peraturan daerah kabupaten ketapang

advertisement
BUPATI KETAPANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG
NOMOR 6 TAHUN 2007
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KETAPANG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan desa sejejalan dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah perlu diadakan penyesuaian
beberapa pengaturan mengenai desa di Kabupaten Ketapang:
b. bahwa salah satu pengaturan mengenai desa yang perlu disesuaikan adalah
Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 7 tahun 2004 tentang
Pembentukan Badan Perwakilan Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 2 Tahun 2006;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan huruf b perlu penetapkan
Peraturan Daerah tentang Badan Permusyawaratan Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959, tentang Penetapan Undang-Undang
Darurat Nomor 3 tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah TK II di
Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953
Nomor 9) sebagai undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor
72 , Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peruahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KETAPANG
Dan
BUPATI KETAPANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN
DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ketapang;
2. Bupati adalah Bupati Ketapang
3. Camat adalah kepala Kecamatan di Kabupaten Ketapang
4. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten Ketapang;
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasrkan
asal-usul dan adat istadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan
pemerintahan Desa;
8. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan desa;
9. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan pelaksanaan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
10. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-Undagan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala
Desa;
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah
Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa;
12. Tokoh Agama adalah seseorang yang dijadikan Panutan dan suri tauladan dibidang
keagamaan di dalam kehidupan sehari-hari;
13. Tokoh Profesi adalah seseorang yang dianggap memiliki kelebihan dibidang tertentu;
14. Tokoh Adat adalah seseorang yang dianggap mampu dan memahami adat istiadat serta
tradisi masyarakat setempat;
15. Tokoh Pemuda adalah seseorang dalam batas usia dewasa yang dianggap mampu
menghimpun, mengkoordinir dan menggerakkan kalangan pemuda menuju kearah yang
lebih baik dan terarah;
16. Panitia Musyawarah dan mufakat adalah suatu panitia yang dibentuk oleh Pemerintah Desa,
untuk memfasilitasi proses pemilihan anggota BPD dengan cara musyawarah dan mufakat;
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah;
(2) Angota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku
Adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh pemuka masyarakat lainnya.
Pasal 3
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling
banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk desa, dan
kemampuan keuangan desa;
Pasal 4
Ketentuan mengenai jumlah anggota BPD berdasarkan jumlah penduduk desa sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 adalah sebagai berikut :
a. jumlah penduduk sampai dengan 1500 jiwa sebanyak 5 (lima) orang anggota;
b. jumlah penduduk 1501 jiwa sampai dengan 2500 jiwa sebanyak 7 (tujuh) orang anggota;
c. jumlah penduduk 2501 jiwa sampai dengan 3500 jiwa sebanyak 9 (sembilan) orang anggota;
dan
d. jumlah penduduk lebih dari 3501 jiwa sebanyak 11 (sebelas) orang anggota;
Pasal 5
Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1
(satu) kalimasa jabatan berikutnya.
BAB III
PERSYARATAN ANGGOTA
Pasal 6
Calon anggota BPD adalah warga desa yang memenuhi syarat :
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Dasar atau sederajat;
c. berumur paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun;
d. bertempat tinggal di desa yang bersangkan menimal 1 (satu) tahun berturut-turut yang
dibuktikan dengan kartu tanda Penduduk atau Surat Keterangan lain yang dibuat oleh pejabat
yang berwenang;
e. sehat jasnani dan rohani;
f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih;
g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
h. belum pernah menjabat sebagai anggota BPD paling lama 10 (sepuluh) tahun atau 2(dua)
kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;
i. tidak dalam status sebagai Kepala Desa, Perangkat Desa, dan anggota DPRD;
j. bagi Pegawai Negeri Sipil, dan anggota TNI/POLRI harus mendapat ijin tertulis dari atasan
langsung;
k. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat didaerahnya;
l. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD.
BAB IV
PENETAPAN ANGGOTA BPD
Pasal 7
(1) Anggota BPD ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
(2) Musyawarah dan mufakat untuk menetapkan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan dengan membentuk Panitia Musyawarah Pemilihan Anggota BPD.
