Microsoft Word - 13508020 Muhammad Ghufron Mahfudhi

advertisement
TUGAS RPL
JURNAL DAN STUDY KASUS TENTANG SOA
Kelompok :
Indri Maulani (103140913111001)
Mia Febrianti (103140914111017)
Rizky Aidha A (103140914111028)
L. M. Providencia A (103140914111023)
M. Adlan Zakariya (103140914111012)
Risky Aulia (103140914111053)
Ramadhan Perdana P (103140914111004)
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012/ 2013
Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung Bidang Teknik Elektro dan Informatika
Volume 1, Number 2, Juli 2012
Kajian dan Evaluasi Pengembangan Pedoman
Model Driven Service Oriented Architecture
Studi Kasus: Rekam Medis Rawat Jalan
Muhammad Ghufron Mahfudhi
Dra. Christine Suryadi, S.T.
Program Studi Teknik Informatika
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
Program Studi Teknik Informatika
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
[email protected]
[email protected]
ABSTRAK
MDSOA (Model Driven Service Oriented Architecture)
merupakan bentuk penggabungan konsep arsitektur yang
berorientasi service dengan pendekatan secara model driven.
Kajian yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan suatu
pedoman lengkap yang dapat digunakan untuk mengembangkan
sistem perangkat lunak dengan menggunakan pendekatan
MDSOA serta mengevaluasi hasil pedoman dan penerapannya.
Pedoman tersebut merupakan bentuk penggabungan dari hasil
pengembangan yang dilakukan oleh Xabier Larrucea dkk.,
pendekatan proses pembangunan perangkat lunak secara
waterfall, pengembangan sistem informasi secara umum, serta
format IEEE Std-830-1998. Pedoman yang dibuat fokus pada
kegiatan perancangan perangkat lunak. Pedoman ini kemudian
diuji dengan melakukan penerapan pada studi kasus rekam medis
rawat jalan pada rumah sakit umum di Bandung. Berdasarkan
kajian yang telah dilakukan, pedoman perancangan perangkat
lunak yang telah dikembangkan dapat diterapkan dengan baik.
Akan tetapi, metode pengembangan MDSOA yang digunakan
memiliki keterbatasan padaperangkat pemodelan
dan
transformasinya. Pedoman yang dihasilkan cukup fleksibel
sehingga perubahan metode dapat disesuaikan dengan mudah.
Berdasarkan penerapan pedoman, telah dihasilkan pula suatu
hipotesis bahwa penerapan metode MDSOA dapat meningkatkan
kualitas perangkat lunak, terutama interoperability dan
reusability.
Kata Kunci
terotomatisasi, pada semua proses bisnis yang dimaksud sehingga
pemrosesan semakin cepat [1].
Di samping manfaat, penggunaan SOA juga memiliki beberapa
kelemahan. SOA membutuhkan service yang bersifat platformindependent dan dapat menerjemahkan kebutuhan layanan bisnis
ke dalam bentuk teknologi informasi. Dalam proses pembangunan
service tersebut, MDA (Model Driven Architecture) mampu
menjadi solusi bagi kelemahan SOA. MDA bertujuan untuk
menciptakan model arsitektur perusahaan yang dapat digunakan
oleh analis maupun pengembang perangkat lunak dalam
pemenuhan kebutuhan yang berubah-ubah.
Pada dasarnya SOA dan MDA bersama-sama dengan inovasi
bisnis menjadi kunci utama konsep optimasi proses bisnis.
Optimasi dan inovasi bisnis berfokus pada respon sistem dan
optimasinya, MDA berfokus pada efisiensi dan kualitas,
sedangkan SOA berfokus pada fleksibilitas dan penggunaan
kembali. Penerapan MDA pada sistem SOA inilah yang disebut
dengan MDSOA (Model Driven Service Oriented Architecture).
Akan tetapi, masih terdapat beberapa tantangan dan masalah yang
terjadi pada pengembangan MDSOA dalam sistem teknologi
informasi. Hal ini disebabkan belum adanya pedoman pemodelan
MDSOA dalam pengembangan sistem informasi atau perangkat
lunak [2]. Untuk itu, perlu dilakukan suatu kajian untuk
membangun perangkat lunak dengan pendekatan MDSOA dan
pedoman pengembangannya agar perangkat lunak yang
dihasilkan tepat sasaran dengan bisnis yang dimaksud dalam suatu
organisasi.
