Inflasi dan Pengangguran - Perekonomian Indonesia

advertisement
LAPORAN AKHIR
HIBAH PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN
PROGRAM PEMBUATAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK
PHKI TAHUN 2012
PEREKONOMIAN INDONESIA
Sugiyanto, SE.MM.
Dibiayai oleh:
Dana Hibah Pengajaran PHKI
Tahun Anggaran 2012
Dengan kontrak Nomor:
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Esa Unggul
Oktober 2012
3
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
HIBAH PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN
PROGRAM PEMBUATAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK
PHKI TAHUN 2012
1. Judul Mata Kuliah
2. Kode Mata Kuliah
3. Jenjang
4. Kelompok Mata Kuliah
5. Pengajar Utama
6. Program Studi
7. Departemen
8. Alamat e-mail
9. Telepon seluler/HP
10. Semester Pelaksanaan
: Perekonomian Indonesia
:
: S1
: Wajib
: Sugiyanto, SE, MM.
: Manajemen
: Manajemen
: [email protected],
: 5674223
: Semester Ganjil 2012/2013
Jakarta, Oktober 2013
Menyetujui
Dekan Fakultas Ekonomi
Dosen Pengampu
Dr. M. Arrozi
Sugiyanto, SE.MM.
3
MODUL I
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Sistem Perekonomian
Tujuan Instruksional :
Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian sistem perekonomian yang ada dan pokokpokok pikiran tentang sistem ekonomi di Indonesia.
Pengertian Sistem :
Banyak ahli di berbagai disiplin ilmu mengemukakan pendapatnya mengenai arti sistem.
Namun, apapun definisinya suatu sistem perlu memiliki ciri sebagai berikut :
1. Setiap sistem memiliki tujuan;
2. Setiap sistem memiliki “batas” yang memisahkannya dari lingkungan;
3. Walau mempunyai batas, sistem tersebut bersifat terbuka, dalam arti berinteraksi
juga dengan lingkungannya;
4. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem yang biasa juga disebut dengan
bagian, unsur, atau komponen;
5. Walau sistem tersebut terdiri dari berbagai komponen, bagian, atau unsur­unsur, tidak
berarti bahwa sistem tersebut merupakan sekedar kumpulan dari bagian-bagian, unsur,
atau komponen tersebut, melainkan merupakan suatu kebulatan yang utuh dan padu,
atau memiliki sifat 'wholism';
6. Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam sistem (intern ) itu
sendiri, maupun antara sistem dengan lingkungannya;
7. Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah
masukan menjadi keluaran . Karena itulan inaka sistem sering disebut juga sebagai
'processor' atau 'transformator'·;
3
8. Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan
tersedianya
umpan balik;
9. Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan
mengatur diri sendiri dan mneyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan
secara otomatik.
·
Perkembangan Sistem Perekonomian
Subsistem, itulah sistem perekonomian yang terjadi pada awal peradaban manusia. Dengan
karakteristik perekonomian subsistem, orang melakukan kegiatan ekonomi dalam hal ini
produksi, hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau kelompoknya saja. Dengan kata
lain pada saat itu orang belum terlalu berfikir untuk melakukan kegiatan ekonomi untuk
pihak lain, apalagi demi keuntungan. Kalaupun orang tersebut harus berhubungan dengan
orang lain untuk mendapatkan barang lain, sifatnya adalah barter, untuk kepentingan
masing-masing pihak.
Dengan semakin berkembangnya jumlah manusia beserta kebutuhannya, semakin dirasakan
perlunya sistem perekonomian yang lebih teratur dan terencana. Sistem barter tidak lagi
dapat dipertahankan, mengingat hambatan­ hambatan yang dihadapi, seperti :
1. Sulitnya mempertemukan dua atau lebih pihak yang memiliki keinginan yang sama;
2. Sulitnya menentukan nilai komoditi yang akan dipertukarkan;
3. Sulitnya melakukan pembayaran yang tertunda;
4. Sulitnya melakukan transaksi dengan jumlah besar;
Dengan
hambatan-hambatan yang terjadi tersebut, mulailab para cendekiawan
memikirkan sistem perekonomian lain yang lebih bermanfaat dan dapat digunakan oleh
manusia. Hasil-hasil pemikiran para ahli itu adalah :
SISTEM PEREKONOMIAN PASAR ( LIBERAL KAPITALISME)
Dasar bekerjanya sistem ini adalah adanya kegiatan 'invisible hand'I tangan-tangan
yang tidak kelihatan yang dicetuskan oleh ahli ekonomi Adam Smith. Dasar ini berasal
3
dari paham kebebasan. Buku Adam Smith yang berjudul 'The Theory of Sentiments'
menjadi kerangka moral bagi ide-ide ekonominya ( 1159 ). Paham kebebasan ini sejalan
dengan pandangan ekonomi kaum klasik, dimana mereka menganut pahan 'Laissez faire',
yang mengendaki kebebasan melakukan kegiatan ekonomi, dengan seminim mungkin campur
tangan pemerintah.
Kaum klasik berpendapat seperti itu, karena mereka menganggap bahwa keseimbangan
ekonomi/pasar
akan tercipta dengan sendirinya.
Mekanisme pasarlah
yang
akan
mengatumya, kekuatan permintaan penawaran-lah yang akan mewujudkannya. Dasar
pemikiran kaum klasik tersebut adalah
I. Hukum 'SAY', yang mengatakan bahwa setiap komoditi yang diproduksi, tentulah ada
yang membutuhkannya. Dengan hukum ini para pengusahal produsen tidak Perlu
khawatir bahwa barang dagangannya akan sisa, karena berapapun yang ia produksi
tentu akan digunakan oleh masyarakat.
2. Harga setiap komoditi itu bersifat fleksibel. Dengan demikian keseimbangan akan selalu
terjadi. Kalaupun terjadi ketidak seimbangan pasar (kekurangan atau kelebihan komoditi)
ito hanya bersifat sementara, karena untuk selanjutnya
keadaaan tersebut akan
kembali dalam kondisi seimbang ( equilibrium ). Sebagai contoh produksi melimpah,
meyebabkan harga komoditi bersangkutan menjadi murah. Karena harga sekarang
menjadi murah, masyarakat
berbondong-bondong untuk membelinya sehingga
komooiti tersebut berkurang drastis. Dan karena komoditi yang ada sekarang menjadi
sedikit
maka harga akan
naik kembali. Karena harga membaik, produsen akan
meningkatkan produksinya dengan harapan akan mendapat keuntungan yang lebih besar.
Karena produksi meningkat jumlah komoditi di pasar menjadi banyak sehingga
perlahan-lahan harga bergerak turon, begitulah keadaaan akan berlangsung. Dan dari
kedua keadaan tersebut akan mengarah terjadinya keseimbangan pasar. Dengan
demikian pemerintah tidak perlu ikut dalam proses tersebut.
Jika demikian pemikirannya, selanjutnya apa togas pemerintah ? Menurut kaum klasik,
togas pemerintah adalah :
3
1. Mengelola kegiatan yang tidak efisien jika ditangani oleh pihak swasta, sebagai misal
mengelola pamong praja dan sejenisnya.
2. Membantu memperlancar dan menciptakan kondisi yang mendukung kegiatan
ekonomi yang sedang berlangsung., Sebagai contoh membangun prasarana jalan agar
transportasi menjadi lancar, mengeluarkan kebijaksanaan yang mendukung, dan
sejenisnya.
Dengan kondisi perekonomian yang semacam itu, pemerintah memiliki tiga togas yang
sangat penting (Suroso, 1993) yakni :
a. Berkewajiban melindungi negara dari kekerasan dan serangan negara liberal
lainnya;
b. Melindungi setiap anggota masyarakat sejauh mungkin dari ketidak adilan atau
penindasan oleh anggota masyarakat lainnya atau mendirikan badan hokum yang
dapat diandalkan.
c. Mendirikan dan memelihara beberapa institusi atau saran untok umum yang tidak
dapat dibuat oleh perorangan dikarenakan keuntungan yang di dapat darinya
terlalu kecil sehingga tidak dapat menutupi biayanya.
Dengan perkataan lain di luar itu, kegiatan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada
swasta. Dengan terjadinya resesi dunia pada sekitar tahun 1930-an, kejayaan sistem ini
seakan-akan berakhir. Dari kejadian itulah kemudian muncul pandangan-pandangan untuk
memperbaiki sistem ini. Diantara para ahli yang cukup terkenal dan hingga sampai saat ini
pandangannya masih relefan adalah J..M. Keynes, yang antara lain berpendapat bahwa
negara, Yflllg merupakan suatu kekuatan di luar sistem liberalis ini haruslah ikut campur
tangan dalam kegiatan ekonomi agar pekerjaan selalu tersedia bagai semua warganya.
Secara umum karakteristik sistem ekonomi liberal kapitalisme adalah :
1. Faktor-faktor produksi (Tanah, modal, tenaga kerja, kewirausahawan) dimiliki dan
dikuasai oleh pihak swasta;
2. Pengambilan keputusan ekonomi bersifat desentralisasi, diserahkan kepada pemilik
3
faktor produksi dan akan dikoordinir oleh mekanisme·pasar yang berlaku;
3. Rangsangan insentif atau umpan balik diberikan dalam bentuk utama materi
sebagai sarana memotivasi para pelaku ekonomi;
• Proses bekerjanya sistem liberall kapitalisme ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Pasar komoditi
Sektor rumah
tangga
Faktor Produksi
SISTEM PEREKONOMIAN PERENCANAAN (ETATISMEISOSIAUS)
Pencetus ide mengenai sistem ekonomi etatisme adalah Karl Max, yang diilhami dengan
penderitaan kaum buruh yang terjadi saat itu, sebagai ulah para kaum kapitalis. Dalam
sistem ini praktis kegiatan ekonomi sepenuhnya diatur dibawah kendali negara. Sistem
ini dapat kita lihat pada negara yang menganut faham komunisme, seperti Uni Sovyet
misalnya. Tahap-tahap ide etatisme komunisme yang sempat muncul adalah ( kepada
masyarakat ) menurut kemampuannya,
dan setiap orang menerima sesuai dengan
karyanya.
Tahap tersebut berkembang menjadi 'setiap orang memberi sesuai dengan kemampuannya,
dan setiap orang menerima menurut kebutuhannya' dengan kata hiin 'distribusi menurut
kebutuhannya' ( Suroso, 1993 ).
Sistem sosialis sendiri terdiri dari :
1. Faktor-faktor produksi dimiliki dan dikuasai oleh pihak pemerintah/negara;
3
2. Pengambilan keputusan ekonomi bersifat sentralisasi dengan dikoordinasi
secara terencana;
3. Rangsangan dan insentif diberikan berupa material dan modal, sebagai sarana
motivasi bagi para pelaku ekonomi
Dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat dan tuntutan perekonomian
intemasional, tampaknya sistem sosialis terencana ini mulai ditinggalkan
oleh
penganutnya. Salah satu contoh adalah yang diawali oleh presiden Rusia, Gorbachev
dengan tindakan pembaharuannya. Dan akhir-akhir ini dengan mulai pecahnya negaranegara
berpaham komunis, yang di dalam perekonomianyil cenderung
bersistem
sosialis.
SISTEM EKONOMI CAMPURAN
Sistem ekonomi campuran ini adalah
merupakan kombinasi 'logis' dari ketidak
sempumaan kedua sistem ekonomi di atas (liberalisme dan etatisme). Selain resesi dunia
tahun 1930-an telah menjadi bukti ketidak sanggupansistem liberalis, langah Gorbachev
dan bubamya kerompok negara-negara komunis, menjadi bukti pula kerapuhan sistem
etatisme.
Sistem campuran mencoba mengkombinasikan kebaikan dari kedua sistem tersebut,
diantaranya menyarankan perlunya campur tangan pemerintah secara aktif
dalam
kebebasan pihak swasta dalam melaksanakan kegiatan ekonominya. Dengan keinginan
seperti ini, banyak negara kemudian memilih istem ekonomi campuran ini.
Perkembangan Perekonomian Indonesia
Sebelum Orde Baru
Sejak berdiringan negara Republik Indonesia, banyak sudah tokoh-tokoh negara· pada saat
itu telah merumuskan bentuk perekonomian yang tepat bagi bangsa Indonesia, baik secara
individu maupun melalui diskusi kelompok.
Sebagai contoh, Bung Hatta sendiri, semasa hidupnya mencetuskan ide, bahwa dasar
perekonomian Indonesia yang sesuai dengan cita:..cita tolong menolong adalah koperasi
3
(Moh. Hatta dalam Sri-Edi Swasono, 1985 ), namun bukan berarti semua kegiatan ekonomi
harus dilakukan secara koperasi, pemaksaan terhadap bentuk ini justru telah melanggar
dasar ekonomi koperasi. Demikian
juga dengan
tokoh ekonomi Indonesia saat itu,
Sumitro Djojohadikusumo, dalam
pidatonya di
menegaskan bahwa yang dicita-citakan
negara
Amerika ·tahun
adalah ekonomi semacam
1949,
campuran. Namun
demikian dalam proses perkembangan berikutnya disepakatilah suatu bentuk ekonomi baru
yang dinamakan sebagai Sitem Ekonomi Pancasila yang didalamnya mengandung unsur
penting yang disebut Demokrasi· Ekonomi.
Terlepas dari sejarah yang akan menceritakan keadaan yang sesungguhnya pernah terjadi di
Indonesia, maka menurut UUD'45, sistem perekonomian tercermin dalam pasal-pasal 23,
27, 33, dan 34.
Demokrasi Ekonomi dipilih, karena memiliki ciri-ciri positif yang diantaranya adalah
(Suroso, 1993) :
•
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan
•
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara
•
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikua ai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat
•
Somber-somber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan
lembaga -lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada
pada lembaga-lembaga perwakilan pula
•
Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki
serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak
•
Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat
•
Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga· negara dikembangkan sepenuhnya
dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum)
=
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara
3
Dengan demikian di dalam perekonomian Indonesia tidak mengijinkan adanya:
Free fiht liberalism, yakni adanya kebebasan usaha yang tidak terkendali sehingga
memungkinkan terjadinya eksploitasi kaum ekonomi yang lemah, dengan akibat semakin
bertambah luasnya jurang pemisah si· kaya dan si miskin.
Etatisme , yakni keikut sertaan pemerintah yang terlalu dominan sehingga mematikan
motifasi dan krea8i dari masyarakat untuk merkembang dan bersaing secara sehat.
Monopoli , suatu bentuk pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok tertentu,
sehingga tidak memberikan pilih311 lain pada konsumen untuk tidak mengikuti 'keinginan
sang ·monopoli'.
Meskipun pada awal perkembangannya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi
})ancasila. Ekonomi Demokrasi, dan 'mungkin campuran', namun bukan berarti sistern
perekonomian liberalis dan etatise tidak ·pemah terjadi di Indonesia. Awal tahun1950-an
sampai dengan tahun 1957-an merupakan bukti sejarah adanya corak liberalis daliim
perekonomian Indone­ sia.
Demikian
juga dengan
sistem
etatisme,
pemah
juga
mewamai corak perekonomian di tabu 1960-an sampai dengan masa orde baru.
Keadaan
ekonomi
Indonesia
antara
tahun
1950
sampai
dengan
tahun 1965-an
sebenamya telah diisi dengan beberapa program dan rencana ekonomi pemerintah. Diantara
progran-program tersebut adalah :
+ Program Banteng tahun . 1950, yang bertujuan membantu pengusaha pribumi
+ Program I Sumitro Plan tahun 1951
+
Rencana Lima Tahun Pertama, tahun 1955 -1960
+
Rencana Delapan Tahun
3
Namun demikian kesemua program dan rencana tersebut tidak memberikan basil yang
berarti bagi perekonomian Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan
adalah :
Program-program tersebut disusun oleh tokoh-tokoh yang relatif bukan bidangnya, namun
oleh tokoh politik, dengan demikian keputusan.: keputusan yang dibuat cenderung menitik
beratkan pada masalah politik, dan bukannya masalah ekonomi. Hal ini dapat dimengerti
mengingat pada masa-masa ini kepentingan politik tampak lebih dominan, seperti
mengembalikan negara Indonesia ke negara kesatuan, usaha mengembalikan Irian
Barat, menumpas pemberontakan di daerah-daerah, dan masalah politik sejenisnya.
Akibat lanjut dari keadaan di atas, dana negara yang seharusnya dialokasikan
untuk
kepentingan kegiatan ekonomi, justru dialokasikan untuk kepentingan p()litik dan perang.
Faktor berikutnya adalah, terlalu pendeknya masa kerja setiap kabinet yang dibentuk (
sistem parlementer saat itu ). Tercatat tidak kurang dari
13 kali kabinet berganti saat itu. Akibatnya program-program dan rencana ekonomi yang
telah disusun masing-masing kabinet tidak dapat dijalankan dengan tuntas, kalau tidak ingin
disebut tidak sempat berjalan.
Disamping itu program dan rencana yang disusun kurang memperhatikan potensi dan
aspirasi dari berbagai . pihak. Disamping
kutusan
individul pribadi, dan partai lebih
dominan dari pada kepentingan pemerintah dan negara.
Adanya
kecenderungan terpengaruh untuk
menggunakan sistem perekonomian
yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indoneisa ( liberalis, 1950 -1957 ) dan
etatisme ( 1958 -1965 )
Akibat yang ditimbulkan dari sitem etatisme yang pernah 'terjadi' di
Indonesia pada periode tersebut dapat dilihat pada bukti-bukti berikut :
Semakin rusaknya sarana-sarana produksi dan komunikasi, yang membawa dampak
menurunnya nilai eksport kita
3
Hutang luar negeri yang justru dipergunak:an untuk proyek 'Mercu Suar'
Defisit anggaran negara yang mak:in besar, dan justru ditutup dengan mencetak uang
baru, sehingga inflasi yang tinggi tidak dapat dicegah kembali.
Keadaan tersebut masih diperparanh dengan laju pertumbuhan penduduk ( 2,8 % ) yang
lebih besar dari laju pertumbuhan ekonomi saat itu, yak:ni sebesar 2,2 %.
Perkembangan sistem ekonomi Indonesia setelah Orde Baru
Iklim
kebangsaan
setelah
Orde
Baru
menunjukkan
suatu
kondisi
yang sangat
mendukung untuk mulai dilaksanakannya sitem ekonomi yang sesungguhnya diinginkan
rak:yat Indonesia. Setelah melalui masa-masa penuh tantangan pada periode 1945 sampai
denga 1965, semua tokoh negara yang duduk dalam pemerintahan
sebagai
wak:il
rak:yat sepakat untuk kembali menempatkan sistem ekonomi kita pada nilai-nilai yang
telah tersirat dalam UUD 1945. Dengan demikian sitem demokrasi ekonomi dan siste.m
ekonomi Pancasila kembali satu-satunya acuan bagi pelak:sanaan semua kegiatan ekonomi
selanjutnya.
Awal Orde Baru diwarnai dengan masa-masa ·rehabilitasi. perbaikan, hampir di seluruh
sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor ekonomi. Rehabilitasi· ini terutama ditujukan
untuk :
Membersihkan segala aspek kehidupan dari sisa-sisa faham dan sistem perekonomian.
yang lama ( liberal kapitalis dan etatisme komunis ).
Menurunkan dan mengendalikan·Iaju inflasi yang saat itu sangat tinggi, yang berak:ibat
terhambatnya proses penyembuhan dan peningkatan kegiatan ekonomi secara u·mum.
Tercatat bahwa :
Tingkat inflasi tahun 1966 sebesar 650 % Tingkat infalsi tahun
1967 sebesar 120 % Tingkat infalsi tahun 1968 sebesar 85 %
Tingkat infalsi tahun 1969 sebesar 9,9 %
3
Para pelaku ekonomi Indonesia
Jika dalam ilmu ekonomi mikro kita mengenal tiga pelaku ekonomi, yaitu :
• Pemilik faktor produksi
• Konsumen
• Produsen
Dan jika dalam ilmu ekonomi makro kita mengenal empat pelaku ekonomi:
• Sektor rumah tangga
• Sektor swasta
• Sektor pemerintah, dan
• Sektor luar negeri
Maka dalam perekonomian Indonesia dikenal tiga pelaku ekonomi pokok (sering disebut
sebagai agen-agen pemerintah dalam pembangunan ekonomi), yakni :
1. Koperasi : Pemerataan hasil ekonomi Pertumbuban kegiatan ekonomi Kestabilan yang
mendukung kegiatan ekonomi;
2. Swasta : Pertumbuban kegiatan ekonomi Pemerataan basil ekonomi Kestabilan yang
mendukung kegiatan ekonomi
3. BUMN (Pemerintah) : Kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi Pemerataan hasil
ekonomi Pertumbuban kegiatan ekonomi
3
MODUL II
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Aggregate Supply dan Aggregate Demand
Tujuan Instruksional :
Mahasiswa dapat memahami konsep permintaan agregat (keseluruhan permintaan) dan
penawaran agregat (keseluruhan penawaran).
Definisi Permintaan Agregat
Permintaan agregat adalah keseluruhan permintaan terhadap barang da jasa oleh pengguna
dalam ekonomi.) Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan
terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu
daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada
berbagai tingkat harga Permintaan agregat dapat ditampilkan dengan menggunakan Kurva atau
tabel yang menunjukkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibeli secara kolektif pada tingkat
harga tertentu. Kurva permintaan agregat mempunyai slope negatif. Faktor-faktor yang
menyebabkan Kurva permintaan agregat memiliki slope negatif adalah:
1. Efek Kekayaan
Biaya yang digunakan oleh produsen tergantung pada kekayaan yang dimiliki. Keduanya
memiliki satu hubungan yang positif. (Kekayaan mengacu pada pemegangan uang, saham,
obligasi, rumah serta asset fisik yang lain. Kekayaan yang dimiliki dipengaruhi oleh tingkat
harga)
2. Dampak Harga Bunga
Efek harga bunga ditujukan karena perubahan tingkat haraga mempengaruhi harga bunga. Efek
ini mempengaruhi produksi & investasi
3. Efek Pembelian Asing (Ekspor & Impor)
3
Jumlah ekspor dan impor dalam suatu ekonomi tergantung pada harga domestik (dalam negeri)
dan asing
Kurva permintaan agregat (aggregate demand curve) adalah kurva yang menjelaskan hubungan
antara jumlah output agregat yang diminta dengan tingkat harga ketika semua variabel lain
dianggap konstan. Ada 2 (dua) cara yang digunakan untuk menurunkan kurva permintaaan
agregat. Pendekatan yang pertama dan yang paling sederhana adalah pendekatan teori jumlah
uang di mana permintaan agregat ditentukan semata-mata oleh jumlah uang. Sementara
pedekatan yang kedua didasarkan pada pengujian perilaku
bagian-bagian komponen
permintaan agregat seperti konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih.
Pendekatan ini juga mempertimbangkan peran jumlah uang dalam menentukan permintaan
agregat, tetapi tidak secara langsung, melainkan dengan cara mempertimbangkn bagaimana
perubahan jumlah uang mempengaruhi komponen-komponen permintaan agregat.
Pendekatan Teori Jumlah Uang terhadap Permintaan Agregat
Teori jumlah uang menghubungkan jumlah uang M dengan jumlah pengeluaran
nominal atas barang dan jasa P X Y dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output riil
agregat atau secara ekuivalen adalah pendapatan riil agregat. Keterkaitan antara jumlah uang
dan total pengeluaran dari barang dan jasa akhir dikemukakan oleh Irving Fisher. Untuk
memperoleh hubungan ini, teori jumlah uang menggunakan konsep percepatan uang (velocity
of money ) yaitu rata-rata jumlah berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang
(misalya rupiah) yang digunakan untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam
perekonomian. Percepatan (velocity-V ) dinyatakan secara lebih jelas sebagai total pengeluaran
P xY (T) dibagi dengan jumlah uang M :
V = T/M
Misalkan PDB nominal (P xY ) dalam setahun adalah Rp.5 triiun, jumlah uang sebesar Rp, 1
triliun, barang dan jasa akhir dalam perekonomian adalah sebanyak 5 kali.
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, akan didapatkan persamaan
pertukaran (equation of change) yang menghubungkan pendapatan nominal dengan jumlah
3
uang dan percepatan.
MxV=PxY
Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan berapa kali uang ini digunakan
dalam satu tahun tertentu harus sama dengan pendapatan nominal, yaitu total jumlah nominal
yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa pada tahun tersebut.
Persamaan pertukaran ini tidak lebih dri satu identitas suatu hubungan yang benar
menurut definisi, dimana persamaan tersebut menyatakan bahwa ketika uang beredar M
berubah, pendapatan nominal ( P x Y) berubah dengan arah yang sama ; kenaikan M misalnya
dapat diimbangi dengan penurunan V yang membiarkan M x V (dan karenanya P x Y) tidak
berubah.
Teori jumlah permintaan uang yang dikembangkan oleh Milton Friedman menyatakan
bahwa percepatan berubas sepanjang waktu dalam cara yang dapat diprediksi yang tidak
dihubungkan denagn perubahan uang beredar. Dengan analisis ini, prsamaan pertukaran dibah
menjadi suatu teori mengenai bagaimana pengeluaran agregat ditentukan dan disebut sebagai
teori jumlah uang ( quantity theory of money ). Demgam demikian, teori jumlah uang
menyimpulkan bahwa perubahan pengeluaran agregat terutama ditentun oleh perubahan
uang beredar.
Menurunkan Kurva Permintaan Agregat
Untuk menentukan permintaan agregat, selain dengan melihat bagaimana uang
memengaruhi jumlah permintaan agregat, kita juga dapat menurunkan kurva permintaan
agregat dengan melihat 4 komponen, yaitu :
1. Pengeluaran konsumen (customer expenditure), yaitu jumlah permintaan akan barang dan
jasa konsumen.
2. Pengeluaran investasi yang direncanakan (planned investment spending), yaitu jumlah
pengeluaran yang direncanakan oleh perusahaan atas mesin pabrik, dan barang modal lain
yang baru ditambah pengeluaran yang direncanakan atas rumah baru.
3. Pengeluaran pemerintah (goverment spending), yaitu pengeluaran oleh semua jajaran
pemerintah atas barang dan jasa .
3
4. Ekspor bersih (net export ), yaitu pengeluaran luar negeri bersih atas barang dan jasa
domestik, sama dengan ekspor dikurangi impor.
Maka persamaan permintaan agregat dapat diperoleh :
AD = C + I + G + NX (5.1)
Dalam keadaan seimbang (equilibrium) maka AD harus sama dengan income atau output:
AD = Y = C + I + G + NX
Dimana :
C
=
pengeluaran konsumen,
I
=
pengeluaran investasi
G
=
pengeluaran pemerintah
NX
=
ekspor bersih
Pendekatan komponen, seperti pendekatan teori jumlah menjelaskan bahwa kurva permintaan
agregat mempunyai kemiringan menurun, karena semakin rendah tingkat harga (P ), dengan
jumlah uang nominal yang konstan, menyebabkan jumlah uang riil ( dalam arti barang dan jasa
yang dapat dibeli, M/P) yang semakin besar. Semakin besar jumlah uang dalam arti riil (M/P)
yang dihasilkan dan tingkat harga yang semakin rendah menyebabkan suku bunga menurun (i
). Biaya investasi yang murah untuk membeli modal fisik baru membuat investasi menjadi lebih
menguntungkan dan menstimulasi pengeluaran investasi yang direncanakan. Karena kenaikan
pengeluaran investasi yang direncanakan secara langsung menambah permintaan agregat (
), tingkat harga yang lebih rendah mengakibatkan tingkat jumlah output agregat yang diminta
lebih tinggi (P), secara sisematis, persamaan itu dapat dituliskan sebagai berikut :
P  M/P i 
Mekanisme lain yang menghasilkan kurva permintaan agregat mempunyai kemiringan yang
menurun beroperasi melalui perdagangan luar negeri. Karena tingkat harga yang lebih rendah,
mengakibatkan jumlah uang dalam arti riil yang lebih besar dan menurunkan suku bunga. Hal
ini menyebabkan penurunan nilai aset dollar relatif terhadap nilai mata uang lain. Nilai dollar
yang semakin rendah membuat barang-barang domestik relatif menjadi lebih
3 murah terhadap
barang-barang luar negeri, hal ini menyebakan ekspor bersih meningkat an meningkatkan
permintaan agregat.
P  M/P i  
Faktor-Faktor yang Menggeser Kurva Permintaan Agregat
Untuk setiap harga tertentu, kenaikan jumlah uang beredar menyebabkan
beredar riil meningkat (M/P
uang
), yang menyebankan kenikan permintaan agregat. Dengan
demikian, kenaikan uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke kanan , hal ini
dikarenakan
kenaikan uang beredar akan menurunkan suku bunga dan mendorong
pengeluaran investasi yang direncanakan dan ekspor bersih.Pendekatan komponen
menyatakan bahwa faktor lain juga merupakan penyebab penting bergesernya kurva
permintaan agregat.
Definisi Kurva Penawaran Agregat
Penawaran Agregat (aggregate supply) adalah jumlah barang dan jasa akhir
perekonomian, yang diminta pada berbagai tingkat harga yang berbeda. Kurva Penawaran
Agregat adalah kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara tingkat harga yang
berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil atau output (pendapatan nasional rill) yang akan
ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam suatu perekonomian.Karena
perusahaan yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang
tetapi harga kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda; kurva
penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supply) LRAS dan kurva penawaran
agregat jangka pendek (short-run aggregate supply) SRAS. Dua faktor yang menentukan
penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi.
Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan
dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini
menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan
hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan
produksi nasional.
3
3.6.
Definisi Kurva Permintaan Agregat Jangka Panjang
Jumlah output yang dapat diihasilkan dalam perekonomian dalam jangka panjang
ditentukan oleh jumlah modal dalam perekonomian, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan
dalam tingkat pengerjaan penuh (full employment).beberapa pengangguran tidak dapat
dibantu karena pengangguran bersifat friksional ataupu struktural. Dengan demikian, pada
pengerjaan penuh, pengangguran tidak sama dengan nol, tetapi pada suatu tingkat di atas nol
dimana permitaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja.
Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of employment) adalah dimana
perekonomian bergerak menuju jangka panjang. Tingkat output agregat yang dihasilkan pada
tingkat pengangguran alamiah disebut tingkat output natural (natural rate of output), tingkat
dimana perekonomian berada pada jangka panjang untuk setiap tingkat harga. Dengan
demikian kurva penawaran jangka panjang (long-run aggregate supply-LRAS) adalah vertikal
pada tingkat output alamiah, dinyatakan oleh Yn.
Kurva Permintaan Agregat Jangka Pendek
Karena upah dan harga memerlukan waktu untuk menyesuaikan terhadap kondisi
perekonomian, suatu proses yang dijelaskan dengan mengatakan bahwa upah dan harga
bersifat kaku (sticky), kurva penawaran agregat (AS,1) dalam jangka pendek mempunyai
kemiringan ke atas (Figur 3). Karena tujuan perusahaan memaksimumkan keuntungan, jumlah
output yang ditawarkan ditentukan oleh keuntungan yang dibuat atas setiap unit output. Jika
keuntungan meningkat, lebih banyak output agregat yang akan dihasikan, dan jumah outut
yang ditawarkan akan meningkat, jika keuntungan menurun, lebih sedikit output agregat yang
akan dihasilkan, dan jumlah output agregat yang ditawarkan.
Keuntungan atas suatu unit output sama dengan harga untuk unit tersebut dikurangi
dengan biaya produksinya. Dalam jangka pendek, biaya dari banyak faktor yang masuk ke
dalam produksi barang dan jasa adalah tetap. Karena biaya-biaya ini bersifat tetap dalam jangka
3
pendek, ketika tingkat harga keseluruhan naik, harga untuk suatu unit output akan meningkat
relatif terhadap biaya produksi dan keuntungan per unti akan meningkat. Karena tingkat harga
yang lebih tinggi menghasilkan tngkat keuntungan yang lebih besar dalam jangka pendek,
perusahaan menaikkan produksi dan jumlah output agregat yang ditawarkan meningkat, yang
menghasilkan kurva penawaran agregat jangka pendek yang memiliki kemiringan ke atas.
Faktor-faktor yang mendorong pergeseran kurva permintaan agregat adalah :
1.
Jumlah uang yang beredar, M
2.
Pengeluaran pemerintah, G
3.
Pajak, T
4.
Ekspor bersih, NX
5.
Optimisme konsumen, C
6.
Optimisme dana usaha
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek
Jika biaya produksi suatu output meningkat, keuntungan atas suatu unit output menurun, dan
jumlah
output
yang
ditawarkan
pada
setiap
tingkat
harga
menurun.
Kesimpulan : Kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri ketika biaya produksi
meningkat dan ke kanan ketika biaya menurun.
Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Penawaran Jangka Pendek
Faktor-faktor yang menyebabkan kurva penawaran jangka pendek bergeser adalah
factor yang mempengaruhi biaya produksi ; (1) tingkat kekakuan pasar tenaga kerja, (2)
perkiraan inflasi, (3) upaya pekerja untuk mendorong upah riil mereka, dan (4) perubahan biaya
produksi yang tidak berkaitan dengan upah (seperti biaya energi). Tiga faktor pertama
menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek dengan mempengaruhi biaya upah, faktor
keempat mempengaruhi biaya-biaya produksi lain.
1.
Tingkat kekakuan pasar tenaga kerja.
Kekakuan upah riil mengurangi tingkat penemuan pekerjaan dan mempertinggi
3
pengangguran.Jika perekonomian sedang mengalami kenaikan dan pasar tenaga kerja bersifat
kaku
