LAPORAN AKHIR HIBAH PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN PROGRAM PEMBUATAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK PHKI TAHUN 2012 PEREKONOMIAN INDONESIA Sugiyanto, SE.MM. Dibiayai oleh: Dana Hibah Pengajaran PHKI Tahun Anggaran 2012 Dengan kontrak Nomor: Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Oktober 2012 3 LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR HIBAH PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN PROGRAM PEMBUATAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK PHKI TAHUN 2012 1. Judul Mata Kuliah 2. Kode Mata Kuliah 3. Jenjang 4. Kelompok Mata Kuliah 5. Pengajar Utama 6. Program Studi 7. Departemen 8. Alamat e-mail 9. Telepon seluler/HP 10. Semester Pelaksanaan : Perekonomian Indonesia : : S1 : Wajib : Sugiyanto, SE, MM. : Manajemen : Manajemen : [email protected], : 5674223 : Semester Ganjil 2012/2013 Jakarta, Oktober 2013 Menyetujui Dekan Fakultas Ekonomi Dosen Pengampu Dr. M. Arrozi Sugiyanto, SE.MM. 3 MODUL I PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Sistem Perekonomian Tujuan Instruksional : Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian sistem perekonomian yang ada dan pokokpokok pikiran tentang sistem ekonomi di Indonesia. Pengertian Sistem : Banyak ahli di berbagai disiplin ilmu mengemukakan pendapatnya mengenai arti sistem. Namun, apapun definisinya suatu sistem perlu memiliki ciri sebagai berikut : 1. Setiap sistem memiliki tujuan; 2. Setiap sistem memiliki “batas” yang memisahkannya dari lingkungan; 3. Walau mempunyai batas, sistem tersebut bersifat terbuka, dalam arti berinteraksi juga dengan lingkungannya; 4. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem yang biasa juga disebut dengan bagian, unsur, atau komponen; 5. Walau sistem tersebut terdiri dari berbagai komponen, bagian, atau unsur­unsur, tidak berarti bahwa sistem tersebut merupakan sekedar kumpulan dari bagian-bagian, unsur, atau komponen tersebut, melainkan merupakan suatu kebulatan yang utuh dan padu, atau memiliki sifat 'wholism'; 6. Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam sistem (intern ) itu sendiri, maupun antara sistem dengan lingkungannya; 7. Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukan menjadi keluaran . Karena itulan inaka sistem sering disebut juga sebagai 'processor' atau 'transformator'·; 3 8. Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik; 9. Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan mneyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatik. · Perkembangan Sistem Perekonomian Subsistem, itulah sistem perekonomian yang terjadi pada awal peradaban manusia. Dengan karakteristik perekonomian subsistem, orang melakukan kegiatan ekonomi dalam hal ini produksi, hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau kelompoknya saja. Dengan kata lain pada saat itu orang belum terlalu berfikir untuk melakukan kegiatan ekonomi untuk pihak lain, apalagi demi keuntungan. Kalaupun orang tersebut harus berhubungan dengan orang lain untuk mendapatkan barang lain, sifatnya adalah barter, untuk kepentingan masing-masing pihak. Dengan semakin berkembangnya jumlah manusia beserta kebutuhannya, semakin dirasakan perlunya sistem perekonomian yang lebih teratur dan terencana. Sistem barter tidak lagi dapat dipertahankan, mengingat hambatan­ hambatan yang dihadapi, seperti : 1. Sulitnya mempertemukan dua atau lebih pihak yang memiliki keinginan yang sama; 2. Sulitnya menentukan nilai komoditi yang akan dipertukarkan; 3. Sulitnya melakukan pembayaran yang tertunda; 4. Sulitnya melakukan transaksi dengan jumlah besar; Dengan hambatan-hambatan yang terjadi tersebut, mulailab para cendekiawan memikirkan sistem perekonomian lain yang lebih bermanfaat dan dapat digunakan oleh manusia. Hasil-hasil pemikiran para ahli itu adalah : SISTEM PEREKONOMIAN PASAR ( LIBERAL KAPITALISME) Dasar bekerjanya sistem ini adalah adanya kegiatan 'invisible hand'I tangan-tangan yang tidak kelihatan yang dicetuskan oleh ahli ekonomi Adam Smith. Dasar ini berasal 3 dari paham kebebasan. Buku Adam Smith yang berjudul 'The Theory of Sentiments' menjadi kerangka moral bagi ide-ide ekonominya ( 1159 ). Paham kebebasan ini sejalan dengan pandangan ekonomi kaum klasik, dimana mereka menganut pahan 'Laissez faire', yang mengendaki kebebasan melakukan kegiatan ekonomi, dengan seminim mungkin campur tangan pemerintah. Kaum klasik berpendapat seperti itu, karena mereka menganggap bahwa keseimbangan ekonomi/pasar akan tercipta dengan sendirinya. Mekanisme pasarlah yang akan mengatumya, kekuatan permintaan penawaran-lah yang akan mewujudkannya. Dasar pemikiran kaum klasik tersebut adalah I. Hukum 'SAY', yang mengatakan bahwa setiap komoditi yang diproduksi, tentulah ada yang membutuhkannya. Dengan hukum ini para pengusahal produsen tidak Perlu khawatir bahwa barang dagangannya akan sisa, karena berapapun yang ia produksi tentu akan digunakan oleh masyarakat. 2. Harga setiap komoditi itu bersifat fleksibel. Dengan demikian keseimbangan akan selalu terjadi. Kalaupun terjadi ketidak seimbangan pasar (kekurangan atau kelebihan komoditi) ito hanya bersifat sementara, karena untuk selanjutnya keadaaan tersebut akan kembali dalam kondisi seimbang ( equilibrium ). Sebagai contoh produksi melimpah, meyebabkan harga komoditi bersangkutan menjadi murah. Karena harga sekarang menjadi murah, masyarakat berbondong-bondong untuk membelinya sehingga komooiti tersebut berkurang drastis. Dan karena komoditi yang ada sekarang menjadi sedikit maka harga akan naik kembali. Karena harga membaik, produsen akan meningkatkan produksinya dengan harapan akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Karena produksi meningkat jumlah komoditi di pasar menjadi banyak sehingga perlahan-lahan harga bergerak turon, begitulah keadaaan akan berlangsung. Dan dari kedua keadaan tersebut akan mengarah terjadinya keseimbangan pasar. Dengan demikian pemerintah tidak perlu ikut dalam proses tersebut. Jika demikian pemikirannya, selanjutnya apa togas pemerintah ? Menurut kaum klasik, togas pemerintah adalah : 3 1. Mengelola kegiatan yang tidak efisien jika ditangani oleh pihak swasta, sebagai misal mengelola pamong praja dan sejenisnya. 2. Membantu memperlancar dan menciptakan kondisi yang mendukung kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung., Sebagai contoh membangun prasarana jalan agar transportasi menjadi lancar, mengeluarkan kebijaksanaan yang mendukung, dan sejenisnya. Dengan kondisi perekonomian yang semacam itu, pemerintah memiliki tiga togas yang sangat penting (Suroso, 1993) yakni : a. Berkewajiban melindungi negara dari kekerasan dan serangan negara liberal lainnya; b. Melindungi setiap anggota masyarakat sejauh mungkin dari ketidak adilan atau penindasan oleh anggota masyarakat lainnya atau mendirikan badan hokum yang dapat diandalkan. c. Mendirikan dan memelihara beberapa institusi atau saran untok umum yang tidak dapat dibuat oleh perorangan dikarenakan keuntungan yang di dapat darinya terlalu kecil sehingga tidak dapat menutupi biayanya. Dengan perkataan lain di luar itu, kegiatan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada swasta. Dengan terjadinya resesi dunia pada sekitar tahun 1930-an, kejayaan sistem ini seakan-akan berakhir. Dari kejadian itulah kemudian muncul pandangan-pandangan untuk memperbaiki sistem ini. Diantara para ahli yang cukup terkenal dan hingga sampai saat ini pandangannya masih relefan adalah J..M. Keynes, yang antara lain berpendapat bahwa negara, Yflllg merupakan suatu kekuatan di luar sistem liberalis ini haruslah ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi agar pekerjaan selalu tersedia bagai semua warganya. Secara umum karakteristik sistem ekonomi liberal kapitalisme adalah : 1. Faktor-faktor produksi (Tanah, modal, tenaga kerja, kewirausahawan) dimiliki dan dikuasai oleh pihak swasta; 2. Pengambilan keputusan ekonomi bersifat desentralisasi, diserahkan kepada pemilik 3 faktor produksi dan akan dikoordinir oleh mekanisme·pasar yang berlaku; 3. Rangsangan insentif atau umpan balik diberikan dalam bentuk utama materi sebagai sarana memotivasi para pelaku ekonomi; • Proses bekerjanya sistem liberall kapitalisme ini dapat dilihat pada gambar berikut : Pasar komoditi Sektor rumah tangga Faktor Produksi SISTEM PEREKONOMIAN PERENCANAAN (ETATISMEISOSIAUS) Pencetus ide mengenai sistem ekonomi etatisme adalah Karl Max, yang diilhami dengan penderitaan kaum buruh yang terjadi saat itu, sebagai ulah para kaum kapitalis. Dalam sistem ini praktis kegiatan ekonomi sepenuhnya diatur dibawah kendali negara. Sistem ini dapat kita lihat pada negara yang menganut faham komunisme, seperti Uni Sovyet misalnya. Tahap-tahap ide etatisme komunisme yang sempat muncul adalah ( kepada masyarakat ) menurut kemampuannya, dan setiap orang menerima sesuai dengan karyanya. Tahap tersebut berkembang menjadi 'setiap orang memberi sesuai dengan kemampuannya, dan setiap orang menerima menurut kebutuhannya' dengan kata hiin 'distribusi menurut kebutuhannya' ( Suroso, 1993 ). Sistem sosialis sendiri terdiri dari : 1. Faktor-faktor produksi dimiliki dan dikuasai oleh pihak pemerintah/negara; 3 2. Pengambilan keputusan ekonomi bersifat sentralisasi dengan dikoordinasi secara terencana; 3. Rangsangan dan insentif diberikan berupa material dan modal, sebagai sarana motivasi bagi para pelaku ekonomi Dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat dan tuntutan perekonomian intemasional, tampaknya sistem sosialis terencana ini mulai ditinggalkan oleh penganutnya. Salah satu contoh adalah yang diawali oleh presiden Rusia, Gorbachev dengan tindakan pembaharuannya. Dan akhir-akhir ini dengan mulai pecahnya negaranegara berpaham komunis, yang di dalam perekonomianyil cenderung bersistem sosialis. SISTEM EKONOMI CAMPURAN Sistem ekonomi campuran ini adalah merupakan kombinasi 'logis' dari ketidak sempumaan kedua sistem ekonomi di atas (liberalisme dan etatisme). Selain resesi dunia tahun 1930-an telah menjadi bukti ketidak sanggupansistem liberalis, langah Gorbachev dan bubamya kerompok negara-negara komunis, menjadi bukti pula kerapuhan sistem etatisme. Sistem campuran mencoba mengkombinasikan kebaikan dari kedua sistem tersebut, diantaranya menyarankan perlunya campur tangan pemerintah secara aktif dalam kebebasan pihak swasta dalam melaksanakan kegiatan ekonominya. Dengan keinginan seperti ini, banyak negara kemudian memilih istem ekonomi campuran ini. Perkembangan Perekonomian Indonesia Sebelum Orde Baru Sejak berdiringan negara Republik Indonesia, banyak sudah tokoh-tokoh negara· pada saat itu telah merumuskan bentuk perekonomian yang tepat bagi bangsa Indonesia, baik secara individu maupun melalui diskusi kelompok. Sebagai contoh, Bung Hatta sendiri, semasa hidupnya mencetuskan ide, bahwa dasar perekonomian Indonesia yang sesuai dengan cita:..cita tolong menolong adalah koperasi 3 (Moh. Hatta dalam Sri-Edi Swasono, 1985 ), namun bukan berarti semua kegiatan ekonomi harus dilakukan secara koperasi, pemaksaan terhadap bentuk ini justru telah melanggar dasar ekonomi koperasi. Demikian juga dengan tokoh ekonomi Indonesia saat itu, Sumitro Djojohadikusumo, dalam pidatonya di menegaskan bahwa yang dicita-citakan negara Amerika ·tahun adalah ekonomi semacam 1949, campuran. Namun demikian dalam proses perkembangan berikutnya disepakatilah suatu bentuk ekonomi baru yang dinamakan sebagai Sitem Ekonomi Pancasila yang didalamnya mengandung unsur penting yang disebut Demokrasi· Ekonomi. Terlepas dari sejarah yang akan menceritakan keadaan yang sesungguhnya pernah terjadi di Indonesia, maka menurut UUD'45, sistem perekonomian tercermin dalam pasal-pasal 23, 27, 33, dan 34. Demokrasi Ekonomi dipilih, karena memiliki ciri-ciri positif yang diantaranya adalah (Suroso, 1993) : • Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan • Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara • Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikua ai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat • Somber-somber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan lembaga -lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada lembaga-lembaga perwakilan pula • Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak • Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat • Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga· negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum) = Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara 3 Dengan demikian di dalam perekonomian Indonesia tidak mengijinkan adanya: Free fiht liberalism, yakni adanya kebebasan usaha yang tidak terkendali sehingga memungkinkan terjadinya eksploitasi kaum ekonomi yang lemah, dengan akibat semakin bertambah luasnya jurang pemisah si· kaya dan si miskin. Etatisme , yakni keikut sertaan pemerintah yang terlalu dominan sehingga mematikan motifasi dan krea8i dari masyarakat untuk merkembang dan bersaing secara sehat. Monopoli , suatu bentuk pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok tertentu, sehingga tidak memberikan pilih311 lain pada konsumen untuk tidak mengikuti 'keinginan sang ·monopoli'. Meskipun pada awal perkembangannya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi })ancasila. Ekonomi Demokrasi, dan 'mungkin campuran', namun bukan berarti sistern perekonomian liberalis dan etatise tidak ·pemah terjadi di Indonesia. Awal tahun1950-an sampai dengan tahun 1957-an merupakan bukti sejarah adanya corak liberalis daliim perekonomian Indone­ sia. Demikian juga dengan sistem etatisme, pemah juga mewamai corak perekonomian di tabu 1960-an sampai dengan masa orde baru. Keadaan ekonomi Indonesia antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1965-an sebenamya telah diisi dengan beberapa program dan rencana ekonomi pemerintah. Diantara progran-program tersebut adalah : + Program Banteng tahun . 1950, yang bertujuan membantu pengusaha pribumi + Program I Sumitro Plan tahun 1951 + Rencana Lima Tahun Pertama, tahun 1955 -1960 + Rencana Delapan Tahun 3 Namun demikian kesemua program dan rencana tersebut tidak memberikan basil yang berarti bagi perekonomian Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan adalah : Program-program tersebut disusun oleh tokoh-tokoh yang relatif bukan bidangnya, namun oleh tokoh politik, dengan demikian keputusan.: keputusan yang dibuat cenderung menitik beratkan pada masalah politik, dan bukannya masalah ekonomi. Hal ini dapat dimengerti mengingat pada masa-masa ini kepentingan politik tampak lebih dominan, seperti mengembalikan negara Indonesia ke negara kesatuan, usaha mengembalikan Irian Barat, menumpas pemberontakan di daerah-daerah, dan masalah politik sejenisnya. Akibat lanjut dari keadaan di atas, dana negara yang seharusnya dialokasikan untuk kepentingan kegiatan ekonomi, justru dialokasikan untuk kepentingan p()litik dan perang. Faktor berikutnya adalah, terlalu pendeknya masa kerja setiap kabinet yang dibentuk ( sistem parlementer saat itu ). Tercatat tidak kurang dari 13 kali kabinet berganti saat itu. Akibatnya program-program dan rencana ekonomi yang telah disusun masing-masing kabinet tidak dapat dijalankan dengan tuntas, kalau tidak ingin disebut tidak sempat berjalan. Disamping itu program dan rencana yang disusun kurang memperhatikan potensi dan aspirasi dari berbagai . pihak. Disamping kutusan individul pribadi, dan partai lebih dominan dari pada kepentingan pemerintah dan negara. Adanya kecenderungan terpengaruh untuk menggunakan sistem perekonomian yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indoneisa ( liberalis, 1950 -1957 ) dan etatisme ( 1958 -1965 ) Akibat yang ditimbulkan dari sitem etatisme yang pernah 'terjadi' di Indonesia pada periode tersebut dapat dilihat pada bukti-bukti berikut : Semakin rusaknya sarana-sarana produksi dan komunikasi, yang membawa dampak menurunnya nilai eksport kita 3 Hutang luar negeri yang justru dipergunak:an untuk proyek 'Mercu Suar' Defisit anggaran negara yang mak:in besar, dan justru ditutup dengan mencetak uang baru, sehingga inflasi yang tinggi tidak dapat dicegah kembali. Keadaan tersebut masih diperparanh dengan laju pertumbuhan penduduk ( 2,8 % ) yang lebih besar dari laju pertumbuhan ekonomi saat itu, yak:ni sebesar 2,2 %. Perkembangan sistem ekonomi Indonesia setelah Orde Baru Iklim kebangsaan setelah Orde Baru menunjukkan suatu kondisi yang sangat mendukung untuk mulai dilaksanakannya sitem ekonomi yang sesungguhnya diinginkan rak:yat Indonesia. Setelah melalui masa-masa penuh tantangan pada periode 1945 sampai denga 1965, semua tokoh negara yang duduk dalam pemerintahan sebagai wak:il rak:yat sepakat untuk kembali menempatkan sistem ekonomi kita pada nilai-nilai yang telah tersirat dalam UUD 1945. Dengan demikian sitem demokrasi ekonomi dan siste.m ekonomi Pancasila kembali satu-satunya acuan bagi pelak:sanaan semua kegiatan ekonomi selanjutnya. Awal Orde Baru diwarnai dengan masa-masa ·rehabilitasi. perbaikan, hampir di seluruh sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor ekonomi. Rehabilitasi· ini terutama ditujukan untuk : Membersihkan segala aspek kehidupan dari sisa-sisa faham dan sistem perekonomian. yang lama ( liberal kapitalis dan etatisme komunis ). Menurunkan dan mengendalikan·Iaju inflasi yang saat itu sangat tinggi, yang berak:ibat terhambatnya proses penyembuhan dan peningkatan kegiatan ekonomi secara u·mum. Tercatat bahwa : Tingkat inflasi tahun 1966 sebesar 650 % Tingkat infalsi tahun 1967 sebesar 120 % Tingkat infalsi tahun 1968 sebesar 85 % Tingkat infalsi tahun 1969 sebesar 9,9 % 3 Para pelaku ekonomi Indonesia Jika dalam ilmu ekonomi mikro kita mengenal tiga pelaku ekonomi, yaitu : • Pemilik faktor produksi • Konsumen • Produsen Dan jika dalam ilmu ekonomi makro kita mengenal empat pelaku ekonomi: • Sektor rumah tangga • Sektor swasta • Sektor pemerintah, dan • Sektor luar negeri Maka dalam perekonomian Indonesia dikenal tiga pelaku ekonomi pokok (sering disebut sebagai agen-agen pemerintah dalam pembangunan ekonomi), yakni : 1. Koperasi : Pemerataan hasil ekonomi Pertumbuban kegiatan ekonomi Kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi; 2. Swasta : Pertumbuban kegiatan ekonomi Pemerataan basil ekonomi Kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi 3. BUMN (Pemerintah) : Kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi Pemerataan hasil ekonomi Pertumbuban kegiatan ekonomi 3 MODUL II PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Aggregate Supply dan Aggregate Demand Tujuan Instruksional : Mahasiswa dapat memahami konsep permintaan agregat (keseluruhan permintaan) dan penawaran agregat (keseluruhan penawaran). Definisi Permintaan Agregat Permintaan agregat adalah keseluruhan permintaan terhadap barang da jasa oleh pengguna dalam ekonomi.) Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga Permintaan agregat dapat ditampilkan dengan menggunakan Kurva atau tabel yang menunjukkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibeli secara kolektif pada tingkat harga tertentu. Kurva permintaan agregat mempunyai slope negatif. Faktor-faktor yang menyebabkan Kurva permintaan agregat memiliki slope negatif adalah: 1. Efek Kekayaan Biaya yang digunakan oleh produsen tergantung pada kekayaan yang dimiliki. Keduanya memiliki satu hubungan yang positif. (Kekayaan mengacu pada pemegangan uang, saham, obligasi, rumah serta asset fisik yang lain. Kekayaan yang dimiliki dipengaruhi oleh tingkat harga) 2. Dampak Harga Bunga Efek harga bunga ditujukan karena perubahan tingkat haraga mempengaruhi harga bunga. Efek ini mempengaruhi produksi & investasi 3. Efek Pembelian Asing (Ekspor & Impor) 3 Jumlah ekspor dan impor dalam suatu ekonomi tergantung pada harga domestik (dalam negeri) dan asing Kurva permintaan agregat (aggregate demand curve) adalah kurva yang menjelaskan hubungan antara jumlah output agregat yang diminta dengan tingkat harga ketika semua variabel lain dianggap konstan. Ada 2 (dua) cara yang digunakan untuk menurunkan kurva permintaaan agregat. Pendekatan yang pertama dan yang paling sederhana adalah pendekatan teori jumlah uang di mana permintaan agregat ditentukan semata-mata oleh jumlah uang. Sementara pedekatan yang kedua didasarkan pada pengujian perilaku bagian-bagian komponen permintaan agregat seperti konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih. Pendekatan ini juga mempertimbangkan peran jumlah uang dalam menentukan permintaan agregat, tetapi tidak secara langsung, melainkan dengan cara mempertimbangkn bagaimana perubahan jumlah uang mempengaruhi komponen-komponen permintaan agregat. Pendekatan Teori Jumlah Uang terhadap Permintaan Agregat Teori jumlah uang menghubungkan jumlah uang M dengan jumlah pengeluaran nominal atas barang dan jasa P X Y dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output riil agregat atau secara ekuivalen adalah pendapatan riil agregat. Keterkaitan antara jumlah uang dan total pengeluaran dari barang dan jasa akhir dikemukakan oleh Irving Fisher. Untuk memperoleh hubungan ini, teori jumlah uang menggunakan konsep percepatan uang (velocity of money ) yaitu rata-rata jumlah berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang (misalya rupiah) yang digunakan untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Percepatan (velocity-V ) dinyatakan secara lebih jelas sebagai total pengeluaran P xY (T) dibagi dengan jumlah uang M : V = T/M Misalkan PDB nominal (P xY ) dalam setahun adalah Rp.5 triiun, jumlah uang sebesar Rp, 1 triliun, barang dan jasa akhir dalam perekonomian adalah sebanyak 5 kali. Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, akan didapatkan persamaan pertukaran (equation of change) yang menghubungkan pendapatan nominal dengan jumlah 3 uang dan percepatan. MxV=PxY Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan berapa kali uang ini digunakan dalam satu tahun tertentu harus sama dengan pendapatan nominal, yaitu total jumlah nominal yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa pada tahun tersebut. Persamaan pertukaran ini tidak lebih dri satu identitas suatu hubungan yang benar menurut definisi, dimana persamaan tersebut menyatakan bahwa ketika uang beredar M berubah, pendapatan nominal ( P x Y) berubah dengan arah yang sama ; kenaikan M misalnya dapat diimbangi dengan penurunan V yang membiarkan M x V (dan karenanya P x Y) tidak berubah. Teori jumlah permintaan uang yang dikembangkan oleh Milton Friedman menyatakan bahwa percepatan berubas sepanjang waktu dalam cara yang dapat diprediksi yang tidak dihubungkan denagn perubahan uang beredar. Dengan analisis ini, prsamaan pertukaran dibah menjadi suatu teori mengenai bagaimana pengeluaran agregat ditentukan dan disebut sebagai teori jumlah uang ( quantity theory of money ). Demgam demikian, teori jumlah uang menyimpulkan bahwa perubahan pengeluaran agregat terutama ditentun oleh perubahan uang beredar. Menurunkan Kurva Permintaan Agregat Untuk menentukan permintaan agregat, selain dengan melihat bagaimana uang memengaruhi jumlah permintaan agregat, kita juga dapat menurunkan kurva permintaan agregat dengan melihat 4 komponen, yaitu : 1. Pengeluaran konsumen (customer expenditure), yaitu jumlah permintaan akan barang dan jasa konsumen. 2. Pengeluaran investasi yang direncanakan (planned investment spending), yaitu jumlah pengeluaran yang direncanakan oleh perusahaan atas mesin pabrik, dan barang modal lain yang baru ditambah pengeluaran yang direncanakan atas rumah baru. 3. Pengeluaran pemerintah (goverment spending), yaitu pengeluaran oleh semua jajaran pemerintah atas barang dan jasa . 