trend japanese rock dan visual kei dalam konteks pertunjukan musik

advertisement
TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI
INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND
DI MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
MASRINA PURNAMASARI
NIM: 040707007
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Universitas Sumatera Utara
TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI
INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND
DI MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
MASRINA PURNAMASARI
NIM: 040707007
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan
untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2010
Universitas Sumatera Utara
TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI
INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND
DI MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
MASRINA PURNAMASARI
NIM: 040707007
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.Irwansyah Harahap, M.A
NIP: 196212211997031001
Drs.Bebas Sembiring, M.Si
NIP:19570313199231001
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan
untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2010
Universitas Sumatera Utara
DISETUJUI OLEH:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
Dra. Frida Deliana, M.Si
NIP: 196011181988032001
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Pertama-tama segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta ayahanda
(Alm) H. Hasywin Permana Putra dan ibunda Hj. Rosnani yang telah mendidik dan
membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, juga untuk kakak tersayang Reny
Windayani. Terima kasih atas dukungan dan doa kalian selama ini.
Skripsi ini berjudul “Trend Japanese Rock dan Visual Kei dalam Konteks
Pertunjukan Musik Popular di Indonesia : Studi Kasus Group-Group Band di
Medan”, diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen
Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si selalu
Dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan, pemikiran, ketika
membimbing penulis dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini.
2.
Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selaku Ketua Departemen Etnomusikologi, serta Ibu
Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekertaris Departemen Etnomusikologi yang telah
memberikan dukungan moril, saran, serta nasehat-nasehatnya. Kemudian penulis
juga berterima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi yang
telah memberikan pangajaran selama penulis mengikuti bangku perkuliahan.
3.
Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A selaku Dosen wali. Terima kasih atas arahan dan
pemikiran-pemikirannya selama ini.
4.
Semua orang yang telah memberikan informasi yang sangat berarti selama penulis
mengerjakan skripsi ini. Akam (terima kasih telah mengenalkan penulis dengan
Universitas Sumatera Utara
istilah “visual kei”), para personil Azumi, Arya (Julia Rock band), Yudhie (Soudjiro
band), Kotchie dan Cya (Shiroyuuki), terima kasih telah membantu selama ini.
5.
Sahabat penulis Rian, Vina, dan Vita. Terima kasih atas dukungan dan sindiran yang
tak henti-hentinya selama ini sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Teman-teman seperjuangan : Pipin, Idol, Frans, Markus, Feri, Ata, Fewa, Dia,
Amran, Welly, Tri, Jeje, Nancy, dodo. Terima kasih atas kebersamaan kita selama
ini di dalam suka maupun duka yang mampu kita lewati bersama. Riri sangat
menyayangi kalian.
7.
Abang dan kakak senior, serta adik-adik junior, yang sering mendesak penulis untuk
segera lulus. Terima kasih atas dukungan moril yang telah kalian berikan.
Terima kasih buat kalian semua dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi yang membacanya, dan
semoga Allah SWT melimpahkan segala kebaikan, rahmat, dan Hidayah-NYA bagi kita
semua. Amin.
Medan, Juni 2010
Penulis
Masrina Purnamasari
NIM: 040707007
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………………
1.2 Pokok Permasalahan…………………………………………….......
1.3 Tujuan dan Manfaat……………………………............ ……………
1.3.1
Tujuan …………………………………………………..
1.3.2 Manfaat………………………………………………….
1.4 Konsep dan Teori …………………………………………………..
1.4.1
Konsep …………………………………………………..
1.4.2
Teori …………………………………………………….
1.5 Metode Penelitian …………………………………………………...
1.5.1
Studi Kepustakaan ……………………………………..
1.5.2
Pengamatan ……………………………………………..
1.5.3
Wawancara ……………………………………………. .
1.6 Kerja Laboratorium ………………………………………………...
1.7 Lokasi Penelitian …………………………………………………..
Universitas Sumatera Utara
BAB II : JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI :
SEJARAH, KARAKTERISTIK, KEBERADAAN ………………
2.1 Sejarah Musik Rock Jepang ……………………………………….
2.2 Karakteristik Umum Japanese Rock ………………………………
2.2.1 Warna Musik …………………………………………..
2.2.2 Karakter Sound………………………………………...
2.2.3 Tangga Nada …………………………………………...
2.2.4 Vokal ……………………………………………….......
2.2.5 Lirik Lagu ……………………………………………....
2.2.6 Performance ……………………………………………
2.3 Visual Kei Sebagai Identitas Musisi Japanese Rock ………………
2.4 Keberadaan Japanese Rock dan Visual Kei dalam Industri Musik
di Jepang ……………………..……………………………………..
BAB III : FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI
DI INDONESIA ……………………………………………………
3.1 Penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei ………………………..
3.2 Keberadaan Visual Kei dan Band Japanese Rock di Beberapa
Kota Besar …………………………………………………………
3.3 J-Event (Japan Event) ……………………………………………...
3.4 Trend Visual Kei dalam Konteks Pertunjukan ……………………
3.5 Band Japanese Rock dalam Industri Rekaman ……………………
Universitas Sumatera Utara
BAB IV : TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK DI MEDAN ……………
4.1 Masuknya Musik Japanese Rock di Kota Medan …………………
4.2 Band Beraliran Japanese Rock di Kota Medan ……………………
4.3 Japanese Rock Mengacu Pada Musik ……………………………..
4.4 Visual Kei Mengacu Pada Penampilan (Performance) ……………
4.4.1 Kostum dan Aksesoris ………………………………….
4.4.2 Rambut …………………………………………………
4.4.3 Tata Rias ……………………………………………….
4.4.4 Aksi Panggung …………………………………………
4.5 Konteks dan Penyajian Musik Dalam Pertunjukan ……………….
4.5.1 Waktu dan Tempat Pertunjukan …………………………
4.5.2
Penyajian Musik ………….……………………………..
4.5.3 Penonton (audiens) ……………………………………...
4.6 Musik Mempengaruhi Perilaku Pemusik dan Penonton …………..
BAB V : PENUTUP …………………………………………………………..
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………..
5.2 Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
DAFTAR INFORMAN………………………………………………………...
GLOSSARIUM…………………………………………………………………
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Sejarah Musik Rock Jepang …………………………………………..
Table 2 : Event “jejepangan” yang pernah diselenggarakan di kota-kota besar
di Indonesia …………………………………………………………...
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
: Contoh Angura Kei …………………………………………….
Gambar 2
: Contoh Eroguro ……………………………………………….
Gambar 3
: Contoh Oshare Kei …………………………………………….
Gambar 4
: Kyo (vokalis Dir en Grey) yang suka menyakiti diri sendiri
dalam aksi panggungnya……………………………………….
Gambar 5
: Vokalis band Azumi (Medan) yang terinspirasi oleh Kyo
untuk melakukan aksi menyakiti diri sendiri dengan
menyayat tangannya dalam suatu pertunjukan…………………
Gambar 6
: Penulis bersama group band Azumi …………………………..
Gambar 7
: Band Tamama Impact dari Bandung…………………………..
Gambar 8
: The Gazette (band Jepang) dengan kostum berwarna hitam,
juga banyak di usung oleh band Japanese Rock Indonesia…….
Gambar 9
: Persamaan cara pewarnaan rambut ‘belang sebelah’ antara
band Medan (sebelah kiri) dan band Jepang (sebelah kanan) ….
Gambar 10
: Bando dengan hiasan topi kecil sebagai aksesoris …………….
Gambar 11
: Contoh model sepatu untuk menunjang penampilan Visual Kei.
Gambar 12
:Penonton adalah kalangan remaja………………………………
Gambar 13
: Panggung Pertunjukan…………………………………………
Gambar 14
: Acara Bunkasai di Fakultas Sastra USU………………………
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jepang merupakan salah satu Negara yang kaya akan budaya. Budaya
Jepang yang nyata dan bisa disaksikan saat ini adalah musik popularnya dan
harajuku style 1. Musik Jepang mampu mencari jati dirinya dengan membuat
aliran atau style sendiri meskipun mereka terinspirasi dari barat. Mereka berusaha
untuk membuat sesuatu yang baru dengan melakukan inovasi terhadap apa yang
ditirunya. Tidak heran jika saat ini kita selalu mendengar aliran musik yang
terdapat inisial “J” didepannya, seperti J-Pop, J-Dangdut, J-Rap, dan juga J-Rock.
Jika selama ini masyarakat kita sangat terbuka dalam menerima musik dari
mancanegara, terutama musik-musik yang berasal dari Amerika seperti Hip-Hop
dan R&B, kini berkat teknologi kita juga bisa merasakan kehadiran musik popular
Jepang di Indonesia. Saat ini yang sedang menjadi trend bermusik anak-anak
muda Indonesia adalah musik Japanese rock (J-Rock). J-Rock atau Japanese
Rock (nihon no rokku, rock Jepang) digunakan untuk menyebut genre musik rock
1
Gaya dandanan yang “aneh” dan tidak lazim, sering disebut gaya pemberontak (rebellion).
Masyarakat Jepang (para pekerja) maupun para anak muda merasa bosan dengan keseharian
mereka yang selalu rapi memakai jas saat bekerja, rambut tersisir rapi, memakai seragam
kesekolah. Oleh karena itu mereka merasa harus “memberontak” terhadap ketidakbebasan mereka
dalam hal berdandan dengan melawan mainstream. Mereka berdandan sesuai dengan apa yang
mereka mau, memakai baju yang “nabrak-nabrak”, memoles wajah dengan make up tebal ala
boneka, memakai stoking warna norak atau belang-belang, rambut warna-warni, dan sepatu ber
highheel. Biasanya di kawasan Harajuku ini mereka bercosplay meniru tokoh anime, manga, band
favorit, tokusatsu, ataupun tokoh dalam permainan video game. Dalam perkembangannya
Harajuku menjadi tempat pelarian para seniman untuk mengadakan perform jalanan. Kini harajuku
dikenal sebagai sebuah sentra dunia entertainment yang terkenal di Jepang maupun dunia karena
memiliki ciri khas dimana banyak street performers mengekspresikan idealisme mereka dengan
gaya berpakaian yang unik yang kemudian dikenal dengan nama Harajuku Style.
Universitas Sumatera Utara
yang ada di Jepang. 2 Ada beberapa ciri dari J-Rock yang membuatnya berbeda
dari rock Amerika yaitu dalam hal komposisi musik, sound, dan performance.
Selain tiga hal tersebut, dari segi Vokal biasanya penyanyi J-Rock memiliki
karakter yang kuat dan khas yaitu identik dengan vibrasi dan teknik falsetto. Ciri
lainnya yaitu permainan bass yang intens dan tidak hanya memainkan akord saja,
drum yang tidak harus double pedal dan banyak sinkop serta variasi, serta nada
yang cenderung minor, dan lain sebagainya. Japanese Rock juga memiliki ciri
dalam hal pembawaan bermusiknya. Pemusik biasanya memakai tema Visual Kei
(V-Kei) yang merupakan trend dalam J-rock yang mengutamakan penampilan
visual untuk menarik perhatian penonton. Prinsip dari V-Kei adalah pemusik
mengenakan pakaian dan dandanan yang memberi kesan feminin meskipun
personilnya adalah laki-laki. Biasanya dalam V-Kei satu orang personilnya
berdandan sebagai wanita, meskipun selamanya tidak harus begitu.
Perkembangan V-Kei menjadi popular di Jepang dan sering dikaitkan
dengan band rock Jepang. Di Jepang sendiri tumbuh kepercayaan di kalangan
komunitas band, jika ingin sukses dalam bermusik sebaiknya memulai debut
dengan penampilan Visual Kei karena semakin banyak band Visual Kei yang
terkenal. 3 Beberapa band Visual Kei adalah Dir en Grey, The GazettE, Alice Nine,
Malize Mizer, X Japan, Luna Sea, Vidoll, Versailles, ScReW, SuG dan
sebagainya. Dir en Grey merupakan salah satu band yang “ekstrim” dalam
performancenya.
Dua hal inilah (J-Rock dan V-Kei) yang kemudian banyak ditiru oleh anak-anak
muda Indonesia. Japanese Rock dan Visual Kei seolah menjadi trend baru
2
3
http://id.wikipedia.org/wiki/J-Rock
http://efeksamping.wordpress.com/2008/03/06/band-jepang-yang-beraliran-visual-kei/
Universitas Sumatera Utara
dikalangan komunitas pecinta musik Jepang di Indonesia. Karena kecintaan
mereka terhadap musik dan fashion Jepang akhirnya memunculkan band-band
yang beraliran J-rock dengan tema V-Kei, contohnya adalah band RevDeKei yang
berasal dari Yogyakarta. Meskipun demikian tidak semua band yang muncul
mengangkat tema Visual Kei walaupun berada pada aliran Japanese Rock. Wasabi
dan Japanese Heroes adalah pelopor band Japanese rock di Indonesia. Setelah
mereka, kemudian muncul band-band baru lagi seperti J-Rocks (nama band,
bukan penyebutan genre musik), Jetto, dan Leto di Jakarta, atau Sound Wave dan
Lucifer di Bandung. Band-band ini selain memainkan lagu soundtrack anime 4
juga memainkan lagu-lagu dari band J-Rock Jepang. Selain itu masih banyak
band-band dari kota-kota besar lainnya di Indonesia yang mengikuti trend
tersebut. Band-band J-Rock tersebut sering tampil dalam acara yang bersifat
Jepang, seperti acara Japan Festival di Universitas Indonusa Esa Unggul (Jakarta
Barat), Japan Festival di Margo City (Depok), Japanese Rock Day volume
12,13,14 (Jakarta Selatan), serta Bunkasai yang diadakan diberbagai Universitas
di Indonesia. Melody Maker, Wasabi, Monalisa, Mama Rocker, X-Shibuya,
Chick-en-katsu, Monoimi, Zanrokku, merupakan beberapa band yang sering
melakukan pertunjukan di acara yang bersifat Jepang.
Trend serupa juga diikuti oleh beberapa band di kota Medan. Biasanya
mereka tampil di acara-acara komunitas ataupun bunkasai 5. Beberapa group band
yang kerap membawakan lagu-lagu milik band rock Jepang adalah Marrionate,
Azumi, Shiroyuuki, dan beberapa band lainnya. Selain membawakan lagu dari
band Jepang mereka juga membawakan lagu ciptaan mereka sendiri.
4
Film animasi Jepang seperti Samurai X, City Hunter, Gundam, Saint Seiya, Candy-Candy,
Detective Conan, Naruto, Dragon ball, dan lain-lain.
5
Festival budaya Jepang
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang trend Japanese Rock dan Visual Kei. Ada beberapa alasan mengapa
penulis tertarik pada topik ini. Pertama, penampilan V-Kei dan gaya bermusik
band Japanese Rock mampu menjadi sebuah trend di kalangan anak-anak muda
Indonesia, walaupun jenis musik ini tergolong musik minoritas dalam industri
rekaman Indonesia. Hal tersebut menyebabkan pendengar/penikmat musik ini
masuk dalam kategori pendengar minoritas. Kedua, J-Rock dan V-Kei ini sering
menjadi topik diskusi para pendengar/penikmatnya diberbagai forum di internet.
Ketiga, banyak musik popular di Medan yang telah dibahas dan dijadikan sebuah
skripsi, seperti perkembangan musik Progressive Metal, perkembangan musik
EMO, perkembangan musik keroncong, seni pertunjukan dangdut, dan lain
sebagainya, sedangkan Japanese Rock dan Visual Kei belum pernah dibahas. Oleh
karena itu, muncul ketertarikan saya untuk membuat tulisan tentang trend J-Rock
dan V-Kei di Indonesia umumnya, dan Medan khususnya.
Berdasarkan hal di atas, adapun judul skripsi ini adalah “Trend Japanese
Rock dan Visual Kei Dalam Konteks Pertunjukan Musik Popular di Indonesia :
Studi Kasus Group-Group Band di Medan”.
1.2
Pokok Permasalahan
Adapun yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei di Indonesia?
2. Bagaimana trend Japanese Rock (hal tentang musik) serta Visual Kei
(hal tentang performance) dalam konteks pertunjukan group band
beraliran J-Rock di Medan?
Universitas Sumatera Utara
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a) Untuk melihat bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei
di Indonesia.
b) Untuk melihat bagaimana trend Japanese Rock dan Visual Kei
yang mengacu pada musik dan performance dalam konteks
pertunjukan group band beraliran J-Rock di Medan
1.3.2 Manfaat
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :
a)
Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana fenomena
Japanese Rock dan Visual Kei di Indonesia.
b) Memberikan informasi kepada pembaca terkait Trend Japanese
Rock dan Visual Kei dalam konteks pertunjukan group band
beraliran J-Rock di Medan yang mengacu pada musik dan
performance-nya.
c) Dapat dijadikan data untuk bahan penulisan selanjutnya tentang
musik Japanese Rock dan Visual Kei
d) Memenuhi salah satu syarat menjadi sarjana seni di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda
ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo,1985:46).
Suatu makna atau pengertian dari sebuah konsep harus didefinisikanan.
Trend merupakan sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu atau
dua orang saja 6, sifatnya sementara dan bisa berulang lagi. Pada tulisan ini trend
yang akan dibahas meliputi segi musikal dari musik Japanese Rock, serta hal-hal
yang bersifat visual seperti kostum, dandanan, perilaku bermusik, yang
kesemuanya itu berkaitan dengan Visual Kei. Seluruh musik yang disebarluaskan
melalui media massa baik media cetak, penyiaran ataupun rekaman dapat
dikategorikan sebagai musik popular.
