ANALISIS PENENTUAN PELETAKAN KAPASITOR OPTIMUM UNTUK MEMPERBAIKI JATUH TEGANGAN DAN MEMINIMALKAN RUGI-RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PROGRAM ELECTRIC TRANSIENT ANALISYS PROGRAM Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning E-mail : [email protected] Dalam penyaluran tenaga listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang letaknya berjauhan selalu mengalami terjadinya kerugian berupa rugi-rugi daya dan rugi tegangan sehingga menyebabkan terjadinya jatuh tegangan yang cukup besar yang mengakibatkan rendahnya tegangan terima terutama yang berada diujung saluran. Untuk mengurangi drop tegangan dan rugi daya adalah dengan memasang kapasitor. Dengan memasang kapasitor rugi-rugi daya bisa diminimalkan sehingga dapat melakukan penghematan energi listrik, peningkatan kualitas tegangan dan kualitas daya (power quality). Dalam penelitian untuk meminimalkan drop tegangan dan rugi-rugi daya dengan melakukan optimasi penentuan lokasi pemasangan optimum kapasitor menggunakan analisa aliran daya dengan program ETAP versi 6.0. sehingga diperoleh tegangan terima dapat diperbaiki untuk kondisi seimbang pada trafo nomor BLT089 sebesar 17,242 kV dengan rugi-rugi daya sebesar 367 kW dan 748 kVAr. Keyword : Sistem distribusi, Rugi-rugi daya, jatuh tegangan, kapasitor 1. Pendahuluan Perkiraan kebutuhan tenaga listrik dihitung berdasarkan besarnya aktivitas dan intensitas penggunaan tenaga listrik. Aktivitas penggunaan tenaga listrik berkaitan dengan tingkat perekonomian dan jumlah penduduk. Dalam penyaluran tenaga listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang letaknya berjauhan selalu mengalami terjadinya kerugian berupa rugi-rugi daya dan rugi tegangan. Besarnya rugi-rugi daya dan rugi tegangan pada saluran distribusi tergantung pada jenis dan panjang saluran penghantar, tipe jaringan distribusi, kapasitas trafo, tipe beban, faktor daya, dan besarnya jumlah daya terpasang serta banyaknya pemakaian beban-beban yang bersifat induktif yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan daya reaktif. Pemasangan kapasitor dapat mengurangi rugi tegangan dan rugi-rugi daya dengan menentukan jumlah pemakaian dan menentukan lokasi yang optimum pada saluran distribusi sehingga nantinya akan diperoleh profil tegangan sesuai dengan standar yang diijinkan 2. Sistem Distribusi Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan peralatan/mesin listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem yang disebut sistem distribusi tenaga listrik yang berfungsi untuk mensuplai tenaga dan mengalirkan listrik dari sumber tenaga listrik (pembangkit, gardu induk, dan gardu distribusi) ke beban atau konsumen. Saluran tegangan menengah 6 kV sampai 20 kV merupakan saluran udara atau kabel tanah, sedangkan gardu distribusi tegangan menengah terdiri dari panel-panel pengatur tegangan menengah dan trafo sampai ke panel-panel distribusi tegangan rendah (380 V/220 V) yang menghasilkan tegangan kerja untuk industri dan konsumen perumahan. BB-GI PMT JTM PBO GD JTM JTR GD JTM JTR GD JTM JTR Gambar 1. Single line diagram saluran distribusi Keterangan : BB-GI = Bus Bar