BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Model Pembelajaran 1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Model Pembelajaran
1. Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukkan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membentu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.1
Model merupakan contoh yang dipergunakan para ahli dalam
menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran, maka
dari itu strategi merupakan bagian dari lanngkah yang digunakan
model untuk melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, setrategi
pembelajaran merupakan bagian dari model pembelajaran dan ia
bukanlah merupakan setrategi pembelajaran.2 Sikap dan mental
peserta didik dikonstruksikan sejak awal dengan harapan pada suatu
ketika mereka menjadi manusia yang mampu memberi, menerima
1
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivisme,(Jakarta:
Prestasi pustaka,2007), hal.5
2
Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: Anggota
Ikapi, 2013), hal, 17
17
18
gagasan serta menerima kritik dan saran. Fungsi dari model
pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang, dan para guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
2.
Ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut:3
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli
tertentu sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh
Herberr Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini
dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara
demokratis.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model
berfikir indukatif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir
induktif.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar
mengajar di kelas, misalnya model synectic, dirancang untuk
memperbaiki kretifitas dalam mengarang
d. Memiliki bagian-bagian model yang digunakan: a) urutan langkahlangkah pembelajaran (ayntax); b) adanya prinsip-prinsip reaksi; c)
system sosial, dan; d) system pendukung. Keempat, bagian tersebut
merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu
model pembelajaran.
3
Rusman, Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada), hal.136
19
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Dampat tersebut meliputi; (a) dampak pembelajaran, yaitu hasil
belajar yang dpaat diukur;(b) dampak pengiring, yaitu hasil belajar
jangka panjang.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok kecil strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara bekerjaan untuk
mencapai tujuan bersama (Eggen and kauch, 1996: 279). Pembelajaran
kooperatif disusun dalam sebuah usaha meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbedan sama latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif
siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa atau sebagai guru. 4
3. Langkah-langkah Pembelajaran
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Tabel 3.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif5
FASE
Fase-1
Menyajikan
tujuan
memotivasi siswa
Fase-2
Menyajikan informasi
4
5
TINGKAH LAKU GURU
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
dan
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,...., hal. 42
Ibid ...., hal. 48-49
20
Lanjutan....
Guru menjelaskan kepada siswa
Fase-3
bagaimana
caranya
membentuk
Mengorganisasikan siswa ke kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi
dalam kelompok kooperatif
secara efisien.
Guru
membimbing
kelompokFase-4
Membimbing
kelompok kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
bekerja dan belajar
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
Fase-5
atau
masing-masing
kelompok
Evaluasi
mepresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru
mencari
cara-cara
untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
4. Tujuan Model Pembelajaran
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok kecil
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara bekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and kauch, 1996: 279).
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa yang berbedan sama latar belakangnya. Jadi
21
dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai
siswa atau sebagai guru. 6
5.
Unsur – unsur Dasar Model Pembelajaran
Pembelajaran kooperatif tidak sama sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Menurut Roger dan David Johson dalam Rusman, ada
lima unsur dasar dalam model pembelajaran
koocoperatif
(cooperative learning). 7Lima unsur yang terkandung dalam dasar
Model Pembelajaran Kooperatif di antaranya:
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperat
dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan
yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua
anggota kelompok secara individu mempelajarai semua bahan
yang ditugaskan. 8
b.
Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Tanggung jawab perseorangan artinya setiap siswa akan
merasa bertanggung jawab perseorangan untuk melakukan
6
Ibid hal,....42
Rusman, Model-model Pembelajaran,....,hal. 212
8
Agus Suprijono, Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hal. 58-59
7
22
yang terbaik didepan orang atau publik.9 Unsur ini merupakan
konsekuensi dari unsur yang pertama oleh karena itu,
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,
setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk
keberhasilanya. 10
c.
Face to face promotive interaksion (interaksi promotif/interaksi
tatap muka)
Interaksi tatap muka yaitu, memperikan kesempatan yang
luar kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi,
menerima informasi, dan kelompok lain. 11
1.
Partisipasion Comunication (partisipasi dan komunikasi)
Partisipasion Comunication (partisipasi dan komunikasi)
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan komunikasi
dalam kegiatan pembelajaran dan komunikasi siswa perlu
dibekali
dengan
kemampuan-kemampuan
berpartisipasi.
Misalnya, menyatakan ketidak setujuan atau cara menyanggah
pendapat orang lain, secara santun, tidak memojokan dan cara
menyampaikan gagasan dan ide –ide di anggapnya baik dan
berguna.
