teori akad dalam fiqih islam

advertisement
TEORI AKAD
DALAM MUAMALAH
Bagya Agung Prabowo
Fakultas Hukum UII
ADA APA DENGAN AKAD???
1. Akad pengungkap isi hati.
 2. Akad asas muamalat.
 3. Akad membedakan suatu muamalat
dengan muamalat yang lain.
 4. Akad menimbulkan dampak hukum,
antara lain pemindahan hak dan
kepemilikan, penghalalan yang
haram dan lainnya.

CAKUPAN PEMBAHASAN
1. DEFINISI AKAD
 2. PEMBENTUKAN AKAD
 3. IJAB DAN QABUL
 4. OBYEK AKAD
 5. ORANG YANG BERAKAD
 6. AIB AKAD
 7. PEMBAGIAN AKAD
 8. KHIYARAT (PILIHAN)

1. DEFINISI AKAD

Sebelum mendefinisikan akad perlu
diketahui apa itu TASORRUF (Tindakan):
Apa saja yang keluar/timbul dari seseorang
dengan kehendaknya, yang atas dasarnya
syariat menimpakan akibat hukum.
Tasorruf ada dua:
 1. Tasorruf Fi’li (seperti ghasab dan
perusakan)
 2. Tasorruf Qauli.

• Ini ada tiga:
• 1. Terdiri dari dua perkataan (jualbeli, nikah, sewa, gadai dll).
• 2. Terdiri dari satu perkataan
(Wakaf, Talak, Menggugurkan
piutang, Sumpah, Nadzar).
• 3. Bukan kedua-duanya tetapi
menyebabkan hukum perdata dan
pidana (pengaduan, pengakuan,
qadhaf).
 Jadi akad adalah bagian dari tasorruf.
POSISI AKAD DALAM TASORRUF
TASORRUF
FI'LI
QAULI
DUA PERKATAAN
(AKAD)
SATU PERKATAAN
BUKAN KEDUANYA

Jadi apakah akad???

AKAD ialah Ikatan antara dua
perkataan atau yang mewakilinya
yang menimbulkan dampak hukum
menurut syarak.
-Yang dimaksud dengan “dua
perkataan” adalah ijab dan qabul.
2. PEMBENTUKAN AKAD
Untuk membentuk suatu akad perlu
ada: (Rukunnya)
 1. IJAB DAN QABUL.
 2. ORANG YANG BERAKAD.
 3. OBYEK AKAD.

3. IJAB DAN QABUL


IJAB ialah yang timbul/keluar dulu
dari salah seorang yang berakad,
sedang QABUL adalah yang keluar
dari orang yang berakad lainnya.
Syarat-syaratnya:
a. Keduanya jelas mengungkapkan
keinginan membuat akad.
b. Kesesuaian qabul dengan ijab.
c. Masing-masing orang yang berakad
mengetahui maksud lawannya.
d. Persambungan qabul dengan ijab
dalam majlis akad.
NOTE: Khiyar (pilihan) mencabut ijab
sebelum diqabul.
Sighat (bentuk ijab qabul) akad ada dua:
a. Sighat Lafdhi (lisan)
b. Sighat Ghair Lafdhi (bukan lisan):
- Tulisan
- Isyarat
- Tindakan
- Diam (untuk qabul saja)
4. OBYEK AKAD