MDSOA, service, model, pedoman pengembangan MDSOA
2. MDSOA
1. PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, teknologi, terutama di bidang
informasi, juga berkembang pesat. Dengan banyaknya perubahan
yang terjadi di dunia, informasi menjadi hal yang sangat penting
sebagai sarana untuk beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
Kecepatan dan fleksibilitas merupakan aspek penting untuk
mengantisipasi
faktor-faktor
tersebut,
tetapi
untuk
mewujudkannya bukanlah hal yang mudah. Meskipun demikian,
SOA (Service Oriented Architecture) menawarkan kemungkinan
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Dengan penerapan
yang tepat dari prinsip-prinsip SOA, suatu organisasi dapat
meningkatkan kecepatan
dan fleksibilitasnya.
Dengan
menggunakan SOA, fungsionalitas pada sistem dibagi-bagi dan
dibuat sebagai layanan (service), sebuah tugas bisnis yang
MDSOA merupakan penerapan model-driven pada arsitektur yang
service-oriented. MDSOA ini muncul karena terdapat beberapa
kekurangan dalam penerapan SOA dan MDA jika dilakukan
secara terpisah. Akan tetapi, jika kedua pendekatan tersebut
diterapkan secara bersama-sama, suatu permasalahan dapat
diselesaikan dengan lebih mudah dan efisien.
SOA menggunakan service sebagai elemen utamanya.
Penggunaan service membuat SOA menjadi bersifat reusable dan
loosely-coupled sehingga suatu service dapat digunakan berulang
kali dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
Pengimplementasian service juga dapat memisahkan logika bisnis
dan logika aplikasi pada suatu arsitektur. Sedangkan MDA
menggunakan model sebagai elemen utamanya. Suatu model
membuat implementasi lebih mudah dimengerti dan pemodelan
yang menyeluruh membuat proses pembangunan tetap konsisten.
Penggunaan model juga dapat memisahkan spesifikasi sistem
dengan teknologi pendukungnya sehingga dapat berkonsentrasi
lebih pada spesifikasi sistem yang akan dibuat. Dengan
menggabungkan konsep pemodelan yang menyeluruh dan
menggunakan service, suatu sistem perangkat lunak dapat
menjadi interoperable dan suatu organisasi dapat mencapai
ketangkasan bisnisnya.
Pembangunan perangkat lunak dengan pendekatan MDSOA
mempunyai tingkat abstraksi yang sama dengan pembangunan
perangkat lunak dengan menggunakan MDA [3]. Proses
utamanya terdiri dari pembuatan CIM (Computational
Independent Model), analisis PIM (Platform Independent Model),
transformasi PIM menjadi PSM (Platform Specific Model), dan
transformasi PSM menjadi kode implementasi. Akan tetapi,
terdapat penambahan aspek service pada bagian analisis PIM dan
transformasi PIM menjadi PSM. Proses tersebut dapat
diilustrasikan pada
Gambar 1. Pada bagian sebelah kiri
menunjukkan konsep SOA di dalam pendekatan MDA, sedangkan
pada bagian sebelah kanan menunjukkan lapisan pada setiap
tingkat
abstraksi
MDA
yang
didefinisikan
dan
diimplementasikan.
Gambar 1. Proses MDSOA
MDA
menyediakan
proses
dan
perangkat
untuk
mengimplementasikan pembangunan sistem berbasis model. Oleh
karena itu, perlu adanya penentuan CIM, PIM, dan PSM dengan
menyediakan standar agar profil MDA dapat berfokus pada
arsitektur, aplikasi, dan lingkungan spesifik. Profil MDA ini
berhubungan dengan SOA dan dapat dibagi menjadi:
1. profil SOA untuk proses bisnis, yang berasosiasi dengan CIM
dan digunakan untuk mendeskripsikan tingkat business
services yang lebih tinggi serta mencakup konsep Business
Process Management (BPM);
ketiga tingkat abstraksi
interoperability, antara lain:
MDSOA
untuk
memperoleh
1. POP* (Process, Organisation, Product, and Others) [5],
untuk mendefinisikan pemodelan enterprise dengan
representasi pertukaran proses bisnis dan merupakan
penurunan dari Unified Enterprise Modeling Language;
2. PIM4SOA (Platform Independent Model for Service Oriented
Architecture) [6], untuk mendefinisikan dan merancang
pemodelan SOA berdasarkan aspek service, process,
information, dan quality of service;
3. serta pemodelan Web Service dengan menggunakan WSDL
(Web Service Description Language), BPEL (Business
Process Execution Language), dan XSD (XML Schema
Document).