9
Tukiran Tanirdja, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: ALFABETA), hal. 58
Wina Sanjaya, Setrategi Pembelajaran Berinteraksi Setandar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2009), hal. 246-247
11
Rusman, Model-model Pembelajaran,...., hal. 214
10
23
2. Evaluasi kelompok
Evalusi
(penilaian)
pengembangan
selama
mengikuti
kelompok kegiatan belajar sambil diskusi merupakan bentuk
akuntabilitas
(pertanggungjawaban)
terhadapguru dan
dari
penyelenggaraan
anak.12 Evaluasi program bertujuan untuk
mengetahui efektivitas pelaksanaan program, evaluasi program
mengukur sejauh mana indikator keberhasilan penyelenggaraan
yang bersangkutan.
Secara garis beras evaluasi dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah
pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Menurut Arikunto
mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang
ditunjukan untuk mengukur keberhasilan program. Evaluasi menurut
Kumano, merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan
melalui kegiatan asesmen. Zainal dan Nasution menyatakan bahwa:
evaluasi dapat menyatakan bahwa sebagai suatu proses pengambilan
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen test
maupun non test. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses
yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh sisiwa.
Tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh untuk memperoleh
informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik,
12
Auliamakro’s.wordpres.com./2010/12.Pendidikan Kegiatan Evluasi. Diakses pada tanggal
12 April 2015
24
sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Tujuan
evaluasi sesungguhnya adalah untuk menentukan keadaan suatu
situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat diusahakan
langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutupendidikan di
madrasah. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai peserta didik untuk
jenis pekerjaan, atau pendidikan tertentu. 13
Adpun langkah-langkah evaluasi pembelajaran kelompok:
1. Langkah perencanan
2. Langkah pengumpulan data
3. Langkah penelitian data
4. Langkah pengelolahan data
5. Langkah penafsiran data
6. Langkah meningkatkan daya serap peserta didik dan
7. Laporan hasil penelitian
B. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan
setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman
anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan
suatu masalah mealui interaksi sosial dengan teman sebayanya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari suatu
13
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Direktorat Jendral Pendidikan Islam: Jakarta,
2012), hal. 41-43
25
dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi
teman yang lain. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1.
Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa dalam kelompok secara
kooperatif , 2. Kelompok dibentuk dengan siswa-siswa yang memilki
kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah, 3. Jika dalam kelas terdapat
siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin
yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras,
suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, 4. Penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari orang-orang perorangan.
Model pembelajaran jigsaw ini termasuk pembelajaran koopertaif
dengan sintaks berikut ini pengarahan, informasi bahan ajar, buat
kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa
bagian sesuai dengan banyak siswa banyak kelompok, tiap anggota
kelompok belajar bersama, buat kelompok ahli sesuai dengan bahan ajar
yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali kelompok
asal, pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli,
penyimpulan dan evaluasi, serta refleksi.14
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Meraka diajarkan
ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di
dalam kelompoknya, seperi menjadi pendengar aktif, memberikan kepada
penjelasan kepada kelompok dengan banyak, berdiskusi dan sebagainya.
14
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Bandung: Aswaja Persindo 2012), hal. 169
26
Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
tentang pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama
bekerja dalam kelompok, tugsas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan guru
dan saling membantu diantara
teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. 15
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok setrategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan besama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah
usaha partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman siskap
kepemimpinan
dan
membuat
keputusan
dalam
kelompok,
serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama dengan siswa yang berbedan latar belakangnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relative lama. Daya serap anak didik
terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat,
ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengaruhi
daya serap anak didik terhadap terhadap bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan
pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi,
sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. 16
Salvin mengemukakan, “In cooperatif learning methos, students
work together in four member teams to master material inilially presented
15
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, ..... hal. 41-42
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1997), hal. 84
16
27
by the techer.” Dari uraian tersebut dapat dikemukaakan bahwa cooperatif
learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem dalam belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.
Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang tersetruktur. Tetapi
belajar kooperatif ini lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada setruktur atau dorongan ini
atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan
hubungan yang bersifat interdependensi
efektif di antara anggota kelompok ( sungandi,2002: 14, dalam Riyadi
Purworedjo, 2009: 2).17
Pada dasarnya cooperatif learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam setruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperatif learning juga dapat diartikan sabagai suatu struktur tugas
17
Tukiran Taniredja Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. (Bandung:
Alfabeta 2012), hal. 55-56
28
bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok
(Solihatin, E., dan Rahardjo, 2007 : 4).
C. Kajian Pembelajaran IPS
Uraian yang cukup
lengkap tentang perkembangan pengertian
Soscal Studies sejak kelahiranya terdapat dalam buku karya saxe, berjudul
Social Studies in Schools: A History of the early Year. Menurut Saxe,
pengertian PIPS dalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah Sosial
Studies, pada tahap awal kelahiran terdapat dalam the Nation Herbart
Society paper of 1897-1897, yang menegaskan bahwa Social Studies
sebagai delmiting the social sccience for pedagogical use (upaya
membatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan secara pedagogik).