(Y >Yn ),pemberi kerja mungkin mempunyai kesulitan untuk mempekerjakan tenaga kerja yang
memenuhi mutu dan bahkan mungkin mempunyai kesulitan untuk memelihara tenaga kerjanya
sekarang. Karena permintaan akan tenaga kerja sekarang melebihi penawaran di pasar tenaga
kerja, maka pemberi kerja (perusahaan) akan menaikkakn upah untuk menarik pekerja yang
dibutuhkan dan biaya produksi akan meningkat. Biaya produksi yang semakin tinggi akan
mengurangi keuntungan per unit output pada setiap tingkat harga, dan kurva penawaran
agregat jangka pendek bergeser ke kiri.
Sebaliknya, jika perekonomian mengalami penurunan dan pasar tenaga kerja longgar (Y<
Yn), maka dalam pasar tenaga kerja yang longgar dimana jumlah tenaga kerja yang diminta
lebih kecil daripada jumlah yang ditawarkan , maka upah dan biaya produksi akan menurun,
jadi keuntungan per unit output akan meningkat dan kurva penawaran agregat jangka pendek
akan bergeser ke kanan.
2.
Perkiraan Tingkat Harga
Kenaikan perkiraan tingkat harga mengakibatkan upah lebih tinggi, yang selanjutnya
menaikkan biaya produksi, menurunkan keuntungan per unit output pada setiap tingkat harga,
dan menggeser kurva penawaran ke kiri.
Maka, kenaikan perkiraan tingkat harga menyebabkan kurva penawaran bergeser ke
kiri, semakin besar perkiraan kenaikan tingkat harga (yaitu, semakin tinggi perkiraan inflasi),
maka semakin besar pergeserannya.
3.
Dorongan Upah
Misalkan bahwa para pekerja memutuskan untuk mogok kerja untuk mendapatkan
upah riil yang lebih tinngi dan mereka berhasil mendapatkan upah riil yng lebih tinggi. Maka
dorongan upah oleh para pekerja akan menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser ke
kiri.
4.
Perubahan Biaya Produksi yang Tidak Berhubungan dengan Upah.
Perubahan teknologi dan penawaran bahan-bahan mentah disebut guncangan
penawaran (supply shocks) juga dapat menggeser kurva penawaran agregat. Guncangan
penawaran
3
negatif, seperti pengurangan ketersedian bahan mentah, yang harganya
meningkat, akan meningkatkan biaya produksi dan menggeser kurva penawaran agregat ke kiri
dan sebaliknya.
Perkembangan teknologi baru akan menurunkan biaya produksi, dengan menaikkan
produktivitas pekerja hal ini juga dapat disebut dengan guncangan penawaran positif, yang
dapat menggeser kurva penawaran agregat ke kanan.
Keseimbangan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Dalam Analisis Permintaan Dan
Penawaran Agregat
1. Keseimbangan dalam Jangka Pendek
Figur 4 mengilustrasikan keseimbangan jangka pendek dimana agregat yang diminta sama
dengan jumlah ouput yang ditawarkan. Dimana kurva permintaan agregat jangka pendek AD
dan kurva penawaran agregat jangja pendek AS berpotongan dititik E. tingkat keseimbangan
output agregat Y* dan tingkat harga keseimbangan sama dengan P*. Ketika tingkat harga
(katakanlah P”)berada di atas tingkat harga keseimbangan P*, maka jumlah ouput yang
ditawarkan akan lebih besar daripada jumlah output yang diminta (kelebihan penawaran).
Sebaliknya ketika tingkat harga (katakanlah P’) berada dibawah tingkat harga keseimbangan P*,
maka jumlah output yang diminta lebih besar daripada jumlah output yang ditawarkan
(kelebihan permintaan).
Keseimbangan terjadi pada titik E pada perpotongan kurva permintaan agregat AD dan kurva
penawaran agregat jangka pendek AS.
2.Keseimbangan dalam Jangka Panjang
Pada panel (a) Figur 5, keseimbangan awal terjadi pada titik 1, perpotongan kurva
permintaan agregat AD dan kurva penawara agregat awal jangka pendek AS1. Karena tingkat
output keseimbangan Y1 lebih besar daripada tingkat alamiah Yn, pengangguran lebih rendah
daripada tingkat alamiahnya dan kekakuan yang berlebihan terjadi di pasar tenaga kerja.
Kekakuan ini mendorong tingkat upah untuk meningkat, menaikkan biaya produksi, dan
3
menggeser kurva penawaran agregat AS2. Keseimbangan sekarang berada pada titik 2, dan
output menurun ke Y2. Karena output agregat Y2 masih berada di tingkat alamiah Yn, upah
terus didorong naik dan secara perlahan-lahan menggeser kurva penawaran agregat ke AS3.
Keseimbangan yang dicapai pada titik 3 berada pada kurva penawaran agregat jangka panjang
yang vertical (LRAS) pada Yn dan merupakan keseimbangan jangka panjang. Karena output
tidak ada kecenderungan lebih lanjut bagi kurva penawaran agregat untuk bergeser.
Pergerakan pada panel (a) menunjukkan bahwa perekonomian tidak akan tetap pada
tingkat output yang lebih besar daripada tingkat alamiah karena kurva penawaran agregat
jangka pendek akan bergeser kekiri, meningkatkan tingkat harga dan menyebabkan
perekonomian (kekseimbangan) meluncur naik sepanjang kurva permintaan agregat hingga
mencapai titik di sepanjang kurva penawaran jangka panjang pada tingkat output natural Yn.
Pada panel (b) keseimbangan awal pada titik 1 adalah salah satu dimana output Y1
berada dibawah tingkat alamiah. Karena pengangguran lebih tinggi daripada tingkat
alamiahnya, upah menurun, yang menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kanan
hingga berada pada AS3. Perekonomian (keseimbangan) meluncur turun di sepanjang kurva
permintaan agregat hingga mencapai keseimbangan jangka panjang titik 3, yaitu perpotongan
kurva permintaan agregat (AD) dan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) pada Yn.
Disini sebagaimana pada panel (a), perekonomian tidak lagi bergerak ketika output telah
kembali lagi ke tingkat alamiah.
Hal yang menonjol dari kedua panel Figur 5 bahwa terlepas dimana output awalnya
berbeda, secara perlahan-lahan output kembali ke tingkat alamiahnya. Sifat ini dijelaskan
dengan mengatakan bahwa perekonomian mempunyai mekanisme koreksi diri (self-correcting
mechanism).
Pada kedua panel, keseimbangan jangka pendek awal adalah pada titik 1 pada
perpotongan AD dan AS1. Pada panel (a), Y1>Yn sehingga kurva penawaran agregt jangka
pendek terus bergeser ke kiri hingga mencapai AS2, dimana output telah kembali ke Yn. Pada
panel (b), Y1<Yn sehingga kurva penawaran agregat jangka pendek terus bergeser ke kanan
hingga output kembali ke Yn lagi. Dengan demikian dalam kedua kasus, perekonomian
menampilkan suatu mekanisme koreksi diri yang mengembalikannya lagi ke tingkat output
alamiah.
(a) Intial short-run equilibrium in which Y > Yn
(b) Initial short-run equilibrium in which Y < Yn
3
Penyebab Perubahan Keseimbangan
Perubahan keseimbangan yang disebabkan oleh guncangan permintaan agregat.
Pada Figur 6 menunjukkan dampak pergeseran ke kanan dalam kurva permitaan
agregat karena adanya guncangan permintaan positif : kenaikan jumlah uang beredar (M ),
kenaikanengeluran pemerintah (G ), dan kenaikan ekspor bersih (NX ), penurunan pajak (T
), atau kenaikan keinginan konsumen dan perusahaan untuk brbelanja karena mereka lebih
optimis (C , I ). Figur tersebut menunjukkan perekonomian pada awalnya berada pada
keseimbangan jangka panjang di titik 1, dimana kurva permintaan agregat awal AD1
berpotongan degan kurva penawaran jangka pendek AS1, perekonomian bergerak ke titik 1
dan output maupun harga meningkat. Tetapi perekonomian tidak akan tetap berada pada
titik 1 dala jangka panjang, karena output pada Y1 berada ada tingkat alamiah. Upah akan
meningkat, menaikkan biaya produksi pada semula tingkat harga, dan kurva penaaran
agregat jangka pendek akan bergeser ke kiri ke AS2, dimana perekonomia akan tetap
berada. Dengan demikian, perekonomian (keseimbangan) menggeser kurva permintaan
jangka panjang (LRAS) pada Yn.
Meskipun dampak awal jangka pendek dari pergeseran ke kanan kurva permintaan agregat
adalah kenaikan tingkat harga da utput, dampak akhir jangka panjang hanya berupa
kenaikan tingkat harga.
Figur 6. Respons Output dan Tingkat Harga terhadap Pergesern Kurva Permintaan Agrgat
Pergeseran kurva permintaan agregat dari
1 ke titik 1'. Karena
ke
, menggerakkan perekonomian dari titik
> Yn, kurva penawaran agregat jangka pendek mulai bergeser ke kiri,
secara perlahan mencapai, dimana output kembali ke Yn dan tingkat harga meningkat menjadi
.
3
Perubahan Keseimbangan yang Disebabkan oleh Guncangan Penawaran Agregat
Seandainya perekonomian pada awalnya berada pada tingkat output alamiah pada titik 1
ketika kurva penawarn agregat jangka pendek bergeser dari
ke
pada Figur 7 karena
guncangna penawaran negatif (kenaikan harga energi yang tajam, misalnya). Perekonomian
akan bergerak dari titik 1 ke titik 2, dimana tingkt harga meningkat tetapi output agregat
menurun. Keadaan dari harg ayang menngkt, tetapi utput agregat menurun, sebagaimana
digambarkan pada figur 7 disebut sebagai stagflasi.
Meskipun pergeseran ke kiri dalam kurva penawaran agregat jangka pendek pada
awalnya menaikkan tingkat harga dan menurunkan output, dampak akhir adalah bahwa tingkat
harga dan output tidak berubah.
FIGUR . Respons Output dan Tingkat Harga terhadap Kurva Penawaran Agregat Jangka
Pendek
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang : Teori Siklus Usaha Rill dan Histeresis
Teori siklus usaha nyata (real business cycle theory) di mana guncangan penawaran
agregrat ( rill ) mempengaruhi tingkat output alamiah Yn. Teori ini memandang guncangan
terhadap selera ( kenginan para pekerja untuk bekerja, misalnya ; teknologi ( produktivitas )
sebagai dorongan – dorongan utama di belakang fluktuasi jangka pendek dalam siklus usaha,
karena guncangan – guncangan ini mengakibatkan fluktuasi jangka pendek yang substansial
dalm Yn. Sebaliknya, pergeseran kurva permintaan agregat, mungkin akibat dari perubahan –
perubahan kebijakan moneter, tidak di pandang sebagai sesuatu yang penting bagi fluktuasi
output agregat. Karena teori siklus usaha riil memandang sebagian besar fluktuasi siklus usaha
3
sebagai akibat dari fluktuasi tingkat output alamiah, teori ini tidak melihat perlunya kebijakan
aktivis untuk menghilangkan pengguran yang tinggi. Teori siklus usaha riil sangat kontroversial
dan dibatasi oleh perlunya riset intensif
Teori histeresis ( hysteresis ), yaitu pergerakan dari tingkat pengerjaan penuh akibat
pengangguran yang tinggi di masa lalu. Ketika pengangguran meningkat karena penurunan
permintaan agregat yang menggeser kurva AD ke dalam, tingkat pengangguran alamiah
dipandang meningkat di atas tingkat pengerjaan penuh. Hal ini dapat terjadi karena penganggur
menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pengangguran
menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pemberi kerja
enggan untuk mempekerjakan pekerja yang telah menganggur cukup lama, melihatnya sebagai
sinyal bahwa pekerja tidak diinginkan. Hasilnya adalah bahwa tingkat pengangguran alamiah
bergeser ke atas setelah pengangguran menjadi tinggi dan Yn turun di bawah tingkat
pengerjaan penuh. Dalam situasi ini, mekanisme koreksi diri dalam dapat mengembalikan
perekonomian hanya kepada tingkat pengerjaan penuh. Hanya dengan kebijakan ekspansioner
untuk menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan meningkatkan output agregat tingkat
pengangguran alamiah dapat diturunkan ( Yn dinaikkan ) ke tingkat pengerjaan penuh.
Pendukung histeresis kemungkinan besar mendukung para aktivis, kebijakan ekspansioner
untuk mengembalikan perekonomian kepada pengerjaan penuh.
3
MODUL III
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Kinerja Ekonomi
Tujuan Instruksional :
Mahasiswa dapat mehamai indikator-indikator keberhasilan suatu sistem ekonomi
PENDAHULUAN
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut.
Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah
bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang
individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor
tersebut di pegang oleh pemerintah.
Sistem perekonomian yang dianut oleh negara Indonesia adalah Sistem perekonomian
Pancasila yang berarti sistem perekonomian yang terjadi di Indonesia harus mengacu pada
Pancasila terutama sila kelima. Sehingga secara normatif landasaan idiil sistem perekonomian
di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945.
PEMBAHASAN
A. Arti Sistem
Sistem adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subjek dan objek serta perangkat
kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu.
Pengertian Sistem Ekonomi
3
Sistem ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengoordinasikan perilaku
masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem
perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ideologi atau
falsafah hidup bangsa, sifat dan jati diri bangsa, serta struktur ekonomi.
B. Perkembangan Sistem Perekonomian
Sistem Perekonomian Pasar (Liberalis / Kapitalis)
Sistem ekonomi liberal yaitu sistem ekonomi dimana ekonomi diatur oleh kekuatan pasar
(permintaan dan penawaran). Sistem ekonomi liberal adalah sistem perekonomian yang
memberikan kebebasan sepenuhnya dalam segala bidang perekonomian kepada masingmasing individu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sistem ekonomi liberal
banyak dianut negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Ciri-ciri :
1. Kedaulatan konsumen dan kebebasan dalam konsumsi
2. Menerapkan sistem persaingan bebas
3. Peranan modal sangat penting
4. Peranan pemerintah dibatasi
Kelebihan :
1. Setiap individu bebas memiliki alat produksi sendiri
2. Kegiatan ekonomi lebih cepat maju karena adanya persaingan
3. Produksi didasarkan kebutuhan masyarakat
4. Kualitas barang lebih terjamin
Kekurangan :
1. Sulit terjadi pemerataan pendapatan.
2. Menimbulkan monopoli
3. Rentan terhadap krisis ekonomi
4. Adanya eksploitasi
3
Sistem Perekonomian Perencanaan (Etatisme / Sosialis)
Sistem ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi dimana ekonomi diatur negara. Dalam sistem ini,
jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah pusat.
Dalam perekonomia ini yang menjadi dasar adalah Karl Marx , dia berpendapat bahwa apabila
kepemilikan pribadi dihapuskan maka tidak akan memunculkan masyarakat yang berkelas-kelas
sehingga akan menguntungkan semua pihak. Negara yang menganut sistem ini seperti Rusia,
Kuba, Korea Utara, dan negara komunis lainnya.
Ciri-ciri :
1. Hak milik individu tidak diakui.
2. Seluruh sumber daya dikuasai negara.
3. Semua masyarakat adalah karyawan bagi negara.
4. Kebijakan perekonomian disusun dan dilaksanakan pemerintah.
Kelebihan :
1. Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.
2. Kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi secara merata.
3. Pelaksanaan pembangunan lebih cepat.
4. Pemerintah bebas menentukan produksi sesuai kebutuhan masyarakat.
Kekurangan :
1. Individu tidak mempunyai kebebasan dalam berusaha
2. Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.
3. Potensi dan kreativitas masyarakat tidak berkembang.
Sistem Ekonomi Campuran
3
Sistem ekonomi campuran merupakan campuran atau perpaduan antara sistem ekonomi
liberal dengan sistem ekonomi sosialis. Pada sistem ekonomi campuran pemerintah melakukan
pengawasan dan pengendalian dalam perekonomian, namun pihak swasta (masyarakat) masih
diberi kebebasan untuk menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang ingin mereka jalankan.
Ciri-ciri :
1. Jenis dan jumlah barang diproduksi ditentukan oleh mekanisme pasar.
2. Hak milik swasta atas alat produksi diakui, asalkan penggunaannya tidak merugikan
kepentingan umum.
3. Pemerintah bertanggung jawab atas jaminan sosial dan pemerataan pendapatan.
4. Ada persaingan, tetapi masih ada kontrol pemerintah
Kelebihan :
1. Kestabilan ekonomi terjamin
2. Pemerintah dapat memfokuskan perhatian untuk memajukan sektor usaha menengah
dan kecil
3. Adanya kebebasan berusaha dapat mendorong kreativitas individu
Kekurangan :
1. Sulit menentukan batas antara kegiatan ekonomi yang seharusnya dilakukan
pemerintah dan swasta
2. Sulit menentukan batas antara sumber produksi yang dapat dikuasai oleh pemerintah
dan swasta
C. Sistem Perekonomian Indonesia
Setiap negara menganut sistem ekonomi yang berbeda-beda terutama Indonesia dan Amerika
serikat , dua negara ini pun menganut sistem ekonomi yang berbeda. Awalnya Indonesia
3
menganut sistem ekonomi liberal, yang mana seluruh kegiatan ekonomi diserahkan kepada
masyarakat. Akan tetapi karena ada pengaruh komunisme yang disebarkan oleh Partai Komunis
Indonesia, maka sistem ekonomi di Indonesia berubah dari sistem ekonomi liberal menjadi
sistem ekonomi sosialis.
Pada masa Orde Baru, sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia diubah kembali
menjadi sistem demokrasi ekonomi. Namun sistem ekonomi ini hanya bertahan hingga masa
Reformasi. Setelah masa Reformasi, pemerintah melaksanakan sistem ekonomi yang
berlandaskan ekonomi kerakyatan. Sistem inilah yang masih berlaku di Indonesia. Berikut
sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia dari masa Orede Baru hingga sekarang :
Sistem Ekonomi Demokrasi
Sistem ekonomi demokrasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem perekonomian nasional
yang merupakan perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang berasaskan
kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan
pengawasan pemerintah. Pada sistem demokrasi ekonomi, pemerintah dan seluruh rakyat baik
golongan ekonomi lemah maupun pengusaha aktif dalam usaha mencapai kemakmuran
bangsa. Selain itu, negara berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan
kegiatan perekonomian. Dengan demikian terdapat kerja sama dan saling membantu antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Ciri-ciri positif pada sistem ekonomi demokrasi :
1. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
2. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
3. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
4. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta
mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3
5. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
6. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam
batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
7. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Ciri-ciri negatif pada sistem ekonomi demokrasi :
1. Sistem free fight liberalism, yaitu sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan
dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat
menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional.
2. Sistem etatisme, di mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan
serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor
negara.
3. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
Sistem Ekonomi Kerakyatan
Pemerintah bertekad melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan dengan mengeluarkan
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian Indonesia
adalah sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi ini berlaku sejak tahun 1998. Pada sistem
ekonomi kerakyatan, masyarakatlah yang memegang aktif dalam kegiatan ekonomi, sedangkan
pemerintah yang menciptakan iklim yang bagus bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia
usaha. Ciri-ciri sistem ekonomi ini adalah :
1. Bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan yang
sehat.
2. Memerhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan sosial, dan kualitas
hidup.
3
3. Mampu mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
4. Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja.
5. Adanya perlindungan hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat.
D. Para Pelaku Ekonomi
Terdapat tiga pelaku utama yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu
perusahaan negara (pemerintah), perusahaan swasta, dan koperasi. Sebuah sistem ekonomi
akan berjalan dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat saling bekerja sama dengan baik pula
dalam mencapai tujuannya. Sikap saling mendukung di antara pelaku ekonomi juga sangat
dibutuhkan dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan.
Pemerintah (BUMN)
Pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi
Peran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah melakukan kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi.
1. Kegiatan Konsumsi
Pemerintah juga membutuhkan barang dan jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya
saat menjalankan tugasnya dalam rangka melayani masyarakat, yaitu mengadakan
pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya. Tentu saja pemerintah
akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan sebagainya.
Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan tugasnya.
Contoh-contoh lain mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah, seperti memberi
gaji kepada pegawai-pegawai pemerintah, dan sebagainya.
2. Kegiatan Produksi
3
Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan
perusahaan
negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN dapat
berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), dan Persero (Perusahaan
Perseroan). Pelaksanaan peran BUMN diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh
sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, manufaktur,
pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan
perdagangan serta konstruksi.
Secara umum, peran BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini:
1. Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
2. Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara
efektif dan efisien.
3. Sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di bidang ekonomi.
4. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
3. Kegiatan Distribusi
Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan distribusi.
Kegiatan distribusi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menyalurkan barang-barang yang
telah diproduksi oleh perusahaan-perusahaan negara kepada masyarakat. Misalnya pemerintah
menyalurkan sembilan bahan pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin melalui BULOG.
Penyaluran sembako kepada masyarakat dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah harus
lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak lancar maka akan mempengaruhi banyak faktor seperti
terjadinya kelangkaan barang, harga barang-barang tinggi, dan pemerataan pembangunan
kurang berhasil. Oleh karena itu, peran kegiatan distribusi sangat penting.
Pemerintah Sebagai Pengatur Kegiatan Ekonomi
Pemerintah berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan terhadap jalannya
roda perekonomian demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka
3
melaksanakan peranannya tersebut pemerintah menempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan
berikut ini.
1. Kebijaksanaan dalam dunia usaha Usaha untuk mendorong dan memajukan dunia usaha,
pemerintah melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.
1. Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 mengatur tentang Usaha Perbankan.
3. Pemerintah mengubah beberapa bentuk perusahaan negara agar tidak menderita
kerugian, seperti Perum Pos dan Giro diubah menjadi PT Pos Indonesia, Perjan
Pegadaian diubah menjadi Perum Pegadaian.
2. Kebijaksanaan di bidang perdagangan
Di bidang perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa kebijaksanaan ekspor
dan kebijaksanaan impor. Pemerintah menetapkan kebijakan ekspor dengan tujuan untuk
memperluas pasar di luar negeri dan meningkatkan daya saing terhadap barang-barang luar
negeri
3. Kebijaksanaan dalam mendorong kegiatan masyarakat Kebijaksanaan pemerintah dalam
mendorong kegiatan masyarakat mencakup hal-hal berikut ini.
1. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana umum.
2. Kebijaksanaan menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil dan petani.
3. Kebijaksanaan untuk memperlancar distribusi hasil produksi.
Swasta (BUMS)
BUMS adalah salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia. BUMS merupakan badan usaha yang
didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan BUMS adalah untuk memperoleh laba sebesarbesarnya. Perkembangan usaha BUMS terus didorong pemerintah dengan berbagai
kebijaksanaan. Kebijaksanaan pemerintah ditempuh dengan beberapa 3
pertimbangan berikut
ini.
1. Menumbuhkan daya kreasi dan partisipasi masyarakat dalam usaha mencapai
kemakmuran sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
2. Terbatasnya modal yang dimiliki pemerintah untuk menggali dan mengolah sumber
daya alam Indonesia sehingga memerlukan kegairahan usaha swasta.
3. Memberi kesempatan agar perusahaan-perusahaan swasta dapat memperluas
kesempatan kerja.
4. Mencukupi kebutuhan akan tenaga ahli dalam menggali dan mengolah sumber daya
alam.
Perusahaan-perusahaan swasta sangat memberikan peran penting bagi perekonomian di
Indonesia. Peran yang diberikan BUMS dalam perekonomian Indonesia seperti berikut ini.
1. Membantu meningkatkan produksi nasional.
2. Menciptakan kesempatan dan lapangan kerja baru.
3. Membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pendapatan.
4. Membantu pemerintah mengurangi pengangguran.
5. Menambah sumber devisa bagi pemerintah.
6. Meningkatkan sumber pendapatan negara melalui pajak.
7. Membantu pemerintah memakmurkan bangsa.
Koperasi
Dalam UU No. 25 Tahun 1992, menyebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan. Landasan koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah,
tujuan, peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Koperasi
Indonesia mempunyai beberapa landasan berikut ini.
1. Landasan idiil: Pancasila.
2. Landasan struktural: UUD 1945.
3
3. Landasan operasional: UU No. 25 Tahun 1992 dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART).
4. Landasan mental: kesadaran pribadi dan kesetiakawanan. UU No. 25 Tahun 1992 pasal 2
Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan peran koperasi
seperti berikut ini.
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
dan sosial mereka.
2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan bahwa
perangkat organisasi koperasi terdiri dari :
1. Rapat anggota
2. Pengurus
3. Pengawas
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri atas modal
sendiri dan modal pinjaman :
3
Modal Sendiri Koperasi
1. Simpanan pokok, adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan wajib dibayarkan
oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak
dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
2. Simpanan wajib, adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama dan wajib
dibayar oleh anggota kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan
wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
3. Dana cadangan, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha.
Dana cadangan digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian
koperasi.
4. Hibah, yaitu sumbangan pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi dalam
upayanya turut serta mengembangkan koperasi. Hibah tidak dapat dibagikan kepada
anggota selama koperasi belum dibubarkan.
Modal pinjaman koperasi
Modal pinjaman dapat berasal dari simpanan sukarela, pinjaman dari koperasi lainnya,
pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sumber pinjaman lainnya yang sah.
III. KESIMPULAN
Sistem ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan yang berdampak pada
kehidupan masyarakat baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Sistem ekonomi
yang dianut banyak Negara memang berbeda-beda, sesuai dengan falsafah hidup Negara yang
bersangkutan. Sistem ekonomi Indonesia dijiwai dan diarahkan oleh Pancasila dan Undangundang Dasar 1945, khusunya pasal 33 serta Garis-garis Besar Haluan Negara. Sistem ekonomi
Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideology Pancasila, yang didalamnya
3
terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan
usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh dan untuk rakyat
dibawah pimpinan dan pengawasan pemerinah.
MODUL IV
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Kebijakan Pemerintah
Tujuan Instruksional :
Mahasiswa dapat memahami dasar-dasar atau latar belakang pengambilan kebijakan yang
diambil dalam bidang ekonomi.
Istilah ‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani oikonomia, yaitu gabungan kata oikos-nomos.
Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan. Oikonomia mengandung arti
aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga.
Secara istilah, ilmu ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
terbatas.
Berdasarkan ruang lingkupnya, ilmu ekonomi terbagi dalam kedua kajian yakni Ekonomi Mikro
dan Ekonomi Makro. Adapun pengertiannya yaitu sebagai berikut :
ü Ekonomi Mikro
Ekonomi Mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa bagian-bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian (dalam lingkup kecil) seperti harga, biaya produksi,
perilaku produsen, perilaku konsumen, permintaan, penawaran, teori produksi, elastisitas, dan
lain-lain.
Ekonomi mikro mempelajari bagaimana rumah tangga individual atau perusahaan pengambil
keputusan dan melakukuan interaksi di pasar tertentu. Contohnya seperti bagaimana harga
suatu barang terbentuk? Bagaimana menentukan harga? Bagaimana3memproduksi untuk
mencapai tingkat paling efisien? Bagaimana perusahaan memperoleh laba maksimum?
Bagaimana konsumen memperoleh kepuasan maksimum?
ü Ekonomi Makro
Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis kegiatan perekonomian
secara keseluruhan (dalam lingkup luas) seperti inflasi, pendapatan nasional, kesempatan kerja,
pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, neraca pembayaran, investasi, dan lain-lain.
Ekonomi Makro mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas. Contoh :
inflasi, pengangguran, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran, kebijakan fiskal,
kebijakan moneter, neraca, pembayaran, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Kedua kajian tersebut pada dasarnya adalah menjelaskan mekanisme dari kegiatan ekonomi.
Adapun jenis-jenis analisis ilmu ekonomi yaitu sebagai berikut :
ü Teori Ekonomi (Analysa Economic), yakni ilmu yang menerangkan hubungan peristiwaperistiwa ekonomi kemudian merumuskan hubungan-hubungan itu dalam suatu hokum
ekonomi. Contoh : Hukum Permintaan (Jika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang
diminta akan berkurang. Jika harga barang turun maka jumlah barang yang diminta akan
bertambah), Hukum Penawaran (Jika harga barang naik maka jumlah yang ditawarkan akan
bertambah. Jika harga barang turun maka jumlah yang ditawarkan akan berkurang), Teori
Produksi, dan lain-lain.
ü Ekonomi Deskriptif (Descriptive Economics), yakni ilmu yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari wujud dalam perekonomian. Contohnya seperti keadaan petani di Jawa
Tengah, inflasi yang meningkat pada tahun 1998, dan lain-lain.
ü Ekonomi terapan (Aplied Economics), yakni ilmu ekonomi yang mengkaji tentang kebijakankebijakan yang perlu dilaksanakan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi. Contoh :
Ekonomi Moneter, Ekonomi Koperasi, Ekonomi Perusahaan, dan lain-lain.3
Pada intinya, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengakui realitas kelangkaan lalu memikirkan
cara mengorganisasikan masyarakat dalam suatu acara yang menghasilkan pemanfaatan
sumber daya ekonomi yang paling efisien. Disinilah ilmu ekonomi memberikan kontribusinya
(sumbangan) yang unik. Pengkajian ilmu ekonomi dilakukan dalam dua tingkatan. Pertama,
pengkajian berdasarkan keputusan rumah tangga individual dan perusahaan. Dapat dikaji
interaksi rumah tangga individual dan perusahaan di pasar untuk barang dan jasa tertentu.
Kedua, dapat dikaji operasi perekonomian secara menyeluruh yang merupakan kumpulan dari
semua pengambil keputusan di semua pasar.