3 4. Ekspor bersih (net export ), yaitu pengeluaran luar negeri bersih atas barang dan jasa domestik, sama dengan ekspor dikurangi impor. Maka persamaan permintaan agregat dapat diperoleh : AD = C + I + G + NX (5.1) Dalam keadaan seimbang (equilibrium) maka AD harus sama dengan income atau output: AD = Y = C + I + G + NX Dimana : C = pengeluaran konsumen, I = pengeluaran investasi G = pengeluaran pemerintah NX = ekspor bersih Pendekatan komponen, seperti pendekatan teori jumlah menjelaskan bahwa kurva permintaan agregat mempunyai kemiringan menurun, karena semakin rendah tingkat harga (P ), dengan jumlah uang nominal yang konstan, menyebabkan jumlah uang riil ( dalam arti barang dan jasa yang dapat dibeli, M/P) yang semakin besar. Semakin besar jumlah uang dalam arti riil (M/P) yang dihasilkan dan tingkat harga yang semakin rendah menyebabkan suku bunga menurun (i ). Biaya investasi yang murah untuk membeli modal fisik baru membuat investasi menjadi lebih menguntungkan dan menstimulasi pengeluaran investasi yang direncanakan. Karena kenaikan pengeluaran investasi yang direncanakan secara langsung menambah permintaan agregat ( ), tingkat harga yang lebih rendah mengakibatkan tingkat jumlah output agregat yang diminta lebih tinggi (P), secara sisematis, persamaan itu dapat dituliskan sebagai berikut : P M/P i Mekanisme lain yang menghasilkan kurva permintaan agregat mempunyai kemiringan yang menurun beroperasi melalui perdagangan luar negeri. Karena tingkat harga yang lebih rendah, mengakibatkan jumlah uang dalam arti riil yang lebih besar dan menurunkan suku bunga. Hal ini menyebabkan penurunan nilai aset dollar relatif terhadap nilai mata uang lain. Nilai dollar yang semakin rendah membuat barang-barang domestik relatif menjadi lebih 3 murah terhadap barang-barang luar negeri, hal ini menyebakan ekspor bersih meningkat an meningkatkan permintaan agregat. P M/P i Faktor-Faktor yang Menggeser Kurva Permintaan Agregat Untuk setiap harga tertentu, kenaikan jumlah uang beredar menyebabkan beredar riil meningkat (M/P uang ), yang menyebankan kenikan permintaan agregat. Dengan demikian, kenaikan uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke kanan , hal ini dikarenakan kenaikan uang beredar akan menurunkan suku bunga dan mendorong pengeluaran investasi yang direncanakan dan ekspor bersih.Pendekatan komponen menyatakan bahwa faktor lain juga merupakan penyebab penting bergesernya kurva permintaan agregat. Definisi Kurva Penawaran Agregat Penawaran Agregat (aggregate supply) adalah jumlah barang dan jasa akhir perekonomian, yang diminta pada berbagai tingkat harga yang berbeda. Kurva Penawaran Agregat adalah kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil atau output (pendapatan nasional rill) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam suatu perekonomian.Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda; kurva penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supply) LRAS dan kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply) SRAS. Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional. 3 3.6. Definisi Kurva Permintaan Agregat Jangka Panjang Jumlah output yang dapat diihasilkan dalam perekonomian dalam jangka panjang ditentukan oleh jumlah modal dalam perekonomian, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan dalam tingkat pengerjaan penuh (full employment).beberapa pengangguran tidak dapat dibantu karena pengangguran bersifat friksional ataupu struktural. Dengan demikian, pada pengerjaan penuh, pengangguran tidak sama dengan nol, tetapi pada suatu tingkat di atas nol dimana permitaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of employment) adalah dimana perekonomian bergerak menuju jangka panjang. Tingkat output agregat yang dihasilkan pada tingkat pengangguran alamiah disebut tingkat output natural (natural rate of output), tingkat dimana perekonomian berada pada jangka panjang untuk setiap tingkat harga. Dengan demikian kurva penawaran jangka panjang (long-run aggregate supply-LRAS) adalah vertikal pada tingkat output alamiah, dinyatakan oleh Yn. Kurva Permintaan Agregat Jangka Pendek Karena upah dan harga memerlukan waktu untuk menyesuaikan terhadap kondisi perekonomian, suatu proses yang dijelaskan dengan mengatakan bahwa upah dan harga bersifat kaku (sticky), kurva penawaran agregat (AS,1) dalam jangka pendek mempunyai kemiringan ke atas (Figur 3). Karena tujuan perusahaan memaksimumkan keuntungan, jumlah output yang ditawarkan ditentukan oleh keuntungan yang dibuat atas setiap unit output. Jika keuntungan meningkat, lebih banyak output agregat yang akan dihasikan, dan jumah outut yang ditawarkan akan meningkat, jika keuntungan menurun, lebih sedikit output agregat yang akan dihasilkan, dan jumlah output agregat yang ditawarkan. Keuntungan atas suatu unit output sama dengan harga untuk unit tersebut dikurangi dengan biaya produksinya. Dalam jangka pendek, biaya dari banyak faktor yang masuk ke dalam produksi barang dan jasa adalah tetap. Karena biaya-biaya ini bersifat tetap dalam jangka 3 pendek, ketika tingkat harga keseluruhan naik, harga untuk suatu unit output akan meningkat relatif terhadap biaya produksi dan keuntungan per unti akan meningkat. Karena tingkat harga yang lebih tinggi menghasilkan tngkat keuntungan yang lebih besar dalam jangka pendek, perusahaan menaikkan produksi dan jumlah output agregat yang ditawarkan meningkat, yang menghasilkan kurva penawaran agregat jangka pendek yang memiliki kemiringan ke atas. Faktor-faktor yang mendorong pergeseran kurva permintaan agregat adalah : 1. Jumlah uang yang beredar, M 2. Pengeluaran pemerintah, G 3. Pajak, T 4. Ekspor bersih, NX 5. Optimisme konsumen, C 6. Optimisme dana usaha Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Jika biaya produksi suatu output meningkat, keuntungan atas suatu unit output menurun, dan jumlah output yang ditawarkan pada setiap tingkat harga menurun. Kesimpulan : Kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri ketika biaya produksi meningkat dan ke kanan ketika biaya menurun. Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Penawaran Jangka Pendek Faktor-faktor yang menyebabkan kurva penawaran jangka pendek bergeser adalah factor yang mempengaruhi biaya produksi ; (1) tingkat kekakuan pasar tenaga kerja, (2) perkiraan inflasi, (3) upaya pekerja untuk mendorong upah riil mereka, dan (4) perubahan biaya produksi yang tidak berkaitan dengan upah (seperti biaya energi). Tiga faktor pertama menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek dengan mempengaruhi biaya upah, faktor keempat mempengaruhi biaya-biaya produksi lain. 1. Tingkat kekakuan pasar tenaga kerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat penemuan pekerjaan dan mempertinggi 3 pengangguran.Jika perekonomian sedang mengalami kenaikan dan pasar tenaga kerja bersifat kaku (Y >Yn ),pemberi kerja mungkin mempunyai kesulitan untuk mempekerjakan tenaga kerja yang memenuhi mutu dan bahkan mungkin mempunyai kesulitan untuk memelihara tenaga kerjanya sekarang. Karena permintaan akan tenaga kerja sekarang melebihi penawaran di pasar tenaga kerja, maka pemberi kerja (perusahaan) akan menaikkakn upah untuk menarik pekerja yang dibutuhkan dan biaya produksi akan meningkat. Biaya produksi yang semakin tinggi akan mengurangi keuntungan per unit output pada setiap tingkat harga, dan kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri. Sebaliknya, jika perekonomian mengalami penurunan dan pasar tenaga kerja longgar (Y< Yn), maka dalam pasar tenaga kerja yang longgar dimana jumlah tenaga kerja yang diminta lebih kecil daripada jumlah yang ditawarkan , maka upah dan biaya produksi akan menurun, jadi keuntungan per unit output akan meningkat dan kurva penawaran agregat jangka pendek akan bergeser ke kanan. 2. Perkiraan Tingkat Harga Kenaikan perkiraan tingkat harga mengakibatkan upah lebih tinggi, yang selanjutnya menaikkan biaya produksi, menurunkan keuntungan per unit output pada setiap tingkat harga, dan menggeser kurva penawaran ke kiri. Maka, kenaikan perkiraan tingkat harga menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri, semakin besar perkiraan kenaikan tingkat harga (yaitu, semakin tinggi perkiraan inflasi), maka semakin besar pergeserannya. 3. Dorongan Upah Misalkan bahwa para pekerja memutuskan untuk mogok kerja untuk mendapatkan upah riil yang lebih tinngi dan mereka berhasil mendapatkan upah riil yng lebih tinggi. Maka dorongan upah oleh para pekerja akan menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser ke kiri. 4. Perubahan Biaya Produksi yang Tidak Berhubungan dengan Upah. Perubahan teknologi dan penawaran bahan-bahan mentah disebut guncangan penawaran (supply shocks) juga dapat menggeser kurva penawaran agregat. Guncangan penawaran 3 negatif, seperti pengurangan ketersedian bahan mentah, yang harganya meningkat, akan meningkatkan biaya produksi dan menggeser kurva penawaran agregat ke kiri dan sebaliknya. Perkembangan teknologi baru akan menurunkan biaya produksi, dengan menaikkan produktivitas pekerja hal ini juga dapat disebut dengan guncangan penawaran positif, yang dapat menggeser kurva penawaran agregat ke kanan. Keseimbangan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Dalam Analisis Permintaan Dan Penawaran Agregat 1. Keseimbangan dalam Jangka Pendek Figur 4 mengilustrasikan keseimbangan jangka pendek dimana agregat yang diminta sama dengan jumlah ouput yang ditawarkan. Dimana kurva permintaan agregat jangka pendek AD dan kurva penawaran agregat jangja pendek AS berpotongan dititik E. tingkat keseimbangan output agregat Y* dan tingkat harga keseimbangan sama dengan P*. Ketika tingkat harga (katakanlah P”)berada di atas tingkat harga keseimbangan P*, maka jumlah ouput yang ditawarkan akan lebih besar daripada jumlah output yang diminta (kelebihan penawaran). Sebaliknya ketika tingkat harga (katakanlah P’) berada dibawah tingkat harga keseimbangan P*, maka jumlah output yang diminta lebih besar daripada jumlah output yang ditawarkan (kelebihan permintaan). Keseimbangan terjadi pada titik E pada perpotongan kurva permintaan agregat AD dan kurva penawaran agregat jangka pendek AS. 2.Keseimbangan dalam Jangka Panjang Pada panel (a) Figur 5, keseimbangan awal terjadi pada titik 1, perpotongan kurva permintaan agregat AD dan kurva penawara agregat awal jangka pendek AS1. Karena tingkat output keseimbangan Y1 lebih besar daripada tingkat alamiah Yn, pengangguran lebih rendah daripada tingkat alamiahnya dan kekakuan yang berlebihan terjadi di pasar tenaga kerja. Kekakuan ini mendorong tingkat upah untuk meningkat, menaikkan biaya produksi, dan 3 menggeser kurva penawaran agregat AS2. Keseimbangan sekarang berada pada titik 2, dan output menurun ke Y2. Karena output agregat Y2 masih berada di tingkat alamiah Yn, upah terus didorong naik dan secara perlahan-lahan menggeser kurva penawaran agregat ke AS3. Keseimbangan yang dicapai pada titik 3 berada pada kurva penawaran agregat jangka panjang yang vertical (LRAS) pada Yn dan merupakan keseimbangan jangka panjang. Karena output tidak ada kecenderungan lebih lanjut bagi kurva penawaran agregat untuk bergeser. Pergerakan pada panel (a) menunjukkan bahwa perekonomian tidak akan tetap pada tingkat output yang lebih besar daripada tingkat alamiah karena kurva penawaran agregat jangka pendek akan bergeser kekiri, meningkatkan tingkat harga dan menyebabkan perekonomian (kekseimbangan) meluncur naik sepanjang kurva permintaan agregat hingga mencapai titik di sepanjang kurva penawaran jangka panjang pada tingkat output natural Yn. Pada panel (b) keseimbangan awal pada titik 1 adalah salah satu dimana output Y1 berada dibawah tingkat alamiah. Karena pengangguran lebih tinggi daripada tingkat alamiahnya, upah menurun, yang menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kanan hingga berada pada AS3. Perekonomian (keseimbangan) meluncur turun di sepanjang kurva permintaan agregat hingga mencapai keseimbangan jangka panjang titik 3, yaitu perpotongan kurva permintaan agregat (AD) dan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) pada Yn. Disini sebagaimana pada panel (a), perekonomian tidak lagi bergerak ketika output telah kembali lagi ke tingkat alamiah. Hal yang menonjol dari kedua panel Figur 5 bahwa terlepas dimana output awalnya berbeda, secara perlahan-lahan output kembali ke tingkat alamiahnya. Sifat ini dijelaskan dengan mengatakan bahwa perekonomian mempunyai mekanisme koreksi diri (self-correcting mechanism). Pada kedua panel, keseimbangan jangka pendek awal adalah pada titik 1 pada perpotongan AD dan AS1. Pada panel (a), Y1>Yn sehingga kurva penawaran agregt jangka pendek terus bergeser ke kiri hingga mencapai AS2, dimana output telah kembali ke Yn. Pada panel (b), Y1<Yn sehingga kurva penawaran agregat jangka pendek terus bergeser ke kanan hingga output kembali ke Yn lagi. Dengan demikian dalam kedua kasus, perekonomian menampilkan suatu mekanisme koreksi diri yang mengembalikannya lagi ke tingkat output alamiah. (a) Intial short-run equilibrium in which Y > Yn (b) Initial short-run equilibrium in which Y < Yn 3 Penyebab Perubahan Keseimbangan Perubahan keseimbangan yang disebabkan oleh guncangan permintaan agregat. Pada Figur 6 menunjukkan dampak pergeseran ke kanan dalam kurva permitaan agregat karena adanya guncangan permintaan positif : kenaikan jumlah uang beredar (M ), kenaikanengeluran pemerintah (G ), dan kenaikan ekspor bersih (NX ), penurunan pajak (T ), atau kenaikan keinginan konsumen dan perusahaan untuk brbelanja karena mereka lebih optimis (C , I ). Figur tersebut menunjukkan perekonomian pada awalnya berada pada keseimbangan jangka panjang di titik 1, dimana kurva permintaan agregat awal AD1 berpotongan degan kurva penawaran jangka pendek AS1, perekonomian bergerak ke titik 1 dan output maupun harga meningkat. Tetapi perekonomian tidak akan tetap berada pada titik 1 dala jangka panjang, karena output pada Y1 berada ada tingkat alamiah. Upah akan meningkat, menaikkan biaya produksi pada semula tingkat harga, dan kurva penaaran agregat jangka pendek akan bergeser ke kiri ke AS2, dimana perekonomia akan tetap berada. Dengan demikian, perekonomian (keseimbangan) menggeser kurva permintaan jangka panjang (LRAS) pada Yn. Meskipun dampak awal jangka pendek dari pergeseran ke kanan kurva permintaan agregat adalah kenaikan tingkat harga da utput, dampak akhir jangka panjang hanya berupa kenaikan tingkat harga. Figur 6. Respons Output dan Tingkat Harga terhadap Pergesern Kurva Permintaan Agrgat Pergeseran kurva permintaan agregat dari 1 ke titik 1'. Karena ke , menggerakkan perekonomian dari titik > Yn, kurva penawaran agregat jangka pendek mulai bergeser ke kiri, secara perlahan mencapai, dimana output kembali ke Yn dan tingkat harga meningkat menjadi . 3 Perubahan Keseimbangan yang Disebabkan oleh Guncangan Penawaran Agregat Seandainya perekonomian pada awalnya berada pada tingkat output alamiah pada titik 1 ketika kurva penawarn agregat jangka pendek bergeser dari ke pada Figur 7 karena guncangna penawaran negatif (kenaikan harga energi yang tajam, misalnya). Perekonomian akan bergerak dari titik 1 ke titik 2, dimana tingkt harga meningkat tetapi output agregat menurun. Keadaan dari harg ayang menngkt, tetapi utput agregat menurun, sebagaimana digambarkan pada figur 7 disebut sebagai stagflasi. Meskipun pergeseran ke kiri dalam kurva penawaran agregat jangka pendek pada awalnya menaikkan tingkat harga dan menurunkan output, dampak akhir adalah bahwa tingkat harga dan output tidak berubah. FIGUR . Respons Output dan Tingkat Harga terhadap Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang : Teori Siklus Usaha Rill dan Histeresis Teori siklus usaha nyata (real business cycle theory) di mana guncangan penawaran agregrat ( rill ) mempengaruhi tingkat output alamiah Yn. Teori ini memandang guncangan terhadap selera ( kenginan para pekerja untuk bekerja, misalnya ; teknologi ( produktivitas ) sebagai dorongan – dorongan utama di belakang fluktuasi jangka pendek dalam siklus usaha, karena guncangan – guncangan ini mengakibatkan fluktuasi jangka pendek yang substansial dalm Yn. Sebaliknya, pergeseran kurva permintaan agregat, mungkin akibat dari perubahan – perubahan kebijakan moneter, tidak di pandang sebagai sesuatu yang penting bagi fluktuasi output agregat. Karena teori siklus usaha riil memandang sebagian besar fluktuasi siklus usaha 3 sebagai akibat dari fluktuasi tingkat output alamiah, teori ini tidak melihat perlunya kebijakan aktivis untuk menghilangkan pengguran yang tinggi. Teori siklus usaha riil sangat kontroversial dan dibatasi oleh perlunya riset intensif Teori histeresis ( hysteresis ), yaitu pergerakan dari tingkat pengerjaan penuh akibat pengangguran yang tinggi di masa lalu. Ketika pengangguran meningkat karena penurunan permintaan agregat yang menggeser kurva AD ke dalam, tingkat pengangguran alamiah dipandang meningkat di atas tingkat pengerjaan penuh. Hal ini dapat terjadi karena penganggur menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pengangguran menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pemberi kerja enggan untuk mempekerjakan pekerja yang telah menganggur cukup lama, melihatnya sebagai sinyal bahwa pekerja tidak diinginkan. Hasilnya adalah bahwa tingkat pengangguran alamiah bergeser ke atas setelah pengangguran menjadi tinggi dan Yn turun di bawah tingkat pengerjaan penuh. Dalam situasi ini, mekanisme koreksi diri dalam dapat mengembalikan perekonomian hanya kepada tingkat pengerjaan penuh. Hanya dengan kebijakan ekspansioner untuk menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan meningkatkan output agregat tingkat pengangguran alamiah dapat diturunkan ( Yn dinaikkan ) ke tingkat pengerjaan penuh. Pendukung histeresis kemungkinan besar mendukung para aktivis, kebijakan ekspansioner untuk mengembalikan perekonomian kepada pengerjaan penuh. 3 MODUL III PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Kinerja Ekonomi Tujuan Instruksional : Mahasiswa dapat mehamai indikator-indikator keberhasilan suatu sistem ekonomi PENDAHULUAN Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Sistem perekonomian yang dianut oleh negara Indonesia adalah Sistem perekonomian Pancasila yang berarti sistem perekonomian yang terjadi di Indonesia harus mengacu pada Pancasila terutama sila kelima. Sehingga secara normatif landasaan idiil sistem perekonomian di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. PEMBAHASAN A. Arti Sistem Sistem adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subjek dan objek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Pengertian Sistem Ekonomi 3 Sistem ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengoordinasikan perilaku masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ideologi atau falsafah hidup bangsa, sifat dan jati diri bangsa, serta struktur ekonomi. B. Perkembangan Sistem Perekonomian Sistem Perekonomian Pasar (Liberalis / Kapitalis) Sistem ekonomi liberal yaitu sistem ekonomi dimana ekonomi diatur oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Sistem ekonomi liberal adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan sepenuhnya dalam segala bidang perekonomian kepada masingmasing individu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sistem ekonomi liberal banyak dianut negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Ciri-ciri : 1. Kedaulatan konsumen dan kebebasan dalam konsumsi 2. Menerapkan sistem persaingan bebas 3. Peranan modal sangat penting 4. Peranan pemerintah dibatasi Kelebihan : 1. Setiap individu bebas memiliki alat produksi sendiri 2. Kegiatan ekonomi lebih cepat maju karena adanya persaingan 3. Produksi didasarkan kebutuhan masyarakat 4. Kualitas barang lebih terjamin Kekurangan : 1. Sulit terjadi pemerataan pendapatan. 2. Menimbulkan monopoli 3. Rentan terhadap krisis ekonomi 4. Adanya eksploitasi 3 Sistem Perekonomian Perencanaan (Etatisme / Sosialis) Sistem ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi dimana ekonomi diatur negara. Dalam sistem ini, jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah pusat. Dalam perekonomia ini yang menjadi dasar adalah Karl Marx , dia berpendapat bahwa apabila kepemilikan pribadi dihapuskan maka tidak akan memunculkan masyarakat yang berkelas-kelas sehingga akan menguntungkan semua pihak. Negara yang menganut sistem ini seperti Rusia, Kuba, Korea Utara, dan negara komunis lainnya. Ciri-ciri : 1. Hak milik individu tidak diakui. 2. Seluruh sumber daya dikuasai negara. 3. Semua masyarakat adalah karyawan bagi negara. 4. Kebijakan perekonomian disusun dan dilaksanakan pemerintah. Kelebihan : 1. Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga. 2. Kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi secara merata. 3. Pelaksanaan pembangunan lebih cepat. 4. Pemerintah bebas menentukan produksi sesuai kebutuhan masyarakat. Kekurangan : 1. Individu tidak mempunyai kebebasan dalam berusaha 2. Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya. 3. Potensi dan kreativitas masyarakat tidak berkembang. Sistem Ekonomi Campuran 3 Sistem ekonomi campuran merupakan campuran atau perpaduan antara sistem ekonomi liberal dengan sistem ekonomi sosialis. Pada sistem ekonomi campuran pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian dalam perekonomian, namun pihak swasta (masyarakat) masih diberi kebebasan untuk menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang ingin mereka jalankan. Ciri-ciri : 1. Jenis dan jumlah barang diproduksi ditentukan oleh mekanisme pasar. 2. Hak milik swasta atas alat produksi diakui, asalkan penggunaannya tidak merugikan kepentingan umum. 3. Pemerintah bertanggung jawab atas jaminan sosial dan pemerataan pendapatan. 4. Ada persaingan, tetapi masih ada kontrol pemerintah Kelebihan : 1. Kestabilan ekonomi terjamin 2. Pemerintah dapat memfokuskan perhatian untuk memajukan sektor usaha menengah dan kecil 3. Adanya kebebasan berusaha dapat mendorong kreativitas individu Kekurangan : 1. Sulit menentukan batas antara kegiatan ekonomi yang seharusnya dilakukan pemerintah dan swasta 2. Sulit menentukan batas antara sumber produksi yang dapat dikuasai oleh pemerintah dan swasta C. Sistem Perekonomian Indonesia Setiap negara menganut sistem ekonomi yang berbeda-beda terutama Indonesia dan Amerika serikat , dua negara ini pun menganut sistem ekonomi yang berbeda. Awalnya Indonesia 3 menganut sistem ekonomi liberal, yang mana seluruh kegiatan ekonomi diserahkan kepada masyarakat. Akan tetapi karena ada pengaruh komunisme yang disebarkan oleh Partai Komunis Indonesia, maka sistem ekonomi di Indonesia berubah dari sistem ekonomi liberal menjadi sistem ekonomi sosialis. Pada masa Orde Baru, sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia diubah kembali menjadi sistem demokrasi ekonomi. Namun sistem ekonomi ini hanya bertahan hingga masa Reformasi. Setelah masa Reformasi, pemerintah melaksanakan sistem ekonomi yang berlandaskan ekonomi kerakyatan. Sistem inilah yang masih berlaku di Indonesia. Berikut sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia dari masa Orede Baru hingga sekarang : Sistem Ekonomi Demokrasi Sistem ekonomi demokrasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem perekonomian nasional yang merupakan perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah. Pada sistem demokrasi ekonomi, pemerintah dan seluruh rakyat baik golongan ekonomi lemah maupun pengusaha aktif dalam usaha mencapai kemakmuran bangsa. Selain itu, negara berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan kegiatan perekonomian. Dengan demikian terdapat kerja sama dan saling membantu antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ciri-ciri positif pada sistem ekonomi demokrasi : 1. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 2. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. 3. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 4. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak. 3 5. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat. 6. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. 7. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Ciri-ciri negatif pada sistem ekonomi demokrasi : 1. Sistem free fight liberalism, yaitu sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional. 2. Sistem etatisme, di mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara. 3. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat. Sistem Ekonomi Kerakyatan Pemerintah bertekad melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan dengan mengeluarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian Indonesia adalah sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi ini berlaku sejak tahun 1998. Pada sistem ekonomi kerakyatan, masyarakatlah yang memegang aktif dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah yang menciptakan iklim yang bagus bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha. Ciri-ciri sistem ekonomi ini adalah : 1. Bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan yang sehat. 2. Memerhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan sosial, dan kualitas hidup. 3 3. Mampu mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 4. Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja. 5. Adanya perlindungan hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat. D. Para Pelaku Ekonomi Terdapat tiga pelaku utama yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu perusahaan negara (pemerintah), perusahaan swasta, dan koperasi. Sebuah sistem ekonomi akan berjalan dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat saling bekerja sama dengan baik pula dalam mencapai tujuannya. Sikap saling mendukung di antara pelaku ekonomi juga sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan. Pemerintah (BUMN) Pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi Peran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah melakukan kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi. 1. Kegiatan Konsumsi Pemerintah juga membutuhkan barang dan jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya saat menjalankan tugasnya dalam rangka melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya. Tentu saja pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan tugasnya. Contoh-contoh lain mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah, seperti memberi gaji kepada pegawai-pegawai pemerintah, dan sebagainya. 2. Kegiatan Produksi 3 Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan perusahaan negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN dapat berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), dan Persero (Perusahaan Perseroan). Pelaksanaan peran BUMN diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan perdagangan serta konstruksi. Secara umum, peran BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini: 1. Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. 2. Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara efektif dan efisien. 3. Sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di bidang ekonomi. 4. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja. 3. Kegiatan Distribusi Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan distribusi. Kegiatan distribusi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menyalurkan barang-barang yang telah diproduksi oleh perusahaan-perusahaan negara kepada masyarakat. Misalnya pemerintah menyalurkan sembilan bahan pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin melalui BULOG. Penyaluran sembako kepada masyarakat dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah harus lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak lancar maka akan mempengaruhi banyak faktor seperti terjadinya kelangkaan barang, harga barang-barang tinggi, dan pemerataan pembangunan kurang berhasil. Oleh karena itu, peran kegiatan distribusi sangat penting. Pemerintah Sebagai Pengatur Kegiatan Ekonomi Pemerintah berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan terhadap jalannya roda perekonomian demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka 3 melaksanakan peranannya tersebut pemerintah menempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini. 1. Kebijaksanaan dalam dunia usaha Usaha untuk mendorong dan memajukan dunia usaha, pemerintah melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini. 1. Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 2. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 mengatur tentang Usaha Perbankan. 3. Pemerintah mengubah beberapa bentuk perusahaan negara agar tidak menderita kerugian, seperti Perum Pos dan Giro diubah menjadi PT Pos Indonesia, Perjan Pegadaian diubah menjadi Perum Pegadaian. 2. Kebijaksanaan di bidang perdagangan Di bidang perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa kebijaksanaan ekspor dan kebijaksanaan impor. Pemerintah menetapkan kebijakan ekspor dengan tujuan untuk memperluas pasar di luar negeri dan meningkatkan daya saing terhadap barang-barang luar negeri 3. Kebijaksanaan dalam mendorong kegiatan masyarakat Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong kegiatan masyarakat mencakup hal-hal berikut ini. 1. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana umum. 2. Kebijaksanaan menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil dan petani. 3. Kebijaksanaan untuk memperlancar distribusi hasil produksi. Swasta (BUMS) BUMS adalah salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia. BUMS merupakan badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan BUMS adalah untuk memperoleh laba sebesarbesarnya. Perkembangan usaha BUMS terus didorong pemerintah dengan berbagai kebijaksanaan. Kebijaksanaan pemerintah ditempuh dengan beberapa 3 pertimbangan berikut ini. 1. Menumbuhkan daya kreasi dan partisipasi masyarakat dalam usaha mencapai kemakmuran sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. 2. Terbatasnya modal yang dimiliki pemerintah untuk menggali dan mengolah sumber daya alam Indonesia sehingga memerlukan kegairahan usaha swasta. 3. Memberi kesempatan agar perusahaan-perusahaan swasta dapat memperluas kesempatan kerja. 4. Mencukupi kebutuhan akan tenaga ahli dalam menggali dan mengolah sumber daya alam. Perusahaan-perusahaan swasta sangat memberikan peran penting bagi perekonomian di Indonesia. Peran yang diberikan BUMS dalam perekonomian Indonesia seperti berikut ini. 1. Membantu meningkatkan produksi nasional. 2. Menciptakan kesempatan dan lapangan kerja baru. 3. Membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pendapatan. 4. Membantu pemerintah mengurangi pengangguran. 5. Menambah sumber devisa bagi pemerintah. 6. Meningkatkan sumber pendapatan negara melalui pajak. 7. Membantu pemerintah memakmurkan bangsa. Koperasi Dalam UU No. 25 Tahun 1992, menyebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Landasan koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Koperasi Indonesia mempunyai beberapa landasan berikut ini. 1. Landasan idiil: Pancasila. 2. Landasan struktural: UUD 1945. 3 3. Landasan operasional: UU No. 25 Tahun 1992 dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). 4. Landasan mental: kesadaran pribadi dan kesetiakawanan. UU No. 25 Tahun 1992 pasal 2 Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan peran koperasi seperti berikut ini. 1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka. 2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari : 1. Rapat anggota 2. Pengurus 3. Pengawas Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman : 3 Modal Sendiri Koperasi 1. Simpanan pokok, adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan wajib, adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama dan wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 3. Dana cadangan, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha. Dana cadangan digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi. 4. Hibah, yaitu sumbangan pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi dalam upayanya turut serta mengembangkan koperasi. Hibah tidak dapat dibagikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan. Modal pinjaman koperasi Modal pinjaman dapat berasal dari simpanan sukarela, pinjaman dari koperasi lainnya, pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sumber pinjaman lainnya yang sah. III. KESIMPULAN Sistem ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan yang berdampak pada kehidupan masyarakat baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Sistem ekonomi yang dianut banyak Negara memang berbeda-beda, sesuai dengan falsafah hidup Negara yang bersangkutan. Sistem ekonomi Indonesia dijiwai dan diarahkan oleh Pancasila dan Undangundang Dasar 1945, khusunya pasal 33 serta Garis-garis Besar Haluan Negara. Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideology Pancasila, yang didalamnya 3 terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh dan untuk rakyat dibawah pimpinan dan pengawasan pemerinah. MODUL IV PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Kebijakan Pemerintah Tujuan Instruksional : Mahasiswa dapat memahami dasar-dasar atau latar belakang pengambilan kebijakan yang diambil dalam bidang ekonomi. Istilah ‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani oikonomia, yaitu gabungan kata oikos-nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan. Oikonomia mengandung arti aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga. Secara istilah, ilmu ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Berdasarkan ruang lingkupnya, ilmu ekonomi terbagi dalam kedua kajian yakni Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro. Adapun pengertiannya yaitu sebagai berikut : ü Ekonomi Mikro Ekonomi Mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian (dalam lingkup kecil) seperti harga, biaya produksi, perilaku produsen, perilaku konsumen, permintaan, penawaran, teori produksi, elastisitas, dan lain-lain. Ekonomi mikro mempelajari bagaimana rumah tangga individual atau perusahaan pengambil keputusan dan melakukuan interaksi di pasar tertentu. Contohnya seperti bagaimana harga suatu barang terbentuk? Bagaimana menentukan harga? Bagaimana3memproduksi untuk mencapai tingkat paling efisien? Bagaimana perusahaan memperoleh laba maksimum? Bagaimana konsumen memperoleh kepuasan maksimum? ü Ekonomi Makro Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis kegiatan perekonomian secara keseluruhan (dalam lingkup luas) seperti inflasi, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, neraca pembayaran, investasi, dan lain-lain. Ekonomi Makro mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas. Contoh : inflasi, pengangguran, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, neraca, pembayaran, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Kedua kajian tersebut pada dasarnya adalah menjelaskan mekanisme dari kegiatan ekonomi. Adapun jenis-jenis analisis ilmu ekonomi yaitu sebagai berikut : ü Teori Ekonomi (Analysa Economic), yakni ilmu yang menerangkan hubungan peristiwaperistiwa ekonomi kemudian merumuskan hubungan-hubungan itu dalam suatu hokum ekonomi. Contoh : Hukum Permintaan (Jika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta akan berkurang. Jika harga barang turun maka jumlah barang yang diminta akan bertambah), Hukum Penawaran (Jika harga barang naik maka jumlah yang ditawarkan akan bertambah. Jika harga barang turun maka jumlah yang ditawarkan akan berkurang), Teori Produksi, dan lain-lain. ü Ekonomi Deskriptif (Descriptive Economics), yakni ilmu yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari wujud dalam perekonomian. Contohnya seperti keadaan petani di Jawa Tengah, inflasi yang meningkat pada tahun 1998, dan lain-lain. ü Ekonomi terapan (Aplied Economics), yakni ilmu ekonomi yang mengkaji tentang kebijakankebijakan yang perlu dilaksanakan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi. Contoh : Ekonomi Moneter, Ekonomi Koperasi, Ekonomi Perusahaan, dan lain-lain.3 Pada intinya, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengakui realitas kelangkaan lalu memikirkan cara mengorganisasikan masyarakat dalam suatu acara yang menghasilkan pemanfaatan sumber daya ekonomi yang paling efisien. Disinilah ilmu ekonomi memberikan kontribusinya (sumbangan) yang unik. Pengkajian ilmu ekonomi dilakukan dalam dua tingkatan. Pertama, pengkajian berdasarkan keputusan rumah tangga individual dan perusahaan. Dapat dikaji interaksi rumah tangga individual dan perusahaan di pasar untuk barang dan jasa tertentu. Kedua, dapat dikaji operasi perekonomian secara menyeluruh yang merupakan kumpulan dari semua pengambil keputusan di semua pasar. Perbedaan Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro Adapun perbedaan antara Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro dapat dibedakan dari tiga aspek yaitu sebagai berikut : Aspek Ekonomi Mikro Ekonomi Makro Harga Harga adalah nilai dari suatu Harga adalah komoditas (barang tertentu komoditas saja) Unit Analisis secara dari agregat (keseluruhan) Pembahasan tentang kegiatan Pembahasan tentang kegiatan ekonomi Contoh secara : individual. ekonomi secara keseluruhan. permintaan penawaran, dan Contoh : pendapatan nasional, perilaku pertumbuhan produsen, perilaku konsumen, inflasi, atau rugi perusahaan. ekonomi, pengangguran, pasar, penerimaan, biaya, laba investasi, Tujuan Analisis nilai dan kebijakan ekonomi. Lebih menitik beratkan pada Lebih menitik beratkan pada analisa tentang cara analisa tentang pengaruh mengalokasikan sumber daya kegiatan ekonomi terhadap supaya dapat kombinasi yang tepat. dicapai perekonomian 3 menyeluruh. Contoh Penerapan Konsep Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro secara Ekonomi Mikro - Interaksi antara produsen dan konsumen di pasar untuk mencapai kesepakatan harga. - Kenaikan harga minyak di pasar - Penurunan jumlah produksi padi. - Penentuan harga jual beras. - Penetapan harga keseimbangan Ekonomi Makro - Kenaikan defisit anggaran pemerintah. - Pengangguran yang terus meningkat. - Tingkat kemiskinan tinggi. - Ketidakmerataan pembangunan di setiap daerah. - Ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat. Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi Dalam upaya peningkatan kehidupan ekonomi, individu, dan anggota masyarakat tidak hanya tergantung pada peranan pasar melalui sektor swasta. Peran pemerintah dan mekanisme pasar (interaksi permintaan dan penawaran pasar) merupakan hal yang bersifat komplementer (bukan substitusi) dengan pelaku ekonomi lainnya. 3 Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah), memiliki fungsi penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Adapun penjelasannya sebagai berikut : § Fungsi Stabilisasi, yakni fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hokum, pertahanan, dan keamanan. § Fungsi Alokasi, yakni fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon. § Fungsi Distribusi, yakni fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat. Perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut: ü Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi pemerintah diperlukan dalam perekonomian untuk mengurangi dari kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga monopoli dan dampak negatif kegiatan usaha swasta contohnya pencemaran lingkungan. ü Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah. Aturan ini memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku ekonomi yang melanggarnya. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak dapat menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi, peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme pasar. Kegagalan pasar (market failure) adalah suatu istilah untuk menyebut kegagalan pasar dalam mencapai alokasi atau pembagian sumber daya yang optimum. Hal ini khususnya dapat terjadi jika pasar didominasi oleh para pemasok monopoli produksi atau konsumsi dan sebuah produk mengakibatkan dampak sampingan (eksternalitas), seperti rusaknya ekosistem lingkungan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara atau pemerintah memiliki fungsi yang 3 penting dalam kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa. Barang dan jasa tersebut sangat diperlukan masyarakat dan disebut sebagai kebutuhan publik. Kebutuhan publik meliputi dua macam barang, yaitu barang dan jasa publik dan barang dan jasa privat. Adapun penjelasannya sebagai berikut : Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang pemanfaatannya dapat dinikmati bersama. Contoh barang dan jasa publik yaitu jalan raya, fasilitas kesehatan, pendidikan, transportasi, air minum, dan penerangan. Dengan pertimbangan skala usaha dan efisiensi, negara melakukan kegiatan ekonomi secara langsung sehingga masyarakat dapat lebih cepat dan lebih murah dalam memanfaatkan barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang diproduksi dan penggunaannya dapat dipisahkan dari penggunaan oleh orang lain. Contoh : pembelian pakaian akan menyebabkan hak kepemilikan dan penggunaan barang berpindah kepada orang yang membelinya. Barang ini umumnya diupayakan sendiri oleh masing-masing orang. Selain itu, peran penting pemerintah baik secara langsung dan tidak langsung didalam di dalam kehidupan ekonomi adalah untuk menghindari timbulnya eksternalitas, khususnya dampak sampingan bagi lingkungan alam dan sosial. Pada umumnya sektor pasar (sektor swasta) tidak mampu mengatasi dampak eksternalitas yang merugikan seperti pencemaran lingkungan yang timbul karena persaingan antar lembaga ekonomi. Misalnya, sebuah pabrik tekstil yang berada dalam pasar persaingan sempurna. Menurut standar industri yang sehat, pabrik tersebut seharusnya membangun fasilitas pembuangan limbah. Akan tetapi, mereka membuangnya kesungai. Jika pemerintah tidak mengambil tindakan tegas, dengan memaksa pabrik tersebut membangun fasilitas pembuangan limbah pabrik akan semakin banyak penduduk yang merasa dirugikan atas limbah atau polusi yang diakibatkan adanya kegiatan dalam pabrik tersebut. Selain memberi peringatan kepada tersebut, pemerintah juga mengenakan pajak polusi untuk mendanai kerugian-kerugian yang lain. Pada intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian supaya menanggulangi 3 kegagalan pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang merugikan banyak pihak. Adapun bentuk dari peran pemerintah yakni dengan melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dibawah ini merupakan penjelasannya : Intervensi Pemerintah dalam Perekonomian Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga, monopoli, dan eksternalitas yang merugikan maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian suatu negara. Peranan ini dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara laungsung maupun tidak langsung. Berikut adalah intervensi pemerintah secara langsung dan tidak langsung dalam penentuan harga pasar untuk melindungi konsumen atau produsen melalui kebijakan penetapan harga minimum (floor price) dan kebijakan penetapan harga maksimum (ceiling price). Intervensi Pemerintah secara Langsung 1. Penetapan Harga Minimum (floor price) Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi produsen, terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan harga murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal) yang membeli produk tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian didistribusikan ke pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini sering mendorong munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang pembentukan harganya di luar harga minimum. Untuk mengetahui proses terbentuknya harga minimum, dapat dilihat pada Kurva 5.1 sebagai berikut : 2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price) Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan pemerintah 3 bertujuan untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan oleh pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu tinggi diluar batas daya beli masyarakat (konsumen). Penjual tidak diperbolehkan menetapkan harga diatas harga maksimum tersebut. Contoh penetapan harga maksimum di Indonesia antara lain harga obat-obatan diapotek, harga BBM, dan tariff angkutan atau transportasi seperti tiket bus kota, tarif kereta api dan tarif taksi per kilometer. Seperti halnya penetapan harga minimum, penetapan harga maksimum juga mendorong terjadinya pasar gelap. Adapun proses Penetapan Harga Maksimum (ceiling price) dapat di lihat dalam kurva 5.2 sebagai berikut : Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung 1. Penetapan Pajak Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengenakan pajak yang berbeda-beda untuk berbagai komoditas. Misalnya untuk melindungi produsen dalam negeri, pemerintah dapat meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang impor. Hal tersebut menyebabkan konsumen membeli produk dalam dalam negeri yang harganya relatif lebih murah. Adapun proses penetapan pajak dapat di lihat sebagai berikut : 2.Pemberian Subsidi Pemerintah dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam pembentukan harga pasar yaitu melalui pemberian subsidi. Subsidi biasanya diberikan pemerintah kepada perusahaanperusahaan penghasil barang kebutuhan pokok. Subsidi juga diberikan kepada perusahaan yang baru berkembang untuk menekan biaya produksi supaya mampu bersaing terhadap produkproduk impor. Kebijakan ini ditempuh pemerintah dalam upaya pengendalian harga untuk melindungi produsen maupun konsumen sekaligus untuk menekan laju inflasi. Masalah-Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi 3 Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga, monopoli, dan eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan ekonomi juga terjadi dalam lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan pemerintah. Di negara- negara sedang berkembang, pada umumnya terdapat tiga masalah besar pembangunan ekonomi. Ketiga masalah tersebut berkaitan dengan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran yang terus meningkat. Permasalahan ekonomi makro Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak hanya sebatas itu. Inflasi yang tidak terkendali, ketergantungan terhadap impor dan utang luar negeri merupakan masalah pemerintah dalam bidang ekonomi makro. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut : 1. Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan suatu keadaan ketidakmampuan yang bersifat ekonomi (ekonomi lemah) jadi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (kebutuhan primer) karena pendapatannya rendah. Kemiskinan terjadi karena beberapa faktor. Karena rendahnya pendapatan yang menyebabkan rendahnya daya beli. Selain itu karena rendahnya pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan hidup yang layak. Untuk mengatasi kemiskinan yaitu dengan cara membatu masayarakat pemerintah melakukan program ‘Program Inpres Desa Tertinggal’ atau IDT, pemberian kredit untuk para petani dan pengasuh kecil berupa ‘Kredit Usaha Kecil’ atau KUK, Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Program Kawasan Terpadu (PKT), Program Gerakan Orang Tua Asuh (GN-OTA), Raskin, Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta program-program lainnya. Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi pemerintah. Memang sudah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengatasinya. Namun kita semua juga haruslah ikut serta dalam upaya pengentasan kemiskinan karena kita merupakan mahluk sosial yang beragama. Dimulai dari upaya kecil dan nantinya akan melakukan perubahan besar. 