Selanjutnya pepengertian ini menjadi dasar dokumen “Statemen of the
chairman of Committee on Social Studies” yang dikeluarkan oleh
Commitee on Social Studies (CSS) tahun 1913. Pendidikan adalah seleksi
dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia
yang diorganisasikan dan disajikan ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan.18
Salah satu jalan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang
menarik, seorang guru harus memperhintungkan faktor-faktor yang
mendorong anak untuk semangat belajar. Kewajiban guru untuk memilih
bahan-bahan pelajaran yang dapat pelajaran yang dihayati anak-anak dan
18
Supriya, Pendidikan IPS. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2009), halm, 1-11
29
mempergunakan metode atau model mengajar sehingga anak-anak sebesar
semangat belajar.
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS dan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang sering kali disingkat Pendidikan IPS atau PIPS
merupakan dua istilah yang sering diucapkan atau dituliskan dalam
berbagai karya akademik secara tumpang tindih (overlamping). Kekeliruan
ucapan atau tulisan tidak dapat sepenuhnya kesalahan pengucap atau
penulis melaiankan disebabkan oleh kurangnya sosialisasi sehingga
menimbulkan perbedaan persespsi. Faktor lain digunakan karena
kurangnya forum akademik yang membahas dan memasyarakatkan istilah
nonmeklatur hasil kesepakatan komunitas akadenmik.
Ciri-ciri IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah dan sifatnya terpadu (intergreted) dari sejumlah mata
pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi
peserta didik sehingga pengorganisaian materi/bahan pelajaran disesuaikan
dengan lingkungan, karakteristik, dan perkembanganya muncul sebagai
kebutuhan peserta didik.
Menurut Sapriya Pelajaran “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat
IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan
menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan
istilah “social studies” Pemgertian IPS di sekolah dasar merupakan nama
mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep
disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah
30
sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah
dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah
dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir
peserta didik yang bersifat holistik.19
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu
yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang
diorganisasikan
dari
konsep-konsep
dan
keterampilan-keterampilan
sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim,).
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki
keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan
sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwaperistiwa dari berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif
yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitasaktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual,
teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu
ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitasaktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi
merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku seperti konsep peran kelompok,
institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.
Kosasi Djahiri Yaba, menyatakan bahwa IPS adalah merupakan
ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang
19
Anonim. Hakikat Pengertian IPS dalam http: // www.aksbelajar.com /2013/24/Hakikat
Pengertian IPS. html diakses pada tanggal 07 April 2015
31
ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsipprinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada
tingkat persekolahan.
Nursid Sumaatmadja (Supriatna), mengemukakan bahwa "Secara
mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan
cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya,
memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan
sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan
pemerintahannya,
dan
lain
sebagainya
yang
mengatur
serta
mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.20
Sedangkan menurut Leonard (Kasim,) mengemukakan bahwa IPS
menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik
dalam lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga,
rukun tetangga atau rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten,
profinsi, Negara dan dunia.
a. Tujuan Pembelajaran IPS
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplindisplin ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial
seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang
20
Anonim. Pengertian dan tujuan Pelajaran IPS dalam
http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-tujuan-pelajaran-ips-di.html diakses
pada tanggal 09 April 2015
32
mempelajari masalah-masalah sosial. Rumusan tentang pengertian IPS
telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies.
Disekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social
studies, jadi istilah IPS merupakan terjemaah social studies. Dalam
demikian penelaah atau kajian tentang kajian masyarakat. Dalam
mengkaji masyarakat guru dapat melakuakan kajian dari berbagai
prespektif sosoal seperti kajian, melalui kajian pengajaran sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik pemerintah dan
aspek pesikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan
pembelajran. 21
Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari,
menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarrakat
dengan meninjau
dari
berbagai
aspek kehidupan atau satu
perpaduan.22 Dilihat dari pengertiannya, IPS berbeda dengan Ilmu
Sosial. IPS berupaya mengintregasikan bahan/ materi dari cabangcabang ilmu tersebut dengan menampilkan permasalahan sehari-hari
masyarakat sekeliling. Sedangkan Ilmu Sosial (social sciences), ialah
ilmu yang mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia yang dikaji
secara
21
terlepas-lepas
sehingga
melahirkan
satu
bidang
Anonim. Pendidikan SD dalam. Massofa.wordpress.com/2010/09/Pendidikan SD. Diakses
pada tanggal 9 Desember 2010. Diakses pada tanggal 12 April 2015
22
Sardiyo, Pendiddikan IPS di SD, (jakarta: Universiatas Terbuka, 2009), hal. 126
33
ilmu.23Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat
dikelompokan menjadi empat komponen yaitu:
a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusisa
dalam kehidupan bermasyarakat pada masalalu, sekarang dan masa
akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skill) untuk
mencari dan mengolah informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai, sikap untuk mengambil
bagian/berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengambil
bagian/berperan serta dalam bermasyarakat.