Perbedaan Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
Adapun perbedaan antara Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro dapat dibedakan dari tiga aspek
yaitu sebagai berikut :
Aspek
Ekonomi Mikro
Ekonomi Makro
Harga
Harga adalah nilai dari suatu Harga
adalah
komoditas (barang tertentu komoditas
saja)
Unit Analisis
secara
dari
agregat
(keseluruhan)
Pembahasan tentang kegiatan Pembahasan tentang kegiatan
ekonomi
Contoh
secara
:
individual. ekonomi secara keseluruhan.
permintaan
penawaran,
dan Contoh : pendapatan nasional,
perilaku pertumbuhan
produsen, perilaku konsumen, inflasi,
atau rugi perusahaan.
ekonomi,
pengangguran,
pasar, penerimaan, biaya, laba investasi,
Tujuan Analisis
nilai
dan
kebijakan
ekonomi.
Lebih menitik beratkan pada Lebih menitik beratkan pada
analisa
tentang
cara analisa
tentang
pengaruh
mengalokasikan sumber daya kegiatan ekonomi terhadap
supaya
dapat
kombinasi yang tepat.

dicapai perekonomian
3
menyeluruh.
Contoh Penerapan Konsep Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
secara

Ekonomi Mikro
- Interaksi antara produsen dan konsumen di pasar untuk mencapai kesepakatan harga.
- Kenaikan harga minyak di pasar
- Penurunan jumlah produksi padi.
- Penentuan harga jual beras.
- Penetapan harga keseimbangan

Ekonomi Makro
- Kenaikan defisit anggaran pemerintah.
- Pengangguran yang terus meningkat.
- Tingkat kemiskinan tinggi.
- Ketidakmerataan pembangunan di setiap daerah.
- Ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat.

Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi
Dalam upaya peningkatan kehidupan ekonomi, individu, dan anggota masyarakat tidak hanya
tergantung pada peranan pasar melalui sektor swasta. Peran pemerintah dan mekanisme pasar
(interaksi permintaan dan penawaran pasar) merupakan hal yang bersifat komplementer
(bukan substitusi) dengan pelaku ekonomi lainnya.
3
Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah),
memiliki fungsi
penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Adapun
penjelasannya sebagai berikut :

§ Fungsi Stabilisasi, yakni fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi,
sosial politik, hokum, pertahanan, dan keamanan.

§ Fungsi Alokasi, yakni fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik
seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan
telepon.

§ Fungsi Distribusi, yakni fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi
pendapatan masyarakat.
Perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:
ü Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi pemerintah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi pemerintah diperlukan dalam
perekonomian untuk mengurangi dari kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga
monopoli dan dampak negatif kegiatan usaha swasta contohnya pencemaran lingkungan.
ü Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah.
Aturan ini memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian sanksi bagi
pelaku ekonomi yang melanggarnya. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena
mekanisme pasar saja tidak dapat menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin
efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi, peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan
dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme pasar.
Kegagalan pasar (market failure) adalah suatu istilah untuk menyebut kegagalan pasar dalam
mencapai alokasi atau pembagian sumber daya yang optimum. Hal ini khususnya dapat terjadi
jika pasar didominasi oleh para pemasok monopoli produksi atau konsumsi dan sebuah produk
mengakibatkan dampak sampingan (eksternalitas), seperti rusaknya ekosistem lingkungan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara atau pemerintah memiliki fungsi yang
3
penting dalam kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan penyediaan barang dan
jasa. Barang dan jasa tersebut sangat diperlukan masyarakat dan disebut sebagai kebutuhan
publik. Kebutuhan publik meliputi dua macam barang, yaitu barang dan jasa publik dan barang
dan jasa privat. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang pemanfaatannya dapat dinikmati
bersama. Contoh barang dan jasa publik yaitu jalan raya, fasilitas kesehatan, pendidikan,
transportasi, air minum, dan penerangan. Dengan pertimbangan skala usaha dan
efisiensi, negara melakukan kegiatan ekonomi secara langsung sehingga masyarakat
dapat lebih cepat dan lebih murah dalam memanfaatkan barang dan jasa tersebut.

Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang diproduksi dan penggunaannya
dapat dipisahkan dari penggunaan oleh orang lain. Contoh : pembelian pakaian akan
menyebabkan hak kepemilikan dan penggunaan barang berpindah kepada orang yang
membelinya. Barang ini umumnya diupayakan sendiri oleh masing-masing orang.
Selain itu, peran penting pemerintah baik secara langsung dan tidak langsung didalam di dalam
kehidupan ekonomi adalah untuk menghindari timbulnya eksternalitas, khususnya dampak
sampingan bagi lingkungan alam dan sosial. Pada umumnya sektor pasar (sektor swasta) tidak
mampu mengatasi dampak eksternalitas yang merugikan seperti pencemaran lingkungan yang
timbul karena persaingan antar lembaga ekonomi. Misalnya, sebuah pabrik tekstil yang berada
dalam pasar persaingan sempurna. Menurut standar industri yang sehat, pabrik tersebut
seharusnya membangun fasilitas pembuangan limbah. Akan tetapi, mereka membuangnya
kesungai. Jika pemerintah tidak mengambil tindakan tegas, dengan memaksa pabrik tersebut
membangun fasilitas pembuangan limbah pabrik akan semakin banyak penduduk yang merasa
dirugikan atas limbah atau polusi yang diakibatkan adanya kegiatan dalam pabrik tersebut.
Selain memberi peringatan kepada tersebut, pemerintah juga mengenakan pajak polusi untuk
mendanai kerugian-kerugian yang lain.
Pada intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian supaya menanggulangi
3
kegagalan pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang merugikan banyak
pihak. Adapun
bentuk dari peran pemerintah yakni dengan melakukan intervensi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dibawah ini merupakan penjelasannya :