Japanese dalam Kamus Inggris Indonesia (2004:334) artinya orang Jepang
atau Jepang. Rock adalah genre musik yang memiliki karakter keras dan
menghentak-hentak. Yang dimaksud dengan Japanese Rock disini adalah sebuah
genre musik yang berkarakter keras dan menghentak-hentak yang dimainkan oleh
orang-orang (musisi) Jepang. Beberapa karakteristik J-Rock secara umum seperti:
akord yang banyak menggunakan transpose 7, banyak memainkan nada-nada
kromatik 8, pemilihan nada-nada tinggi yang dominan dalam solo gitar, permainan
tempo bass yang intens, dan lain sebagainya.
Visual kei merupakan penggabungan dari kata Visual (bahasa Inggris)
yaitu berkenaan dengan sesuatu yang dapat dilihat, dan Kei (bahasa Jepang) yang
6
Netsains.com
Penulisan ulang rangkaian melodi atau akord-akord sebuah lagu dengan meninggikan atau
merendahkan semua nada dalam rentang jarak tertentu dan menyeluruh.
8
Tangga nada yang jarak antara semua notnya setengah tone saja.
7
Universitas Sumatera Utara
mempunyai arti “gaya”. Jadi bisa diartikan bahwa Visual Kei adalah gaya dari
penampilan luar yang dapat dilihat dengan mata. Gaya dari penampilan luar ini
mencakup kostum, rambut, aksesoris, make up, dan perilaku bermusik. Secara
umum, anggota band V-Kei berpenampilan “nyentrik” untuk menarik perhatian,
seperti rambut yang diwarnai, potongan rambut yang “keren” yang tidak pernah
terbayang sebelumnya, make-up tebal yang memiliki kesan feminin, serta kostum
yang “aneh”. Visual Kei terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu angura kei,
eroguro, oshare kei, yang memiliki cirinya masing-masing [baca halaman 27].
Mereka bebas menciptakan gaya berpakaian dan berdandan mereka sendiri yang
mampu menarik perhatian penonton. Oleh karena itu mereka memiliki ciri kostum
sendiri, ada yang mengenakan kimono, ada yang bergaya ke-Eropaan, dan lainlain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 522), konteks memiliki
dua arti. Arti yang pertama yaitu bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna, sedangkan yang kedua adalah
situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.
Pertunjukan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1086) artinya
sesuatu yang dipertunjukkan, tontonan. Maksud dari konteks pertunjukan dalam
penelitian
ini
adalah
situasi/hal-hal
yang
terdapat
dalam
sebuah
pertunjukan/tontonan, baik itu dari segi audio (segala bentuk musikal yang dapat
didengar ) maupun visual (semua hal yang dapat dilihat dengan mata).
Manuel (1988:2) mengatakan bahwa “kata musik popular telah digunakan secara
umum dalam tulisan-tulisan berbahasa inggris untuk mengartikan musik rakyat
dari seni musik yang diasosiasikan dengan kaum elit. Kata musik popular ini juga
Universitas Sumatera Utara
bisa dideskripsikan sebagai bentuk dari musik yang berkembang di abad ini yang
mempunyai hubungan erat dengan media massa”. Sebagai musik yang banyak
disebarluaskan melalui media massa, Japanese rock tergolong sebagai salah satu
jenis musik popular.
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, bila peneliti
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer
(masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2003:1).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul
penelitian ini yaitu sebuah tulisan yang ingin menggambarkan bagaimana trend
musik Rock Jepang sebagai musik yang rekaman dan penyiarannya telah sampai
ke Indonesia beserta gaya visualnya, diikuti atau ditiru oleh anak-anak muda
Indonesia baik dari segi musikal maupun segi visual yang kemudian diterapakan
dalam situasi pertunjukan mereka, khususnya pertunjukan dari band beraliran rock
Jepang yang ada di Medan.
1.4.2 Teori
Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang
saling berkaitan, bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu
gejala (Malo dkk, 1985:49-50).
Kemajuan teknologi membantu penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei
di Indonesia. Penyebaran berkaitan dengan proses difusi. Difusi (diffusion) adalah
proses penyebaran kebudayaan-kebudayaan secara geografi, terbawa oleh
Universitas Sumatera Utara
perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Bersamaan dengan penyebaran dan
migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsurunsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke
seluruh penjuru dunia (Koentjaraningrat, 2002:227-228,244).
Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang
timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali,
bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini
disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat
kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi (Koentjaraningrat, 2002: 246-247).
Jadi tidak heran jika seandainya gaya bermusik dan gaya Visual musisi Jepang
dalam waktu kurang dari sebulan atau bahkan seminggu telah ditiru oleh remaja di
Indonesia karena adanya televisi, intenet, dan TV kabel.
Dalam menjelaskan konteks pertunjukan Japanese Rock dan Visual Kei,
penulis memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah seni pertunjukan
seperti waktu, tempat, pemain, penonton; kapan dan dimana pertunjukan
dilaksanakan, disajikan untuk apa, dipertontonkan untuk siapa/kalangan mana,
serta bagaimana sifat pertunjukannya. Penjelasan mengenai unsur-unsur musikal
yang membentuk suatu komposisi musik, tentang instumentasi, lirik, dan vocal
berkaitan dengan disiplin ilmu etnomusikologi.
Sloboda dan O’Neill (2001) dalam Djohan (2009:49) mengatakan bahwa
dalam pemahaman sehari-hari, musik seringkali dikaitkan dengan perasaan. Di
satu sisi, musik dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, dan di
sisi lain musik dianggap dapat menggugah perasaan pendengarnya. Karena
Universitas Sumatera Utara
kedekatannya dengan kehidupan manusia, maka kajian tentang musik hampir
selalu terkait dengan kajian tentang perilaku manusia.
Penulis akan menggunakan ”Teori Emosi” untuk melihat perilaku pemusik
dan penonton selama pertunjukan berlangsung. Emosi dimaknai sebagai cepat
lambat (elemen tempo) atau keras dan lembutnya (elemen dinamika) sebuah
komposisi musik. Emosi menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan perasaan
ataupun hal-hal yang dapat dirasakan dari penyajian sebuah musik. Musik diakui
mempunyai kekuatan untuk mengantar dan menggunggah emosi (Djohan,
2009:86-87).
1.5
Metode Penelitian
Metode disini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh penulis
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang penulis pergunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh objek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah mengutamakan proses daripada
hasil. Perhatian penelitian kualitatif lebih ditekankan pada bagaimana gejala
tersebut muncul (Arikunto, 2002:14).
Dalam metode penelitian kualitatif, tahapan-tahapan penelitian secara
umum terdiri dari tahap Pra-lapangan dan tahap Pekerjaan lapangan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan, pada tahap pra-lapangan penulis
terlebih dahulu akan melakukan studi pustaka dengan membaca bahan bacaan
yang memiliki relevansi dengan topik penelitian. Bahan bacaan bisa berupa buku,
majalah, jurnal, artikel, maupun skripsi. Musik Populer yang ditulis oleh Mauly
Purba dan Ben M. Pasaribu, 2006; Musik dan Kosmos karya Shin Nakagawa,
2000; Psikologi Musik karya Djohan, 2009; merupakan buku-buku yang saya
gunakan dalam menulis skripsi ini, dan masih ada beberapa buku lainnya yang
relevan dengan topik penelitian. Penulis tidak menemukan buku khusus yang
menulis tentang Japanese rock dan Visual Kei, oleh karena itu penulis mencari
artikel dan informasi lain yang memiliki relevansi melalui internet.
1.5.2 Pengamatan
Pengamatan dalam metode penelitian kualitatif meliputi keseluruhan
kejadian, kelakuan, dan benda-benda pada latar penelitian.
Mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Untuk mengamati
kejadian
yang
kompleks
dan
terjadi
serentak,
pengamat
diseyogiakan
menggunakan alat bantu misalnya kamera, video tape dan audio-tape recorder.
Kejadian tersebut kemudian dapat diamati dan dianalisis setelah rekamannya
diputar kembali (Arikunto, 2002:205).
Harsja
W.
Bachtiar
dalam
Koenjtaraningrat
(1973:149-151)
mengemukakan dua macam pengamatan yaitu :
Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, para
pelaku yang akan diamati diseleksi dan diamati dalam ruang/tempat
Universitas Sumatera Utara
1. kegiatan. Tidak memungkinkan bagi orang yang menjadi sasaran
penelitian untuk melihat peneliti yang mengamati mereka, karena
peneliti biasanya mengamati dari kaca jendela.
2
Metode pengamatan terlibat. Yang menjadi sasaran pada pengamatan
ini adalah orang/pelaku. Oleh sebab itu, dalam mengumpulkan bahan
yang diperlukan peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku
yang diamatinya. Sasaran penelitian harus diamati di tempat mereka
dijumpai. Artinya, orang yang menjadi sasaran penelitian menyadari
kehadiran si peneliti. Berbeda dengan pengamatan terkendali, pada
pengamatan terlibat peneliti tidak perlu bersembunyi saat mengamati
dan tidak juga mengakibatkan perubahan pada kegiatan yang diamati
karena kehadirannya.
Dalam
melakukan
penelitian
ini,
penulis
menggunakan
metode
pengamatan terlibat karena orang yang menjadi sasaran penelitian menyadari
kehadiran penulis. Melalui pengamatan ini peneliti dalam mengumpulkan bahan
keterangan
yang
diperlukan tidak
perlu
bersembunyi tapi
juga tidak
mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan yang diamati.
1.5.3 Wawancara
Untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, penulis akan
melakukan wawancara.
Metode wawancara dibagi kedalam dua golongan besar yaitu :
1. Wawancara berencana, yang selalu terdiri dari daftar pertanyaan yang
telah direncanakan dan disusun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Wawancara tidak berencana, yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya
dari suatu daftar pertanyaan. Wawancara tidak berencana ini dibagi lagi
kedalam (a) metode wawancara berstruktur yaitu pedoman wawancara
yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list, dan (b)
metode wawancara tak berstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan. Kreativitas pewawancara sangat
diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis ini banyak tergantung
dari pewawancara.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya wawancara terbagi atas dua, yaitu :
1. Wawancara tertutup, terdiri dari pertanyaan yang bentuknya sedemikian
rupa sehingga kemungkinan jawaban dari responden atau informannya
terbatas.
2. Wawancara terbuka, terdiri dari pertanyaan sedemikian rupa bentuknya
sehingga responden atau informan tidak terbatas jawabannya dan dapat
memberi keterangan atau cerita yang panjang.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis wawancara, yaitu
wawancara berencana dengan menyusun daftar pertanyaan, serta wawancara
terbuka agar mendapatkan keterangan yang panjang. Selama wawancara peneliti
akan mendengarkan dengan penuh perhatian segala hal yang diceritakan
informan, juga keterangan yang mungkin tidak diperlukan. Wawancara juga bisa
dilakukan melalui telepon, email, dan melalui situs-situs pertemanan.
Universitas Sumatera Utara
1.6
Kerja Laboratorium
Kerja laboratorium adalah kerja dimana penulis akan mulai melakukan
pengolahan data dengan menyeleksi semua data yang terkumpul setelah
melakukan penelitian lapangan. Pada tahap ini, data yang diperlukan akan
dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah laporan
dalam bentuk skripsi.
1.7
Lokasi Penelitian
Untuk kegiatan penelitian, penulis memfokuskannya di kota Medan.
Acara bunkasai selalu berlokasi di lapangan parkir Fakultas Sastra USU, yang
diselenggarakan oleh mahasiswa/mahasiswi jurusan Sastra Jepang Fakultas
Sastra, Universitas Sumatera Utara. Selebihnya pertunjukan tidak memiliki lokasi
yang tetap. Oleh karena itu, penulis akan melakukan pengamatan ke beberapa
pertunjukan musik dimana band beraliran Japanese Rock kota Medan akan tampil.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI :
SEJARAH, KARAKTERISTIK, KEBERADAAN
Japanese rock atau biasa disingkat J-Rock merupakan salah satu genre
musik popular Jepang. Sebenarnya orang-orang Amerika lah yang membuat
istilah ini karena di Jepang sendiri mereka tidak memakai istilah J-Rock. Orangorang menyebut istilah J-Rock untuk menyebut band Jepang yang membawakan
musik Rock, sama seperti istilah American Rock (Rock yang dimainkan orang
Amerika) dan Brit Pop (musik Pop di Inggris). Di Jepang, genre musik modern
seperti rock, pop, dance, dan lainnya berada di bawah naungan J-Pop 9.
Menurut sejarahnya, musik rock masuk ke Jepang ketika musik rock n
roll menjadi trend baru di Jepang pada tahun 1956. Saat itu group musik country
Kosaka Kazuya dan Wagon Master merilis lagu “Heartbreak Hotel” milik Elvis
Presley. Gaya musik ini disebut Rockabilly10. Walaupun hanya berlangsung
singkat selama tahun 1950-an, gaya bermusik rockabilly berpengaruh besar
terhadap musik rock dan budaya populer. 11 Berikut ini akan dipaparkan
bagaimana sejarah musik rock di Jepang.
2.1
Sejarah Musik Rock Jepang
Rockabilly ditampilkan diberbagai Klab Jazz melahirkan musisi-musisi
seperti Mickey Curtis, Masaaki Hirao, dan Keijiro Yamashita. Tidak ada literatur
9
Di Jepang, istilah J-Pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik
Jepang yang disebut dengan Enka (bentuk ballad dari Jepang tradisional).
10
Rockabilly adalah salah salah satu gaya paling awal dan paling berpengaruh dalam musik rock
n' roll yang muncul di tahun 1950-an. Elvis Presley adalah bintang rockabilly yang paling terkenal
11
Id.wikipedia.org
Universitas Sumatera Utara
yang menjelaskan secara pasti kenapa rockabilly di tampilkan di klab Jazz.
Penulis berfikir kemungkinan hal itu terjadi dikarenakan musik modern yang
pertama kali masuk ke Jepang adalah musik Jazz, sehingga banyak tempat
pertunjukan saat itu diperuntukkan hanya untuk menggelar musik jazz.
Puncak kepopuleran rock n’ roll terjadi pada tahun 1959. Ketika itu
muncul sebuah film tentang pertunjukan group musik rock n’ roll di Jepang.
Namun rock n’ roll mulai kehilangan pamornya bersamaan dengan turunnya
pamor rock n’ roll di Amerika Serikat. Banyak group rock n’ roll Jepang yang
hanya meniru rock n’ roll Amerika. Kepopuleran tersebut surut di penghujung
tahun 1950-an dan digantikan oleh era cover pops (Kaba Popsu), dimana musisi
belajar bermain musik dan menterjemahkan lirik lagu-lagu populer Amerika. The
Venture mengunjungi Jepang tahun 1962, dan mereka yang menyebabkan
munculnya gerakan “gitar listrik” (Eleki Boom). Gerakan ini yang membuat
banyak penggemar musik rock berganti identitas dari pendengar setia menjadi
musisi rock. Hal tersebut semakin mudah terwujud ketika gitar elektrik produksi
dalam negeri dijual dengan harga murah. Yuzo Kayama dan Takeshi Terauchi
adalah pemain gitar listrik yang terkenal. 12 Muhammad Sulhan dalam Identitas
dan Budaya Konsumtif (Prajarto, 2004:236) mengatakan bahwa perjalanan hidup
manusia yang selalu ditandai dengan krisisnya identitas menjadi faktor yang
membuat mereka selalu menemukan identitas-identitas baru.
Sekitar tahun 1964-an, Surf music atau musik Ereki (Eleki) mencapai
puncak kepopuleran setelah Fujimoto Koichi merekam lagu The Astronauts dan
The Ventures dengan lirik bahasa Jepang yang kemudian menjadi hits. Tahun
12
Id.wikipedia.org/wiki/J-Pop
Universitas Sumatera Utara
1965, band lokal Tokyo Beatles merilis piringan hitam berisi lagu-lagu The
Beatles dengan lirik bahasa Jepang tentunya. The Beatles adalah band rock
pertama yang menggelar konser di Nippon Budokan tahun 1966. Masyarakat
percaya bahwa The Beatles akan menyebabkan kenakalan remaja di konser
tersebut. Pemerintah Jepang kemudian mengerahkan polisi anti huru hara untuk
mengamankan
penggemar-penggemar
remaja.
The
Beatles
kemudian
menyebabkan lahirnya gerakan Group Sounds (Gurupu Saunzu) di Jepang.
Sebagian besar musisi Jepang merasa bahwa mereka tidak bisa menggunakan
bahasa Jepang untuk lagu-lagu rock yang baru, sehingga jaman ini secara bertahap
menurun. Sebagai hasilnya, muncul perdebatan “apakah kita harus menyanyikan
lagu rock di Jepang?”, “apakah kita harus menyanyikannya dalam bahasa
inggris?”, antara Happy End dan Yuya Uchida tentang musik rock Jepang.