3 Solusi atas masalah kemiskinan yang dapat kita upayakan yaitu dengan dimulai dari diri sendiri, mulai detik ini, dan hingga akhir nanti. Maksudnya kalian sebagai pelajar, belajarlah dengan tekun untuk masa depan diri kalian sendiri serta nantinya akan berkembang potensi positif kalian untuk berguna bagi masyarakat. Contohnya, jika kalian belajar dengan tekun maka kalian membentuk diri sebagai pribadi yang intelektual serta berakhlak mulia. Potensi positif tersebut dapat digunakan untuk memperoleh pekerjaan yang layak sehingga pendapatan yang kalian dapatkan akan membuat kalian jauh dari kemiskinan dan pendapatan tersebut dapat kalian sisihkan untuk membantu sesama seperti membagikan sembako atau kebutuhan-kebutuhan lainnya, berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan lain-lain. 2. Masalah Keterbelakangan Keterbelakangan merupakan suatu keadaan yang kurang baik jika dibandingkan dengan keadaan lingkungan lainnya. Keterbelakangan dalam hal ini maksudnya adalah ketertinggalan dengan negara lain di lihat dari berbagai aspek serta berbagai bidang. Dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Indonesia masih dikategorikan sebagai negara sedang berkembang. Ciri lain dari negara sedang berkembang adalah rendahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya, rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan fasilitas umum/publik, rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendahnya tingkat keterampilan penduduk, rendahnya tingkat pendidikan formal, kurangnya modal, dan rendahnya produktivitas tenaga kerja, serta lemahnya tingkat manajemen usaha. Untuk mengatasi masalah keterbelakangan tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan program pendidikan seperti wajib belajar 9 tahun dan mengadakan pelatihan-pelatihan seperti Balai Latihan Kerja (BLK). Selain itu, melakukan pertukaran tenaga ahli, melakukan transfer teknologi dari negara-negara maju. Masalah keterbelakangan merupakan masalah yang harus kita atasi bersama. Karena kita merupakan subjek atau obejek dari permasalahan ini. Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan memiliki semangat ingin maju sehingga kita memiliki hasrat untuk belajar dan belajar terus. Negara kita belum dikategorikan sebagai negara maju. Kita sebagai masyarakatnya 3 haruslah membantu pemerintah untuk mengejar ketertinggalan dari segala bidang dengan negara lain. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan IPTEK karena merupakan kunci untuk mengatasi masalah keterbelakangan. Apa yang dapat kalian lakukan untuk mengatasi keterbelakangan ? Kalian harus belajar dengan tekun. Jika kalian pintar maka kalian dapat melakukan sesuatu yang berguna seperti mengikuti olympiade mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan lainnya yang akan mengangkat nama negara dimata dunia. Selain itu, kalian semestinya menjaga pembangunan seperti fasilitas publik yang telah dilakukan pemerintah. Jangan sampai merusaknya karena jika rusak maka akan membutuhkan biaya untuk memperbaikinya. Selain itu, pembangunan yang dilakukan pemerintah semestinya dipergunakan dengan baik jangan sampai diabaikan karena pembangunan tersebut dibangun dengan menggunakan biaya yang tidak sedikit. Contohnya seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan, tindakan anarki seperti kerusuhan, korupsi, mutu pendidikan rendah karena banyak peserta didik yang kurang memenuhi standar nilai, pelanggaran lalu lintas, dan lain-lain sehingga akan banyak hal yang dirugikan dan membutuhkan biaya untuk mengatasinya. Jadi kita sebagai warga negara yang baik semestinya membantu pemerintah supaya menjadi negara maju dengan menjadi warga negara yang tidak menjadi beban atau merugikan negara serta menjadi warga negara yang produktik sehingga dapat berguna bagi bangsa. 3. Masalah Pengangguran dan Keterbatasan Kesempatan Kerja Pengangguran merupakan suatu kondisi kurang produktif atau pasif sehingga kurang mampu menghasilkan sesuatu. Sedangkan keterbatasan kesempatan kerja merupakan suatu keadaan kekurangan peluang untuk mendapatkan pekerjaan karena tidak dapat masuk dalam kuota atau pekerjaan yang tersedia. Masalah pengangguran dan keterbatasan kesempatan Kerja saling berhubungan satu sama lainnya. Masalah pengangguran timbul karena adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini terjadi karena Indonesia sedang mengalami masa transisi perubahan stuktur ekonomi dari negara agraris menjadi negara industri. 3 Untuk mengatasi masalah tersebut maka solusinya adalah dengan melaksanakan program pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan lapangan yang tersedia, pembukaan investasi-investasi baru, melakukan program padat karya, serta memberikan penyuluhan dan informasi yang cepat mengenai lapangan pekerjaan. Supaya kita tidak menjadi pengangguran karena kurangnya kesempatan kerja maka kita dapat berupaya secara aktif sehingga menjadi produktif yang pada akhirnya kita tidak ketergantungan pada pekerjaan yang telah tersedia. Lebih baik kita menciptakan pekerjaan yakni berwirausaha dari pada kita ketergantungan pada pekerjaan yang belum pasti kita akan dapatkan. Kalaupun kita tidak dapat menciptakan pekerjaan maka kita harus bersiap untuk bersaing dengan para pencari pekerja baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu, kalian semestinya memanfaatkan kegiatan belajar dengan baik untuk memupuk ilmu pengetahuan serta kepribadian yang baik supya kita memiliki kompetensi atau kemampuan untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan. Dalam mendapatkan pekerjaan, yang perlu diperhatikan bukan nilai dari pendidikan formal (sekolah,kuliah) dan non-formal (kursus ketrampilan,kepribadian, serta pengalaman) saja yang dijadikan bahan pertimbangan utama namun penerapan atau aplikasi dari ilmu pengetahuan yang dimiliki. Artinya percuma jika nilai tinggi di ijazah tetapi setelah diuji kembali tidak dapat membuktikannya. Maka kalian disaat ujian janganlah membiasakan mencontek atau bekerja sama supaya mendapatkan nilai yang tinggi. 4. Masalah Kekurangan Modal Masalah kekurangan modal adalah salah satu ciri penting bagi setiap negara yang memulai proses pembangunan. Kekurangan modal tidak hanya mengahambat kecepatan pembangunan ekonomi yang dapat dilaksanakan tetapi dapat menyebabkan kesulitan negara tersebut untuk lepas dari kemiskinan. Pemerintah banyak melakukan program-program bantuan modal salah satunya yakni PNPM MANDIRI. Selain pemerintah, badan usaha juga membantu dalam masalah kekurangan modal seperti bank, koperasi, BUMN seperti PLN dan lain-lain. 3 Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan program-program yang meningkatan kualitas SDM atau peningkatan investasi menjadi lebih produktif. Kekurangan modal dapat diatasi secara bijak dengan tidak meminjam kepada retenir. Lebih baik meminjam kepada koperasi karena koperasi jasa yang dikenakan bersifat menurun dan kita akan mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Kalaupun dirasa tidak akan mampu mengembalikan pinjaman maka semestinya kita berfikir kreatif dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. 5. Masalah Pemerataan Pendapatan Pemerataan pendapatan bukan berarti pendapatan masyarakat harus sama. Pemerataan pendapat supaya keadaan masyarakat semakin membaik bukan semakinrendah. Pemerataan Pendapatan merupkan upaya untuk membantu masyarakat yang ekonominya rendah supaya tidak jauh terpojok. Artinya untuk menghindari dari adanya gap atau batas antara yang kaya dan yang miskin. Jadi supaya yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Ketidakmerataan pendapatan terjadi karena sebagian besar pembangunan Indonesia terkonsentrasi hanya dikota-kota besar saja. Oleh sebabitulah supaya pendapatan masyarakat merata, perlu perhatian pemerintah yang didukung oleh masyarakat untuk bersama meningkatkan pelayanan kualitas publik, meningkatkan kualitas SDM dan SDA supaya dapat mengatasi ketidakmerataan pendapatan. Penerapan pajak bagi masyarakat yang berpenghasilan tinggi lebih dicermati lagi untuk subsidi silang bagi masyarakat yang ekonominya masih rendah. Apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu pemerintah dalam masalah ini ? kalian semestinya memiliki sikap tenggang rasa jangan sombong. Maksudnya jika kalian memiliki rezeki lebih, berbagilah dengan lainnya. Jangan kalian sombong dengan harta yang dimiliki karena akan mengakibatkan kecemburuan sosial. Kita semestinya membantu sesama baik dengan uang, tenaga, dan pikiran supaya dapat meningkatkan pendapatannya (taraf hidupnya) 1. Inflasi 3 Inflasi atau kenaikan harga umum secara terus-menerus dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan dampak negtif seperti menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan, dan mengganggu stabilitas ekonomi. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut : a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa b. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja. c. Kenaikan harga barang impor d. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru e. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. Akibatnya angka inflasi mencapai 58,5%. Untuk mengatasi masalah inflasi salah satu caranya yakni dengan operasi pasar untuk meninjau harga supaya harga tidak terlalu tinggi dipasaran, memberikan subsidi untuk membantu masyarakat yang ekonominya masih rendah, dan menurunkan pajak untuk meringankan beban produsen dan konsumen. 1. Ketergantungan terhadap Impor dan Utang Luar Negeri Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pemerintah dan sektor swasta terhadap impor dan utang luar negeri merupakan masalah pembangunan. Impor yang tinggi jelas akan mengurangi cadangan devisa negara. Jika cadangan devisa berkurang, stabilitas ekonomi nasional akan lemah. Utang luar negeri merupakan suatu masalah serius pemerintah. Jika suatu negara memiliki utang luar negeri masalah yang muncul adalah menyangkut beban utang. Semestinya pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan ekspor supaya cadangan devisa (pendapatan negara) menjadi bertambah serta mengurangi kebiasaan utang. Lebih baik memanfaatkan sumber daya yang ada secara kreatif tidak tergantung pada bantuan dari pihak luar. 3 Untuk mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi, pemerintah menggunakan kebijakankebijakan tertentu. Secara garis besar, terdapat tiga kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi makro. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor publik. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk mengatur mobilisasi dana domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan. Dinegara sedang berkembang seperti Indonesia, kebijakan moneter dan kebijakan luar negeri belum berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian, peranan kebijakan fiskal dalam bidang perekonomian menjadi semakin penting. Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada saat kondisi yang lebih baik. Caranya yaitu mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran pemerintah (G). Kebijakan fiskal pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang bersifat ekspansif dilakukan pada saat perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah dengan memperbesar pengeluaran pemerintah (misalnya menambah subsidi kepada rakyat kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan fiskal kontraktif adalah bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh atau menghadapi inflasi. Tindakan yang dilakukan adalah mengurangi pengeluaran pemerintah atau memperbesar tingkat pajak. Kebijakan Moneter 3 Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan mengatur jumlah uang yang beredar (JUB) dan tingkat suku bunga. Kebijakan moneter tujuan utamanya adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB). Kebijakan moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi pemerintah lainnya. Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah maka dalam kebijakan moneter Bank Sentral (Bank Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang bersedar (JUB). Melalui kebijakan moneter, Bank Sentarl dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi JUB untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kestabilan harga-harga. Berbeda dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter memiliki selisih waktu (time lag) yang relatif lebih singkat dalam hal pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena Bank Sentral tidak memerlukan izin dari DPR dan kabinet untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi dalam perekonomian. Kebijakan moneter memiliki tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio). Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Operasi pasar terbuka ( open market operation ) Yaitu kebijakan pemerintah mengendalikan jumlah uang yang bredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). 1. Fasilitas Diskonto ( Discount Rate ) Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang maksudnya adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umun yang meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah melakukan 3 suatu cara yaitu menurunkan tingkat bunga penjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang yang beredar bertambah dan sebaliknya. 3. Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio ) Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar. Jka rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Selain ketiga instrumen yang bersifat kuantitatif tersebut, pemerintah dapat melakukan himbauan moral (moral suasion). Misalnya untuk mengendalikan jumlah uang beredar (JUB) di masyarakat, Bank Indonesia melalui Gubernur Bank Indonesia memberi saran supaya perbankan mengurangi pemberian kredit ke masyarakat atau ke sektor-sektor tersebut. Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan pemerintah jika ingin menambah jumlah uang beredar di masyarakat atau yang lebih dikenal kebijakan uang longgar (easy money policy). Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah kebijakan moneter kontraktif atau yang lebih dikenal kebijakan uang ketat (tight money policy). Selain itu dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Sentral dapat menggunakan tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio). Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Kebijakan Perdagangan Luar Negeri merupakan salah satu bagian kebijakan ekonomi makro. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang mempengaruhi struktur atau komposisi dan arah transaksi perdagangan serta pembayaran internasional. Karena merupakan salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro maka kebijakan perdagangan internasional bekerja sama dengan baik dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. 3 Tujuan dari kebijakan perdagangan luar negeri yaitu sebagai berikut : - Melindungi kepentingan nasional dari pengaruh negatif yang berasal dari luar negeri seperti dampak inflasi di luar negeri terhadap inflasi di dalam negeri melalui impor atau efek resesi ekonomi dunia (krisis global) pertumbuhan ekspor Indonesia. - Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor. - Menjaga keseimbangan neraca pembayaran sekaligus menjamin persediaan valuta asing (valas) yang cukup, terutama untuk kebutuhan impor dan pembayaran cicilan serta bunga utang luar negeri. - Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil. - Meningkatkan kesempatan kerja. Kebijakan perdagangan luar negeri terbagi menjadi dua macam, yaitu : - Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor Tujuan Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor adalah untuk mendukung dan meningkatkan pertumbuhan ekspor. Tujuan kebijakan ini dapat dicapai dengan berbagai kebijakan, antara lain kebijakan perpajakan dalam berbagai bentuk, misalnya pembebasan atau keringanan pajak ekspor dan penyediaan fasilitas khusus kredit perbankan bagi eksportir. - Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor bertujuan untuk melindungi industry di dalam negeri dari persaingan barang-barang impor. Kebijakan proteksi dapat diterapkan dengan berbagai instrumen, baik yang berbentuk tarif maupun non tarif. Proteksi-proteksi yang dilakukan dengan tidak menggunakan tarif disebut non-tariff barriers. Hambatan yang termasuk ke dalam 3 impor, premi, dan hambatan non-tarif, antara lain kuota, subsidi, diskriminasi harga, larangan dumping. Pada intinya, masalah-masalah dalam bidang ekonomi yang dihadapi pemerintah bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi kita sebagai warga negara yang baik semestinya ikut membantu dalam mengatasinya. Banyak cara yang dapat diupayakan dimulai dengan melakukan program-program serta kebijakan-kebijakan. Hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa kerja sama masyarakatnya. Untuk itu, masyarakat semsetinya sudah dapat memposisikan dirinya untuk membantu supaya pembangunan yang dilakukan pemerintah tersebut berjalan dengan baik dengan cara tidak menjadi beban atau kendala bagi pemerintah. 3 MODUL V PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Teori Pertumbuhan Ekonomi Tujuan Instruksional : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep pertumbuhan ekonomi Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barangbarang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. (Jhingan, 2000) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kondisi dimana terjadinya perkembangan GNP yang mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup masyarakat. (Asfia, 2009) Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Boediono, 1992) Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang 3 modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, para ahli ekonomi klasik menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang semakin berkurang (the law of diminishing return) akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stasionary state). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum. 3 Teori Rostow Rostow menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan yaitu; 1. Perubahan reorientasi organisasi ekonomi 2. Perubahan pandangan masyarakat 3. Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang lebih produktif. 4. Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah keyakinan bahwa alam itu tidak menentukan kehidupan manusia, tapi kehidupan manusia harus mampu menaklukkan/mengendalikan kekayaan alam sehingga apa yang tersedia dapat menjadi sumber kehidupan dalam mencapai kemakmuran. Selanjutnya Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi, sebagai berikut : 1. The traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang cara berpikirnya primitive dan irrasional. 2. The precondition for takeoff (prasyarat tinggal landas), merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-teknik baru dan pemikirapemikiran baru dari luar kehidupan mereka. 3. The take off (tinggal landas), artinya pada tahap ini terjadi perubahan – perubahan yang sangat drastic dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi (penemuan-penemuan baru) dalam berproduksi dan lain sebagainya. 4. The drive to maturity (menuju kematangan), artinya pada tahap ini masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam. 5. The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya pada tahap ini masyarakat lebih 3 menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui system perpajakan yang progresif. Masyarakat tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi tapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu: a. Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal digunakan secara penuh. b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. c. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional d. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output Ratio atau COR) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Ratio atau ICOR) Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modaloutput (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2004). 3 Hubungan tersebut yang kita kenal dengan istilah modal-output ratio (COR) yaitu 3 berbanding 1. Jika kita menetapkan COR = k , rasio kecenderungan menabung (MPS) = s yang merupakan proporsi tetap dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan. Kelemahan Teori Harrod-Domar Ada beberapa kelemahan dari teori pertumbuhan Harrod-Domar , yakni : 1. MPS dan ICOR tidak konstan Menurut teori ini, kecenderungan untuk menabung (MPS) dan ICOR diasumsikan konstan. Padahal kenyataannya kedua hal tersebut sangat mungkin berubah dalam jangka panjang dan ini tidak berarti memodifikasi persyaratan-persyaratan pertumbuhan yang mantap yang diinginkan. 2. Proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap Asumsi bahwa tenaga kerja dan modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap tidaklah dapat dipertahankan. Pada umumnya tenaga kerja dapat menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak ke arah pertumbuhan yang mantap. 3. Harga tidak akan tetap konstan 3 Model Harrod-Domar mengabaikan perubahan-perubahan harga pada umumnya. Padahal perubahan harga selalu terjadi di setiap waktu dan sebaliknya dapat menstabilkan situasi yang tidak stabil 4. Suku bunga berubah Asumsi bahwa suku bunga tidak mengalami perubahan adalah tidak relevan dengan analisis yang bersangkutan. Suku bunga dapat berubah dan pada akhirnya akan mempengaruhi investasi. Teori Transformasi Struktural Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipelopori oleh W. Arthur Lewis. Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikurangi tidak akan mengurangi output dari sector pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah ke sektor modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya 3 sepanjang waktu (Mankiw:2000). Dalam teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan antara output , modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut. y = f (k) ........(1) Dari persamaan (1) terlihat bahwa output per pekerja (y) adalah fungsi dari capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “the law of deminishing return”, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor akan menambah output per pekerja lebih banyak, tetapi pada titik tertentu penambahan capital stock per pekerja tidak akan menambah output per pekerja dan bahkan akan bisa mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituiskan sebagai berikut. i = s f(k) .........(2) Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya. Δk = i - γ kt ...............(3), Dimana ; γ adalah porsi penyusutan terhadap capital stock Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan capital stock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan penyusutan sehingga akumulasi modal. Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi lebih bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya akan mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock. Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. Δk = sf(k) - (γ + n) kt, .......................(4) dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. 3 Dalam teori ini diprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP perkapita yang rendah (Mankiw : 2000). Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen. Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y =f (K,L,E), dimana E adalah efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya y adalah Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai Δk = sf(k) - (γ + n + g) kt, .......................(5) dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja. Dampak dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang terus tumbuh. Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi. Teori Pertumbuhan Endogen Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) merupakan teori yang muncul karena menolak asumsi model Solow tentang pertumbuhan teknologi eksogen. Sebagai ilustrasi dari model pertumbuhan endogen dapat dijelaskan sebagai berikut; Y = AK ……………… (1) Dimana Y adalah output, K adalah persediaan modal dan A adalah konstanta yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal. Terlihat bahwa pada fungsi produsi diatas tidak menunjukkan adanya muatan dari pengembalian modal yang kian menurun. Satu unit modal tambahan memproduksi unit output tambahan A, tanpa memperhitungkan banyak modal disini. Keberadaan pengembalian modal yang kian menurun merupakan perbedaan penting antara model pertumbuhan endogen dengan model Solow. ΔK = sY – δK ………….. (2) 3 Persamaan (2) menunjukkan bahwa perubahan pada persediaan modal (ΔK) sama dengan investasi (sY) dikurangi dengan penyusutan (δK). Dengan menggabungkan antara persamaan (1) dan (2) akan didapatkan ΔY/Y = ΔK/K = sA – δ ……………… (3) Persamaan (3) menunjukkan apa yang menentukan pertumbuhan output (ΔY/Y). selama sA > δ , pendapatan perekonomian tumbuh selamanya bahkan tanpa ada asumsi kemajuan teknologi eksogen. Dalam model Solow, tabungan akan mendorong pertumbuhan sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun secara berangsur-angsur mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan dimana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya dalam model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan. Teori Supply Side Economic Growth Selama ini konsep pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan terlalu berorientasi pada pengelolaan permintaan aggregate. Martin Feldstein mengembangkan konsep baru yang disebut supply side economic growth. Konsep pertumbuhan ekonomi ini didasarkan pada pandanga ekonomi klasik yang menyatakan output lebih memberikan reaksi terhadap insentif pajak dan faktor-faktor pendapatan setelah pajak, dibandingkan dengan perubahan dalam permintaan aggregate. Martin mengusulkan penekanan yang lebih besar terhadap faktor-faktor yang akan menaikkan pertumbuhan output potensial sepperti menaikkan tabungan dan investasi, memperbaiki peraturan dan pengurangan pajak. Terjadinya pertumbuhan investasi diakibatkan oleh adanya tabungan. Oleh karena itu seharusnya masyarakat diberi kesempatan untuk bisa menabung. Caranya tentu dengan menaikkan insentif atau imbalan (pendapatan yang diterima masyarakat) yang memadai, sehingga mereka mampu menyisihkan pendapatannya untuk ditabung (ingat S = f(Y), artinya 3 saving ditentukan oleh pendapatan). Adanya kemampuan menabung, tentu jumlah tabungan akan meningkat dan tabungan ini merupakan sumber pendanaa investasi. Meningkatnya investasi akan menimbulkan multiplier investment terhadap pendapatan nasional. Upaya untuk menaikkan pendapatan yang memadai dan bisa meningkatkan sumber penerimaan negara (berupa pajak) adalah dengan cara menurunkan pajak bukan menaikkan pajak. Sehubungan dengan itu Arthur Laifer menyatakan bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan penerimaan pajak itu sendiri. Hal ini disebabkan pajak tinggi akan mempersempit objek pajak, karena aktivitas perekonomian akan semakian rendah. Oleh sebab itu kunci untuk menciptakan terjadinya pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan – kebijakan yang dapat meningkatka aggregate supply atau output nasional yang ditawarkan kepada masyarakat.untuk itu yang perlu dilakukan adalah menaikka insentif dalam kegiatan ekonomi dan menurunkan tarif pajak. 3 MODUL VI PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Pendapatan Nasional (GDB dan GNP) Tujuan Instruksional : Pengertian Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun. Perhitungan tersebut berdasarkan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup selama setahun. Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya.pada tahun 1665. Namun pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (gross National Product, GNP) yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh suatu negara yang diukur menurut harga pasar. Oleh karena itu pengertian pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam satuan uang. 1. 1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product GDP) Produk domestic bruto merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama 1 tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah suatu Negara. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang 3 modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Semua hasil produksi orang/perusahaan asing di dalam negeri yang harus dibayarkan disebut factor income payment to aboard, sedangkan hasil produksi diluar negeri yang diterima disebut factor income receipt from aboard. Apabila yang dibayarkan lebih kecil daripada yang diterima, maka akan terjadi pembayaran ke dalam negeri. Selisihnya merupakan pendapatan neto ke luar negeri atau disebut net factor income payment to aboard. Jika net factor income tersebut diberi notasi n maka GDP – n = GNP atau GNP + n = GDP Pada pembahasan selanjutnya nanti akan dibahas pula metode penghitungan pendapatan nasional yang melalui pendekatan / metode produksi. 2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product GNP) Produk Nasional Bruto atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu Negara (nasional) selama 1 tahun. Dalam pengertian PNB (GNP) ini, termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga Negara yang berada diluar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi diwilayah Negara tersebut. Apabila ada hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi diwilayah Negara Indonesia, harus dikurangkan. Sebenarnya perbedaan PDB dengan PNB terletak pada net factor income saja. Jika GDP lebih besar dari GNP, maka penanaman modal asing lebih besar dari penanaman modal Negara tersebut diluar negeri. Keadaan seperti ini merupakan indikasi bahwa Negara itu belum meluaskan usahanya ke luar negeri dan masih menerima banyak modal dari luar negeri. Sebaliknya, jika GDP lebih kecil dari GNP biasanya Negara itu mampu menanamkan modal lebih banyak di luar negeri daripada menerima modal asing dari luar negeri. Produk nasional Bruto merupakan pendapatan nasional yang diperoleh melalui pendekatan metode pengeluaran. 3 3. Produk Nasional Neto (Net National Product) Produk Nasional neto (NNP) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan yang disebut juga replacement dari barang modal. Replacement atau penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang terpakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relative kecil. Berikut rumus untuk mengetahui NNP : NNP = GNP – Penyusutan (Replacement) 4. Pendapatan nasional Neto (Net National Income) Pendapatan Nasional Neto (NNI) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNi dapat diperoleh dari NNP dikurangi pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain, contoh pajak penjualan, pajak hadiah, pajak impor, bea ekspor, dan cukai- cukai. Berikut rumus untuk mencari NNI : NNI = NNP – Pajak Tidak Langung Namun bila terdapat depresiasi atas suatu kegiatan produksi maka NNP akan dikurangi pula dengan jumlah depresiasi tersebut. hal ini dikarenakan setiap kegiatan produksi pasti akan diikuti penyusutan dari berbagai sector yang terkait didalamnya. 3 5. Pendapatan Perseorangan (Personal Income) Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, terlebih dahulu NNI harus dikurangi dengan : - pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), - laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan - iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja (pension). Juga termasuk iuran jaminan sosial serta iuran asuransi. Berikut adalah cara untuk mengetahui pendapatan perseorangan (PI) : PI = NNI – (pajak perusahaan + laba ditahan + iuran jaminan sosial) + transfer payment 3 6. Pendapatan yang Dapat Dibelanjakan (Disposable Income) Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan. Berikut adalah cara untuk mengetahui pendapatan yang dapat dibelanjakan (Disposable Income) : Disposable income = Personal Income – Direct tax (Pajak Pengahasilan) 1. II. Penghitungan Pendapatan Nasional Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pendapatan nasional bisa saja berbentuk PDB atau GNP. Dalam perhitungannya, kedua unsur ini tidak dibedakan secara jelas. Namun biasanya orang hanya akan menghitung PDB atau GDP karena GNP dapat diperoleh dengan menambahkan PDB atau GDP dengan net income from aboard. Untuk menghitung pendapatan nasional dapat digunakan tiga metode yaitu : 1. a. Pendekatan Produksi Penghitungan pendapatan nasional dengan pendapatan produksi adalah dengan menghitung jumlah produksi masing – masing sector ekonomi kemudian dijumlahkan. Metode ini dapat juga dilakukan dengan cara keseluruhan nilai tambah dari semua sector kegiatan ekonomi. Ketika 3 menghitung pendapatan nasional harus dihindarin terjadinya perhitungan ganda. Oleh karena itu, pendekatan produksi diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (bukan nilai jual) seluruh barang dan jasa yang dihasilkan. Apabila di suatu Negara terdapat beberapa sector, yaitu sector ekstraktif (E), agraris (A), industry (I), niaga/perdagangan (N), dan jasa (J), maka nilai yang diperoleh disebut national income yang dirumuskan sebagai berikut : NI = E +A + I + N + J Penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi ini dedasarkan atas jumlah hasil barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat atau negara dalam satu tahun. Semua nilai hasil akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Hal ini berarti bahwa pendapatan nasional atas dasar harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk nasional atas dasar harga pasar. Nilai pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai – nilai tambahan yang diciptakan oleh tiap – tiap sector yang ada dalam perekonomian. Seluruh nilai tambahan yang diciptakan dalam suatu sector merupakan nilai produksi dari sector tersebut yang disumbangkan kepada pendapatan nasional. Selain untuk menunjukkan besarnya kontribusi dari tiap –tiap sector ekonomi kepada pendapatan nasional, penghitungan dengan cara produksi dilakukan hanya dengan menjumlahkan niulai – nilai tambahan yang diciptakan adalah dengan tujuan untuk menghindari penghitungan 2 kali. b. Pendekatan Pendapatan Pendapatan nasional ditentukan dengan menjumlahkan pendapatan yang diperoleh para pekerja, pendapatan para pengusaha, dan pendapatan pemilik modal yang dapat berupa upah atau gaji, bunga modal, dan laba. Dalam pendekatan pendapatan, PDB atau GDP didefinisikan sebagai total pendapatan dari faktor – faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi disuatu Negara dalam periode tertentu. 3 Menurut Suryana, pendekatan ini dilakukan dengan cara menjumlahkan pendapatan dari faktor – faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Pendapatan yang dihitung adalah pendapatan yang diperoleh oleh mereka yang memiliki faktor – faktor produksi, seperti pemilik modal, pekerja, dan pengusaha. Para pemilik faktor produksi ini masing – masing memperoleh gaji, sewa, bunga modal, dan profit yang dilambangkan dengan wages (w), rent (r), interest (i), dan profit (p). dengan demikian NI dirumuskan : NI = w + r + i + p Penghitungan pendapatan nasional dengan metode pendapatan, pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima sector – sector produksi dengan cara sebagai berikut : Pendapatan para pekerja, yakni gaji dan upah. Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan). Pendapatan dari sewa. Bunga neto, yakni seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga pinjaman konsumsi dan bunga pinjaman pemerintah. Keuntungaan perusahaan. Bunga pinjaman pemerintah dan bunga pinjaman untuk konsumsi tidak dihitung sebagai bagian dari pendapatan nasioal. Hal ini karena pembayaran bunga tersebut bukanlah bunga yang dibayarkan kepada modal yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaan, yang dipinjamkan dalam kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pembentukan modal/investasi. Berdasarkan alasan yang sama bunga yang dibayar oleh konsumen untuk membeli batang – barang konsumsi secara cicilan tidak termasuk sebagai bagian dari pendapatan nasional. c. Pendekatan Pengeluaran Berdasarkan metode ini, pendapatan nasional dapat dihitung dari seluruh 3 pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh masyarakat, pengeluaran masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut : Pengeluaran konsumsi rumah tangga Pengeluaran konsumsi pemerintah, baik pusat maupun daerah, Pembentukan modal tetap bruto seperti persediaan barang – barang dan alat – alat produksi tahan lama. Ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa. Apabila pengluaran konsumsi rumah tangga dilambangkan (C), pengeluaran konsumsi pemerintah dilambangkan (G) pembentukan investasi dilambangkan dengan (I), ekspor barang dan jasa dilambangkan (X), dan impor barang dan jasa dilambangkan dengan (M), maka NI dirumuskan : PN = C + G + I + (X – M) 3 1. III. Pendapatan per Kapita Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB per kapita.Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara tersebut. dengan demikian pendapatan per kapita adalah pendapatan rata – rata penduduk suatu Negara. Sehingga rumusnya adalah : Pendapatan per Kapita = Jumlah pendapatan Nasional Jumlah Penduduk jika penpadatan nasional untuk berbagai tahun diketahui, menentukan pendapatan per kapita bukanlah hal sulit. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata – rata penduduk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pendapatan per kapita dalam suatu tahun tertentu adalah dengan cara membagi pendapatan pada tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. untuk menentukan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun dapat dityentukan dengan cara penentuan pendapatan nasional rill, yaitu dengan rumus berikut : GT = PNRt – PNRt-1 / PNRt-1 x 100% Keterangan : GT = Pertumbuhan pendapatan per kapita yang dinyatakan dalam persen. 3 PNRt = Pendapatan per kapita pada tahun t PNRt-1 = Pendapatan per kapita pada tahun ke (t-1) sebelum tahun ke- t Kegunaan Perhitungan Pendapatan per Kapita adalah sebagai berikut : ᴥ. Sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu Negara dengan Negara lain. ᴥ. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu Negara dengan Negara lainnya. ᴥ. Sebagai data untuk kebijakan atau sebagai bahan baku pertimbangan mengambil kebijakan mengambil langkah di bidang ekonomi. ᴥ. Sebagai data untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu Negara dari tahun ke tahun 1. IV. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila didukung suatu perencanaan yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan, dan evaluasi hasil – hasil pembangunan. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu menggunakan data statistic yang memuat informasi tentang kondisi rill suatu daerah pada saat tertentu sehingga kebijakan dan strategi yang telah atau akan dilaksanakan dapat dimonitor dan dievaluasi. Produk Domestik Regional bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu tahun tertentu. PDRB dihitung berdasarkan harga barang yang berlaku dan atas harga konstan. PDRB 3 atas harga berlaku menggambarkan nilai – nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun dasar. PDRB merupakan jumlah bruto yang dihasilkan suatu daerah dalam satu tahun tertentu. Perbedaan antara konsep neto dan bruto ialah konsep bruto masih mengandung komponen penyusutan, sedangkan pada konsep neto komponen penyusutan tersebut telah dikeluarkan. Dengan demikian, PDRN sama dengan PDRB dikurangi dengan biaya penyusutan atas barang modal yang digunakan dalam proses produksi barang dan jasa. Metode Penghitungan PDRB atas Dasar Harga Berlaku Penghitungan PDRB suatu daerah secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode lamngsung adalah metode penghitungan PDRB dengan cara langsung menghitung nilai tambah yang terbentuk atau diperoleh pada masing – masing komponen penyusunan yaitu dengan cara : Pendekatan Produksi Yaitu dengan cara menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang berhasil diciptakan oleh masing – masing kegiatan ekonomi yang ada pada suatu wilayah dan kemudian menjumlahkannya Pendekatan pendapatan Yaitu dengan menghitung semua balas jasa yang diterima oleh masing – masing faktor produksi, yaitu upah dan gaji, dan surplus usaha serta ditambah dengan unsur penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Pendekatan Pengeluaran 3 Perhitungan PDRB dengan pendekatan pengeluaran bertitik pada penggunaan akhir dari barang/jasa di wilayah kabupaten/kota. Jadi, PDRB dihitung berdasarkan komponen pengeluaran akhir yang menggunakan /mengkonsumsi nilai tambah. Metode Perhitungan PDRB atas Dasar harga Konstan Perhitungan atas dasar harga konstan ini berguna untuk perencanaan ekonomi secara keseluruhan atau secara sektoral. Oleh karena itu, untuk dapat mengukur perubahan volume produksi dan perkembangan produktivitas secara nyata, faktor pengaruh perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas harga konstan dilakukan dengan membandingkan output pada tahun berjalan dengan indeks harga. Dari segi metode statistic, nilai tambah atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan beberapa metode sebagai berikut. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara mengalikan volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun yang berjalan dengan harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar. Ekstrapolasi Metode ini dilakukan dengan cara membagi nilai produksi pada tahun berjalan dengan suatu indeks volume dan dikalikan 100. Indeks volume yang digunakan sebagai ekstrapolasi dapat merupakan indeks dari masing – masing produksi yaitu tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan lainnya yang dianggap sesuai. Deflasi Metode ini, dilakukan dengan cara membagi nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga sebagai deflator dan dikalikan 100. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator adalah indeks harga yang sesuai dengan sifat dan komoditas dari kegiatan ekonomi yang dihitung 3 nilainya, seperti indeks harga produsen, indeks harga bahan bangunan, indeks harga bahan pertambangan dan sebagainya. Deflasi berganda Metode ini dilakukan dengan mendeflasikan secara terpisah antara output dan biaya antara atau nilai tambah dari masing – masing kegiatan ekonomi. Indeks harga yang digunakan sebagai deflatopr untuk menghitung output biasanya merupakan indeks harga produsen sedangkan untuk menghitung indeks biasanya merupakan harga dari komponen input terbesar. 1. V. Produk Domestik Bruto dan Kemakmuran Semakin tinggi produksi masyarakat, semakin tinggi pula pendapatan nasional. Perbandingan antara tingkat pendapatan nasional dengan banyaknya jumlah penduduk dan penerima pendapatan di kalangan penduduk menunjukkan tingkat kemakmuran. Tingkat kemakmuran bagi Negara – Negara atau daerah yang hanya bergantung pada hasil – hasil yang ada pada daerah sendiri ditentukan oleh faktor berikut : Kekayaan berupa sumber – sumber ekonomi ( kekayaan alam) Jumlah penduduk Kemampuan penduduk dalam menerapkan teknik produksi. Faktor – faktor tersebut dapat dirumuskan : 3 K = AT / P Untuk mencapai tingkat kemakmuran suatu Negara dibutuhkan pertumbuhan ekomoni yang dinamis. Pertumbuhan ekonomi terjadi jika ada kenaikan PDB dari tahun sebelumnya dengan mengabaikan pertumbuhan penduduk. 1. VI. Manfaat dan Tujuan Penghitungan Pendapatan Nasional Setelah kalian mempelajari pendapatan nasional, mulai pengertian, cara perhitungan, komponen dan konsepnya, manfaat apa yang dapat diperoleh? Sekarang akan dikemukakan manfaat yang dapat diperoleh dari mempelajari pendapatan nasional. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut: a. Dapat mengetahui/menelaah struktur ekonomi suatu negara. b. Dapat membandingkan perekonomian suatu negara, masyarakat bahkan keluarga dari suatu waktu ke waktu lainnya. c. Dapat membandingkan perekonomian antardaerah. d. Dapat menghitung atau memperkirakan pendapatan pribadi atau keluarga dalam satu periode tertentu. Tujuan Perhitungan Pendapatan Nasional 3 Tujuan mempelajari perhitungan pendapatan nasional, sebagai berikut: a. Untuk melihat kemajuan masyarakat dan negara di bidang perekonomian serta melihat pemerataan pembangunan guna mencapai keadilan dan kemakmuran. b. Untuk memperoleh taksiran akurat tentang nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu masyarakat dalam satu tahun. c. Untuk mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat perekonomian suatu negara. d. Untuk membantu membuat rencana dan melaksanakan program pembangunan berjangka guna mencapai tujuan pembangunan nasional. 1. VII. Faktor yang memengaruhi Permintaan dan penawaran agregat Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.Konsumsi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan nasional. Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah3pengangguran. Konsumsi dan tabungan Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan. Investasi Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat. 3 MODUL VII PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Inflasi dan Pengangguran Tujuan Instruksional : Inflasi Pengertian inflasi: Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga keseluruhan (general price level). Inflasi dipandang sebagai penyakit dalam perekonomian jika inflasi yang terjadi berlangsung terus menerus dan nilainya tinggi—atau semakin meninggi atau tidak terkendali—hiperinflasi. Secara umum, inflasi menyebabkan kemampuan daya beli (purchasing power) masyarakat menjadi berkurang. Oleh karena itu, inflasi juga dapat dipandang sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Tingkat harga merupakan opportunity cost bagi masyarakat dalam memegang aset finansial. Semakin tinggi perubahan harga, maka semakin tinggi pula opportunity cost dalam memegang aset finansial. Artinya masyarakat akan lebih beruntung jika memegang aset dalam bentuk riil dibandingkan dalam bentuk finansial, jika harga tetap tinggi. Inflasi tidak selamanya berarti buruk, inflasi yang rendah dipandang baik bagi perekonomian karena dapat mendorong aktivitas perekonomian yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nasional. Kondisi perekonomian dalam masa recovery dan boom ditandai dengan pertumbuhan uang beredar dan tingkat inflasi yang meninggi. 1. Perhitungan Inflasi Inflasi biasanya dihitung sebagai persentase perubahan tingkat harga sekelompok barang atau jasa (indeks harga) pada suatu periode tertentu (t0) dibandingkan tingkat harga periode sebelumnya (t-1). Indeks harga yang biasanya digunakan sebagai dasar perhitungan inflasi adalah: 3 a. Indeks Harga Konsumen (IHK)—Consumer Price Index (CPI), adalah indeks tingkat harga rata-rata dari sekelompok barang/jasa yang dibeli sehari-hari oleh konsumen (barang/jasa tersebut mewakili pengeluaran belanja rutin rumah tangga dan diukur pada tingkat harga yang dibeli konsumen atau harga retail); b. Indeks Harga Produsen (IHP)—Producer Price Index (PPI), adalah indeks tingkat harga rata-rata dari sekelompok barang/jasa yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. Karena IHP diukur pada tingkat hulu (tingkat harga bahan baku), IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK dimasa depan (perubahan harga bahan baku akan mempengaruhi biaya produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual produk/jasa yang dibeli konsumen); c. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)—Wholesale Price Index, adalah indeks harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas d. Deflator PDB—GDP Deflator, adalah indeks tingkat harga keseluruhan. Deflator PDB merupakan rasio antara PDB riil dengan PDB nominal pada satu tahun dikali dengan 100. eflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. IHK merupakan dasar perhitungan yang paling sering dijadikan acuan oleh karena IHK merupakan indeks yang berhubungan langsung dengan konsumen. Perhitungan inflasi dapat dilakukan dengan cara menghitung perubahan harga pada satu periode (harian, bulanan, tahunan) dibandingkan dengan periode sebelumnya, seperti rumus berikut: %∆𝐶𝑃𝐼 = 𝐶𝑃𝐼𝑡 − 𝐶𝑃𝐼𝑡−1 × 100 𝐶𝑃𝐼𝑡 Jika nilai yang dihasilkan adalah positif maka terjadi inflasi sedangkan jika negatif 3 maka disebut deflasi yaitu suatu kondisi di mana perubahan tingkat harga (% CPI) adalah negatif. 1. Penyebab Inflasi A. Demand Pull Inflation Inflasi yang disebabkan oleh kondisi di mana Aggregate Demand lebih besar dari pada Aggregate Supply. Contoh: Menjelang perayaan keagamaan di Indonesia, misalnya lebaran, natal, dsb biasanya tingkat harga meningkat B. Cost Push Inflation Inflasi yang disebabkan oleh kondisi di mana terjadi kenaikan harga faktor produksi seperti upah, biaya produksi dan bahan baku. Contoh: Kenaikan harga minyak dunia akan mendorong inflasi dalam negeri C. Inertial Inflation Inflasi yang terjadi karena meningkatnya secara bersamaan Aggregate Demand dan Aggregate Supply Milton Friedman, seorang monetarist, mengatakan bahwa inflasi selalu merupakan fenomena moneter; pertumbuhan uanglah yang merupakan penyebab utama inflasi di dunia. 