Hukum Tata Negara - Website Staff UI

advertisement
Hukum Tata Negara
Hukum Tata Negara adalah hukum mengnai susunan suatu Negara. Negara adalah suatu
organisasi yang mengatur keseluruhan hubungan natara manusia satu sama lain dalam
masyarakat, dan menegakkan aturan tersebut dengan kewajibanya. Negara adalah
organisasi kekuasaan/ kewibawaan dan kelompok manusia yang ada dibawah
pemerintahnya, merupakan masyarakat yang tunduk kepada kekuasaan/ kewibawaannya.
Disamping itu Negara mempergunakan kewibawaan tersebut untuk menjamin
danmengelola kepentingan-kepentingan materiil dan spiritual para anggotanya (Dedi
Sumardi: Pengantar Hukum Indonesia)
Negara memperlihatkan 3 kenyataan:
1. Kekuasaan Tertinggi
2. Wilayah, yaitu lingkungan kekuasaan
3. Warga Negara
Tentang kekuasaan tertinggi dan legitimasi kekuasaan tertinggi terdapat banyak pendapat:
a. Teori Teokrasi, mendasarkan (melegitimasi) kekuasaan Negara pada kehendak
Tuhan, tidak mungkin diadakan pemisahan antara negara dan agama.
b. Negara sebagai Organisasi Kekuatan belaka, Negara mempertahankan dan
menjalankan kekuatan.
c. Teori Perjanjian, menitikberatkan kekuasaan Negara didasarkan atas suatu
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat. Negara selayaknya
merupakan negara demokrasi langsung.
d. Diantara teori-teori Perjanjian, Teori Rousseau yang paling berpengaruh. Dian
berpendapat bahwa negara bersifat sebagai wakil rakyat, yang merupakan
kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Negara selayaknya merupakan negara
demokrasi langsung.
e. Teori Kedaulatan Negara, memandang bahwa hukum ada karena negara
menghendakinya. Setiap tindakan pemerintah merupakan kehendak negara,
tindakannya tidak dapat dibatasi oleh hukum, karena hukum buatan negara. Tidak
mungkin negara harus tunduk kepada buatannya sendiri.
f. Teori kedaulatan negara mendaat tantangan dari berbagai sarjana hukum,
terutama Krabbe yang terkenal dengan teori kedaulatan hukum. Dalam teori
tersebut bukan hanya manusia dibawah perintah hukum, negarapun dibawah
perintah hukum. Hukum berdaulat, hukum berada diatas segala sesuatu, termasuk
negara. Apa yang dikemukakan oleh Krabbe adalah konsep negara hukum.
Negara hukum berdasarkan 2 asas pokok, yaitu:
1. Asas Legalitas, yaitu asas bahwa semua tindakan negara harus didasarkan atas dan
dibatasi oleh peraturan, yaitu Rule of Law. Badan-badan pemerintah tidak dapat
melakukan tindakan yang bertentangan dengan inti UUD atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lain. Menurut pasal 1 ayat 3: negara Indonesia
adalah negara hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(Machtsstaat). Ini mengandung arti bahwa negara, dimana termasuk didalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang lain, dalam melaksanakan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.
Dalam pasal 1 ayat 1 KUHP juga tercermin asas negara hukum dimana ditetapkan
tiada suatu peristiwapun dapat dipidanakan nelainkan atas kekuatan ketentuan pidana
dalam UU, yang terdahulu dari peristiwa itu
2. Asas Perlindungan Kebebasan dan Hak Pokok Manusia, semua orang yang ada
diwilayah negara dalam hal kebebasan dan hak itu sesuai dengan kesejahteraan umum.
Kekuasaan Tertinggi negara dilakukan dalam suatu wilayah tertentu, yaitu wilayah
negara, tempat dimana kekuasaan tertinggi itu dapat dijalankan secara efektif, yang
meliputi tanah, laut dan udara. Lingkungan kekuasaan sesuatu negara biasanya teritur.