Perdebatan ini kemudian dikenal dengan “kontroversi rock bahasa Jepang”
(Nihonga Rokku Ronso). Namun Happy End membukitikan bahwa musik rock
bisa dinyanyikan dalam bahasa Jepang. 13
Penghujung tahun 1960-an hingga pertengahan 1970-an terdapat musisi
rock seperti Joe With Flower Travellin' Band, Mickey Curtis & Samurai, Blues
Creation, serta group rock seperti Carol, dan sebagainya. Selain itu muncul aliran
musik rock dari Kansai (Blues Rock), Fukuoka (Mentai Rock), dan Okinawa
(Okinawan Rock). Folk Rock muncul dibawa oleh Takuro Yoshida dan Yosui
Inoue yang dipengaruhi oleh Bob Dylan. Walaupun banyak group musik rock
yang terkenal pada pertengahan 1970-an, musik rock masih belum bisa diterima
oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun keadaan ini dirubah oleh band Carol
13
Id.wikipedia.org/wiki/J-pop
Universitas Sumatera Utara
yang didirikan Eikichi Yazawa dan tiga tokoh rock ternama yaitu Sera Masanori
& Twist, Shinji Harada, Char, yang dikenal sebagai "tiga besar dalam rock"
(rokku gosanke). Musik rock semakin mudah diterima lagi oleh masyarakat berkat
Southern All Star, The Alfee, Kenji Sawada, dan Godiego. 14
Sejak akhir tahun 1970-an, group musik rekaman dari label indies kian
popular sehingga menyebabkan terjadinya “Band Boom” di Jepang pada
pertengahan 1980-an. Muncul aliran-aliran seperti punk rock, new wave, techno
pop, hard rock, dan heavy metal. Group musik yang mewakili seperti Bow Wow,
Loudness, Yellow Magic Orchestra, Anthem, 44Magnum, dan sebagainya.
Boowy yang memulai debutnya tahun 1982 adalah band yang mempunyai
pengaruh kuat dalam dunia musik rock Jepang. 15
Tahun 1989, X-Japan memulai debutnya dan berhasil membuat musik
heavy metal diterima oleh semua kalangan masyarakat Jepang. X-Japan yang
berpenampilan nyentrik inilah yang secara perlahan-lahan meruntuhkan dominasi
musik pop pada saat itu. Ditambah lagi saat itu group band Guns N’ Roses sedang
“booming” di Jepang dan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam merubah
pandangan masyarakat terhadap jenis musik Rock. Hide (gitaris X-Japan) mulai
dijagokan sebagai icon musik Rock Jepang saat itu dan mempelopori sebutan
khusus untuk musik mereka dengan nama Japanese Rock. Berbeda dengan band
Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang dimana warna musiknya
lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan warna musik Hide memiliki warna
tersendiri yang banyak mengilhami band-band J-Rocks berikutnya. 16
14
Id.wikipedia.org/wiki/J-Rock
http”//moer.multiply.com/journal/Elaborasi musik Indonesia-Jepang_dari Gesang sampai Utada
Hikaru
16
http:// e-punk.blog.friendster.com/2007/12/hide pelopor trend visual kei ala j-rock
15
Universitas Sumatera Utara
Dalam waktu yang hampir berdekatan, lagu yang bertemakan kritik sosial
yang dilihat dari sudut pandang generasi muda juga mencapai ketenaran. Melodic
Hardcore muncul sebagai aliran baru yang dibawa oleh Hi-Standard, Snail ramp,
Nicotine, dan Kemuri. Hi-Standard adalah group yang memulai menggunakan
lirik bahasa Inggris yang sekarang ini sudah tidak asing kita dengar. Shonen Knife
merupakan band Jepang yang berhasil menjadi pembuka konser Nirvana pada
tahun 1993. Puncak kepopuleran Blankey Jet City dan Thee michelle gun elephant
menutup akhir dekade 1990-an. Konser-konser di alam terbuka sering diadakan
pada saat itu, contohnya seperti Fuji Rock Festival.
Awal tahun 2000-an diramaikan group musik seperti Stance punks,
Gagaga SP, dan Going Steady, dan Acidman. Pertengahan tahun 2000-an banyak
sekali group-group bergenre Melodic Hardcore dan Emocore bermunculan,
seperti Ellegarden dan Asian Kung-Fu Generation. Bump of Chicken dan Sambo
Master yang berada pada aliran utama (mainstream) adalah kelompok Japanese
Rock yang popular pada masanya. 17
.
17
Id.wikipedia.org/wiki/J-Rock
Universitas Sumatera Utara
Gerakan/
Gaya
Genre /
Irama
Era 1950-an
-
- Rock n’ Roll
Kaba Popsu /
Cover Pop
(akhir dekade
1950-an)
-
- Liverpool
Sound
Masa / Era
Musisi Yang Mewakili
Mickey Curtis, Masaaki Hirao, Keijiro Yamashita
Yuya Uchida, Isao Bito
Ereki
(1964-an –1965)
British
Invasion
- Surf music
(musik eleki),
- Liverpool
Sound
Terauchi Takeshi to Buru Jinzu (Takeshi Terauchi
dan Blue Jeans), Fujimoto Koichi, Yuzo Kayama,
Tokyo Beatles
Gurupu Saunzu
( GroupSounds,
1960-an)
British
Invasion
- Kayokyoku
atau Wasei
Pop
Jockey Yoshikawa and His Blue Comets, The
Spiders, RC Succession, Blue Creation, Carol,
Happy End, The Mops,dll.
Ueda Masaki and South to South, West Road Blues
Band, Murasaki, Break Down, San House
Era 1960-an
hingga 1970-an
-
-Blues Rock
-Okinawan
Rock
-Mentai Rock
Era Rock
Jepang hingga
1980-an
-
-Folk Rock
Takuro Yoshida, Yosui Inoe, Garo, NSP, dll.
New Wave
( 1980-an )
-
- Punk Rock
- New Wave
-Techno pop
- Hard Rock
- Heavy Metal
BOW WOW, Loudness, Anthem, 44Magnum,
Plastics, Anarchy, Hound Dog, Yellow Magic
Orchestra, dll.
Era Band
Boom hingga
akhir Band
Boom (1980-an1990-an)
Shibuya Kei
Visual Kei
- Heavy Metal
- Melodic
hardcore
- Rockin
- Mentai Rock
The Flipper’s Guitar, Pizzicato Five, Salon Music,
X-Japan, Luna Sea, Glay, L’Arc En Ciel, Judy and
Mary, Hi-Standard, Snail Ramp, Nicotine,
Boredoms, dll.
Tahun 2000-an
Visual Kei,
Sheisun Punk
- Melodic
hardcore
- Emocore
- Mixture
Rock, dll
Stance Punks, Gagaga SP, Going Steady, Bump Of
Chicken, Asian Kung-Fu Generation, Acidman,
Dir En Grey, dll.
Tabel 1: Sejarah Musik Rock Jepang
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Warna Musik
Japanese Rock menggunakan ensambel musik modern seperti instrumen
gitar, bass, drum, keyboard/synthesizers, dan vokal. Instrumen tambahan seperti
piano dan biola juga digunakan oleh beberapa group band pada lagu-lagu yang
mendapat pengaruh musik klasik, seperti lagu Malice Mizer yang berjudul
Gardenia. Musisi Jepang menyukai hal-hal yang sulit. Misalnya saja dalam
penggunaan akord seperti Asus4, G6, Fdim, Cmaj7, Faug, yang terkesan sulit
dimainkan oleh pemusik pemula yang belum begitu mengenal semua akord.
Mereka suka menggunakan akord-akord seperti itu daripada harus menggunakan
akord seperti Am, G, F, atau C. Salah satu ciri khas musik Japanese rock bisa
dilihat dari pola ritem drumnya.
Contoh pola ritem drum pada lagu “Dahlia” milik band X-Japan
( Sumber : Guitar Pro 5 )
Contoh pola ritem drum pada lagu “C’est La Vie” oleh band L’arc En Ciel
( Sumber : Guitar Pro 5 )
Universitas Sumatera Utara
Progresi akord gitaris Jepang kebanyakan terpengaruh progresi akord
musik jazz dan musik klasik. Akord-akord minor 7th dibawakan dengan enerjik
pada saat improvisasi gitar. Selain itu yang membuat lagu-lagu Japanese Rock
terdengar unik adalah pada saat progresi akord yang sering menggunakan progresi
akord ascending 18 atau descending 19 setengah nada, seperti A-Ab-G-Gb atau AA#-B-C.
Pogrresi akord descending pada lagu “Bravery” oleh L’arc En Ciel
( Sumber : Guitar Pro 5 )
18
19
Progresi akord naik
Progresi akord turun
Universitas Sumatera Utara
Dalam teknik permainan bass terdapat istilah “walking bass” atau “bass
jalan”. Rangkaian not bass terus bergerak cepat naik dan turun. Bass tidak hanya
memainkan akord saja, tetapi juga memainkan melodi dengan improvisasiimprovisasi. Meskipun begitu, tidak semua lagu menggunakan teknik permainan
bass seperti itu, tergantung kebutuhan lagunya juga. Selain itu permainan bass dan
ritem gitar memainkan pola melodi dasar yang sama, hanya saja di bagian-bagian
tertentu masing-masing berimprovisasi. Kabarnya improvisasi-improvisasi inilah
yang menandakan kekhasan musik Japanese Rock.
Contoh bass dan gitar yang memainkan pola melodi dasar yang sama
( Sumber : Guitar Pro 5 )
Universitas Sumatera Utara
Permainan bass memiliki banyak variasi akord dibandingkan akord utama
lagu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika akan pindah ke nada A, bass bebas
bermain / berputar-putar ke E atau D atau C# (dan seterusnya asalkan tidak keluar
dari tangga nadanya) terlebih dahulu sebelum sampai ke nada A yang di tuju. Bass
juga tidak harus mengikuti ketukan drum. Ketika progressi akord teknik
permainan bass biasanya di slide (diseret) dan dimainkan dengan menggunakan
pick 20. Birama-birama simetris seperti 4/4 atau 3/4 umum digunakan dalam musik
ini. Tempo musik Japanese rock berkisar antara 100-220 bpm (beat per minute).
Terkadang musisi Jepang suka membuat intro yang dimulai dengan nada minor,
kemudian reff-nya pindah ke nada major. Model seperti ini akrab kita dengar pada
soundtrack anime. Kebanyakan Tekstur musiknya polifoni dan lagunya repetitif.
Musik Japanese Rock penuh dengan variasi. Variasi bisa dalam hal penggunaan
melodi, akord, dan juga variasi musik dalam satu artis. Variasi musik dalam satu
artis maksudnya adalah satu artis/musisi bisa memiliki berbagai jenis variasi genre
dalam lagu-lagunya. Lar’c En Ciel misalnya, meskipun aliran musiknya
alternative, tetapi mereka selalu memadukannya dengan genre lain seperti jazz,
dance, pop, soul, bahkan klasik. Selain itu ada juga The Gazette yang menyajikan
berbagai genre musik dalam tiap albumnya. Mereka suka bereksperimen dengan
musik mereka, ada yang bernuansa soft ballad, punk rock, dan juga terdapat unsur
hip hop. Dir en Grey sebagai band trash metal juga menciptakan lagu yang
berunsur pop. Intinya band-band Jepang tersebut tidak mau membuat musik yang
terdengar monoton.
20
Piranti untuk memetik senar gitar
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Karakter Sound
Karakter Sound Japanese rock terdengar tipis dan cempreng. Kalau untuk
musik yang metal equalisasinya lebih ke mid dan trebelnya lebih besar, sedangkan
untuk yang punk-nya sendiri trebelnya dominan. Untuk karakter sound bass-nya
sendiri cenderung low bright. Tetapi masing-masing musisi mempunyai
pengaturan sound sesuai selera mereka, misalnya saja Dir en Grey dimana sound
gitarnya lebih berat dan banyak low tune
2.2.3 Tangga Nada
Tangga nada yang digunakan adalah pentatonic mayor, pentatonic minor,
dan tangga nada kromatik. Tidak seperti musik barat, second major (sol dan la)
tidak digunakan dalam musik Jepang, kecuali seni musik sebelum musik rock
menjadi popular di Jepang. Walaupun semua musik yang berada di bawah
naungan J-pop terdengar menjadi lebih barat seiring proses waktu, namun masih
terpengaruh tangga nada pentatonic Jepang dan distortional tetrachord. Tangga
nada pentatonik Jepang dibagi menjadi :
Tangga nada Hirajoshi = W-H-2-H-2
tangga nada Iwato = H-2-H-2-W
Tangga nada Kumoi = 2-H-2-W-H
Tangga nada Hon Kumoi Shiouzhi = H-2-W-H-2
Tangga nada Chinese ,Raga Amritavarsini = 2-W-H-2-H
Keterangan :
W = Whole tone (interval satu)
H = Half tone (interval setengah)
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Vokal
Vokal dalam Japanese Rock sering menggunakan teknik falseto. Biasanya
vokalis memiliki karakter yang kuat dan khas serta skill (kemampuan) yang
tinggi. Bukan vokalis wanita saja yang memakai teknik falsetto yang menjadi ciri
khas seorang vokalis, tetapi vokalis pria juga menggunakan teknik yang serupa.
Vokalis pria mampu menjangkau nada-nada tinggi sehingga suara mereka
menyerupai suara wanita. Nada-nada tinggi ini kemudian digabung dengan teknik
falseto dan vibrasi yang menjadi ciri penyanyi Jepang.
2.2.5 Lirik Lagu
Banyak lagu-lagu Japanese Rock seperti rock barat yaitu bercerita tentang
isu politik. Meskipun bercerita tentang isu politk, tapi lagu tersebut didesain yang
sesuai untuk anak-anak muda dengan lirik yang “bersih”. Musisi-musisi dari
berbagai genre mulai menyanyikan lagu-lagu tentang kehidupan seperti cinta,
sekolah, dan isu lainnya. Walaupun begitu, J-Rock masih mempertahankan image
“pemberontakan” yang dilihat sebagai bentuk protes sosial.
2.2.6 Performance
Diluar segi musikal, Japanese Rock juga memiliki karakter/ciri dari segi
performance. Performance menjadi bagian penting dalam Japanese Rock yang
meliputi kostum dan aksi panggung. Fesyen dan perilaku bermusik musisi yang
unik membuatnya berbeda dari musik rock barat. Musisinya sendiri muncul
dengan versi berbeda dari image rocker yang sebagaimana mestinya. Untuk
kostum, para musisi biasanya mengangkat tema Visual Kei atau gaya visual dalam
Universitas Sumatera Utara
berpakaian. Selain itu aksi panggung yang menarik juga mereka tampilkan.
Misalkan saja band Dir En Grey. Vokalisnya kerap melakukan tindakan-tindakan
menyakiti diri sendiri, seperti mencakar-cakar dadanya hingga berdarah,
mensayat-sayat bagian dari tubuhnya, dan mencabut gigi tanpa bius dalam suatu
pertunjukan.
2.3
Visual Kei Sebagai Identitas Musisi Japanese Rock
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II terjadi perubahan besar-besaran di
Jepang. Saat itu ada komunitas yang “terbuang” dari masyarakat yang berbicara
tidak hanya melalui mulut dan tulisan, tetapi juga lewat penampilan. Komunitas
yang mayoritas adalah kaum laki-laki ini tampil dengan mengenakan berbagai
macam aksesoris dan berdandan maupun berperilaku seperti seorang perempuan.
Melalui apa yang mereka pakai, mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari
hal politik, segala sesuatu yang under pressure (dibawah tekanan), hingga
masalah yang menyangkut psikologis. Cara berdandan dan berperilaku mereka
seperti itu yang kabarnya melahirkan visual kei. Saat itu visual kei mengacu pada
cara berdandan dan berperilaku komunitas tersebut dalam kesehariannya. Seiring
dengan perubahan jaman, perlahan-lahan komunitas ini mengalami “mati suri”
dikarenakan banyak orang Jepang yang lebih memilih bunuh diri untuk
menyelesaikan masalah, daripada harus tenggelam dalam penderitaannya
sendiri. 21 Namun Pada masa sekarang, Visual Kei ( vijuaru kei ) mengacu pada
sebuah gerakan yang dilakukan musisi Jepang yang ditandai dengan penggunaan
21
http://id.wikipedia.org/wiki/visual_kei
Universitas Sumatera Utara
tata rias, gaya rambut yang aneh, kostum dan asesoris yang “ribet” yang mulai
popular sekitar tahun 1990-an. 22
X-Japan merupakan band yang benar-benar mengangkat trend “Visual
Shock” (penampilan yang nyentrik) saat bermusik sampai akhirnya gaya ini
menjadi populer. Hal itu bersamaan dengan kemunculan band dari belahan dunia
barat, KISS, yang sedang populer di Jepang tahun ‘80-an. Hide 23 (gitaris X-Japan)
adalah orang yang menggagas Visual Kei ala Japanese Rock dan konsep “Visual
Shock” yang kini diikuti oleh banyak musisi-musisi Japanese Rock.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Sumarwan (2002:170) ,
salah satu sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya adalah pakaian dan
penampilan. Melalui pakaian dan penampilan inilah para anggota band
menjadikan Visual Kei sebagai identitas mereka untuk memperoleh perhatian.
Identitas secara psikologis selalu dilekatkan dengan eksistensi diri, yang melihat
seseorang menggambarkan dirinya dalam lingkup dunia sosial, sebagai orang
yang berada di tengah orang banyak (Sulhan dalam Prajarto, 2004:237). Jadi
Visual Kei mereka gunakan dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi mereka
kepada masyarakat. Fashion dan make-up bagi band Japanese Rock sendiri sama
pentingnya dengan jenis lagu yang mereka bawakan.
Visual Kei merupakan hasil kreatifitas dari band-band Jepang yang
mengutamakan penampilan visual untuk menarik perhatian penikmat musik
Jepang. Anggota band V-Kei senang memakai make-up yang mencolok, unik, dan
kostum yang rumit dalam setiap performance mereka. Umumnya anggota band
Visual Kei adalah pria. Keunikannya adalah mereka suka memakai make-up dan
23
Sejak mengenal musik dari group Rock seperti Kiss dan Bow Wow, sejak saat itu pula Hide
begitu tertarik dengan karakter band yang memiliki penampilan visual yang nyentrik dan bergaya.