Intervensi Pemerintah dalam Perekonomian
Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga, monopoli, dan
eksternalitas yang merugikan maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian
suatu negara. Peranan ini dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara laungsung maupun
tidak langsung. Berikut adalah intervensi pemerintah secara langsung dan tidak langsung dalam
penentuan harga pasar untuk melindungi konsumen atau produsen melalui kebijakan
penetapan harga minimum (floor price) dan kebijakan penetapan harga maksimum (ceiling
price).
Intervensi Pemerintah secara Langsung
1. Penetapan Harga Minimum (floor price)
Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk
melindungi produsen, terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya harga gabah kering
terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak
(orang/pihak yang membeli dengan harga murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal)
yang membeli produk tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada harga
tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya melalui BULOG (Badan Usaha
Logistik) kemudian didistribusikan ke pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini
sering mendorong munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang pembentukan harganya di
luar harga minimum. Untuk mengetahui proses terbentuknya harga minimum, dapat dilihat
pada Kurva 5.1 sebagai berikut :
2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price)
Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan pemerintah
3
bertujuan untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan oleh pemerintah
jika harga
pasar dianggap terlalu tinggi diluar batas daya beli masyarakat (konsumen). Penjual tidak
diperbolehkan menetapkan harga diatas harga maksimum tersebut. Contoh penetapan harga
maksimum di Indonesia antara lain harga obat-obatan diapotek, harga BBM, dan tariff angkutan
atau transportasi seperti tiket bus kota, tarif kereta api dan tarif taksi per kilometer. Seperti
halnya penetapan harga minimum, penetapan harga maksimum juga mendorong terjadinya
pasar gelap.
Adapun proses Penetapan Harga Maksimum (ceiling price) dapat di lihat dalam kurva 5.2
sebagai berikut :
Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung
1. Penetapan Pajak
Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengenakan pajak yang
berbeda-beda untuk berbagai komoditas. Misalnya untuk melindungi produsen dalam negeri,
pemerintah dapat meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang impor. Hal tersebut
menyebabkan konsumen membeli produk dalam dalam negeri yang harganya relatif lebih
murah.
Adapun proses penetapan pajak dapat di lihat sebagai berikut :
2.Pemberian Subsidi
Pemerintah dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam pembentukan harga pasar
yaitu melalui pemberian subsidi. Subsidi biasanya diberikan pemerintah kepada perusahaanperusahaan penghasil barang kebutuhan pokok. Subsidi juga diberikan kepada perusahaan yang
baru berkembang untuk menekan biaya produksi supaya mampu bersaing terhadap produkproduk impor. Kebijakan ini ditempuh pemerintah dalam upaya pengendalian harga untuk
melindungi produsen maupun konsumen sekaligus untuk menekan laju inflasi.
Masalah-Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi
3
Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga,
monopoli, dan eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan ekonomi
juga terjadi dalam lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan pemerintah. Di negara-
negara sedang berkembang, pada umumnya terdapat tiga masalah besar pembangunan
ekonomi. Ketiga masalah tersebut berkaitan dengan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan
pengangguran yang terus meningkat. Permasalahan ekonomi makro Indonesia dalam
membangun negara sebenarnya tidak hanya sebatas itu. Inflasi yang tidak terkendali,
ketergantungan terhadap impor dan utang luar negeri merupakan masalah pemerintah dalam
bidang ekonomi makro.
Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut :
1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu keadaan ketidakmampuan yang bersifat ekonomi (ekonomi
lemah) jadi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (kebutuhan primer)
karena pendapatannya rendah. Kemiskinan terjadi karena beberapa faktor. Karena rendahnya
pendapatan yang menyebabkan rendahnya daya beli. Selain itu karena rendahnya pendidikan
masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan hidup yang layak.
Untuk mengatasi kemiskinan yaitu dengan cara membatu masayarakat pemerintah melakukan
program ‘Program Inpres Desa Tertinggal’ atau IDT, pemberian kredit untuk para petani dan
pengasuh kecil berupa ‘Kredit Usaha Kecil’ atau KUK, Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP),
Program Kawasan Terpadu (PKT), Program Gerakan Orang Tua Asuh (GN-OTA), Raskin, Bantuan
Langsung Tunai (BLT), serta program-program lainnya.
Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi pemerintah. Memang sudah menjadi
tanggung jawab pemerintah untuk mengatasinya. Namun kita semua juga haruslah ikut serta
dalam upaya pengentasan kemiskinan karena kita merupakan mahluk sosial yang beragama.
Dimulai dari upaya kecil dan nantinya akan melakukan perubahan besar.
3
Solusi atas masalah kemiskinan yang dapat kita upayakan yaitu dengan dimulai
dari diri sendiri,
mulai detik ini, dan hingga akhir nanti. Maksudnya kalian sebagai pelajar, belajarlah dengan
tekun untuk masa depan diri kalian sendiri serta nantinya akan berkembang potensi positif
kalian untuk berguna bagi masyarakat. Contohnya, jika kalian belajar dengan tekun maka kalian
membentuk diri sebagai pribadi yang intelektual serta berakhlak mulia. Potensi positif tersebut
dapat digunakan untuk memperoleh pekerjaan yang layak sehingga pendapatan yang kalian
dapatkan akan membuat kalian jauh dari kemiskinan dan pendapatan tersebut dapat kalian
sisihkan untuk membantu sesama seperti membagikan sembako atau kebutuhan-kebutuhan
lainnya, berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan lain-lain.
2. Masalah Keterbelakangan
Keterbelakangan merupakan suatu keadaan yang kurang baik jika dibandingkan dengan
keadaan lingkungan lainnya. Keterbelakangan dalam hal ini maksudnya adalah ketertinggalan
dengan negara lain di lihat dari berbagai aspek serta berbagai bidang.
Dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Indonesia masih
dikategorikan sebagai negara sedang berkembang. Ciri lain dari negara sedang berkembang
adalah rendahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya, rendahnya tingkat kemajuan dan
pelayanan fasilitas umum/publik, rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendahnya tingkat
keterampilan penduduk, rendahnya tingkat pendidikan formal, kurangnya modal, dan
rendahnya produktivitas tenaga kerja, serta lemahnya tingkat manajemen usaha.
Untuk mengatasi masalah keterbelakangan tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan
kualitas SDM dengan melakukan program pendidikan seperti wajib belajar 9 tahun dan
mengadakan pelatihan-pelatihan seperti Balai Latihan Kerja (BLK). Selain itu, melakukan
pertukaran tenaga ahli, melakukan transfer teknologi dari negara-negara maju.
Masalah keterbelakangan merupakan masalah yang harus kita atasi bersama. Karena kita
merupakan subjek atau obejek dari permasalahan ini. Upaya yang dapat kita lakukan adalah
dengan memiliki semangat ingin maju sehingga kita memiliki hasrat untuk belajar dan belajar
terus. Negara kita belum dikategorikan sebagai negara maju. Kita sebagai masyarakatnya
3
haruslah membantu pemerintah untuk mengejar ketertinggalan dari segala bidang dengan
negara lain. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan IPTEK karena merupakan
kunci untuk mengatasi masalah keterbelakangan. Apa yang dapat kalian lakukan untuk
mengatasi keterbelakangan ? Kalian harus belajar dengan tekun. Jika kalian pintar maka kalian
dapat melakukan sesuatu yang berguna seperti mengikuti olympiade mata pelajaran atau
kegiatan-kegiatan lainnya yang akan mengangkat nama negara dimata dunia. Selain itu, kalian
semestinya menjaga pembangunan seperti fasilitas publik yang telah dilakukan pemerintah.
Jangan sampai merusaknya karena jika rusak maka akan membutuhkan biaya untuk
memperbaikinya.
Selain
itu, pembangunan
yang
dilakukan
pemerintah
semestinya
dipergunakan dengan baik jangan sampai diabaikan karena pembangunan tersebut dibangun
dengan menggunakan biaya yang tidak sedikit. Contohnya seperti kebiasaan membuang
sampah sembarangan, tindakan anarki seperti kerusuhan, korupsi, mutu pendidikan rendah
karena banyak peserta didik yang kurang memenuhi standar nilai, pelanggaran lalu lintas, dan
lain-lain sehingga akan banyak hal yang dirugikan dan membutuhkan biaya untuk
mengatasinya. Jadi kita sebagai warga negara yang baik semestinya membantu pemerintah
supaya menjadi negara maju dengan menjadi warga negara yang tidak menjadi beban atau
merugikan negara serta menjadi warga negara yang produktik sehingga dapat berguna bagi
bangsa.
3. Masalah Pengangguran dan Keterbatasan Kesempatan Kerja
Pengangguran merupakan suatu kondisi kurang produktif atau pasif sehingga kurang mampu
menghasilkan sesuatu. Sedangkan keterbatasan kesempatan kerja merupakan suatu keadaan
kekurangan peluang untuk mendapatkan pekerjaan karena tidak dapat masuk dalam kuota atau
pekerjaan yang tersedia.
Masalah pengangguran dan keterbatasan kesempatan Kerja saling berhubungan satu sama
lainnya. Masalah pengangguran timbul karena adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan
kerja yang tersedia. Hal ini terjadi karena Indonesia sedang mengalami masa transisi perubahan
stuktur ekonomi dari negara agraris menjadi negara industri.
3
Untuk mengatasi masalah tersebut maka solusinya adalah dengan melaksanakan program
pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan
lapangan yang tersedia, pembukaan investasi-investasi baru, melakukan program padat karya,
serta memberikan penyuluhan dan informasi yang cepat mengenai lapangan pekerjaan.
Supaya kita tidak menjadi pengangguran karena kurangnya kesempatan kerja maka kita dapat
berupaya secara aktif sehingga menjadi produktif yang pada akhirnya kita tidak ketergantungan
pada pekerjaan yang telah tersedia. Lebih baik kita menciptakan pekerjaan yakni berwirausaha
dari pada kita ketergantungan pada pekerjaan yang belum pasti kita akan dapatkan. Kalaupun
kita tidak dapat menciptakan pekerjaan maka kita harus bersiap untuk bersaing dengan para
pencari pekerja baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu, kalian semestinya
memanfaatkan kegiatan belajar dengan baik untuk memupuk ilmu pengetahuan serta
kepribadian yang baik supya kita memiliki kompetensi atau kemampuan untuk bersaing dalam
mendapatkan pekerjaan. Dalam mendapatkan pekerjaan, yang perlu diperhatikan bukan nilai
dari pendidikan formal (sekolah,kuliah) dan non-formal (kursus ketrampilan,kepribadian, serta
pengalaman) saja yang dijadikan bahan pertimbangan utama namun penerapan atau aplikasi
dari ilmu pengetahuan yang dimiliki. Artinya percuma jika nilai tinggi di ijazah tetapi setelah
diuji kembali tidak dapat membuktikannya. Maka kalian disaat ujian janganlah membiasakan
mencontek atau bekerja sama supaya mendapatkan nilai yang tinggi.
4. Masalah Kekurangan Modal
Masalah kekurangan modal adalah salah satu ciri penting bagi setiap negara yang memulai
proses pembangunan. Kekurangan modal tidak hanya mengahambat kecepatan pembangunan
ekonomi yang dapat dilaksanakan tetapi dapat menyebabkan kesulitan negara tersebut untuk
lepas dari kemiskinan.
Pemerintah banyak melakukan program-program bantuan modal salah satunya yakni PNPM
MANDIRI. Selain pemerintah, badan usaha juga membantu dalam masalah kekurangan modal
seperti bank, koperasi, BUMN seperti PLN dan lain-lain.
3
Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan program-program yang
meningkatan kualitas SDM atau peningkatan investasi menjadi lebih produktif. Kekurangan
modal dapat diatasi secara bijak dengan tidak meminjam kepada retenir. Lebih baik meminjam
kepada koperasi karena koperasi jasa yang dikenakan bersifat menurun dan kita akan
mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Kalaupun dirasa tidak akan mampu mengembalikan
pinjaman maka semestinya kita berfikir kreatif dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
5. Masalah Pemerataan Pendapatan
Pemerataan pendapatan bukan berarti pendapatan masyarakat harus sama. Pemerataan
pendapat supaya keadaan masyarakat semakin membaik bukan semakinrendah. Pemerataan
Pendapatan merupkan upaya untuk membantu masyarakat yang ekonominya rendah supaya
tidak jauh terpojok. Artinya untuk menghindari dari adanya gap atau batas antara yang kaya
dan yang miskin. Jadi supaya yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.
Ketidakmerataan pendapatan terjadi karena sebagian besar pembangunan Indonesia
terkonsentrasi hanya dikota-kota besar saja. Oleh sebabitulah supaya pendapatan masyarakat
merata, perlu perhatian pemerintah yang didukung oleh masyarakat untuk bersama
meningkatkan pelayanan kualitas publik, meningkatkan kualitas SDM dan SDA supaya dapat
mengatasi
ketidakmerataan
pendapatan.
Penerapan
pajak
bagi
masyarakat
yang
berpenghasilan tinggi lebih dicermati lagi untuk subsidi silang bagi masyarakat yang
ekonominya masih rendah.
Apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu pemerintah dalam masalah ini ? kalian
semestinya memiliki sikap tenggang rasa jangan sombong. Maksudnya jika kalian memiliki
rezeki lebih, berbagilah dengan lainnya. Jangan kalian sombong dengan harta yang dimiliki
karena akan mengakibatkan kecemburuan sosial. Kita semestinya membantu sesama baik
dengan uang, tenaga, dan pikiran supaya dapat meningkatkan pendapatannya (taraf hidupnya)
1. Inflasi
3
Inflasi atau kenaikan harga umum secara terus-menerus dianggap berbahaya karena dapat
menyebabkan dampak negtif seperti menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya
distribusi pendapatan, dan mengganggu stabilitas ekonomi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut :
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
barang dan jasa
b. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
c. Kenaikan harga barang impor
d. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
e. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998.
Akibatnya angka inflasi mencapai 58,5%.
Untuk mengatasi masalah inflasi salah satu caranya yakni dengan operasi pasar untuk meninjau
harga supaya harga tidak terlalu tinggi dipasaran, memberikan subsidi untuk membantu
masyarakat yang ekonominya masih rendah, dan menurunkan pajak untuk meringankan beban
produsen dan konsumen.
1. Ketergantungan terhadap Impor dan Utang Luar Negeri
Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pemerintah dan sektor swasta terhadap impor dan
utang luar negeri merupakan masalah pembangunan. Impor yang tinggi jelas akan mengurangi
cadangan devisa negara. Jika cadangan devisa berkurang, stabilitas ekonomi nasional akan
lemah. Utang luar negeri merupakan suatu masalah serius pemerintah. Jika suatu negara
memiliki utang luar negeri masalah yang muncul adalah menyangkut beban utang. Semestinya
pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan ekspor supaya cadangan devisa
(pendapatan negara) menjadi bertambah serta mengurangi kebiasaan utang. Lebih baik
memanfaatkan sumber daya yang ada secara kreatif tidak tergantung pada bantuan dari pihak
luar.
3
Untuk mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi, pemerintah menggunakan kebijakankebijakan tertentu. Secara garis besar, terdapat tiga kebijakan pemerintah dalam bidang
ekonomi makro. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor publik.
Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk mengatur
mobilisasi dana domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan. Dinegara sedang
berkembang seperti Indonesia, kebijakan moneter dan kebijakan luar negeri belum berjalan
seperti yang diharapkan. Dengan demikian, peranan kebijakan fiskal dalam bidang
perekonomian menjadi semakin penting.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan
atau mengarahkan perekonomian pada saat kondisi yang lebih baik. Caranya yaitu mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran pemerintah (G). Kebijakan
fiskal pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang bersifat ekspansif
dilakukan pada saat perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi.
Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah dengan memperbesar pengeluaran pemerintah
(misalnya menambah subsidi kepada rakyat kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun
kebijakan fiskal kontraktif adalah bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat
perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh atau menghadapi inflasi. Tindakan yang
dilakukan adalah mengurangi pengeluaran pemerintah atau memperbesar tingkat pajak.

Kebijakan Moneter
3
Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia
sebagai otoritas
moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik
atau diinginkan dengan mengatur jumlah uang yang beredar (JUB) dan tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter tujuan utamanya adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB).
Kebijakan moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi pemerintah
lainnya. Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal
pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah maka dalam kebijakan
moneter Bank Sentral (Bank Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang bersedar (JUB).
Melalui kebijakan moneter, Bank Sentarl dapat mempertahankan, menambah, atau
mengurangi JUB untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kestabilan
harga-harga. Berbeda dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter memiliki selisih waktu (time
lag) yang relatif lebih singkat dalam hal pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena Bank Sentral
tidak memerlukan izin dari DPR dan kabinet untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi dalam perekonomian.
Kebijakan moneter memiliki tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market
operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib
(reserve requirement ratio). Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Operasi pasar terbuka ( open market operation )
Yaitu kebijakan pemerintah mengendalikan jumlah uang yang bredar dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan
dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang
(SPBU).
1. Fasilitas Diskonto ( Discount Rate )
Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang maksudnya adalah tingkat
bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umun yang meminjam ke bank sentral.
Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah
melakukan
3
suatu cara yaitu menurunkan tingkat bunga penjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga
pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral
menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang yang beredar bertambah dan sebaliknya.
3. Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio )
Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar. Jka rasio
cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil
dibandingkan sebelumnya.
Selain ketiga instrumen yang bersifat kuantitatif tersebut, pemerintah dapat melakukan
himbauan moral (moral suasion). Misalnya untuk mengendalikan jumlah uang beredar (JUB) di
masyarakat, Bank Indonesia melalui Gubernur Bank Indonesia memberi saran supaya
perbankan mengurangi pemberian kredit ke masyarakat atau ke sektor-sektor tersebut.
Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif
dilakukan pemerintah jika ingin menambah jumlah uang beredar di masyarakat atau yang lebih
dikenal kebijakan uang longgar (easy money policy). Sebaliknya, jika pemerintah ingin
mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah
kebijakan moneter kontraktif atau yang lebih dikenal kebijakan uang ketat (tight money policy).
Selain itu dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Sentral dapat menggunakan tiga
instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan tingkat suku bunga
(discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio).

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri merupakan salah satu bagian kebijakan ekonomi makro.
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang
mempengaruhi struktur atau komposisi dan arah transaksi perdagangan serta pembayaran
internasional. Karena merupakan salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro maka
kebijakan perdagangan internasional bekerja sama dengan baik dengan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter.
3
Tujuan dari kebijakan perdagangan luar negeri yaitu sebagai berikut :
-
Melindungi kepentingan nasional dari pengaruh negatif yang berasal dari luar negeri
seperti dampak inflasi di luar negeri terhadap inflasi di dalam negeri melalui impor atau efek
resesi ekonomi dunia (krisis global) pertumbuhan ekspor Indonesia.
-
Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor.
-
Menjaga keseimbangan neraca pembayaran sekaligus menjamin persediaan valuta asing
(valas) yang cukup, terutama untuk kebutuhan impor dan pembayaran cicilan serta bunga
utang luar negeri.
-
Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.
-
Meningkatkan kesempatan kerja.
Kebijakan perdagangan luar negeri terbagi menjadi dua macam, yaitu :
-
Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor
Tujuan Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor adalah untuk mendukung dan
meningkatkan pertumbuhan ekspor. Tujuan kebijakan ini dapat dicapai dengan berbagai
kebijakan, antara lain kebijakan perpajakan dalam berbagai bentuk, misalnya pembebasan atau
keringanan pajak ekspor dan penyediaan fasilitas khusus kredit perbankan bagi eksportir.
-
Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor
Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor bertujuan untuk melindungi industry di dalam negeri
dari persaingan barang-barang impor. Kebijakan proteksi dapat diterapkan dengan berbagai
instrumen, baik yang berbentuk tarif maupun non tarif. Proteksi-proteksi yang dilakukan
dengan tidak menggunakan tarif disebut non-tariff barriers. Hambatan yang termasuk ke dalam
3 impor, premi, dan
hambatan non-tarif, antara lain kuota, subsidi, diskriminasi harga, larangan
dumping.
Pada intinya, masalah-masalah dalam bidang ekonomi yang dihadapi pemerintah bukan hanya
tanggung jawab pemerintah saja, tetapi kita sebagai warga negara yang baik semestinya ikut
membantu dalam mengatasinya. Banyak cara yang dapat diupayakan dimulai dengan
melakukan program-program serta kebijakan-kebijakan. Hal tersebut tidak akan berjalan
dengan baik tanpa kerja sama masyarakatnya. Untuk itu, masyarakat semsetinya sudah dapat
memposisikan dirinya untuk membantu supaya pembangunan yang dilakukan pemerintah
tersebut berjalan dengan baik dengan cara tidak menjadi beban atau kendala bagi pemerintah.
3
MODUL V
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Teori Pertumbuhan Ekonomi
Tujuan Instruksional :
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep pertumbuhan ekonomi
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barangbarang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. (Jhingan, 2000)
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kondisi dimana terjadinya perkembangan GNP
yang mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup
masyarakat. (Asfia, 2009)
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam
pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori
mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka
perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah
pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu
yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat
(Boediono, 1992)
Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang
3 modal, luas tanah
dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, para ahli ekonomi klasik
menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh pertambahan penduduk pada pertumbuhan
ekonomi.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang semakin
berkurang (the law of diminishing return) akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini
berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya,
apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal
dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang
besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan
seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak,
pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap
penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi
akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi
dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stasionary state). Pada keadaan ini
pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan
ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan
tidak berkembang tersebut.
Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan
penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka
pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk
sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi
fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya
pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang
tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini
pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu
dinamakan penduduk optimum.
3
Teori Rostow
Rostow menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai
perubahan yaitu;
1.
Perubahan reorientasi organisasi ekonomi
2.
Perubahan pandangan masyarakat
3.
Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang
lebih produktif.
4.
Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah keyakinan bahwa
alam itu tidak menentukan kehidupan manusia, tapi kehidupan manusia harus mampu
menaklukkan/mengendalikan kekayaan alam sehingga apa yang tersedia dapat menjadi sumber
kehidupan dalam mencapai kemakmuran.
Selanjutnya Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi, sebagai
berikut :
1.
The traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi
masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang cara berpikirnya primitive dan irrasional.
2.
The precondition for takeoff (prasyarat tinggal landas), merupakan masa transisi
masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-teknik baru dan pemikirapemikiran baru dari luar kehidupan mereka.
3.
The take off (tinggal landas), artinya pada tahap ini terjadi perubahan – perubahan yang
sangat drastic dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi (penemuan-penemuan
baru) dalam berproduksi dan lain sebagainya.
4.
The drive to maturity (menuju kematangan), artinya pada tahap ini masyarakat secara
efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan
kekayaan alam.
5. The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya pada tahap ini masyarakat lebih
3
menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan
welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara
mengusahakan distribusi pendapatan melalui system perpajakan yang progresif. Masyarakat
tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi tapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang
tahan lama dan barang-barang mewah.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes
yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu:
a.
Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal digunakan
secara penuh.
b.
Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan.
c.
Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional
d.
Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap,
demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output Ratio atau COR) dan rasio
pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Ratio atau ICOR)
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari
pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun
demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru
sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modaloutput (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak
tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh
(Lincolyn, 2004).
3
Hubungan tersebut yang kita kenal dengan istilah modal-output ratio (COR) yaitu 3
berbanding 1. Jika kita menetapkan COR = k , rasio kecenderungan menabung (MPS) = s yang
merupakan proporsi tetap dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan.
Kelemahan Teori Harrod-Domar
Ada beberapa kelemahan dari teori pertumbuhan Harrod-Domar , yakni :
1.
MPS dan ICOR tidak konstan
Menurut teori ini, kecenderungan untuk menabung (MPS) dan ICOR diasumsikan konstan.
Padahal kenyataannya kedua hal tersebut sangat mungkin berubah dalam jangka panjang dan
ini tidak berarti memodifikasi persyaratan-persyaratan pertumbuhan yang mantap yang
diinginkan.
2.
Proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap
Asumsi bahwa tenaga kerja dan modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap tidaklah dapat
dipertahankan. Pada umumnya tenaga kerja dapat menggantikan modal dan perekonomian
dapat bergerak ke arah pertumbuhan yang mantap.
3.
Harga tidak akan tetap konstan
3
Model Harrod-Domar mengabaikan perubahan-perubahan harga pada umumnya. Padahal
perubahan harga selalu terjadi di setiap waktu dan sebaliknya dapat menstabilkan situasi yang
tidak stabil
4.
Suku bunga berubah
Asumsi bahwa suku bunga tidak mengalami perubahan adalah tidak relevan dengan analisis
yang bersangkutan. Suku bunga dapat berubah dan pada akhirnya akan mempengaruhi
investasi.
Teori Transformasi Struktural
Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan
berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mentransformasi
struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang bersifat tradisional menjadi
dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini
dipelopori oleh W. Arthur Lewis.
Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor
pertanian dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan
marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikurangi
tidak akan mengurangi output dari sector pertanian. Sektor industri modern adalah sektor
modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian
berpindah ke sektor modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan
output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan
meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output
Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan
Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi pertumbuhan populasi
dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya
3
sepanjang waktu (Mankiw:2000). Dalam teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai
variabel yang eksogen. Hubungan antara output , modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam
bentuk fungsi sebagai berikut.
y = f (k) ........(1)
Dari persamaan (1) terlihat bahwa output per pekerja (y) adalah fungsi dari capital stock
per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “the law of deminishing
return”, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor akan menambah
output per pekerja lebih banyak, tetapi pada titik tertentu penambahan capital stock per
pekerja tidak akan menambah output per pekerja dan bahkan akan bisa mengurangi output per
pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituiskan sebagai berikut.
i = s f(k) .........(2)
Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi capital stock
per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi dan penyusutan dimana
investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya.
Δk = i - γ kt ...............(3),
Dimana ; γ adalah porsi penyusutan terhadap capital stock
Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan capital stock dan
akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang cepat.
Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika
telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi
sama dengan penyusutan sehingga akumulasi modal.
Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi.
Pertumbuhan populasi lebih bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya akan mengurangi capital stock per
pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama akan
mengurangi capital stock. Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut.
Δk = sf(k) - (γ + n) kt, .......................(4)
dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi.
3
Dalam teori ini diprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan
memiliki GDP perkapita yang rendah (Mankiw : 2000).
Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen. Dalam
perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y =f (K,L,E), dimana E adalah efisiensi tenaga
kerja. Selanjutnya y adalah Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh
dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai
Δk = sf(k) - (γ + n + g) kt, .......................(5)
dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja. Dampak
dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang terus tumbuh.
Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan
ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu meningkatkan investasi yang sesuai dalam
perekonomian baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat
meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi
pada sektor swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.
Teori Pertumbuhan Endogen
Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) merupakan teori yang muncul
karena menolak asumsi model Solow tentang pertumbuhan teknologi eksogen. Sebagai ilustrasi
dari model pertumbuhan endogen dapat dijelaskan sebagai berikut;
Y = AK ……………… (1)
Dimana Y adalah output, K adalah persediaan modal dan A adalah konstanta yang mengukur
jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal. Terlihat bahwa pada fungsi produsi
diatas tidak menunjukkan adanya muatan dari pengembalian modal yang kian menurun. Satu
unit modal tambahan memproduksi unit output tambahan A, tanpa memperhitungkan banyak
modal disini. Keberadaan pengembalian modal yang kian menurun merupakan perbedaan
penting antara model pertumbuhan endogen dengan model Solow.
ΔK = sY – δK ………….. (2)
3
Persamaan (2) menunjukkan bahwa perubahan pada persediaan modal (ΔK) sama dengan
investasi (sY) dikurangi dengan penyusutan (δK). Dengan menggabungkan antara persamaan (1)
dan (2) akan didapatkan
ΔY/Y = ΔK/K = sA – δ ……………… (3)
Persamaan (3) menunjukkan apa yang menentukan pertumbuhan output (ΔY/Y). selama sA > δ ,
pendapatan perekonomian tumbuh selamanya bahkan tanpa ada asumsi kemajuan teknologi
eksogen.
Dalam model Solow, tabungan akan mendorong pertumbuhan sementara, tetapi
pengembalian modal yang kian menurun secara berangsur-angsur mendorong perekonomian
mencapai kondisi mapan dimana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi
eksogen. Sebaliknya dalam model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa
mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan.
Teori Supply Side Economic Growth
Selama ini konsep pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan terlalu berorientasi pada
pengelolaan permintaan aggregate. Martin Feldstein mengembangkan konsep baru yang
disebut supply side economic growth. Konsep pertumbuhan ekonomi ini didasarkan pada
pandanga ekonomi klasik yang menyatakan output lebih memberikan reaksi terhadap insentif
pajak dan faktor-faktor pendapatan setelah pajak, dibandingkan dengan perubahan dalam
permintaan aggregate. Martin mengusulkan penekanan yang lebih besar terhadap faktor-faktor
yang akan menaikkan pertumbuhan output potensial sepperti menaikkan tabungan dan
investasi, memperbaiki peraturan dan pengurangan pajak.
Terjadinya pertumbuhan investasi diakibatkan oleh adanya tabungan. Oleh karena itu
seharusnya masyarakat diberi kesempatan untuk bisa menabung. Caranya tentu dengan
menaikkan insentif atau imbalan (pendapatan yang diterima masyarakat) yang memadai,
sehingga mereka mampu menyisihkan pendapatannya untuk ditabung (ingat S = f(Y), artinya
3
saving ditentukan oleh pendapatan). Adanya kemampuan menabung, tentu jumlah tabungan
akan meningkat dan tabungan ini merupakan sumber pendanaa investasi. Meningkatnya
investasi akan menimbulkan multiplier investment terhadap pendapatan nasional.
Upaya untuk menaikkan pendapatan yang memadai dan bisa meningkatkan sumber
penerimaan negara (berupa pajak) adalah dengan cara menurunkan pajak bukan menaikkan
pajak. Sehubungan dengan itu Arthur Laifer menyatakan bahwa tarif pajak yang tinggi akan
menurunkan penerimaan pajak itu sendiri. Hal ini disebabkan pajak tinggi akan mempersempit
objek pajak, karena aktivitas perekonomian akan semakian rendah.
Oleh sebab itu kunci untuk menciptakan terjadinya pertumbuhan ekonomi adalah
kebijakan – kebijakan yang dapat meningkatka aggregate supply atau output nasional yang
ditawarkan kepada masyarakat.untuk itu yang perlu dilakukan adalah menaikka insentif dalam
kegiatan ekonomi dan menurunkan tarif pajak.
3
MODUL VI
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Pendapatan Nasional (GDB dan GNP)
Tujuan Instruksional :
Pengertian
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun. Perhitungan tersebut berdasarkan anggapan bahwa
pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup selama setahun. Konsep
pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha
menaksir pendapatan nasional negaranya.pada tahun 1665. Namun pendapat tersebut tidak
disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern,
alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (gross
National Product, GNP) yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh
suatu negara yang diukur menurut harga pasar. Oleh karena itu pengertian pendapatan
nasional adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam
kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam satuan uang.
1. 1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product GDP)
Produk domestic bruto merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama 1 tahun. Dalam perhitungan
GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang
asing yang beroperasi diwilayah suatu Negara. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang
3
modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto/kotor. Semua hasil produksi orang/perusahaan asing di dalam negeri
yang harus dibayarkan disebut factor income payment to aboard, sedangkan hasil produksi
diluar negeri yang diterima disebut factor income receipt from aboard. Apabila yang dibayarkan
lebih kecil daripada yang diterima, maka akan terjadi pembayaran ke dalam negeri. Selisihnya
merupakan pendapatan neto ke luar negeri atau disebut net factor income payment to aboard.
Jika net factor income tersebut diberi notasi n maka
GDP – n = GNP atau GNP + n = GDP
Pada pembahasan selanjutnya nanti akan dibahas pula metode penghitungan pendapatan
nasional yang melalui pendekatan / metode produksi.
2.
Produk Nasional Bruto (Gross National Product GNP)
Produk Nasional Bruto atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan
oleh penduduk suatu Negara (nasional) selama 1 tahun. Dalam pengertian PNB (GNP) ini,
termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga Negara yang berada diluar
negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi diwilayah Negara
tersebut. Apabila ada hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi diwilayah Negara
Indonesia, harus dikurangkan. Sebenarnya perbedaan PDB dengan PNB terletak pada net factor
income saja.
Jika GDP lebih besar dari GNP, maka penanaman modal asing lebih besar dari penanaman
modal Negara tersebut diluar negeri. Keadaan seperti ini merupakan indikasi bahwa Negara itu
belum meluaskan usahanya ke luar negeri dan masih menerima banyak modal dari luar negeri.
Sebaliknya, jika GDP lebih kecil dari GNP biasanya Negara itu mampu menanamkan modal lebih
banyak di luar negeri daripada menerima modal asing dari luar negeri. Produk nasional Bruto
merupakan pendapatan nasional yang diperoleh melalui pendekatan metode pengeluaran.
3
3. Produk Nasional Neto (Net National Product)
Produk Nasional neto (NNP) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan yang disebut
juga replacement dari barang modal. Replacement atau penggantian barang modal/penyusutan
bagi peralatan produksi yang terpakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran
sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relative kecil.
Berikut rumus untuk mengetahui NNP :
NNP = GNP – Penyusutan (Replacement)
4. Pendapatan nasional Neto (Net National Income)
Pendapatan Nasional Neto (NNI) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa
yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNi dapat diperoleh
dari NNP dikurangi pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya
dapat dialihkan kepada pihak lain, contoh pajak penjualan, pajak hadiah, pajak impor, bea
ekspor, dan cukai- cukai.
Berikut rumus untuk mencari NNI :
NNI = NNP – Pajak Tidak Langung
Namun bila terdapat depresiasi atas suatu kegiatan produksi maka NNP akan dikurangi pula
dengan jumlah depresiasi tersebut. hal ini dikarenakan setiap kegiatan produksi pasti akan
diikuti penyusutan dari berbagai sector yang terkait didalamnya.
3
5.
Pendapatan Perseorangan (Personal Income)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan
kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer
payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa
produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga
utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan,
terlebih dahulu NNI harus dikurangi dengan :
- pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah),
- laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa
tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan
- iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja
(pension). Juga termasuk iuran jaminan sosial serta iuran asuransi.
Berikut adalah cara untuk mengetahui pendapatan perseorangan (PI) :
PI = NNI – (pajak perusahaan + laba ditahan + iuran jaminan sosial) + transfer payment
3
6. Pendapatan yang Dapat Dibelanjakan (Disposable Income)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang
disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI)
dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak,
contohnya pajak pendapatan. Berikut adalah cara untuk mengetahui pendapatan yang dapat
dibelanjakan (Disposable Income) :
Disposable income = Personal Income – Direct tax (Pajak Pengahasilan)
1. II.
Penghitungan Pendapatan Nasional
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pendapatan nasional bisa saja berbentuk PDB atau
GNP. Dalam perhitungannya, kedua unsur ini tidak dibedakan secara jelas. Namun biasanya
orang hanya akan menghitung PDB atau GDP karena GNP dapat diperoleh dengan
menambahkan PDB atau GDP dengan net income from aboard. Untuk menghitung pendapatan
nasional dapat digunakan tiga metode yaitu :
1. a. Pendekatan Produksi
Penghitungan pendapatan nasional dengan pendapatan produksi adalah dengan menghitung
jumlah produksi masing – masing sector ekonomi kemudian dijumlahkan. Metode ini dapat juga
dilakukan dengan cara keseluruhan nilai tambah dari semua sector kegiatan ekonomi. Ketika
3
menghitung pendapatan nasional harus dihindarin terjadinya perhitungan ganda. Oleh karena
itu, pendekatan produksi diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (bukan nilai jual)
seluruh barang dan jasa yang dihasilkan. Apabila di suatu Negara terdapat beberapa sector,
yaitu sector ekstraktif (E), agraris (A), industry (I), niaga/perdagangan (N), dan jasa (J), maka
nilai yang diperoleh disebut national income yang dirumuskan sebagai berikut :
NI = E +A + I + N + J
Penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi ini dedasarkan atas jumlah hasil
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat atau negara dalam satu tahun. Semua nilai hasil
akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Hal ini berarti bahwa pendapatan nasional atas
dasar harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk nasional atas dasar harga pasar. Nilai
pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai – nilai tambahan yang
diciptakan oleh tiap – tiap sector yang ada dalam perekonomian. Seluruh nilai tambahan yang
diciptakan dalam suatu sector merupakan nilai produksi dari sector tersebut yang
disumbangkan kepada pendapatan nasional. Selain untuk menunjukkan besarnya kontribusi
dari tiap –tiap sector ekonomi kepada pendapatan nasional, penghitungan dengan cara
produksi dilakukan hanya dengan menjumlahkan niulai – nilai tambahan yang diciptakan adalah
dengan tujuan untuk menghindari penghitungan 2 kali.
b. Pendekatan Pendapatan
Pendapatan nasional ditentukan dengan menjumlahkan pendapatan yang diperoleh para
pekerja, pendapatan para pengusaha, dan pendapatan pemilik modal yang dapat berupa upah
atau gaji, bunga modal, dan laba. Dalam pendekatan pendapatan, PDB atau GDP didefinisikan
sebagai total pendapatan dari faktor – faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi
disuatu Negara dalam periode tertentu.
3
Menurut Suryana, pendekatan ini dilakukan dengan cara menjumlahkan pendapatan dari faktor
– faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Pendapatan yang
dihitung adalah pendapatan yang diperoleh oleh mereka yang memiliki faktor – faktor produksi,
seperti pemilik modal, pekerja, dan pengusaha. Para pemilik faktor produksi ini masing –
masing memperoleh gaji, sewa, bunga modal, dan profit yang dilambangkan dengan wages (w),
rent (r), interest (i), dan profit (p). dengan demikian NI dirumuskan :
NI = w + r + i + p
Penghitungan
pendapatan
nasional
dengan
metode
pendapatan,
pada
umumnya
menggolongkan pendapatan yang diterima sector – sector produksi dengan cara sebagai
berikut :