b. Ruang Lingkup
Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan
b. Waktu, kebrlanjutan, dan perubahan
c. Sistem Sosial dan Budaya
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
D. Kajian Kompetensi Dasar Jenis-jenis Pekerjaan
a.
23
Jenis-jenis Pekerjaan
Sapriya, Pengembangan Pendidikan IPS SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), hal. 3
34
Tahukah kamu pekerjaan orang tuamu? Apakah pekerjaan orang
tuamu? Mengapa orang tua kita bekerja? Tentunya kedua orang tua
bekerja karena memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dengan
demikian juga orang lain disekitar kita, mereka bekerja memenuhi
kebutuhan. Jadi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus
bekerja. Pekerjaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan ekonom.
Penjahit membuat pakaian dan celana. Penjahit akan memperoleh
upah setelah jahitan selesai. Tukang kayu membuat meja dan kursi.
Setelah pesanan selesai, ia mendapatkan upah. Barang-barang yang
kita butuhkan merupakan hasil dari pekerjaan. Beberapa pekerjaan
yang menghasilkan barang diantaranya, petani, peternak, nelayan, dan
tukang jahit. Selain barang yang menghasilkan barang ada juga
pekerjaan yang menghasilkan jasa atau layanan.
b.
Pentingnya Semangat Kerja
Apa yang dimaksud dengan semangat kerja? Mengapa orang perlu
semangat kerja? Semangat kerja merupakan dorongan kepada
seseorang untuk giat bekerja. Dorongan tersebut berasal dari dirinya
sendiri atau dari luar. Berikut ini contoh dorongan semangat kerja dari
dalam. Amir ingin naik kelas. Amir pun belajar dengan sungguhsungguh setiap pagi dan malam hari.
Sedangkan contoh berikut adalah dorongan semangat kerja dari
luar. Yusni suka membolos sekolah. Temantemannya pun sering
35
mencemoohnya. Akhirnya yusni bersemangat ke sekolah karena tidak
ingin dicemooh lagi semangat kerja diperlukan oleh kita agar
memperoleh hasil sesuai yang diinginkan.
Jika
ingin
sehat,
maka
kita
harus
rajin
berolahraga.
Apa akibatnya jika orang malas bekerja? Kamu akan tahu setelah
kamu diskusikan kegiatan di bawah ini dengan teman sebangkumu.
Orang yang malas bekerja hasil kerjanya tidak sempurna. Hasil yang
tidak baik itu hasilnya juga tidak baik juga
menyebabkan tidak
dipercayakan orang lain. Dapat juga dipecat dari pekerjaanya.
Agar kita tidak seperti contoh di atas, dalam bekerja kita harus
memiliki semangat kerja. Dengan keterampilan yang dimiliki, kita
harus berusaha bekerja sebaik-baiknya. Orang yang mempunyai
semangat kerja akan bekerja keras. Ciri-ciri orang semangat kerja:
Seseorang yang perlu semangat kerja yang tinggi.bagaimana ciri kerja
semangat kerja yang tinggi? Mari kita simak dibawah ini:
c.
Kerja sama
Orang yang memiliki semangat kerja, akan bekerja keras. Dia
tidak mudah menyerah bila gagal. Selalu berusaha dengan sebaikbaiknya. Ciri-ciri orang pekerja keras.
a. Kesulitan tidak membuat berhenti bekerja.
b. Mencari kerja baru.
c. idak malu bertanya.
36
E. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu
“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu
perolehan
akibat
dilakukanya
suatu
aktivitas
atau
proses
yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah
perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw
materials) menjadi barang jadi (finished good).24 Hasil adalah perolehan
yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan(raw materials)
menjadi barang jadi (finished goods). 25
Hasil
belajar
seringkali
digunakan
sebagai
ukuran
untuk
mengetahui beberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan
serangkaian pengukuran menggunakan menggunakan alat evaluasi yang
baik dan memenuhi syarat.
Hasil
belajar
merupakan
pola-pola
perbuatan,
nilai-nilai
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut
pemikiran Gagne dalam Agus Suprijono menyatakan bahwa, hasil belajar
berupa:
1)
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
24
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 44
Ibid
25
37
2)
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep
dan
lambang.
