Oseana, Volume XXXIII, Nomor 1, Tahun 2008 :41-50 ISSN 0216-1877 ASPEK BIOLOGI IKAN KAKATUA(SUKU SCARIDAE) Oleh Mohammad Adrim1) ABSTRACT BIOLOGICAL ASPECTS OF PARROTFISHES (FAMILY SCARIDAE). Parrotfish (Scaridae) is one of the most common fishes inhabiting coral reef ecosystem in the Indo Pacific region. At present, the family of Scaridae consists of 90 species and ten genera, and Scams is the most dominant genus in the family. There are 39 species from six genera ofparrotfishes known occurred in Indonesian waters. Maximum size of the fish maturity are rangingfrom 15 to 120 cm in standard length. The parrotfishes are sexual hermaproditisms, which one individual can become both female and male in its live cycle. Parrotfishes have various patterns and colourations, and the colours can be useful to indentify the species. As herbivorous fishes, they collect various species of algae as their food resources. sangat digemari dan populer di kalangan pengunjung restoran makanan laut. Salah satu supermarket di Jakarta, Carrefour juga menyediakan ikan ini dalam keadaan segar sebagai salah satu di antara bahan makanan laut. BEAUFORT (1940) melaporkan terdapat 49 jenis ikan kakatua di kawasan Indo-Pasifik, dan ini meliputi perairan Indonesia. Ikan kakatua telah banyak diteliti para ah!i di manca negara, tetapi di Indonesia ikan tersebut masih belum banyak mendapat perhatian untuk diteliti. Pada hal di Indonesia kelompok ikan ini amat melimpah baik jenis maupun jumlahnya, diperkirakan ada sebanyak 36 jenis kakatua. Ikan kakatua dapat dikenali dengan mudah, misalnya melalui bentuk dan susunan gigi yang amat khusus. Semua gigi bergabung membentuk semacam flat, baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Struktur gigi tersebut sangat kuat karena terbungkus pula oleh otot- PENDAHULUAN Ikan kakatua tergolong hewan penghuni perairan karang. Memiliki ukuran tubuh beragam, mulai dari sedang sampai ukuran besar. Pada umumnya kakatua hidup di perairan tropis dan subtropis. Di kawasan Indo-Pasifik kelompok ikan tersebut sangat melimpah. Ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena memiliki serat daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami proses pembusukan setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Selain itu, tubuh memiliki lendir yang banyak, sehingga dagingnya akan cepat busuk jika tidak diawetkan (es). Ikan ini cukup digemari dan sangat laku di pasaran. Di Indonesia, akhir-akhir ini ikan tersebut telah menjadi komoditi ekonomis penting yang diekspor dalam keadaan segar ke Hongkong, Taiwan dan Singapura. Menurut LIAO et al. (2004). Di Taiwan, kakatua _________________________________ 1) Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 41 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Tanda-tanda morfologi secara umum suku Scaridae antara lain; bentuk tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan kepala tumpul, sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah. Sirip dubur dengan tiga duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 1317 duri lemah. Sirip perut dengan satu duri keras dan lima duri lemah. Sisik besar dan tidak bergerigi {cycloid). Gurat sisi memiliki 22-24 sisik berporos, dan terpisah dua bagian. Pada pipi terdapat 1-4 sisik. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada 2-8. Pada rahang atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat. Struktur gigi ikan ini agak unik, disebut gigi plat karena susunan gigi menyatu dan di tengah ada celah (Gambar 1). Pada ikan dewasa terdapat satu atau dua taring pendek di samping rahang atas pada posisi beiakang. Sejauh ini telah ditemukan 10 marga yang terdiri dari 90 jenis ikan kakatua yang tersebar di berbagai belahan bumi (PARENTI & RANDALL, 2000). Sebagian besar dari anggota jenis ikari ini ditempatkan dalam marga Scarus. Bentuk tubuh bagian luar (morfologi) antar anggota kelompok dalam marga ini amat sulit dibedakan, hanya terdapat perbedaan pada jumlah duri lemah sirip dada, sisik predorsal tengah dan pola susunan sisik di pipi. Tubuh ikan kakatua pada umumnya mempunyai aneka ragam corak dan warna. Dalam mengidentifikasi jenis, warna tubuh tersebut dapat pula dipakai untuk membedakan antara satu jenis dan lainnya. Namun adakalanya terjadi pula kesulitan dalam menggunakan warna untuk identifikasi, yaitu ketika hewan ini masih dalam ukuran tertentu yakni pada usia muda (ketika tengah mengalami fase kelamin betina). Pada saat berstatus sebagai ikan muda dengan jenis kelamin betina hampir semua jenis kakatua berwarna keabu-abuan atau kecoklatan, tetapi setelah semakin menginjak dewasa dan masuk fase pejantan yang merupakan fase akhir dari kehidupannya, warna tubuhnya berubah menjadi warna-warni sehingga sangat kontras otot yang amat kuat sebagai penyangga antara rahang atas dan rahang bawah. Pada langitlangit dalam mulut terdapat suatu lapisan gigi yang merata, dengan demikian tenaga gabungan gigi dan struktur rongga mulut memiliki kekuatan luar biasa untuk melumat makanan apapun yang dapat masuk. Di samping gigi yang khas, bentuk tubuh dan corak warna juga amat spesifik sehingga siapapun dapat mengenali hewan ini secara mudah. Pada umumnya ikan kakatua hidup secara berkelompok dalam aktivitas harian, dan hanya beberapa jenis saja yang hidup sendiri-sendiri atau berpasangan. Sebagai hewan herbivora, ikan kakatua aktif di siang hari, dan hanya sedikit sekali dari hewan ini yang aktif dimalam hari. Untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk kehidupan ikan kakatua, yaitu sistematika, ciri-ciri, perkembangbiakan, tingkah laku, habitat dan berbagai keunikan yang dimiliki ikan tersebut akan diutarakan lebih rinci dalam uraian selanjutnya. SISTEMATIKA DAN TAND A-TAND A UMUM Secara sistematika kelompok ikan kakatua di tempatkan di dalam suku Scaridae (BELLWOOD, 1994; RANDALL& BRUCE, 1983 dan SCHULTZ, 1969). Susunan dari klasifikasinya menurut PARENTI & RANDALL (2000), adalah sebagai berikut: Devisio Kelas Bangsa Anak-bangsa Suku Marga Jenis : Teleostei : Ostheichthyes : Perciformes : Labroidei : Scaridae (Rafinesques 1810) : Calotomus, Leptoscarus, Cetoscarus, Chlorurus, Cryptotomns, Hipposcarus, Nicholsina, Sparisoma, Bolbometopon dan Scarus. : Scarus dimidiatus Bleeker, 1859 (Contoh). Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 42 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 2. Diagram dari suatu hipotesa tentang perubahan kelamin (sexual) dan warna tubuh dari ikan kakatua (CHOA, 1996) berkembang menjadi ikan muda (juvenile) di habitat terumbu karang atau padang lamun. Reproduksi Pemijahan ditandai dengan suatu cara gerakan serentak ke permukaan oleh individu jantan dan seketika itu pula ikan betina pasangannya mengikuti. Telur dan sperma dibebaskan ketika melakukan gerakan naik dan setelah melepaskan kedua gonad jantan dan betina dengan cepat ikan kembali ke dasar. Telur yang dihasilkan berukuran kecil, berbentuk bulat mengapung di permukaan. Telur tersebut kemudian menetas menghasilkan larva, kemudian menyebar ke daerah perairan karang lain di sekitarnya atau daerah lebih jauh dari tempat asalnya. Pergerakan dari larva tersebut umumnya akan bersifat pasif mengikuti gerakan arus dan gelombang laut. Larva kemudian Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 Makanan Hampir semua jenis ikan kakatua mengambil makanan mengikuti pola makan tanpa pilih (non-selektif) dengan melakukan "grazing" terhadap algae halus yang tumbuh menutupi permukaan karang mati. Vegetasi algae biru, coklat, merah dan hijau biasanya merupakan sumber makanan bagi hewanhewan herbivora, termasuk ikan kakatua. CHEN (2002) mengemukakan bahwa ikan kakatua juga pemakan krustasea dan foraminifera yang berasosiasi dengan vegetasi algae, sehingga ikan ini dapat pula digolongkan sebagai hewan omnivora. 44 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id pertahun oleh hewan herbivora termasuk ikan kakatua. Permukaan karang yang ditumbuhi algae dikikis dengan sekuat tenaga sehingga fragmen gampingan terbawa dalam jumlah besar. Makanan diambil menggunakan gigi plat yang amat kuat, kemudian makanan tersebut masuk ke rongga mulut , setelah itu dicerna lagi oleh plat gigi parinx. Hasil proses makanan dari mulut tersebut kemudian ditelan dan disimpan di lambung. Secara singkat karbohidrat, protein, dan mineral diserap oleh tubuh melalui usus. Ampas kotoran yang dikeluarkan melalui anus ternyata sebagian besar berupa fragmen kalkareus (calcareous algae) dari tumbuhan algae. WINN (1961) mengemukakan bahwa sebanyak 2.300 kg material fragmen kalkareus algae yang dihasilkan per hektar Aktivitas harian Aktivitas harian ikan kakatua berbeda - beda, tergantung pada jenis dan ukuran tubuh atau fase pertumbuhannya. Ketika berukuran relatif kecil atau berusia muda (juvenile), ikan kakatua cenderung hidup berkelompok dalam jumlah tertentu dan memilih padang lamun sebagai tempat pembesaran (Gambar 3). Setelah dewasa mereka akan masuk ke perairan karang dan kebanyakan jenisnya menyukai hidup berkelompok. Jumlah individu dalam satu kelompok dapat mencapai puluhan bahkan ratusan ekor (Gambar 4) Gambar 3. Ikan kakatua muda (juvenile) dari jenis Scarus spp. dalam aktivitas harian dengan berkelompok (schooling) di padang lamun Pulau Waigeo, Raja Ampat, Propinsi Papua Barat (Foto: M. Adrim, P2O-LIPI) Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 45 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 4. Ikan kakatua dewasa dari jenis Scarus spp. dalam aktivitas harian dengan formasi berkelompok (Schooling) di terumbu karang Pulau Pari, Kepulauan Seribu (Foto : M. Adrim, P2O-LIPI). Laut Mediterania. Beberapa pakar mengemukakan tentang keberadaan ikan kakatua di beberapa negara di kawasan Indo-Pasifik, yaitu di Jepang. MASUDA et al (1984) melaporkan sebanyak 30 jenis mewakili 4 marga ikan kakatua. HERE (1953) melaporkan sebanyak 39 jenis kakatua yang tergolong dalam 3 marga di Filipina. Sebanyak 30 jenis kakatua yang mewakili 7 marga dilaporkan pula di Taiwan (SHEN et al, 1993 dan LIAO et al, 2004). Di Australia RANDALL et al. (1996) mengemukakan 27 jenis dari 6 marga. Di Indonesia ikan tersebut