Pendapatan para pekerja, yakni gaji dan upah.

Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan).

Pendapatan dari sewa.

Bunga neto, yakni seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga
pinjaman konsumsi dan bunga pinjaman pemerintah.

Keuntungaan perusahaan.
Bunga pinjaman pemerintah dan bunga pinjaman untuk konsumsi tidak dihitung sebagai bagian
dari pendapatan nasioal. Hal ini karena pembayaran bunga tersebut bukanlah bunga yang
dibayarkan kepada modal yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaan, yang dipinjamkan
dalam kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pembentukan modal/investasi. Berdasarkan
alasan yang sama bunga yang dibayar oleh konsumen untuk membeli batang – barang
konsumsi secara cicilan tidak termasuk sebagai bagian dari pendapatan nasional.
c. Pendekatan Pengeluaran
Berdasarkan metode ini, pendapatan nasional dapat dihitung dari seluruh
3 pengeluaran yang
dilakukan oleh seluruh masyarakat, pengeluaran masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut :

Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Pengeluaran konsumsi pemerintah, baik pusat maupun daerah,

Pembentukan modal tetap bruto seperti persediaan barang – barang dan alat – alat
produksi tahan lama.

Ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa.
Apabila pengluaran konsumsi rumah tangga dilambangkan (C), pengeluaran konsumsi
pemerintah dilambangkan (G) pembentukan investasi dilambangkan dengan (I), ekspor barang
dan jasa dilambangkan (X), dan impor barang dan jasa dilambangkan dengan (M), maka NI
dirumuskan :
PN = C + G + I + (X – M)
3
1. III.
Pendapatan per Kapita
Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara.
Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara
dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB per
kapita.Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat
pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur
negara tersebut. dengan demikian pendapatan per kapita adalah pendapatan rata – rata
penduduk suatu Negara. Sehingga rumusnya adalah :
Pendapatan per Kapita = Jumlah pendapatan Nasional
Jumlah Penduduk
jika penpadatan nasional untuk berbagai tahun diketahui, menentukan pendapatan per
kapita bukanlah hal sulit. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata – rata penduduk. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan pendapatan per kapita dalam suatu tahun tertentu adalah
dengan cara membagi pendapatan pada tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun
tersebut. untuk menentukan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun
dapat dityentukan dengan cara penentuan pendapatan nasional rill, yaitu dengan rumus
berikut :
GT = PNRt – PNRt-1 / PNRt-1 x 100%
Keterangan : GT
= Pertumbuhan pendapatan per kapita yang dinyatakan dalam persen.
3
PNRt
= Pendapatan per kapita pada tahun t
PNRt-1 = Pendapatan per kapita pada tahun ke (t-1) sebelum tahun ke- t
Kegunaan Perhitungan Pendapatan per Kapita adalah sebagai berikut :
ᴥ. Sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu Negara dengan Negara lain.
ᴥ. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu Negara dengan Negara lainnya.
ᴥ. Sebagai data untuk kebijakan atau sebagai bahan baku pertimbangan mengambil
kebijakan mengambil langkah di bidang ekonomi.
ᴥ. Sebagai data untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu Negara
dari tahun ke tahun
1. IV.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila didukung suatu perencanaan
yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan, dan evaluasi hasil –
hasil pembangunan. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu
menggunakan data statistic yang memuat informasi tentang kondisi rill suatu daerah pada saat
tertentu sehingga kebijakan dan strategi yang telah atau akan dilaksanakan dapat dimonitor
dan dievaluasi.
Produk Domestik Regional bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu tahun
tertentu. PDRB dihitung berdasarkan harga barang yang berlaku dan atas harga konstan. PDRB
3
atas harga berlaku menggambarkan nilai – nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tersebut, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun dasar.
PDRB merupakan jumlah bruto yang dihasilkan suatu daerah dalam satu tahun tertentu.
Perbedaan antara konsep neto dan bruto ialah konsep bruto masih mengandung komponen
penyusutan, sedangkan pada konsep neto komponen penyusutan tersebut telah dikeluarkan.
Dengan demikian, PDRN sama dengan PDRB dikurangi dengan biaya penyusutan atas barang
modal yang digunakan dalam proses produksi barang dan jasa.
Metode Penghitungan PDRB atas Dasar Harga Berlaku
Penghitungan PDRB suatu daerah secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan 2
metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode lamngsung adalah metode
penghitungan PDRB dengan cara langsung menghitung nilai tambah yang terbentuk atau
diperoleh pada masing – masing komponen penyusunan yaitu dengan cara :

Pendekatan Produksi
Yaitu dengan cara menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang berhasil diciptakan oleh
masing – masing kegiatan ekonomi yang ada pada suatu wilayah dan kemudian
menjumlahkannya

Pendekatan pendapatan
Yaitu dengan menghitung semua balas jasa yang diterima oleh masing – masing faktor produksi,
yaitu upah dan gaji, dan surplus usaha serta ditambah dengan unsur penyusutan dan pajak
tidak langsung neto.

Pendekatan Pengeluaran
3
Perhitungan PDRB dengan pendekatan pengeluaran bertitik pada penggunaan
akhir dari
barang/jasa di wilayah kabupaten/kota. Jadi, PDRB dihitung berdasarkan komponen
pengeluaran akhir yang menggunakan /mengkonsumsi nilai tambah.
Metode Perhitungan PDRB atas Dasar harga Konstan
Perhitungan atas dasar harga konstan ini berguna untuk perencanaan ekonomi secara
keseluruhan atau secara sektoral. Oleh karena itu, untuk dapat mengukur perubahan volume
produksi dan perkembangan produktivitas secara nyata, faktor pengaruh perubahan harga
perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas harga konstan dilakukan dengan
membandingkan output pada tahun berjalan dengan indeks harga. Dari segi metode statistic,
nilai tambah atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan beberapa metode sebagai
berikut.

Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengalikan volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan
pada tahun yang berjalan dengan harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar.

Ekstrapolasi
Metode ini dilakukan dengan cara membagi nilai produksi pada tahun berjalan dengan suatu
indeks volume dan dikalikan 100. Indeks volume yang digunakan sebagai ekstrapolasi dapat
merupakan indeks dari masing – masing produksi yaitu tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan
lainnya yang dianggap sesuai.

Deflasi
Metode ini, dilakukan dengan cara membagi nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks
harga sebagai deflator dan dikalikan 100. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator adalah
indeks harga yang sesuai dengan sifat dan komoditas dari kegiatan ekonomi yang dihitung
3
nilainya, seperti indeks harga produsen, indeks harga bahan bangunan, indeks harga bahan
pertambangan dan sebagainya.

Deflasi berganda
Metode ini dilakukan dengan mendeflasikan secara terpisah antara output dan biaya antara
atau nilai tambah dari masing – masing kegiatan ekonomi. Indeks harga yang digunakan sebagai
deflatopr untuk menghitung output biasanya merupakan indeks harga produsen sedangkan
untuk menghitung indeks biasanya merupakan harga dari komponen input terbesar.
1. V. Produk Domestik Bruto dan Kemakmuran
Semakin tinggi produksi masyarakat, semakin tinggi pula pendapatan nasional. Perbandingan
antara tingkat pendapatan nasional dengan banyaknya jumlah penduduk dan penerima
pendapatan di kalangan penduduk menunjukkan tingkat kemakmuran. Tingkat kemakmuran
bagi Negara – Negara atau daerah yang hanya bergantung pada hasil – hasil yang ada pada
daerah sendiri ditentukan oleh faktor berikut :

Kekayaan berupa sumber – sumber ekonomi ( kekayaan alam)

Jumlah penduduk

Kemampuan penduduk dalam menerapkan teknik produksi.
Faktor – faktor tersebut dapat dirumuskan :
3
K = AT / P
Untuk mencapai tingkat kemakmuran suatu Negara dibutuhkan pertumbuhan ekomoni yang
dinamis. Pertumbuhan ekonomi terjadi jika ada kenaikan PDB dari tahun sebelumnya dengan
mengabaikan pertumbuhan penduduk.
1. VI.
Manfaat dan Tujuan Penghitungan Pendapatan Nasional
Setelah kalian mempelajari pendapatan nasional, mulai pengertian, cara perhitungan,
komponen dan konsepnya, manfaat apa yang dapat diperoleh? Sekarang akan dikemukakan
manfaat yang dapat diperoleh dari mempelajari pendapatan nasional.
Adapun manfaat tersebut sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui/menelaah struktur ekonomi suatu negara.
b. Dapat membandingkan perekonomian suatu negara, masyarakat bahkan keluarga dari suatu
waktu ke waktu lainnya.
c. Dapat membandingkan perekonomian antardaerah.
d. Dapat menghitung atau memperkirakan pendapatan pribadi atau keluarga dalam satu
periode tertentu.
Tujuan Perhitungan Pendapatan Nasional
3
Tujuan mempelajari perhitungan pendapatan nasional, sebagai berikut:
a. Untuk melihat kemajuan masyarakat dan negara di bidang perekonomian serta melihat
pemerataan pembangunan guna mencapai keadilan dan kemakmuran.
b. Untuk memperoleh taksiran akurat tentang nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
masyarakat dalam satu tahun.
c.
Untuk mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
perekonomian suatu negara.
d. Untuk membantu membuat rencana dan melaksanakan program pembangunan
berjangka guna mencapai tujuan pembangunan nasional.
1. VII.

Faktor yang memengaruhi
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh
sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat
menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.Konsumsi merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan nasional. Jika terjadi perubahan permintaan
atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan
pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga
dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat
pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi
akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah3pengangguran.

Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu
perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan
(saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara
konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari
pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku
masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.

Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran
agregat.
3
MODUL VII
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Inflasi dan Pengangguran
Tujuan Instruksional :
Inflasi
Pengertian inflasi:
Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga keseluruhan (general price level).
Inflasi dipandang sebagai penyakit dalam perekonomian jika inflasi yang terjadi berlangsung
terus menerus dan nilainya tinggi—atau semakin meninggi atau tidak terkendali—hiperinflasi.
Secara umum, inflasi menyebabkan kemampuan daya beli (purchasing power) masyarakat
menjadi berkurang. Oleh karena itu, inflasi juga dapat dipandang sebagai proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu.
Tingkat harga merupakan opportunity cost bagi masyarakat dalam memegang aset finansial.
Semakin tinggi perubahan harga, maka semakin tinggi pula opportunity cost dalam memegang
aset finansial. Artinya masyarakat akan lebih beruntung jika memegang aset dalam bentuk riil
dibandingkan dalam bentuk finansial, jika harga tetap tinggi.
Inflasi tidak selamanya berarti buruk, inflasi yang rendah dipandang baik bagi perekonomian
karena dapat mendorong aktivitas perekonomian yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan nasional. Kondisi perekonomian dalam masa recovery dan boom ditandai dengan
pertumbuhan uang beredar dan tingkat inflasi yang meninggi.
1. Perhitungan Inflasi
Inflasi biasanya dihitung sebagai persentase perubahan tingkat harga sekelompok barang
atau jasa (indeks harga) pada suatu periode tertentu (t0) dibandingkan tingkat harga
periode sebelumnya (t-1). Indeks harga yang biasanya digunakan sebagai dasar perhitungan
inflasi adalah:
3
a. Indeks Harga Konsumen (IHK)—Consumer Price Index (CPI), adalah indeks tingkat harga
rata-rata dari sekelompok barang/jasa yang dibeli sehari-hari oleh konsumen
(barang/jasa tersebut mewakili pengeluaran belanja rutin rumah tangga dan diukur
pada tingkat harga yang dibeli konsumen atau harga retail);
b. Indeks Harga Produsen (IHP)—Producer Price Index (PPI), adalah indeks tingkat harga
rata-rata dari sekelompok barang/jasa yang dibutuhkan produsen untuk melakukan
proses produksi. Karena IHP diukur pada tingkat hulu (tingkat harga bahan baku), IHP
sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK dimasa depan (perubahan harga bahan
baku akan mempengaruhi biaya produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga
jual produk/jasa yang dibeli konsumen);
c. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)—Wholesale Price Index, adalah indeks harga
transaksi
yang
terjadi
antara
penjual/pedagang
besar
pertama
dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu
komoditas
d. Deflator PDB—GDP Deflator, adalah indeks tingkat harga keseluruhan. Deflator PDB
merupakan rasio antara PDB riil dengan PDB nominal pada satu tahun dikali dengan 100.
eflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang
produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
IHK merupakan dasar perhitungan yang paling sering dijadikan acuan oleh karena
IHK merupakan indeks yang berhubungan langsung dengan konsumen. Perhitungan
inflasi dapat dilakukan dengan cara menghitung perubahan harga pada satu periode
(harian, bulanan, tahunan) dibandingkan dengan periode sebelumnya, seperti
rumus berikut:
%∆𝐶𝑃𝐼 =
𝐶𝑃𝐼𝑡 − 𝐶𝑃𝐼𝑡−1
× 100
𝐶𝑃𝐼𝑡
Jika nilai yang dihasilkan adalah positif maka terjadi inflasi sedangkan jika negatif
3
maka disebut deflasi yaitu suatu kondisi di mana perubahan tingkat harga (% CPI)
adalah negatif.
1. Penyebab Inflasi
A. Demand Pull Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh kondisi di mana Aggregate Demand lebih besar
dari pada Aggregate Supply.
Contoh: Menjelang perayaan keagamaan di Indonesia, misalnya lebaran, natal,
dsb biasanya tingkat harga meningkat
B. Cost Push Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh kondisi di mana terjadi kenaikan harga faktor
produksi seperti upah, biaya produksi dan bahan baku.
Contoh: Kenaikan harga minyak dunia akan mendorong inflasi dalam negeri
C. Inertial Inflation
Inflasi yang terjadi karena meningkatnya secara bersamaan Aggregate Demand
dan Aggregate Supply
Milton Friedman, seorang monetarist, mengatakan bahwa inflasi selalu merupakan
fenomena moneter; pertumbuhan uanglah yang merupakan penyebab utama inflasi
di dunia.
2. Dampak Inflasi
Inflasi menyebabkan harga-harga barang meningkat sehingga akan menurunkan
daya beli masyarakat. Tidak sebagaimana pajak yang dapat diatur pihak-pihak mana
saja yang merupakan objek pajak, dampak inflasi akan dialami oleh semua golongan
masyrakat—kaya miskin dan tua muda. Beberapa unsur didalam masyarakat yang
paling merasakan dampak dari inflasi diantaranya adalah pemilik pendapatan tetap,
penabung, debitur dan kreditur dan produsen.
a.
Pemilik pendapatan tetap
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan
3 dapat diperoleh
karena dengan pendapatan yang sama, jumlah barang yang
akan semakin berkurang. Bahkan jika perusahaan tempat pekerja dengan gaji
tetap tersebut menaikkan upah dengan prosentase kenaikan upah yg sama
dengan laju inflasi maka secara riil pekerja tersebut tidak menjadi lebih baik.
Pendapatannya sebelum dan sesudah kenaikan upah secara riil sama saja
(karena kenaikan upah tidak mendorong peningkatan daya beli dalam kasus ini)
b. Penabung
Inflasi juga berpengaruh kepada tabungan masyarakat. Hal ini disebabkan
karena nilai tabungan masyarakat secara riil akan mengalami pengurangan
pada situasi inflasi (pada saat inflasi tingkat harga mengalami kenaikan,
walaupun tabungan memberikan bunga akan tetapi jika bunga yang dihasilkan
lebih rendah dibandingkan peningkatan harga, maka secara riil kemampuan
dari tabungan-tabungan tersebut untuk membeli barang menurun—nilai riil
tabungan turun). Kondisi ini akan menyebabkan keengganan masyarakat untuk
menabung, sehingga jumlah tabungan masyarakat akan berkurang, yang pada
akhirnya berdampak pada ketersediaan modal untuk investasi. Akibat lebih
jauh akan mengurangi produktivitas dalam masyarakat.
c.
Debitur dan Kreditur
Bagi debitur, inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang
kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.
Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada
saat peminjaman.
d. Produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh
(harga pokok penjualan) lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Akan
tetapi, peningkatan pada harga jual produknya akan mengurangi permintaan
atas produk dan pada akhirnya akan mengurangi keuntungan para produsen
3. Cara Mengatasi Inflasi
1.
Kebijakan Moneter
3
Ketika laju inflasi dianggap tinggi, bank sentral dapat menggunakan kebijakan
moneter untuk mengendalikan (pengetatan) jumlah uang beredar di
masyarakat melalui:
- Penetapan cadangan minimum
- Operasi pasar terbuka
- Fasilitas diskonto
2.
Kebijakan Fiskal
- Efisiensi pengeluaran pemerintah yaitu dengan cara menunda pengeluaran
yang bersifat temporer dan tidak mendesak
- Menaikkan pajak baik dengan peningkatan tarif pajak (intensifikasi) ataupun
dengan melakukan diversifikasi jenis pajak (ekstensifikasi)
3.
Kebijakan Riil
- Meningkatkan jumlah produksi
- Mengendalikan harga (contoh operasi pasar oleh bulog)
B. Pengangguran
1. Pengertian pengangguran
adalah orang yang tidak dipekerjakan (unemployed), tapi sedang mencari pekerjaan
atau sedang menunggu untuk dipekerjakan.
2. Jenis-jenis penangguran
A. Frictional Unemployment
Mereka yang tidak bekerja karena pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain
atau dari satu tempat ke tempat lain.
Pencatatan atau sensus dilaksanakan setiap periode tertentu, pada saat
pencatatan seringkali seseorang sedang menunggu pekerjaan baru atau sedang
pindah dari satu tempat ke tempat lainnya pada saat pencatan
(sensus)
3
dilakukan.
B. Structural Unemployment
Mereka yang tidak bekerja karena permintaan lebih rendah dari penwaran baik
untuk satu jenis pekerjaan maupun pada sektor – sektor tertentu.
Dalam pasar tenaga kerja sering terjadi adanya excess supply dan excess
demand, baik pada satu jenis pekerjaan maupun pada sektor-sektor tertentu.
Excess Supply adalah suatu kondisi di mana terdapat kelebihan penawaran
tenaga kerja dibandingkan dengan permintaan terhadap tenaga kerja, jenis
pekerjaan seperti ini biasanya pekerjaan yang tidak memerlukan sutu keahlian
atau spesifikasi. Sedangkan Excess Demand adalah suatu kondisi di mana
permintaan terhadap tenaga kerja lebih besar dari penawarn tenaga kerja pada
tingkat upah yang berlaku dipasar. Jenis pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan
yang memerlukan keahlian khusus, atau pekerjaan yang mengandung resiko
tinggi. Seperti penjaga kubur.
Gaji yang lebih tinggi akan menimbulkan terjadinya excess supply atau
kelebihan penawaran tenaga kerja (S) dibanding permintaan tenaga kerja dari
perusahaan (D) demikian sebaliknya pada kondisi gaji rendah sering terjadi
excess demand dalam pasar tenaga kerja
C. Cyclical Unemployment
Mereka yang tidak bekerja karena resesi ekonomi sehingga terjadi penurunan
kegiatan produksi. Kondisi resesi pada suatu negara sangat mempengaruhi
jumlah pengangguran jenis ini. Hal ini disebabkan karena pada saat resesi
ekonomi terjadi penurunan tingkat produksi barang/jasa mengakibatkan
terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja (PHK pada berbagai persahaan
atau sektor-sektor tertentu.Unemployment jenis ini banyak terjadi pada saat
terjadinya krisi moneter pada tahun 1998 hal ini disebabkan karena banyaknya
perusahaan yang gulung tikar akibat tingginya biaya bahan baku terutama
bahan baku impor. Karena merosotnya nilai tukar rupiah terhadap sejumlah
mata uang asing.
3
MODUL VIII
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Neraca Pembayaran
Tujuan Instruksional :
Mahasiswa dapat memahami konsep balance of payment (bop)
Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi
perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar
negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus
pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial
merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi
dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu; tiap
transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk valuta adalah
transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu peningkatan daya
beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus
keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan
valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana.
Tiap-tiap credit entry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced) dengan debit entry
(bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan
laporan sumber-sumber dan penggunaan modal nasional (dari mana
3 kita memperoleh
danadana/ daya beli, dan bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari
neraca pembayaran suatu negara akan sama secara agregat; namun, dari komponen-komponen
neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit. Tabel 1.1. berikut merangkum
definisi diatas.
Satu-satunya kesulitan riil dalam memahami bagaimana tiap transaksi mempengaruhi neraca
pembayaran terletak pada interpretasi dari aset finansial dan hutang kepada pihak luar negeri.
Contoh berikut membantu pemahaman tersebut diatas.
Contoh 1.1 : Suatu perusahaan RI meminjam Poundsterling Inggris. Jelas, pinjaman ini
merupakan peningkatan hutang penduduk/perusahaan RI pada pihak luar negeri (Inggris).
Pinjaman ini merupakan suatu credit entry pada neraca pembayaran. Debit entry yang sama
akan diklasifikasikan sebagai suatu peningkatan dalam kepemilikan aset financial luar negeri,
yaitu rekening bank debitor RI (yang didenominasi) dalam sterling merupakan suatu aset.
Memiliki aset dalam valuta asing sama seperti memberikan pinjaman jangka pendek kepada
negara lain.
Komponen Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori yaitu; transaksi berjalan
(current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa negara (official reserves
account)
1. Transaksi berjalan (current account).
Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran jangka pendek
(mencatat transaksi ekspor-impor barang dan jasa), yang meliputi :
a. ekspor dan impor barang-barang dan jasa ekspor barang-barang dan jasa yang
3
diperlakukan sebagai kredit impor barang-barang dan jasa diperlakukan
kembali sebagai
debit
b. net investment income tingkat bunga dan dividen diperlakukan sebagai jasa karena
merepresentasikan pembayaran untuk penggunaan modal.
c. net transfer (transfer unilateral)
meliputi bantuan luar negeri, pemberian-pemberian dan pembayaran lain antar pemerintah
dan antar pihak swasta. Net transfer bukan merupakan perdagangan barang dan jasa. Atau
dengan kata lain transaknsi berjalan merangkum aliran dana antara satu Negara tertentu
dengan seluruh negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa, provisi
income atas aset finansial, atau transfer unilateral (misalnya bantuan bantuan antar pemerintah
dan antar pihak swasta). Transaksi berjalan merupakan ukuran posisi perdagangan intenasional
yang luas. Defisit transaksi berjalan menjelaskan arus dana yang keluar suatu negara lebih besar
dari dana-dana yang diterimanya.
Komponen transaksi berjalan meliputi neraca perdagangan dan neraca barang dan jasa.
Transaksi berjalan umumnya digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca
Perdagangan secara sederhana merupakan selisih/perbedaan antara ekspor dan impor. Jika
impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi adalah defisit neraca perdagangan.
Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari impor, yang terjadi adalah surplus. Sedangkan Neraca
Jasa adalah neraca perdagangan ditambah jumlah pembayaran bunga kepada para investor luar
negeri dan penerimaan dividen dari investasi di luar negeri, serta penerimaan dan pengeluaran
yang berhubungan dengan pariwisata dan transaksitransaksi ekonomi lainnya.
2. Neraca Modal (Capital Account)
Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-perubahan
dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham,
obligasi dan real
3
estate) suatu negara, Yang meliputi : a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena
suatu Negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.
a. Arus modal keluar tercatat sebagai debit karena suatu Negara membeli asset berharga
dari pihak asing (luar negeri).
b. Transaksi-transaksi neraca modal diklasifikasi sebagai investasi portfolio, langsung atau
jangka pendek.
Untuk dapat membeli aset luar negeri diperlukan valuta asing, dengan demikian arus
modal neto menggambarkan demand terhadap valuta asing. Nilai valuta asing
ditentukan oleh demand valas untuk membeli barang-barang dan jasa dan demand
terhadap valas untuk membeli aset. Neraca Modal adalah ukuran investasi jangka
pendek dan jangka panjang suatu negara, termasuk investasi langsung luar negeri dan
investasi dalam sekuritas.
3. Cadangan Devisa Negara (Official Reserves Account)
Mengukur perubahan-perubahan dalam cadangan internasional yang dimiliki oleh otoritas
keuangan suatu negara. Hal ini mencerminkan surplus atau defisit transaksi-transaksi
ekonomi neraca berjalan dan meraca modal suatu negara yang dihasilkan dengan cara
mencari nilai selisih (netting) dari cadangan aset dan cadangan hutang. Cadangan devisa
terdiri dari :
a) Cadangan internasional yang terdiri dari emas dan aset luar negeri yang dapat
diperdagangkan.
b) Peningkatan dalam tiap aset tercatat sebagai debit
c) Penurunan cadangan aset tercatat sebagai kredit
Ukuran-ukuran Neraca Pembayaran
3
Neraca pembayaran dapat disusun dengan mengkombinasi pos-pos neraca pembayaran
berikut :
1. Basic balance focus pada transaksi-transaksi yang dianggap penting bagi kesehatan ekonomis
valuta. Basic balance menyeimbangkan neraca berjalan dan arus modal jangka panjang,
namun tidak mengikutsertakan arus modal jangka pendek, seperti deposito deposito bank
yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka pendek,
perubahan-perubahan dalam suku bunga dan antisipasi-antisipasi fluktuasi valuta. Basic
balance menekankan trend jangka waktu yang lebih panjang pada neraca pembayaran.
2. Net liquidity balance (neraca likuiditas neto) atau neraca keseluruhan meliputi basic balance
ditambah arus modal jangka pendek tidak likuid pihak swasta dan error and omission.
Neraca Keseluruhan mengukur perubahan pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman
pihak swasta domestik ke luar negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran
dalam posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta jangka
pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca, sementara aset dan
hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan).
3. Neraca transaksi cadangan devisa menunjukkan penyesuaian cadangan devisa yang akan
dibuat untuk mencapai
equilibrium neraca. Karena neraca pembayaran harus
diseimbangkan, tiap perbedaan yang tidak dapat ditelusuri atas transaksi-transaksi tertentu
dicatat dalam statistical discrepancy (selisih yang belum dapat diperhitungkan).
3
MODUL IX
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tujuan Instruksional :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Tahapan penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBN
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN kepada DPR.
Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN selambatlambatnya 2 bulan[1] sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
Pelaksanaan APBN
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut
dengan Peraturan Presiden.
Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat
mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan
RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN dilakukan paling
lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran DPR.[2]
3
Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya.
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Sumber penerimaan APBN
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yaitu :

Penerimaan pajak yang meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB).
4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) & Cukai.
5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor).

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi :
1. Pengelolaan dana pemerintah
2. Pemanfaatan sumber daya alam (SDA)
3. Hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan
4. Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah
5. Putusan pengadilan dan yang berasal dari penyerahan denda administrasi
6. Penerimaan bukan pajak lainnya.
Struktur APBN
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
3
1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Pembiayaan Bunga Utang
5. Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM
6. Belanja Hibah
7. Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana).
2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk
kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja
Pemerintah Daerah meliputi:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus.
Pembiayaan
Pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang
Negara, serta penyertaan modal negara.
2. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
1.
3
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman
Proyek
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.
Asumsi APBN
Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator perekonomian makro, yaitu:
1. Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah
2. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%)
3. Inflasi (%)
4. Nilai tukar rupiah per USD
5. Suku bunga SBI 3 bulan (%)
6. Harga minyak indonesia (USD/barel)
7. Produksi minyak Indonesia (barel/hari)
Teori mengenai APBN
Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam
suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

3
Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.

Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman
bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencanarencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.

Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.

Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan

Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Prinsip penyusunan APBN
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:

Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.

Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.

Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda.
3
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:

Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.

Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.

Semaksimah
mungkin
menggunakan
hasil
produksi
dalam
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.
Azas penyusunan APBN
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:

Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.

Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.

