BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Model Pembelajaran 1. Pengertian model pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukkan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membentu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.1 Model merupakan contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran, maka dari itu strategi merupakan bagian dari lanngkah yang digunakan model untuk melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, setrategi pembelajaran merupakan bagian dari model pembelajaran dan ia bukanlah merupakan setrategi pembelajaran.2 Sikap dan mental peserta didik dikonstruksikan sejak awal dengan harapan pada suatu ketika mereka menjadi manusia yang mampu memberi, menerima 1 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivisme,(Jakarta: Prestasi pustaka,2007), hal.5 2 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: Anggota Ikapi, 2013), hal, 17 17 18 gagasan serta menerima kritik dan saran. Fungsi dari model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang, dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. 2. Ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut:3 a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herberr Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis. b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berfikir indukatif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif. c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synectic, dirancang untuk memperbaiki kretifitas dalam mengarang d. Memiliki bagian-bagian model yang digunakan: a) urutan langkahlangkah pembelajaran (ayntax); b) adanya prinsip-prinsip reaksi; c) system sosial, dan; d) system pendukung. Keempat, bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran. 3 Rusman, Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal.136 19 e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampat tersebut meliputi; (a) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dpaat diukur;(b) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok kecil strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara bekerjaan untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and kauch, 1996: 279). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbedan sama latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa atau sebagai guru. 4 3. Langkah-langkah Pembelajaran Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Tabel 3.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif5 FASE Fase-1 Menyajikan tujuan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi 4 5 TINGKAH LAKU GURU Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada dan pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,...., hal. 42 Ibid ...., hal. 48-49 20 Lanjutan.... Guru menjelaskan kepada siswa Fase-3 bagaimana caranya membentuk Mengorganisasikan siswa ke kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi dalam kelompok kooperatif secara efisien. Guru membimbing kelompokFase-4 Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka bekerja dan belajar Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari Fase-5 atau masing-masing kelompok Evaluasi mepresentasikan hasil kerjanya. Fase-6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok 4. Tujuan Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok kecil strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara bekerjaan untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and kauch, 1996: 279). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbedan sama latar belakangnya. Jadi 21 dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa atau sebagai guru. 6 5. Unsur – unsur Dasar Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tidak sama sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Roger dan David Johson dalam Rusman, ada lima unsur dasar dalam model pembelajaran koocoperatif (cooperative learning). 7Lima unsur yang terkandung dalam dasar Model Pembelajaran Kooperatif di antaranya: a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) Unsur ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperat dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajarai semua bahan yang ditugaskan. 8 b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) Tanggung jawab perseorangan artinya setiap siswa akan merasa bertanggung jawab perseorangan untuk melakukan 6 Ibid hal,....42 Rusman, Model-model Pembelajaran,....,hal. 212 8 Agus Suprijono, Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 58-59 7 22 yang terbaik didepan orang atau publik.9 Unsur ini merupakan konsekuensi dari unsur yang pertama oleh karena itu, keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilanya. 10 c. Face to face promotive interaksion (interaksi promotif/interaksi tatap muka) Interaksi tatap muka yaitu, memperikan kesempatan yang luar kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi, menerima informasi, dan kelompok lain. 11 1. Partisipasion Comunication (partisipasi dan komunikasi) Partisipasion Comunication (partisipasi dan komunikasi) melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran dan komunikasi siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berpartisipasi. Misalnya, menyatakan ketidak setujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain, secara santun, tidak memojokan dan cara menyampaikan gagasan dan ide –ide di anggapnya baik dan berguna. 