tersebar hampir seluruh perairan Nusantara. ALLEN & ADRIM (2000) mengemukakan 36 jenis ikan kakatua dijumpai di Indonesia. Sebagianbesar jenisnyamendiami perairan karang, contohnya; ikan kakatua dari jenis Chlorurus bleeker dan Scarus schlegeli (Gambar 5 dan 6), dan contoh jenisnya yang Aktivitas ikan kakatua pada siang hari adalah mencari makan, sedangkan pada malam hari mereka beristirahat (tidur) di tempat yang aman dan strategis, misalnya di celah-celah karang agar terlindung dari predator. WINN (1955) melaporkan ikan kakatua sewaktu tidur pada malam hari menyelimuti diri dengan suatu lapisan lendir yang dihasilkan tubuhnya (mucous envelope). Strategi tersebut diduga bertujuan untuk mengelabui predator sebagai cara melindungi diri. DISTRIBUSI Sebarannya di dunia PARENTI & RANDALL (2000) mengemukakan bahwa sebagian besar (75 %) ikan kakatua tersebar di kawasan Indo-Pasifik (termasuk Indonesia), sisanya terdapat di daerah sub-tropis seperti di timur Samudera Atlantik dan Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 46 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id muda (juvenile). Diduga ikan kakatua tersebut menjadikan padang lamun sebagai daerah asuhan. seringkali dijumpai di padang lamun adalah Leptoscarus vaigiensis (Gambar 7). di perairan padang lamun umumnya dijumpai ikan kakatua ketika masih sebagai ikan Gambar 5. Ikan kakatua (♂ ) dari jenis Chlorurus bleekeri, dijumpai di perairan karang di P. Panabungi, Kecmatan Kadatua, Buton (Foto: M.Adrim, P2O-LIPI). Gambar 6. Ikan kakatua (♂ )dari jenis Scarus schlegeli di jumpai pada perairan karang di perairan karang P. Bunguran, Kep. Natuna (Foto : M. Adrim, P2O-LIPI). Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 47 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 7: Ikan kakatua dari jenis Leptoscarus vaigiensis dijumpai di padang lamun Teluk Gili Manuk, Bali Barat (Foto: M. Adrim, P2O-LIPI). Ikan kakatua di Indonesia Tabel 1: Jenis ikan kakatua yang terdapat di perairan karang Indonesia (ALLEN & ADRIM, 2000). Beberapa jenis-jenis ikan kakatua di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis ikan kakatua yang umum dijumpai di perairan karang di Indonesia yaitu kakatua dari jenis Scarus quoyi, Scarus dimidiatus, Scarus ghobban, Chlorurus bleeker, Cetoscarus bicolor, Scarus niger dan lainlain. Leptoscarus vaigiensis dijumpai pada umumnya hanya di daerah padang lamun. Ikan kakatua jenis Bolbometopon muricatum merupakan ikan dengan ukuran tubuh paling besar. Biasa hidup soliter atau berkelompok dalamjumlah beberapa ekor bahkan mencapai 30. Ukuran tubuh maksimum dari jenis ikan tersebut mencapai 1,2 meter. Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 1. Bolbometopon muricatum (Valenciennes, 1840). 2. Calotomus carolinus (Valenciennes, 1839) 3. Calotomus spinidens (Quoy and Gaimard,1824) 4. Cetoscarus bicolor (Riippell, 1829) 5. Chlorurus bleekeri (de Beaufort, 1940) 6. Chlorurus bowersi (Snyder, 1909) 7. Chlorurus capistratoides (Bleeker, 1847) 8. Chlorurus enneacanthus Lacepede, 1802 9. Chlorurus japanensis (Bloch, 1789) 10. Chlorurus microrhinos (Bleeker, 1854) 11. Chlorurus oedema (Snyder, 1909) 12. Chlorurus sordidus (Forsskal, 1775) 48 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. BELLWOOD, D.R. 1994. A phylogenetic study of the parrotfishes family Scaridae (Pisces: Labroidei), with a revision of genera. Rec. Aust. Mus. Suppl. 