Obyek akad bisa berupa harta benda (jualbeli), manfaat (sewa), pekerjaan (operasi
/pertanian/mudharabah), perempuan
(pernikahan)
 Syarat-syarat obyek akad:
1. Bisa menerima hukum menurut syarak
(dibolehkan syarak).
2. Ada ketika akad.
3. Diketahui.
4. Bisa diserahkan.
5. ORANG YANG BERAKAD
Tidak semua orang bisa menjadi orang yang
berakad dan ijab qabulnya diakui/diterima. Ada
orang yang sama sekali tidak bisa diterima
perkataannya sehingga tidak mempunyai akibat
hukum. Ada orang yang hanya bisa diterima
perkataannya pada sebagian akad dan tasorruf.
Dan ada orang yang diterima perkataannya pada
semua akad dan tasorruf. Ini semua tergantung
kepada apakah orang tersebut mempunyai
ahliyyah (kelayakan) dan wilayah (kekuasaan)
atau tidak?
Oleh karena itu, berikut ini diterangkan
tentang AHLIYYAH dan WILAYAH dan juga
tentang WAKALAH dan FUDHULI.
1. AHLIYYAH (Kelayakan): Yaitu ada dua:
a. Ahliyyah wujub: Kelayakan seseorang
untuk menerima hak dan kewajiban. Asasnya:
Hidupnya orang itu.
b. Ahliyyah adak: Kelayakan seseorang
untuk meminta haknya dan dimintai hak orang
lain darinya, dan perkataannya dapat diterima
untuk membuat akad yang menimbulkan
dampak hukum. Asasnya: Aqil Mumayyiz
(Berakalnya orang tersebut dan paham arti
perkataan yakni umur 7 th ke atas)
- Penghalang ahliyyah:
a. Penghalang samawi (langit):
1. Gila.
2. Ediot/Terencat akal.
3. Tidur dan pingsan.
4. Sakit maut.
b. Penghalang muktasabah (buatan):
1. Bodoh/tolol.
2. Mabuk.
2. WILAYAH (Kekuasaan): Kekuasaan yang
diberikan syariat kepada seseorang dalam
masalah jiwa dan harta yang dapat
menimbulkan tasorruf menurut syariat.
Wilayah ada dua:
a. Wilayah dhatiyah: Kekuasaan seseorang
atas jiwa dan hartanya sendiri.
b. Wilayah mu’tadiyah: Kekuasaan seseorang
atas orang lain karena sesuatu sebab yang
membuat syariat menetapkannya.
Ini ada dua -Wilayah ‘ala an-nafsi
-Wilayah ‘ala al-mal
- Siapakah wali?: Ayah atau wasi (orang yang
diwasiati)nya, kakek atau wasinya, qadhi atau
wasinya.
- Syarat wali: 1. Mempunyai ahliyyah adak
sempurna. 2. Bisa dipercaya. 3. Mampu menjadi
wali. 4. Agamanya sama dengan agama maula
‘laih (orang yang diwalikannya).
3. WAKALAH: Salah satu macam wilayah,
yaitu: Pewakilan seseorang atas orang lain dalam
tindakan yang dimilikinya dan diketahui serta bisa
diwakilkan.
- Rukun wakalah: Ijab dan qabul.
- Syarat wakalah:
Syarat yang mewakilkan: Hendaknya ia
pemilik tindakan yang diwakilkannya itu.
Syarat yang mewakili (wakil): Hendaknya ia
aqil mumayyiz (berakal dan paham arti
perkataan).
Syarat obyek yang diwakilkan:
1. Hendaknya diketahui oleh wakil.
2. Hendaknya berupa tasorruf (tindakan)
yang dibenarkan syariat.
3. Hendaknya bisa diwakilkan seperti jualbeli, gadai, pinjam dll. Adapun yang tidak bisa
diwakilkan seperti kesaksian, ilak, li’an dll
tidak bisa diwakilkan.
- Macam-macam Perwakilan
1. Wakalah Khusus: Contoh, anda wakil
saya dalam bisnis saja.
2. Wakalah Umum : Contoh, anda wakil
saya dlm sgl hal.
1. Wakalah Mutlak: Contoh, saya wakilkan
penjualan rumah saya kepada anda.
2. Wakalah Muqayyad: Contoh, saya wakilkan
penjualan rumah saya kepada anda
dengan harga Rp 100. 000. 000,- Wakil boleh mewakilkan obyek perwakilan kepada
orang lain jika orang yang mewakilkan
menyerahkannya kepada pendapat wakil tersebut,
namun jika orang yang mewakilkan tidak
menyerahkannya kepada pendapat wakilnya, maka
wakil tersebut tidak boleh mewakilkan obyek
perwakilan kepada orang lain tanpa persetujuan
yang jelas dari orang yang mewakilkan.
4. FUDHULI (Orang lancang): Orang yang
bertindak dalam urusan orang lain tanpa ada
kekuasaan untuk melakukannya (seperti
orang yang menjual barang orang lain tanpa
seizinnya dan tanpa ada kekuasaan
atasnya).
Hukum Fudhuli: Akadnya tergantung kepada
keizinan pemilik (madzhab Hanafi dan
Maliki). Batal (madzhab Syafi’i dan Hambali).
6. AIB AKAD


