
25,20
63,49
60,09
81,00
80,67
pacitan
HR 176
B
aT
Typic Haplustepts
m
230
115
52,00
61,00
0,85
6,00
5,25
0,91
0,44
17,24
17,01
33,15
27,92
74,00
49,25
380
80
26,00
26,33
0,99
5,60
6,63
0,70
0,22
23,61
35,08
90,81
152,31
62,00
83,67
25,00
23,00
1,09
6,00
5,90
0,46
0,18
12,27
14,44
49,08
64,34
70,00
74,00
39,00
38,00
1,03
5,60
5,50
0,65
0,34
32,78
33,82
84,05
89,00
85,00
80,00
pacitan
HR 184
B
aT
Typic Haplustepts
m
pacitan
MK 082
B
aT
Typic Haplustepts
m
420
53
pacitan
MK 094
B
aT
Typic Haplustepts
m
400
140
pacitan
MK 114
B
aT
Typic Haplustepts
m
36
41
40,00
40,00
1,00
6,10
6,00
0,70
0,68
27,78
25,91
69,45
64,78
91,00
93,00
pacitan
MK 117
B
aT
Typic Haplustepts
m
530
34
29,00
39,00
0,74
5,50
5,60
0,46
0,31
20,24
18,35
69,79
47,05
83,00
73,00
pacitan
MK 118
B
aT
Typic Haplustepts
m
450
105
35,00
40,67
0,86
5,80
6,27
0,51
0,31
15,61
15,55
44,60
38,23
83,00
83,67
36,00
35,00
1,03
5,10
5,50
1,25
0,66
14,03
10,92
38,97
31,20
39,00
66,00
20,00
28,00
0,71
5,50
5,20
1,26
0,74
10,01
10,83
50,05
38,68
70,00
63,50
pacitan
TB 222
B
aT
Typic Haplustepts
m
600
31
pacitan
AR 270
B
aT
Ultic Haplustalfs
m
425
48
pacitan
CD 258
B
aT
Ultic Haplustalfs
m
450
65
56,00
64,50
0,87
5,70
5,75
0,75
0,51
15,55
16,98
27,77
26,34
70,50
68,50
pacitan
CD 261
B
aT
Ultic Haplustalfs
m
450
45
48,00
52,67
0,91
6,20
6,33
1,44
0,40
13,46
12,14
28,04
23,24
72,00
74,00
pacitan
HR 195
B
aT
Ultic Haplustalfs
m
525
170
50,00
69,75
0,72
5,20
5,58
1,68
0,68
19,28
23,31
38,56
33,52
43,00
43,75
pacitan
MS 250
B
aT
Ultic Haplustalfs
m
340
90
35,00
47,33
0,74
6,30
6,03
0,76
0,34
17,40
26,73
49,71
63,20
108,00
80,33
pacitan
AR 244
A
dT
Typic Eutrudepts
c
850
175
75,00
84,25
0,89
5,20
5,45
1,14
0,41
23,35
30,62
31,13
36,56
35,00
32,00
25,00
23,00
1,09
5,70
6,20
0,70
0,41
53,48
50,05
213,92
217,61
91,00
97,00
9,00
10,00
0,90
5,20
5,35
0,83
0,60
14,76
14,71
164,00
151,50
107,00
95,50
pacitan
AR 221
B
gT
Typic Haplustepts
m
660
60
pacitan
CD 244
B
qT
Typic Haplustepts
m
325
74
*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B)
Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B
71
jenis bahan induk penyusun tanah yang dijumpai, bahan induk tersebut adalah
bahan induk andesit tersier (aT), dasit tersier (dT), dan granit tersier (gT). Bentuk
relief yang terdapat pada landform V.3.3 di daerah Pacitan sangat beragam.
Secara umum landform V.3.3 yang dijumpai pada lokasi tersebut berada pada
daerah dataran rendah (<700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl).
Ketebalan solum dari tanah-tanah yang dijumpai pada landform ini sangat
bervariasi dari yang dangkal sampai sangat dalam. Tanah-tanah yang dijumpai
memiliki kadar liat pada horison B lebih tinggi daripada horison A, dan
kandungan C-organiknya yang berkisar dibawah 2 %. Karakteristik pH yang
dijumpai relatif merata dan tergolong pada kisaran pH agak masam. Nilai KTK
yang dijumpai cukup bervariasi mulai dari KTK rendah sampai tinggi sedang
pada nilai KB relatif tinggi. Selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi
tanah berdasarkan bahan induk dan iklim yang sama (Tabel 26).
