BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah bunyi-bunyian yang berirama1. Banyak manusia tidak menyadari bahwa ketika melakukan aktivitas yang menghasilkan bunyi, manusia sudah mendengar atau sudah menciptakan suatu jenis musik. Musik merupakan kata yang tidak asing lagi, banyak manfaat yang bisa diterima ketika mendengarkan musik, salah satu manfaat musik adalah untuk menghilangkan kejenuhan (stress). Menghasilkan musik yang nikmat untuk didengar oleh banyak orang bukan hanya tugas seorang musisi (baik penyanyi maupun pencipta lagu), tetapi banyak pihak yang terlibat didalamnya. Salah satu hal yang mendukung untuk nikmatnya musik didengar adalah tempat untuk mendengarkan musik itu sendiri (dalam hal ini adalah gedung pertunjukan musik). Munculnya berbagai jenis dan kelompok musik yang mempunyai penggemar (penonton) yang banyak menjadi faktor penting berdirinya sebuah gedung pertunjukan musik, hal lain yang mendukung pertunjukan musik adalah tempat (ruang pertunjukan) untuk kelompok musik (pemain musik) untuk memperlihatkan keahliannya dalam bermain musik. 1 Hamit St, “Kamus Pintar Bahasa Indonesia” Pustaka Dua Surabaya 1 2 Beragamnya jenis musik dewasa ini, menyebabkan adanya perbedaan kebutuhan ruang pertunjukan setiap jenis pementasan musik tersebut, dan dari perbedaan-perbedaan itu menjadi dasar pemikiran penulis untuk membuat fleksibilitas ruang pertunjukan dalam sebuah gedung pertunjukan musik. Fleksibilitas dalam hal ini berkisar tentang fleksibilitas kegiatan pementasan musik yang di pertunjukkan dan fleksibilitas kapasitas ruangan untuk pertunjukkan. Fleksibilitas kegiatan pementasan musik yang akan di tampilkan tidak hanya untuk jenis pementasan musik santai, musik semi–atraktif dan musik atraktif. Contoh dari jenis pementasan musik santai adalah klasik dan jazz. Contoh dari jenis pementasan musik semi-atraktif adalah pop dan blues. Sedangkan contoh jenis pementasan musik atraktif adalah dangdut, disco dan rock. Di kota Yogyakarta jenis pementasan musik yang sering di pertunjukkan adalah jenis pementasan musik atraktif, dalam hal ini adalah musik rock. Fleksibilitas kapasitas ruangan untuk pertunjukkan dalam hal ini membahas daya tampung penonton yang akan menyaksikan pertunjukkan musik, dan panggung pertunjukkan. Fleksibilitas daya tampung penonton dalam hal ini adalah dimana pengaturan tempat duduk yang nyaman bagi penonton dan dapat dilipat atau digeser pada waktu pementasan musik tertentu. Fleksibilitas panggung dimana panggung dapat digerakkan secara vertikal atau dapat dinaik turunkan dan horizontal atau dapat dimaju mundurkan. 3 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana merancang gedung pertunjukan musik di Yogyakarta ditinjau dari fleksibilitas ruang pertunjukan. 1.3 Tujuan Merancang gedung pertunjukan musik di Yogyakarta dengan tinjauan fleksibilitas ruang pertunjukan. 1.4 Sasaran 1 Melakukan studi tentang pertunjukan musik 2 Melakukan studi tentang persyaratan Gedung Pertunjukan Musik. 3 Melakukan studi tentang Yogyakarta sebagai konteks rancangan. 4 Melakukan studi tentang akustik 5 Melakukan studi tentang fleksibilitas gerak dan ruang pertunjukan 1.5 Lingkup Permasalahan 1 Pertunjukan musik di batasi pada pertunjukan musik modern, seperti: pop, blues, dan slow rock. 2 Gedung pertunjukan musik dibatasi pada pertunjukan musik besar/konser. 3 Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk gedung pertunjukan musik. 4 4 Studi akustik dibatasi pada material akustik untuk lantai, dinding, dan langitlangit pada gedung pertunjukan musik. 5 Studi fleksibilitas ruang pertunjukan dibatasi pada panggung pertunjukan dan tempat duduk penonton. 1.6 Metode Perancangan 1. Metode mencari data a. Wawancara Ditujukan kepada pengelola gedung-gedung pertunjukkan musik seperti Gedung Pertunjukan Musik Sociteit Militair, Jogja Expo Center, Stadion Mandala Krida. b. Observasi Pengamatan langsung pada pertunjukkan musik dan observasi secara surfing internet terhadap gedung pertunjukan musik. c. Studi Literatur Mempelajari buku-buku tentang musik, auditorium, akustik dan fleksibilitas ruang. d. Studi Banding Melihat langsung bangunan yang sejenis yang ada di Yogyakarta. 5 2. Metode analisis data a. Kuantitatif Frekuensi pertunjukkan musik dikomunikasikan dengan angka-angka (numerik). Dalam hal ini, pertunjukan musik dibeberapa tempat seperti; Sociteit Militair, Jogja Expo Center dan Stadion Mandala Krida. b. Kualitatif Temuan-temuan dikomunikasikan secara naratif (menggunakan katakata). 1.7 Sistematika Penulisan Bab 1. Pendahuluan, mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode, dan sistematika penulisan. Bab 2. Pertunjukan musik di Yogyakarta, mengungkapkan perkembangan musik, potensi musik dan jenis-jenis pertunjukan musik di Yogyakarta beserta segala fasilitas yang menyertainya. Bab 3. Tinjauan gedung pertunjukan dan fleksibilitas ruang pertunjukan, mengungkapkan design requirement gedung pertunjukan musik dan fleksibilitas ruang pertunjukan. 6 Bab 4. Analisis konsep perencanaan dan perancangan, mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang di aflikasikan pada lokasi atau site tertentu. Bab 5. Konsep perancangan bangunan, mengungkapkan konsep-konsep yang akan di transformasikan dalam rancangan fisik arsitektural.