Tegangan Menengah pada Gardu Induk PBO = Pemutus Balik Otomatis PMT = Pemutus Tenaga JTM = Jaringan Tegangan Menengah GD = Gardu Distribusi JTR = Jaringan Tegangan Rendah 3. Impedansi pada Saluran Distribusi Impedansi (Z) terdiri dari resistansi (R) dan reaktansi (X). Impedansi merupakan parameter utama pada suatu saluran transmisi/distribusi. Impedansi pada saluran transmisi/distribusi perlu diketahui untuk melakukan analisa sistem, baik untuk analisa aliran daya, hubungsingkat dan proteksi, kestabilan sistem maupun kontrol sistem. Nilai resistansi ditentukan oleh jenis dan ukuran kawat penghantar, sedangkan nilai reaktansi (induktif dan kapasitif) ditentukan oleh jarak antar saluran dan jumlah serat kawat penghantarnya. Biasanya untuk sistem bertegangan rendah dan menengah, reaktansi kapasitif dapat diabaikan, karena nilainya relatif kecil dibandingkan dengan reaktansi induktif (Gonen Turan, 1988). (2.1) Z = R + jX Keterangan : Z = Impedansi R = resistansi jX = reaktansi 4. Resistansi Resistansi suatu kawat penghantar tergantung kepada jenis bahan kawatnya yang diwakili oleh resistivitasjenis, luas penampang dan panjang kawat (William D. Stevensen Jr., 1984 dan F.Suryatmo, 1992), R = ρ. l , ohm/meter A (2.2) Keterangan : R = tahanan (ohm/m) ρ = tahanan jenis (ohm-mm²/m) A = luas penampang (mm²) L = panjang kawat (m) Pabrik pembuat, biasanya memberikan nilai resistansi-dc (Rdc) pada temperatur kilometer. 200C Rdc (20) = ρ . untuk setiap 1000 A satu (2.3) Nilai resistansi-jenis pada temperatur 200C adalah 0,028248 ohmmm2/m untuk aluminium dan 0,01724 ohmmm2/m untuk tembaga. Resistansi-dc akan meningkat dengan naiknya temperatur penghantar. Bila temperatur penghantar (Temperatur lingkungan) sebesar T0C, maka resistansi-dc pada T0C untuk penghantar dengan koefisien temperatur pada 200C (α20)= 0,00403 per-0C (Alluminium 61%): Rdc (T 0 C) = Rdc (20 C ) ×[1 + α 20 .(T 0 C - 20 0 C )] (2.4) Bila penghantar dialiri listrik AC, maka resistansinya akan lebih besar dari resistansi-dc disebabkan adanya efek kulit (skin effect) akibat frekuensi (f). Faktor efek kulit (mr) adalah seperti persamaan (2.5) : mr = 0,0118. f (2.5) 5. Reaktansi Reaktansi pada saluran transmisi/distribusi terdiri dari reaktansi induktif (jX) dan reaktansi kapasitif (-jX). Namun pada saluran distribusi, reaktansi kapasitif sangat kecil sekali, sehingga biasanya diabaikan. Besar reaktansi induktif (T.S. Hutauruk, 1983): X = 2 π f .L (2.6) Keterangan : F = Frekuensi (Hz) L = Induktansi (Hendry) X = Reaktansi induktif 6. Kapasitor pada Saluran Distribusi Kapasitor adalah komponen/peralatan listrik yang dapat mensuplai daya reaktif (kVAr). Pemasangan kapasitor pada sistem distribusi dapat memperbaiki faktor daya, rugi daya, pada saluran dan memperbaiki tegangan pada sistem. Kapasitor Bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara paralel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran dipakai adalah kVAR meskipun di dalamnya tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau micro farad. Kapasitor ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading), sehingga mempunyai sifat mengurangi terhadap