1. Ghalat (Kesalahan pada obyek akad):
Ini ada pada dua: 1. Jenis. Contoh: Mau beli
Berlian tapi ternyata dapat kaca. 2. Sifat.
Contoh: Mau beli baju katun warna merah
ternyata dapat hijau.
 Kedua-dua kesalahan ini ada dua: 1. Batiniah,
yaitu kesalahan atas dasar persangkaan orang
yang berakad. Hukumnya: Tidak mempengaruhi
akad (yakni sah). 2. Lahiriah, yaitu kesalahan
yang terjadi pada ijab dan qabul, seperti saya
beli emas ini dengan harga sekian tapi ternyata
dapat tembaga. Hukumnya: ……………………
Hukumnya: Jika kesalahan terjadi pada jenis
maka batallah akad. Jika terjadi pada sifat maka
ia tergantung dan bisa dibatalkan.

2. Ghaban (Harga dan barang tidak sebanding
pada waktu akad).

Ini ada dua: 1. Sedikit. Contoh, jual lembu
seharga 50 dinar dengan harga 40 dinar.
Hukumnya: Tidak mempengaruhi akad
(akadnya sah). 2. Banyak. Contoh, jual lembu
seharga 100 dinar dengan harga 50 (yang rugi
tentu penjual) atau dengan harga 200 dinar
(yang rugi tentu pembeli). Hukumnya:………..
Hukumnya: Diperselisihkan para ulama; ada
yang mengatakan ia mempengaruhi akad
(akadnya tergantung kepada yang dirugikan) dan
ada yang mengatakan tidak (akadnya sah).

Catatan: Ghaban sedikit atau banyak itu yang
menentukan para ahlinya. Namun ada yang
mengatakan seperlima ke bawah itu sedikit, lebih
dari itu banyak. Dan ada yang mengatakan
ghaban banyak itu pada barang adalah
seperlima atau lebih, sepersepuluh atau lebih
pada binatang, seperduapuluh atau lebih pada
harta tidak bergerak.

3. Taghrir/Tadlis (Penipuan): Menggunakan
cara-cara tertentu supaya orang mau berakad
karena menyangka itu demi kemaslahatannya,
akan tetapi ternyata kenyataannya adalah
sebaliknya.

Ia ada dua: 1. Penipuan dengan tindakan
(Seperti membiarkan sapi perahan supaya
tampak banyak susunya sehingga pembeli mau
membeli) 2. Penipuan dengan ucapan (Seperti
kata-kata penjual: Orang lain mau membayar
lebih jika kamu tidak mau beli).

Hukum keduanya: Jika penipuan itu berupa
penipuan suatu sifat yang disukai yang
disembunyikan dalam akad, yang tanpanya
orang tak mau berakad, maka dalam keadaan
ini, orang yang tertipu mempunyai hak untuk
membatalkan akad, tetapi dengan syarat: Sifat
yang disukai tersebut tidak bisa dilihat dengan
mata.