Batas-batas wilayah terotorial suatu negara biasanya ditentukan oleh masing-masing
negara dengan memperhatikan sebnayak-banyaknya asas hukum internasional. Jarak 3
mil laut menjadi batas tradisional lebarnya laun. Pada jaman sekarang bagian terbesar
negara telah memperluas lebarnya laut teritorial sampai 12 mil laut. Setelah itu diterima
asas, bahwa setiap negara berhak menggali kekayaan alam tang terkandung dalam
landasan laut sampai batas yang merupakan wilayah negara.
a. Seluruh daerah (tanah) bekas jajahan hindia Belanda, termasuk Irian Jaya/ Papua
yang administrasinya diserahkan kepad pemerintah RI oleh PBB pada tanggal 1
Mei 1963.
b. Batas perairan Indonesia adalah 12 mil laut dengan mempertahankan prinsip
wawasan nusantara, yaitu segala perairan disekitar, diantara, dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia merupakan bagian
dari wilayah Indonesia.
c. Ruang udara diatas tanah dan laut wilayah negara RI sesuai dengan traktat Paris
tahun 1919 yang menetapkan bahwa udara diatas teritur negara termasuk teritur
negara tersebut.
Warga Negara adalah mereka yang merupakan keanggotaan yuridis dari negara. Siapa
yang tidak termasuk warga negara adalah orang asing. Agar dapat menetukan siapa
warga negara dan siapa yang tidak, dapat digunakan dasar penentuan tersebut dengan 2
ukuran, yaitu Ius Sanguinis dan Ius Soli.
Ius Sanguinis, seseorang menjadi warga negara karena keturunan, misalnya anak warga
negara Indonesia yang lahir di manapun juga, dengan sendirinya menjadi warga negara
Indonesia.
Ius Soli, seseorang menjadi warga negara karena kelahiran diwilayah suatu negara
tertentu atau karena dia sudah beberapa waktu lamanya menjadi penduduk suatu negara
tertentu.
Selain 2 asas kewarganegaraan tersebut, dipergunakan 2 stelsel kewarganegaraan, yaitu
stelsel aktif dan stelsel pasif. Stelsel aktif, orang harus melakukan tindakan-tindakan
hukum tertentu secara aktif untuk menjadi warga negara. Sedangkan stelsel pasif, orang
dengan sendirinya diangap menjadi warga negara tanpa melakukan sesuatu tindakan
hukum tertentu. Sehubungan dengan kedua stelsel tersebut harus dibedakan:
a. Hak Opsi, yaitu hak untuk memilih kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
b. Hak Repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (dalam stelsel
pasif)
Dalam menetukan kewarganegaraan beberapa negara memakai asas Ius Soli sedangkan di
negara lain berlaku Isu Sanguinis. Hal ini dapat menimbulkan 2 kemungkinan:
a. Apatride (Stateless) adalah penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
b. Bipatride, yaitu penduduk yang mempunyai 2 macam kewarganegaraan rangkap
atau dwi kewarganegaraan (Utrecht, Bab VII, hal 3)
Organisasi suatu negara disusun berdasarkan hukum tata negara positif dari negara yang
bersangkutan. Demikian juga organisasi negara Indonesia disusun berdasarkan hukum
tata negara Indonesia. Dalam Hukum Tata Negara Indonesia terdapat 2 hal yaitu:
1. Bagaimana organisasi negara Indonesia.
2. Bagaimana sistem hukum tata negara Indonesia.
Organisasi Negara Indonesia tersusun berdasarkan UUD 1945. UUD menetukan
struktur wewenang organisasi negara Indonesia. Dengan perkataan lain baik struktur
organisasi dan pemberi wewenang dalam organisasi negara ditentukan oleh UUD 1945.
Dalam penjelasan UUD 1945 dijelaskan, UUD sebagaian dari hukum dasar. UUD ialah
hukum dasar yang tertulis disamping itu berlaku hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara,
meskipun tidak tertulis. Untuk menyelidiki hukum dasar suatu negara, tidak cukup hanya
menyelidiki pasal-pasal UUD, tapi harus menyelidiki pasal-pasal UUD sebagaimana
prakteknya dan bagaimana kebatinan dari UUD tersebut. Adapun pokok-pokok pikiran
dalam pembukaan UUD:
1. Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial agi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan.