Penajaman prioritas pembangunan

Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara
3
negeri
dengan
MODUL X
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Uang
Tujuan Instruksional :
PENGERTIAN UANG
Uang adalah suatu benda yang dengan mudah dan umum diterima oleh masyarakat untuk
pembayaran pembelian barang, jasa, dan barang berharga lainnya, dan untuk pembayaran
hutang.
Uang mempunyai ciri dapat diterima umum, dapat digunakan sebagai alat tukar, dan dapat
digunakan sebagai alat pembayaran.
FUNGSI UANG
Sebagai alat pemenuh kebutuhan hidup, uang mempunyai beberapa fungsi, fungsi asli dan
turunan. Yang termasuk fungsi asli adalah sebagai alat tukar dan satuan hitung. Sedangkan yang
termasuk fungsi turunan adalah sebagai standar atau ukuran pembayaran yang ditunda, alat
penyimpan kekayaan, dan alat pengalih kekayaan.
JENIS UANG
Uang dibedakan menjadi:
Berdasarkan Pihak Yang Mengeluarkan
Berdasarkan pihak yang mengeluarkan, uang dibedakan menjadi aung kartal dan uang giral.
Uang kartal adalah uang kertas atau logam yang beredar di masyarakat. Uang ini dikeluarkan
dan diatur peredarannya oleh pemerintah serta merupakan alat pembayaran yang sah. Uang
giral adalah alat pembayaran berupa cek, bilyet giro, dan sejenisnya. Uang giral dikeluarkan
oleh bank dan digunakan sebagai alat pembayaran.
3
Berdasarkan Bahan Uang
Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang, uang dibedakan atas uang logam
dan uang kertas. Uang logam adalah uag yang yang terbuat dari logam berupa emas, perak atau
logam lainnya. Sedangkan uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas serta
penggunaannya diatur oleh undang-undang dan kebiasaan.
Berdasarkan Negara Yang Mengeluarkan
Berdasarkan negara yang mengeluarkan, uang dibedakan atas uang dalam negri dan uang
luar negri. Uang dalam negri adalah uang yang dikeluarkan oleh negara yang bersangkutan.
Rupiah adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonsia. Uang luar negri adalah uang
yang beredar dalam suatu negara, tapi yang mengeluarkannya adalah negara lain. Contohnya
adalah Dolar Amerika (US) dan Poundsterling (Inggris).
Berdasarkan Nilai Uang
Berdasarkan perbandingan nilai bahan dengan nilai tukar, uang dibedakan atas uang
bernilai penuh dan uang tidak bernilai penuh. Uang nilai penuh adalah uang yang nilai
bahannya sama dengan nilai nominal atau nilai penuh yang terdapat pada standar emas. Pada
standar emas, nilai uang tersebut sesuai dengan bahan yang terkandung pada bahan uang.
Uang tidak bernilai penuh adalah uang yang nilai bahannya lebih kecil daripada nilai
nominalnya. Umumnya uang yang tidak berniali penuh adalah uang kertas.
TEORI UANG
Teori uang dikolompokkan menjadi dua, yaitu teori nilai uang dan teori perubahan nilai
uang.
1.
Teori Nilai Uang
a.
Teori barang
Menurut teori barang, uang murni berasal dari barang. Oleh karena itu, daya beli uang
tergantung dari permintaan dan penawaran, kegunaan marjinal, serta biaya pembuatan uang
tersebut.
b.
Teori nominalis
Nilai uang merupakan nilai yang tertlis pada uang tersebut. Nilai uang bukan ditentukan
oleh niali bahan, tetapi oleh nominal yang tertulia pada uang tersebut.
2.
Teori Perubahan Nilai Uang
3
Dalam kegiatan ekonomi, nilai uang bisa berubah. Apabila harga turun berarti nilai uang
naik dan sebaliknya.
a.
Teori kuantitas
Jumlah uang yang beredar ada hubungannya dengan tingkat harga. Artinya, perubahan
jumlah uang beredar memengaruhi harga. Jika jumlah uang beredar kurang, maka harga-harga
akan cenderung turun. Sebaliknya, jika uang beredar bertambah, maka harga-harga akan naik.
M = kP
M = uang
k
= konstanta
P = harga
Teori kuantitas mengandung kelemahan karena teoi ini menganggap uang sebagai alat
tukar. Teori kuantitas mengansumdikan bahwa setiap penambahan atau pengurangan jumlah
uang yang beredar berhubungan secara langsung dengan tingkat harga. Teori ini tidak
menyadari bahwa uang bukan hanya untuk membeli barang, tetapi dapat juga diinvestasikan
atau ditabung.
b.
Teori transaksi
Iving Fisher elengkapi teori kuantitas dengan memasukkan unsur kecepatan peredaran uang
dengan menggunakan rumus berikut:
MV = PT
M = jumlah uang beredar
V = kecepatan perputaran uang
P = jumlah barang dan jasa
T
c.
= tingkat harga umum
Teori pendapatan
John Maynard Keynes mengemukakan bahwa motif memegang uang adalah:
(1)
Motif transaksi. Transaksi terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3
Transaksi banyak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Semakin besar tingkat pendapatan,
semakin besar kemungkinan untuk melakukan transaksi.
(2) Motif berjaga-jaga. Motif ini didasarkan pada adanya ketidakpastian keadaan. Oleh karena
intu, kita mempersiapkan sebagian pendapatan agar agar dapat mengatasi kejadian yang tak
terduga. Dana ini juga dipengaruhi oleh besarnya pendapatan.
(3)
Motif spekulasi. Pendapatan yang tinggi memberi kesempatan pada seseorang untuk
melakukan transaksi yang bersifat spekulatif. Transaksi ini dilakukan untuk mendapat
keuntungn yang banyak walaupun harus disertai dengan risiko yang tinggi. Transaksi spekulasi
tidak akan dapat dilakukan kalau tidak memliki pendapatan tinggi. Dengan memasukkan unsur
pendapatan dalam pembentukan harga, maka John Keynes mengajukan rumus:
Mvy = PyTy
d.
M
= jumlah uang
Vy
= kecepatan peredaran pendapatan uang
Ty
= barang-barang dan jasa akhir
Py
= tingkat harga
Teori persediaan kas
Nilai uang tergantung pada jumlah pendapatan masyarakat yang dipegang atau ditahan
dalam bentuk tunai. Jumlah pendapatan yang disimpan sebagai persediaan kas tergantung
pada jumlah pendapatan dan tingkat suku bunga di pasar.
M = K.P.Y
M = jumlah uang yang beredar
K = jumlah uang untuk persediaan kas
P = tingkat harga
Y
= pendapatan
Dari pemaparan teori-teori sebelumya, dapat disimpulkan bahwa nilai uang dipengaruhi
oleh berbagai faktor perekonomian. Namun, nilai uang yang berubah-ubah itu akan tercermin
pada harga barang dan jasa yang tersedia di pasar.
PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
1.
Permintaan Uang
3
Permintaan uang adalah jumlah unit moneter yang ingin dipegang sebagai harta tunai.
Permintaan uang dipengaruhi oleh tiga hal. Ketiga hal ini pada prinsipnya sejalan dengan teori
pendapatan yang dikemukakan oleh J.M Keynes.
a.
Kebutuhan bertransaksi
Terkait dengan fungsi uang sebagai alat tukar, kita menggunakan uang untuk membeli
barang atau jasa atau untuk membayar tagihan. Jika pendapatan naik, nilai barang yang kita
beli akan naik sehingga kita membutuhkan lebih banyak uang untuk bertransaksi.
b.
Kebutuhan berjaga-jaga
Kebutuhan ini dipengaruhi oleh biaya menyimpan uang, yang ditentukan oleh tingkat
bunga. Dalam hal ini fungsi uang adalah sebagai penyimpan kekayaan.
c.
Kebutuhan berspekulasi
Spekulasi berarti melakukan sesuatu atas dasar ramalan perubahan nilai harta di masa
depan. Jika seseorang melakukan spekulasi terhadap asetnya, tentu dengan sendirinya
mengurangi permintaan uang. Sebaliknya, jika orang tersebut kurang berani berspekulasi, dia
akan memilih menyimpan uang, yang merupakan aset paling aman untuk disimpan sebagai
harta.
2.
Kurva Permintaan Uang
Salah satu hal yang memengaruhi permintaan uang adalah biaya penyimpanan uang, yang
ditentukan oleh tingkat bunga. Orang akan menyimpan uangnya jika tingkat bunganya lebih
tinggi daripada keuntungan menggunakan uang dalam kegiatan ekonomi atau membeli aset
lain. Jadi, jika tingkat bunga meningkat, permintaan atas uang akan turun dan sebaliknya.
Permintaan uang turun ketika tingkat bunga meningkat karena orang tidak tertarik menyimpan
uang yang dimilikinya. Uang menjadi produktif karena digunakan untuk kegiatan ekonomi riil.
Jumlah uang yang diminta sebagai penyimpan nilai kekayaan tergantung pada tingkat bunga.
Qd = f(i)
Qd = jumlah uang yang diminta sebagai aset
i
3.
= tingkat bunga
Pergeseran Kurva Permintaan Uang
3
Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan uang ke kiri atau ke kanan adalah
tingkat bunga riil, nilai kekayaan masyarakat, dan perubahan pendapatan nasional.
Jika ada perubahan dalam kekayaan, permintaan uang akan meningkat. Begitu pula jika
kekayaan menurun, permintaan uang akan menurun. Perubahan kekayaan masyarakat dapat
merubah kebutuhan bertransaksi, kebutuhan berjaga-jaga, dan kebutuhan spekulasi.
Jika pendapatan nasional dan produk nasional meningkat, kurva permintaan akan
bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika pendapatan dan produk nasional menurun, kurva akan
bergerak ke kiri.
4.
Penawaran Uang
Penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Kebijakan
moneter bertujuan untuk mengatur penawaran uang atau mengatur uang yang beredar. Oleh
karena itu, penawaran uang merupakan tugas pemerintah melalui Bank Indonesia.
L = M1 + M2 + near money
dan M2 = M1 + uang kuasi
5.
Kurva Penawaran Uang
Kurva penawaran uang umumnya mempunyai slope positif. Seperti halnya kurva
permintaan uang, jumlah uang yang beredar dipengaruhi oleh tingkat bunga. Jadi, semakin
tinggi tingkat bunganya, semakin banyak jumlah uang yang beredar. Dan begitu pula
sebaliknya.
Kurva penawaran uang digambarkan dengan slope positif karena, sebagai contoh, bank
akan lebih terpacu untuk memberikan kredit kepada dunia usaha jika tingkat bunga lebih tinggi,
dibandingkan jika tingkat bunga rendah. Hal ini karena keuntungan meminjamkan uang akan
lebih besar ketika tingkat bunga tinggi. Dengan demikian, perubahan tingkat bunga akan
menyebabkan pergerakan jumlah uang beredar di sepanjang kurva MS.
3
MODUL XI
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Kurs
Tujuan Instruksional :
Mahasiswa dapat memahami konsep kurs dalam perekonomian
Pengertian
Kurs (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusankeputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari
berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi
mata uang dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing
bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih
mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan)
membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah.
Kurs sangat penting dalam pasar valuta asing (foreign excahange market). Walaupun
perdagangan valuta asing berlangsung di berbagai pusat keuangan yang tersebar di seluruh
dunia, teknologi telekomunikasi modern telah mempertautkan mereka menjadi sebuah
rangkaian pasar tunggal yang beroperasi 24 Jam setiap hari. Salah satu kategori penting dalam
perdagangan valuta asing adalah perdagangan berjangka (forword trading), di mana beberapa
pihak sepakat mempertukarkan mata uang di waktu mendatang atas dasar kurs yang mereka
sepakati. Sedangkan kategori lainnya, yakini perdagangan spot (spot trading) langsung
melaksanakan pertukaran tersebut ( ini biasanya untuk keperluan-keperluan mendesak atau
praktis).
3
Oleh karena kurs merupakan harga relative dari dua set, maka layak biala kurs dianggap
sebagai harga asset itu sendiri. prinsip dasar penetapan harga asset adalah bahwa nilai asset
saat ini ditentukan oleh perkiraan daya belinya di masa mendatang. Dalam mngevaluasi asset,
para penabung (investor) selalu memperlihatkan aspek perkiraan imbalan (rate of return) yang
dibuahkan asset itu, atau tingkat pertambahan nilai investasi yang tertanam dalam asset
tersebut di waktu-waktu selanjutnya.Imbalan dari simpanan yang diperdagangkan di pasar
valuta asing ditentukan oleh suku bunga (interest rate) dan perkiraan perubahan kurs.
Keseimbangan dalam pasar valuta asing mensyaratkan adanya kondisi interest parity,
yakni suatu kondisi di mana berbagai simpanan dalam mata uang apa pun menawarkan
perkiraan imbalan yang sama besarnya (bila diukur atau dihitung dengan satuan yang sama).
Bila suku bunga dan perkiraan kurs masa mendatang tetap, kondisi interest parity menjamin
adanya keseimbangan kurs. Kurs yang tengah berlaku juga dipengaruhi oleh berbagai
perubahan atas perkiraan kurs untuk waktu mendatang. Sebagai contoh, apabila terjadi
kenaikan perkiraan kurs dolar/DM untuk masa yang akan datang, maka jika suku bunga tetap,
kurs dolar/DM yang tengah berlaku akan meningkat.
Kurs dapat pula disebut sebagai perbandingan nilai. Dalam pertukaran dua mata uang
yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut.
Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs.
Dalam kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing.
Perbedaan ini timbul karena beberapa hal antara lain perbedaan antara kurs beli dan jual oleh
pedagang valas, perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayarannya, perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Kurs
beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas atau bank membeli valuta asing,
sedangkan kurs jual adalah kurs yang dipakai apabla pedagang valas atau bak menjual valuta
asing.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs
1. Tingkat inflasi
3
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau
jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam
negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi
pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami
tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga
otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami penurunan.
Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang
mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar.
Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan
sebaliknya. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan
kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negaranegara di mana tingkat inflasi yang lebih rendah.
2. Aktifitas neraca pembayaran
Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar. Dengan demikian,
neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional dengan meningkatnya permintaan
dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan nilai
tukar mata uang nasional sebagai seorang debitur dalam negeri mencoba untuk menjual
semuanya menggunakan mata uang asing untuk membayar kembali kewajiban eksternal
mereka. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat
keterbukaan ekonomi. Contoh, efek dari perubahan tarif, pembatasan impor, kuota
perdagangan, subsidi ekspor berdampak pada neraca perdagangan. Ketika keseimbangan
positif dalam perdagangan ada di muka terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang
negara yang meningkatkan laju, dan dalam hal keseimbangan negatif proses sebaliknya terjadi.
Pergerakan modal jangka pendek dan jangka panjang bergantung pada tingkat suku bunga
domestik, pembatasan atau mendorong impor dan ekspor modal.
3. Perbedaan suku bunga di berbagai negara
Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal
3
internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing
Itulah sebabnya di negara dengan modal lebih tinggi tingkat suku bunga masuk, permintaan
untuk meningkatkan mata uang, dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal, terutama spekulatif
“uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca pembayaran.
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika melakukan
transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan
global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan
pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan tempat mata uang
asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal
suku bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda
terima kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha
meningkatkan biaya produk mereka yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga
barang dalam negeri. Hal ini relatif mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu negara
4. Tingkat pendapatan relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang
asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju
pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing.
Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif
dibandingkan dengan supply yang tersedia.
5. Kontrol pemerintah
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal
termasuk:
a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
3
b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.
Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :
a.
Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.
b.
Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.
c.
Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
d.
Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat
pendapatan
6. Ekspektasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai tukar
di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap
setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal
melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena
memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai
tukar Dollar dalam pasar.
Langkah-langkah kebijakan moneter oleh Fed mempengaruhi tingkat suku bunga A.S,
mengubah kurs dolar/DM yang menyeimbangkan pasar valuta asing. Bundesbank dapat
mempengaruhi kurs dengan mengubah penawaran uang dan tingkat suku bunga Jerman.
UANG, TINGKAT HARGA DAN KURS JANGKA PANJANG
Uang dan Harga Nominal (MONEY PRICES)
P = MS/L(R,Y)
Persamaan ini menunjukkan bagaimana tingkat harga ditentukan oleh suku bunga, tingkat
penawaran uang domestic dan output riil.
3
Keseimbangan tingkat harga jangka panjang adalah nilai P yang memenuhi kondisi yang
ditunjukkan oleh persamaan di mana suku bunga dan output berada pada tingkat-tingkat
jangka panjang yang konsisten dengan full employment. Bila pasar uanng berada pada kondisi
keseimbangan dan semua factor produksi tredayagunakan secara penuh, tingkat harga akan
tetap asalkan penawaran uang, fungsi permintaan uang agregat, niali-nilai jangka panjang R
serta Y juga tetap.
Salah satu unsure prediktif terpentung yang terkandung dalam persamaan P di atas
menyangkut perihal hubungan antara tingkat harga di suatu negara dab tingkat penawaran
uangnya atau Ms: Jika semua kondisi lainnya tetap, kenaikan penawaran uang suatu negara
akan mengakibatkan kenaikan proporsional atas tingkat harganya. Sebagai contoh, jika tingkat
penawaran uang naik dua kali lipat (menjadi 2Ms), sedangkan output dan suku bunga tidak
berubah, maka tingkat harga pasti juga naik dua kali lipat (menjadi 2P) guna mempertahankan
keseimbangan pasar uang.
Logika ekonomi dibalik prediksi yang sangat jitu ini bisa kita tarik dari pengamatan di atas
bahwa permintaan uang merupakan permintaan akan uang riil. Sebagaimana diketahui,
permintaan uang riil tidak akan meningkat sehubungan dengan naiknya Ms yang tidak
mengubah R dan Y (ini berarti permintaan uang riil agregat atau L(R, Y) juga tidak mengalami
perubahan,. Namun jika permintaan uang riil agregat tidak berubah, kondisi keseimbangan
dalam pasar uang hanya dapat bertahan bila penawaran uang riil juga tetap. Agar penawaran
uang penawaran uang riil atau Ms/P tetap konstan, P harus mengalami kenaikan yang sama
besarnya (proporsional dengan kenaikan Ms.
Dampak-Dampak Jangka Panjang Perubahan Penawaran Uang
Suatu perubahan penawaran uang tidak mempengaruhi penawaran nilai-nilai jangka panjang
dari suku bung ataupun ourput riil.
Cara memahami dampak-dampak jangka panjang terjadinya perubahan penawaran uang
terhadap suku bunga dan output yaitu melalui reformasi mata uang, pemerintah suatu negara
membentuk kembali unit mata uangnya. Sebagai contoh, pemerintah Perancis merombak mata
3
uangnya pada tahun 1960 dengan menerbitkab franc Perancis yang “baru” (setiap unit nilainya
sama dengan 100 unit franc Perancis “lama”). Reformasi ini dimaksudkan untuk mengurangi
jumlah unit mata uang yang beredar, serta mnyusutkan semua harga yang terhitung dalam
franc menjadi seperseratus. Akan tetapi penciptaan kembali unit moneter ini tidak
mempengaruhi output riil, suku bunga atau harga-harga relatif berbagai macam barang. Satusatunya yang terjadi hanyalah perombakan mendadak atas semua harga yang diukur dengan
franc. Keputusan untuk mengganti satuan pengukur jarak dari 1 mil menjadi ½ mil tidak
menimbulkan pengaruh berarti terhadap segenap variable ekonomi riil; demikian pula halnya
dengan keputusan pemerintah Perancis menghilangkan dua angka nol dari semua harga yang
dinyatakan dengan uangnya.
Kenaikan suplai atau penawaran mata uang dari suatu negara memiliki dampak jangka
panjang serupa dengan yang ditimbulkan oleh suatu reformasi mata uang. Pelipatgandaan
penawaran uang, misalnya, sama pengaruh jangka panjangnya dengan yang ditimbulkan oleh
reformasi mata uang; pelipatgandaan itu sama artinya dengan mengganti satu unit mata uang
“lama” dengan dua unit mata uang “baru”. Jika semula perekonomian yang bersangkutan
sudah berhasil mendayagunakan segenap factor produksinya secara penuh (full employed),
setiap harga yang dinyatakan dengan mata uang perekonomian yang bersangkutan pada
akhirnya juga akan naik dua kali lipat, akan tetapi GNP riil, suku bunga, dan semua harga relatif
akan kembali ke tingkat full employment atau tingkat jangka panjangnya.
Pengaruh perubahan penawaran uang terhadap keseimbangan jangka panjang dari
perekonomian yang bersangkutan sama dengan pengaruh reformasi mata uang. Tingkat output
foll employment ditentukan oleh karunia sumber (endowments) berupa tenaga kerja dan
modal yang dimiliki oleh perekonomian itu sendir. Maka dari itu dalam jangka panjang, output
riil tidak ditentukan oleh penawaran uang. Demikian pula dengan suku bunga yang juga bebas
dari pengaruh penewaran uang jangka panjang. Jika penawaran uang di semua harga naik dua
kali lipat secara permanen, maka tidak ada alasan bagi seseoranng yang bersedia meminjamkan
$1 demi memperoleh $1,10 setahun kemudian untuk tidak berssedia meminjamkan $2 demi
memperoleh $2,20 setahun berikutnya. Jadi, suku bung atetap 10% setahun. Harga-harga
3 naik dua kali lipat,
relatif juga tetap jika semua harga uang (dinyatakan dengan satuan uang)
Karen aharga relative pada dasarnya adalah nisbah harga uang. Dengan demikian, perubahan
penawaran uang tidak mengubah alokasi jangka panjang terhadap segenap sumber daya. Yang
berubah hanyalah tingkat harga-harga uang secara absolute (nominal).
Suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang menimbulkan kenaikan proporsional
atas nilai jangka panjang semua tingkat harga. Apalagi dalam perekonomian yang sejak semula
sudah mencapai full employment, suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang pada
akhirnya akan diikuti oleh kenaikan tingkat harga secara poporsional.
Sistem Penentuan Kurs
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta
asing dilakukan secara bebas di pasar, maka system kurs akan berubah-ubah sesuai dengan
perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan stabilisasi kurs, maka
kurs hanya akan berubah di dalam batas yang kecil. Sistem ini disebut exchange control, dimana
pemerintah menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing.
1.
Sistem kurs yang berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa factor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Makin tinggi tingkat pertumbuhan
pendapatan, makin besar pula kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula
permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri
turun). Demikian juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang
mengakibatkan kurs valas naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung menarik modal
masuk dari luar negeri. Kurs valas akan turun (nilai mata uang sendiri naik relative terhadap
valuta asing).Disamping factor-faktor ekonomi tersebut ada factor non ekonomi yang dapat
mempengaruhi perubahan kurs seperti factor politis dan psykologi, seperti kepanikan yang
terjadi di dalam negeri kan menyebabkan larinya dana ke luar negeri sehingga kurs valas akan
naik.
2.
Sistem kurs yang stabil
3
Sistem kurs bebas seperti yang tersebut diatas sering menimbulkan adanya tindakan
spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak
Negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs. Pada
dasarnya kurs yang stabil dapat timbul secara :
a.
Aktif yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stabilization funds).
b.
Pasif yaitu di dalam Negara yang menggunakan standar emas.
• Stabilisasi Kurs
Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan denga cara berikut: apabila tendensi kurs valuta
asing akan turun maka pemerintah membeli valas di pasar. Dengan tambahnya permintaan dari
pemerintah maka tendensi kurs turun dapat di cegah. Sebaliknya apabila tendensi kurs naik
maka pemerintah menjual valas di pasar sehingga penawaran valas bertambah dan kenaikan
kurs dapat dicegah.
• Standar Emas
Suatu Negara dikatakan memakai standar emas apabila:
1.
Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.
2.
Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas
3.
Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak terbatas pada
harga tertentu ( yang sudah ditetapkan pemerintah).
Dalam system standar emas, kurs mata uang suatu Negara terhadap Negara lain di tentukan
atas dasar emas. Kurs ini akan stabil selama syarat-syarat diatas dipenuhi dan lalu lintas emas
bebas. Dalam realita, kurs ini akan berubah-ubah di dalam batas-batas yang ditentukan oleh
besarnya ogkos angkut emas.
• Pengawasan Devisa ( Exchange Control)
3
Di dalam system ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valas. Pemerintah dapat
menetapkan kurs suatu mata uang itu:
1.
Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa tersebut.
2.
Lebih dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaannya
Pada umumnya tujuan suatu Negara melakukan pengawasan devsa adalah :
a.
Mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menekan neraca pembayaran
internasional ( NPI) yang disequilibrium.
b.
Melindungi industry dalam negeri
c.
Memperoleh pendapatan bagi pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan cara
menetapkan kurs yang berbeda antara pembelian dan penjualan.
d.
Tie in Import Arrangement: penggunaan devisa untuk impor tertentu tetapi dengan syarat
importer harus juga membeli barang pelengkap atau barang yang sama hasil produksi di dalam
negeri dalam proporsi tertentu.
C.
Teori Paritas Daya Beli (PPP)
Bukti empiris dalil PPP dan dalil satu harga
Seberapa jauh teori PPP dapat menjelaskan data actual mengenai kurs dan tingkat harga
nasional (dari masing-masing negara)? Jawaban singkat atas pernyataan ini adalah bahwa
semua versi teori PPP memang kurang mampu menjelaskan kenyataan-kenyataan yang ada.
Yang lebih penting, perubahan-perubahan tingkat harga nasional seringkali kurang mampu atau
bahkan gagal sama sekali dalam menjelaskan pergerakan kurs.
Untuk menguji PPP absolute, para peneliti ekonomi membandingkan harga internasional
3
atas sejumlah komoditi tertentu tanpa mengabaikan kemungkinan perbedaan mutu antara
barang-barang yang nampaknya identik itu dari masing-masing Negara. Perbandingan ini
membuahkan kesimpulan bahwa PPP absolute memang tidak bisa dipertahankan, harga
komoditi identik dari berbagai Negara, ketika dikonversikan dalam satu satuan mata uang yang
sama, ternyata sangat bervariasi. Dalil satu harga pun kurang sesuai dengan hasil penelitian
terakhir atas data harga per jenis komoditi. Sejak awal 1970an, harga barang-barang
manufaktur yang mirip satu sama lain ternyata juga sangat berlainan di pasar yang satu
dibandingkan dengan pasar yang lain. Oleh karena argument yang melahirkan PPP absolute
didasarkan pada dalil satu harga, tidaklah mengherankan bila PPP tidk sesuai dengan data yang
ada.
PPP relative kadang-kadang memang agak sesuai dengan data, namun biasanya ia juga agak
menyimpang.melalui penyajian data ES/DM atau kurs dollar DM serta nisbah tingkat harga
Amerika-Jerman atau PUS/PG antara 1964 hingga 1988, mengungkapkan kelemahan PPP
relative. Tingkat bunga diukur berdasarkan indeks yang dilaporkan pemerintah Amerika dan
Jerman. PPP relative memprediksi bahwa ES/DM dan PUS/PG akanbergerak secara
proporsional. Sebagaimana bisa Anda saksian did lam gambar, prediksi ini ujud hingga 1970.
Namun hanya terwujud hingga 1970. Namun sejak saat itu, PPP sama sekali tidak berlaku
dengan terjadinya depresiasi dollar yang sangat tajam terhadap DM antara 1970 hingga 1973,
sekalipun tingkat harga Amerika Serikat dibandingkan dengan tingkat harga Jerman mengalami
sedikit penurunan selama periode tersebut. Antara 1973 hingga 1979, kehandalan PPP
nampaknya lebih Nampak sehubungan dengan terjadinya kenaikan relative tingkat harga
Amerika terhadap tingkat harga Jerman yang disertai dengan terjadinya depresiasi dollar
terhadap DM selama periode tersebut. Akan tetapi besarnya depresiasi dollar dari 1973 sampai
1979 melebihi prediksi PPP.
Penyimpangan dramatis dari PPP relative berlangsung di tahun-tahun setelah 1979. Pada
tahun-tahun itu dollar pertama-tama mengalami apresiasi besar-besaran terhadap DM
sekalipun tingkat harga Amerika mengalami kenaikan relative terhadap tingkat harga Jerman,
selanjutnya mengalami depresiasi yang jauh melebihi prediksi PPP. PPP relative tidak berlaku
salama periode 1964-1983. Selama dua penggal decade itu, presentase3 kenaikan kurs dollar
/DM hamper sama dengan presentase kenaikan relative tingkat harga Amerika terhadap tingkat
harga Jerman. Namun apabila kita lihat jauhnya pergeseran antara PPP relative selama periode
1964-1983 dan yang ada sejak 1983, nampaknya PPP tidak bisa diandalkan untuk menjelaskan
pergerakan kurs dalam jangka panjang.
Penelitian mengenai mata uang lainnya pada umumnya mendukung fakta yang ditunjukkan
oleh gambar tersebut. PPP relative tidak bisa berbicara banyak mengenai kondisi setelah awal
1970an, namun ia bisa dijadikan pedoman untuk memahami hubungan antara kurs dan tingkat
harga nasional pada 1960an. Anda akan ketahui nanti dari pembahasan berikutnya, bahwa
periode antara akhir Perang Dunia Kedua di tahun 1945 hingga awal 1970an juga merupakan
suatu periode di mana kurs ditetapkan secara internasional melalui serangkaian intervensi
bank-bank sentral terhadap pasar valuta asing. Selama paruh pertama dekade 1920an, sama
halnya dengan pada periode 1970an dan 1980an, kurs langsung terbentuk oleh pasar.pada