Bagian Kesatu
Panitia Musyawarah
Pasal 8
(1) Panitia Musyawarah sebagai mana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) dibentuk paling lama 3
(tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Anggota BPD.
(2) Panitia Musyawarah dan mufakat terdiri dari perwakilan masing-masing wilayah Dusun,
Rukun Warga, Rukun Tetangga, pemangku adat, golongan profesi, dan tokoh masyarakat;
(3) Panitia Musyawarah pemilihan anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD;
(4) Pembentukan Panitia Musyawarah Pemilihan anggota BPD bagi desa yang baru dibentuk
ditetapkan dengan keputusan BPD desa Induk atas usul dari masyarakat desa yang baru
dibentuk
(5) Apa bila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) tidak dapat
dilaksanakan maka untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa, Camat dapat
menetapkan keputusan tentang pembentukan panitia Pemilihan anggota BPD.
Pasal 9
Pantia musyawarah pemilihan anggota BPD terdiri dari :
a. ketua;
b. wakil ketau;
c. sekretaris;
d. seksi-seksi dan anggota tergantung kebutuhan.
Pasal 10
Panitia Musyawarah pemilihan anggota BPD mempunyai tugas :
a. menetukan dan mengundang peserta musyawarah dan mufakat;
b. menyusun tata tertib musyawarah pemilihan anggota BPD;
c. melaksanakan seluruh proses musyawarah dan mufakat pemilihan anggota BPD sampai
selesai;
d. membuat Berita Acara hasil musyawarah dan mufakat;
e. melaporkan dan menyampaikan Berita Acara musyawarah dan mufakat kepada BPD dan
C.amat.
Pasal 11
Masa Kerja Panitia Musyawarah berakhir sampai peresmian anggota BPD terpilih.
Bagian Kedua
Peserta Musyawarah
Pasal 12
Peserta musyawarah adalah perwakilan dari masing-masing wilayah Dusun, Rukun Warga,
Rukun Tetangga, Pemangku Adat, golongan profesi, dan tokoh masyarakat yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 13.
(1) Peserta musyawarah berhak :
a. berbicara atas persetujuan pimpinan musyawarah;
b. mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul-usul serta saran baik secara lisan maupun
tulisan;
c. mengusulkan, diusulkan dan ditunjuk menjadi anggota BPD.
(2) Peserta musyawarah mempunyai kewajiban :
a. mengisi daftar hadir sesuai dengan undangan;
b. menghadiri dan mengikuti jalannya musyawarah dan mufakat;
c. menjaga keamanan dan ketertiban selama musyawarah berlangsung;
d. mematuhi segala ketentuan musyawarah yang telah disepakati;
e. mematuhi dan menerima segala keputusan musyawarah;
Bagian Ketiga
Mekanisme Musyawarah
Pasal 14
Mekanisme musyawarah untuk memilih anggota BPD dilaksanakan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
musyawarah dan mufakat dilaksanakan di desa setempat;
musyawarah dan mufakat bersifat tebuka;
musyawarah dan mufakat dipimpin oleh ketua panitia musyawarah;
apabila dipandang perlu ketua panitia dapat menunjuk salah satu peserta sebagai pimpinan
musyawarah atas kesepakatan sebagian besar peserta yang hadir;
e. demi menjaga ketertiban dan kelancaran dalam musyawarah dan mufakat, masing-masing
pembicara diatur oleh pimpinan musyawarah.
Pasal 15
(1) Musyawarah dan mufakat dinyatakan sah, apabila dihadiri lebih dari setengah peserta yang
terdaftar dalam undangan.
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi maka musyawarah
dan mufakat dapat ditunda.
(3) Lamanya penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada kesepakatan
sebagian peserta yang hadir.
(4) Untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan desa, lamanya penundaan tidak boleh
melebihi 7 (tujuh) hari.
Pasal 16
Pengambilan keputusan dalam musyawarah dilaksanakan dengan menjunjung tinggi azas
kekeluargaan dan kebersamaan untuk mencapai mufakat.
Pasal 17
Keputusan Musyawarah hanya menetapkan nama-nama dan jumlah anggota BPD sebagaimana
dimaksid dalam Pasal 4.