4. Paksaan (Pemaksaan seseorang atas orang
lain, tanpa hak, untuk melakukan perkara yang
tidak dikehendakinya, dengan ancaman yang
bisa dikenakan oleh pemaksa terhadapnya,
sehingga ia takut)
– Macam-macam paksaan:
• a. Paksaan sempurna (Yaitu dengan
ancaman menghilangkan nyawanya
atau nyawa orang yang dilindunginya
atau anggota badannya atau seluruh
hartanya).
• b. Paksaan kurang (yaitu dengan
pukulan, kurungan dan lainnya).
- Hukum kedua-duanya: Semua akadnya
batal.
7. PEMBAGIAN AKAD

1. Dari segi sifatnya: SAHIH DAN GHAIR SAHIH
A. SAHIH: Akad yang semua rukun dan
syaratnya terpenuhi sehingga
menimbulkan dampak hukum.
SAHIH dibagi dua: Nafidh dan Mauquf:
A.1. NAFIDH: Akad yang tidak tergantung
kepada keizinan orang lain
(seperti akadnya orang yang
aqil, baligh dan mumayyiz)
NAFIDH ada dua: Lazim dan Ghair Lazim:
A.1.1. LAZIM: Akad yang tidak bisa
dibatalkan tanpa kerelaan
pihak lain (seperti jual-beli
dan sewa)
A.1.2. GHAIR LAZIM: Yang bisa (seperti
wakalah, wadi’ah dan
pinjaman)
A.2. MAUQUF: Yang tergantung (seperti
akadnya fudhuli)
B. GHAIR SAHIH: Yang tidak terpenuhi rukun
dan atau syaratnya sehingga
tidak menimbulkan dampak
hukum.
GHAIR SAHIH: Menurut Hanafiyah ada dua:
B.1. BATIL: Yang ada kecacatan pada
rukunnya (seperti qabul tidak
sesuai dengan ijab)
B.2. FASID: Yang ada kecacatan pada
syarat/sifatnya (seperti jual
beli sesuatu yang tidak
diketahui sifat-sifatnya).
Kedua-duanya tidak menimbulkan dampak
hukum.
BATIL DAN FASID sama saja bagi jumhur
ulama, keduanya tidak menimbulkan dampak
hukum.
2. Dari segi hubungan dampak hukum dgn
sighatnya: MUNJIZ, MUDHOF ILAL
MUSTAQBAL DAN MU’ALLAQ.
A. MUNJIZ: Akad yang sighahnya cukup
untuk membuatnya terjadi
dan dampak hukumnya ada
seketika (seperti jual beli).
B. MUDHOF ILAL MUSTAQBAL:
Sighahnya menunjukkan akad,
namun dampak hukumnya terjadi
pada waktu akan datang yang telah
ditentukan oleh kedua belah pihak
(Saya sewakan rumah saya kepada
anda seharga 20 dinar perbulan
mulai bulan depan)
Catatan:Ada akad yang tidak bisa digantungkan
pada masa akan datang (seperti akad tamlikat:
jual beli, hibah, nikah dll) dan ada yang bisa
(seperti sewa, pinjam, kafalah, isqatat: talaq,
wakaf, memerdekakan budak, itlaqat: wakalah)
C. MU’ALLAQ: Akad yang kewujudannya
digantungkan kepada kewujudan
sesuatu lainnya (Seperti, kalau
saya pergi ke Irak, maka kamu
jadi wakilku dalam penjualan
rumahku).
Catatan: Ada akad yang tidak bisa
digantungkan kepada sesuatu yang lain
(seperti akad tamlikat: jual beli, sewa, hibah,
pinjam, hutang dll) dan ada yang bisa (seperti
wakalah, wasiat, isqatat: talaq, memerdekakan
budak dll) dan ada akad di antara keduaduanya, yaitu bisa digantungkan kepada
sesuatu asal rasional (seperti kafalah dan
hiwalah: jika kamu menghutangi dia, maka aku
penjaminnya)
3. Dari segi tujuannya:
A. AKAD TAMLIKAT: Akad yang tujuannya
pemilikan barang atau manfaat dengan imbalan
atau tanpa imbalan. Yang dengan imbalan
disebut: ‘IWADHAT. Seperti jual beli, salam,
sewa, mudharabah, muzara’ah dll. Yang tanpa
imbalan disebut: TABARRU’AT. Seperti hibah,
I’arah, wasiat, sedekah dll.
B. ISQATAT: Yaitu yang tujuannya
menggugurkan hak seseorang. Hal ini ada
yang tanpa imbalan seperti talak,
memerdekakan hamba, memaafkan dalam
qisas, menggugurkan piutang. Ada juga yang
dengan imbalan seperti talak dengan uang
(Khulu’), memaafkan dalam qisas tapi pelaku
membayar diat.
C. AKAD TAFWIDH DAN ITLAQ: Akad yang
mengandungi penyerahan kuasa bertindak
kepada orang lain, seperti akad wakalah dan
izin kepada anak mumayyiz untuk berdagang.
D. TAQYIDAT: Tindakan melarang orang
melakukan tindakan yang sebelumnya
dibolehkan, seperti menyingkirkan wakil atau
nadzir wakaf atau hakim atau wasi.
E. AKAD TAUTSIQAT ATAU TAKMINAT:
Yaitu yang tujuannya penjaminan
pemiutang atas hartanya terhadap orang
yang berhutang, seperti akad kafalah,
hiwalah dan gadai.
8. KHIYARAT (PILIHAN)
KHIYAR: Hak untuk meneruskan atau
membatalkan akad.
Hak ini ada yang wujud menurut hukum syarak
meskipun tidak disyaratkan oleh salah seorang
yang berakad seperti khiyar rukyah dan khiyar
aib, dan ada yang tidak wujud jika tidak
disyaratkan di dalam akad seperti khiyar syarat
dan khiyar ta’yin.