Tabel 26. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim
pada Landform V.3.3
BI+U
aT
Iklim
A
B
dT
gT
A
B
Order
Mollisol
Suborder
Udoll
Great Grup
Hapludoll
Inceptisol
Inceptisol
Ustept
Udept
Ustept
Haplustept
Dystrudept
Haplustept
Alfisol
Ustalf
Haplustalf
Mollisol
Inceptisol
Inceptisol
Ustoll
Udept
Ustept
Argiustoll
Eutrudept
Haplustept
Subgrup
Lithic Hapludolls
Typic Hapludolls
Typic Haplustepts
Ustic Dystrudepts
Lithic Haplustepts
Oxiaquic Haplustepts
Oxic Haplustepts
Typic Haplustepts
Oxiaquic Haplustalfs
Ultic Haplustalfs
Typic Argiustolls
Typic Eutrudepts
Typic Haplustepts
Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa pedon pewakil yang sudah
dianggap homogen faktor pembentuknya menunjukkan bahwa klasifikasi tanah
yang dijumpai masih beragam. Keberagaman klasifikasi tanah masih terjadi
walaupun berada pada daerah yang sama. Selain itu, pada landform ini tidak
dijumpai tanah dengan order Andisol, hal ini terjadi karena landform ini
merupakan landform volkanik tua dan kondisi ketinggiannya hampir semua
pengamatan pedon pewakil berada di bawah 700 m dpl.
72
Gambar 21. Sebaran pedon tanah pada landform V.3.3 daerah Pacitan – Jatim
Gambar 21 memperlihatkan sebaran landform V.3.3 di daerah Pacitan.
Pedon tanah pewakil yang terdapat pada landform ini sebarannya terpusat pada
bagian utara daerah lokasi survei. Dari gambar tersebut, terlihat beberapa pedon
yang menggerombol. Letak pedon yang dijumpai di daerah tersebut berada dalam
satu poligon.
Tabel 27 menunjukkan bahwa bahan induk tanah yang terdapat dalam
delineasi landform V.3.3 daerah Pacitan utara didominasi oleh bahan induk
andesit tersier (aT). Namun demikian, walaupun telah dipisahkan berdasarkan
bahan induk yang sama, masih tetap terjadi perbedaan klasifikasi tanah. Pada
bahan induk andesit tersier yang mendominasi hampir seluruh pedon yang
terdapat di daerah ini, perbedaan klasifikasi tanah pada tingkat order masih dapat
dijumpai. Terdapat tiga order tanah dengan bahan induk andesit tersier (aT)
tersebut, yaitu Inceptisol, Mollisol, dan Alfisol. Dari ketiga order tersebut order
Inceptisol merupakan order yang paling banyak mendominasi pada di daerah
tersebut.
73
Tabel 27. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di V.3.3
Pacitan – Jatim
Pedon
AR 259
CD 258
HR 195
AR 270
CD 261
MS 250
CD 312
WS 198
AR 201
AR 202
AR 203
TB 222
CD 304
CD 298
AR 219
AR 220
AR 253
AR 243
AR 217
AR 247
HI 167
AR 231
CD 274
CD 244
CD 276
CD 283
AR 240
CD 239
AR 248
AR 254
CD 282
AR 244
AR 221
BI+Umur
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
qT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
aT
dT
gT
Order
Alfisol
Alfisol
Alfisol
Alfisol
Alfisol
Alfisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Molisoll
Molisoll
Molisoll
Molisoll
Inceptisol
Inceptisol
Subgrup
Oxiaquic Haplustalfs
Ultic Haplustalfs
Ultic Haplustalfs
Ultic Haplustalfs
Ultic Haplustalfs
Ultic Haplustalfs
Lithic Haplustepts
Oxiaquic Haplustepts
Oxic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Ustic Dystrudepts
Ustic Dystrudepts
Ustic Dystrudepts
Lithic Hapludolls
Typic Argiustolls
Typic Hapludolls
Typic Hapludolls
Typic Eutrudepts
Typic Haplustepts
Kode
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama
Dari hasil uraian tersebut menunjukkan bahwa landform V.3.3 merupakan
satuan landform yang masih memiliki keragaman klasifikasi tanah yang tinggi,
walaupun landform, bahan induk, serta unsur-unsur pembentuk landform tersebut
telah dianggap homogen. Sehingga delineasi landform ke dalam landform V.3.3,
tidak dapat mendelineasi satuan tanah yang terdapat pada landform V.3.3 tersebut.