9 Tukiran Tanirdja, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: ALFABETA), hal. 58 Wina Sanjaya, Setrategi Pembelajaran Berinteraksi Setandar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 246-247 11 Rusman, Model-model Pembelajaran,...., hal. 214 10 23 2. Evaluasi kelompok Evalusi (penilaian) pengembangan selama mengikuti kelompok kegiatan belajar sambil diskusi merupakan bentuk akuntabilitas (pertanggungjawaban) terhadapguru dan dari penyelenggaraan anak.12 Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program, evaluasi program mengukur sejauh mana indikator keberhasilan penyelenggaraan yang bersangkutan. Secara garis beras evaluasi dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Menurut Arikunto mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditunjukan untuk mengukur keberhasilan program. Evaluasi menurut Kumano, merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Zainal dan Nasution menyatakan bahwa: evaluasi dapat menyatakan bahwa sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen test maupun non test. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh sisiwa. Tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik, 12 Auliamakro’s.wordpres.com./2010/12.Pendidikan Kegiatan Evluasi. Diakses pada tanggal 12 April 2015 24 sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Tujuan evaluasi sesungguhnya adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutupendidikan di madrasah. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai peserta didik untuk jenis pekerjaan, atau pendidikan tertentu. 13 Adpun langkah-langkah evaluasi pembelajaran kelompok: 1. Langkah perencanan 2. Langkah pengumpulan data 3. Langkah penelitian data 4. Langkah pengelolahan data 5. Langkah penafsiran data 6. Langkah meningkatkan daya serap peserta didik dan 7. Laporan hasil penelitian B. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah mealui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari suatu 13 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Direktorat Jendral Pendidikan Islam: Jakarta, 2012), hal. 41-43 25 dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa dalam kelompok secara kooperatif , 2. Kelompok dibentuk dengan siswa-siswa yang memilki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah, 3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, 4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari orang-orang perorangan. Model pembelajaran jigsaw ini termasuk pembelajaran koopertaif dengan sintaks berikut ini pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa banyak kelompok, tiap anggota kelompok belajar bersama, buat kelompok ahli sesuai dengan bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali kelompok asal, pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, serta refleksi.14 Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Meraka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperi menjadi pendengar aktif, memberikan kepada penjelasan kepada kelompok dengan banyak, berdiskusi dan sebagainya. 14 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Bandung: Aswaja Persindo 2012), hal. 169 26 Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi tentang pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugsas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. 15 Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok setrategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan besama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman siskap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbedan latar belakangnya. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relative lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. 16 Salvin mengemukakan, “In cooperatif learning methos, students work together in four member teams to master material inilially presented 15 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, ..... hal. 41-42 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 84 16 27 by the techer.” Dari uraian tersebut dapat dikemukaakan bahwa cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem dalam belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang tersetruktur. Tetapi belajar kooperatif ini lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada setruktur atau dorongan ini atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok ( sungandi,2002: 14, dalam Riyadi Purworedjo, 2009: 2).17 Pada dasarnya cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam setruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperatif learning juga dapat diartikan sabagai suatu struktur tugas 17 Tukiran Taniredja Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. (Bandung: Alfabeta 2012), hal. 55-56 28 bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo, 2007 : 4). C. Kajian Pembelajaran IPS Uraian yang cukup lengkap tentang perkembangan pengertian Soscal Studies sejak kelahiranya terdapat dalam buku karya saxe, berjudul Social Studies in Schools: A History of the early Year. Menurut Saxe, pengertian PIPS dalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah Sosial