Universitas Sumatera Utara
kostum yang terkesan feminin atau androgynous meskipun mereka adalah lakilaki. Di Jepang sendiri hal itu disebut Bishounen atau pria cantik karena dikatakan
sebagai wanita bukan, dikatakan pria juga bukan. Musik dari band V-Kei dikenal
luas dikalangan pendengar musik underground atau indie yang terdiri dari banyak
genre seperti heavy metal, elektronika, dan lain-lain. Memasuki tahun 2000-an,
banyak band-band Visual Kei yang mulai bereksplorasi dengan musik dan
penampilan mereka. Sebelumnya Visual Kei identik dengan penampilan
gothic/dark. Sesuai dengan sifat
budaya
yang
selalu
berubah seiring
perkembangan zamannya, Visual Kei kemudian terbagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya Angura Kei, Eroguro, dan Oshare Kei.
Angura Kei (Underground Style) digunakan oleh perkumpulan teater
independen di Jepang dengan niat untuk membuat sesuatu yang original (asli) dan
bersifat “Japanese”. Angura diambil dari kata “Andaruguraundo” yaitu pelafalan
orang Jepang untuk menyebut Underground.
Gambar 1: Contoh Angura Kei
Eroguro memfokuskan pada nuansa horor dan imej cross-gender.
Umumnya anggota band menggunakan visual shock tidak hanya dari segi visual
Universitas Sumatera Utara
dan pertunjukan live-nya saja, tetapi juga pada lirik lagu yang memiliki kesan
humor.
Gambar 2: Contoh Eroguro
Sedangkan Oshare Kei pertama kali muncul di Jepang sekitar tahun 2001.
Secara harafiah, Oshare artinya pesolek atau peraga. Seiring perkembangan
zaman istilah ini berubah dan lebih sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu
atau seseorang yang fashionable dan stylish. Anggota band Oshare Kei cenderung
berpenampilan ceria, memakai kostum dengan warna-warna yang terang/cerah,
terkesan remaja dan trendy seperti fashion anak-anak muda Harajuku pada
umumnya.
Gambar 3: Contoh Oshare Kei
Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul
dengan inovasi baru dalam berpenampilan. Dandanan menjadi hal yang sangat
Universitas Sumatera Utara
penting bagi mereka karena itulah ciri khas mereka sebagai band Visual Kei.
Namun, semakin terkenalnya band-band Visual Kei di masyarakat, lambat laun
beberapa band tersebut juga meninggalkan dandanan Visual mereka dan lebih
fokus bermusik, contohnya Laruku dan Dir En Grey. Alasannya tidak begitu jelas,
melalui media massa opini publik dibiarkan tergiring begitu saja. Jadi ada yang
menganggap bahwa band-band tersebut tidak perlu bersusah payah lagi untuk
berdandan yang aneh-aneh dan menghabiskan banyak uang untuk kostum dan
make up. Tanpa harus melakukan hal itupun, pada kenyataannya masyarakat
sudah mengenal mereka. Yang mereka lakukan kini hanyalah memikirkan
bagaimana membuat musik yang bagus dan disukai orang banyak. Hal seperti ini
memang lazim terjadi disana, walaupun masih banyak juga yang setia dengan
dandanan mereka.
2.4
Keberadaan Japanese Rock dan Visual Kei dalam Industri Musik di
Jepang
Sejak dahulu orang Jepang sudah terkenal sebagai orang yang sangat
mencintai bangsanya, yaitu dengan cara mencintai segala hal yang berhubungan
dengan negaranya. Terbukti dari banyaknya musisi Jepang yang setia terhadap
label lokal sehingga label-label lokal berhasil menjadi “raja” dalam industri
rekaman di negeri sendiri. Tidak heran jika pasar Jepang menjadi pasar kedua
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. 24 Beberapa hal seperti anime, visual
24
Baca artikel “Major Label Penguasa Industri Musik Dunia” oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009
dalam http://jagatalun.com/2009/07/05/major-label-penguasa-industri-musik-dunia.
Universitas Sumatera Utara
kei, video game, dorama25, music show26, boyband, idol image 27, dan forum
“jejepangan” turut mendongkrak industri musik di Jepang.
Besarnya pasar Jepang tentu saja menarik minat para label utama dunia.
Kuatnya label lokal 28 membuat label asing sulit untuk masuk, apalagi menguasai
pasar musik Jepang. Hal ini membuat artis-artis Jepang tidak merasa perlu untuk
memperluas pasarnya dengan menggarap pasar internasional. Faktor bahasa dan
kondisi album rekaman para artis Jepang yang lebih mementingkan tampilan artis
dan musisi dibandingkan kualitas bermusik mereka, membuat album artis Jepang
juga sulit menembus pasar internasional. 29
Kenyataan bahwa para musisi Jepang baik penyanyi solo ataupun group
band yang lebih mementingkan tampilan artis daripada kualitas musik mereka
tidak bisa dipungkiri, walaupun tidak semua musisi seperti itu. Banyak juga dari
mereka yang walaupun mementingkan aspek tampilan luar tetapi memiliki
kualitas musik yang bagus pula. Hal itu terbukti dari beberapa group band yang
memiliki kemampuan yang baik dalam bermusik dengan lagu-lagu yang banyak
diminati masyarakat.
Masa kebangkitan band-band Visual Kei terjadi sekitar tahun 1988 sampai
1991 dengan band-band seperti X-Japan, Derlanger, dan masih banyak lagi.
Ketenaran mereka juga sampai ke Negara lain seperti Korea, Cina, Hongkong,
25
Berbeda dengan di Indonesia dimana kebanyakan lagu soundtrack sinetron adalah lagu-lagu
yang sudah terkenal terlebih dahulu baru kemudian dijadikan soundtrack, kalau di Jepang
kebalikannya. Justru dorama tersebut yang ikut mengangkat kepopuleran lagu temanya
26
Pertunjukan musik dimana banyak penyanyi yang tampil sebagai bintang tamu ataupun
program yang menampilkan tangga lagu. Kalau di Indonesia contohnya seperti acara Hip-Hip
Hura, Dahsyat, derings, Inbox, On The Spot, Mantap, MTV Ampuh.
27
Idol Image dikabarkan mengandalkan wajah yang tampan dan cantik, atau biasa kita dengar di
Indonesia dengan istilah “jual tampang” untuk mempopulerkan musik mereka
28
penguasaan major label dunia di Jepang hanya mencapai sekitar 48% dari seluruh pasar Jepang.
Sedangkan label-label lokal di Jepang menguasai hampir 52% dari seluruh pasar ( data IFPI )
29
Baca artikel “Major Label Penguasa Industri Musik Dunia” oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009
dalam http://jagatalun.com/2009/07/05/major-label-penguasa-industri-musik-dunia.
Universitas Sumatera Utara
dan Taiwan. Hal itu Kemudian memunculkan band-band seperti Lar’c En Ciel,
Luna Sea, Malize Mizer, Dir en Grey, di tahun 1991 sampai 1996. Masa ini
menjadi masa keemasan bagi group-group band karena banyak dari mereka yang
mencapai kesuksesan, bahkan beberapa diantaranya berhasil masuk ke major
label. 30 Laruku (sebutan untuk Lar’c en Ciel) yang mengangkat tema abad
pertengahan pada kostumnya, banyak memasukkan unsur-unsur musik yang lain
seperti musik Hawai. Sedangkan Diru (sebutan untuk Dir en Grey) banyak
menggunakan unsur metal dimana sang vokalis sering menggunakan teknik
Growl, dan nuansa penuh mistik yang dipadu dengan falset terdapat pada lagu
Saku.
Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul
dengan inovasi baru dalam berpenampilan. 12012 dan The Gazette kerap
memakai kostum yang sangat rumit dan sulit ditiru di setiap penampilannya.
Dengan pemakaian make up yang sedemikan rupa membuat para personilnya
berwajah “cantik”. Keberadaan merekapun semakin diakui dan diminati
masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Meskipun sulit menembus pasar
internasional, bukan berarti tidak ada sama sekali band Japanese Rock Jepang
dengan penampilan Visual Kei yang berhasil eksis di luar Jepang. Lar’c en ciel,
Dir En Grey, D’espairs Ray, adalah beberapa band yang banyak melakukan
konser dan tour di luar Jepang.
30
http//hanayume.wordpress.com/2008/12/01/sejarah singkat visual kei
Universitas Sumatera Utara
BAB III
FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DI INDONESIA
3.1
Penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei
Era perkembangan teknologi yang semakin maju membantu penyebaran
kebudayaan dengan sangat cepat. Proses penyebaran musik popular keseluruh
dunia sangat bergantung oleh media massa 31, baik cetak maupun elektronik.
Menurut Akhmad Zaini Abar, media massa kini menjadi sumber dominan untuk
memperoleh citra realitas sosial serta interpretasinya dan penilaiannya. Budaya
massa atau budaya pop cenderung menjadi budaya dominan karena terus menerus
diproduksi
media
massa
(2004:90).
Media
massa
digunakan
untuk
menyebarluaskan musik, menyiarkan pertunjukan musik, promosi rekaman dan
pertunjukan serta berita-berita seputar kehidupan para artis. Pada umumnya,
peranan media massa dalam pertunjukan musik populer lebih ampuh daripada
pertunjukan live (Purba dan Pasaribu, 2006:8). Sebagai budaya popular,
keberadaan Japanese rock dan visual kei sangat bergantung pada media massa.
Internet merupakan salah satu media massa dimana kita bisa mendapatkan
informasi dengan mudah. Kita dapat mengetahui berbagai kejadian di penjuru
dunia dengan cepat karena perbedaan jarak tidak menjadi halangan lagi untuk
memperoleh informasi. Informasi seputar Japanese rock dan Visual Kei dapat kita
temui dibeberapa website khusus seputar budaya Jepang, seperti harajukja.com
dan japanesia.com. Selain itu juga banyak terdapat blog yang ditulis oleh orangorang yang memiliki ketertarikan dan mengetahui banyak informasi mengenai J31
Media massa atau Pers adalah istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk
mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk masyarakat yang sangat luas.
Universitas Sumatera Utara
Rock dan V-Kei, seperti japanesemusicworld.blogspot.com, dan lain sebagainya.
Kemudian ada juga forum-forum diskusi para pecinta musik Japanese Rock dan
Visual kei, seperti musisi.com dan bengkelmusik.com. Lalu terdapat juga
Community Organization 32 penggemar J-Rock dan V-kei dalam situs pertemanan,
seperti organisasi J-Music Street Army, Indonesia, dimana para penikmat musik
Jepang bergabung (termasuk penulis). Disini mereka bisa berbagi apapun tentang
musik Jepang, mulai dari info terbaru seputar artis favorit hingga Bunkasai,
Cosplay, ataupun event-event lain seputar J-Musik. Organisasi ini juga menjadi
sarana untuk memperkenalkan proyek musik para anak muda untuk diperkenalkan
pada anak-anak muda lainnya yang berada di dalam komunitas ini. J-Music Have
One Spirit in Peace adalah organisasi lain yang dibuat untuk pecinta aliran JMusic, baik itu fans group band Jepang seperti Alice Nine, Vamps, dan
sebagainya, ataupun fans group band lokal seperti J-Rocks, Wasabi, R’Am-enBand, dan lain-lain. Untuk melihat performance para pemusik secara lengkap
tidak hanya dari sisi audio saja tetapi juga visualnya, para pengguna internet bisa
menyaksikannya melalui youtube. Disini para pengguna bisa memuat, menonton
dan berbagi klip secara gratis. Umumnya video-video yang ada di youtube adalah
klip musik (video clip), film, TV, serta video yang dibuat para pengguna youtube
sendiri. 33 Melalui youtube semua penampilan luar dari para pemusik, seperti
kostum, dandanan, aksi panggung, dan hal-hal lainnya yang bersifat visual bisa
disaksikan. Oleh karena itu, banyak gaya bermusik dan dandanan group band
32
Penulis juga bergabung dalam community organization yang terdapat dalam situs pertemanan
guna mendapatkan informasi seputar fenomena Japanese Rock di Indonesia ataupun di Jepang.
Beberapa minggu sekali penulis akan dikirimkan up-date/berita terbaru mengenai band J-Lokal
dan event-event yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
33
http//id.wikipedia.org
Universitas Sumatera Utara
Jepang yang ditiru oleh remaja Indonesia setelah menyaksikan penampilan bandband Jepang tersebut di youtube.
Media berikutnya adalah televisi. Televisi telah menjadi medium yang
sangat banyak menciptakan budaya popular (Sumarwan, 2002: 184). Di
penghujung tahun 1980-an, anime dan manga cukup popular di televisi. Melalui
penayangan anime di televisi inilah diperdengarkan lagu-lagu Jepang sebagai
soundtracknya, baik yang bergenre Japanese Rock ataupun Japanese Pop. Pada
tahun-tahun berikutnya J-Rock dan juga J-Pop cukup sering ditayangkan di MTV
(Music Television). MTV adalah stasiun televisi Amerika Serikat yang
berspesialisasi untuk memutar acara-acara yang berhubungan dengan musik.
Menurut Sulhan, dengan siaran 24 jam-nya stasiun seperti MTV telah menjadi
saluran penyemaian gaya hidup subkultur kawula muda yang tumbuh bersamaan
dengan perkembangan industri musik dan hiburan yang berhasil memanfaatkan
kemajuan dunia pertelevisian (2004:256). MTV telah mendirikan cabang-cabang
di berbagai Negara dan daerah di dunia, seperti MTV Indonesia 34, MTV Jepang,
MTV India, dan lain-lain. MTV Indonesia adalah sebuah cabang Indonesia dari
stasiun televisi musik MTV. Sebagai musik televisi tentu saja banyak program
musik yang ditayangkan seperti MTV Gress, MTV Top Hits, MTV Asia Hitlist,
serta MTV Most Wanted. Meskipun yang paling sering ditayangkan adalah musik
barat dan Indonesia, tetapi lagu-lagu dari penyanyi atau group band Jepang yang
sedang popular pada saat itu sering ditayangkan.
IRO-IRO J-Lokal Sound adalah sebuah program acara di radio 90,20
TRAX FM Semarang yang khusus memutar lagu-lagu band Japanese Indonesia.
34
Pertama kali ditayangkan sebagai bagian dari acara-acara di ANTV sejak tanggal 1 Maret 1993.
Universitas Sumatera Utara
Program ini ditujukan untuk seluruh anak band dan musisi Japanese Indonesia (JBand) yang sudah memiliki lagu sendiri. Mereka harus mengirimkan demo
lagunya dalam bentuk CD bila lagu-lagu mereka ingin diputar di radio tersebut.
Program ini boleh diikuti oleh band J-Lokal dari daerah mana saja di Indonesia.
Beberapa band yang sudah masuk acara IRO-IRO seperti Julia Rock Band
(Jogjakarta), Lemonade (Semarang). GOS (Semarang), Wasabi (Jakarta), dan
lain-lain.
Media cetak seperti majalah dan tabloid turut membantu penyebaran
budaya popular Jepang. Di Indonesia ada majalah khusus bernama “Animonster”
yang berisikan segala sesuatu yang bersifat “jejepangan”, seperti anime, manga,
dorama, musik ( J-Music ), kebudayaan, gaya hidup, dan lainnya. Majalah ini
diterbitkan oleh Megindo Bandung sebagai bahan acuan untuk mendengarkan
musik dan juga menjadi acuan untuk membeli serial komik baru, serta berita
seputar dorama dan film. Selain majalah animonster ada juga tabloid “Asian Plus”
yang berisikan tentang berita-berita seputar artis di kawasan Asia, seperti Jepang,
Korea, dan Taiwan. Tidak hanya berita seputar artis-artis serial drama dan bintang
film saja yang di ulas pada tabloid tersebut, tetapi juga berita dari para musisi baik
penyanyi solo maupun group band yang berasal dari Jepang. Biasanya terdapat
ulasan mengenai jalannya sebuah konser, jadwal pertunjukan, ataupun ulasan
mengenai album baru dari seorang penyanyi / group band. Di Indonesia sendiri
terdapat “Toko Buku Kinokuniya” 35 yang menjual buku dan majalah berbahasa
Jepang, Inggris, Mandarin, Indonesia, dan alat tulis eksklusif dari Jepang. Sedikit
35
Kinokuniya telah membuka 4 gerai di Indonesia yang semuanya dikelola oleh PT. Kinokuniya
Bukindo dengan sistem franchise. Pertama kali didirikan bulan Maret 1990 berlokasi di Plaza
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
banyak toko ini membantu persebaran hal-hal yang bersifat “jejepangan” di
Indonesia.
3.2
Keberadaan Visual Kei dan Band Japanese Rock di Beberapa Kota
Besar
Di Indonesia, pengaruh Visual Kei sudah ada sejak tahun 2000. Walaupun
saat itu masih belum banyak, namun komunitasnya sudah ada. Sebagian besar
komunitas tersebut adalah penggemar musik Rock Jepang (Japanese Rock) yang
sering berkumpul bersama ketika ada festival-festival band, atau mengadakan
gathering khusus di tempat-tempat umum. Ada yang mendirikan band yang
memainkan musik rock Jepang dan meniru Visual Kei dari band-band favorit
mereka. Populernya Visual Kei di Indonesia di pelopori oleh beberapa komunitas
yang senang mengadakan gathering sambil melakukan cosplay.