sifat induktif (lagging) dengan dasar nilai faktor daya diperbaiki. Kapasitansi adalah kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan listrik, dinyatakan dengan simbol C dan satuan Farad, muatan listrik dengan simbol Q dengan satuan Coulomb, tegangan diantara dua plat bersimbol V dengan satuan Volt. Kapasitas sebuah kapasitor adalah perbandingan antara banyak muatan listrik dengan tegangan kapasitor (Sudaryatno Sudirhan, 2002). Antara daya reaktif kapasitif dan daya reaktif induktif mempunyai arah yang berlawanan. Daya reaktif induktif daya listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan medan magnet yang dibutuhkan oleh alatalat induksi seperti motor listrik, transformator, dan lain-lain. Tanpa daya reaktif induktif daya listrik tidak dapat ditransfer ke sisi sekunder dalam suatu trafo atau melalui celah udara pada motormotor listrik. Daya reaktif kapasitif adalah daya yang dibutuhkan kapasitor, kapasitansi tegangan tinggi dan sebagainya. Pada prinsipnya suatu beban induktif bila digambarkan arus dan tegangannya, diperoleh arus (I) tertinggal di belakang tegangan (V) dengan sudut (θ) derajat. a) Daya Aktif Daya aktif adalah daya rata-rata yang diserap komponen resistif yang dinyatakan dengan P dalam satuan Watt dan ditulis dengan persamaan : (2.7) P = I2 R = I 2 ( Z Cos ϕ ) c) Daya Semu Daya semu adalah hasil perkalian antara tegangan dan arus yang dinyatakan dengan S atau dapat ditulis dengan persamaan : (2.9) S = I 2Z = ( I Z ) I Cos ϕ = V I Cos ϕ Keterangan : Z = Impedansi, dengan satuan Ohm V = Tegangan, dengan satuan Volt I = Arus, dengan satuan Amper b) Daya Reaktif Daya reaktif adalah daya yang diserap oleh komponen reaktif yang dinyatakan dengan Q dalam satuan VAR. Didefinisikan sebagai perkalian antara tegangan, arus dan sinus dari sudut faktor daya dan ditulis dengan persamaan : (2.8) 2 = (I Z )I =V I Keterangan : S = Daya semu, dengan satuan VA Z = Impedansi, dengan satuan Ohm V = Tegangan, dengan satuan Volt I = Arus, dengan satuan Amper Selanjutnya S dan P dapat dinyatakan secara geometris sebagai sisi miring dan sisi horizontal dari sebuah segi tiga daya siku-siku seperti terlihat pada gambar 2 dan 3. R Q =I X = I 2 Z Sinϕ = ( I Z ) I Sinϕ = V I Sin ϕ Daya reaktif dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) daya reaktif kapasitif dan (2) daya reaktif induktif. jXL S ϕ Q P Gambar 2. Segitiga daya dengan beban induktif ϕ P S Q Gambar 3. Segitiga daya dengan beban kapasitif P = S × Cosϕ Q = P × Tan ϕ S = P + jQ (2.10) Keterangan : P = Daya aktif, dengan satuan Watt Q = Daya reaktif, dengan satuan VAR S = Daya semu, dengan satuan VA Hubungan tersebut dapat ditunjukan dengan gambar dibawah ini : Gambar 4. Segitiga Daya P = 3 .V . I . Cosϕ (kW ) (2.11) Q = 3 .V . I . Sin ϕ (kVAR) (kVA) Dimana V adalah tegangan antar saluran (line to line) Jika jaringan terdiri dari tahanan R dan reaktansi induktif XL=ωL, maka impedansi jaringan : Z = R 2 + ω 2 .L2 Gambar 5. Diagram suatu pemasangan kapasitor shunt Kapasitor mengambil daya reaktif leading dari sumber dan dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Diagram segitiga daya reaktif Untuk sistem tiga fasa perhitungan daya adalah sebagai berikut : S = 3 .V . I . 