20: 1-86. Chlorurus strongycephalus (Bleeker, 1854) Chlorurus troschelii (Bleeker, 1853) Hipposcarus longiceps (Valenciennes, 1839) Leptoscarus vaigiensis (Quoy and Gaimard,1824) Scarus chameleon Choat and Randall, 1986 Scarus dimidiatus Bleeker, 1859 Scarus flavipectoralis Schultz, 1958 Scarus festivus Valenciennes, 1840 Scarus forsteni (Bleeker, 1861) Scarus frenatus Lacepede, 1801 Scarus fuscocaudalis Randall and Myers, 1999 Scarus ghobban Forsskal, 1775 Scarus globiceps Valenciennes, 1840 Scarus hypselopterus Bleeker, 1853 Scarus niger Forsskal, 1775 Scarus oviceps Valenciennes, 1839 Scarus prasiognathos Valenciennes, 1839 Scarus psittacus Forsskal, 1775 Scarus quoyi Valenciennes, 1840 Scarus rivulatus Valenciennes, 1839 Scarus rubroviolaceus Bleeker, 1847 Scarus scaber Valenciennes, 1840 Scarus schlegeli Bleeker, 1861 Scarus spinus (Kner, 1868) Scarus tricolor Bleeker, 1849 Scarus virdifucatus (Smith, 1956) Scarus xanthopleura Bleeker, 1853. CHEN, L.S. 2002. Post-settlement diet shift of Chlorurus sordidus and Scarus schlegeli (Pisces: Scaridae). Zool. Stud. 41:47-58. CHOAT, H. 1966. Parrot fish. Australian Natural History. Vol. 15(8): 265-269. HERE, A.W. 1953. Check list of Philippine fishes. United States Government Printing Office. Research Report 90. Washington DC: 977 pp. LIAO, Y.C.; L.S. CHEN; K.T. SHAO and I.S. CHEN 2004. A Review of Parrotfishes (Perciformes: Scaridae) of Taiwan with Descriptions of Four New Records and One Doubtful Species. Zool. Stud. 43(3): 519-536 MASUDA, H.; K. AMAOKA; C. ARAGA; T. UYENO and T. YOSHINO 1984. The fishes of the Japanese Archipelago. Text. Tokyo: Tokai Univ. Press: 437 pp. PARENTI, P. and J.E. RANDALL 2000. An annotated checklist of of the species of lte Labroid fish families Labridae and Scaridae. Ichthyological Bulletin. 68: 1-97. DAFTAR PUSTAKA ALLEN, G.R. and M. ADRIM 2003. Review article; Coral reef fishes of Indonesia. Zoological Studies. 42 (1): 1-72. SCHULTZ, L.P. 1969. The taxonomic status of the controversial genera and species of parrotfishes with descriptive list (family Scaridae). Smithson. Contrib. Zool. 17:1-49. BEAUFORT, L.F. 1940. The Fishes of the Indo-Australian Archipelago. E.J. Brill, Leiden: 508 pp. Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 49 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id THRESEHER, R.E. 1984. Reproduction in Reef Fishes. T.F.H. Publication, Inc. Ltd. Hong Kong: 399 pp. SHEN, S.C; S.C LEE; K.T. SHAO; H.C. MOK; C.H. CHEN; C.C. CHEN and C.S. TZENG 1993. Fishes of Taiwan. Taipei: Department of Zoology, National Taiwan Univ. Press: 560 pp. WINN, H.E. 1955. Formation of a mucous Envelope at night by Parrot fishes. Zoologica. 40 (14): 145-149. RANDALL, J.E.; GR. ALLEN and R.C. STEENE 1996. Fishes of the Great Barrier Reef and Coral Sea. Honolulu, HI: Univ. of Hawai'i Press: 506 pp. WINN, H.E.and J.E. BARDACH 1957. Behavior, sexual dichromatisme, and species of parrot fishes. Science. 125 (3253): 885-886. RANDALL, J.E. and R.W. BRUCE 1983. The parrotfishes of the subfamily Scaridae of the western Indian Ocean with descriptions of three new species. Ichthyol. Bull. 47:1-39. Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 WINN, H.E. 1961. Transport of calcareous fragments by reef fishes. Science. 133 (3446): 98-99. 50 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id