2. Dampak Inflasi Inflasi menyebabkan harga-harga barang meningkat sehingga akan menurunkan daya beli masyarakat. Tidak sebagaimana pajak yang dapat diatur pihak-pihak mana saja yang merupakan objek pajak, dampak inflasi akan dialami oleh semua golongan masyrakat—kaya miskin dan tua muda. Beberapa unsur didalam masyarakat yang paling merasakan dampak dari inflasi diantaranya adalah pemilik pendapatan tetap, penabung, debitur dan kreditur dan produsen. a. Pemilik pendapatan tetap Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan 3 dapat diperoleh karena dengan pendapatan yang sama, jumlah barang yang akan semakin berkurang. Bahkan jika perusahaan tempat pekerja dengan gaji tetap tersebut menaikkan upah dengan prosentase kenaikan upah yg sama dengan laju inflasi maka secara riil pekerja tersebut tidak menjadi lebih baik. Pendapatannya sebelum dan sesudah kenaikan upah secara riil sama saja (karena kenaikan upah tidak mendorong peningkatan daya beli dalam kasus ini) b. Penabung Inflasi juga berpengaruh kepada tabungan masyarakat. Hal ini disebabkan karena nilai tabungan masyarakat secara riil akan mengalami pengurangan pada situasi inflasi (pada saat inflasi tingkat harga mengalami kenaikan, walaupun tabungan memberikan bunga akan tetapi jika bunga yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan peningkatan harga, maka secara riil kemampuan dari tabungan-tabungan tersebut untuk membeli barang menurun—nilai riil tabungan turun). Kondisi ini akan menyebabkan keengganan masyarakat untuk menabung, sehingga jumlah tabungan masyarakat akan berkurang, yang pada akhirnya berdampak pada ketersediaan modal untuk investasi. Akibat lebih jauh akan mengurangi produktivitas dalam masyarakat. c. Debitur dan Kreditur Bagi debitur, inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. d. Produsen Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh (harga pokok penjualan) lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Akan tetapi, peningkatan pada harga jual produknya akan mengurangi permintaan atas produk dan pada akhirnya akan mengurangi keuntungan para produsen 3. Cara Mengatasi Inflasi 1. Kebijakan Moneter 3 Ketika laju inflasi dianggap tinggi, bank sentral dapat menggunakan kebijakan moneter untuk mengendalikan (pengetatan) jumlah uang beredar di masyarakat melalui: - Penetapan cadangan minimum - Operasi pasar terbuka - Fasilitas diskonto 2. Kebijakan Fiskal - Efisiensi pengeluaran pemerintah yaitu dengan cara menunda pengeluaran yang bersifat temporer dan tidak mendesak - Menaikkan pajak baik dengan peningkatan tarif pajak (intensifikasi) ataupun dengan melakukan diversifikasi jenis pajak (ekstensifikasi) 3. Kebijakan Riil - Meningkatkan jumlah produksi - Mengendalikan harga (contoh operasi pasar oleh bulog) B. Pengangguran 1. Pengertian pengangguran adalah orang yang tidak dipekerjakan (unemployed), tapi sedang mencari pekerjaan atau sedang menunggu untuk dipekerjakan. 2. Jenis-jenis penangguran A. Frictional Unemployment Mereka yang tidak bekerja karena pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain atau dari satu tempat ke tempat lain. Pencatatan atau sensus dilaksanakan setiap periode tertentu, pada saat pencatatan seringkali seseorang sedang menunggu pekerjaan baru atau sedang pindah dari satu tempat ke tempat lainnya pada saat pencatan (sensus) 3 dilakukan. B. Structural Unemployment Mereka yang tidak bekerja karena permintaan lebih rendah dari penwaran baik untuk satu jenis pekerjaan maupun pada sektor – sektor tertentu. Dalam pasar tenaga kerja sering terjadi adanya excess supply dan excess demand, baik pada satu jenis pekerjaan maupun pada sektor-sektor tertentu. Excess Supply adalah suatu kondisi di mana terdapat kelebihan penawaran tenaga kerja dibandingkan dengan permintaan terhadap tenaga kerja, jenis pekerjaan seperti ini biasanya pekerjaan yang tidak memerlukan sutu keahlian atau spesifikasi. Sedangkan Excess Demand adalah suatu kondisi di mana permintaan terhadap tenaga kerja lebih besar dari penawarn tenaga kerja pada tingkat upah yang berlaku dipasar. Jenis pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, atau pekerjaan yang mengandung resiko tinggi. Seperti penjaga kubur. Gaji yang lebih tinggi akan menimbulkan terjadinya excess supply atau kelebihan penawaran tenaga kerja (S) dibanding permintaan tenaga kerja dari perusahaan (D) demikian sebaliknya pada kondisi gaji rendah sering terjadi excess demand dalam pasar tenaga kerja C. Cyclical Unemployment Mereka yang tidak bekerja karena resesi ekonomi sehingga terjadi penurunan kegiatan produksi. Kondisi resesi pada suatu negara sangat mempengaruhi jumlah pengangguran jenis ini. Hal ini disebabkan karena pada saat resesi ekonomi terjadi penurunan tingkat produksi barang/jasa mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja (PHK pada berbagai persahaan atau sektor-sektor tertentu.Unemployment jenis ini banyak terjadi pada saat terjadinya krisi moneter pada tahun 1998 hal ini disebabkan karena banyaknya perusahaan yang gulung tikar akibat tingginya biaya bahan baku terutama bahan baku impor. Karena merosotnya nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang asing. 3 MODUL VIII PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Neraca Pembayaran Tujuan Instruksional : Mahasiswa dapat memahami konsep balance of payment (bop) Pengertian Neraca Pembayaran Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit. Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana. Tiap-tiap credit entry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced) dengan debit entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal nasional (dari mana 3 kita memperoleh danadana/ daya beli, dan bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari neraca pembayaran suatu negara akan sama secara agregat; namun, dari komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit. Tabel 1.1. berikut merangkum definisi diatas. Satu-satunya kesulitan riil dalam memahami bagaimana tiap transaksi mempengaruhi neraca pembayaran terletak pada interpretasi dari aset finansial dan hutang kepada pihak luar negeri. Contoh berikut membantu pemahaman tersebut diatas. Contoh 1.1 : Suatu perusahaan RI meminjam Poundsterling Inggris. Jelas, pinjaman ini merupakan peningkatan hutang penduduk/perusahaan RI pada pihak luar negeri (Inggris). Pinjaman ini merupakan suatu credit entry pada neraca pembayaran. Debit entry yang sama akan diklasifikasikan sebagai suatu peningkatan dalam kepemilikan aset financial luar negeri, yaitu rekening bank debitor RI (yang didenominasi) dalam sterling merupakan suatu aset. Memiliki aset dalam valuta asing sama seperti memberikan pinjaman jangka pendek kepada negara lain. Komponen Neraca Pembayaran Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori yaitu; transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa negara (official reserves account) 1. Transaksi berjalan (current account). Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran jangka pendek (mencatat transaksi ekspor-impor barang dan jasa), yang meliputi : a. ekspor dan impor barang-barang dan jasa ekspor barang-barang dan jasa yang 3 diperlakukan sebagai kredit impor barang-barang dan jasa diperlakukan kembali sebagai debit b. net investment income tingkat bunga dan dividen diperlakukan sebagai jasa karena merepresentasikan pembayaran untuk penggunaan modal. c. net transfer (transfer unilateral) meliputi bantuan luar negeri, pemberian-pemberian dan pembayaran lain antar pemerintah dan antar pihak swasta. Net transfer bukan merupakan perdagangan barang dan jasa. Atau dengan kata lain transaknsi berjalan merangkum aliran dana antara satu Negara tertentu dengan seluruh negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa, provisi income atas aset finansial, atau transfer unilateral (misalnya bantuan bantuan antar pemerintah dan antar pihak swasta). Transaksi berjalan merupakan ukuran posisi perdagangan intenasional yang luas. Defisit transaksi berjalan menjelaskan arus dana yang keluar suatu negara lebih besar dari dana-dana yang diterimanya. Komponen transaksi berjalan meliputi neraca perdagangan dan neraca barang dan jasa. Transaksi berjalan umumnya digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca Perdagangan secara sederhana merupakan selisih/perbedaan antara ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi adalah defisit neraca perdagangan. Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari impor, yang terjadi adalah surplus. Sedangkan Neraca Jasa adalah neraca perdagangan ditambah jumlah pembayaran bunga kepada para investor luar negeri dan penerimaan dividen dari investasi di luar negeri, serta penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pariwisata dan transaksitransaksi ekonomi lainnya. 2. Neraca Modal (Capital Account) Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi dan real 3 estate) suatu negara, Yang meliputi : a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena suatu Negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai. a. Arus modal keluar tercatat sebagai debit karena suatu Negara membeli asset berharga dari pihak asing (luar negeri). b. Transaksi-transaksi neraca modal diklasifikasi sebagai investasi portfolio, langsung atau jangka pendek. Untuk dapat membeli aset luar negeri diperlukan valuta asing, dengan demikian arus modal neto menggambarkan demand terhadap valuta asing. Nilai valuta asing ditentukan oleh demand valas untuk membeli barang-barang dan jasa dan demand terhadap valas untuk membeli aset. Neraca Modal adalah ukuran investasi jangka pendek dan jangka panjang suatu negara, termasuk investasi langsung luar negeri dan investasi dalam sekuritas. 3. Cadangan Devisa Negara (Official Reserves Account) Mengukur perubahan-perubahan dalam cadangan internasional yang dimiliki oleh otoritas keuangan suatu negara. Hal ini mencerminkan surplus atau defisit transaksi-transaksi ekonomi neraca berjalan dan meraca modal suatu negara yang dihasilkan dengan cara mencari nilai selisih (netting) dari cadangan aset dan cadangan hutang. Cadangan devisa terdiri dari : a) Cadangan internasional yang terdiri dari emas dan aset luar negeri yang dapat diperdagangkan. b) Peningkatan dalam tiap aset tercatat sebagai debit c) Penurunan cadangan aset tercatat sebagai kredit Ukuran-ukuran Neraca Pembayaran 3 Neraca pembayaran dapat disusun dengan mengkombinasi pos-pos neraca pembayaran berikut : 1. Basic balance focus pada transaksi-transaksi yang dianggap penting bagi kesehatan ekonomis valuta. Basic balance menyeimbangkan neraca berjalan dan arus modal jangka panjang, namun tidak mengikutsertakan arus modal jangka pendek, seperti deposito deposito bank yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka pendek, perubahan-perubahan dalam suku bunga dan antisipasi-antisipasi fluktuasi valuta. Basic balance menekankan trend jangka waktu yang lebih panjang pada neraca pembayaran. 2. Net liquidity balance (neraca likuiditas neto) atau neraca keseluruhan meliputi basic balance ditambah arus modal jangka pendek tidak likuid pihak swasta dan error and omission. Neraca Keseluruhan mengukur perubahan pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman pihak swasta domestik ke luar negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran dalam posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta jangka pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca, sementara aset dan hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan). 3. Neraca transaksi cadangan devisa menunjukkan penyesuaian cadangan devisa yang akan dibuat untuk mencapai equilibrium neraca. Karena neraca pembayaran harus diseimbangkan, tiap perbedaan yang tidak dapat ditelusuri atas transaksi-transaksi tertentu dicatat dalam statistical discrepancy (selisih yang belum dapat diperhitungkan). 3 MODUL IX PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tujuan Instruksional : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Tahapan penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBN Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN selambatlambatnya 2 bulan[1] sebelum tahun anggaran dilaksanakan. Pelaksanaan APBN Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran DPR.[2] 3 Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Sumber penerimaan APBN Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yaitu : Penerimaan pajak yang meliputi : 1. Pajak Penghasilan (PPh). 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB). 4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) & Cukai. 5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor). Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi : 1. Pengelolaan dana pemerintah 2. Pemanfaatan sumber daya alam (SDA) 3. Hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan 4. Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah 5. Putusan pengadilan dan yang berasal dari penyerahan denda administrasi 6. Penerimaan bukan pajak lainnya. Struktur APBN Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Belanja Negara Belanja terdiri atas dua jenis: 3 1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembiayaan Bunga Utang 5. Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM 6. Belanja Hibah 7. Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana). 2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Pemerintah Daerah meliputi: 1. Dana Bagi Hasil 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus 4. Dana Otonomi Khusus. Pembiayaan Pembiayaan meliputi: 1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara. 2. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: 1. 3 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium. Asumsi APBN Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator perekonomian makro, yaitu: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah 2. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%) 3. Inflasi (%) 4. Nilai tukar rupiah per USD 5. Suku bunga SBI 3 bulan (%) 6. Harga minyak indonesia (USD/barel) 7. Produksi minyak Indonesia (barel/hari) Teori mengenai APBN Fungsi APBN APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya. 3 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencanarencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Prinsip penyusunan APBN Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu: Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda. 3 Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah: Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam memperhatikan kemampuan atau potensi nasional. Azas penyusunan APBN APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas: Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas. Penajaman prioritas pembangunan Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara 3 negeri dengan MODUL X PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Uang Tujuan Instruksional : PENGERTIAN UANG Uang adalah suatu benda yang dengan mudah dan umum diterima oleh masyarakat untuk pembayaran pembelian barang, jasa, dan barang berharga lainnya, dan untuk pembayaran hutang. Uang mempunyai ciri dapat diterima umum, dapat digunakan sebagai alat tukar, dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran. FUNGSI UANG Sebagai alat pemenuh kebutuhan hidup, uang mempunyai beberapa fungsi, fungsi asli dan turunan. Yang termasuk fungsi asli adalah sebagai alat tukar dan satuan hitung. Sedangkan yang termasuk fungsi turunan adalah sebagai standar atau ukuran pembayaran yang ditunda, alat penyimpan kekayaan, dan alat pengalih kekayaan. JENIS UANG Uang dibedakan menjadi: Berdasarkan Pihak Yang Mengeluarkan Berdasarkan pihak yang mengeluarkan, uang dibedakan menjadi aung kartal dan uang giral. Uang kartal adalah uang kertas atau logam yang beredar di masyarakat. Uang ini dikeluarkan dan diatur peredarannya oleh pemerintah serta merupakan alat pembayaran yang sah. Uang giral adalah alat pembayaran berupa cek, bilyet giro, dan sejenisnya. Uang giral dikeluarkan oleh bank dan digunakan sebagai alat pembayaran. 3 Berdasarkan Bahan Uang Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang, uang dibedakan atas uang logam dan uang kertas. Uang logam adalah uag yang yang terbuat dari logam berupa emas, perak atau logam lainnya. Sedangkan uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas serta penggunaannya diatur oleh undang-undang dan kebiasaan. Berdasarkan Negara Yang Mengeluarkan Berdasarkan negara yang mengeluarkan, uang dibedakan atas uang dalam negri dan uang luar negri. Uang dalam negri adalah uang yang dikeluarkan oleh negara yang bersangkutan. Rupiah adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonsia. Uang luar negri adalah uang yang beredar dalam suatu negara, tapi yang mengeluarkannya adalah negara lain. Contohnya adalah Dolar Amerika (US) dan Poundsterling (Inggris). Berdasarkan Nilai Uang Berdasarkan perbandingan nilai bahan dengan nilai tukar, uang dibedakan atas uang bernilai penuh dan uang tidak bernilai penuh. Uang nilai penuh adalah uang yang nilai bahannya sama dengan nilai nominal atau nilai penuh yang terdapat pada standar emas. Pada standar emas, nilai uang tersebut sesuai dengan bahan yang terkandung pada bahan uang. Uang tidak bernilai penuh adalah uang yang nilai bahannya lebih kecil daripada nilai nominalnya. Umumnya uang yang tidak berniali penuh adalah uang kertas. TEORI UANG Teori uang dikolompokkan menjadi dua, yaitu teori nilai uang dan teori perubahan nilai uang. 1. Teori Nilai Uang a. Teori barang Menurut teori barang, uang murni berasal dari barang. Oleh karena itu, daya beli uang tergantung dari permintaan dan penawaran, kegunaan marjinal, serta biaya pembuatan uang tersebut. b. Teori nominalis Nilai uang merupakan nilai yang tertlis pada uang tersebut. Nilai uang bukan ditentukan oleh niali bahan, tetapi oleh nominal yang tertulia pada uang tersebut. 2. Teori Perubahan Nilai Uang 3 Dalam kegiatan ekonomi, nilai uang bisa berubah. Apabila harga turun berarti nilai uang naik dan sebaliknya. a. Teori kuantitas Jumlah uang yang beredar ada hubungannya dengan tingkat harga. Artinya, perubahan jumlah uang beredar memengaruhi harga. Jika jumlah uang beredar kurang, maka harga-harga akan cenderung turun. Sebaliknya, jika uang beredar bertambah, maka harga-harga akan naik. M = kP M = uang k = konstanta P = harga Teori kuantitas mengandung kelemahan karena teoi ini menganggap uang sebagai alat tukar. Teori kuantitas mengansumdikan bahwa setiap penambahan atau pengurangan jumlah uang yang beredar berhubungan secara langsung dengan tingkat harga. Teori ini tidak menyadari bahwa uang bukan hanya untuk membeli barang, tetapi dapat juga diinvestasikan atau ditabung. b. Teori transaksi Iving Fisher elengkapi teori kuantitas dengan memasukkan unsur kecepatan peredaran uang dengan menggunakan rumus berikut: MV = PT M = jumlah uang beredar V = kecepatan perputaran uang P = jumlah barang dan jasa T c. = tingkat harga umum Teori pendapatan John Maynard Keynes mengemukakan bahwa motif memegang uang adalah: (1) Motif transaksi. Transaksi terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 3 Transaksi banyak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Semakin besar tingkat pendapatan, semakin besar kemungkinan untuk melakukan transaksi. (2) Motif berjaga-jaga. Motif ini didasarkan pada adanya ketidakpastian keadaan. Oleh karena intu, kita mempersiapkan sebagian pendapatan agar agar dapat mengatasi kejadian yang tak terduga. Dana ini juga dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. (3) Motif spekulasi. Pendapatan yang tinggi memberi kesempatan pada seseorang untuk melakukan transaksi yang bersifat spekulatif. Transaksi ini dilakukan untuk mendapat keuntungn yang banyak walaupun harus disertai dengan risiko yang tinggi. Transaksi spekulasi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak memliki pendapatan tinggi. Dengan memasukkan unsur pendapatan dalam pembentukan harga, maka John Keynes mengajukan rumus: Mvy = PyTy d. M = jumlah uang Vy = kecepatan peredaran pendapatan uang Ty = barang-barang dan jasa akhir Py = tingkat harga Teori persediaan kas Nilai uang tergantung pada jumlah pendapatan masyarakat yang dipegang atau ditahan dalam bentuk tunai. Jumlah pendapatan yang disimpan sebagai persediaan kas tergantung pada jumlah pendapatan dan tingkat suku bunga di pasar. M = K.P.Y M = jumlah uang yang beredar K = jumlah uang untuk persediaan kas P = tingkat harga Y = pendapatan Dari pemaparan teori-teori sebelumya, dapat disimpulkan bahwa nilai uang dipengaruhi oleh berbagai faktor perekonomian. Namun, nilai uang yang berubah-ubah itu akan tercermin pada harga barang dan jasa yang tersedia di pasar. PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG 1. Permintaan Uang 3 Permintaan uang adalah jumlah unit moneter yang ingin dipegang sebagai harta tunai. Permintaan uang dipengaruhi oleh tiga hal. Ketiga hal ini pada prinsipnya sejalan dengan teori pendapatan yang dikemukakan oleh J.M Keynes. a. Kebutuhan bertransaksi Terkait dengan fungsi uang sebagai alat tukar, kita menggunakan uang untuk membeli barang atau jasa atau untuk membayar tagihan. Jika pendapatan naik, nilai barang yang kita beli akan naik sehingga kita membutuhkan lebih banyak uang untuk bertransaksi. b. Kebutuhan berjaga-jaga Kebutuhan ini dipengaruhi oleh biaya menyimpan uang, yang ditentukan oleh tingkat bunga. Dalam hal ini fungsi uang adalah sebagai penyimpan kekayaan. c. Kebutuhan berspekulasi Spekulasi berarti melakukan sesuatu atas dasar ramalan perubahan nilai harta di masa depan. Jika seseorang melakukan spekulasi terhadap asetnya, tentu dengan sendirinya mengurangi permintaan uang. Sebaliknya, jika orang tersebut kurang berani berspekulasi, dia akan memilih menyimpan uang, yang merupakan aset paling aman untuk disimpan sebagai harta. 2. Kurva Permintaan Uang Salah satu hal yang memengaruhi permintaan uang adalah biaya penyimpanan uang, yang ditentukan oleh tingkat bunga. Orang akan menyimpan uangnya jika tingkat bunganya lebih tinggi daripada keuntungan menggunakan uang dalam kegiatan ekonomi atau membeli aset lain. Jadi, jika tingkat bunga meningkat, permintaan atas uang akan turun dan sebaliknya. Permintaan uang turun ketika tingkat bunga meningkat karena orang tidak tertarik menyimpan uang yang dimilikinya. Uang menjadi produktif karena digunakan untuk kegiatan ekonomi riil. Jumlah uang yang diminta sebagai penyimpan nilai kekayaan tergantung pada tingkat bunga. Qd = f(i) Qd = jumlah uang yang diminta sebagai aset i 3. = tingkat bunga Pergeseran Kurva Permintaan Uang 3 Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan uang ke kiri atau ke kanan adalah tingkat bunga riil, nilai kekayaan masyarakat, dan perubahan pendapatan nasional. Jika ada perubahan dalam kekayaan, permintaan uang akan meningkat. Begitu pula jika kekayaan menurun, permintaan uang akan menurun. Perubahan kekayaan masyarakat dapat merubah kebutuhan bertransaksi, kebutuhan berjaga-jaga, dan kebutuhan spekulasi. Jika pendapatan nasional dan produk nasional meningkat, kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika pendapatan dan produk nasional menurun, kurva akan bergerak ke kiri. 4. Penawaran Uang Penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Kebijakan moneter bertujuan untuk mengatur penawaran uang atau mengatur uang yang beredar. Oleh karena itu, penawaran uang merupakan tugas pemerintah melalui Bank Indonesia. L = M1 + M2 + near money dan M2 = M1 + uang kuasi 5. Kurva Penawaran Uang Kurva penawaran uang umumnya mempunyai slope positif. Seperti halnya kurva permintaan uang, jumlah uang yang beredar dipengaruhi oleh tingkat bunga. Jadi, semakin tinggi tingkat bunganya, semakin banyak jumlah uang yang beredar. Dan begitu pula sebaliknya. Kurva penawaran uang digambarkan dengan slope positif karena, sebagai contoh, bank akan lebih terpacu untuk memberikan kredit kepada dunia usaha jika tingkat bunga lebih tinggi, dibandingkan jika tingkat bunga rendah. Hal ini karena keuntungan meminjamkan uang akan lebih besar ketika tingkat bunga tinggi. Dengan demikian, perubahan tingkat bunga akan menyebabkan pergerakan jumlah uang beredar di sepanjang kurva MS. 3 MODUL XI PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Kurs Tujuan Instruksional : Mahasiswa dapat memahami konsep kurs dalam perekonomian Pengertian Kurs (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusankeputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah. Kurs sangat penting dalam pasar valuta asing (foreign excahange market). Walaupun perdagangan valuta asing berlangsung di berbagai pusat keuangan yang tersebar di seluruh dunia, teknologi telekomunikasi modern telah mempertautkan mereka menjadi sebuah rangkaian pasar tunggal yang beroperasi 24 Jam setiap hari. Salah satu kategori penting dalam perdagangan valuta asing adalah perdagangan berjangka (forword trading), di mana beberapa pihak sepakat mempertukarkan mata uang di waktu mendatang atas dasar kurs yang mereka sepakati. Sedangkan kategori lainnya, yakini perdagangan spot (spot trading) langsung melaksanakan pertukaran tersebut ( ini biasanya untuk keperluan-keperluan mendesak atau praktis). 