Keterampilan
intelektual
terdiri
dari
kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis faktaakonsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktifitas kognitif
bersifat khas
3)
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri.
4)
Keterapilan motorik yaitu kemampuan melakukan seranakaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani
5)
Memiliki dampak sebgai akibat adalah kemampuan menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut
Berdasarkan pengertian di atas, hasil belajar adalah sebagai perubahan
perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu
interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual,
strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik.
Perubahan
tersebut
dapat
diartikan
terjadinya
peningkatan
dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.26
Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa
yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal,
26
http://www.asikbelajar.com/2013/05/konsep-hasil-belajar.html, diakses pada tanggal 25
Maret 2015
38
sedang hasil bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya
tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung
kepada tujuan pendidikanya.
Hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa
dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester. Hasil belajar
menurut W. Winkel (dalam buku pesikologi pengajaran) adalah
keberhasilan yang dicapai siswa, yakni prestasi belajar siswa disekolah
yang
mewujudkan
dalam
bentuk
angka.27
Untuk
mengetahui
perkembangan sampai dimana hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh
seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan dengan evaluasi. Untuk
menentukan kemajuan yang dicapai siswa maka harus ada kriteria
(patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat
diketahui seberapa besar pengaruh setrategi belajar mengajar.
Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar dengan menyatakan bahwa suatu proses
belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru meiliki pandangan masingmasing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang
telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar
27
Aina Mulyana.blogspot.com/2012/01/Pengertian Hasil Belajar dan Faktor. http. Diakses
pada tanggal 07 April 2015
39
tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan. Faktor yang datang dari
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa
belajar besar sekali pengaruh terhadap hasil yang dicapai, separti yang
dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh 30% dipengaruhi oleh lingkungan.28
Hasil belajar yang dapat diraih masih juga bergantung dari
lingkungan. Artinya ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang
dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah
satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar
di sekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksut dengan kualitas
pengajar adalah kualitas interaksi belajar mengajar.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada
faktor lain seperti motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik
dan psikis. Adapun pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang
logis dan wajar, sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah
laku individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus merasakan adanya
suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus mengerahkan
28
Ahmad Sabri, Setrategi Belajar Mengajar “Michro Teaching”, (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), hal. 48
40
segala daya dan upaya untuk mencapainya.Sungguh pun demikian, hasil
yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan, artinya ada
faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan dan
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
Salah satu lingkungan pelajaran yang dominan mempengaruhi hasil
belajar siswa di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud
dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau pun efektif
tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh
sebab itu, hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kamampuan
siswa dan kualitas pengajaran.
Belajar merupakan proses dari dalam individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.
Belajar adalah aktifitas mental atau pseikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahandalam pengetahuan ketrampilan dan sikap. Perubahan itu
diperoleh dari usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu
yang relatif lama daln merupakan hasil pengalaman.29
Belajar mengajar merupakan sebuah interaksi yang bernilai normatif.
Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan
bertujuan. Tujuan adalah sebagai pedoman kearah mana akan dibawa
proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar akan berhasil mampu
29
Purwanto,.... Evaluasi Hasil Belajar, hal. 38-39
41
akan membawa perbahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan
dan nilai-nilai dalam diri anak didik.
30
Maka dapat dikatakan bahwa “
hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat mengajar adalah proses
“pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara
terus-menerus dilakukan selama manusia jika didik atau diajar oleh
manusia lainya. Belajar merupakan proses yang bersifat internal (a purely
internal event) yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi
dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju
perkembanagn pribadinya. Reslitas yang dipahami oleh sebagaian besar
tidaklah demikian. Belajar yang dianggap seperti properti sekolah.
Kegiatan belajar selalu diakaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian
besar belajar itu masyarakat menganggap belajar disekolah adalah usaha
penegasan materi ilmu pengetahuan.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku
pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan
yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya
30
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hal. 12
42
(Winkel, 1996: 51). Hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan
pengajaran.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundenmental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Yang berarti bahwa berhasil atu gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami sisiwa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Banyak orang mengatakan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan kata-kata yang tersaji dalam bentuk
suatu informasi atau materi pelajaran. Pemahaman mengenai segala aspek,
bentuk, manifestasinya mutlak diperlukan bagi para pendidikan khususnya
guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses
belajar
dan
hal-hal
yang
berkaitan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil
dengannya
mungkin
akan
pembelajaran yang dicapai
peserta didik.31
Pengertian belajar dan pembelajaran menurut beberapa pakar:
kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata pembelajaran berasal
dari kata ajar yang berarati petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui atau dituntut, sedangkan pembelajaran berartyi proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran
31
Muibbin Syeh, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 89-92
43
adalah suatau perbuatan perilakau yang relatif tetap merupakan hasil
praktik yang diulang-ulang.