Dari seluruh pembahasan dapat diketahui bahwa tingkat keragaman
karakteristik tanah pada masing-masing landform tersebut tingkat keragamannya
masih tinggi walaupun faktor-faktor pembentuk tanahnya sudah dikelompokan
secara homogen. Selain itu, dalam setiap delineasi landform tidak dapat diprediksi
74
kondisi karagaman tanah yang terdapat dalam suatu poligon landform pada suatu
delineasi landform yang sama.
4.3. Karakteristik Tanah Penciri Klasifikasi yang Sulit Diduga dari
Landform
Landform pada dasarnya memiliki hubungan erat terkait dengan sifat-sifat
tanah. Hal ini dikarenakan landform merupakan tempat di mana terdapatnya
tanah. Delineasi landform merupakan suatu pendekatan analisis spasial faktorfaktor pembentuk tanah yang dianggap secara homogen. Diharapkan dengan
homogennya faktor-faktor pembentuk tanah, karakteristik tanah yang dijumpai
akan homogen pula. Karakteristik tanah dalam hal ini dapat dicerminkan dari
nama klasifikasi tanah yang dihasilkan.
Akan tetapi, hasil kajian pada subbab sebelumnya menunjukkan bahwa
dalam suatu unit landform yang faktor-faktor pembentuk tanahnya sudah
dikelompokkan secara homogen masih dapat dijumpai keragaman karakteristik
tanah. Keragaman karakteristik tanah tersebut tercermin dalam perbedaan
klasifikasi tanah yang dijumpai. Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi
mengenai karakteristik tanah penciri klasifikasi tanah yang sulit diduga oleh
landform berdasarkan nama klasifikasi tanah yang dijumpai.
Setelah dilakukan identifikasi karakteristik tanah berdasarkan nama
klasifikasi pada seluruh landform yang terdapat dalam penelitian ini, diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa karakteristik penciri tanah yang sulit diduga dari
suatu landform berbeda-beda antara satu landform dengan landform yang lainnya.
Perbedaan ini tergantung dari jenis karakteristik landform, seperti pada landform
yang dipengaruhi oleh daerah air (grup landform aluvial, fluvio-marin, dan marin)
tentunya memiliki karakteristik tanah penciri klasifikasi yang berbeda dengan
dengan jenis landform yang tidak dipengaruhi air (grup landform karst, tektonik,
dan volkanik).
Tabel 28 dan 29, menunjukkan contoh identifikasi karakteristik tanah
penciri klasifikasi yang sulit diduga dari landform A.1.3 dan T.12.1. Setiap pedon
75
tanah yang dijumpai pada landform tersebut kemudian dikelompokan berdasarkan
poligon dimana pedon tersebut dijumpai.