3 Oleh karena kurs merupakan harga relative dari dua set, maka layak biala kurs dianggap sebagai harga asset itu sendiri. prinsip dasar penetapan harga asset adalah bahwa nilai asset saat ini ditentukan oleh perkiraan daya belinya di masa mendatang. Dalam mngevaluasi asset, para penabung (investor) selalu memperlihatkan aspek perkiraan imbalan (rate of return) yang dibuahkan asset itu, atau tingkat pertambahan nilai investasi yang tertanam dalam asset tersebut di waktu-waktu selanjutnya.Imbalan dari simpanan yang diperdagangkan di pasar valuta asing ditentukan oleh suku bunga (interest rate) dan perkiraan perubahan kurs. Keseimbangan dalam pasar valuta asing mensyaratkan adanya kondisi interest parity, yakni suatu kondisi di mana berbagai simpanan dalam mata uang apa pun menawarkan perkiraan imbalan yang sama besarnya (bila diukur atau dihitung dengan satuan yang sama). Bila suku bunga dan perkiraan kurs masa mendatang tetap, kondisi interest parity menjamin adanya keseimbangan kurs. Kurs yang tengah berlaku juga dipengaruhi oleh berbagai perubahan atas perkiraan kurs untuk waktu mendatang. Sebagai contoh, apabila terjadi kenaikan perkiraan kurs dolar/DM untuk masa yang akan datang, maka jika suku bunga tetap, kurs dolar/DM yang tengah berlaku akan meningkat. Kurs dapat pula disebut sebagai perbandingan nilai. Dalam pertukaran dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs. Dalam kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing. Perbedaan ini timbul karena beberapa hal antara lain perbedaan antara kurs beli dan jual oleh pedagang valas, perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya, perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah kurs yang dipakai apabla pedagang valas atau bak menjual valuta asing. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs 1. Tingkat inflasi 3 Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami penurunan. Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negaranegara di mana tingkat inflasi yang lebih rendah. 2. Aktifitas neraca pembayaran Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar. Dengan demikian, neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional dengan meningkatnya permintaan dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan nilai tukar mata uang nasional sebagai seorang debitur dalam negeri mencoba untuk menjual semuanya menggunakan mata uang asing untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Contoh, efek dari perubahan tarif, pembatasan impor, kuota perdagangan, subsidi ekspor berdampak pada neraca perdagangan. Ketika keseimbangan positif dalam perdagangan ada di muka terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang negara yang meningkatkan laju, dan dalam hal keseimbangan negatif proses sebaliknya terjadi. Pergerakan modal jangka pendek dan jangka panjang bergantung pada tingkat suku bunga domestik, pembatasan atau mendorong impor dan ekspor modal. 3. Perbedaan suku bunga di berbagai negara Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal 3 internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing Itulah sebabnya di negara dengan modal lebih tinggi tingkat suku bunga masuk, permintaan untuk meningkatkan mata uang, dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal, terutama spekulatif “uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca pembayaran. Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu negara 4. Tingkat pendapatan relatif Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia. 5. Kontrol pemerintah Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk: a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing. 3 b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri. c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang. Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah : a. Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan. b. Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan. c. Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara. d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan 6. Ekspektasi Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar dalam pasar. Langkah-langkah kebijakan moneter oleh Fed mempengaruhi tingkat suku bunga A.S, mengubah kurs dolar/DM yang menyeimbangkan pasar valuta asing. Bundesbank dapat mempengaruhi kurs dengan mengubah penawaran uang dan tingkat suku bunga Jerman. UANG, TINGKAT HARGA DAN KURS JANGKA PANJANG Uang dan Harga Nominal (MONEY PRICES) P = MS/L(R,Y) Persamaan ini menunjukkan bagaimana tingkat harga ditentukan oleh suku bunga, tingkat penawaran uang domestic dan output riil. 3 Keseimbangan tingkat harga jangka panjang adalah nilai P yang memenuhi kondisi yang ditunjukkan oleh persamaan di mana suku bunga dan output berada pada tingkat-tingkat jangka panjang yang konsisten dengan full employment. Bila pasar uanng berada pada kondisi keseimbangan dan semua factor produksi tredayagunakan secara penuh, tingkat harga akan tetap asalkan penawaran uang, fungsi permintaan uang agregat, niali-nilai jangka panjang R serta Y juga tetap. Salah satu unsure prediktif terpentung yang terkandung dalam persamaan P di atas menyangkut perihal hubungan antara tingkat harga di suatu negara dab tingkat penawaran uangnya atau Ms: Jika semua kondisi lainnya tetap, kenaikan penawaran uang suatu negara akan mengakibatkan kenaikan proporsional atas tingkat harganya. Sebagai contoh, jika tingkat penawaran uang naik dua kali lipat (menjadi 2Ms), sedangkan output dan suku bunga tidak berubah, maka tingkat harga pasti juga naik dua kali lipat (menjadi 2P) guna mempertahankan keseimbangan pasar uang. Logika ekonomi dibalik prediksi yang sangat jitu ini bisa kita tarik dari pengamatan di atas bahwa permintaan uang merupakan permintaan akan uang riil. Sebagaimana diketahui, permintaan uang riil tidak akan meningkat sehubungan dengan naiknya Ms yang tidak mengubah R dan Y (ini berarti permintaan uang riil agregat atau L(R, Y) juga tidak mengalami perubahan,. Namun jika permintaan uang riil agregat tidak berubah, kondisi keseimbangan dalam pasar uang hanya dapat bertahan bila penawaran uang riil juga tetap. Agar penawaran uang penawaran uang riil atau Ms/P tetap konstan, P harus mengalami kenaikan yang sama besarnya (proporsional dengan kenaikan Ms. Dampak-Dampak Jangka Panjang Perubahan Penawaran Uang Suatu perubahan penawaran uang tidak mempengaruhi penawaran nilai-nilai jangka panjang dari suku bung ataupun ourput riil. Cara memahami dampak-dampak jangka panjang terjadinya perubahan penawaran uang terhadap suku bunga dan output yaitu melalui reformasi mata uang, pemerintah suatu negara membentuk kembali unit mata uangnya. Sebagai contoh, pemerintah Perancis merombak mata 3 uangnya pada tahun 1960 dengan menerbitkab franc Perancis yang “baru” (setiap unit nilainya sama dengan 100 unit franc Perancis “lama”). Reformasi ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah unit mata uang yang beredar, serta mnyusutkan semua harga yang terhitung dalam franc menjadi seperseratus. Akan tetapi penciptaan kembali unit moneter ini tidak mempengaruhi output riil, suku bunga atau harga-harga relatif berbagai macam barang. Satusatunya yang terjadi hanyalah perombakan mendadak atas semua harga yang diukur dengan franc. Keputusan untuk mengganti satuan pengukur jarak dari 1 mil menjadi ½ mil tidak menimbulkan pengaruh berarti terhadap segenap variable ekonomi riil; demikian pula halnya dengan keputusan pemerintah Perancis menghilangkan dua angka nol dari semua harga yang dinyatakan dengan uangnya. Kenaikan suplai atau penawaran mata uang dari suatu negara memiliki dampak jangka panjang serupa dengan yang ditimbulkan oleh suatu reformasi mata uang. Pelipatgandaan penawaran uang, misalnya, sama pengaruh jangka panjangnya dengan yang ditimbulkan oleh reformasi mata uang; pelipatgandaan itu sama artinya dengan mengganti satu unit mata uang “lama” dengan dua unit mata uang “baru”. Jika semula perekonomian yang bersangkutan sudah berhasil mendayagunakan segenap factor produksinya secara penuh (full employed), setiap harga yang dinyatakan dengan mata uang perekonomian yang bersangkutan pada akhirnya juga akan naik dua kali lipat, akan tetapi GNP riil, suku bunga, dan semua harga relatif akan kembali ke tingkat full employment atau tingkat jangka panjangnya. Pengaruh perubahan penawaran uang terhadap keseimbangan jangka panjang dari perekonomian yang bersangkutan sama dengan pengaruh reformasi mata uang. Tingkat output foll employment ditentukan oleh karunia sumber (endowments) berupa tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh perekonomian itu sendir. Maka dari itu dalam jangka panjang, output riil tidak ditentukan oleh penawaran uang. Demikian pula dengan suku bunga yang juga bebas dari pengaruh penewaran uang jangka panjang. Jika penawaran uang di semua harga naik dua kali lipat secara permanen, maka tidak ada alasan bagi seseoranng yang bersedia meminjamkan $1 demi memperoleh $1,10 setahun kemudian untuk tidak berssedia meminjamkan $2 demi memperoleh $2,20 setahun berikutnya. Jadi, suku bung atetap 10% setahun. Harga-harga 3 naik dua kali lipat, relatif juga tetap jika semua harga uang (dinyatakan dengan satuan uang) Karen aharga relative pada dasarnya adalah nisbah harga uang. Dengan demikian, perubahan penawaran uang tidak mengubah alokasi jangka panjang terhadap segenap sumber daya. Yang berubah hanyalah tingkat harga-harga uang secara absolute (nominal). Suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang menimbulkan kenaikan proporsional atas nilai jangka panjang semua tingkat harga. Apalagi dalam perekonomian yang sejak semula sudah mencapai full employment, suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang pada akhirnya akan diikuti oleh kenaikan tingkat harga secara poporsional. Sistem Penentuan Kurs Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dilakukan secara bebas di pasar, maka system kurs akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan stabilisasi kurs, maka kurs hanya akan berubah di dalam batas yang kecil. Sistem ini disebut exchange control, dimana pemerintah menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. 1. Sistem kurs yang berubah-ubah Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa factor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan, makin besar pula kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang mengakibatkan kurs valas naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valas akan turun (nilai mata uang sendiri naik relative terhadap valuta asing).Disamping factor-faktor ekonomi tersebut ada factor non ekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan kurs seperti factor politis dan psykologi, seperti kepanikan yang terjadi di dalam negeri kan menyebabkan larinya dana ke luar negeri sehingga kurs valas akan naik. 2. Sistem kurs yang stabil 3 Sistem kurs bebas seperti yang tersebut diatas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak Negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs. Pada dasarnya kurs yang stabil dapat timbul secara : a. Aktif yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stabilization funds). b. Pasif yaitu di dalam Negara yang menggunakan standar emas. • Stabilisasi Kurs Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan denga cara berikut: apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah membeli valas di pasar. Dengan tambahnya permintaan dari pemerintah maka tendensi kurs turun dapat di cegah. Sebaliknya apabila tendensi kurs naik maka pemerintah menjual valas di pasar sehingga penawaran valas bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah. • Standar Emas Suatu Negara dikatakan memakai standar emas apabila: 1. Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu. 2. Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas 3. Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu ( yang sudah ditetapkan pemerintah). Dalam system standar emas, kurs mata uang suatu Negara terhadap Negara lain di tentukan atas dasar emas. Kurs ini akan stabil selama syarat-syarat diatas dipenuhi dan lalu lintas emas bebas. Dalam realita, kurs ini akan berubah-ubah di dalam batas-batas yang ditentukan oleh besarnya ogkos angkut emas. • Pengawasan Devisa ( Exchange Control) 3 Di dalam system ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valas. Pemerintah dapat menetapkan kurs suatu mata uang itu: 1. Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa tersebut. 2. Lebih dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaannya Pada umumnya tujuan suatu Negara melakukan pengawasan devsa adalah : a. Mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menekan neraca pembayaran internasional ( NPI) yang disequilibrium. b. Melindungi industry dalam negeri c. Memperoleh pendapatan bagi pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan cara menetapkan kurs yang berbeda antara pembelian dan penjualan. d. Tie in Import Arrangement: penggunaan devisa untuk impor tertentu tetapi dengan syarat importer harus juga membeli barang pelengkap atau barang yang sama hasil produksi di dalam negeri dalam proporsi tertentu. C. Teori Paritas Daya Beli (PPP) Bukti empiris dalil PPP dan dalil satu harga Seberapa jauh teori PPP dapat menjelaskan data actual mengenai kurs dan tingkat harga nasional (dari masing-masing negara)? Jawaban singkat atas pernyataan ini adalah bahwa semua versi teori PPP memang kurang mampu menjelaskan kenyataan-kenyataan yang ada. Yang lebih penting, perubahan-perubahan tingkat harga nasional seringkali kurang mampu atau bahkan gagal sama sekali dalam menjelaskan pergerakan kurs. Untuk menguji PPP absolute, para peneliti ekonomi membandingkan harga internasional 3 atas sejumlah komoditi tertentu tanpa mengabaikan kemungkinan perbedaan mutu antara barang-barang yang nampaknya identik itu dari masing-masing Negara. Perbandingan ini membuahkan kesimpulan bahwa PPP absolute memang tidak bisa dipertahankan, harga komoditi identik dari berbagai Negara, ketika dikonversikan dalam satu satuan mata uang yang sama, ternyata sangat bervariasi. Dalil satu harga pun kurang sesuai dengan hasil penelitian terakhir atas data harga per jenis komoditi. Sejak awal 1970an, harga barang-barang manufaktur yang mirip satu sama lain ternyata juga sangat berlainan di pasar yang satu dibandingkan dengan pasar yang lain. Oleh karena argument yang melahirkan PPP absolute didasarkan pada dalil satu harga, tidaklah mengherankan bila PPP tidk sesuai dengan data yang ada. PPP relative kadang-kadang memang agak sesuai dengan data, namun biasanya ia juga agak menyimpang.melalui penyajian data ES/DM atau kurs dollar DM serta nisbah tingkat harga Amerika-Jerman atau PUS/PG antara 1964 hingga 1988, mengungkapkan kelemahan PPP relative. Tingkat bunga diukur berdasarkan indeks yang dilaporkan pemerintah Amerika dan Jerman. PPP relative memprediksi bahwa ES/DM dan PUS/PG akanbergerak secara proporsional. Sebagaimana bisa Anda saksian did lam gambar, prediksi ini ujud hingga 1970. Namun hanya terwujud hingga 1970. Namun sejak saat itu, PPP sama sekali tidak berlaku dengan terjadinya depresiasi dollar yang sangat tajam terhadap DM antara 1970 hingga 1973, sekalipun tingkat harga Amerika Serikat dibandingkan dengan tingkat harga Jerman mengalami sedikit penurunan selama periode tersebut. Antara 1973 hingga 1979, kehandalan PPP nampaknya lebih Nampak sehubungan dengan terjadinya kenaikan relative tingkat harga Amerika terhadap tingkat harga Jerman yang disertai dengan terjadinya depresiasi dollar terhadap DM selama periode tersebut. Akan tetapi besarnya depresiasi dollar dari 1973 sampai 1979 melebihi prediksi PPP. Penyimpangan dramatis dari PPP relative berlangsung di tahun-tahun setelah 1979. Pada tahun-tahun itu dollar pertama-tama mengalami apresiasi besar-besaran terhadap DM sekalipun tingkat harga Amerika mengalami kenaikan relative terhadap tingkat harga Jerman, selanjutnya mengalami depresiasi yang jauh melebihi prediksi PPP. PPP relative tidak berlaku salama periode 1964-1983. Selama dua penggal decade itu, presentase3 kenaikan kurs dollar /DM hamper sama dengan presentase kenaikan relative tingkat harga Amerika terhadap tingkat harga Jerman. Namun apabila kita lihat jauhnya pergeseran antara PPP relative selama periode 1964-1983 dan yang ada sejak 1983, nampaknya PPP tidak bisa diandalkan untuk menjelaskan pergerakan kurs dalam jangka panjang. Penelitian mengenai mata uang lainnya pada umumnya mendukung fakta yang ditunjukkan oleh gambar tersebut. PPP relative tidak bisa berbicara banyak mengenai kondisi setelah awal 1970an, namun ia bisa dijadikan pedoman untuk memahami hubungan antara kurs dan tingkat harga nasional pada 1960an. Anda akan ketahui nanti dari pembahasan berikutnya, bahwa periode antara akhir Perang Dunia Kedua di tahun 1945 hingga awal 1970an juga merupakan suatu periode di mana kurs ditetapkan secara internasional melalui serangkaian intervensi bank-bank sentral terhadap pasar valuta asing. Selama paruh pertama dekade 1920an, sama halnya dengan pada periode 1970an dan 1980an, kurs langsung terbentuk oleh pasar.pada masa-masa inilah, penyimpangan-penyimpangan mencolokdari PPP tercipta. SEBAB-SEBAB GUGURNYA PPP Ada beberapa kelemahan mencolok dari logika yang terkandung dalam teori PPP mengenai kurs yang didasarkan pada dalil satu harga. 1. Asumsi yang dianut oleh dalil satu harga bahwa biaya transport dan pembatasan perdagangan bias diabaikan, ternyata tidak dapat dipertahankan. Dalam kenyataan sesungguhnya, biaya trnspor dan pembatasan perdagangan tidak bias diabaikan. Pembatasan perdagangan ini terkadang demikian tingginya sehingga menghambat sebagian perdagangan barang dan jasa antar Negara. 2. Praktek-praktek monopolistic dan oligopolistic di berbagai pasar barang, bersama dengan biaya transport dan pembatasan perdagangan, semakin memperlemah keterkaitan harga atas barang yang sama di berbagai Negara. PPP DALAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG 3 Beberapa factor penyebab lemahnya bukti empiris PPP yang di bahas juga dapat mengakibatkan melebarnya perbedaan tingkat-tingkat harga nasional, bahkan dalam jangka pangjang sekalipun. Tingkat-tingkat harga memang tetap memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri menuju posisi pasar yang seimbang, namun terdapat jenis harga yang kaku dan memerlukan banyak waktu untuk menyesuaikan diri secara penuh. Oleh karena itu penyimpangan dari PPP dalam jangka pendek lebih besar dareipada jangka panjang. Depresiasi dollar secara besar-besaran terhadap seluruh mata uang lainnya, misalnya menyebabkan harga peralatan pertanian Amerika relative lebih murah dibandingkan dengan peralatan serupa buatan luar negeri. Karena itu para petani di seluruh dunia mengalihkan permintaan mereka akan traktor dan mesin penuai kepada para produsen Amerika. Pada gilirannya, hal tersebut menyebabkan harga peralatan Amerika cenderung meningkat dan memperkecil penyimpangan terhadap dalil satu harga yang bersumber dari depresiasi dollar tadi. Tapi proses kenaikan harga secara penuh ini perlu waktu. Sementara pasar tengah menyesuaikan diri terhadap kurs, selisih harga peralatan pertanian buatan Amerika dan Negara-negara lain bias saja semakin melebar. Mungkin orang sering berpendapat bahwa kekakuan harga dalam jangka pendek dan gejolak kurs dapat membantu menjelaskan sebuah fenomena yang kita singgung tatkala membahas gambar 15-3, yakni bahwasannya penyimpangan dari PPP relative jauh lebih mencolok dalam periode kurs mengambang. Penafsiran data seperti itu ternyata ditunjang oleh hasil penelitian empiris baru-baru ini. Dalam sebuah penelitian seksama yang meliputi banyak Negara dan periode-periode bersejarah, Michael Musa dari Universitas Chicago membandingkan jangkauan penyimpangan jangka pendek dari PPP pada masa system kurs tetap dan masa system kurs mengambang. Ia mendapati bahwa system kurs mengambang secara sistematis mengakibatkan penyimpangan jangka pendek dari PPP yang jauh lebih besar dan lebih sering. 3 LEBIH JAUH MENGENAI PPP : SEBUAH MODEL UMUM KURS DALAM JANGKA PANJANG Mengapa kita begitu banyak membahas teori PPP, padahal teori ini banyak keterbatasannya dan bahkan Nampak kontradiktif dengan data yang ada? Kerana gagasan dasar PPP dalam mempertautkan kurs jangka panjang dengan tingkat-tingkat harga nasional merupakan awal pembahasan yang penting dan harus dipahami dengan baik. Pendekatan moneter yang telah disinggung di atas mengabaikan PPP, dan ternyata terlalu sederhana untuk memberikan prediksi akurat kondisi yang ada di dunia nyata. Lagi pula keterbatasan PPP itu sudah kita ketahui sebab-sebabnya. Berikut ini kita akan mengembangkan sebuah model umum mengenai terbentuknya kurs dalam jangka panjang. Meskipun lebih rumit daripada pendekatan meneter, model ini lebih mampu menjelaskan perilaku kurs yg sesungguhnya. Model umum yang akan kita kembangkan ini juga memberi alasan tambahan atas pentingnya konsep PPP. Model ini mampu menunjukkan situasi-situasi penting tertentu dimana prediksi pendekatan moneter yang sederhana itu benar-benar akurat dalam jangka panjang. Situasi yang memungkinkan hal ini terjadi adalah situasi dimana perubahan moneter merupakan penyebab utama terjadinya gejolak ekonomi. Analisis jangka panjang berikut ini juga mengabaikan komplikasi-komplikasi jangka pendek yang bersumber dari kekuatan harga. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pemahaman terhadap perilaku kurs dalam jangka panjang merupakan syarat untuk mengadakan analisis jangka pendek. KURS RIIL Langkah awal dalam pengembangan teori PPP adalah dengan mengetahui konsep kurs riil. Kurs riil antar mata uang dari dua Negara merupakan rangkuman garis besar atas segenap harga relative barang dan jasa Negara yang satu terhadap barang dan jasa Negara lainnya. Kita perlu mengetahui karena prediksi pokok PPP menganggap kurs riil tidak pernah berubah, paling tidak secara permanen. Guna mengembangkan model yang dapat melukiskan kondisi sesungguhnya secara lebih akurat, kita perlu mengkaji secara sistematis berbagai kekuatan 3 yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dramatis dan permanen dalam kurs riil. Sebagaimana telah kita saksikan, kurs riil itu penting bukan hanya Karena ia dapat mengkuantifikasilan penyimpangan dari PPP, tetapi juga konsep ini merupakan landasan analisis terhadap kondisi-kondisi penawaran dan permintaan makroekonomi dalam perekonomian terbuka. Kita harus membedakan suatu kurs riil (yang merupakan harga relative antara dua output) dengan kurs nominal (nominal exchange rate) yang merupakan harga relative antara dua mata uang. Namun pembahasan yang tidak memerlukan pembedaan khusus ini istilah “kurs” yang kita pakai akan mengacu pada pengertiannya sebagai kurs nominal. Sebenarnya kurs riil merupakan gabungan angka kurs nominal dan tingkat harga. Oleh karena itu sebelum kita mendefinisikan kurs riil secara lebih terinci, kita perlu menjelaskan ukuran tingkat harga yang akan kita gunakan. Seperti biasa kita gunakan lambing P US untuk tingkat harga Amerika Serikat dan PG untuk tingkat harga Jerman. Oleh karena itu kita tidak mengasumsikan adanya PPP absolute (ini kita lakukan dalam pembahasan mengenai pendekatan moneter), kita tidak perlu lagi berasumsi bahwa tingkat harga dapat diukur atas dasar komoditi acuan yang sama, baik di Amerika Serikat maupun Jerman. Karena kita juga akan menghubungkan analisis kita dengan factor-faktor moneter, kita memerlukan indeks harga masing-masing Negara yang dapat menjelaskan dengan baiik mengenai pembelanjaan apa saja yang memotivasi penduduknya melontarkan permintaan akan penawaran uangnya. Memang tidak ada tingkat harga yang dapat melakukan fungsi tersebut secara sempurna. Betapapun kita harus memiliki suatu pedoman agar kita dapat mendefinisikan kurs riil secara formal. Oleh karena itu mari kita anggap saja PUS sebagai harga dollar dari sejumlah komoditi baku yang selalu dikonsumsikan setiap minggunya oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Amerika. Begitu pula PG, yakni sebagai harga komoditi yang setiap minggu selalu dibeli oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Jerman. Yang penting untuk diingat adalah bahwasannya tingkat harga Amerika Serikat mewakili sejumlah komoditi yang diproduksi dan dikonsumsikan di Amerika Serikat, sedangkan tingkat harga Jerman mewakili sejumlah komodity yang diproduksi dan dikonsumsikan di Jerman. 