Selain itu, Rembepajung juga berpendapat bahwa pembelajaran
adalah pemerolehan suatau mata pelajaran atau pemerolehan suatu
ketrampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran.
Merinci dengan karakteristik pembelajaran sebagai berikut:
1)
Belajar adalah menguasai atau “ memperoleh”.
2)
Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau ketrampilan.
3)
Proses mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori,
dan organisasi kognitif.
4)
Belajar melibatakan perhatian aktif sadar bertindak menurut
peristiwa-peristiwa di luar serta di dalam.
a.
Prinsip Belajar
Menurut supriyo prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama,
prinsip belajar adalah perubahan perilakau sebagai hasil belajar yang yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Sebagai hasil tindakan rasional instrumen, yaitu perubahan yang
disadari.
2.
Kontinu atau berkesinambungan dengan perilakunya.
3.
Fungsional atau bermanfaat positif.
4.
Positif atau berkomulasi.
44
5.
b.
Sebagai aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 32
Tujuan Belajar
Munurut Suprijono, belajar yang eksplesit diusahakan untuk
dicapai dengan tindakan intruksional yang dinamakan intruksional effects,
yang biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Tujuan belajar
sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar insrtuksional disebut nurturant
effects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap
terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebaginya. Tujaun ini
merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “live in”
suatu item
lingkungan belajar tertentu.
F. Penelitian Terdahulu
Sebelum adanya penelitian ini, sudah beberapa penelitian atau tulisan
yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang mennggunakan/menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada beberapa mata pelajaran
yang berbeda-beda. Peneliti tersebut sebagaimana dipaparkan sebagai
berikut:
Pertama , peneliti yang telah dilakasanakan oleh Fita Nuraisyiah,
mahasiswa Program Studi S1 PGMI STAIN Tulungagung, dengan judul
“Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan
Prestasi
Belajar
Matematika
di
SD
Al-Azhar
Tulungagung.” Dari Peneliti yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian
32
Arif Mustofa, Belajar Dan Pembelajaran, (Jogyakarta: Ruz Media 2013), hal. 16-21
45
tersebut anatara lain untuk: 1). Mendiskripsikan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, 2). Mendeskripsikan prestasi belajar siswa , 3).
Mengetahui respon siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam peneliti ini adalah: Tes, observasi, wawancara, catatan lapangan,
angket, dan dokumentasi.
Hasil peneliti menujukan bahwa: 1). Dari hasil evaluasi dapat
diketahui bahwa ada peningkatan yang signifikan pada rata-rata hasil
belajar siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 5,05. 2). Siswa
menunjukan respon yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap
perwakilan siswa kelas V-C, serta hasil kerja.33
Kedua, peneliti yang telah dilaksanakan oleh Dian Hidayatul Umah,
Mahasiswa Program Studi S1 PGMI STAIN Tulungagung. Dengan judul
“Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas IV Mi Podorejo Sumbergempol
Tulungagung”.Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian
tersebut antara lain: 1). Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, 2). Mendeskipsikan hasil belajar siswa. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes,
observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
33
Fita Nuraisiyah, Penerapan Metode Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika di SDI Al-Azhar Tulungagung, (Tulungagung: 2011)
46
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Terjadi peningkatan hasil belajar
siswa, terbukti meningkatnya hasil belajar siswa yang semula nilai ratarata awalnya 63,70 dan pada post est menjadi 86,66. Pada siklus II
ketuntasan belajar adalah 88% .34
Hasil penelitian menunjukan bahwa: terjadi peningkatan hasil belajar
siswa, terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa yang semula nilai
rata-rata awalnya 63,70 dan pada post test menjadi 86,66. Pada siklus II
ketuntutan belajar adalah 88%.