7. Kapasitor Sebagai Perbaikan Tegangan Jika suatu feeder melayani beban induktif dengan faktor daya lagging (terbelakang), dengan faktor daya yang rendah akan menambah daya terpasang (kVA) yang lebih tinggi untuk kebutuhan daya aktif yang konstan. Keterangan gambar : P = Daya aktif (WATT) Q1 = Daya reaktif yang diinginkan (VAR) Q2 = Daya reaktif awal (VAR) QC = Daya reaktif yang perlu ditambahkan (VAR) Jika beban disuplai oleh daya aktif P dan daya reaktif Q lagging dan daya nyata S1 pada faktor daya lagging ϕ1 maka : Cos ϕ = P = S1 P (2.13) P +Q 2 1 2 1 (2.12) dimana ω = 2.π . f Keterangan : Z = Impedansi, dengan satuan Ohm R = Tahanan, dengan satuan Ohm L = Induktansi, dengan satuan Hendry Bila kapasitor shunt Qc=kVAR dipasang pararel dengan beban yang faktor dayanya lagging dengan sudut ϕ2 maka : Cos ϕ = = P P = S2 P22 + Q22 (2.14) P P22 + (Q1 − QC ) 2 Dengan memperhatikan gambar 6, akan diperoleh hubungan berikut : Q1 = P .tan ϕ1 (2.15) Q2 = P .tan ϕ 2 Untuk sistem tiga fasa maka perlu dipasang tiga buah kapasitor yang identik sehingga daya reaktif total adalah : Qr = 3 . QC = 3 ω C V 2 (2.16) Untuk menentukan kapasitas kapasitor untuk menaikkan faktor daya dari saluran distribusi ditulis dengan persamaan : C= P (tan ϕ1 − tanϕ 2 ) ωV2 Jatuh tegangan pada dengan faktor daya lagging pemasangan kapasitor persamaannya sebagai berikut : Vd = I R .R + I X . X L − I C . X C (2.17) feeder setelah maka (2.18) Dimana IC adalah komponen arus reaktif leading 900 terhadap tegangan 8. Hubungan Kapasitor Terhadap RugiRugi dan Jatuh Tegangan Setiap kawat penghantar/konduktor memiliki nilai hambatan yang nilainya bergantung dari jenis material penghantar (hambantan jenis), panjang penghantar dan luas penampang penghantar tersebut. Selain ketiga faktor di atas, tahanan dari penghantar juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti tingkat dan jenis polusi, derajat kelembaban udara dan suhu (Gonen Turan, 1988). R2 T + t 2 = R1 T + t1 (2.19) R1 dan R2 berturut-turut adalah tahanan penghantar pada suhu-suhu t1 dan t2 dalam derajat Celcius dan T adalah konstanta yang nilainya ditentukan grafik berdasarkan materi penghantar. Nilai jatuh tegangan pada penghantar saluran distribusi tidak hanya dipengaruhi oleh tahanan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh nilai induktansi dan kapasitansi (untuk reaktif) sistem distribusi namun biasanya nilai kapasitansi dapat diabaikan. Adanya unsur reaktif mengakibatkan terjadinya selisih fasa antara arus dan tegangan sehingga arus yang mengalir semakin besar yang berarti rugi-rugi daya dan jatuh tegangan juga semakin meningkat. Persamaan pendekatan jatuh tegangan pada: Vdrop = IR cos θ + IX sin θ (2.20) Keterangan : Vdrop = Jatuh tegangan pada saluran penghantar (Volt) I = Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere) R = Tahanan pada satu penghantar (Ohm) X = reaktansi pada satu penghantar (Ohm) θ = Sudut antara tegangan dan arus pada penghantar cos θ = Faktor daya beban sin θ = Faktor reaktif beban (load reactive faktor) Perhitungan tegangan pada pangkal penghantar