Kepopuleran Japanese Rock di Indonesia seiring sejalan dengan
kepopuleran manga ( komik Jepang ) dan penanyangan anime di televisi di
penghujung tahun 1980-an. Berkat lagu-lagu soundtrack ( lagu tema ) anime yang
dinyanyikan oleh para musisi terkenal Jepang inilah kemudian muncul trend
bermusik Japanese Rock di kalangan remaja-remaja Indonesia. Awalnya musikmusik dari serial inilah yang kemudian disebut sebagai Japanese Rock ( J-Rock ),
namun kini semua musik yang bergenre rock bisa dikategorikan sebagai Japanese
Rock.
Pada bab sebelumnya sudah disebutkan bahwa Wasabi adalah salah satu
pelopor Japanese Rock di Indonesia. Yang melatar belakangi terbentuknya
Wasabi tahun 2001 ini adalah kekaguman mereka terhadap musik-musik Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Setahun setelah mereka mengawali langkah di komunitas Britpop, berbagai
komunitas Jepang mulai merebak, yang tentunya diiringi dengan banyaknya
acara-acara berlabel komunitas Jepang. Hal ini berdampak bagus buat wasabi
dikarenakan minimnya band-band yang membawakan musik Jepang pada saat itu,
sampai akhirnya menyebabkan wasabi semakin sering ditanggap untuk jadi
pengisi acara tersebut. Kerja keras pun akhirnya membuahkan hasil, nama wasabi
pun sering mulai terpampang di event-event komunitas Jepang sebagai bintang
tamu. Band-band pengusung musik Jepang pun semakin banyak bermunculan dan
memeriahkan warna-warni musik komunitas. 36 Band-band tersebut seperti JRS (JRocks), Jetto, Leto, Sound Wave, Lucifer, dan masih banyak lagi.
JRS (J-Rocks) mengawali karir mereka dengan membawakan lagu-lagu
dari band Rock Jepang seperti Laruku, Glay, Malize Mizer, dan Kaze. Lagu-lagu
dari Laruku lah yang mempengaruhi musik mereka. Tahun 2004 mereka
mengikuti audisi Nescafe Gets Started 2004 di Bandung, yang juga diikuti bandband dari beberapa kota besar di Indonesia seperti Makassar dan Jogjakarta.
Akhirnya mereka menjadi pemenang pertama pada kompetisi tersebut. Ketika itu
memang warna musik yang mereka bawakan masih jarang di Industri musik
Indonesia. Dari segi vokal, Iman memiliki karakter vokal yang kuat dan range
vokal yang lebar, yang membuatnya mampu manjangkau nada-nada rendah
hingga nada-nada tinggi, digabung dengan tekhnik falsetto namun tetap terjaga
artikulasinya. 37 Ada juga band Akatsuki (sebelumnya bernama Yellow Box dan
Astronia) dari Jakarta yang mengaku terpengaruh oleh JRS untuk masuk
komunitas Jepang, meskipun pada saat itu mereka sama sekali “buta” dengan hal36
37
Friendster Wasabi
Oleh Ihdhiny dalam http://ihdhiny.blog.friendster.com/ ,tanggal 13 Maret 2007.
Universitas Sumatera Utara
hal yang “berbau” Jepang. Mereka mulai membawakan lagu-lagu Jepang dan
seiring waktu pengetahuan mereka dalam bermusik juga bertambah. 38
Kyuushensi (Jakarta) terbentuk tahun 2004, dimulai dari empat orang yang
memiliki ketertarikan
yang sama terhadap musik Jepang. Dalam sebuah
kompetisi band, mereka memainkan lagu-lagu L’arc En Ciel, Luna Sea, dan
ZONE yang mengantarkan mereka menjadi juara ketiga dalam kompetisi tersebut.
Sekarang mereka adalah band Visual Kei yang meng-cover band J-rock ( Japanese
Rock ) seperti Pierrot, Plastic Tree, dan sebagainya. Suicide Maya ( Bandung )
secara resmi didirikan pada tanggal 25 Desember 2006. Group ini terbentuk dari
pecahan sebuah band HISTERIQUE MEDIA ZONE atau lebih dikenal sebagai
HIMEZO. Suicide Maya terinspirasi oleh Dir en Grey , Sadie , D'espairsRay,
UnsraW , Lynch , Gilgames , dan band visual lainnya , The Black Dahlia Murder,
dan Dimmu Borgir. Tetapi Suicide Maya menilai genre musik mereka sebagai
Post Metal Progressive. Semenjak pengaruh musik mereka berkembang, mereka
mencampur antara visual kei, progressive rock, dan heavy metal. Shuriken
(Jakarta) terbentuk awal tahun 2006. Walaupun terbilang baru, namun para
personilnya sudah banyak pengalaman di scene J-Lokal Indonesia. Terdiri dari
lima personil dimana tiga personilnya adalah
personil dari beberapa band
terdahulu seperti Wasabi, Sakura Drop, dan Chik-en-Katsu. Mereka memainkan
lagu-lagu J-Metal terutama lagu-lagunya Dir En Grey. Namun mereka juga
memiliki beberapa lagu karya mereka sendiri yang diharapkan bisa dinikmati oleh
penikmat musik Tanah air terutama penggemar musik metal dan sejenisnya.
PUREI
38
(Jakarta) merupakan band covering L’arc En Ciel yang terbentuk
Friendster Akatsuki
Universitas Sumatera Utara
pertengahan tahun 2007 bergenre Alternative Japanese Rock. Nama PuRei sendiri
terinspirasi dari judul film horor Jepang. Lalu ada Sora Aoi (S.O) yang bergenre JRock, V-Kei, Funk Rock, “Happymetal” yang meng-cover band Maximum The
Hormone, Girugamesh, Dir en Grey, soundtrack movie & anime, dan masih
banyak lagi. Band ini berdiri tanggal 19 Januari 2009 di Bandung. Selanjutnya ada
D’arc Alice yang memulai perjalanan sebagai band jepang-jepangan sekitar bulan
Februari 2008. Mereka dikenal public sebagai band cover Alice 9. Sebelumnya
band ini bernama AFTER ALL, namun mereka mengganti nama bandnya menjadi
D’arc Alice karena di luar negeri juga terdapat band dengan nama serupa. Giga Of
Spirit (Semarang) adalah sekumpulan orang yang memiliki hobi yang sama dalam
bermusik, sehingga membentuk band yang mengambil genre Nu Metal yang
menggabungkan teknik vokal growl, scream, dan soft voice. Mereka terpengaruh
banyak band luar seperti Maximum The Hormone, Girugamesh, dan Slipknot.
Mereka juga memiliki lagu karya sendiri. Band lain yang juga membawakan lagu
milik Maximun The Hormone adalah HOUKI BOUSHI (Bandung). Selain itu
mereka juga memainkan lagu milik band Gazzete, Luna Sea, Younha, Punk’en
Ciel, dan Jealkb. Kabuki Clash adalah band yang tidak hanya memainkan satu
genre J-Music saja, terkadang J-Pop/J-Rock tergantung event. Mereka juga tidak
mengcover satu atau dua band saja, tetapi mereka bebas membawakan lagu-lagu
yang mereka suka dengan pendekatan J-Music secara umum. Salah satu band
yang mereka cover adalah Abbingdon Boys School, serta pernah membawakan
lagu milik Miyavi dan Kannivalism. Obake merupakan band spesialis covering
lagu-lagu L’arc En Ciel yang memulai debut bermusik “jejepangan” pada awal
tahun 2007. Rev De Kei (Jogjakarta) yang disinyalir satu-satunya band Indonesia
Universitas Sumatera Utara
yang pernah meng-cover band Kaggra adalah pemenang Animosound 2008.
Selain itu masih banyak band-band cover lainnya seperti : Mojigoi yang mengcover band Gazzete, Girugamesh, dan Dir en Grey. Rakku (Ranshin Kurabu)
meng-cover band Barouqe. Rozuka (Rouzen Houka) merupakan band cover
Girugamesh. Tamama Impact dan Yajirobe yang sama-sama covering Asian
Kung-Fu Generation, sedangkan Ponchi Monchi dan X-Shibuya juga sama-sama
covering band Dir en Grey. 39 Selebihnya masih banyak band lainnya seperti
Chick-en-Katsu (terinfluence oleh L’arc en Ciel, Gackt, Luna Sea, Dir en Grey,
AKG, Hyde, dan JRS), Sans Logique, Play Group a.k.a The Bonyo, Rosemary
Marian, Visblood, Zeal, Kasa Rock, Dai’Shi, REI (dulunya bernama Restu ibu),
Julia Rock band, Ruins Arc, The Satpams, Suzero, Sakura for my valentine, Love
Ozawa, Bobymaru, Miabee, dan masih banyak lagi. Di Indonesia juga terdapat
beberapa komunitas penggemar musik Jepang, seperti Hikaru, Shimatta, Sinyuu,
J-Toku, dan lain-lain. Tetapi selain yang telah disebutkan diatas masih banyak lagi
band-band lain yang mewakili masanya dan kotanya.
Informasi tentang kapan pastinya aliran Japanese Rock masuk ke kota-kota
besar tidak diketahui. Saya ambil contoh saja di Jogja. Dari informan saya, Arya,
yang merupakan vokalis Julia Rock band mengatakan bahwa tidak diketahui
kapan pastinya musik Jepang tersebut masuk kesana. Dia hanya memperkirakan
sekitar tahun 2004 semuanya bermula dari MTV. Setelah melihat MTV kemudian
ia mencari di forum internet. Ternyata ada sebuah radio yang mengulas dan
memutar lagu-lagu Jepang (baik Rock maupun Pop). Lalu bersama temannya ia
membentuk komunitas penggemar musik Jepang yang bernama Shimatta.
39
www.Japanesia.com
Universitas Sumatera Utara
3.3
J-Event ( Japan Event )
Semakin banyak event-event yang bersifat Jepang beberapa tahun terakhir
ini di Indonesia. Event-event tersebut memperlihatkan budaya Jepang modern
seperti cosplay, fashion Harajuku, dan seni video. Disamping itu juga terdapat
budaya tradisional Jepang seperti Taiko (atraksi bedug Jepang), aikido, karate,
origami (seni melipat kertas), chanoyu (seni meminum teh), dan shodo (kalografi
Jepang). Acara-acara seperti itu selalu dimeriahkan oleh penampilan band-band
Indonesia beraliran J-Rock atau J-pop, dan memberikan kesempatan bagi mereka
menunjukkan eksistensinya. Dalam waktu dekat ini akan diadakan event seperti
Animation Industry & Japan Scholarship di Bina Nusantara, YOCCHIKOI di
ITB, serta Gelar Jepang UI 2010. Dibawah ini adalah daftar event-event yang
pernah diselenggarakan di beberapa kota besar di Indonesia :
Nama Acara / Pertunjukan
-Animaku No Hibi
-Anti Love Japanese Fest
-Band Battle Tamagochi
-Battle Of Harajuku
-Bunkasai ( di banyak Universitas )
-Bonenkai 2 Japan Fest
-Bandung Hamamatsu, PERSADA
-Danjiki No Matsuri
-Japan Pop Culture Fest, PERSADA
-Japanzuki UPI
-Japan Festival Revolution
-Japan Fest, Dufan
-Japan Expo
-Japan Magic Day
-Live Audition J-Rencarnation
-Festival Budaya Indonesia-Jepang
-Noir, J-Gothic Paradise
-Nihon no Matsuri STT Telkom
-Ngabuburit Jepang YKBI
-Gelar Jepang UI
-Old and New Japanese Culture Fest
-Honnoukai Star
-Harajuku Nite Ohayou
-Himawari UNPAD
-Harajuku NITE
-Sashimi, Universitas Widyatama
-Sanjyuuichi No Arts Of Nihon “Kultur”
(SAKU)
-Indonesia Japan Expo
-Ibiza JBand Competition
-Teru-Teru Bozu SMU 20
-Terubozu
-Urban Fest
-Japanese Rock Day
-Japan Karnival
-Yamato Damshii STBA
-Japan Festival Univ. Indo Nusa Esa Unggul
Table 2: Event “jejepangan” yang pernah diselenggarakan di kota-kota besar di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
3.4
Trend Visual Kei Dalam Konteks Pertunjukan
Selain mengikuti Trend dalam bermusik, remaja kita juga mengikuti gaya
berpakaian dari para musisi Jepang meskipun mereka tidak berdandan “serumit”
seperti yang ada disana. Buat beberapa band cover Visual Kei pada awalnya
mereka memang berdandan. Julia Rock Band juga sekitar tahun 2005-2007-an
juga masih berdandan ketika tampil. Namun sekarang mereka mencoba lebih
segmented dan mulai merubah dandanannya menjadi lebih kasual.
Penampilan band Rev De Kei juga agak simple dan tidak terlalu sama
dengan band Visual Kei yang ada di Jepang. Selain tampil dengan Visual Kei-nya,
Rev De Kei juga kerap tampil dengan cosplay tokoh anime. Berkat dandanan
mereka yang dianggap Japanese, merekapun mendapat kesempatan mengisi acara
di JIExpo Kemayoran-Jakarta dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan
Indonesia-Jepang. 40 Lain lagi dengan band Soudjiro. Menurut Yudhie (informan
penulis) yang merupakan gitaris band Soudjiro (beraliran Techno Japanese
Rock), mereka juga tidak terlalu mengusung tema Visual Kei atau Harajuku saat
tampil, karena untuk masalah kostum sendiri mereka sudah di kontrak oleh sebuah
distro di Jogjakarta yang mengharuskan mereka memakai produk distro tersebut.
Kalaupun ingin berekspresi hanya melalui rambut lah mereka tunjukkan.
Selain itu ada juga Melody Maker yang konsisten tampil dengan kostum
ala Visual Kei, Harajuku, Industrial dan juga make up pucat ala Cradle Of Filth
dan Malize Mizer, serta mengedepankan aksi panggung yang freak dengan tema
Atractive Provocative ala Dir En Grey. 41 JRS (J-Rocks) sekilas dilihat berusaha
menjiplak band Laruku yang dulunya adalah band V-Kei. Justru orang-orang di
40
41
www.Japanesia.com
[email protected]
Universitas Sumatera Utara
Indonesia menganggap dandanan mereka sebagai gaya Harajuku. Istilah V-Kei
memang masih sangat asing ditelinga orang Indonesia. Hanya orang-orang yang
mengikuti perkembangan band Jepang sajalah yang mengenal istilah V-Kei. Pada
album pertama, mereka menampilkan tampilan yang “ceria” dimana beberapa
personilnya mewarnai rambutnya dengan warna pink dan pirang seperti orang
barat. Namun sepengamatan saya, semakin terkenal mereka di masyarakat,
perlahan-lahan gaya seperti itupun mereka tinggalkan. Kini mereka kerap tampil
kompak dengan mengenakan kostum yang seragam, justru pada salah satu kostum
mereka terdapat motif batik yang mencirikan budaya Indonesia. Beberapa personil
Rosemary Marian juga kerap memakai Rock dan kaos kaki warna warni yang
lazim digunakan oleh perempuan. Dari segi visual, kostum band Suicide Maya
memang tidak terlalu Japanese, namun mereka lebih menonjolkan aksi panggung,
dimana sang vokalis menirukan aksi panggung Kyo (vokalis Dir en Grey) yang
mensayat-sayat bagian tubuhnya.
Menurut Arya (informan penulis), beberapa band lain juga mulai lebih
kasual, namun bukan berarti tidak memperhatikan fashion sama sekali. Hal ini
terutama berlaku untuk band-band yang sudah cukup lama bermusik karena
mereka kini lebih fokus pada musikalitasnya. Sedangkan band-band baru masih
mengandalkan fashion sebagai “senjata utama”, baru kemudian musikalitas.
3.5
Band Japanese Rock Dalam Industri Rekaman
Menurut Pengamat Musik Denny Sakrie, di Indonesia ini musik yang
mengkhalayak itu adalah yang easy listening, mudah dicerna dengan kemasankemasan yang berbeda. Pengamat Musik lainnya, Denny MR, melihat pasca
Universitas Sumatera Utara
booming-nya trend musik rock alternative dan ska di Indonesia beberapa tahun
lalu hingga kini belum ada lagi trend musik yang dominan. Sedangkan menurut
Abdee Negara (gitaris Slank), trend musik sekarang lebih variatif dan rancu
karena sumbernya sudah sangat banyak. Contohnya, anak-anak muda Indonesia
kini bisa tergila-gila dengan musik dan gaya hidup dari Jepang. Dulu kita hanya
melihat trend musik yang datangnya dari Inggris atau Amerika. 42
Dari hasil forum di internet, komposisi musik dari lagu-lagu Japanese
Rock ini terdengar aneh bagi sebagian orang yang baru pertama kali
mendengarnya. Namun mereka bisa langsung menjadi penggemar setia aliran
musik tersebut setelah terbiasa mendengarnya. Sayangnya genre musik ini jarang
kira temui di Industri musik Indonesia. Menurut Dedy Hernawan, bagi dunia
musik hiburan komposisi musik yang rumit/jelimet sekalipun berkualitas, akan
dianggap terlalu sulit untuk diterima oleh masyarakat karena hal itu bertentangan
dengan hakikat musik hiburan yang selalu menawarkan kemudahan; mudah
dicerna, mudah dihapus, dan mudah untuk dinikmati. Sehingga Jenis komposisi
musik yang rumit sekalipun berkualitas tidak akan memenuhi syarat untuk
dijadikan komoditi rekaman. 43
Band Indonesia yang menjadi pelopor dan sukses membawa jenis musik
ini masuk major label adalah JRS (J-Rocks). Perusahaan Aquarius Musikindo
melihat potensi mereka ketika JRS menjadi pemenang pertama pada audisi
Nescafe Gets Started 2004. JRS menjadi satu-satunya band Indonesia yang
berhasil rekaman di Abbey Road, tempat yang sama dengan The Beatles rekaman.