Ketiga, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Nur Kholifah,
mahasiswa Pembelajaran Studi S1 PGMI STAIN Tulungagung, dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Model Jigsaw Dalam Prestasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas III Di Mi Negri Kunir Wonodadi
Blitar Tahun Ajar 2010/2011.” Dari penilitan yang telah dilaksankan,
tujuan penelian tersebut diantara lain untuk: 1). Mendiskripsikan langkahlangkah model pembelajaran jigsaw, 2). Mendiskripsikan peningkatan
prestasi adalah: Tes, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Prestasi belajar siswa mingkat,
terbukti dengan sekor rata-rata test awal sebesar 56,6 dari KKM yang telah
ditentukan yaitu70. Skor post test siklus 1 sebaesar 69,7 dan post test
34
Dian Hidayatul Umah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV MI Podorejo Sumbergempol Tulungagung,
(Tulungagung, 2012)
47
siklus II sebesar 73,5. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditentukan dan menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. 35
Keempat, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Catur Krisnawati,
mahasiswa Program Studi PGMI Tulungagung, dengan judul “ Upaya
Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar IPS Melalui Metode Jigsaw
Kelas V MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Tahun
Pelajaran 2010/2012.” Dari peneliti yang dilaksanakan, tujuan penelitian
tersebut adalah: 1. Mendeskripsikan peningkatan prestasi dan hasil belajar
siswa, 2. Mengetahui respon siswa, 3. Mendieskripsikan peningkatan
prestasi dan aktifitas belajar siswa. Metode pengumpulan data yang
digunkan oleh penelitian ini adalah: Obsevasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil peniliti menunjukan bahwa: 1. Penerapan metode jigsaw dapat
meningkatkan dapat meningkatkan tercapainya setandar nilai ketuntasan
belajar siswa kelas V, 2. Siswa kelas V merespon dengan sangat Baik. 3.
Melalui metode jigsaw, prestasi dan aktivitas siswa meningkat dengan
sangat baik.36
Kelima, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Bambang syaiful
Rohman, mahasiswa Program Studi PGMI STAIN Tulungagung, dengan
judul
35
“Upaya
Meningkatkan
Prestasi
Belajar
Siswa
Pendidikan
Nur Kholifah, Penerapan Pembelajaran Model Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas III DI MI Negri Kunir Wonodadi Blitar Tahun
Ajar 2010/2011, Tulungagung,.2012
36
Catur Krisnawati, Upaya Meningkatkan Prestas Dan Aktivitas Belajar IPS Metode Jigsaw
Bagi Siswa Kelas V Mi Thoriqul Kromosan Ngunut Tulungagung Tahun Palajar 210/2011
(Tulungagung, 2012)
48
Kewarganegaraan Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas
IV Di MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung.” Dari penelitian
yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut anatara lain untuk: 1.
Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan
data yang digunakan ini adalah: Tes, observer, dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Hasil prestasi belajar siswa
meningkat, hal ini terbukti dengan skor rata-rata test awal sebesar 56,6,
skor post test 1 sebesar 69,7 dan siklus II sebesar 73, 5, yang menunjukan
peningkatan secara signifikan.37
Keenam, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Fibrian Kusuma
Arumanti, mahasiswa Program Studi S1 Program Studi S1 PGSD
Universitas Negri Malang, dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran
Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Memahami Isi
Cerita Pendek Siswa Kelas V SDN Gedog 1 Sanan Wetan Blitar .” Dari
peneliti yang telah dilaksanakan, tujuan dari Peneliti tersebut anatara lain:
1. Mendeskripsikan penerapan model Jigsaw pada pelajaran Bahasa
Indonesia untuk meningkatkan pemahaman isi cerita pendek, 2.
Mendeskripsikan penerapan model Jigsaw pada pelajaran Bahasa
Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman isi
ceriata pendek. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam ini
adalah: Obsevasi, wawancara, dan dokumentasai.
37
Bambang Syaiful Rohman, Upayan Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas IV Di MI Miftahul
Huda Dono Sendang Tulungangung, (Tulungagung, 2012)
49
Hasil penelitian menunjukan bahwa: penerapan model pembelajaran
jigsaw pada pelajaran Bahasa Indonesia dapa meningkatkan kemampuan
pemahaman isi cerita pendek siswa. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan meningkatkan kemampuan pemahaman isi cerita pendek
siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu siswa menjadi lebih
aktif
dan
antusias
mampuan
meningkatkan
kedalam
mengikuti
pembelajaran dikelas.38
Hasil penelitian menunjukan bahwa: penerapan teknik membaca
berkelompok dapat meningkatkan kemampuan membaca dan kerjasama
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa dengan
peningkatan nilai yaitu pada pra tindakan dengan rata-rata 66, mengalami
kenaiakan pada siklus I meningkat menjadi 66,3 dan pada siklus II
meningkat menjadi 74 dengan kualifikasi nilai baik. Peningkatan
kemampuan membaca secara berkelompok dari siklus I dengan rata-rata
74 menjadi 79,3 pada siklus II.39
Dapat ditarik kesimpulan bahwa antara peneliti yang dilakukan oleh
peneliti pendahulu dengan peneliti pada penelitian ini adalah terletak pada
tujuan penelitian dan juga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw untuk beberapa mata pelajaran, subyek, dan lokasi penelitian yang
38
Fibrian kusuma Arumanti, Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Dalam Memahami Isi Cerita Pendek Pada Siswa Kelas V SDN Gedog 1
Senam Wetan Blitar, (Malang: Universitas Negri Malang,2012)
39
Panda Bayu Citra, Menyenangkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Dengan Teknik
Jigsaw Pada Kelas II DI Sekolah Dasar Negri Kotalama I Kota Malang, (Malang Universitas
Negri Malang, 2012)
50
berbeda. Meskipun dari penelitian terdahulu ada yang menggunakan mata
pelajaran yang sama yaitu mata pelajaran IPS dan tujuan yang sama yaitu
meningkatkan prestasi belajar siswa, tetapi subyek dan lokasi penelitian
berbeda pada penelitian ini. Penelitian ini lebih menekankan pada
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Tabel 3.2 Persamaan dan Perbedaan Peneilti terdahulu :
Nama Peneliti dan
Persaman
Perbedaan
2
3
Judul Penelitian
1
Fitryah Nurasiyah “
1. Tidak sama
Penerapan Metode
2. Tujuan yang ingin
1.