Tabel 28. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform A.1.3
Poligon
Iklim
BI
1
B
2
3
4
5
A
B
A
A
6
7
8
9
10
A
C
C
C
C
11
C
12
C
13
14
15
C
C
C
16
17
18
C
C
C
19
20
21
22
C
C
B
C
23
C
24
C
25
C
26
27
28
29
30
31
C
C
C
C
C
C
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fqK
fqK
fK
fqK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fqK
fK
fK
fK
fK
fqK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fK
fqK
fK
fK
fqK
fK
fK
fqK
fqK
fK
fqK
fK
fK
fK
fqK
fqK
fK
Order
Vertisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Entisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Vertisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Vertisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Vertisol
Inceptisol
Vertisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Taksa yang berbeda
Suborder Greatgroup Subgrup
Aquert
Endoaquert
Chromic Endoaquerts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Aquept
Endoaquept
Typic Endoaquepts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Aquept
Endoaquept
Plinthic Endoaquepts
Udept
Eutrudept
Aquic Eutrudepts
Aquept
Endoaquept
Plinthic Endoaquepts
Orthent
Ustorthent
Typic Ustorthents
Ustept
Haplustept
Vertic Haplustepts
Ustept
Haplustept
Oxyaquic Haplustepts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Udept
Eutrudept
Aquic Eutrudepts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Ustept
Haplustept
Fluventic Haplustepts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Ustert
Haplustert
Chromic Haplusterts
Typic Haplusterts
Aquert
Endoaquert
Typic Endoaquerts
Ustert
Haplustert
Typic Haplusterts
Ustept
Haplustept
Vertic Haplustepts
Aquepts
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Aquert
Endoaquert
Typic Endoaquerts
Aquert
Endoaquert
Typic Endoaquerts
Aquepts
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Udept
Eutrudept
Fluventic Eutrudepts
Aquert
Endoaquert
Chromic Endoaquerts
Aquert
Endoaquert
Chromic Endoaquerts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Ustert
Haplustert
Typic Haplusterts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Ustept
Haplustept
Aquic Haplustepts
Aquept
Endoaquept
Typic Endoaquepts
Aquept
Endoaquept
Aeric Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Ustept
Haplustept
Fluventic Haplustepts
Typic Haplusteps
Aquept
Endoaquept
Aeric Endoaquepts
Ustept
Haplustept
Fluventic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Fluventic Haplustepts
Ustert
Haplustert
Typic Haplusterts
Aquept
Endoaquept
Vertic Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Ustept
Haplustept
Typic Haplustepts
Fluventic Haplustepts
Ustept
Haplustept
Aquic Haplustepts
Ustept
Haplustept
Fluventic Haplustepts
Ustert
Haplustert
Typic Haplusterts
Ustept
Haplustept
Typic Haplustepts
Ustept
Haplustept
Fluventic Haplustepts
Ustert
Haplustert
Chromic Haplusterts
Sifat Penciri Taksa
Vertic, Aquic, Chroma
Aquic, Vertic
Aquic
Aquic, Vertic
Aquic, Plinthic
KB tinggi, Aquic
Aquic, Plinthic
Ustic
Ustic, Vertic
Aquic
Aquic, Vertic
KB tinggi, Aquic
Aquic, Vertic
Ustic, Fluvial
Aquic, Vertic
Vertic, Ustic, Chroma
Vertic, Ustic
Vertic, Aquic
Vertic, Ustic
Ustic, Vertic
Aquic, Vertic
Vertic, Aquic
Vertic, Aquic
Aquic, Vertic
KB tinggi, Fluvial
Vertic, Aquic, Chroma
Vertic, Aquic, Chroma
Aquic, Vertic
Vertic, ustic
Aquic, Vertic
Ustic, Aquic
Aquic
Aquic, dangkal
Aquic, Vertic
Ustic, Fluvial
Ustic
Aquic, dangkal
Ustic, Fluvial
Ustic, Vertic
Ustic, Fluvial
Vertic, Ustic
Aquic, Vertic
Aquic, dangkal
Aquic, Vertic
Ustic
Ustic, Fluvial
Ustic, Aquic
Ustic, Fluvial
Vertic, Ustic
Ustic
Ustic, Fluvial
Vertic, Ustic, Chroma
Jml
1
5
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
76
Tabel 28 menunjukkan bahwa terdapat 31 poligon yang dijumpai pada
satuan landform A.1.3 beserta pedon-pedon pengamatan di dalamnya. Berbagai
keragaman karakteristik yang dicirikan oleh klasifikasi terjadi baik dalam internal
poligon maupun antar poligon dalam satu landform. Dalam satu poligon landform
A.1.3 terjadi keragaman klasifikasi tanah yang sudah terjadi pada kategori order
dengan bahan induk yang sama seperti yang terjadi pada poligon 1 dan 23 (Tabel
28). Keragaman lain yang terjadi dalam satu poligon ialah terjadinya keragaman
klasifikasi pada kategori suborder, greatgroup, atau subgroup dalam order yang
sama dengan bahan induk yang sama seperti ditunjukkan oleh poligon 5, 10, dan
12 (Tabel 28).
Keragaman klasifikasi yang terjadi akibat perbedaan bahan induk yang
dijumpai di lapangan dalam satu poligon landform A.1.3 dapat mengakibatkan
terjadinya perbedaan klasifikasi pada kategori order sepeti yang terjadi pada
poligon 15 (Tabel 28). Selain itu, tidak semua perbedaan bahan induk
mengakibatkan terjadinya perbedaan klasifikasi pada tingkat order, akan tetapi
hanya mengakibatkan terjadinya perbedaan klasifikasi pada kategori suborder,
greatgroup, atau subgroup yang masih berada dalam satu order seperti yang
terjadi pada poligon 10, 22, 24, dan 25 (Tabel 28).