42
Baca Tulisan Wendi Putranto, “Industri Musik Indonesia Kiamat?”, dalam Majalah Rolling
Stone edisi Maret 2007
43
Baca artikel “Penciptaan Seni dalam Konteks Perubahan Jaman” oleh Dedy Hernawan dalam
P4ST UPI FORD FOUNDATION (p4st.upi.edu/main.php).
Universitas Sumatera Utara
Lagu-lagu pada album pertama JRS bagi sebagian penggemar musik Japanese
Rock sering diasosiasikan dengan lagu-lagunya Laruku. Misalnya saja lagu
“ceria” yang dianggap menjiplak lagu “C’est la vie”. Bahkan video klip single
pertama mereka yang berjudul Lepaskan Diriku juga dianggap meniru salah satu
video klip Laruku. Memang pada album tersebut nuansa Jepang sangat terasa
pada musik mereka.
R Muhammad Mulyadi (peneliti sejarah industri musik) dalam tulisannya
“Faktor-Faktor Penentu Produk Industri Budaya”, menyatakan bahwa:
…….di dalam industri musik, musisi lebih sering tunduk kepada keinginan
produser. Dalam hal ini musisi lebih sering menyetujui kehendak produser
bahwa produk yang akan dibuat ditujukan ke pasar. Dengan demikian suatu
jenis produk album musik sering ditentukan berdasarkan keinginan dan
pengamatan selera pasar si produser, berdasarkan selera pasar. Produser
campur tangan mengenai jenis musik, judul lagu, bahkan nama kelompok
band. 44
Mungkin hal ini juga lah yang membuat JRS harus menyesuaikan dengan selera
pasar, dimana seiring waktu terjadi perubahan pada album-album mereka
selanjutnya. Sampai kini JRS masih eksis di blantika musik Indonesia dan
memiliki penggemar setia yang diberi nama J-Rock Star yang tersebar dibeberapa
kota di Indonesia. Ketika saya menanyakan hal ini kepada Denny Sakrie melalui
chat dalam situs pertemanan, tepatnya pertanyaan saya saat itu, “Mengapa bandband lain selain JRS yang mengusung aliran serupa sulit masuk ke industri
rekaman?”. Ia menjawab dan berpendapat bahwa JRS kini telah mengubah
musiknya tidak terlalu bernuansa Japanese Rock lagi. Mengapa mereka bisa eksis
dan bertahan sampai saat ini karena mereka melakukan kompromi dengan label
44
http://blogs.unpad.ac.id
Universitas Sumatera Utara
dan pendengar pop Indonesia dalam hal lirik yang menggunakan bahasa
Indonesia, serta make up yang tidak terlalu Harajuku style lagi.
Pada dasarnya masuk ke major label adalah impian para band baru untuk
bisa eksis di Industri musik nasional dan memiliki kesempatan albumnya di
produseri, karena produser adalah pemodal (yang menyediakan modal) bagi para
musisi dalam industri musik. Namun kenyataan bahwa terdapat produser yang
sering tidak sejalan dengan musisinya tidak bisa dihindari, sebab produser dalam
memilih seniman memiliki beberapa pertimbangan seperti, apakah artisnya akan
popular dan kasetnya laris, serta genre musik yang akan direkam juga apakah
sudah popular di masyarakat atau belum. Keadaan seperti itu disadari benar oleh
band-band baru. Mereka tahu konsekuensi bila mereka masuk ke major label dan
menemukan jenis produser seperti itu maka kreatifitas mereka dalam bermusik
akan terhambat dan terpaksa mengikuti keinginan produser yang mementingkan
selera pasar.
Oleh karena itu, sampai saat ini ada beberapa band yang lebih memilih
berada di jalur independent/indie 45. Melody Maker yang memainkan musik
percampuran antara Japanese Rock dan Metal ini adalah salah satunya. Mereka
tetap konsisten di jalur indie karena mereka mengedepankan idealisme dan
kreatifitas di atas bisnis atau industri yang komersil. Bagi mereka, seni yang sejati
tidak boleh dikotori dengan campur tangan apapun dan murni dari jiwa sang
musisi kepada jiwa sang pendengar yang memiliki “kehausan” akan sesuatu yang
berbeda. Melody Maker lebih memilih menjadi minoritas, tetapi memiliki skill
45
R Muhammad Mulyadi S.S.,M.Hum, “Faktor-Faktor Penentu Produk Industri Budaya” dalam
http://blogs.unpad.ac.id. Musisi yang membuat album sendiri dengan modal sendiri dan
memasarkannya sendiri dikelompokan sebagai indie label. Pengunaan istilah indie label tidak
hanya sampai pada tahap membuat album musik dengan modal sendiri, sedangkan untuk
pemasarannya menggunakan distributor musik atau menitipkan di distro-distro.
Universitas Sumatera Utara
dan kualitas yang “gila”. 46 Walaupun berada di jalur indie, bukan berarti mereka
tidak terkenal. Hal itu terbukti dari banyaknya pengalaman mereka tampil
diberbagai acara. Mereka juga sering diulas oleh beberapa music / lifestyle
magazine ibukota, serta sejumlah wawancara di beberapa radio remaja. Jadwal
manggung mereka tetap banyak dan terdapat sekitar 4000 fans fanatik dari
berbagai ibukota yang disebut sebagai The Makers Family. Melody Maker telah
memproduksi satu album berjudul “The Revenge From Bleeding Lolita” yang
terdapat 11 lagu dibawah label Whisper.inc.
Berbeda dengan Melody Maker, band Soudjiro selain memiliki satu album
indie, mereka juga memiliki satu album major tetapi belum rilis dan masih masa
tour. Bagi Yudhie Soudjiro, kalau diharuskan memilih antara label indie dengan
label major, secara pribadi ia akan memilih label indie karena menurutnya musik
yang dimainkan benar-benar dari hati. Kalau di major label, banyak yang harus
disensor dan musik tersebut dibuat se-ringan mungkin. 47 Suicide Maya telah
mempunyai beberapa single seperti Aggravated Melodrama (Japan Version),
Schizophrenia, The Coma Citizen, dan Sacred Vengeance. Yang lebih
mengagumkan lagi, single Aggravated Melodrama (Japan Version) sendiri telah
di putar di “VK Inspired Hour” JSHOXX Radio, California, USA. 48 Kemudian
ada band Chick-en-Katsu yang berada di bawah Red Label, masih label indie
juga. Giga Of Spirit yang sudah merampungkan mini albumnya akhir tahun 2009
yang diberi judul “1st STEP. Sedangkan Julia Rock band masih dalam usaha
memasukkan demo lagu ke label-label.
46
[email protected]
Bertanya melalui pesan pendek (SMS), tanggal 4 Desember 2009, 19.32 wib.
48
www.Japanesia.com
47
Universitas Sumatera Utara
Selain band-band diatas, masih ada lagi band-band yang berada pada jalur
indie label seperti Shuriken dan Shibuya. Tetapi ada juga band yang sedang dalam
penggarapan album major pertama, seperti yang sedang dilakukan band REI.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM KONTEKS
PERTUNJUKAN MUSIK DI MEDAN
Menurut Abdee Slank, Trend musik itu untuk diciptakan, bukan untuk
diterka. Kita harus membuat sesuatu agar menjadi trend. Setelah trend itu jalan
nanti akan ada fase trend-setter, trend-follower dan trend-killer, dan akan ada
trend baru lagi. Ketika kondisi musik di mainstream mengalami kemandekan
kreativitas biasanya publik akan menoleh ke scene indie untuk mencari sesuatu
yang lebih segar. Sementara menurut David Tarigan (A&R Aksara records),
fenomena merebaknya trend bermusik independen di Indonesia terjadi karena ada
scenenya. Ada band yang membuat musik seperti itu dan ada medianya juga.
Elemennya terbangun. Ini terkait erat dengan budaya anak muda yang selalu
mencari sesuatu yang berbeda. 49
Kehadiran beberapa group band yang beraliran Japanese Rock di kota
Medan akhirnya menciptakan trend bermusik yang baru. Karena ada mereka yang
memainkan musik seperti itu, maka trend bermusik seperti itu ada di Medan.
Mereka adalah trend-follower (orang-orang yang mengikuti trend) yang
“mengkonsumsi” gaya bermusik dan penampilan dari beberapa trend-setter, baik
yang berasal dari Jepang maupun dari Indonesia sendiri. Berikut ini akan
dijelaskan bagaimana trend tersebut di kota Medan.
49
Baca artikel Wendi Purtanto “Industri Musik Indonesia Kiamat?”, dalam majalah Rolling Stone
edisi Maret 2007.
Universitas Sumatera Utara
4.1
Masuknya Musik Japanese Rock di kota Medan
Kapan masuknya musik Japanese Rock di kota Medan tidak ada yang
dapat
memastikannya.
Menurut
Arikunto
(2002:13),
manusia
bertindak
dipengaruhi oleh fenomena lain yang muncul lebih dulu atau bersamaan. Sesuai
dengan apa yang dikatakannya, fenomena boomming-nya MTV yang memutarkan
lagu-lagu dari band Jepang dan penanyangan anime di televisi lah yang akhirnya
memunculkan band-band beraliran Japanese Rock di kota Medan dan kota-kota
lain dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.
Seiring dengan banyaknya penyanyi Jepang yang albumnya dirilis oleh
perusahaan rekaman di Indonesia, maka makin banyak pula band lokal yang
memainkan lagu-lagu Jepang. Gabriel Tarde (Dayakisni dan Hudaniyah,
2009:120) menyatakan bahwa seluruh kehidupan sosial manusia didasari oleh
faktor-faktor imitasi. Adapun syarat-syarat terjadinya imitasi adalah :
1) Terdapatnya minat, perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang
ingin diimitasi.
2) Adanya sikap yang menjunjung tinggi atau menganggumi hal-hal yang
ingin diimitasi.
3) Individu yang melakukan imitasi suatu pandangan atau tingkah laku,
biasanya karena hal tersebut mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.
Dimulai dari minat yang cukup besar terhadap anime dan komik Jepang,
kemudian menyukai lagu soundtrack dari anime itu sendiri, serta kekaguman
terhadap keunikan dari musik dan penampilan musisi Japanese Rock, akhirnya
muncullah beberapa band yang gemar membawakan lagu-lagu rock Jepang di
kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Sekitar awal 2000-an, terdapat band bernama Kagumikami yang terbentuk
dari sebuah persahabatan Budi (gitar,vokal), Andri (gitar), dan Lukfi (bass) yang
ketiganya duduk di bangku sekolah yang sama dan ingin membentuk sebuah band
berdasarkan kegemaran jenis musik yang sama yaitu Japanese Rock dan Brith
Rock. Mereka mencoba menawarkan warna musik rock Jepang yang mungkin
masih belum terbiasa di telinga orang Indonesia. Adanya interaksi sosial antara
satu individu dengan individu lain, ataupun antara satu kelompok dengan
kelompok lain, memunculkan band-band lainnya. Seperti munculnya band
Marrionate, dimana sang vokalis mengaku pertama kali mulai membawakan lagulagu band Jepang setelah diajak oleh personil band Kagumikami. Selanjutnya
muncul beberapa band yang membawakan aliran serupa hingga saat ini.
4.2
Band Beraliran Japanese Rock di Kota Medan
Adanya kesamaan minat terhadap budaya modern Jepang seperti anime,
manga, dan musik, beberapa individu membentuk sebuah komunitas. Komunitas
ini bisa berupa komunitas pecinta group band J-Rocks (nama band dari Jakarta,
bukan genre musik) maupun lainnya. “Komunitas Anime Lover Medan” yang
bertempat di SVEN-NET Internet Cafe di jalan Setia Budi Medan, merupakan
komunitas yang terbentuk bermula dari kegemaran menonton anime dan membaca
manga. Biasanya bermula dari komunitas-komunitas seperti itu suatu band yang
hobi membawakan lagu-lagu Jepang terbentuk.
Setelah era Kagumikami, selanjutnya muncul band lainnya seperti
Shiroyuuki, Azumi, Cecillian, Chocoreto, Hanako, Arafuru, dan mungkin masih
ada lagi band-band baru yang akan bermunculan. Sebagaimana yang penulis lihat
Universitas Sumatera Utara
melalui internet dimana beberapa band masih dalam tahap pencarian personil baru
untuk mengisi posisi tertentu, apakah sebagai basis, gitaris, vokalis, ataupun posisi
lainnya.
4.3
Japanese Rock Mengacu Pada Musik
Musik adalah aktivitas manusia. Artinya bunyi musikal dan karya musik
yang tercipta tidak akan ada tanpa adanya aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada
beberapa komponen untuk melihat musik sebagai aktivitas manusia yaitu
komponis, proses membuat karya, hasil karya, dan konteksnya. Komponis dalam
hal ini adalah group-group band yang ada di kota Medan. Rata-rata dari mereka
telah memiliki lagu ciptaan sendiri. Mereka tidak menempuh pendidikan khusus
ketika belajar bermain musik. Mereka belajar secara otodidak sehingga mereka
tidak tahu bagaimana cara menciptakan sebuah lagu dengan menggunakan notasi.
Penulis ambil salah satu proses penciptaan lagu dari band Azumi. Tahap pertama
proses penciptaan lagu biasanya dilakukan di sela-sela jam session dengan
mencari nada-nada. Mereka hanya mengandalkan ingatan mereka untuk
mengingat nada-nada yang telah dibuat saat jam session tadi. Semua personil
berhak
menyumbang
idenya
dalam
menciptakan
nada
baru
untuk
mengembangkan dan menyempurnakan nada-nada yang sudah didapatkan saat
jam session di rumah masing-masing. Setelah masing-masing dari mereka selesai
dengan hasil kreasinya, kemudian ide dari tiap personil diperdengarkan kepada
semua personil. Setelah itu mereka memilih nada-nada yang dianggap cocok dan
bisa diterima oleh semua personil. Dalam hal penciptaan lirik lagu juga seperti itu.
Semua personil diberi kebebasan membuat lirik asalkan tidak jauh dari tema yang
Universitas Sumatera Utara
sudah ditetapkan. Kemudian ide-ide tersebut dikumpulkan, lalu dipilih lirik-lirik
mana yang cocok setelah melalui tahap seleksi “nggak jelas”, istilah mereka.
Setiap band memiliki idolanya masing-masing. Banyak band Jepang yang
mempengaruhi komposisi musik yang mereka ciptakan. Komposisi merupakan
potongan musik. Kata “komposisi” bisa berarti “menaruh bersama”, sehingga
komposisi ialah sesuatu dimana catatan musik diletakkan bersama. Sebelum
berbicara mengenai komposisi, terlebih dahulu akan di paparkan alat-alat musik
apa saja yang digunakan, sebab alat musik merupakan instrumen yang dibuat
dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah musik. Band Medan menggunakan alat
musik yang umum digunakan dalam musik Japanese rock, seperti gitar dengan
efek distorsi yang keras beserta amplifier-nya, gitar elektrik, bass, serta drum set.
Namun ada juga band yang menambahkan instrumen keyboard. Para
band
biasanya menonjolkan permainan salah satu alat musik, seperti permainan drum
yang cepat ataupun menunjukkan skill pada permainan melodi, bass, dan
sebagainya. Ada band yang membuat ketukan drum-nya lebih punk dan gitar yang
penuh dengan distorsi. Vibrasi, teknik falsetto, dan nada tinggi yang menjadi ciri
penyanyi Jepang juga berusaha diangkat oleh mereka, walaupun kembali lagi para
penonton lah yang berhak menilai apakah usaha mereka itu cukup berhasil atau
tidak. Kembali ke masalah komposisi, lagu yang diciptakan didominasi oleh nada
minor dan mayor, serta menggunakan akord yang umum dipakai dalam Japanese
rock. Ekspresi musik yang muncul juga bermacam-macam, seperti nuansa kelam
dan nuansa yang penuh semangat. Tempo cepat dengan nada mayor membawa
kesan semangat pada lagu, sedangkan nada minor dengan tempo yang sedikit
lambat membawa nuansa kesedihan/muram pada lagu. Sifat lagunya repetitif dan
Universitas Sumatera Utara
teksturnya polifoni. Band Japanese rock yang ada di Medan tidak membawakan
sub genre yang sama, ada yang membawakan pop-rock, metal, dan sebagainya.
Oleh karena itu teknik menyanyi yang digunakan tentunya juga tidak sama, sebab
untuk band yang membawakan sub genre metal kerap bernyanyi dengan
menggunakan teknik growling dan screaming.
Lirik adalah kata-kata atau teks yang dinyanyikan dalam sebuah karya
musik. Lirik dalam sebuah lagu merupakan bahasa untuk mengkomunikasikan apa
yang ingin disampaikan seorang penyanyi kepada penonton. Lirik lagu tersebut
bisa merupakan suatu pengalaman pribadi yang dialami oleh penciptanya,
pengalaman orang-orang terdekat, ataupun hanya sekedar fantasi belaka. Sebelum
terciptanya sebuah lirik secara utuh, si pencipta terlebih dahulu memikirkan tema
lagu yang akan dibuatnya. Awalnya tema-tema lagu dalam musik Japanese rock
bercerita tentang isu politik. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tematema lagu dalam musik ini jangkauannya semakin luas seperti bercerita tentang
cinta, persahabatan, dan sosial. Salah satu band Japanese rock kota Medan
bernama Shiroyuuki sudah memiliki stok lagu yang cukup banyak. Kebanyakan
lagunya bercerita tentang cinta seperti lagu “cinta hitam, CLBK” dan sebagainya.
Ada juga yang bertemakan tentang persahabatan seperti lagu “sahabat terbaik”.