masa-masa inilah, penyimpangan-penyimpangan mencolokdari PPP tercipta.
SEBAB-SEBAB GUGURNYA PPP
Ada beberapa kelemahan mencolok dari logika yang terkandung dalam teori PPP
mengenai kurs yang didasarkan pada dalil satu harga.
1.
Asumsi yang dianut oleh dalil satu harga bahwa biaya transport dan pembatasan perdagangan
bias diabaikan, ternyata tidak dapat dipertahankan. Dalam kenyataan sesungguhnya, biaya
trnspor dan pembatasan perdagangan tidak bias diabaikan. Pembatasan perdagangan ini
terkadang demikian tingginya sehingga menghambat sebagian perdagangan barang dan jasa
antar Negara.
2.
Praktek-praktek monopolistic dan oligopolistic di berbagai pasar barang, bersama dengan
biaya transport dan pembatasan perdagangan, semakin memperlemah keterkaitan harga atas
barang yang sama di berbagai Negara.
PPP DALAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
3
Beberapa factor penyebab lemahnya bukti empiris PPP yang di bahas juga dapat
mengakibatkan melebarnya perbedaan tingkat-tingkat harga nasional, bahkan dalam jangka
pangjang sekalipun. Tingkat-tingkat harga memang tetap memiliki kesempatan untuk
menyesuaikan diri menuju posisi pasar yang seimbang, namun terdapat jenis harga yang kaku
dan memerlukan banyak waktu untuk menyesuaikan diri secara penuh. Oleh karena itu
penyimpangan dari PPP dalam jangka pendek lebih besar dareipada jangka panjang.
Depresiasi dollar secara besar-besaran terhadap seluruh mata uang lainnya, misalnya
menyebabkan harga peralatan pertanian Amerika relative lebih murah dibandingkan dengan
peralatan serupa buatan luar negeri. Karena itu para petani di seluruh dunia mengalihkan
permintaan mereka akan traktor dan mesin penuai kepada para produsen Amerika. Pada
gilirannya, hal tersebut menyebabkan harga peralatan Amerika cenderung meningkat dan
memperkecil penyimpangan terhadap dalil satu harga yang bersumber dari depresiasi dollar
tadi. Tapi proses kenaikan harga secara penuh ini perlu waktu. Sementara pasar tengah
menyesuaikan diri terhadap kurs, selisih harga peralatan pertanian buatan Amerika dan
Negara-negara lain bias saja semakin melebar.
Mungkin orang sering berpendapat bahwa kekakuan harga dalam jangka pendek dan
gejolak kurs dapat membantu menjelaskan sebuah fenomena yang kita singgung tatkala
membahas gambar 15-3, yakni bahwasannya penyimpangan dari PPP relative jauh lebih
mencolok dalam periode kurs mengambang. Penafsiran data seperti itu ternyata ditunjang oleh
hasil penelitian empiris baru-baru ini. Dalam sebuah penelitian seksama yang meliputi banyak
Negara
dan
periode-periode
bersejarah,
Michael
Musa
dari
Universitas
Chicago
membandingkan jangkauan penyimpangan jangka pendek dari PPP pada masa system kurs
tetap dan masa system kurs mengambang. Ia mendapati bahwa system kurs mengambang
secara sistematis mengakibatkan penyimpangan jangka pendek dari PPP yang jauh lebih besar
dan lebih sering.
3
LEBIH JAUH MENGENAI PPP : SEBUAH MODEL UMUM KURS DALAM JANGKA
PANJANG
Mengapa kita begitu banyak membahas teori PPP, padahal teori ini banyak
keterbatasannya dan bahkan Nampak kontradiktif dengan data yang ada? Kerana gagasan
dasar PPP dalam mempertautkan kurs jangka panjang dengan tingkat-tingkat harga nasional
merupakan awal pembahasan yang penting dan harus dipahami dengan baik. Pendekatan
moneter yang telah disinggung di atas mengabaikan PPP, dan ternyata terlalu sederhana untuk
memberikan prediksi akurat kondisi yang ada di dunia nyata. Lagi pula keterbatasan PPP itu
sudah kita ketahui sebab-sebabnya. Berikut ini kita akan mengembangkan sebuah model umum
mengenai terbentuknya kurs dalam jangka panjang. Meskipun lebih rumit daripada pendekatan
meneter, model ini lebih mampu menjelaskan perilaku kurs yg sesungguhnya.
Model umum yang akan kita kembangkan ini juga memberi alasan tambahan atas
pentingnya konsep PPP. Model ini mampu menunjukkan situasi-situasi penting tertentu dimana
prediksi pendekatan moneter yang sederhana itu benar-benar akurat dalam jangka panjang.
Situasi yang memungkinkan hal ini terjadi adalah situasi dimana perubahan moneter
merupakan penyebab utama terjadinya gejolak ekonomi.
Analisis jangka panjang berikut ini juga mengabaikan komplikasi-komplikasi jangka pendek
yang bersumber dari kekuatan harga. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pemahaman
terhadap perilaku kurs dalam jangka panjang merupakan syarat untuk mengadakan analisis
jangka pendek.
KURS RIIL
Langkah awal dalam pengembangan teori PPP adalah dengan mengetahui konsep kurs riil.
Kurs riil antar mata uang dari dua Negara merupakan rangkuman garis besar atas segenap
harga relative barang dan jasa Negara yang satu terhadap barang dan jasa Negara lainnya. Kita
perlu mengetahui karena prediksi pokok PPP menganggap kurs riil tidak pernah berubah, paling
tidak secara permanen. Guna mengembangkan model yang dapat melukiskan kondisi
sesungguhnya secara lebih akurat, kita perlu mengkaji secara sistematis berbagai kekuatan
3
yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dramatis dan permanen dalam kurs riil.
Sebagaimana telah kita saksikan, kurs riil itu penting bukan hanya Karena ia dapat
mengkuantifikasilan penyimpangan dari PPP, tetapi juga konsep ini merupakan landasan
analisis terhadap kondisi-kondisi penawaran dan permintaan makroekonomi dalam
perekonomian terbuka. Kita harus membedakan suatu kurs riil (yang merupakan harga relative
antara dua output) dengan kurs nominal (nominal exchange rate) yang merupakan harga
relative antara dua mata uang. Namun pembahasan yang tidak memerlukan pembedaan
khusus ini istilah “kurs” yang kita pakai akan mengacu pada pengertiannya sebagai kurs
nominal.
Sebenarnya kurs riil merupakan gabungan angka kurs nominal dan tingkat harga. Oleh
karena itu sebelum kita mendefinisikan kurs riil secara lebih terinci, kita perlu menjelaskan
ukuran tingkat harga yang akan kita gunakan. Seperti biasa kita gunakan lambing P US untuk
tingkat harga Amerika Serikat dan PG untuk tingkat harga Jerman. Oleh karena itu kita tidak
mengasumsikan adanya PPP absolute (ini kita lakukan dalam pembahasan mengenai
pendekatan moneter), kita tidak perlu lagi berasumsi bahwa tingkat harga dapat diukur atas
dasar komoditi acuan yang sama, baik di Amerika Serikat maupun Jerman. Karena kita juga
akan menghubungkan analisis kita dengan factor-faktor moneter, kita memerlukan indeks
harga masing-masing Negara yang dapat menjelaskan dengan baiik mengenai pembelanjaan
apa saja yang memotivasi penduduknya melontarkan permintaan akan penawaran uangnya.
Memang tidak ada tingkat harga yang dapat melakukan fungsi tersebut secara
sempurna. Betapapun kita harus memiliki suatu pedoman agar kita dapat mendefinisikan kurs
riil secara formal. Oleh karena itu mari kita anggap saja PUS sebagai harga dollar dari sejumlah
komoditi baku yang selalu dikonsumsikan setiap minggunya oleh segenap rumah tangga dan
perusahaan Amerika. Begitu pula PG, yakni sebagai harga komoditi yang setiap minggu selalu
dibeli oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Jerman. Yang penting untuk diingat adalah
bahwasannya tingkat harga Amerika Serikat mewakili sejumlah komoditi yang diproduksi dan
dikonsumsikan di Amerika Serikat, sedangkan tingkat harga Jerman mewakili sejumlah
komodity yang diproduksi dan dikonsumsikan di Jerman.
3
Kenaikan kurs riil dollar/DM qS/DM (yang disebut depresiasiriil dollar terhadap DM) bias
menimbulkan berbagai implikasi. Yang paling mencolok, sebagaimana ditunjukkan oleh
persamaan rumus tersebut, kenaikan itu akan mengakibatkan penurunan daya beli dollar si
wilayah Jerma bila dibandigkan dengan daya belinya di wilayah Amerika. Perubahan daya beli
ini terjadi karena harga dollar dari barang-barang Jerman mengalami kenaikan relative
terhadap harga dollar di barang-barang Amerika.
Dalam contoh numeric kita, depresiasi nominal dollar sebesar 10% menyebabkan qS/DM
menungkat menjadi 1,1 komoditi Amerika per komoditi Jerman, ini merupakan depresiasi riil
dollar terhadap DM sebesar 10%. Depresiasi ini berarti bahwa daya beli dollar terhadap barang
maupun jasa Jerman turun 10% bila dibandingkan dengan daya belinya terhadap barang dan
jasa Amerika.
Meskipun banyak unsure di tingkat harga nasional tidak bias diperdagangkan secara
internasional, kita bias menganggap kurs riil dollar/DM, atas q S/DM, sebagai harga relative
produk-produk Jerman secara keseluruhan terhadap produk-produk Amerika. Harga relative itu
adalah harga jual beli hipotesis atas komoditi Jerman yang dilakukan oleh orang-orang Amerika
(jual beli itu akan berlangsung bila jual beli terhadap harga-harga domestic dimungkinkan).
Dollar dianggap mengalami depresiasi secara riil terhadap DM bila qS/DM meningkat karena daya
beli hipotesis dari produk-produk Amerika secara keseluruhan terhadap produk Jerman
menurun. Barang dan jasa Amerika menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang dan jasa
Jerman.
Adapun apresiasi riil dollar terhadap DM merupakan penurunan dalam q S/DM. penurunan
ini menunjukkan merosotnya harga relative dari produk-produk di Jerman, atau meningkatnya
daya beli dollar di Jerman (bila dibelanjakan di Jerman) dibandingka dengan daya belinya di
Amerika.
Cara kita menyatakan depresiasi maupun apresiasi riil dollar terhadap DM sama dengan
kita yang kita gunakan pada kurs nominal (yaitu ES/DM) artinya adalah depresiasi dollar, ES/DM
turun berarti dollar mengalami apresiasi. Rumus yang telah dibahas tadi menunjukkan bahwa
3
bila harga-harga output tidak berubah, depresiasi maupun apresiasi
nominal akan
menimbulkan depresiasi atau apresiasi riil, dan demikian juga sebaliknya.jadi pembahasan kita
mengenai perubahan kurs riil juga melibatkan, pada kasus khusus pengamatan yang telah kita
lakukan pada bab sebelumnya yaitu bila harga uang domestic dan berbagai barang tetap, maka
depresiasi dollar akan mengakibatkan barang-barang di Amerika menjadi lebih murah jika
dibandingkan barang-barang dari Negara lain, sedangkan apresiasi nominal dollar
menyebabkanhal sebaliknya yaitu membuat barang Amerika menjadi lebih mahal.
PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN KURS RIIL JANGKA PANJANG
Mudah dipahami bahwa jika kondisi PPP tidak ada, maka nilai-nilai jangka panjang dari kurs
riil, seperti halnya harga-harga relative lainnya yang menyeimbangkan pasar, akan ditentukan
oleh kondisi-konsdisi penawaran dan permintaan. Namun karena kurs riil selalu mengikuti
perubahan harga relative antara komoditi acuan dari dua Negara, maka berbagai kondisi kedua
Negara itu kompleks, dan k tidak perlu membahasnya secara panjang lebar. Focus kita adalah
pada kedua kasus yang selain mudah juga dalam prakteknya penting untuk menjelaskan
mengpa nilai-nilai jangka panjang kurs riil dapat berubah-ubah.
1.
Perubahan seimbang dalam total penawaran Amerika relative terhadap permintaan luar
negeri. Andaikanlah pembelanjaan total masyarakat Amerika atas berbagai barang dan jasa
mengalami kenaikan relative terhadap pembelanjaan masyarakat Jerman. Kita mengasumsikan
perubahan pembelanjaan ini “seimbang” dalam arti bahwa setiap unit pembelanjaan atas
masing-masing kategori output mengalami kenaikan secara proporsional dari tingkat
pembelanjan semula. (Sebagai contoh, masyarakat Amerika menaikkan pembelanjaan mereka
atas setiap jenis barang dan jasa sebesar 3% ) karena daya beli masyarakat Amerika sebagian
besar adalah produk-produk buatan Amerika (demikian pula dengan pembelanjaan masyarakat
Jerman yang sebagian besar tertuju pada produk-produk buatan negaranya sendiri), maka
kenaikan seimbang pembelanjaan masyarakat Amerika secara relative terhadap pembelanjaan
masyarakat Jerman akan mengakibatkan terciptanya kelebihan permintaan ralatif akan produkproduk Amerika pada kurs riil semula. Agar keseimbangan tercipta kembali, harga relative
produk nontradable Amerika terhadap produk nontradable Jerman harus miningkat. Dengan
meningkatnya harga produk secara besar-besaran, juga mengalami kenaikan relative terhadap
3
produk tradable Jerman. Segenap perubahan ini membuat qS/DM atau harga relative komoditi
baku Jerman terhadap harga komoditi Amerika, mengalami penurunan. Disini bisa kita
simpulkan bahwa kenaikan relative keseimbangan dalam permintaan Amerika mentebabkan
terjadinya apresiasi jangka panjang atas kurs riil dollar/DM. demikian pula, penurunan yang
relative seimbang dalam permintaan Amerika menimbulkan depresiasi jangka panjang atas kurs
riil dollar/DM.
2.
perubahan seimbang dalam penawaran relative output. Kini diumpamakan saja efisiensi
produksi tenaga kerja dan modal Amerika naik secara seimbang, baik dalam sector tradable
maupun nontradable. Karena masyarakat Amerika menggunakan sebagian kenaikan
pendapatannya untuk membeli produk luar negeri, maka penawaran atas semua jenis barang
dan jasa Amerika mengalami kenaikan relative terhadap permintaannya. Akibatnya terciptalah
kelebihan penawaran relative atas output Amerika pada kurs. Ini menimbulkan kemerosotan
harga relative berbagai produk Amerika, baik yang tradable maupun yang nontradable, yang
pada gilirannya akan menyesuaikan tingkat penawaran tersebut, sehingga kelebihan tdi akan
menyusut. Jadi, kenaikan seimbang relative output Amerika mengakibatkan kurs riil dollar/DM
mengalami depresiasi dalam jangka panjang. Adapun kenaikan seimbang relative output
Jerman mengakibatkankurs riil dollar/DM mengalami apresiasi dalam jangka panjang.
3
MODUL XII
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Strategi Pembangunan Ekonomi
Apakah Indonesia pernah menentukan atau memilih suatu strategi pembangunan tertentu dan
kemudian menerapkannya melalui berbagai kebijakan yang konsisten? Jawaban terhadap
pertanyaan ini mungkin cenderung ‘tidak’, sama seperti yang dikatakan oleh Griffin mengenai
kebanyakan negara-negara sedang berkembang lainnya. Berbagai kebijakan pembangunan
ekonomi Indonesia pada era pemerintahan Orde Baru pada dasarnya tidak didassarkan pada
suatu strategi yang jelas yang dipilih secara sengaja. Kalaupun ada, tidak ditopang dengan
kebijakan-kebijakan operasional secara konsisten.
Secara sektoral, mungkin strategi pembangunan yang diterapkan secara konsisten dan berhasil
adalah pembangunan di sektor pertanian padi sawah dalam kaitannya dengan upaya untuk
mencapai dan mempertahankan swasembada beras.
Sedangkan dalam sektor industri,
Indonesia lebih berat berkonsentrasi pada industri subtitusi impor dan barang konsumsi lainnya
untuk pasar domestik. Sedangkan industri berorientasi ekspor hanya terkonsentrasi pada
sejumlah jenis komoditas yang terbatas antara lain produk-produk dari kayu dan tekstil.
Richard Pomfred (1997) mengatakan bahwa Indonesia dan juga Malaysia dan Thailand samasama menerapkan strategi subtitusi impor sejak awal 1970-an
tetapi pertumbuhan
ekonominya lebih banyak didukung oleh sektor pertanian (agricultural-led growth) dan ekpor
produk primer (primary export growth). Baru pada pertengahan 1980-an ekspor di negaranegara ini mulai didukung oleh labour-intensive manufacture industries. Menurut Pomfret,
Indonesia dan Malaysia membangun industrinya dengan melihat pada Korea Selatan sebagai
model tetapi dengan micro economic intervention yang kuat untuk industri kebanggaan mereka
(mobil bagi Malaysia dan kapal terbang bagi Indonesia)
3
Ada tiga pendekatan dalam pembangunan industri yang pernah diusulkan pada Jaman
Orde Baru yaitu: (i) kelompok yang menginginkan agar industri Indonesia sebaiknya adalah
industri yang memanfaatkan sumber/bahan baku domestik; (ii) industry yang berbasis
tekhnologi tinggi yang dipelopori oleh Prof. B.J. Habibie, dan (iii) kelompok yang mengusulakn
pengembangan industri yang mepunyai keunggulan komparatif. Pendapat lain mengatakan
bahwa industrialisasi yang berhasil di Indonesia seharusnya melalaui proses sebagai berikut:
Pertama, industri asembling atau industri ‘tukang jahit’ dimana pada tahap ini harus terjadi
proses alih teknologi. Pada tahap ke dua, industri tersebut sudah harus mampu membangun
atau menciptakan brand image dan mengukuhkannya. Tahap ke tiga, peningkatan kualitas
dengan harga yang bersaing disamping sudah ada perbaikan dalam aspek design dan atau
estetika. Tahap ke empat, mengembangkan R & D agar tetap bertahan dalam persaingan di
pasar global.
Kwik Kien Gie (1999) mengatakan bahwa pola pembangunan industri di Indonesia yang
katanya bersifat broad spectrum atau broad base, ternyata hanya menghasilkan industriindustri perakitan dengan ketergantungan tinggi pada impor. Fenomena ini oleh Professor
Akamatsu (Limlingan, 1999) disebut sebagai flying geese strategy atau no-bariner strategy yang
menggambarkan tentang masalah yang dihadapi sektor industri di negara-negara Asia karena
mengekor atau meng-copy apa yang dilakukan Jepang sebagai pemimpin. Professor Akamatsu
membuat analogi perkembangan industri manufaktur di Asia sebagai suatu formasi angsa
terbang (flying geese) dengan Jepang sebagai angsa yang memimpin di depan. Angsa-angsa
yang mengikuti persis di belakang Jepang adalah Korea Selatan, Hong Kong , Taiwan dan
Singapore. Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia dan Brunei sebagai barisan ketiga dalam
formasi tersebut dan baris keempat diisi oleh India, Cina. Bangladesh, Myanmar, Cambodia,
Laos, Vietnam, PNG dan Sri Lanka. Strategi industrialisasi yang dianut adalah export promotion
industry yang didukung dengan upah buruh yang rendah.
3
Strategi pembangunan ekonomi alternatif bagi Indonesia
Potensi ekonomi Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor pertanian dan industri
manufaktur. Apakah ada semacam kombinasi yang tepat dari berbagai strategi pembangunan
ekonomi seperti yang dikaji Griffin untuk Indonesia? Menurut pendapat penulis, kebijakan
ekonomi seperti yang ‘dipaksakan’ oleh IMF – yang pada prinsipnya bernuansa neoclassic atau
monetarist – adalah yang terbaik untuk Indonesia dalam jangka panjang. Idealnya, campur
tangan pemerintah minimal, hilang atau berkurangnya berbagai bentuk distorsi pasar dan
market-diriven productive activities. Hanya saja, karena perekonomian Indonesia telah dibentuk
dalam kondisi terdistorsi selama tiga dekade, maka kebijakan apapun yang ditempuh tetap
akan menimbulkan berbagai dampak instabilitas jangka pendek. Dosis instabilitas ini yang
perlu ditimbang-timbang agar tidak melebihi kemampuan absorbsi masyarakat dan
perekonomian Indonesia agar tidak menimbulkan persoalan baru. Dengan demikian, dalam
jangka pendek memang masih diperlukan intervensi pemerintah dalam usaha menciptakan
suatu kondisi yang condusive agar perekonomian dapat diarahkan untuk pada akhirnya dapat
berfungsi melalui kekuatan mekanisme pasar. Distorsi pasar seperti monopoli dan monopsoni
harus segera dihilangkan. Distor-distorsi seperti kebijakan subsidi BBM, subsidi pupuk, bea
masuk gula pasir dan beras harus dihilangkan secara bertahap agar tidak memberatkan
kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan petani. Selain itu, restrukrisasi secara
bertahap juga memberi kesempatan kepada berbagai berbagai kegiatan produktif yang terkait
untuk merencanakan dan mengadakan pengalihan investasi.
Selain itu, kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia ‘terpaksa’ harus secara sengaja
berorientasi kepada kepentingan banyak orang. Mereka ini adalah petani,nelayan
dan buruh,
3
yang masuk dalam kelompok 40 - 50 persen kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
Konsekuensinya, pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa hanya mengejar tingkat
pertumbuhan GDP. Bahkan perlu ditetapkan secara eksplisit berapa bagian dari target
pertumbuhan GDP yang akan disumbangkan oleh kelompok masyarakat berpendapatan rendah
tersebut. Selain aspek ekonomi, bagi Indonesia saat ini, berjalan dan berhasilnya atau tidaknya
strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi juga sangat
ditentukan oleh faktor-faktor
penting lainnya seperti : pemerintahan yang kuat dan bersih (clean and strong government),
penegakan hukum (law envorcement) dan kestabilan politik dalam negri.
Jika Indonesia ingin belajar dari pengalaman Korea Selatan, kita dapat berkonsentrasi
pada upaya membangun faktor-faktor yang di Korea Selatan dianggap sangat berperan dalam
kesuksesan industrialisasi di negara tersebut. Professor Dong-Sung Cho (1997) dari Universitas
Nasional Seoul mengembangkan model ‘berlian’ dari competitive strategy-nya Michael E. Porter
untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang menentukan keunggulan dalam daya saing
internasional industri Korea Selatan. Diamond model (model berlian) dari Porter mengatakan
bahwa daya saing internasional (international competitiveness) sebuah negara adalah faktor:
(1) strategi, struktur dan sistem persaingan antar perusahan; (2) sumber daya yang dimiliki
oleh suatu negara; (3) permintaan domestik; dan (4) keberadaan industri terkait dan
pendukung. Disebut model berlian karena ke empat faktor tersebut disusun sedemikian rupa
dalam satu kotak sehingga merupai bentuk berlian. Faktor dari luar kotak yang juga sangat
menentukan daya saing internasional suatu negara adalah faktor pemerintah serta faktor akses
dan kesempatan.
Jika ke sembilan faktor tersebut dilihat dalam konteks Indonesia saat ini maka, mungkin
dapat dikatakan bahwa dalam jangka pendek ini yang pasti dimiliki Indonesia adalah sumber
daya (alam).
Delapan faktor yang lain masih perlu waktu pembenahan dan atau
pengembangan lebih lanjut. Dampak krisis ekonomi masih terasa dampaknya pada potensi
permintaan pasar domestik serta pada dinamika dalam lingkungan bisnis dan berbagai industri
3
pendukung. Pembenahan dalam tubuh birokrasi untuk mengurangi praktek-praktek
KKN masih
akan memakan waktu lama. Namun demikian, terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut,
Indonesia mempunyai potensi untuk memajukan ekonominya jika sembilan faktor yang
dikemukakan oleh Dong-Sung Cho dapat difungsikan untuk bisa berperan secara optimal.
3
MODUL XIII
PEREKONOMIAN INDONESIA
Pokok Bahasan: Redenominasi
Tujuan Instruksional :
1. Mahasiswa memahami tentang konsep redenominasi.
2. Mahasiswa memahami perbedaan antara redenominasi dengan sanering.
Topik Pembahasan
Dengan semakin berkembangnya perekonomian, jumlah digit mata uang Rupiah yang
digunakan dalam transaksi dan pencatatan data statistik akan semakin bertambah. Saat ini,
digit mata uang Rupiah merupakan yang terbesar kedua di dunia. Kebutuhan mata uang
berdenominasi lebih besar akan meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin
tumbuh dan berkembang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan inefisiensi dalam
perekonomian, ketidaknyamanan dalam menggunakan uang Rupiah, serta kendala teknis dalam
transaksi pembayaran non tunai dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Hal-hal tersebut
menjadi dasar pertimbangan perlunya melakukan redenominasi Rupiah.
Latar Belakang Definisi redenominasi
Redenominasi mata uang Rupiah adalah proses menyederhanakan penyebutan/penulisan
denominasi (pecahan) Rupiah
dengan cara menghilangkan sejumlah angka nol tanpa
mengurangi daya beli atau nilai mata uang tersebut.
Redenominasi berbeda dengan sanering. Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat
melalui pemotongan nilai uang karena harga-harga barang tidak mengalami perubahan,
sehingga daya beli efektif masyarakat menurun. Sanering pernah dilakukan Indonesia pada
tahun 1959, nilai uang kertas diturunkan dari Rp1.000,- menjadi Rp100,- dan dari Rp500,menjadi Rp50,- sehingga harga-harga barang mengalami kenaikan yang tajam.
Kebijakan
sanering saat itu ditujukan untuk mengurangi jumlah uang beredar akibat
3 melonjaknya hargaharga barang dan jasa. Inefisiensi perekonomian, terutama sebagai akibat :
1. Waktu dan biaya transaksi cukup besar.
2. Kebutuhan pengembangan infrastruktur untuk sistem pembayaran non-tunai di masa
mendatang dengan biaya yang cukup signifikan.
3. Meningkatnya biaya pengadaan uang baru dengan pecahan yang lebih besar untuk
mengakomodasi kebutuhan pembayaran tunai yang semakin meningkat.
Implikasi Denominasi Rupiah
Saat ini aspek psikologis, terutama sebagai akibat:
1. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing termasuk yang terendah di antara negara
ASEAN.
2. Nilai riil uang rupiah sangat rendah diukur dari transaksi untuk membiayai keperluan
masyarakat sehari-hari. Banyaknya digit angka menimbulkan kendala teknis, terutama
pada (1) Alat transaksi yang digunakan sehari-hari seperti: argotaxi dan pompa bensin,
mesin kasir; (2). Beban penyimpanan, pengolahan dan pelaporan data. Kendala
penyajian data secara angka penuh a.l. data DB mencapai 16 digit. (3) Penyesuaian
sistem aplikasi (perangkat lunak) dari waktu ke waktu. Terdapat transaksi dengan
jumlah digit melebihi maksimal 14 digit yang tersedia dalam aplikasi sehingga harus
dilakukan pemecahan transaksi.
3. Efisiensi perekonomian terjadi pada banyak aspek, a.l: sistem pembayaran lebih efisien,
harga-harga yang tercantum lebih sederhana, proses pencatatan, penyimpanan,
pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan keuangan/statistik lebih pendek, cepat,
dan dapat disajikan dalam angka penuh, dan dalam aspek Teknologi Informasi,
redenominasi akan mengurangi penyesuaian software dan hardware yang diperlukan
terkait keterbatasan software dan hardware tersebut dalam mengakomodir digit angka
yang semakin besar. Berkurangnya hambatan/kendala teknis berupa risiko kemungkinan
kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau kegiatan statistik lainnya. 6
Untuk mengatasi tantangan dan kendala teknis, meningkatkan efisiensi perekonomian,
3
serta memupuk kebanggan nasional akan mata uang rupiah maka diperlukan kebijakan
redenominasi matauang Rupiah. Persepsi/kepercayaan masyarakat lebih tinggi terhadap
uang Rupiah: harga berubah pada kisaran yang lebih sempit mendukung upaya
mengarahkan ekspektasi inflasi ke level yang lebih rendah, •mengurangi risiko currency
substitution. Hal ini mendukung nilai Rupiah yang lebih stabil, •Mendukung kesetaraan
ekonomi dengan kawasan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Motivasi Pelaksanaan Redenominasi Rupiah
7 Prasyarat dan Tantangan Pelaksanaan Redenominasi Rupiah Kunci keberhasilan
program redenominasi:
1.
Stabilitas makro ekonomi.
2.
Dukungan yang penuh dari seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah,
parlemen, otoritas terkait, dan pelaku bisnis.
3. Tersedianya landasan hukum yang cukup kuat yang mengatur redenominasi.
4. Sosialisasi kepada publik dan edukasi yang intensif agar : tidak terjadi kenaikan hargaharga secara berlebihan akibat tindakan pelaku ekonomi yang memanfaatkan struktur
pasar oligopolistik untuk sejumlah barang kebutuhan pokok masyarakat. Program
redenominasi tidak dianggap sebagai program sanering, seperti yang pernah dilakukan
Indonesia pada 1965.
5. Pemilihan waktu pelaksanaan yang tepat Redenominasi dilakukan apabila seluruh
prasyarat yang diperlukan bagi keberhasilan program redenomiasi telah terpenuhi.
Mekanisme Pelaksanaan Redenominasi
Pada prinsip nya akan dilakukan penggantian mata uang Rupiah lama dengan Rupiah
baru. Seluruh aset dan kewajiban dalam Rupiah lama (termasuk tabungan di bank),
harga-harga jual beli, sewa, dan
kontrak (termasuk upah dan gaji) akan
diredenominasikan dengan menghilangkan angka nol misalnya sebanyak 3 buah. Pada
masa transisi harga-harga akan dinyatakan dalam 2 pecahan mata uang Rupiah lama
dan Rupiah batu dan setiap orang dapat menentukan akan membayar dalam uang
Rupiah lama atau Rupiah baru.
Tahapan kebijakan redenominasi
3
Secara garis besar, pengalaman beberapa negara yang telah melaksanakan redenominasi
menempuh beberapa tahapan yang di bagi dalam 4 (empat) tahapan besar, yaitu:
Tahap penyiapana. l. Penyusunan blue print langkah-langkah pelaksanaan, dasar hukum
yang kuat (dapat berupa UU) atau produk hukum lainnya untuk pelaksanaan program
redenominasi, evaluasi atas sistem pembayaran, sistem akuntansi dan TI. Penyusunan
strategi komunikasi & sosialisasi kepada Pemerintah dan stakeholders serta edukasi kepada
masyarakat luas. Rencana pencetakan uang & strategi distribusinya. dll. T
Tahap pemantapan a.l. meliputi: pelaksanaan komunikasi & koordinasi dengan Pemerintah,
sosialisasi kepada stake holders
& edukasi kepada masyarakat luas. Penyesuaian
infrastruktur sistem pembayaran, akuntansi & TI. Dll
Tahap implementasi dan transisi: penerbitan uang baru bersama-sama dengan
tetap
berlakunya uang lama (dual circulation); penerapan dual price tagging serta penarikan uang
lama secara bertahap
sesuai kebutuhan perekonomian. Penerapan dual book
entry/pelaporan apabila diperlukan dll.
Tahap phasing out a.l.: penarikan uang lama dan pernyataan tidak berlakunya uang lama
serta penggunaan uang baru sebagai satu-Satunya alat pembayaran yang sah. Agar tahapan
ini berjalan lancar, kegiatan ini merupakan satu kesatuan dengan kegiatan Pemerintah yang
dikoordinasikan dengan erat serta mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
Kesimpulan :
1. Kita membutuhkan Redenominasi. Dengan proyeksi perekonomian Indonesia yang
tumbuh pesat, banyaknya jumlah digit denominasi Rupiah dalam jangka panjang
akan menyebabkan kegiatan ekonomi yang kurang efisien, ketidak nyamanan
secarapsikologisbagimasyarakatdalammelakukantransaksitunai, dan menimbulkan
kendala teknis. Kebijakan redenominasi merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan efisiensi perekonomian, meningkatkan kebanggaan nasional akan
mata uang rupiah, dan mengatasi berbagai kendala teknis.
3
2. Pada 2013 dianggap waktu yang tepat. Dari sisi makro ekonomi, perkiraan kondisi
makro ekonomi yang terjaga hingga tahun 2014, khususnya path inflasi yang
menurun dan pertumbuhan yang meningkat, memberikan ruang yang kondusif dan
timing yang tepat untuk pelaksanaan redenominasi mata uangRupiah.
3. Resiko-risiko harus di mitigasi. Terutama risiko ketidakpastian ekonomi global
maupun kondisi sosial politik di dalam negeri dan utamanya dukungan penuh dari
masyarakat.
3
Download