Secara keseluruhan keragaman yang terjadi dalam satuan landform A.1.3
masih sangat tinggi. Selain karena setiap poligon dalam landform ini berbeda
antara satu dengan yang lainnya, ditambah dengan terjadinya keragaman
klasifikasi yang terjadi dalam internal poligon itu sendiri. Selain itu karakteristik
tanah yang secara umum dapat dijumpai pada satuan landform A.1.3 ini adalah
sifat aquik dan sifat vertik, walaupun tidak semua tanah yang dijumpai pada
landform tersebut memiliki kedua sifat tersebut.
Kedua sifat tersebut merupakan sifat penciri yang paling utama karena
muncul pada kategori unsur pembentuk klasifikasi tanah yang paling tinggi,
semakin karakteristik unsur pembentuk klasifikasi muncul pada kategori
taksonomi yang lebih rendah semakin lemah pula pengaruh sifat karakteristik
tersebut dalam klasifikasi tanah. Selain itu, walaupun terdapat karakteristik
penciri klasifikasi yang muncul pada unsur pembentuk subgroup, delineasi
77
landform A.1.3 ini masih belum dapat menduga tanah-tanah yang bersifat vertic,
memiliki solum dalam atau dangkal, mempunyai warna dengan chroma tertentu,
dan sebagainya.
Tabel 29. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform T.12.1
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
fT
kT
cT
fkT
fkT
fkT
fkT
qT
qT
fkT
fT
kT
fkT
kT
fT
kT
kT
qkT
kT
kT
cT
Order
Mollisol
Inceptisol
Mollisol
Vertisol
Inceptisol
Entisol
Alfisol
Inceptisol
Inceptisol
Mollisol
Mollisol
Inceptisol
Mollisol
Entisol
Entisol
Inceptisol
Inceptisol
Mollisol
Entisol
Inceptisol
Entisol
Inceptisol
Inceptisol
Mollisol
Inceptisol
Inceptisol
Alfisol
Taksa yang berbeda
Suborder
Greatgroup
Udoll
Hapludoll
Udept
Eutrudept
Udoll
Hapludoll
Ustert
Haplustert
Ustept
Haplustept
Orthent
Ustorthent
Ustalf
Haplustalf
Ustept
Haplustept
Ustept
Haplustept
Ustol
Haplustoll
Ustol
Argiustoll
Ustept
Haplustept
Ustol
Haplustoll
Orthent
Ustorthent
Psamment Ustipsamment
Ustept
Haplustept
Ustept
Haplustept
Ustoll
Haplustoll
Orthent
Ustorthent
Ustept
Haplustept
Orthent
Ustorthent
Ustept
Haplustept
Ustept
Haplustept
Ustoll
Haplustoll
Ustept
Haplustept
Ustept
Haplustept
Ustalf
Rodustalf
Subgrup
Lithic Hapludolls
Typic Eutrudepts
Lithic Hapludolls
Calcic Hasplusterts
Lithic Haplustepts
Lithic Usthortents
Typic Haplustalfs
Vertic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Lithic Haplustolls
Typic Argiustolls
Vertic Haplustepts
Vertic Haplustolls
Lithic Usthortents
Typic Ustipsamments
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Typic Haplustolls
Typic Ustorthents
Typic Haplustepts
Lithic Ustorthents
Lithic Haplustepts
Vertic Haplustepts
Typic Haplustolls
Typic Haplustepts
Typic Haplustepts
Lithic Rodustalfs
C
C
A
A
A
C
C
C
C
C
cT
kT
fqT
fqT
qT
kT
qkT
kT
qkT
kT
Vertisol
Inceptisol
Ultisol
Entisol
Ultisol
Inceptisol
Mollisol
Mollisol
Entisol
Inceptisol
Ustert
Ustept
Udults
Orthent
Humult
Ustept
Ustoll
Ustoll
Orthent
Ustept
Typic Haplusterts
Typic Haplustepts
Lithic Hapludults
Typic Udorthents
Typic Haplohumults
Typic Haplustepts
Lithic Haplustolls
Typic Haplustolls
Typic Ustorthents
Vertic Haplustepts
Poligon
Iklim
BI
1
A
2
3
4
A
C
C
cT
fkT
cT
cT
fkT
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
