Untuk orang yang aku cintai SHT

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyitaan adalah salah satu bagian dari penagihan pajak yang
merupakan tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung
Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut Peraturan
Perundang-undangan. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksanakan terhadap
semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada ditempat tinggal, tempat
usaha, tempat kedudukan, atau ditempat lain sekalipun penguasaannya berada
di pihak lain.
Salah satu potensi perolehan pajak yang sedang giat-giatnya
dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta adalah penagihan
terhadap tunggakan pajak yang mencapai milyaran rupiah. Melihat cukup
besarnya jumlah tunggakan pajak tersebut, tentu diperlukan perhatian khusus
oleh KPP Surakarta
mengenai proses pencairannya
dengan tetap
berdasarkan pada koridor hukum yang berlaku.
Pelaksanaan
penagihan
seringkali
menjadi
dilema
dalam
menunjang penerimaan pajak di KPP Surakarta, karena sering kita dengar
bahwa pelaksanaan lelang harus dilakukan sekalipun nilai obyek sita yang
akan dilelang tidak memadai dibandingkan dengan utang pajaknya.
Kebanyakan Jurusita dalam melaksanakan penagihan pajak nampaknya
melakukan tindakan penagihannya secara konvensional, sehingga jika
diketahui Wajib Pajak tidak memiliki harta yang dapat disita maka kegiatan
penagihan
menjadi terhenti. Memang tindakan penagihan
konvensional
paling mudah dilakukan karena
secara
penekanannya lebih pada
barang bergerak yang jelas terlihat oleh mata seperti mobil, televisi, kulkas,
komputer, serta barang-barang elektronik lainnya.
Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa diundangkan, nampak terobosan baru
dalam rangka
penagihan pajak yang mengalami kemajuan begitu hebat,
karena sudah mengantisipasi pada hal-hal yang erat kaitannya dengan
semakin canggihnya seseorang menyimpan harta kekayaannya yang tidak
lagi menyimpannya dalam bentuk/berupa benda tidak bergerak (tanah dan
bangunan) maupun benda bergerak seperti mobil, televisi, dan lain-lain, tetapi
sekarang ini (khususnya bagi mereka yang memiliki uang banyak) akan
menyimpannya dalam bentuk surat-surat berharga seperti deposito, tabungan,
saham, obligasi atau penyertaan modal pada perusahaan lain, maupun bentuk
surat berharga lainnya.
Begitu pentingnya masalah
penyitaan terhadap harta kekayaan
dalam bentuk surat-surat berharga bank dan bursa efek seperti tersebut diatas,
maka agar dalam pelaksanaannya secara yuridis memiliki kekuatan yang
pasti, Pemerintah telah mengeluarkan aturan yang dapat menjadi landasan
bagi jajaran Direktorat Jendral Pajak, khususnya para Jurusita Pajak dalam
tugasnya sehari-hari, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 135 tahun 2000
tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa. Khusus untuk masalah pemblokiran dan penyitaan harta kekayaan
Penanggung Pajak
yang tersimpan di bank, telah dikeluarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor:563/KMK.04/2000.
Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan diatas, untuk
memahami tahap-tahap penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta
dan untuk mengetahui tata cara penyitaan surat-surat berharga bank dan bursa
efek, maka penulis akan membahas dan menganalisanya yang dituangkan
dalam judul “TATA CARA PENYITAAN SURAT-SURAT BERHARGA
BANK DAN BURSA EFEK SEBAGAI SALAH SATU
PENAGIHAN
PAJAK
DI
KANTOR
TINDAKAN
PELAYANAN
PAJAK
SURAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Penyitaan adalah salah satu tahap penagihan pajak yang merupakan
langkah penting dalam upaya pencairan tunggakan pajak. Melihat semakin
besarnya jumlah tunggakan pajak yang ada pada setiap tahunnya, maka
diperlikan suatu strategi penyitaan yang tepat dan tegas. Berdasarkan latar
belakang yang ada, berikut ini adalah
perumusan masalah untuk
mempermudah penulisan tugas akhir:
1. Tahap-tahap apa saja yang dilaksanakan dalam proses
penagihan pajak?
2. Kelebihan dan kelemahan apa saja
yang timbul dari
tindakan penagihan pajak secara konvensional?
3. Tata cara apa saja yang dilaksanakan dalam penyitaan
terhadap surat-surat berharga bank dan bursa efek ?
C. Tujuan Penelitian
Penetapan tujuan sangat diperlukan, karena dengan tujuan suatu
karya akan mempunyai nilai dan mampu memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Tujuan penelitian yang akan dicapai berdasarkan tema
yang diketengahkan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Menyajikan tahap-tahap dalam proses penagihan pajak.
2. Menyajikan
kelebihan dan kelemahan yang timbul dari tindakan
penagihan pajak secara konvensional.
3. Menyajikan tata cara penyitaan pajak terhadap surat-surat berharga bank
dan bursa efek.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diambil dari penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1.
Manfaat teoritis.
Untuk menambah
pengetahuan dan mampu memahami tata cara
penyitaan surat-surat berharga bank dan bursa efek, sebagai salah satu
alternatif selain penyitaan secara konfensional.
2.
Manfaat praktis.
a. Sebagai sumbangan bagi KPP Surakarta yang mana dapat
dipergunakan untuk mengambil kebijaksanaan dalam pencairan
tunggakan pajak.
b. Dapat dijadikan
sebagai referensi bagi lembaga-lembaga terkait
dalam memberikan
masukan kepada KPP Surakarta mengenai
pelaksanaan penagihan pajak.
c. Untuk peneliti lain sebagai bahan pembanding bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan serupa.
E. Metodologi Pengumpulam Data
Metodologi dapat mengungkapkan masalah secara sistematis dan
konsisten. Metodologi pengumpulan data yang digunakan untuk menunjang
kelengkapan penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut:
1.
Lokasi penelitian.
Penulis mengadakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Surakarta yang berkedudukan di Jalan K. H. Agus Salim No.1 Surakarta.
2.
Jenis penelitian.
Penelitian yang dilakukan bersifat diskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara membuat diskripsi permasalahan yang telah
diidentifikasikan.
3.
Sumber data.
a.
Data primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya. Data ini diperoleh dari metone wawancara. Metode ini
dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan
pegawai KPP Surakarta khususnya dengan Jurusita.
b.
Data sekunder.
Data sekunder adalah data yang tersedia dan diperoleh sebagai hasil
pengolahan
data primer atau data yang menyangkut keadaan
sesungguhnya dari suatu kondisi. Data sekunder diperoleh dengan
menggunakan metode penelitian kepustakaan. Metode ini dilakukan
dengan cara menelaah dan mempelajari data-data mata kuliah,
peraturan perundang-undangan perpajakan, serta referensi lain yang
terkait.
F. Sistematika Penyajian
Sistematika penulisan diatur sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metodologi Pengumpulan Data.
F. Sistematika Penyajian.
BAN II : LANDASAN TEORI
A. Penagihan Pajak.
B. Penyitaan.
C. Jurusita.
BAB III : GAMBARAN UMUM KPP SURAKARTA
A. Sejarah KPP Surakarta.
B. Struktur Organisasi KPP Surakarta.
C. Seksi Penagihan.
D. Sistim Informasi Perpajakan.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Tahap-tahap Penagihan Pajak.
B. Penagihan Secara Konvensional.
C. Tata Cara Penyitaan Surat-surat Berharga Bank.
D. Tata Cara Penyitaan Surat-surat Berharga Bursa Efek.
E. Pencairan Hasil Sita Berupa Surat-surat Berharga.
F. Kelebihan dan Kekurangan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
B. Saran.
Download