Kepedulian terhadap sesama tercermin pada lagu “Tsunami 26 Dec ‘04”, dan ada
juga lagu yang bercerita tentang kematian. Dari sekian banyak lagu yang mereka
ciptakan ada satu lagu berjudul “narcizz bangedh”, menceritakan rasa malu
seorang gadis yang mempunyai pacar seorang cosplayer “super narsis” karena
cara berdandannya yang ekstrim. Lirik yang easy listening pada lagu ini membuat
banyak penonton menyukainya. Sebagai anak muda yang emosinya masih
Universitas Sumatera Utara
meledak-ledak melihat ini dan itu, salah satu band ada yang lebih suka
mengangkat tema sosial pada lirik lagunya karena tidak jauh dari apa yang mereka
lihat sehari-hari. Bahasa yang digunakan pada lirik lagu ada yang menggunakan
bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa Inggris. Berikut contoh
lirik lagu yang bercerita tentang rasisme:
Hancurkan
Ooo..Ooo..
Ooo..Ooo..
God did not create me
to see you dropped and ruined
He reveals the life of me
So that we can see and breathe together in this world
No love for the land
(who consider themselves rotten great)
Exceeds the holy light
That never bow to him
This is the line that creates the courage to
Fear in the imagination
Stronger than true love the most tough
Draw from the lies that you created yourself
Reff :
Ooooo..Oooo..oooo
Destroy on RASISME..
Ooooo…oooo..
Universitas Sumatera Utara
Let’s end this foolish thought
Break in the thick walls
That limit our hearts and their
Until when we come back
No more injuries in this world
Replaced with a smile that protect every person
Then there would be no more regrets when we look back
Selain mempengaruhi musik yang mereka ciptakan, mereka juga biasanya
membawakan lagu-lagu dari band idolanya itu dalam suatu pertunjukan. Lagu dari
soundtrack anime yang sangat popular juga suka dibawakan oleh beberapa band,
seperti soundtrack anime Saint Saiya yang sangat popular pada masanya. Ketika
membawakan lagu dari band Jepang tersebut biasanya aransemen-nya tidak
dirubah sama sekali, dalam artian mereka membawakannya sama seperti aslinya.
Namun ada juga yang memasukkan ide kreatifnya ketika lagu yang dibawakan
pada saat itu menggunakan alat musik yang tidak mereka miliki. Yang dilakukan
kemudian adalah menonjolkan improvisasi permainan salah satu alat musik
seperti drum untuk mengganti bagian itu. Kadang-kadang juga temponya
dibawakan lebih cepat daripada lagu yang sebenarnya.
4.4
Visual Kei Mengacu Pada Penampilan (Performance)
Dalam konteksnya, visual kei lebih mengarah ke fashion band Japanese
Rock. Fashion merupakan sebuah identitas yang ingin menunjukkan tentang
“siapa aku’ atau “inilah aku” dengan slogannya “You are What You Wear”. Bagi
para band itu sendiri, fashion dan make-up memiliki kedudukan yang sama
dengan musik yang mereka mainkan untuk menunjukkan eksistensi image
Universitas Sumatera Utara
mereka. Tampilan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya bisa
merupakan
penanda
identitas
(Purba
dan
Pasaribu,
2006:137),
karena
pementingan aspek visual di tiap penampilan adalah cirinya. Oleh karena itu, di
atas panggung Visual kei seolah menjadi identitas mereka untuk menunjukkan
bahwa mereka itu beda dari yang lain. Menurut David Chaney (1996), dalam
budaya konsumen identitas menjadi suatu sandaran ‘aksesori fashion’ dengan
media massa yang menjadi jembatannya. Wajah generasi baru yang dikenal
sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk
melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity inspired identity) (2004:256).
Bagi anggota band Japanese Rock, identitas kemudian terkait dengan apa yang
melekat di tubuh. Artinya identitas tersebut ditandai oleh apa saja yang mereka
konsumsi / pakai sesuai dengan kesenangan hati. Meskipun cara mereka
berdandan dianggap aneh, namun itulah cara mereka mengekspresikan diri tanpa
harus perduli pandangan orang lain terhadap mereka. Masing-masing band Visual
Kei mempunyai ciri khasnya tersendiri yang membedakan mereka dari band yang
lain.
Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam mengatur
hidupnya. Kebebasan itu akhirnya melahirkan sebuah karakter baru yang
membuat seseorang menjadi unik dan berbeda dari orang lain, cara mereka
berperilaku dan merespon suatu kejadian juga tidak sama. Sebagian dari mereka
hanyalah peniru atau imitator dari apa yang telah ada sebelumnya. Dalam sebuah
pertunjukan musik Japanese Rock di kota Medan, cara berbusana, bernyanyi,
berdandan, dan berperilaku para personil band, merupakan suatu upaya imitasi
terhadap sang selebriti. Dengan melakukan hal-hal seperti itu mereka cukup
Universitas Sumatera Utara
mudah dikenal oleh orang. Ketika munculnya kepercayaan di Jepang bahwa
dengan mengangkat tema visual kei pada awal karir akan membuat mereka cepat
dikenal, beberapa anggota band di Medan mengikuti hal serupa. Di bawah ini
adalah beberapa hal yang menjadi identitas band yang membawakan lagu-lagu
Rock Jepang:
4.4.1 Kostum dan Aksesoris
Pakaian dan penampilan adalah salah satu dari 10 sikap yang dipengaruhi
oleh budaya. Umumnya pakaian sehari-hari yang dikenakan oleh semua orang di
hampir semua Negara memiliki kesamaan, yaitu seperti celana panjang dan
pendek, celana jeans, kaos, kemeja, jaket, dan sebagainya.
Bagi para musisi, pakaian atau yang biasa disebut kostum menjadi salah
satu hal yang turut diperhatikan selain bermusik. Pakaian dan penampilan ini yang
membuat mereka menjadi unik dan cepat dikenal oleh masyarakat. Sebut saja
band Changcuters yang selalu kompak dalam berbusana di setiap pertunjukannya,
Hancur band yang bergaya semaunya saja seperti mengenakan singlet (kaos
dalam), berkostum ala Superman, memakai celana pendek untuk tidur, dan lainlain. Yang paling menonjol adalah band Kuburan yang kostumnya terkadang
bergaya Keeropaan ataupun berbusana ala dokter bedah lengkap dengan
maskernya.
Hal-hal yang dilakukan oleh band Kuburan tersebut sudah sangat lazim
dilakukan oleh musisi-musisi di Jepang. Musisi Jepang sangat kreatif dalam
menciptakan kostumnya, misalnya saja band The Gazzete yang kostumnya terlihat
rumit dan sulit ditiru. Gaya berpakaian band Jepang memang memilki keunikan
Universitas Sumatera Utara
dan menjadi daya tarik mereka saat tampil. Selain musiknya, para penonton dibuat
kagum oleh kostum mereka dan tidak sedikit penggemar yang bercosplay
menggunakan kostum dari band-band tertentu. Beberapa band kota Medan juga
terinspirasi untuk memakai kostum yang unik saat tampil. Kostumnya ada yang
merupakan hasil kreasi mereka sendiri, dan ada pula yang mengikuti apa yang
sedang menjadi trend di Jepang, seperti model jas yang lagi in disana misalnya.
Kemudian mereka tinggal tempah saja model yang mereka mau, baik kostum
yang sedang trend ataupun gaya yang mereka ciptakan sendiri. Band Japanese
Rock di kota Medan memang tidak memakai kostum serumit dan se-nyentrik band
dari Jepang sendiri, karena bila ingin melakukan seperti apa yang dilakukan oleh
band Jepang memerlukan biaya yang cukup besar. Selain masalah biaya, tidak
semua personil memiliki rasa percaya diri atau pede yang cukup besar, sehingga
dalam satu band hanya sebagian yang menggunakan kostum yang unik dan
sebagian lagi tidak. Beberapa mengambil gaya “visual shock / visual scandal”
awal era band X-Japan dan Miyavi.
Kostum dari beberapa band tersebut ada yang bernuansa gothic (serba
hitam) seperti yang dikenakan band Dir En Grey, ada yang memilih warna cerah
dengan model baju yang biasa dikenakan oleh perempuan dan memiliki renda,
seperti yang dikenakan band-band Oshare Kei pada umumnya, celana pendek
diatas lutut sehingga pahanya terlihat (salah satu personil The Gazette juga pernah
memakainya), memakai jas (beberapa band di Jepang mengenakannya), dan
menggunakan sepatu yang ukurannya cukup besar dan lebar dengan hak rata
menyeluruh kira-kira setinggi 3 cm. Selebihnya beberapa anggota band
menggunakan pakaian biasa seperti kaos dan celana jeans. Memang tidak semua
Universitas Sumatera Utara
band Medan yang beraliran Japanese Rock mengangkat tema Visual Kei dalam
berpenampilan.
Untuk aksesoris kadang-kadang ada yang memakai masker, atau menutup
mulut dan hidungnya dengan kain segi empat yang umumnya dipakai di bagian
kepala (biasa digunakan dengan cara dilipat menjadi bentuk segitiga lalu diikatkan
di kepala), bando yang terdapat hiasan topi kecil, dan lainnya. Intinya, dalam
berpenampilan mereka melakukan gaya “suka-suka’, artinya bebas memakai apa
yang mereka suka, tidak harus mengikuti gaya seperti ini atau seperti itu,
senyaman dan se pede’nya saja. Yang terpenting dari itu semua tidak terlalu
menyimpang dari V-Kei itu sendiri, dengan begitu identitas tetap terjaga.
4.4.2 Rambut
Rambut merupakan bagian tubuh yang paling sering diperhatikan. Orangorang cenderung rajin merawat rambutnya agar terlihat sehat dan bagus. Namun
sebagian orang suka bereksperimen terhadap rambutnya dengan melakukan
beberapa hal. Saat ini banyak kita temui potongan rambut yang bermacam bentuk
dan variasinya, misalnya fashion rambut Emo dan Harajuku. Fashion rambut
Harajuku memang sangat ngetrend pada zamannya. Hal tersebut bisa dilihat dari
banyaknya anak-anak muda yang mengikuti gaya tersebut. Potongan rambut acakacakan dan unik adalah gaya fashion rambut Harajuku, sedangkan trend rambut
berponi yang disisir rapi kesamping dan menutupi mata namun pendek pada
bagian belakangnya adalah ciri dari gaya rambut Emo. Contoh musisi Indonesia
yang bergaya seperti itu adalah Ian Kasela dan Andika ‘Kangen Band’.
Universitas Sumatera Utara
Personil band do kota Medan ada yang berambut pendek dan juga ada
yang berambut panjang atau biasa disebut gondrong. Gaya rambut acak-acakan
dan berwarna warni biasanya dianut oleh personil band Visual Kei. Selain gaya
rambut acak-acakan, gaya rambut mohawk dan emo juga menjadi pilihan tatanan
rambut beberapa anggota band. Sebagian dari mereka senang mewarnai
rambutnya dengan warna merah, kuning, biru, bahkan ada yang mewarnai
rambutnya dengan dua warna sehingga warna sisi rambut sebelah kanan dan
sebelah kiri berbeda. Namun sebagian masih setia dengan warna rambut aslinya
yang berwarna hitam. Wig atau rambut palsu berwarna ke ungu-unguan serta
beberapa gulungan rambut ekstension (rambut sambung) yang cukup panjang
pernah digunakan untuk menunjang penampilan.
4.4.3 Tata Rias
Di Jepang, anggota band Visual Kei biasanya memakai make-up / tata rias
yang cukup “dramatis” yang membuatnya terlihat sangat mirip seorang wanita.
Make-up tebal merupakan hasil perpaduan bedak, eye liner yang memberi kesan
‘tajam’ pada mata, lipstik, dan mungkin bahan lainnya yang digunakan untuk
membuat riasan di wajah menjadi unik. Memang riasan yang dilakukan oleh
anggota band di kota Medan tidak ‘se-ekstrim’ seperti riasan musisi Jepang.
Beberapa memilih hanya menggunakan bedak dan eye liner agar terlihat sedikit
gothic. Ada juga yang mewarnai bibirnya dengan warna kehitaman sampai
melewati sudut bibir seperti memberi kesan bahwa mulutnya terkoyak. Beberapa
memakai Softlens atau lensa kontak untuk memperindah bagian mata, seperti
lensa kontak warna biru misalnya. Warna kulit orang Indonesia yang jauh berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan orang Jepang membuat anggota band wajahnya tidak “secantik” musisi
Jepang. Kalau di Jepang memang kadang-kadang orang sering tertipu dan mengira
bahwa para anggota band tersebut benar-benar seorang wanita saat melihat makeup di wajahnya.
4.4.4 Aksi Panggung
Pertunjukan adalah ekspresi tubuh, atau bisa dikatakan ekspresi dengan
tubuh dalam menyanyi, bermain instrumen, menari, dan lain-lain (Nakagawa,
2000:68). Dengan begitu suatu pertunjukan tidaklah menarik tanpa aksi panggung
dari si penyanyi / pemusik. Setidaknya penyanyi melakukan gerakan tubuh
tertentu walaupun sedikit untuk membuat suasana pertunjukan menjadi meriah.
Yang paling biasa dilakukan adalah gerakan melompat-lompat. Ada juga yang
bertukar gitar saat melodi, serta melakukan tapping-arpegio 50. Di Jepang terdapat
beberapa aksi panggung yang terbilang ekstrim yang dilakukan oleh Kyo, vokalis
Dir En Grey. Ia pernah mensayat-sayat tubuhnya menggunakan silet, mencakarcakar dadanya hingga berdarah, dan lainnya. Sebenarnya Kyo terinspirasi oleh
aksi panggung Kuroyume yang juga ekstrim, hanya saja ia membuat aksi
panggung yang lebih “gila” melebihi aksi panggung yang pernah dilakukan oleh
Kuroyume. Dengan aksi panggung yang terbilang aneh tersebut, ia menjadi unik
dan sangat terkenal. Aksi panggungnya menimbulkan kekaguman dari para
penonton, namun tidak sedikit juga yang takut melihat aksi panggungnya. Salah
satu syarat terjadinya imitasi adalah adanya sikap yang menjunjung tinggi atau
mengagumi hal-hal yang hendak diimitasi. Oleh karena itu, aksi panggung vokalis
50
Tapping yaitu membunyikan gitar dengan jari-jari tangan kiri dan kanan dengan teknik
hammering pada not-not tertentu di fretboard. Baik untuk memainkan rangkaian melodi dengan
cepat ataupun arpeggio (akord yang dimainkan not per not secara berurutan dalam pola tertentu)
Universitas Sumatera Utara
Dir En Grey yang unik tersebut berusaha diimitasi oleh band Suicide Maya yang
berasal dari kota Bandung. Sang vokalis mencoba mengikuti apa yang dilakukan
oleh Kyo dengan mensayat tubuhnya, namun porsinya lebih sedikit dan tidak seekstrim vokalis Dir En Grey tersebut. Aksi panggung seperti itu tidak hanya
diikuti oleh vokalis Suicide Maya saja, tetapi vokalis band dari kota Medan juga
mengikuti hal serupa. Vokalis Azumi beberapa kali melakukan aksi panggung
dengan melukai diri sendiri, seperti mencongkel-congkel gusi hingga berdarah
dan mensayat bagian tubuhnya. Sama halnya seperti vokalis Suicide Maya,
tindakan mensayat bagian tubuh yang dilakukan vokalis Azumi juga tidak seekstrim idola mereka tersebut. Aksi panggung dari band Medan lainnya masih
dalam tahap yang wajar, seperti menunduk dan memutar-mutar kepala mengikuti
beat musik, menjatuhkan badan, dan menghentak-hentakkan kaki. Tetapi ada juga
anggota band yang hanya fokus memainkan instrumennya dan tidak melakukan
aksi panggung tertentu.
4.5
Konteks dan Penyajian Musik Dalam Pertunjukan
Berikut akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah
waktu dan tempat pertunjukan, penyajian musiknya, serta hal-lainnya yang
berhubungan dengan pertunjukan.
4.5.1 Waktu dan Tempat Pertunjukan
Kapan dan dimana penyajian atau pertunjukan musik popular dilakukan
sangatlah bervariasi. Aspek waktu juga cukup fleksibel dalam musik popular.
Tergantung kebutuhan dan pengaturan pihak pelaksananya (Purba dan Pasaribu,
Universitas Sumatera Utara
2006:130). Karena Japanese Rock merupakan musik popular, maka hal tersebut
berlaku terhadap pertunjukan-pertunjukan yang menampilkan band beraliran
Japanese Rock di Medan. Tempat pertunjukan terbagi menjadi dua yaitu di dalam
gedung (in door) dan alam terbuka (open air). Beberapa tempat yang pernah
dijadikan lokasi pertunjukan tersebut antara lain Joko Solo Citra Garden, Terminal
Futsal di jalan dr. Mansyur, lapangan parkir Fakultas Sastra USU, serta pendopo
USU.
Tomato Studio adalah pihak penyelenggara pertunjukan yang bertempat di
Joko Solo Citra Garden ketika itu. Pihak pelaksana telah menetapkan waktunya
yaitu pukul 19.00 – 22.00 WIB. Di tempat tersebut panggungnya dibuat dengan
sangat sederhana. Posisi pemusik berada satu lantai dengan para penonton. Karena
umumnya posisi pemain drum selalu berada dibelakang pemain lainnya dan
kurang menjadi perhatian, maka posisi pemain drum ditempatkan diatas panggung
yang dibuat sedikit lebih tinggi dari pemain lainnya. Hal tersebut memungkinkan
para penonton yang jaraknya jauh dari panggung bisa menyaksikan permainan
drumnya.