3 Kenaikan kurs riil dollar/DM qS/DM (yang disebut depresiasiriil dollar terhadap DM) bias menimbulkan berbagai implikasi. Yang paling mencolok, sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan rumus tersebut, kenaikan itu akan mengakibatkan penurunan daya beli dollar si wilayah Jerma bila dibandigkan dengan daya belinya di wilayah Amerika. Perubahan daya beli ini terjadi karena harga dollar dari barang-barang Jerman mengalami kenaikan relative terhadap harga dollar di barang-barang Amerika. Dalam contoh numeric kita, depresiasi nominal dollar sebesar 10% menyebabkan qS/DM menungkat menjadi 1,1 komoditi Amerika per komoditi Jerman, ini merupakan depresiasi riil dollar terhadap DM sebesar 10%. Depresiasi ini berarti bahwa daya beli dollar terhadap barang maupun jasa Jerman turun 10% bila dibandingkan dengan daya belinya terhadap barang dan jasa Amerika. Meskipun banyak unsure di tingkat harga nasional tidak bias diperdagangkan secara internasional, kita bias menganggap kurs riil dollar/DM, atas q S/DM, sebagai harga relative produk-produk Jerman secara keseluruhan terhadap produk-produk Amerika. Harga relative itu adalah harga jual beli hipotesis atas komoditi Jerman yang dilakukan oleh orang-orang Amerika (jual beli itu akan berlangsung bila jual beli terhadap harga-harga domestic dimungkinkan). Dollar dianggap mengalami depresiasi secara riil terhadap DM bila qS/DM meningkat karena daya beli hipotesis dari produk-produk Amerika secara keseluruhan terhadap produk Jerman menurun. Barang dan jasa Amerika menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang dan jasa Jerman. Adapun apresiasi riil dollar terhadap DM merupakan penurunan dalam q S/DM. penurunan ini menunjukkan merosotnya harga relative dari produk-produk di Jerman, atau meningkatnya daya beli dollar di Jerman (bila dibelanjakan di Jerman) dibandingka dengan daya belinya di Amerika. Cara kita menyatakan depresiasi maupun apresiasi riil dollar terhadap DM sama dengan kita yang kita gunakan pada kurs nominal (yaitu ES/DM) artinya adalah depresiasi dollar, ES/DM turun berarti dollar mengalami apresiasi. Rumus yang telah dibahas tadi menunjukkan bahwa 3 bila harga-harga output tidak berubah, depresiasi maupun apresiasi nominal akan menimbulkan depresiasi atau apresiasi riil, dan demikian juga sebaliknya.jadi pembahasan kita mengenai perubahan kurs riil juga melibatkan, pada kasus khusus pengamatan yang telah kita lakukan pada bab sebelumnya yaitu bila harga uang domestic dan berbagai barang tetap, maka depresiasi dollar akan mengakibatkan barang-barang di Amerika menjadi lebih murah jika dibandingkan barang-barang dari Negara lain, sedangkan apresiasi nominal dollar menyebabkanhal sebaliknya yaitu membuat barang Amerika menjadi lebih mahal. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN KURS RIIL JANGKA PANJANG Mudah dipahami bahwa jika kondisi PPP tidak ada, maka nilai-nilai jangka panjang dari kurs riil, seperti halnya harga-harga relative lainnya yang menyeimbangkan pasar, akan ditentukan oleh kondisi-konsdisi penawaran dan permintaan. Namun karena kurs riil selalu mengikuti perubahan harga relative antara komoditi acuan dari dua Negara, maka berbagai kondisi kedua Negara itu kompleks, dan k tidak perlu membahasnya secara panjang lebar. Focus kita adalah pada kedua kasus yang selain mudah juga dalam prakteknya penting untuk menjelaskan mengpa nilai-nilai jangka panjang kurs riil dapat berubah-ubah. 1. Perubahan seimbang dalam total penawaran Amerika relative terhadap permintaan luar negeri. Andaikanlah pembelanjaan total masyarakat Amerika atas berbagai barang dan jasa mengalami kenaikan relative terhadap pembelanjaan masyarakat Jerman. Kita mengasumsikan perubahan pembelanjaan ini “seimbang” dalam arti bahwa setiap unit pembelanjaan atas masing-masing kategori output mengalami kenaikan secara proporsional dari tingkat pembelanjan semula. (Sebagai contoh, masyarakat Amerika menaikkan pembelanjaan mereka atas setiap jenis barang dan jasa sebesar 3% ) karena daya beli masyarakat Amerika sebagian besar adalah produk-produk buatan Amerika (demikian pula dengan pembelanjaan masyarakat Jerman yang sebagian besar tertuju pada produk-produk buatan negaranya sendiri), maka kenaikan seimbang pembelanjaan masyarakat Amerika secara relative terhadap pembelanjaan masyarakat Jerman akan mengakibatkan terciptanya kelebihan permintaan ralatif akan produkproduk Amerika pada kurs riil semula. Agar keseimbangan tercipta kembali, harga relative produk nontradable Amerika terhadap produk nontradable Jerman harus miningkat. Dengan meningkatnya harga produk secara besar-besaran, juga mengalami kenaikan relative terhadap 3 produk tradable Jerman. Segenap perubahan ini membuat qS/DM atau harga relative komoditi baku Jerman terhadap harga komoditi Amerika, mengalami penurunan. Disini bisa kita simpulkan bahwa kenaikan relative keseimbangan dalam permintaan Amerika mentebabkan terjadinya apresiasi jangka panjang atas kurs riil dollar/DM. demikian pula, penurunan yang relative seimbang dalam permintaan Amerika menimbulkan depresiasi jangka panjang atas kurs riil dollar/DM. 2. perubahan seimbang dalam penawaran relative output. Kini diumpamakan saja efisiensi produksi tenaga kerja dan modal Amerika naik secara seimbang, baik dalam sector tradable maupun nontradable. Karena masyarakat Amerika menggunakan sebagian kenaikan pendapatannya untuk membeli produk luar negeri, maka penawaran atas semua jenis barang dan jasa Amerika mengalami kenaikan relative terhadap permintaannya. Akibatnya terciptalah kelebihan penawaran relative atas output Amerika pada kurs. Ini menimbulkan kemerosotan harga relative berbagai produk Amerika, baik yang tradable maupun yang nontradable, yang pada gilirannya akan menyesuaikan tingkat penawaran tersebut, sehingga kelebihan tdi akan menyusut. Jadi, kenaikan seimbang relative output Amerika mengakibatkan kurs riil dollar/DM mengalami depresiasi dalam jangka panjang. Adapun kenaikan seimbang relative output Jerman mengakibatkankurs riil dollar/DM mengalami apresiasi dalam jangka panjang. 3 MODUL XII PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Strategi Pembangunan Ekonomi Apakah Indonesia pernah menentukan atau memilih suatu strategi pembangunan tertentu dan kemudian menerapkannya melalui berbagai kebijakan yang konsisten? Jawaban terhadap pertanyaan ini mungkin cenderung ‘tidak’, sama seperti yang dikatakan oleh Griffin mengenai kebanyakan negara-negara sedang berkembang lainnya. Berbagai kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia pada era pemerintahan Orde Baru pada dasarnya tidak didassarkan pada suatu strategi yang jelas yang dipilih secara sengaja. Kalaupun ada, tidak ditopang dengan kebijakan-kebijakan operasional secara konsisten. Secara sektoral, mungkin strategi pembangunan yang diterapkan secara konsisten dan berhasil adalah pembangunan di sektor pertanian padi sawah dalam kaitannya dengan upaya untuk mencapai dan mempertahankan swasembada beras. Sedangkan dalam sektor industri, Indonesia lebih berat berkonsentrasi pada industri subtitusi impor dan barang konsumsi lainnya untuk pasar domestik. Sedangkan industri berorientasi ekspor hanya terkonsentrasi pada sejumlah jenis komoditas yang terbatas antara lain produk-produk dari kayu dan tekstil. Richard Pomfred (1997) mengatakan bahwa Indonesia dan juga Malaysia dan Thailand samasama menerapkan strategi subtitusi impor sejak awal 1970-an tetapi pertumbuhan ekonominya lebih banyak didukung oleh sektor pertanian (agricultural-led growth) dan ekpor produk primer (primary export growth). Baru pada pertengahan 1980-an ekspor di negaranegara ini mulai didukung oleh labour-intensive manufacture industries. Menurut Pomfret, Indonesia dan Malaysia membangun industrinya dengan melihat pada Korea Selatan sebagai model tetapi dengan micro economic intervention yang kuat untuk industri kebanggaan mereka (mobil bagi Malaysia dan kapal terbang bagi Indonesia) 3 Ada tiga pendekatan dalam pembangunan industri yang pernah diusulkan pada Jaman Orde Baru yaitu: (i) kelompok yang menginginkan agar industri Indonesia sebaiknya adalah industri yang memanfaatkan sumber/bahan baku domestik; (ii) industry yang berbasis tekhnologi tinggi yang dipelopori oleh Prof. B.J. Habibie, dan (iii) kelompok yang mengusulakn pengembangan industri yang mepunyai keunggulan komparatif. Pendapat lain mengatakan bahwa industrialisasi yang berhasil di Indonesia seharusnya melalaui proses sebagai berikut: Pertama, industri asembling atau industri ‘tukang jahit’ dimana pada tahap ini harus terjadi proses alih teknologi. Pada tahap ke dua, industri tersebut sudah harus mampu membangun atau menciptakan brand image dan mengukuhkannya. Tahap ke tiga, peningkatan kualitas dengan harga yang bersaing disamping sudah ada perbaikan dalam aspek design dan atau estetika. Tahap ke empat, mengembangkan R & D agar tetap bertahan dalam persaingan di pasar global. Kwik Kien Gie (1999) mengatakan bahwa pola pembangunan industri di Indonesia yang katanya bersifat broad spectrum atau broad base, ternyata hanya menghasilkan industriindustri perakitan dengan ketergantungan tinggi pada impor. Fenomena ini oleh Professor Akamatsu (Limlingan, 1999) disebut sebagai flying geese strategy atau no-bariner strategy yang menggambarkan tentang masalah yang dihadapi sektor industri di negara-negara Asia karena mengekor atau meng-copy apa yang dilakukan Jepang sebagai pemimpin. Professor Akamatsu membuat analogi perkembangan industri manufaktur di Asia sebagai suatu formasi angsa terbang (flying geese) dengan Jepang sebagai angsa yang memimpin di depan. Angsa-angsa yang mengikuti persis di belakang Jepang adalah Korea Selatan, Hong Kong , Taiwan dan Singapore. Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia dan Brunei sebagai barisan ketiga dalam formasi tersebut dan baris keempat diisi oleh India, Cina. Bangladesh, Myanmar, Cambodia, Laos, Vietnam, PNG dan Sri Lanka. Strategi industrialisasi yang dianut adalah export promotion industry yang didukung dengan upah buruh yang rendah. 3 Strategi pembangunan ekonomi alternatif bagi Indonesia Potensi ekonomi Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor pertanian dan industri manufaktur. Apakah ada semacam kombinasi yang tepat dari berbagai strategi pembangunan ekonomi seperti yang dikaji Griffin untuk Indonesia? Menurut pendapat penulis, kebijakan ekonomi seperti yang ‘dipaksakan’ oleh IMF – yang pada prinsipnya bernuansa neoclassic atau monetarist – adalah yang terbaik untuk Indonesia dalam jangka panjang. Idealnya, campur tangan pemerintah minimal, hilang atau berkurangnya berbagai bentuk distorsi pasar dan market-diriven productive activities. Hanya saja, karena perekonomian Indonesia telah dibentuk dalam kondisi terdistorsi selama tiga dekade, maka kebijakan apapun yang ditempuh tetap akan menimbulkan berbagai dampak instabilitas jangka pendek. Dosis instabilitas ini yang perlu ditimbang-timbang agar tidak melebihi kemampuan absorbsi masyarakat dan perekonomian Indonesia agar tidak menimbulkan persoalan baru. Dengan demikian, dalam jangka pendek memang masih diperlukan intervensi pemerintah dalam usaha menciptakan suatu kondisi yang condusive agar perekonomian dapat diarahkan untuk pada akhirnya dapat berfungsi melalui kekuatan mekanisme pasar. Distorsi pasar seperti monopoli dan monopsoni harus segera dihilangkan. Distor-distorsi seperti kebijakan subsidi BBM, subsidi pupuk, bea masuk gula pasir dan beras harus dihilangkan secara bertahap agar tidak memberatkan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan petani. Selain itu, restrukrisasi secara bertahap juga memberi kesempatan kepada berbagai berbagai kegiatan produktif yang terkait untuk merencanakan dan mengadakan pengalihan investasi. Selain itu, kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia ‘terpaksa’ harus secara sengaja berorientasi kepada kepentingan banyak orang. Mereka ini adalah petani,nelayan dan buruh, 3 yang masuk dalam kelompok 40 - 50 persen kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Konsekuensinya, pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa hanya mengejar tingkat pertumbuhan GDP. Bahkan perlu ditetapkan secara eksplisit berapa bagian dari target pertumbuhan GDP yang akan disumbangkan oleh kelompok masyarakat berpendapatan rendah tersebut. Selain aspek ekonomi, bagi Indonesia saat ini, berjalan dan berhasilnya atau tidaknya strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor penting lainnya seperti : pemerintahan yang kuat dan bersih (clean and strong government), penegakan hukum (law envorcement) dan kestabilan politik dalam negri. Jika Indonesia ingin belajar dari pengalaman Korea Selatan, kita dapat berkonsentrasi pada upaya membangun faktor-faktor yang di Korea Selatan dianggap sangat berperan dalam kesuksesan industrialisasi di negara tersebut. Professor Dong-Sung Cho (1997) dari Universitas Nasional Seoul mengembangkan model ‘berlian’ dari competitive strategy-nya Michael E. Porter untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang menentukan keunggulan dalam daya saing internasional industri Korea Selatan. Diamond model (model berlian) dari Porter mengatakan bahwa daya saing internasional (international competitiveness) sebuah negara adalah faktor: (1) strategi, struktur dan sistem persaingan antar perusahan; (2) sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara; (3) permintaan domestik; dan (4) keberadaan industri terkait dan pendukung. Disebut model berlian karena ke empat faktor tersebut disusun sedemikian rupa dalam satu kotak sehingga merupai bentuk berlian. Faktor dari luar kotak yang juga sangat menentukan daya saing internasional suatu negara adalah faktor pemerintah serta faktor akses dan kesempatan. Jika ke sembilan faktor tersebut dilihat dalam konteks Indonesia saat ini maka, mungkin dapat dikatakan bahwa dalam jangka pendek ini yang pasti dimiliki Indonesia adalah sumber daya (alam). Delapan faktor yang lain masih perlu waktu pembenahan dan atau pengembangan lebih lanjut. Dampak krisis ekonomi masih terasa dampaknya pada potensi permintaan pasar domestik serta pada dinamika dalam lingkungan bisnis dan berbagai industri 3 pendukung. Pembenahan dalam tubuh birokrasi untuk mengurangi praktek-praktek KKN masih akan memakan waktu lama. Namun demikian, terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, Indonesia mempunyai potensi untuk memajukan ekonominya jika sembilan faktor yang dikemukakan oleh Dong-Sung Cho dapat difungsikan untuk bisa berperan secara optimal. 3 MODUL XIII PEREKONOMIAN INDONESIA Pokok Bahasan: Redenominasi Tujuan Instruksional : 1. Mahasiswa memahami tentang konsep redenominasi. 2. Mahasiswa memahami perbedaan antara redenominasi dengan sanering. Topik Pembahasan Dengan semakin berkembangnya perekonomian, jumlah digit mata uang Rupiah yang digunakan dalam transaksi dan pencatatan data statistik akan semakin bertambah. Saat ini, digit mata uang Rupiah merupakan yang terbesar kedua di dunia. Kebutuhan mata uang berdenominasi lebih besar akan meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin tumbuh dan berkembang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan inefisiensi dalam perekonomian, ketidaknyamanan dalam menggunakan uang Rupiah, serta kendala teknis dalam transaksi pembayaran non tunai dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Hal-hal tersebut menjadi dasar pertimbangan perlunya melakukan redenominasi Rupiah. Latar Belakang Definisi redenominasi Redenominasi mata uang Rupiah adalah proses menyederhanakan penyebutan/penulisan denominasi (pecahan) Rupiah dengan cara menghilangkan sejumlah angka nol tanpa mengurangi daya beli atau nilai mata uang tersebut. Redenominasi berbeda dengan sanering. Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang karena harga-harga barang tidak mengalami perubahan, sehingga daya beli efektif masyarakat menurun. Sanering pernah dilakukan Indonesia pada tahun 1959, nilai uang kertas diturunkan dari Rp1.000,- menjadi Rp100,- dan dari Rp500,menjadi Rp50,- sehingga harga-harga barang mengalami kenaikan yang tajam. Kebijakan sanering saat itu ditujukan untuk mengurangi jumlah uang beredar akibat 3 melonjaknya hargaharga barang dan jasa. Inefisiensi perekonomian, terutama sebagai akibat : 1. Waktu dan biaya transaksi cukup besar. 2. Kebutuhan pengembangan infrastruktur untuk sistem pembayaran non-tunai di masa mendatang dengan biaya yang cukup signifikan. 3. Meningkatnya biaya pengadaan uang baru dengan pecahan yang lebih besar untuk mengakomodasi kebutuhan pembayaran tunai yang semakin meningkat. Implikasi Denominasi Rupiah Saat ini aspek psikologis, terutama sebagai akibat: 1. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing termasuk yang terendah di antara negara ASEAN. 2. Nilai riil uang rupiah sangat rendah diukur dari transaksi untuk membiayai keperluan masyarakat sehari-hari. Banyaknya digit angka menimbulkan kendala teknis, terutama pada (1) Alat transaksi yang digunakan sehari-hari seperti: argotaxi dan pompa bensin, mesin kasir; (2). Beban penyimpanan, pengolahan dan pelaporan data. Kendala penyajian data secara angka penuh a.l. data DB mencapai 16 digit. (3) Penyesuaian sistem aplikasi (perangkat lunak) dari waktu ke waktu. Terdapat transaksi dengan jumlah digit melebihi maksimal 14 digit yang tersedia dalam aplikasi sehingga harus dilakukan pemecahan transaksi. 3. Efisiensi perekonomian terjadi pada banyak aspek, a.l: sistem pembayaran lebih efisien, harga-harga yang tercantum lebih sederhana, proses pencatatan, penyimpanan, pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan keuangan/statistik lebih pendek, cepat, dan dapat disajikan dalam angka penuh, dan dalam aspek Teknologi Informasi, redenominasi akan mengurangi penyesuaian software dan hardware yang diperlukan terkait keterbatasan software dan hardware tersebut dalam mengakomodir digit angka yang semakin besar. Berkurangnya hambatan/kendala teknis berupa risiko kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau kegiatan statistik lainnya. 6 Untuk mengatasi tantangan dan kendala teknis, meningkatkan efisiensi perekonomian, 3 serta memupuk kebanggan nasional akan mata uang rupiah maka diperlukan kebijakan redenominasi matauang Rupiah. Persepsi/kepercayaan masyarakat lebih tinggi terhadap uang Rupiah: harga berubah pada kisaran yang lebih sempit mendukung upaya mengarahkan ekspektasi inflasi ke level yang lebih rendah, •mengurangi risiko currency substitution. Hal ini mendukung nilai Rupiah yang lebih stabil, •Mendukung kesetaraan ekonomi dengan kawasan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Motivasi Pelaksanaan Redenominasi Rupiah 7 Prasyarat dan Tantangan Pelaksanaan Redenominasi Rupiah Kunci keberhasilan program redenominasi: 1. Stabilitas makro ekonomi. 2. Dukungan yang penuh dari seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah, parlemen, otoritas terkait, dan pelaku bisnis. 3. Tersedianya landasan hukum yang cukup kuat yang mengatur redenominasi. 4. Sosialisasi kepada publik dan edukasi yang intensif agar : tidak terjadi kenaikan hargaharga secara berlebihan akibat tindakan pelaku ekonomi yang memanfaatkan struktur pasar oligopolistik untuk sejumlah barang kebutuhan pokok masyarakat. Program redenominasi tidak dianggap sebagai program sanering, seperti yang pernah dilakukan Indonesia pada 1965. 5. Pemilihan waktu pelaksanaan yang tepat Redenominasi dilakukan apabila seluruh prasyarat yang diperlukan bagi keberhasilan program redenomiasi telah terpenuhi. Mekanisme Pelaksanaan Redenominasi Pada prinsip nya akan dilakukan penggantian mata uang Rupiah lama dengan Rupiah baru. Seluruh aset dan kewajiban dalam Rupiah lama (termasuk tabungan di bank), harga-harga jual beli, sewa, dan kontrak (termasuk upah dan gaji) akan diredenominasikan dengan menghilangkan angka nol misalnya sebanyak 3 buah. Pada masa transisi harga-harga akan dinyatakan dalam 2 pecahan mata uang Rupiah lama dan Rupiah batu dan setiap orang dapat menentukan akan membayar dalam uang Rupiah lama atau Rupiah baru. Tahapan kebijakan redenominasi 3 Secara garis besar, pengalaman beberapa negara yang telah melaksanakan redenominasi menempuh beberapa tahapan yang di bagi dalam 4 (empat) tahapan besar, yaitu: Tahap penyiapana. l. Penyusunan blue print langkah-langkah pelaksanaan, dasar hukum yang kuat (dapat berupa UU) atau produk hukum lainnya untuk pelaksanaan program redenominasi, evaluasi atas sistem pembayaran, sistem akuntansi dan TI. Penyusunan strategi komunikasi & sosialisasi kepada Pemerintah dan stakeholders serta edukasi kepada masyarakat luas. Rencana pencetakan uang & strategi distribusinya. dll. T Tahap pemantapan a.l. meliputi: pelaksanaan komunikasi & koordinasi dengan Pemerintah, sosialisasi kepada stake holders & edukasi kepada masyarakat luas. Penyesuaian infrastruktur sistem pembayaran, akuntansi & TI. Dll Tahap implementasi dan transisi: penerbitan uang baru bersama-sama dengan tetap berlakunya uang lama (dual circulation); penerapan dual price tagging serta penarikan uang lama secara bertahap sesuai kebutuhan perekonomian. Penerapan dual book entry/pelaporan apabila diperlukan dll. Tahap phasing out a.l.: penarikan uang lama dan pernyataan tidak berlakunya uang lama serta penggunaan uang baru sebagai satu-Satunya alat pembayaran yang sah. Agar tahapan ini berjalan lancar, kegiatan ini merupakan satu kesatuan dengan kegiatan Pemerintah yang dikoordinasikan dengan erat serta mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Kesimpulan : 1. Kita membutuhkan Redenominasi. Dengan proyeksi perekonomian Indonesia yang tumbuh pesat, banyaknya jumlah digit denominasi Rupiah dalam jangka panjang akan menyebabkan kegiatan ekonomi yang kurang efisien, ketidak nyamanan secarapsikologisbagimasyarakatdalammelakukantransaksitunai, dan menimbulkan kendala teknis. Kebijakan redenominasi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi perekonomian, meningkatkan kebanggaan nasional akan mata uang rupiah, dan mengatasi berbagai kendala teknis. 3 2. Pada 2013 dianggap waktu yang tepat. Dari sisi makro ekonomi, perkiraan kondisi makro ekonomi yang terjaga hingga tahun 2014, khususnya path inflasi yang menurun dan pertumbuhan yang meningkat, memberikan ruang yang kondusif dan timing yang tepat untuk pelaksanaan redenominasi mata uangRupiah. 3. Resiko-risiko harus di mitigasi. Terutama risiko ketidakpastian ekonomi global maupun kondisi sosial politik di dalam negeri dan utamanya dukungan penuh dari masyarakat. 3