4. Ketuhanan yang Maha Esa menjadi dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mewujudkan pembangunan dan lain-lain penyelenggaraan negara, untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
rakyat yang luhur.
Berdasarkan UUD 1945 struktur organisasi negara adalah: Lembaga-lembaga Tinggi
Negara dalam susunan ketatanegaraan Indonesia adalah: DPR, Presiden, DPA, BPK, MA.
MPR semula merupakan lembaga tertiggi negara, yang kemudian dirubah menjadi
lembaga tinggi negara.
Badan kenegaraan tersebut memperoleh kekuasaan atau wewenangnya dari UUD 1945,
yang disebut sebagai hukum tata negara, yang merupakan sebagaian dari hukum tata
negara Indonesia. Bagian lainnya adalah UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU no. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang belum dirubah.
Sistem Hukum Tata Negara Indonesia. Bagaimana sistem hukum tata negara harus
diketahui, bagaimana asas-asas dan peraturan-peraturan hukum tata negara yang
merupakan elemen sistem.
Adapun asas dan/ atau peraturan-peraturan UUD 1945 adalah:
a. Asas Negara Kesatuan, yang berbentuk republik sebagaimana yang tercantum
pada pasal 1 dan pembukaan UUD. Negara menghendaki persatuan segenap
bangsa Indonesia seluruhnya.
b. Sistem Pemerintahan Negara, adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3) dan
penjelasan UUD: a) negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan. b) sistem konstitusional: pemerintahan berdasarkan atas sistem
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).
c. Kekuasaan Negara Tertinggi, ditangan MPR (penjelasan UUD 1945). MPR
sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Presiden menjalankan haluan
negara menrut garis-garis besar yang ditetapkan oleh majelis, tunduk dan
bertanggung jawab kepada majelis.
d. Presiden, ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah majelis.
Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah
ditangan presiden (concenration of power and responsibility upon the president)
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, disamping Presiden adalah DPR.
Presiden harus mendapat persetujuan DPR untuk membentuk UU dan
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara. Oleh karena itu Presiden
harus bekerjasama dengan dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung
kepada dewan.
f. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas (Tidak Absolut) kepala negara
bertanggung jawab kepada MPR, selain itu harus memperhatikan sungguhsungguh suara DPR.
g. Kedudukan DPR adalah kuat, DPR tidak dapat dibubakan oleh Presiden, selain itu
anggota-anggota DPR semuanya merangkap menjadi anggota MPR. DPR dapat
mengawasi tndakan-tindakan presiden, kalau DPR mengangap bahwa Presiden
melanggar haluan negara yang ditetapkan oleh UUD atau MPR, majelis dapat
diundang untu persidangan istimewa agar supaya bisa minta pertanggungjawaban
kepada presiden.
h. Menteri Negara ialah pembantu presiden. Menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR. Kedudukannya tidak tergantung pada dewan, tapi pada
Presiden, menteri negara bukan pegawai tinggi biasa karena menteri-menterilah
yang terutama menjalankan kekuasaan negara dalam praktek. Sebagai pimpinan
departemen, menetri mengetahui seluk beluk tentang lingkungan pekerjaannya,
menteri mempunyai pengaruh besar terhadap presiden dalam menentukan politik
negara mengenai departemennya.
i. Asas Kedaulatan Rakyat (pasal 1 ayat 2). MPR penyelenggara negara yang
tertinggi, asas kedaulatan negara adalah asas negara demokrasi.
j. Asas Multi Tugas Presiden. Eksekutif (pasal 4 ayat 1) Presiden memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD, Legislatif (pasal 5 ayat 1): RUU (pasal 5
ayat 2) menetapkan PP, (pasal 22 ayat 1), Peraturan perundang-undangan/
Yudikatif (pasal 14 ayat 1) Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi, pasal 14
ayat 2 Presiden memberikan amnesti dan abolisi
k. Asas Kabinet Presidensial (Pasal 17) Kabinet memberikan pertanggungjawaban
pekerjaannya kepada presiden.