14
15
16
17
18
19
Haplustert
Haplustept
Hapludult
Udoerthent
Haplohumult
Haplustept
Haplustoll
Haplustoll
Ustorthent
Haplustept
Sifat Penciri Taksa
Jml
Mollic, Udic, Lithic
Udic, KB tinggi
Mollic, Udic, Lithic
Vertic, Ustic, Calcic
Ustic, Lithic
Recent, Lithic
KB tinggi, Ustic
Ustic, vertic
Ustic, vertic
Mollic, Ustic, Lithic
Mollic, Argilik
Ustic, vertic
Mollic, ustic, vertic
Recent, Ustic, Lithic
Recent, Pasir, Ustic
Ustic
Ustic
Mollic, ustic
Recent, ustic
Ustic
Recent, Ustic, Lithic
Ustic, Lithic
Ustic, vertic
Mollic, ustic
Ustic
Ustic
KB tinggi, Ustic,
Rodic, Lithic
Vertic, Ustic
Ustic
Argilik, Udic, Lithic
Recent, Udik
Argilik, BO tinggi
Ustic
Mollic, Ustic, Lithic
Mollic, ustic
Recent, ustic
Ustic, vertic
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
Tabel 29 memperlihatkan 19 poligon landform yang dijumpai pada
landform T.12.1 beserta pedon-pedon pengamatan di dalamnya. Perbedaan bahan
induk yang terdapat dalam satu poligon landform T.12.1 membawa perbedaan
klasifikasi pada kategori order. Sehingga dalam satuan landform T.12.1 peran
bahan induk tanah akan sangat menentukan jenis tanah yang kemudian akan
dihasilkan.
Selain itu Tabel 29 memuat contoh identifikasi karakteristik yang sulit
diduga oleh landform T.12.1 menunjukkan bahwa pada kategori suborder, unsur
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
78
pembentuk klasifikasinya hampir seluruhnya didominasi oleh regim kelembaban
iklim. Dengan demikian delineasi landform T.12.1 hanya dapat menduga tanahtanah yang dijumpai pada landform ini tidak bersifat aquic.
Pada kategori subgroup, karakteristik penciri tanah yang mayoritas
muncul dalam delineasi landform T.12.1 adalah sifat kedalaman solum dan sifat
vertik. Dengan demikian delineasi landform T.12.1 ini masih belum dapat
menduga apakah tanah-tanah yang terdapat dalam landform tersebut memiliki
ketebalan solum yang dalam atau dangkal dan menduga tanah-tanah yang
memiliki sifat vertic atau tidak.
Tidak semua identifikasi karaktersitik tanah penciri klasifikasi yang sulit
diduga landform ditampilkan seluruhnya, hanya landform yang sebelumnya
menjadi pewakil dalam setiap landform utama yang akan ditampilkan. Tabel 30
memperlihatkan karakteristik tanah yang sulit diduga oleh landform pada
landform A.1.3, B.3, K.3, M.2.2, T.12.1, & V.3.3.
Tabel 30 menunjukkan bahwa karakteristik tanah yang sulit diduga oleh
landform berbeda antara satu landform dengan landform yang lainnya. Hal ini
disebabkan oleh faktor lingkungan yang dijumpai dalam suatu unit landform
berbeda antara satu dengan yang lain. Kelompok landform yang termasuk
landform yang dipengaruhi oleh air, hanya landform M.2.2 yang dapat menduga
tanahnya bersifat aquic berdasarkan data klasifikasi tanah yang dijumpai.
Sedangkan landform lain yang juga termasuk ke dalam landform yang secara
umum bersifat aquic yaitu landform A.1.3 dan B.3 tidak dapat menduga apakah
tanahnya bersifat aquic atau tidak.
Tabel 30. Karakteristik Tanah yang Sulit Diduga dari Landform
Landform
A.1.3 (Dataran Aluvial)
Karakteristik penciri tanah
Kejenuhan Air; Kedalaman solum; Sifat vertic;
C-organik; Warna chroma; Sifat plinthic.