atau pada bus terdapat pada persamaan: es = (e. cos θ + IR) 2 + (e. sin θ + IX ) 2 (2.21) Jatuh tegangan pada sistem distribusi dapat terjadi pada : a. Penyulang tegangan menengah b. Transformator distribusi c. Penyulang jaringan tegangan rendah d. Sambungan rumah e. Instalasi rumah Sesuai dengan definisi, persamaan jatuh tegangan adalah : ΔV = Vk – Vt (2.22 ) Keterangan : Vk = nilai mutlak tegangan ujung kirim Vt = nilai mutlak tegangan ujung terima Jadi, ΔV pada persamaan (2.22) merupakan selisih antara tegangan ujung kirim dan tegangan ujung terima. 9. Program ETAP (Electrical Transient Analysis Program) PowerStation PowerStation adalah software untuk power system yang bekerja berdasarkan perencanaan (plant/project). Setiap plant harus menyediakan modelling peralatan dan alat - alat pendukung yang berhubungan dengan analisis yang akan dilakukan. ETAP PowerStation dapat melakukan penggambaran single line diagram secara grafis dan mengadakan beberapa analisis/studi yakni Load Flow (aliran daya), Short Circuit (hubung singkat), motor starting, harmonics power systems, transient stability, dan protective device coordination. 10. Analisis Penentuan Peletakan Kapasitor Pada PT. PLN Ranting Duri Gardu Hubung Wonosobo Gardu Induk Duri Gardu hubung (GH) Wonosobo mempunyai 3 (tiga) penyulang (feeder) yaitu feeder Sebanga. Feeder Belutu dan feeder Subrantas dengan jumlah transformator sebanyak 175 unit dengan total panjang saluran 150,25 km dan kapasitas total transformator 15280 kVA ditunjukkan pada gambar 7. Maka impedansinya adalah: Z = R + jX = R 2 + X 2 (PanjangSaluran ) = 0.4608 2 + 0.3572 2 (0.4 )km = 0,2332 Ohm b. Untuk luas penampang AAAC 70 mm2 Untuk saluran 1 pada feeder Subrantas (GH-DRI082) - Panjang Saluran = 1.95 km - R = 0.4608 ohm - X = 0.3572 ohm Maka impedansinya adalah: Z = R + jX = R 2 + X 2 (PanjangSaluran ) = 0.4608 2 + 0.3572 2 (1.95)km =1.1369 Ohm c. Untuk luas penampang AAAC 150 mm2 Untuk saluran 1 pada feeder Belutu (GH-DRI220) - Panjang Saluran = 0.65 km - R = 0.2162 ohm - X = 0.3305 ohm GH Wonosobo Feeder Sebanga Travo GI 2 x 30 MVA Ekspress Feeder Feeder Belutu Feeder Subrantas Gambar 7. Sistem Distribusi 20 kV PT. PLN (Persero) Ranting Duri 11. Perhitungan Impedansi Berdasarkan data kawat AAAC 150 mm2 dan 70 mm, maka dapat dilakukan perhitungan impedansi saluran pada masing-masing feeder GH Wonosobo sebagai berikut : a. Untuk luas penampang AAAC 70 mm2 Untuk saluran 1 pada feeder Sebanga (GH-DRI037) - Panjang Saluran = 0.4 km - R = 0.4608 ohm - X = 0.3572 ohm Maka impedansinya adalah Z = R + jX = R 2 + X 2 (PanjangSaluran ) = 0.2162 2 + 0.3305 2 (0.65)km = 0,2567 Ohm 12. Penentuan Lokasi Optimum Kapasitor. Pada kondisi eksisting besar tegangan terendah pada feeder Sebanga dan Subrantas masih berada diatas tegangan regulasi minimum (18 kV) yaitu 18.328 kV pada Trafo DRI258 untuk feeder Sebanga, dan 18.387 kV pada feeder Subrantas sehingga pemasangan kapasitor diutamakan pada feeder Belutu dengan kondisi tegangan terendah sebesar 15.989 kV pada trafo BLT089 dan mempunyai saluran utama terpanjang. 