l. Asas Desentralisasi,Dekonsentrasi dan Asas Pembantuan dari sistem
pemerintahan di daerah (pasal 18 ayat 1-7; pasal 18a dan pasal 18b)
m. Asas Saling Mengawasi (Check and Balance) antara kekuasaan Ekseutif dan
Legislatif sama kekuatannya.
n. Asas Saling MEngawasi antara kekuasaan Eksekutif dengan Yudikatif: Tidak
seimbang. Pemerintah lebih kuat kekuasaannya dibanding Yudikatif (MA)
Presiden mempunyai hak/ wewenang mengawasi pekerjaan MA. Hak
memberikan Grasi, Rehabilitasi, Amnesti dan Abolisi merupakan hak prerogatif
presiden. Hak MA/ badan peradilan untuk mengawasi pemerintah dikatakan
sebagai asas yang tidak tertulis, tidak ditentukan dalam UUD, pemerintah dapat
menyatakan MA melakukan intervensi terhadap kekuasaan pemerintah. (Bachsan
Mustafa, Bab VII, Kansil Bab X, Utrecht Bab VII, Par 8-9, Kusumadi Pidjo
Sewojo, Bab V, UUD 1945 Amandemen 1999-2002)
Hukum Administrasi Negara
Sebelum memahami apa yang dimaksud dengan Hukum Administrasi Negara, maka
perlu mengerti dahulu apa yang dimaksud dengan Adminstrasi Negara, menurut Dimock
dan Dimock:
Admministrasi Negara adalah aktifitas-aktifitas negara dalam melaksanakan kekuasaankekuasaan politiknya. Dalam arti sempit: aktifitas badan-badan eksekutif dan kehakiman.
Dalam arti yang lebih khusus lagi: aktifitas badan-badan eksekutif saja dalam
melaksanakan pemerintahan.
Utrecht menggambarkan Administrasi Negara sebagai kompleks van ambten (gabungan
jabatan-jabatan yang melaksanakan tugas pemerintahan) mempunyai pengertian yang
sempit yaitu: hukum yang mengatur aktifitas badan-badan pemerintahan dalam
melaksanakan tugas pemerintahannya.
Definisi Hukum Administrasi Negara
Utrecht : Hukum Adminsitrasi Negara/ Hukum Pemerintahan yang menguji hubungan
hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (Ambdragers)
Adminstrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.
De La Bassecour Caan: yang dimaksud dengan Hukum Administrasi Negara adalah
himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab maka negara berfungsi dan
beraksi, maka peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara tiap-tiap
warga negara dengan pemerintahnya.
Oppehheim: Hukum tata negara menggambarkan negara dalam keadaan diam (Staats in
Rust), sedangkan Hukum Administrasi Negara menggambarkan Negara dalam keadan
bergerak
Kesimpulanya adalah badan-badan pemerintah setelah memperoleh kekuasaan dari
hukum tata negara, lalau mereka melakukan berbagai aksi atau aktifitas dalam rangka
menjalankan tugas pemerintahannya berdasarkan huku administrasi yang berlaku.
Fungsi Hukum Administrasi Negara
Van Vollenhoven: Hukum Administrasi negara merupakan perpanjangan (verlengstuk)
dari hukum tata negara.
Jadi Hukum Administrasi Negara merupakan peraturan-peraturan hukum yang
melaksanakan hukum tata negara, sesuai dengan pandangan Prof Donner, dalam
teori ”Dwipraja” membagi pekerjaan pemerintah dalam ”menentukan tugas”
dan ”mewujudkan tugas”.
Fungsi menentukan tugas adalah hukum tata negara sedangkan fungsi mewujudkan tugas
adalah tugas hukum administrasi negara. hukum tata negara mempunyai tugas politik,
hukum administrasi negara mempunyai tugas teknik.