Studies, pada tahap awal kelahiran terdapat dalam the Nation Herbart Society paper of 1897-1897, yang menegaskan bahwa Social Studies sebagai delmiting the social sccience for pedagogical use (upaya membatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan secara pedagogik). Selanjutnya pepengertian ini menjadi dasar dokumen “Statemen of the chairman of Committee on Social Studies” yang dikeluarkan oleh Commitee on Social Studies (CSS) tahun 1913. Pendidikan adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.18 Salah satu jalan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang menarik, seorang guru harus memperhintungkan faktor-faktor yang mendorong anak untuk semangat belajar. Kewajiban guru untuk memilih bahan-bahan pelajaran yang dapat pelajaran yang dihayati anak-anak dan 18 Supriya, Pendidikan IPS. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2009), halm, 1-11 29 mempergunakan metode atau model mengajar sehingga anak-anak sebesar semangat belajar. Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering kali disingkat Pendidikan IPS atau PIPS merupakan dua istilah yang sering diucapkan atau dituliskan dalam berbagai karya akademik secara tumpang tindih (overlamping). Kekeliruan ucapan atau tulisan tidak dapat sepenuhnya kesalahan pengucap atau penulis melaiankan disebabkan oleh kurangnya sosialisasi sehingga menimbulkan perbedaan persespsi. Faktor lain digunakan karena kurangnya forum akademik yang membahas dan memasyarakatkan istilah nonmeklatur hasil kesepakatan komunitas akadenmik. Ciri-ciri IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dan sifatnya terpadu (intergreted) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisaian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan perkembanganya muncul sebagai kebutuhan peserta didik. Menurut Sapriya Pelajaran “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” Pemgertian IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah 30 sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik.19 Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim,). Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwaperistiwa dari berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitasaktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitasaktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Kosasi Djahiri Yaba, menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang 19 Anonim. Hakikat Pengertian IPS dalam http: // www.aksbelajar.com /2013/24/Hakikat Pengertian IPS. html diakses pada tanggal 07 April 2015 31 ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsipprinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Nursid Sumaatmadja (Supriatna), mengemukakan bahwa "Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.20 Sedangkan menurut Leonard (Kasim,) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan dunia. a. Tujuan Pembelajaran IPS Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplindisplin ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang 20 Anonim. Pengertian dan tujuan Pelajaran IPS dalam http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-tujuan-pelajaran-ips-di.html diakses pada tanggal 09 April 2015 32 mempelajari masalah-masalah sosial. Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies. Disekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies, jadi istilah IPS merupakan terjemaah social studies. Dalam demikian penelaah atau kajian tentang kajian masyarakat. Dalam mengkaji masyarakat guru dapat melakuakan kajian dari berbagai prespektif sosoal seperti kajian, melalui kajian pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik pemerintah dan aspek pesikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajran. 21 Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarrakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.22 Dilihat dari pengertiannya, IPS berbeda dengan Ilmu Sosial. IPS berupaya mengintregasikan bahan/ materi dari cabangcabang ilmu tersebut dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling. Sedangkan Ilmu Sosial (social sciences), ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia yang dikaji secara 21 terlepas-lepas sehingga melahirkan satu bidang Anonim. Pendidikan SD dalam. Massofa.wordpress.com/2010/09/Pendidikan SD. Diakses pada tanggal 9 Desember 2010. Diakses pada tanggal 12 April 2015 22 Sardiyo, Pendiddikan IPS di SD, (jakarta: Universiatas Terbuka, 2009), hal. 126 33 ilmu.23Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat dikelompokan menjadi empat komponen yaitu: a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusisa dalam kehidupan bermasyarakat pada masalalu, sekarang dan masa akan datang. b. Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skill) untuk mencari dan mengolah informasi. c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai, sikap untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam bermasyarakat. b. Ruang Lingkup Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek: a. Manusia, tempat, dan lingkungan b. Waktu, kebrlanjutan, dan perubahan c. Sistem Sosial dan Budaya d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan D. Kajian Kompetensi Dasar Jenis-jenis Pekerjaan a. 23 Jenis-jenis Pekerjaan Sapriya, Pengembangan Pendidikan IPS SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), hal. 3 34 Tahukah kamu pekerjaan orang tuamu? Apakah pekerjaan orang tuamu? Mengapa orang tua kita bekerja? Tentunya kedua orang tua bekerja karena memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dengan demikian juga orang lain disekitar kita, mereka bekerja memenuhi kebutuhan. Jadi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus bekerja. Pekerjaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan ekonom. Penjahit membuat pakaian dan celana. Penjahit akan memperoleh upah setelah jahitan selesai. Tukang kayu membuat meja dan kursi. Setelah pesanan selesai, ia mendapatkan upah. Barang-barang yang kita butuhkan merupakan hasil dari pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang menghasilkan barang diantaranya, petani, peternak, nelayan, dan tukang jahit. Selain barang yang menghasilkan barang ada juga pekerjaan yang menghasilkan jasa atau layanan. b. Pentingnya Semangat Kerja Apa yang dimaksud dengan semangat kerja? Mengapa orang perlu semangat kerja? Semangat kerja merupakan dorongan kepada seseorang untuk giat bekerja. Dorongan tersebut berasal dari dirinya sendiri atau dari luar. Berikut ini contoh dorongan semangat kerja dari dalam. Amir ingin naik kelas. Amir pun belajar dengan sungguhsungguh setiap pagi dan malam hari. Sedangkan contoh berikut adalah dorongan semangat kerja dari luar. Yusni suka membolos sekolah. Temantemannya pun sering 35 mencemoohnya. Akhirnya yusni bersemangat ke sekolah karena tidak ingin dicemooh lagi semangat kerja diperlukan oleh kita agar memperoleh hasil sesuai yang diinginkan. Jika ingin sehat, maka kita harus rajin berolahraga. Apa akibatnya jika orang malas bekerja? Kamu akan tahu setelah kamu diskusikan kegiatan di bawah ini dengan teman sebangkumu. Orang yang malas bekerja hasil kerjanya tidak sempurna. Hasil yang tidak baik itu hasilnya juga tidak baik juga menyebabkan tidak dipercayakan orang lain. Dapat juga dipecat dari pekerjaanya. Agar kita tidak seperti contoh di atas, dalam bekerja kita harus memiliki semangat kerja. Dengan keterampilan yang dimiliki, kita harus berusaha bekerja sebaik-baiknya. Orang yang mempunyai semangat kerja akan bekerja keras. Ciri-ciri orang semangat kerja: Seseorang yang perlu semangat kerja yang tinggi.bagaimana ciri kerja semangat kerja yang tinggi? Mari kita simak dibawah ini: c. Kerja sama Orang yang memiliki semangat kerja, akan bekerja keras. Dia tidak mudah menyerah bila gagal. Selalu berusaha dengan sebaikbaiknya. Ciri-ciri orang pekerja keras. a. Kesulitan tidak membuat berhenti bekerja. b. Mencari kerja baru. c. idak malu bertanya. 36 E. Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukanya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished good).24 Hasil adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan(raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). 25 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui beberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut pemikiran Gagne dalam Agus Suprijono menyatakan bahwa, hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 24 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 44 Ibid 25 37 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis faktaakonsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktifitas kognitif bersifat khas 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. 4) Keterapilan motorik yaitu kemampuan melakukan seranakaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani 5) Memiliki dampak sebgai akibat adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut Berdasarkan pengertian di atas, hasil belajar adalah sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.26 Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, 26 http://www.asikbelajar.com/2013/05/konsep-hasil-belajar.html, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 38 sedang hasil bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikanya. Hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester. Hasil belajar menurut W. Winkel (dalam buku pesikologi pengajaran) adalah keberhasilan yang dicapai siswa, yakni prestasi belajar siswa disekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.27 Untuk mengetahui perkembangan sampai dimana hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan dengan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai siswa maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh setrategi belajar mengajar. Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru meiliki pandangan masingmasing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar 27 Aina Mulyana.blogspot.com/2012/01/Pengertian Hasil Belajar dan Faktor. http. Diakses pada tanggal 07 April 2015 39 tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan. Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa belajar besar sekali pengaruh terhadap hasil yang dicapai, separti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh 30% dipengaruhi oleh lingkungan.28 Hasil belajar yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksut dengan kualitas pengajar adalah kualitas interaksi belajar mengajar. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adapun pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus mengerahkan 28 Ahmad Sabri, Setrategi Belajar Mengajar “Michro Teaching”, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 48 40 segala daya dan upaya untuk mencapainya.Sungguh pun demikian, hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan pelajaran yang dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau pun efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Belajar merupakan proses dari dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktifitas mental atau pseikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahandalam pengetahuan ketrampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh dari usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama daln merupakan hasil pengalaman.29 Belajar mengajar merupakan sebuah interaksi yang bernilai normatif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah sebagai pedoman kearah mana akan dibawa proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar akan berhasil mampu 29 Purwanto,.... Evaluasi Hasil Belajar, hal. 38-39 41 akan membawa perbahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai-nilai dalam diri anak didik. 30 Maka dapat dikatakan bahwa “ hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru. Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus dilakukan selama manusia jika didik atau diajar oleh manusia lainya. Belajar merupakan proses yang bersifat internal (a purely internal event) yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju perkembanagn pribadinya. Reslitas yang dipahami oleh sebagaian besar tidaklah demikian. Belajar yang dianggap seperti properti sekolah. Kegiatan belajar selalu diakaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar belajar itu masyarakat menganggap belajar disekolah adalah usaha penegasan materi ilmu pengetahuan. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya 30 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 12 42 (Winkel, 1996: 51). Hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pengajaran. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundenmental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Yang berarti bahwa berhasil atu gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami sisiwa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Banyak orang mengatakan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan kata-kata yang tersaji dalam bentuk suatu informasi atau materi pelajaran. Pemahaman mengenai segala aspek, bentuk, manifestasinya mutlak diperlukan bagi para pendidikan khususnya guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan mengakibatkan kurang bermutunya hasil dengannya mungkin akan pembelajaran yang dicapai peserta didik.31 Pengertian belajar dan pembelajaran menurut beberapa pakar: kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarati petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituntut, sedangkan pembelajaran berartyi proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran 31 Muibbin Syeh, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 89-92 43 adalah suatau perbuatan perilakau yang relatif tetap merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Selain itu, Rembepajung juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah pemerolehan suatau mata pelajaran atau pemerolehan suatu ketrampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Merinci dengan karakteristik pembelajaran sebagai berikut: 1) Belajar adalah menguasai atau “ memperoleh”. 2) Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau ketrampilan. 3) Proses mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori, dan organisasi kognitif. 4) Belajar melibatakan perhatian aktif sadar bertindak menurut peristiwa-peristiwa di luar serta di dalam. a. Prinsip Belajar Menurut supriyo prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilakau sebagai hasil belajar yang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumen, yaitu perubahan yang disadari. 2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilakunya. 3. Fungsional atau bermanfaat positif. 4. Positif atau berkomulasi. 44 5. b. Sebagai aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 32 Tujuan Belajar Munurut Suprijono, belajar yang eksplesit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional yang dinamakan intruksional effects, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar insrtuksional disebut nurturant effects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebaginya. Tujaun ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “live in” suatu item lingkungan belajar tertentu. F. Penelitian Terdahulu Sebelum adanya penelitian ini, sudah beberapa penelitian atau tulisan yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang mennggunakan/menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada beberapa mata pelajaran yang berbeda-beda. Peneliti tersebut sebagaimana dipaparkan sebagai berikut: Pertama , peneliti yang telah dilakasanakan oleh Fita Nuraisyiah, mahasiswa Program Studi S1 PGMI STAIN Tulungagung, dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika di SD Al-Azhar Tulungagung.” Dari Peneliti yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian 32 Arif Mustofa, Belajar Dan Pembelajaran, (Jogyakarta: Ruz Media 2013), hal. 16-21 45 tersebut anatara lain untuk: 1). Mendiskripsikan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, 2). Mendeskripsikan prestasi belajar siswa , 3). Mengetahui respon siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam peneliti ini adalah: Tes, observasi, wawancara, catatan lapangan, angket, dan dokumentasi. Hasil peneliti menujukan bahwa: 1). Dari hasil evaluasi dapat diketahui bahwa ada peningkatan yang signifikan pada rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 5,05. 