B.3 (Dataran Fluvio-Marin)
Kejenuhan Air; Kedalaman solum; Sifat vertic;
C-organik; Natrium; Bahan sulfidik.
Kedalaman solum; Sifat Vertic; Tekstur.
Kedalaman solum; Bahan sulfidik.
Kedalaman solum; Sifat Vertic; Tekstur, Corganik; Sifat Calcic.
Kedalaman solum; Kejenuhan air; Tekstur; KB;
KTK liat.
K.3 (Perbukitan Karst)
M.2.2 (Dataran Pasang Surut Lumpur)
T.12.1 (Perbukitan Tektonik)
V.3.3 (Pengunungan Volkanik Tua)
79
Sementara itu, landform-landform yang berada pada daerah kering (K.3,
T.1.2.1, & V.3.3) hampir semuanya tidak bisa menduga karakteristik kedalaman
solum tanah, apakah kedalaman tanah yang terdapat dalam delineasi landform
tersebut memiliki ketebalan solum yang dangkal ataukah dalam. Hal ini ditandai
dengan munculnya unsur pembentuk klasifikasi Lithic dan Typic pada klasifikasi
tanah yang dijumpai pada landform tersebut. Dengan demikian, hasil identifikasi
karakteristik tanah penciri yang sulit diduga oleh landform tidak dapat
menyimpulkan suatu karakteristik penciri yang sulit diduga oleh landform yang
berlaku untuk semua landform.
4.4. Keragaman
Karakteristik
Tanah
pada
Suatu
Unit
Landform
berdasarkan Data lapang dan Laboratorium
Setelah diketahui bahwa karakteristik tanah yang dicerminkan oleh
klasifikasi dalam delineasi landform menurut LREPP II masih sangat beragam.
Dalam subbab ini akan diamati tingkat keragaman karakteristik tanah penciri
berdasarkan sifat kimianya tanpa melihat klasifikasi tanah yang dijumpai pada
suatu unit landform. Untuk mengetahui hal tersebut, digunakan analisis statistik
koefisien keragaman untuk mengetahui sejauh mana tingkat keragaman
karakteristik tanah dilihat dari data morfologi lapang dan analisis laboratorium
dalam suatu landform.
Diperlukan adanya analisis perbandingan antara nilai koefisien keragaman
(KK) sifat-sifat tanah penciri pada setiap unit landform dengan nilai koefisien
keragaman (KK) sifat tanah penciri antar landform. Nilai koefisien Keragaman
(KK) sifat tanah penciri antar landform berasal dari seluruh nilai sifat-sifat tanah
yang terdapat pada 64 landform yang dianalisis dalam penelitian ini (Tabel 4).
Sifat-sifat tanah penciri yang akan dibandingkan nilai koefisien
keragamannya (KK) antara lain tebal solum, rasio perbandingan persentase liat
horison A dan B, derajat kemasaman tanah (pH), kandungan C-organik tanah,
Kapasitas Tukar Kation (KTK), KTK liat, dan Kejenuhan Basa (KB). Tidak
semua landform nilai koefisien keragaman sifat-sifat tanah pencirinya akan
80
dibahas, hanya landform yang memiliki pedon terbanyak pada masing-masing
grup landform LREPP II yang telah dibahas pada subbab sebelumnya.
Tabel 31. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal
Karakteristik Tanah pada Masing-masing Landform dan Koefisien
Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform
KK (%)
LREPP
Tebal
Liat
pH
C
KTK
II
Solum
A/B
A
B
A
B
A
B
A.1.3
32,84 15,78 14,06 50,99 44,70 30,34 32,73
33,52
B.3
43,39
16,80 18,33 18,52 52,26 44,55 22,02 28,71
K.3
51,03
3,05
76,23 58,03 20,40 15,46
60,41
1,86
M.2.2
28,96 12,23
95,28
2,52
87,51 15,82 18,70 15,40
T.12.1
67,33
45,54 14,43 13,14 43,45 53,13 42,31 42,74
V.3.3
51,56
6,98
6,01
45,84 68,67 41,31 41,22
14,06
Antar LF
44,19
63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56
*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B)
Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B
KTK Liat
A
B
37,96
31,44
27,72
25,24
80,17
110,28
28,00
16,30
73,31
128,60
65,04
71,07
71,77
77,27
KB
A
35,51
40,85
5,77
53,51
51,77
29,88
70,99
B
37,66
52,21
9,66
38,38
62,19
27,41
56,27
4.4.1. Landform Dataran Aluvial (A.1.3)
Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform dataran aluvial
ini tergolong dalam kelas kelas keragaman rendah – sedang. Walaupun apabila
dilihat dari segi klasifikasinya cukup beragam. Pada landform ini, karakteristik
tanah penciri internal landform A.1.3 nilai koefisien keragamannya tidak ada yang
melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel 31).