Dasar-dasar Hukum Administrasi Negara.
Pengertan Asas, Norma dan Sanksi. Sanksi, dalam pengertian hukum adalah apa yang
menjadi dasar dari suatu norma atau kaidah. Asas adalah apa yang mengawali suatu
kaidah atau awal suatu kaidah. Norma adalah suatu peran hukum yang harus dituruti dan
dilindungi oleh sanksi (Hans Kelsen)
Menurut Utrecht, Norma sebagai kaidah, petunjuk hidup yang harus ditaati oleh anggotaanggota masyarakat yang diberi sanksi atas pelanggarannya. Sanksi adalah ancaman
hukuman atau hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang atau lebih yang telah
melakukan pelanggaran atas suatu norma. Misalnya asas monogami menjadi dasar dari
hukum perkawinan barat: seorang laki-laki dalam waktu yang saa hanya boleh
mengambil seorang wanita sebagai isterinya dan sebaliknya (norma, pasal 27 KUH
Perdata). Sanksi atas pelanggaran pasal 27 yang berfungsi sebagai norma tercantum
dalam pasal 284 KUHP, yaitu di hukum penjara selama-lamanya 9 bulan.
Jadi asas menjadi dasar dari norma, dan sanksi berfungsi melindungi norma, karena
memberikan ancaman hukuman terhadap si pelanggar norma.
Asas hukum administrasi negara Indonesia ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.
a. Asas hukum tertulis
1. Asas Legalitas, setiap perbuatan administrasi negara berdasarkan hukum.
Asas ini sesuai dengan asas negara kita yang berdasarkan asas negara
hukum yang tercantum pada pasal 1 ayat 3 UUD 1945. namun untuk
mencapai negara hukum belum cukup dengan dianutnya asas legalitas
yang merupakan salah satu identitas dari suatu negara hukum, tapi harus
disertai “kenyataan hukum”, harus didukung oleh “kesadaran etis” dari
para pejabat administrasi negara, yaitu kesadaran bahwa perbuatan/
tindakannya harus didukung oleh perasaan kesusilaan, yaitu bahwa
dimana hak negara ada batasnya yang tentunta dibatasi oleh hak-hak asasi
manusia.
2. Asas Persamaan Hak, bahwa semua warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada
kecualinya (pasal 27 ayat 1 UUD 1945) pemerintah Indonesia tidak dapat
membedakan sesama WNI (warga negara asli maupun keturunan asing)
sebaliknya warga negara keturunan asing yang pada umumnya
mempunyai kedudukan sosial dan ekonomi lebih baik daripada warga
negara asli dituntut agar WNI keutrunan asing bersikap lebih luwes dan
loyal serta memiliki desikasi yang pantas terhadap bangsa dan negara
Indonesia.
3. Asas Kebebasan, Asas ini khusus diberikan kepada amninstrasi negara.
Arti asas ini hádala bahwa lepada administrasi negara diberikan kebebasan
untk atas inisiatif sendiri menyelesaikan masalah-masalah yang tikbul
dalam masyarakat secara cepat, tepat dan bermanfaat untuk kepentingan
umum, tanpa menunggu perintah terlebih dahulu dari UU yang disebabkan
UU nya Belem ada atau tidak jelas mengatur masalah tersebut.
Asas ini merupakan asas yang tertulis (pasal 22 ayat 1 UUD 1945) yang
isinya hádala: dalam kepentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan PP sebagai pengganti UU, pasal ini merupakan proses
pengerogotan, yaitu kekuasaan legislatif digerogoti oleh kekuasaan
eksekutif (presiden), sehingga supremasi badan legislatif beralih kepada
badan eksekutif.
Catatan: Indonesia tidak mengikuti sistem pemisahan kekuasaan trias politika.
b.
Asas Hukum Tidak Tertulis
1. Asas tidak boleh menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan atau
dengan istilah lain asas tidak boleh melakukan Deteurnement De Pouvoir.