13. Menentukan Tegangan dan Rugi Daya Untuk masing-masing feeder Rugi daya dan tegangan dapat dihitung dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut : Untuk Feeder Sebanga Saluran 1 (GH – DRI037): - Panjang Saluran = 0.65 km - Impedansi Saluran = 0.2332 Ohm - Tegangan Bus GH = 18.485 kV - Arus Beban = 770 Amps Jatuh tegangan pada saluran adalah : ∆𝑉𝑉 = 𝐼𝐼 𝑋𝑋 𝑍𝑍 ∆𝑉𝑉 = 774 𝑥𝑥 0,2332 ∆𝑉𝑉 = 180.4968 𝑘𝑘𝑘𝑘 Sehingga tegangan trafo DRI037 adalah : ∆VDRI037 = VGH-∆V = 18485-180.4968 Volt = 18304 Volt = 18.304 kV Kapasitor-1 : (2 × 1 − 1) X 1 = 1 − × 0,6 × 56 km 2× 4 1 = 1 − × (0,6) × 56 km 8 = 51,80 km ( pada trafo T .117 / BLT 008) Kapasitor-2 (2 × 2 − 1) X 2 = 1 − × 0,6 × 56 km 2× 4 3 = 1 − × (0,6) × 56 km 8 = 43,40 km ( pada trafo T .112 / BLT 012) Kapasitor-3 Dengan menggunakan Program ETAP 6.0 VDRI037 =18.461 kV 14. Penentuan Lokasi Optimum Kapasitor untuk Feeder Belutu. Diketahui bahwa total daya reaktif yang mengalir pada saluran adalah 4254 kVAr. Faktor kompensasi kapasitor (K) digunakan 60%, maka daya reaktif yang disuplai oleh kapasitor adalah : K= kVAr Cap = 0,6 kVAr Total kVAr − Cap = 0,6 × kVAr Total = 0,6 × 4254 kVAr = 2552,4 kVAr Bila satu unit kapasitor 600 kVAr, maka kapasitor yang diperlukan adalah : 2552,4 = 4,254 600 dibulatkan menjadi 4 unit N= Letak optimum setiap kapasitor dapat ditentukan sebagai berikut : (2 × i − 1) X 1 = 1 − × K× l 2× n Dengan panjang saluran total (saluran utama) pada Feeder Belutu 56 km, maka penempatan kapasitor adalah : (2 × 3 − 1) X 3 = 1 − × 0,6 × 56 km 2× 4 5 = 1 − × (0,6) × 56 km 8 = 35,00 km ( pada trafo T .88 / BLT 015) Kapasitor-4 : (2 × 4 − 1) X 4 = 1 − × 0,6 × 56 km 2× 4 7 = 1 − × (0,6) × 56 km 8 = 26,60 km ( pada trafo T .80 / BLT 021) Dengan memasukan 4 x 600 kVar kapasitor pada kondisi seimbang (eksisting) menggunakan program ETAP versi 6.0, maka diperoleh tegangan terima pada setiap trafo dan rugi daya pada saluran. Tegangan pada setiap bus dan total rugi daya pada saluran untuk kondisi eksisting dan kondisi setelah pemasangan 4 unit kapasitor dengan kapasitas kapasitor 600 kVAr pada feeder Belutu dapat dibandingkan seperti pada Tabel 1. dan Tabel 2. Tabel 1. Data Parameter Penghantar AAAC NO Penampang nominal (mm2) Jari-jari Urat GMR Resistansi (Ω/km) Reaktansi (Ω/km) 1. 70 4.7193 7 3.4262 0.4608 0.3572 2. 95 5.4979 19 4.1674 0,3396 0,3499 3. 150 6.9084 19 5.2365 0,2162 0,3305 4. 240 8.7386 19 6.6238 0,1344 0,3158 Tabel 2. Sistem Distribusi kondisi eksisting No. Feeder Kondisi Eksisting Tegangan Total Rugi Daya terendah Lokasi kV kW kVar Kapasitor kVar Lokasi 1 Sebanga DRI258 18.328 23.3 53.5 - - 2 Subrantas DRI180 18.387 32.4 74.3 - - 3 Belutu BLT089 15.989 186.7 317.1 - - Total lossis di saluran 170.3 248 - - Total lossis di saluran Ekspress Feeder 186.3 422.5 - - 429 867 - - Total lossis/rugi daya Keseluruhan Tabel 3. Hasil Analisis setelah menggunakan ETAP 6.0 No. Feeder Pemakaian Kapasitor 4 x 600 kVar Tegangan Total Rugi Daya terendah Kapasitor Lokasi kV kW kVar kVar Lokasi 1 x 600 1 x 600 1 x 600 1 x 600 - T117/BLT008 T112/BLT012 T088/BLT015 T080/BLT021 - 1 2 Sebanga Subrantas DRI258 DRI180 18.600 18.603 16.66 24.47 49.2 69.66 3 Belutu BLT089 17.242 32.54 83.5 140.8 152.5 367 199.8 345.8 748 Total lossis di saluran Total lossis di saluran Ekspress Feeder Total lossis/rugi daya Keseluruhan 15. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan perhitungan, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan untuk sistem distribusi 20 kV Gardu Hubung Wonosobo PT. PLN (Persero) Cabang Dumai – Ranting Duri yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan perhitungan melalui Program ETAP Versi 6.0 Total rugi daya dari ketiga feeder (GH) Wonosobo pada saat eksisting adalah 429 kW dan 867 kVAr untuk kondisi seimbang. 2. Besar tegangan terendah pada feeder Belutu untuk kondisi eksisting berada dibawah tegangan regulasi minimum sebesar 15,989 di trafo BLT089 dengan total rugi daya sebesar 186,7 kW dan 317,1 kVar, Besar tegangan tegangan terendah pada feeder Sebanga dan Subrantas untuk kondisi eksisting masih berada diatas tegangan regulasi minimum (18 kV) yaitu 18,328 pada trafo DRI258 untuk feeder Sebanga dan 18,387 kV pada trafo DRI180 untuk feeder Subrantas dengan rugi daya masing- masing 23.3 kW dan 53,5 kVar untuk feeder Sebanga serta 32,4 kW dan 74,3 kVar untuk Feeder Subrantas. 3. Total rugi daya dari ketiga feeder (GH) Wonosobo pada saat dipasang kapasitor 4 x 600 kVar hanya pada satu feeder yaitu feeder Belutu masingmasing di trafo BLT008, trafo BLT 012, trafo BLT015 dan trafo BLT021, rugi daya total pada saluran menurun menjadi 367 kW dan 748 kVAr dengan tegangan terendah untuk kondisi seimbang, dengan tegangan terendah 18,600 pada trafo DRI258 untuk feeder Sebanga dan 18,603 kV pada trafo DRI180 untuk feeder Subrantas serta 17,242 kV pada trafo BLT089 untuk feeder Belutu. 16. Daftar Pustaka [1]. Mohammad A.S Masoum, “Optimal placement, Replacement and Sizing of Capasitor Bank in Distrorted Distribution Network by Genetic Algorithms”, IEEE Transaction on Power Delivery, Vol. 19, No. 4, Oktober 2004. [2]. M.Kaplan, “Optimization of Number, Location, Size, Type and Capasitors on radial Distribution Feeders”, IEEE Transaction on Power Apparatus and System, Vol. 103, No. 9, September 1984. [3]. Shyh-Jier huang, “An Immune Based Optimization Method to capasitor Placement in a Radial Distribution System”, IEEE Transaction on Power Delivery, Vol. 15, No. 2, April 2000. [4]. Abdul Kadir, Prof. Ir., Pengantar Teknik Tenaga Listrik, LP3S, Jakarta, 1978. [5]. F. Suryatmo, 1996, Dasar-Dasar Teknik Listrik, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. [6]. Hadi Saadat, 1999, onteroll Setting of Shunt CaAnalysis, Milwaukee School of Engineering, United of America. [7]. Hutauruk, T.S, Prof. Ir. M.Sc, 1996, Transmisi Daya Listrik, Erlangga. [8]. William D. Stevensen Jr., 1984, Analisis Sistem Tenaga Listrik, Erlangga, Jakarta. Biodata : Abrar Tanjung, lahir di Pekanbaru 20 Nopember 1970. Lulus Sarjana Teknik Elektro pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Lancang Kuning Pekanbaru tahun 1998 dan Program Magister Pascasarjana pada Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro Program Studi Sistem Tenaga Listrik Institut Teknologi Surabaya (ITS) Surabaya tahun 2008. Dosen Tetap pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.