Bagian Keempat
Pemilihan Pemimpin BPD
Pasal 18
(1) Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang Wakil
ketua merangkap anggota, dan 1(satu) orang Sekretaris BPD merangkap anggota.
(2) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang
diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oeh anggota tertua dan
dibantu oleh anggota termuda.
Bagian Kelima
Penyampaian Berita Acara
Pasal 19
(1) Panitia musyawarah menyampaikan Berita Acara hasil keputusan Musyawarah penetapan
Aanggota BPD dan Pemilihan Pimpinan BPD kepada BPD dengan tembusan disampaikan
kepada Kepala Desa dan Camat Setempat.
(2) BPD menyampaikan Berita Acara hasil Keputusan Musyawarah Penetapan Anggota BPD
dan Pemilihan Pimpinan BPD kepada Bupati melalui camat untuk diresmikan paling lama
15 (lima belas) hari sejak Berita Acara hasil keputusan Musyawarah Pemilihan BPD
disampaikan Ketua Panitia.
BAB V
PENGESAHAN PENETAPAN ANGGOTA
Pasal 20
Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati selambat-lambatnya dalam waktu
30 (tiga puluh) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian Berita Acara hasil Keputusan
Musyawarah Penetapan Anggota BPD dan Pemilihan Pimpinan BPD.
Pasal 21
(1) BPD dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 15 (lima belas) hari
terghitung tanggal penerbitan Keputusan Bupati tentang Peresmian BPD.
(2) Pelantikan BPD sebagaimana dimakud pada ayat (1) dilaksanakan di desa yang
bersangkutan atau di Kantor Camat setempat di hadapan masyarakat.
(3) Tata cara pelantikan dan pengaturannya ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 22
(1) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersamasama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau Pejabat yang dijunjuk.
(2) Susunan kata-kata sumpah/janji BPD sebagai berikut:
“Demi Allah/Tuhan, Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya
sebagai anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya. Bahwa
saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar
Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-Undangan dengan seluruslurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Pasal 23
(1) Segera setelah dilaksanakannya pelantikan, BPD yang lama melaksanakan serah terima
Jabatan kepada BPD yang baru yang disaksikan oleh pejabat yang berwenang.
(2) Pada saat serah terima jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD yang lama
menyerahkan dan melaporkan penyelengaraan pemerintahan desa yang meliputi
administrasi dan keuangan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
BAB VI
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 24
(1) BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Desa.
(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah Desa.
(3) BPD merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi Pancasila.
Pasal 25
BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Pasal 26
BPD mempunyai tugas dan wewenang:
a. Melaksanakan proses pemilihan Kepala Desa;
b. Membahas rancangan peraturan Desa bersama Kepala Desa;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Desa dan peraturan Kepala Desa;
d. Menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan
pertanggung jawaban Kepala Desa;
e. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
f. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi
masyarakat;dan
g. Menyusun tata tertib BPD.
BAB VII
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 27
(1) Secara Kelembagaan BPD mempunyai hak:
a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
b. Menyatakan pendapat;
(2) Setiap anggota BPD mempunyai hak:
a. Mengajukan perencanaan peraturan desa;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat;
d. Memilih dan dipilih;
e. Memperoleh tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
Pasal 28
Anggota BPD mempunyai Kewajiban :
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
d. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
e. Memproses pemilihan kepala desa;
f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
g. Menghormati nilai-nilai sosia budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemayarakatan.
Pasal 29
Disamping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, BPD mempunyai kewajiban
menyampaikan laporan hasil kinerja kepada masyarakat yang disampaikan paling sedikit satu
kali dalam satu tahun melalui rapat umum desa dan papan pengumuman desa atau media massa.
Pasal 30
Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :
a. Menjadi pengurus partai politik;
b. Merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa;
c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD;
d. Merugikan kepentingan umum, meresahkan kelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan
warga atau golongan masyarakat lain;
e. Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang,barang dan jasa dari pihak lain,
yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
f. Menyalahgunakan wewenang;
g. Melanggar sumpah janji jabatan;
h. Melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan adat istiadat dan budaya masyarakat
setempat;
i. Sebagai pelaksana proyek desa.