Setelah badan-badan kenegaraan memperoleh kekuasaan dari UU, jangan
sampai terjadi kekuasaan itu digunakan secara tidak sesuai dengan
pemberian kekuasaan itu oleh UU tersebut.
Jadi jangan menggunakan kekuasaan atau wewenang tersebut melampaui
batas yang diberikan oleh UU, misalnya pencabutan hak atas tanah yang
diatur dalam pasal 18 UUPA (UU no 5/ 1960) pemberian ganti kerugian
yang layak kepada bekas pemilik tanah, kalau terjadipencabutan tanah.
Pencabutan hak atas tanah tanpa ganti kerugian, bukan pencabutan hak
tetapi perampasan hak, hal ini tidak dibenarkan oleh UU
2. Asas tidak boleh menyerobot wewenang badan administrasi negara yang
satu oleh yang lainnya, atau disebut asas Exes De Pouvoir. Arti asas ini
adalah: Bila sudah diadakan pembagian tugas diantara para pejabat
administrasi negara, hendaknya para pejabat melakukan tugas-tugasnya
dalam batas-batas tugas yang telah diberikan oleh UU. Asas ini diperlukan
agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam melaksanakan tugas
administrasinya. Fungsi administrasi negara adalah melayani umum,
public services atau abdi negara.
3. Asas upaya pemaksa atau asas bersanksi adalah sanksi merupakan jaminan
terhadap penaatan kepada hukum administrasi negara, sanksi administrasi,
baik yang tercantum dalam peraturan hukum administrasi maupun yang
ada di luar peraturan hukum administrasi, misalnya dalam KUHP.
Asas Nasionalisme
Asas nasinalisme dalam hukum agraria dipengaruhi oleh sebagian besar negaranegara di dunia. Tanah hanya disediakan untuk warga negara dari negara-negara tersebut.
Asas ini di Indonesia tercakup dalam UUPA (No.5/1960)
Pasal 21 Ayat 1 : “Hanya WNI dapat mempunyai hak milik”
Hak milik merupakan hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai oleh
oarang atas tanah. WNA dengan jalan apapun tidak dapat menguasai tanah Indonesia
dengan hak milik.
Asas Non Diskriminasi.
a. UUPA tidak membeda-bedakan.
b. UUD’45, Pasal 27 Ayat 1: Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 27 Ayat 2: Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Asas Fungsi Sosial dari Tanah
a. Pasal 33 Ayat 2, Ayat 3 UUD’45: Hak menguasai tanah oleh negara
b. Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
Pasal 18 UUPA (UU No.5/1960): Pencabutan hak-hak atas tanah untuk
kepentingan umum dengan memberikan ganti kerugian yang layak karena suatu
pencabutan hak tanpa ganti kerugian yang layak adalah perampasan.
Asas Domein Negara (Domein Verklaring, Pasal 1 Agrarisch Besluit, STB 1870-118);
untuk semua tanah yang tidak dibuktikan hak Eigendom-nya oleh orang, adalah domein
negara atau kepunyaan negara.
Negara berfungsi sebagai pemilik tanah yang boleh menjual tanah kepada siapa saja yang
memerlukannya.setelah berlakunya UUPA (UU No.5/1960) tanggal 24 September 1960
asas domein negara telah diganti dengan asas dikuasai negara (pasal 33 Ayat 3 UUD’45)
Asas Dikuasai Negara
Tercantum dalam pasal 33 Ayat 3 UUD’45 JO Pasal 2 Ayat 1 dan Ayat 2 UUPA yaitu
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-sebesarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 2 Ayat 1 & 2 UUPA: Hak menguasai dari negara termaksud dalam pasal 1 ayat 1,
memberi wewenang untuk:
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan, dan
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air, dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa
Asas Perlekatan
Kedudukan hukum benda-benda (rumah, pohon) bersatu dengan tanah. Asas perlekatan
ini sudah tidak berlaku dan diganti dengan asas pemisahan horisontal yang menjadi dasar
hukum agraria nasional.