4.4.2. Landform Fluvio-Marin (B.3)
Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform dataran fluviomarin ini tergolong dalam kelas kelas keragaman rendah – sedang. Walaupun
apabila dilihat dari segi klasifikasinya cukup beragam. Pada landform ini,
karakteristik tanah penciri internal landform B.3 nilai koefisien keragamannya ada
yang melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal yaitu pada karakteristik
pH tanah (Tabel 31).
Karakteristik pH tanah pada horison A maupun pada horison B apabila
dilihat dari nilai KK pada karakteristik pH tanah yang terdapat dalam landform
B.3 ini termasuk kedalam kelas keragaman rendah lebih tinggi daripada nilai KK
pada karakteristik pH antar landformnya. Sehingga pada landform ini karakteristik
pH tanah tidak dapat dijadikan penciri pada landform ini.
81
4.4.3. Landform Perbukitan Karst (K.3)
Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform perbukitan karst
ini tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi. Karakteristik
tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat rendah adalah pada
pH tanah, sementara yang termasuk ke dalam kelas keragaman tinggi adalah
karakteristik KTK liat. Pada landform ini, Terdapat 2 karakteristik tanah penciri
internal landform K.3 yang nilai koefisien keragamannya melebihi nilai
karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel 31).
Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan KTK liat baik itu KTK liat
pada horison A maupun pada horison B. Kelas keragaman untuk nilai koefisien
keragaman (KK) untuk karakteristik KTK liat tergolong ke dalam kelas
keragaman tinggi. Sehingga karakteristik tebal solum dengan KTK liat tidak dapat
dijadikan penciri pada landform ini.
4.4.4. Landform Dataran Pasang Surut Lumpur (M.2.2)
Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform dataran pasang
surut lumpur ini tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi.
Karakteristik tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat
rendah adalah pada pH tanah, kadar C-organik pada horison B, dan KTK pada
horison B. Sementara yang termasuk ke dalam kelas keragaman tinggi adalah
karakteristik tebal solum, kadar C-organik pada horison A, dan KB pada Horison
B. Pada landform ini, Terdapat 2 karakteristik tanah penciri internal landform
M.2.2 yang nilai koefisien keragamannya melebihi nilai karakteristik tanah
penciri eksternal (Tabel 31).
Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan C-organik pada horison A.
Kelas keragaman untuk nilai koefisien keragaman (KK) untuk tebal solum dan Corganik pada horison A tergolong ke dalam kelas keragaman tinggi. Sehingga
karakteristik tebal solum dan C-organik pada horison A tidak dapat dijadikan
penciri pada landform ini.
82
4.4.5. Landform Perbukitan Tektonik (T.12.1)
Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform perbukitan
tektonik ini tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi.
Karakteristik tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat
rendah adalah pada pH tanah, sementara yang termasuk ke dalam kelas
keragaman tinggi adalah karakteristik tebal solum dan KTK liat. Pada landform
ini, Terdapat 4 karakteristik tanah penciri internal landform T.12.1 yang nilai
koefisien keragamannya melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel
31). Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan C-organik pada horison A.
Sehingga karakteristik tersebut tidak dapat dijadikan penciri pada landform ini.
4.4.6. Landform Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3)
Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform pegunungan
volkanik tua tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi.
Karakteristik tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat
rendah adalah pada rasio pebandingan liat horison A & B dan pH tanah.
Sementara yang termasuk ke dalam kelas keragaman tinggi adalah karakteristik
C-organik dan KTK liat pada horison B. Pada landform ini, Terdapat 2
karakteristik tanah penciri internal landform V.3.3 yang nilai koefisien
keragamannya melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel 31).
Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan KTK tanah horison A dan B. Kelas
keragaman pada 2 karakteristik tanah tersebut tergolong ke dalam kelas
keragaman sedang. Sehingga karakteristik tersebut tidak dapat dijadikan penciri
pada landform ini.
Download