1. KHIYAR SYARAT: Salah satu atau kedua
orang yang berakad atau selain
keduanya mempunyai hak untuk
meneruskan atau membatalkan akad
dalam masa tertentu jika hal itu
disyaratkan dalam akad.
– Tempohnya: Tiga hari atau kurang dari itu
(Syafi’iyyah dan Abu Hanifah). Boleh lebih dari
itu asal tertentu (Hanabilah dan Ja’fariyyah).
Menurut syarat atau adat jika tidak disyaratkan
(Malikiyyah)
– Akad apa saja yang ada khiyar ini: Akad Lazim
yang bisa dibatalkan seperti jual beli dan sewa.
Khiyar ini tidak boleh dalam akad Lazim yang
tidak menerima pembatalan seperti nikah, khulu’,
talak dan memerdekakan hamba. Demikian
pula tidak boleh dalam akad Ghair Lazim
seperti wadi’ah dan ‘ariyah.
– Dampak khiyar ini: Akad jadi tidak Lazim bagi
orang yang punya khiyar, ia boleh
meneruskan akad atau membatalkannya.
– Habisnya khiyar ini: 1. Meneruskan akad atau
membatalkannya ketika dalam tempoh khiyar.
2. Berlalunya tempoh khiyar tanpa
diteruskannya akad atau dibatalkan. 3. Hilang
atau rusaknya obyek akad di tangan orang
yang berakad lainnya jika khiyar ada di
pihaknya. 4. Kematian orang yang punya
khiyar.
2. KHIYAR TA’YIN: Salah seorang yang berakad
mempunyai hak menentukan satu di
antara dua atau tiga benda yang disebut
dalam akad dengan harga masingmasing, supaya yang ditentukan itu
menjadi obyek akad.
- Contoh: Kata seseorang kepada kawannya:
Aku jual salah satu dari dua pakaian ini dengan
harganya –lalu ia menentukan harga masingmasing pakaian– dengan syarat kamu
menentukan yang ingin kamu beli dalam
tempoh dua hari. Kawannya menjawab: Aku
terima. Maka khiyar ini ada pada pembeli. Ia
boleh memilih salah satu pakaian untuk
dijadikan obyek akad dengan harga yang telah
ditentukan.
Khiyar ini diperselisihkan oleh para ulama.
Kebanyakannya melarang karena obyek
tidak pasti, dan ada yang membolehkannya.
Yang membolehkan kelihatannya lebih
rajih/kuat, karena manusia memerlukan
khiyar ini, dan adanya khiyar ini tidak
merugikan kedua pihak.
- Syarat sah khiyar ta’yin: 1. Pilihan harus di
antara dua atau tiga barang, tidak lebih. 2.
Barang-barang tersebut harus berbedabeda kualitas dan harganya. 3. Harga
barang-barang tersebut harus tertentu. 4.
Tempoh khiyar harus tertentu.
- Penggugur khiyar ini: Khiyar ini gugur dengan