Pertunjukan lain yang dibuat oleh penyelenggara yang sama adalah
pertunjukan yang dilaksanakan di Terminal Futsal. Waktunya sudah mereka
tetapkan yaitu pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Gedung tersebut memiliki
dua lantai. Lantai pertama adalah area yang dijadikan tempat penjualan karcis,
sedangkan pertunjukan berlangsung didalam ruangan di lantai dua. Panggungnya
juga dibuat dengan sederhana. Berbeda dengan panggung pertunjukan yang di
Joko Solo, kali ini agar semua pemain terlihat oleh seluruh penonton maka
panggung dibuat kurang lebih setinggi 2 meter.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu juga ada pertunjukan yang dilaksanakan di alam terbuka, seperti
acara bunkasai ( Festival Budaya Jepang ) yang dilaksanakan di lapangan parkir
Fakultas Sastra USU. Acaranya dilaksanakan dari pagi hari hingga sore hari,
tetapi waktu untuk pertunjukan para band yang membawakan lagu-lagu Jepang
baru ditampilkan siang hari sampai sore hari. Panggungnya dibuat sangat
sederhana dan agak sempit, namun didekorasi dengan nuansa Jepang yang sesuai
dengan konsep acara bunkasai. Beberapa tempat lagi dimana band Japanese rock
kota Medan pernah tampil
seperti pendopo USU, lapangan merdeka, dan
lapangan benteng.
4.5.2 Penyajian Musik
Pertunjukan langsung dan orisinil dipandang sebagai hal yang kurang
praktis, padahal pada pertunjukan langsung semua penyajian dapat dirasakan
secara alami, ekspresi setiap pemain yang turut membentuk terciptanya aura dari
karya musik yang disajikan dapat terlihat secara langsung pula. 51 Sejauh ini
seluruh pertunjukan yang telah dilaksanakan sifatnya adalah sebagai hiburan.
Oleh karena itu tempat pelaksanaannya juga tidak berkaitan dengan upacara, yaitu
seperti tempat-tempat yang telah disebutkan diatas. Untuk acara seperti bunkasai
yang selalu dilaksanakan di lapangan parkir Fakultas Sastra USU, serta
pertunjukan yang dilaksanakan di pendopo, penyajian musik tersebut sifatnya
sebagai hiburan umum non komersil. Siapa saja bisa menyaksikan tanpa harus
membeli karcis. Artinya pertunjukkan tersebut diperuntukkan untuk umum dan
orang banyak. Sedangkan acara yang dilaksanakan oleh Tomato Studio bersifat
51
Baca artikel Dedy Hernawan “Penciptaan Seni dalam Konteks Perubahan Jaman” dalam P4ST
UPI FORD FOUNDATION (p4st.upi.edu/main.php).
Universitas Sumatera Utara
hiburan umum-komersil, artinya kita diharuskan membeli karcis lalu bagian dari
tubuh kita seperti tangan atau leher diberi cap / stempel sebagai bukti bahwa kita
telah membeli karcis sehingga diperbolehkan masuk.
Beberapa dari pertunjukan tersebut adalah acara komunitas, jadi kemasan
pertunjukan tidak berupa kompetisi. Disini menjadi ajang kumpul-kumpul dan
bersenang-senang. Band-band tersebut tampil sesuai dengan nomor giliran mereka
tampil. Jadi pertunjukan ini dikemas seperti sebuah show kecil bagi band-band
komunitas tersebut untuk memenuhi keinginan bermusik mereka. Disini mereka
menunjukkan kebolehan mereka dalam bermusik. Setidaknya di acara-acara
tersebut mereka bisa dikenal oleh band-band lain ataupun masyarakat umum yang
menonton. Semakin banyak event seperti itu, semakin sering mereka tampil,
semakin banyak yang melihat mereka, maka semakin terkenal pula band mereka
dikalangan komunitas. Musik yang disajikan saat pertunjukan yaitu secara
langsung atau live dengan bantuan pengeras suara.
4.5.3 Penonton (Audiens)
Dalam sebuah pertunjukan musik populer, penonton memiliki peran
penting sebagai orang yang diharapkan menonton pertunjukannya. Bisa dikatakan
pendengar/penikmat musik ini tidak mengikuti trend yang sedang terjadi, yang
“berkiblat” pada Negara-negara barat seperti Amerika dan Eropa. 52
Tidak seperti musik populer kebanyakan dimana unsur-unsur musikalnya
tidak terlalu aneh dan dapat diterima oleh penonton, dalam musik Japanese Rock
hal-hal seperti itu seolah diabaikan demi mancari kebaruan. Japanese Rock
52
Baca Tesis Ardy Wardhana Syahputra “Potret Loyalitas Konsumen Musik Japanese Rock (JRock), dalam http://www.adln.lib.unair.ac.id.
Universitas Sumatera Utara
menawarkan sesuatu yang baru, yang justru tidak “akrab” dengan pendengar
musik populer Indonesia. Di tambah lagi anggota band mengangkat tema visual
kei dari segi penampilan yang memakai pakaian dan dandanan yang aneh. Oleh
karena itu jenis musik ini lebih ditujukan pada kalangan remaja. Hal ini terlihat
dari banyaknya wajah-wajah ABG (anak baru gede) yang lebih dominan selama
pertunjukan berlangsung.
Meskipun sudah sangat banyak musik populer mancanegara yang masuk
ke Indonesia, namun tidak semuanya disukai oleh masyarakat kita. Japanese Rock
memang ditujukan untuk kalangan remaja, tetapi tidak semua remaja menyukai
musik ini. Hanya komunitas-komunitas khusus saja yang benar-benar setia
menjadi pendengarnya. Hal tersebut berkaitan dengan selera musikal masingmasing individu. Seperti apa yang dikatakan Purba dan Pasaribu (2006:136)
bahwa selera musikal antara satu individu dengan individu lain, atau satu
komunitas dengan komunitas lain, belum tentu sama.
Bila dibandingkan dengan penikmat musik populer lainnya di Indonesia,
jumlah penikmat musik Japanese Rock tergolong minoritas.
4.6
Musik Mempengaruhi Perilaku Pemusik dan Penonton
Mereka yang berkecimpung dalam dunia musik mengakui bahwa
komposisi musik tidak mungkin dipisahkan dari gejolak perasaan penciptanya,
sementara bagi mereka yang menyukai musik, setiap rangkaian melodi, irama,
timbre, dan dinamika sangat mungkin menimbulkan perasaan tertentu yang
berbeda-beda (Djohan, 2009:37,49).
Universitas Sumatera Utara
Karena musik sering dikaitkan dengan perasaan, maka sebuah musik
memiliki kekuatan untuk mengantar dan menggugah emosi, baik emosi si
pemusik itu sendiri maupun pendengarnya. Ketika penonton mendengarkan
sebuah karya musik yang disajikan oleh pemusik pada saat pertunjukan, lalu
musik tersebut mampu menggugah emosi mereka, maka yang muncul selanjutnya
adalah suatu perubahan tubuh yang dinyatakan melalui tindakan. Hal tersebutlah
yang penulis maksud sebagai perilaku manusia yang dipengaruhi oleh musik.
Dalam pertunjukan musik Japanese Rock yang ada di Medan, sub-varian musik
yang dimainkan dari masing-masing band tidaklah sama. Oleh karena itu respon
yang ditangkap oleh penonton menghasilkan perilaku yang berbeda pula ketika
mendengar jenis musik yang satu dengan yang lain dalam sebuah pertunjukan.
Ketika mereka mendengarkan jenis musik yang lebih keras dari musik rock
biasanya, seperti yang dibawakan band Azumi yang lebih mengarah ke musik
metal, reaksi penonton saat itu adalah langsung berdiri mendekati panggung dan
mulai melakukan headbanger 53. Terkadang penonton yang berada di depan
panggung tidak memperhatikan performance si pemusik di atas panggung, mereka
hanya asyik dengan tarian mereka sendiri ketika meresapi musik yang sedang
dimainkan. Sesekali terjadi interaksi antara penonton dengan pemusik di tengahtengah pertunjukan dengan melakukan “tos-tos-an”. Ketika dentuman drum
semakin cepat, gerakan kepala yang dilakukan penonton juga ikut cepat mengikuti
beat drum. Dan ketika tempo musik tiba-tiba berubah menjadi lambat dan
memainkan tangga nada minor, irama tubuh penonton juga kembali berubah
sesuai irama musik. Hevner (1937) yang mengambil contoh pada sebuah karya
53
Gerakan-gerakan tari untuk musik metal.
Universitas Sumatera Utara
musik piano mengemukakan bahwa bila karya piano dimainkan secara cepat pada
modus mayor, pendengar akan menangkap kesan riang gembira. Sebaliknya bila
dalam tempo lambat dan modus minor, musik tersebut terkesan imajinatif dan
sensitif. Bagi pendengar, modus dan tempo memiliki pengaruh terkuat dalam
sebuah musik (2009:98). Selama melakukan penelitian di lokasi pertunjukan
musik, penulis melihat apa yang dikemukakan Hevner diatas juga berlaku
terhadap reaksi penonton pada musik Japanese Rock, jadi tidak hanya berlaku
pada sebuah karya piano saja. Gabrielson & Lindstorm (2001) mengemukakan
bahwa karakteristik musik seperti modus (tangga nada), irama, dan tempo yang
dirasakan oleh pendengar dapat menjadi sebab untuk mengekspresikan emosi
(2009:99).
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memiliki arti.
Perilaku bermusik dari personil band selama pertunjukan berlangsung adalah
usaha mereka untuk memberi penafsiran kepada penonton agar menjadi
bermakna. Dengan kata lain, mereka mencoba berkomunikasi dengan para
penonton melalui ekspresi wajah dan gerakan tubuh sebagai komunikasi non
verbal. Bagi salah seorang anggota band di Medan, ketika bermain musik ia
merasa seperti kesurupan sehingga tubuhnya melakukan gerakan-gerakan tertentu.
Musik membuatnya merasa asik seperti terbebas dari sesuatu yang sedang
membelenggu. Bermain musik dalam suatu pertunjukan seperti ajang pelampiasan
emosi dari masalah-masalah yang sedang dihadapi, istilahnya seperti “lepas
semua iblis-iblis yang ada di dalam kepala”. Apalagi kalau ada penonton yang
mengejeknya sebelum tampil, maka ia akan semakin semangat saat bermain
musik seperti orang kesurupan. Bagi salah seorang vokalis, ketika musik
Universitas Sumatera Utara
dimainkan ia merasakan perasaannya kosong, sehingga ia tidak merasa takut
sedikitpun saat melakukan aksi-aksi melukai diri sendiri. Musik tersebut benarbenar dihayati dan ia merasa seperti sedang kesurupan. Namun aksi-aksi tersebut
hanya berperan sebagai aksi panggung saja yang sifatnya menghibur. Tidak ada
kaitannya sama sekali dengan pemujaan terhadap setan atau apapun.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai trend Japanese rock dan visual kei ini
penulis menyimpulkan bahwa musik Japanese rock merupakan sebuah genre
musik yang memiliki keunikan dari susunan notasi sehingga bagi sebagian orang
musik ini terdengar aneh. Yang menjadi ciri dari Japanese rock adalah komposisi
musik yang padat, susunan akord yang sulit dan aneh, karakter soundnya yang
cempreng, permainan drum yang banyak sinkop, serta variasi akord dalam
permainan bass. Namun dari itu semua yang paling menonjol adalah karakter
vokalnya yang identik dengan vibrasi, teknik falsetto, dan nada tinggi. Selain itu
musik ini terkadang memasukan warna musik lainnya seperti jazz dan klasik.
Selain bermusik, musisi Japanese rock kerap mengangkat tema visual kei sebagai
identitas band-nya. Dari sisi penampilan, anggota band bebas menciptakan gaya
visual yang mereka suka asalkan tidak lari dari tema v-kei yang berpenampilan
“nyentrik” untuk menarik perhatian penonton, seperti mewarnai rambut, memakai
kostum yang terlihat aneh, dan menggunakan make-up tebal sehingga terlihat
feminin.
Di Indonesia, penikmat musik Japanese rock termasuk kedalam golongan
minoritas sehingga musik ini sulit masuk ke industri rekaman. Karena musik ini
terdengar aneh dan belum begitu akrab di telinga orang Indonesia makanya hal
tersebut sulit terwujud. Hal itu membuat para band memproduksi albumnya
dibawah label indie. Walaupun begitu sampai saat ini semakin banyak band
Universitas Sumatera Utara
beraliran Japanese rock bermunculan di beberapa kota besar. Dari segi musik
mereka berusaha mengikuti apa yang umumnya digunakan dalam musik Japanese
rock, mengenai hasilnya masyarakatlah yang berhak menilai. Dari segi
penampilan mereka berusaha membawa tema v-kei meskipun tidak berdandan
serumit musisi Jepang.
Di kota Medan band-band yang beraliran jenis musik ini memang tidak
sebanyak kota-kota besar lainnya. Pertunjukan khusus yang menampilkan semua
band Japanese rock untuk bisa tampil secara bersama-sama sangat minim
sehingga masing-masing band biasanya tampil pada pertunjukan yang
menampilkan berbagai jenis musik. Pertunjukan musik sifatnya sebagai hiburan
dan penikmat / pemusik genre musik ini adalah kalangan remaja.
5.2
Saran
Dari hasil penelitian, penulis ingin memberi saran kepada pembaca dan
masyarakat umum. Penulis mengharapkan kepada masyarakat umum untuk lebih
peka terhadap fenomena munculnya aliran musik yang baru di Indonesia, serta
menghargai setiap jenis musik apapun itu yang merupakan hasil kreativitas anakanak muda. Selama ini orang-orang melihat bahwa dari segi musikal dan
penampilan musisi Japanese rock dianggap aneh, tapi justru hal tersebut bisa
memberi warna yang baru bagi industri musik Indonesia sehingga musik yang
“mondar-mandir” di televisi bukan yang itu-itu saja / monoton. Melalui penelitian
tentang Japanese rock dan visual kei ini, penulis ingin memperkaya wawasan
pembaca dan masyarakat umum tentang trend musik tersebut yang melanda kotakota besar di Indonesia. Penulis sangat menyayangkan sulitnya musik ini masuk
Universitas Sumatera Utara
ke industri rekaman, padahal sudah sangat banyak band-band Japanese rock di
Indonesia. Penulis mengharapkan kepada para produser musik agar memberi
kesempatan bagi musik ini untuk meramaikan industri rekaman supaya lebih
beraneka ragam.
Penulis juga berharap akan ada penelitian lanjutan terhadap musik
Japanese rock, sebab penulis merasa apa yang penulis teliti masih banyak
kekurangan dan masih sangat sedikit. Masih banyak lagi hal yang bisa diteliti dari
musik Japanese rock dengan segala keunikannya bagi penulis lain yang ingin
melakukan penelitian lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adorno, Theodor W
1976
Arif, Bahrudin
2009
Arikunto, Suharsimi
2002
Chase, Gilbert
1992
Dayakisni dan Hudaniyah
2009
Press
Djohan
2007
Durant, Alan
1984
Press
Introduction to the Sociology of Music.New
York: The Seabury Press.
Harajuku Style : Kreativitas dan Nilai-Nilai
Hidup Para Pelaku Seni Cosplay Pada
Komunitas Harjukja di Kota Solo. Surakarta:
Skripsi Sarjana Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek
(Edisi Revisi V). Jakarta: PT Rineka Cipta.
America’s Music : From The Pilgrims to The
Present.
Urbana and Chicago: University Of
Illinois Press
Psikologi Sosial (cetakan keempat). Malang. UMM
Psikologi
Publisher
Musik.
Yogyakarta:
Penerbit
Best
Conditions of Music. London: The Macmillan
Echols, M John
2004
Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Kuntjara, Esther
2006
Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Koentjaraningrat
1973
Gramedia
-----------2002
Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Pengantar Ilmu Antropologi, Cetakan kedelapan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Universitas Sumatera Utara
Malo dkk, Manasse
1985
Manuel, Peter
1988
Nakagawa, Shin
2000
Nettl, Bruno
1975
O’Brien, James Patrick
1995
Prajarto, Nunung
2004
Poloma, Margaret M
2000
Metode Penelitian Sosial. Jakarta:
Karunia Jakarta: Universitas Terbuka.
Penerbit
Popular Musics of The Non-Western World: An
Introductory Survey. New York: Oxford UP.
Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar
Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
“The Role of Music in Culture : Iran, a Recently
Developed Nation”. Dalam: Charles Hamm , Bruno
Nettl, dan Ronald Byrnside, ed., Contemporary
Music and Music Cultures. Englewood Cliffs, New
York: Prentice-Hall.
The Listening Experience: Elements, Form, and
Style in Music. New York: Schirmer Books,An
Imprint of Simon & Schuster Macmillan
Komunikasi,
Negara
Yogyakarta: Lafadl Offset
dan
Masyarakat.
Sosiologi Kontemporer, ( Terjemahan Yasogama )
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Purba, Mauly, dan Ben M Pasaribu
2006
Musik Popular. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara.
Schele, Judith dan Kutanegara, Pande
2006
Budaya Barat dalam Kacamata
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarwan, Ujang
2002
Timur.
Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya
dalam Pemasaran. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Tim
Penyusun
1995
Winter, Robert
1992
Yin, Robert K
2003
Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
DEBDIKBUD
Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Kedua.
Jakarta: Balai Pustaka.
Music For Our Time. California: Wadsworth
Publishing Company.
Studi Kasus (Desain dan Metode), edisi revisi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Universitas Sumatera Utara
Download