Asas Pemisahan Horisontal
Kedudukan hukum benda-benda (rumah, pohon) dipisahkan dengan tanahnya. Hukum
agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa adalah hkum yang telah
disempurnakan. Pembuat UU mengakui bahwa hukum agraria ini terdiri dari UU Agraria
yang tertulis (Hukum Agraria UU) dan hukum agraria yang tidak tertulis (Hukum Agraria
Adat), misalnya membeli pohon atau ngijon (Bahsan Mustafa: bab VIII).
Beberapa bagian Hukum Admistrasi Negara
1. Hkum Agraria
2. Hukum Administrasi Perbendaharaan (Hukum Admistrasi Keuangan, comptabele
administratie-recht
3. Hukum Administrasi Permodalan dan Korporasi Asing (Utrecht:Bab VIII)
Hukum administrasi negara dengan SK Menteri P&K No.148 tentang pedoman
kurikulum minimal negara maupun swasta disebut hukum tata pemerintahan.
HAN: Administratie recht atau administrative law. Hukum tata pemerintahan:
Bestuurecht, selain itu juga dikenal ilmu pemerintahan yaitu bestuurskunde.
Sejak 1950-1960 dipergunakan istilah hokum tata negar (administratierecht), kemudian
setelah tahun 1960 dipergunakan istilah AN untuk UI dan istilah hokum tata
pemerintahan untuk UGM.
Kemudian G.Pringgodigdo menjelaskan:
Oleh karena di Indonesia kekuasaan eksekutif dan kekuasaan adminstratif berada dalam
satu tangan yakni presiden. Maka pengertian HAN yang luas terdiri atas 3 unsur:
1. Hukum tata pemerintahan yaitu hukum eksekutif atau hukum tata pelaksanaan
undang-undang, dengan kata lain hukum tata pemerintahan adalah hukum
menggunakan aktivitas-aktivitas kekuasaan ( kekuasaan untuk melaksanakan
undang-undang)
2. hukum administrasi Negara dalam arti sempit, yaitu hukum tata pengurusan
rumah tangga negara (segala tugas-tugas yang ditetapkan dengan undang-undang
sebagai urusan Negara)
3. hukum tata usaha Negara, yaitu hukum menggunakan surat menyurat, rahasia
dinas dan jabatan, kearsipan dan dokumentasi, pelapoan dan statistic, tata cara
penyimpanan berita acara, penataan sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk,
publikasi dan penerbitan-penerbitan negara.
Arti dan peran HAN:
1. sebagai aparatur Negara, aparatue pemerintah atau sebagai institusi politik
(kenegaraan). Artinya yang meliputi organ yang di bawah pemerintah, mulai dari
presiden, menteri, termasuk sekjen, dirjen, inspektur jenderal, gubernur, bupati,
dan sebagainya
2. sebagai fungsi atau sebagai aktifitas, yaitu kegiata-kegiatan pemerinytahan
artinya sebagai kegiatan “mengurus kepentingan Negara”
3. sebagai proses teknik penyelenggaraan undang-undang, artinya meliputi segala
tindakan aparatur Negara dalam menyelenggarakan undang-undang.