memilih salah satu barang atau rusaknya ia atau
cacatnya ia.
3. KHIYAR RUKYAH: Hak bagi salah seorang
yang berakad untuk meneruskan
akad atau membatalkannya ketika
melihat obyek akad jika ia belum
melihatnya ketika berakad atau
beberapa waktu sebelum berakad
yang obyek akad tersebut tidak
berubah.
- Arti rukyah: Mengetahui, mengerti dan
memahami keadaan obyek akad. Ini bisa dengan
panca indera.
- Akad apa saja yang ada khiyar ini: Akad yang obyek
akadnya tertentu dan bisa dibatalkan.
Syarat khiyar rukyah: 1. Orang yang berakad belum
melihat obyek akad ketika berakad atau
sebelumnya. 2. Obyek akad harus barang tertentu.
3. Akad harus yang bisa dibatalkan.
-Waktu dan tempoh khiyar: Khiyar rukyah itu ada
ketika melihat obyek akad, dan tidak ada sebelum
melihat, tanpa perlu disyaratkan. Tempohnya tidak
terbatas.
-Dampaknya dalam akad: Akadnya Nafidh tapi Ghair
Lazim bagi yang punya khiyar.
Penggugur khiyar ru’yah: 1. Rela terhadap akad
dari orang yang punya khiyar. 2. Tindakan orang
yang punya barang dengan menjualnya atau
menyewakannya atau menghibahkannya atau
lainnya. 3. Cacatnya obyek akad di tangan
pemiliknya. 4. Obyek akad tidak bisa
dikembalikan kepada pemiliknya secara lengkap.
5. Kematian orang yang punya khiyar.
4. KHIYAR AIB: Hak pemilik sesuatu untuk
membatalkan atau meneruskan
akad karena ada aib yang
didapatkannya pada barang yang
dimilikinya itu.
Khiyar ini ada pada akad yang ada khiyar rukyah
seperti jual beli, sewa dll.
- Aib yang bisa dijadikan khiyar: Yang mengurangi
harga menurut para ahli.
- Syarat adanya khiyar aib:1. Adanya aib pada
obyek akad sebelum diterima oleh orang yang
berakad lainnya. 2. Pembeli tidak tahu aib
tersebut ketika akad dan ia tidak rela setelah
mengetahuinya dan aib tersebut tidak hilang
sebelum pemilik khiyar ini menggunakan haknya
untuk membatalkan akad. 3. Pemilik belum
mensyaratkan bahwa barangnya bebas dari aib.
- Dampaknya dalam akad: Akadnya Ghair
Lazim. Ia boleh meneruskan atau membatalkan
akad.
- Gugurnya khiyar aib: 1. Khiyar ini gugur
dengan kerelaan orang yang punya khiyar ini. 2.
Obyek akad dapat aib baru di tangan orang
yang punya khiyar. 3. Obyek akad bertambah
di tangan orang yang punya khiyar setelah ia
terima.
TAMMAT BIHAMDILLAH
WALLAHU A’LAM
Download