BABVIII
PEMBERHENTIAN
Pasal 31
Mekanisme pemberhentian dan penggantian Antar Waktu anggota BPD dilakukan melalui rapat
BPD.
Pasal 32
Anggota BPD berhenti atau diberhentikan:
a. Telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota BPD yang baru;
b. Meninggal dunia;
c. Atas permintaan sendiri secara tertulis;
d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD;
e. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturutturut selama 6 (enam) bulan;
f. Tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan sebagai anggota BPD sehinga
menimbulkan krisis kepercayaan dari sebagian besar masyarakat;
g. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan adat istiadat setempat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h. Terbukti melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 33
Usulan pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf b dan huruf c
disampaikan oleh Pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat setempat.
Pasal 34
Usulan pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf d, huruf e,
huruf f, huruf g dan huruf h disampaikan oleh Pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat
setempat berdasarkan keputusan Rapat BPD.
BAB IX
PENGGANTIAN ANTAR WAKTU
Pasal 35
(1) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya diadakan
Penggantian Antar Waktu.
(2) Masa jabatan Anggota BPD pengganti adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh
anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan.
(3) Penggantian antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
keterwakilan wilayah BPD yang diganti.
Pasal 36
(1) Usulan Pemberitahuan dan Penggantian Antar Waktu Anggota BPD disampaikan kepada
Bupati malalui Camat setempat, dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Desa.
(2) Bupati menerbitkan Surat Keputusan Pemberitahuan dan Penggantian Antar Waktu Anggota
BPD yang paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usulan diterima.
Pasal 37
(1) Apabila pimpinan BPD berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir,
diadakan penggantian pimpinan BPD.
(2) Proses pemberhentian dan penggantian Pimpinan BPD berlaku Pasal 18 ayat (2).
(3) Masa jabatan pimpinan BPD pengganti adalah sisa waktu masa jabatan yang belum dijalani
oleh pimpinan BPD yang berhenti atau di berhentikan.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 38
(1) Berdasarkan usulan dari masyarakat desa, Bupati dapat membubarkan BPD apabila lebih
dari 2/3 (dua per tiga) anggota BPD sudah mengundurkan diri dan/atau tidak melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagai anggota BPD sehingga menghambat penyelenggaraan
pemerintahan desa.
(2) Usulan pembubaran anggota BPD disampaikan oleh perwakilan masyarakat kepada Bupati
melalui Camat dengan melampirkan Berita Acara hasil musyawarah desa, dftar hadir peserta
musyawarah dan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Bupati dapat menugaskan Tim guna meneliti kebenaran atas usulan pembubaran BPD.
Pasal 39
(1) Pembubaran BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Camat setempat memfasilitasi pembentukan panitia musyawarah pembentukan BPD paling
lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Bupati tentang pembubaran BPD ditetapkan.
(3) Panitia Pemilihan Anggota BPD melaksanakan tugasnya sampai dengan diresmikannya
anggota BPD yang baru berdasarkan peraturan daerah.
Pasal 40
Anggota BPD yang telah dibubarkan wajib memberikan laporan pertanggungjawaban
administrasi dan keuangan kepada masyarakat, segera setelah diresmikannya BPD yang baru.
BAB XI
SEKRETARIAT DAN ALAT KELENGKAPAN LAINNYA
Pasal 41
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPD dibantu oleh Sekretariat BPD.
(2) Sekretariat BPD dipilih dan ditetapkan oleh Sekretaris BPD.
(3) Sekretaris BPD dipilih dan ditetapkan dari anggota BPD.
(4) Alat kelengkapan BPD lainnya seperti komisi atau panitia dapat dibentuk sesuai dengan
kebutuhan.
(5) Alat kelengkapan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusan
BPD.
BAB XII
RAPAT-RAPAT
Pasal 42
(1) Rapat BPD dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun.
(2) Rapat BPD dinyatakan sah dan dapat mengambil keputusan apabila telah dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.
(3) Rapat BPD dipimpin oleh ketua BPD.
(4) Dalam hal ketua BPD berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua BPD.
(5) Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua BPD berhalangan rapat dipmpin oleh Sekretaris BPD.
(6) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat
yang dibuat oleh Sekretaris BPD.