2). Siswa menunjukan respon yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap perwakilan siswa kelas V-C, serta hasil kerja.33 Kedua, peneliti yang telah dilaksanakan oleh Dian Hidayatul Umah, Mahasiswa Program Studi S1 PGMI STAIN Tulungagung. Dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas IV Mi Podorejo Sumbergempol Tulungagung”.Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut antara lain: 1). Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, 2). Mendeskipsikan hasil belajar siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. 33 Fita Nuraisiyah, Penerapan Metode Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika di SDI Al-Azhar Tulungagung, (Tulungagung: 2011) 46 Hasil penelitian menunjukan bahwa: Terjadi peningkatan hasil belajar siswa, terbukti meningkatnya hasil belajar siswa yang semula nilai ratarata awalnya 63,70 dan pada post est menjadi 86,66. Pada siklus II ketuntasan belajar adalah 88% .34 Hasil penelitian menunjukan bahwa: terjadi peningkatan hasil belajar siswa, terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa yang semula nilai rata-rata awalnya 63,70 dan pada post test menjadi 86,66. Pada siklus II ketuntutan belajar adalah 88%. Ketiga, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Nur Kholifah, mahasiswa Pembelajaran Studi S1 PGMI STAIN Tulungagung, dengan judul “Penerapan Pembelajaran Model Jigsaw Dalam Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas III Di Mi Negri Kunir Wonodadi Blitar Tahun Ajar 2010/2011.” Dari penilitan yang telah dilaksankan, tujuan penelian tersebut diantara lain untuk: 1). Mendiskripsikan langkahlangkah model pembelajaran jigsaw, 2). Mendiskripsikan peningkatan prestasi adalah: Tes, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Prestasi belajar siswa mingkat, terbukti dengan sekor rata-rata test awal sebesar 56,6 dari KKM yang telah ditentukan yaitu70. Skor post test siklus 1 sebaesar 69,7 dan post test 34 Dian Hidayatul Umah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV MI Podorejo Sumbergempol Tulungagung, (Tulungagung, 2012) 47 siklus II sebesar 73,5. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan dan menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. 35 Keempat, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Catur Krisnawati, mahasiswa Program Studi PGMI Tulungagung, dengan judul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar IPS Melalui Metode Jigsaw Kelas V MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Tahun Pelajaran 2010/2012.” Dari peneliti yang dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut adalah: 1. Mendeskripsikan peningkatan prestasi dan hasil belajar siswa, 2. Mengetahui respon siswa, 3. Mendieskripsikan peningkatan prestasi dan aktifitas belajar siswa. Metode pengumpulan data yang digunkan oleh penelitian ini adalah: Obsevasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil peniliti menunjukan bahwa: 1. Penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan dapat meningkatkan tercapainya setandar nilai ketuntasan belajar siswa kelas V, 2. Siswa kelas V merespon dengan sangat Baik. 3. Melalui metode jigsaw, prestasi dan aktivitas siswa meningkat dengan sangat baik.36 Kelima, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Bambang syaiful Rohman, mahasiswa Program Studi PGMI STAIN Tulungagung, dengan judul 35 “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Nur Kholifah, Penerapan Pembelajaran Model Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas III DI MI Negri Kunir Wonodadi Blitar Tahun Ajar 2010/2011, Tulungagung,.2012 36 Catur Krisnawati, Upaya Meningkatkan Prestas Dan Aktivitas Belajar IPS Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas V Mi Thoriqul Kromosan Ngunut Tulungagung Tahun Palajar 210/2011 (Tulungagung, 2012) 48 Kewarganegaraan Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas IV Di MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung.” Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut anatara lain untuk: 1. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan ini adalah: Tes, observer, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Hasil prestasi belajar siswa meningkat, hal ini terbukti dengan skor rata-rata test awal sebesar 56,6, skor post test 1 sebesar 69,7 dan siklus II sebesar 73, 5, yang menunjukan peningkatan secara signifikan.37 Keenam, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Fibrian Kusuma Arumanti, mahasiswa Program Studi S1 Program Studi S1 PGSD Universitas Negri Malang, dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Memahami Isi Cerita Pendek Siswa Kelas V SDN Gedog 1 Sanan Wetan Blitar .” Dari peneliti yang telah dilaksanakan, tujuan dari Peneliti tersebut anatara lain: 1. Mendeskripsikan penerapan model Jigsaw pada pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan pemahaman isi cerita pendek, 2. Mendeskripsikan penerapan model Jigsaw pada pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman isi ceriata pendek. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam ini adalah: Obsevasi, wawancara, dan dokumentasai. 37 Bambang Syaiful Rohman, Upayan Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas IV Di MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungangung, (Tulungagung, 2012) 49 Hasil penelitian menunjukan bahwa: penerapan model pembelajaran jigsaw pada pelajaran Bahasa Indonesia dapa meningkatkan kemampuan pemahaman isi cerita pendek siswa. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan meningkatkan kemampuan pemahaman isi cerita pendek siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu siswa menjadi lebih aktif dan antusias mampuan meningkatkan kedalam mengikuti pembelajaran dikelas.38 Hasil penelitian menunjukan bahwa: penerapan teknik membaca berkelompok dapat meningkatkan kemampuan membaca dan kerjasama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa dengan peningkatan nilai yaitu pada pra tindakan dengan rata-rata 66, mengalami kenaiakan pada siklus I meningkat menjadi 66,3 dan pada siklus II meningkat menjadi 74 dengan kualifikasi nilai baik. Peningkatan kemampuan membaca secara berkelompok dari siklus I dengan rata-rata 74 menjadi 79,3 pada siklus II.39 Dapat ditarik kesimpulan bahwa antara peneliti yang dilakukan oleh peneliti pendahulu dengan peneliti pada penelitian ini adalah terletak pada tujuan penelitian dan juga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk beberapa mata pelajaran, subyek, dan lokasi penelitian yang 38 Fibrian kusuma Arumanti, Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Memahami Isi Cerita Pendek Pada Siswa Kelas V SDN Gedog 1 Senam Wetan Blitar, (Malang: Universitas Negri Malang,2012) 39 Panda Bayu Citra, Menyenangkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Dengan Teknik Jigsaw Pada Kelas II DI Sekolah Dasar Negri Kotalama I Kota Malang, (Malang Universitas Negri Malang, 2012) 50 berbeda. Meskipun dari penelitian terdahulu ada yang menggunakan mata pelajaran yang sama yaitu mata pelajaran IPS dan tujuan yang sama yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa, tetapi subyek dan lokasi penelitian berbeda pada penelitian ini. Penelitian ini lebih menekankan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Tabel 3.2 Persamaan dan Perbedaan Peneilti terdahulu : Nama Peneliti dan Persaman Perbedaan 2 3 Judul Penelitian 1 Fitryah Nurasiyah “ 1. Tidak sama Penerapan Metode 2. Tujuan yang ingin 1. Subjyek dan lokasi yang Pembelajaran dicapai meningkatkan dituju tidak Kooperatif Tipe metode pembelajaran sama Jigsaw Untuk dana prestasi siswa 2. Materi Meningkatkan pelajaran juga Hasil Belajar Siswa tidak sama kelas IV SDN AlAzhar Tulungagung”. Diyan Hidayatul 1. Tidak sama Umah “Penerapan 2. Tujuan yang ingin Metode dicapai meningkatkan Pembelajaran prestasi hasil belajar 1. Subyek dan lokasi tidak sama 2. Materi Kooperatif Tipe pelajaran juga Jigsaw Untuk tidak sama Meningkatkan 51 Hasil Belajar IPA kelas IV Mi Podorejo Sumbergempol Tulungagung”. Nur Kholifah 1. Tidak ama 1. “Penerapan 2. Tujuan yang ingin Subyek dan lokasi Pemebelajaran dicapai penelitian Model Kooperatif meningkatkan tiadak sama Tipe Jigsaw Untuk langkah-langkah Meningkatkan model pelajaran Prestasi Belajar pembelajaran tidak sma 2. Materi IPA kelas III Negri Kunir Wonodadi Blitar Catur krisnawati 1. Tiadak sama 1. Tidak sama “Upaya 2. Tujuan yang ingin 2. Materi yang Meningkatkan dicapai dipelajarai Prestasi Dan meningkatkan sama Aktifitas Belajar prestasi IPS Melalui belajar siswa dan hasil Metode Jigsaw Kelas V Mi Thoriqul Huda Kromosan Ngunut Tulungagung”. Bambang Syaiful 1. Tidak sama “Upaya 2. Tujuan yang 1. Subyek ingin dan lokasi Meningkatkan dicapai meningkatkan penelitian Prestasi Belajar prestasi belajar siswa tidak sama 52 Siswa Pendidikan 2. Materi yang Kewarganegaraan dipelajarai Dengan Model tidak sama Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas IV Di MI Miftahul Huda Dono Sendang Tulungagung.”t Fibrian Kusuma 1. Tidak sama “Penerapan Model 2. 1. Subyek dan Tujuan yang ingin lokasi tidak Pembelajaran dicapai meningkatkan sama Jigsaw Untuk penerapan model Meningkatkan Jigsaw pada pelajaran dipelajarai Kemampuan Bahasa Indonesia tidak sma Membaca Dalam untuk meningkatkan Memahami Isi pemahaman isi cerita Cerita Pendek pendek 2. Materi yang Siswa Kelas V SDN Gedog 1 Sanan Wetan Blitar .” G. Kerangka Pemikiran Tercapinya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh peran guru sebagai pendidik, pengajar dan pencipta lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar di kelas. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 53 III pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan berlangsung menjadi menyenangkan dan siswa termotivasi untuk belajar serta prestasi belajar juga akan meningkat. Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan kerangka pemikiran Pree tes 1 Ilmu pengetahuan sosial siklaus 1 Post test 1 Siklus 1 Siklus 1 Hasil kegiatan Post test 2 Penerapan metode jigsaw siklus 2 Siklus2