Subjyek dan
lokasi yang
Pembelajaran
dicapai meningkatkan
dituju tidak
Kooperatif Tipe
metode pembelajaran
sama
Jigsaw Untuk
dana prestasi siswa
2.
Materi
Meningkatkan
pelajaran juga
Hasil Belajar Siswa
tidak sama
kelas IV SDN AlAzhar
Tulungagung”.
Diyan Hidayatul
1. Tidak sama
Umah “Penerapan
2. Tujuan yang ingin
Metode
dicapai meningkatkan
Pembelajaran
prestasi hasil belajar
1. Subyek dan
lokasi tidak
sama
2. Materi
Kooperatif Tipe
pelajaran juga
Jigsaw Untuk
tidak sama
Meningkatkan
51
Hasil Belajar IPA
kelas IV Mi
Podorejo
Sumbergempol
Tulungagung”.
Nur Kholifah
1. Tidak ama
1.
“Penerapan
2. Tujuan yang ingin
Subyek
dan
lokasi
Pemebelajaran
dicapai
penelitian
Model Kooperatif
meningkatkan
tiadak sama
Tipe Jigsaw Untuk
langkah-langkah
Meningkatkan
model
pelajaran
Prestasi Belajar
pembelajaran
tidak sma
2.
Materi
IPA kelas III Negri
Kunir Wonodadi
Blitar
Catur krisnawati
1.
Tiadak sama
1.
Tidak sama
“Upaya
2.
Tujuan yang ingin
2.
Materi yang
Meningkatkan
dicapai
dipelajarai
Prestasi Dan
meningkatkan
sama
Aktifitas Belajar
prestasi
IPS Melalui
belajar siswa
dan
hasil
Metode Jigsaw
Kelas V Mi
Thoriqul Huda
Kromosan Ngunut
Tulungagung”.
Bambang Syaiful
1.
Tidak sama
“Upaya
2.
Tujuan
yang
1. Subyek
ingin
dan
lokasi
Meningkatkan
dicapai meningkatkan
penelitian
Prestasi Belajar
prestasi belajar siswa
tidak sama
52
Siswa Pendidikan
2. Materi
yang
Kewarganegaraan
dipelajarai
Dengan Model
tidak sama
Pembelajaran
Jigsaw Pada Siswa
Kelas IV Di MI
Miftahul Huda
Dono Sendang
Tulungagung.”t
Fibrian Kusuma
1.
Tidak sama
“Penerapan Model
2.
1.
Subyek
dan
Tujuan yang ingin
lokasi
tidak
Pembelajaran
dicapai meningkatkan
sama
Jigsaw Untuk
penerapan model
Meningkatkan
Jigsaw pada pelajaran
dipelajarai
Kemampuan
Bahasa Indonesia
tidak sma
Membaca Dalam
untuk meningkatkan
Memahami Isi
pemahaman isi cerita
Cerita Pendek
pendek
2.
Materi yang
Siswa Kelas V
SDN Gedog 1
Sanan Wetan Blitar
.”
G. Kerangka Pemikiran
Tercapinya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh peran guru
sebagai pendidik, pengajar dan pencipta lingkungan yang kondusif bagi
siswa untuk belajar di kelas. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
53
III pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan berlangsung menjadi
menyenangkan dan siswa termotivasi untuk belajar serta prestasi belajar
juga akan meningkat. Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Bagan kerangka pemikiran
Pree tes 1
Ilmu
pengetahuan
sosial siklaus
1
Post test 1
Siklus 1
Siklus 1
Hasil
kegiatan
Post test 2
Penerapan
metode jigsaw
siklus 2
Siklus2
Download