BAB XIII
TATA TERTIB DAN MEKANISME KERJA
Pasal 43
(1) Peraturan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja BPD diatur dalam Tata Tertib BPD.
(2) Perturan Tata Tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) ditetapkan dengan
Keputusan BPD.
BAB XIV
TATA CARA MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 44
(1) BPD Wajib menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
(2) Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baik yang disampikan oleh
individu, kelompok, Ras/Agama, profesi, pengusaha maupun organisasi.
Pasal 45
Dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat, BPD dapat melakukan:
a. Kunjungan langsung kepada masyarakat dengan melakukan observasi, wawancara maupun
penyebaran angket;
b. Mengundang masyarakat dalam rapat umum desa;
c. Menerima kunjungan masyarakat.
Pasal 46
(1) BPD mengadakan rapat khusus dalam rangka menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
(2) Aspirasi masyarakat baru dapat disalurkan apabila berdasarkan data dan informasi yang
benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan hasil, konsekwensi dan
akibatnya.
(3) Keputusan Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam Berita Acara dan
disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditindak lanjuti.
BAB XV
HUBUNGAN KERJA
Pasal 47
(1) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintahan desa.
(2) Hubungan kerja antara BPD dengan pemerintah Desa bersifat konsultatif dan koordinatif.
(3) Setiap pemasalahan yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan desa diselesaikan
secara musyawarah dan mufakat antara BPD dan Pemerintah Desa .
BAB XVI
KEUANGAN DAN ADMINISTRASI
Bagian Kesatu
Tunjangan
Pasal 48
(1) Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
(2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dalam APB Desa.
Bagian Kedua
Biaya Operasional
Pasal 49
(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang
dikelola oleh Sekretaris BPD.
(2) Besarnya jumlah biaya untuk kegiatan BPD ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa.
Bagian Ketiga
Biaya Administrasi
Pasal 50
(1) Biaya administrasi untuk menunjang kegiatan BPD ditetapkan dalam APB Desa.
(2) Besarnya jumlah biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kemampuan keuangan desa.
BAB XVII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 51
Pembinaan dan pengawasan terhadap BPD dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Camat.
Pasal 52
dan Pengawasan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 51
Pembinaan
meliputi:
a. Menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan Organisasi dan Tata Kerja BPD;
b. Memberikan Pedoman Teknis pelaksanaan Organisasi dan Tata Kerja BPD;
c. Melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan Organisasi dan Tata Kerja BPD;
d. Memberikan bimbingan, penyuluhan dan konsultasi pelaksanaan Organisasi dan Tata Kerja
BPD.
Pasal 53
Pembinaan dan Pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 meliputi:
a. Memfasilitasi penyusunan Peraturan Desa, Keputusan BPD dan Peraturan Tata Tertib BPD;
b. Memfasilitasi teknis penyusunan Organisasi dan Tata Kerja BPD.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
(1) Badan Perwakilan Desa dan Sekretaris Badan Perwakilan Desa yang ada pada saat mulai
berlakunya Peraturan Daerah ini menjalankan tugas, fungsi dan wewenang sebagaimana
diatur dalam peraturan Daerah ini sampai habis masa jabatannya.
(2) Badan Perwakilan Desa dan Sekretaris Badan Perwakilan Desa yang ada pada saat mulai
berlakunya Peraturan Daerah ini memperoleh hak, dan harus melaksanakan kewajiban serta
tidak melanggar larangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 55
Pelaksanaan Pemberhentian dan Pengantian Antar Waktu Pimpinan/Anggota Badan Perwakilan
Desa dan Sekretaris Badan Perwakilan Desa pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini
dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor
7 Tahun 2004 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 2 Tahun 2006 dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 57
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ketapang.
Ditetapkan di Ketapang
Pada tanggal 4 juni 2007
Diundangkan di Ketapang
Pada Tanggal 14 Juni 2007
SEKRETARID DAERAH
BUPATI KETAPANG
ttd
ttd
H.BACHTIAR
H. MORKES EFFENDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEAPANG TAHUN 2007 NOMOR 6
Salinan sesuai dengan aslinya
Asisen Sekretaris Daerah
Bidang Pemerintahan
F.SUNGKALANG
Download