Objek administrasi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar:
1. Administrasi berobyek kenegaraan
a. Administrasi pemerintahan yang dapat dibagi:
1). administrasi sipil, yaitu seluruh aktifitas yang dilakukan oleh
departemen, direktorat sampai aktifitas camat dan lurah
2). Administrasi militer (angakatan bersenjata)
- administrasi militer angkatan darat
- administrasi militer angkatan laut
- administrasi militer angkatan udara
3) Administrasi kepolisian negara
b. Administrasi perusahaan negara
Adalah seluruh aktifitas yang begerak di bidang perusahaan yang
hakekatnya dapat dibedakan berdasarkan gerak usaha untuk produksi,
distribusi, transportasi, banking, asuransi dan sebagainya
2. Administrasi berobjek privat
a. Administrasi perusahaan
Yang termasuk di dalamnya adalah aktifitas-aktifitas di bidang produksi,
transportasi, banking , dan sebagainya. Pada hakekatnya sama dengan
ruang gerak dari administrasi perusahaan negara
b. Administrasi bukan perusahaan (non business)
Yang termasuk di dalamnya adalah aktifitas yang cenderung ke arah usaha
sosial, seperti:
1). Adminstrasi perguruan swasta
2) Administrasi rumah sakit swasta
3) Administrasi hotel swasta
3. administrasi berobjek internasional
yang termasuk di dalamnya adalah seluruh aktifitas yang bergerak dalam bidang
internasional yang dilakukan oleh PBB serta cabang-cabangnya: UNICEF, ILO,
UNDP, dan sebagainya (Kansil: Bab XIX)
Perbuatan Hukum Tata Usaha
Perbuatan hukum tata usaha dapat bermacam-macam jenisnya yang dikenal antara lain:
putusan, ketetapan, surat perintah, izin (undian berhadiah, mengedarkan daftar derma,
menjual minuman keras) konsesi, perjanjian (ikatan dinas)
Perbuatan hukum tata usa asifatnya dapat sepihak, dapat juga 2 pihak (perjanjian) yang
banyak dijumpai dalam hukum tata usaha adalah perbuatan yang sifatnya sepihak
(Kusumadi Pudjosewojo, Bab VI dan VII)
Sistematika Hukum Administrasi Negara
Materi HAN (Heteronom) oleh Prajudi dibagi dalam:
1. Hukum tentan dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum dari administrasi negara
2. Hukum tentang organisasi dari administrasi negara
3. Hukum tentang aktifitas-aktifitas adminstrasi negara, terutama yang bersifat
yuridis
4. Hukum tentang sarana-sarana dari admiistrasi negara, terutama tentang
kepegawaian negara dan keuangan negara.
5. Hukum peradilan administrasi negara.
Untuk membatasi kekuasaan administrasi negara dan untuk melindungi
masyarakat dari kemungkinan-kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh
administrasi negara, terdapat beberapa jalan yang ditempuh antara lain dengan
pengembangan administrasi negara.
Dalam arti luas: peradilan administrasi negara adalah peradilan yang menyangkut
pejabat-pejabat dan instansi administrasi negara, baik yang bersifat “perkaraperkara pidana dan perdata” dan “perkara adminstrasi murni”.
Dalam arti sempit: peradilan administrasi negara adalah peradilan yang
menyelesaikan perkara-perkara administrasi negara murni semata-mata. Suatau
perkara administrasi negara murni adalah suatu perkara yang tidak mengandung
pelanggaran hukum (pidana dan perdata), melainkan suatu konflik/ sengketa yang
berpangkal pada atau mengenai intepretasi dari suatu pasal atau ketentuan UU
(dalam arti luas) dikenal PTUN
Perkara-perkara administrasi internal yang terjadi antara peabat/ isntansi satu
sama lain, pada umumnya berpangkal pada konflik mengenai yuriidiksi atau
kopetensi, diselesaikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur instansi yang bersangkutan dan pada instansi terakhir oleh Presiden.
Perkara-perkara administrasi negara eksternal yaitu antara pejabat/ instansi
dengan warga masyarakat, penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
a. Perkara-perakra administrasi negara murni, diselesaikan melalui cara-cara:
- Pengaduan pada pejabat atasan/ instansi yang lebih tinggi
- Pengaduan kepada badan-badan lain misal panitia perumahan
- Pengaduan administrasi murni (majelis pertimbangan pajak)
b. Perkara-perkara administrasi negara yang mengandung unsur-unsur
pidana/ kejahatan jabatan, pelanggaran jabatan atau unsur peradilan
(perbuatan yang bertentangan dengan hukum) diselesaikan oleh
pengadilan umum (pidana atau perdata)
Peranan peradilan administrasi negara besar dalam usaha penyempurnaan aparatur
negara melalui:
Tindakan hukum terhadap praktek dan perbuatan para pejabat yang:
1. Melanggar Hukum
2. Melanggar UU
3. Melanggar kewajiban atau
4. Tidak efisien, melanggar kepentingan umum.
(Benny M Junus: Bab I – IV)
Download