Berdasarkan ketiga pemodelan tersebut kemudian diusulkan
pengembangan pedoman perancangan perangkat lunak dengan
melakukan pendekatan pada proses daur hidup pembangunan
perangkat lunak dengan model waterfall. Model tersebut dipilih
karena fokus pada kegiatan perancangan perangkat lunak. Setiap
tahapan pada gambar tersebut dapat menghasilkan model yang
memiliki kebutuhan yang jelas sehingga setelah model pada
tahapan tertentu dihasilkan dapat fokus pada pembuatan model
dalam tahap selanjutnya. Berdasarkan proses tersebut, tahap yang
dipilih yaitu penentuan kebutuhan, analisis, dan perancangan.
Dari proses tersebut juga ditambahkan tahap identifikasi
permasalahan sebagai tahapan yang pertama. Hal ini disebabkan
oleh pendekatan MDSOA yang berorientasi bisnis. Suatu bagian
atau keseluruhan dalam kegiatan bisnis mungkin terjadi suatu
permasalahan yang menyangkut efisiensi atau daya saing dengan
organisasi lain.Pembangunan perangkat lunak dengan
menggunakan pendekatan MDSOA merupakan bentuk
pemecahan masalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut.
Selain metode tersebut, pengembangan pedoman ini juga
menggunakan format dokumen kebutuhan perangkat lunak sesuai
dengan standar IEEE Std-830-1998 [7], terutama pada bagian
pendahuluan. Hal ini bertujuan untuk dapat menjelaskan isi
dokumen secara umum, baik dari segi perangkat lunak yang akan
dikembangkan maupun dari dokumen pengembangannya sendiri.
Dengan demikian, dari metode yang telah disebutkan dapat
dihasilkan suatu pedoman pembangunan perangkat lunak yang
utuh dengan penggabungan metode seperti yang dapat
ditunjukkan pada Error! Reference source not found.2 [8].
2. profil SOA untuk aplikasi, yang berasosiasi dengan PIM dan
digunakan untuk mendeskripsikan aplikasi yang menunjukkan
layanan serta menggunakan fitur infrastruktur spesifik;
3. dan profil SOA untuk platform teknologi, yang berasosiasi
dengan PSM dan digunakan untuk mendefinisikan
infrastruktur SOA dengan menggunakan platform teknologi
tertentu.
Pedoman
MDSOA
3. PENGEMBANGAN PEDOMAN
3.1 Metode
Metode yang digunakan dalam pengembangan pedoman MDSOA
pada makalah ini merupakan hasil penelitian Larrucea dkk. [4].
Metode tersebut menggunakan pemodelan yang cocok untuk
Gambar 2. Metode Pembuatan Pedoman MDSOA
3.1.1 Pendahuluan
Bagian pendahuluan bertujuan untuk memberikan gambaran
dokumen perancangan perangkat lunak dengan pendekatan
MDSOA secara keseluruhan, mulai dari tahap identifikasi
permasalahan, penentuan kebutuhan, analisis, dan perancangan.
Bagian ini terdiri lima subbagian sebagai berikut.
1. Tujuan: berisi gambaran tujuan penulisan dokumen
pengembangan dan deskripsi pembaca atau pihak yang akan
menggunakan dokumen.
2. Ruang lingkup: berisi penjelasan ruang lingkup yang
digunakan pada pembangunan perangkat lunak, seperti
pelaksanaan pembangunan perangkat
lunak, deskripsi
perangkat lunak yang dibangun, fungsi-fungsi, dan
sebagainya.
3. Daftar istilah: berisi definisi dari semua istilah dan singkatan
yang dibutuhkan untuk menjelaskan isi dokumen, terutama
secara spesifik terhadap domain yang telah ditentukan.
4. Referensi: berisi referensi yang digunakan dalam dokumen
pembangunan.
5. Sistematika: berisi penjelasan isi bagian lain dari dokumen ini
dan bagaimana struktur pembahasannya.
3.1.2 Identifikasi Permasalahan
Tahap awal yang analis lakukan adalah mengidentifikasi
permasalahan yang ada di dalam organisasi. Hal ini bertujuan
agar solusi yang dibangun dapat mengatasi masalah tersebut.
Dengan demikian, pembangunan perangkat lunak untuk sistem
dalam organisasi tersebut dapat bersifat tepat guna terhadap
masalah yang muncul.
Tahap ini menggunakan pendekatan identifikasi permasalahan
dalam pengembangan sistem informasi. Kegiatan tersebut dimulai
dengan menganalisis keadaan organisasi pada domain
permasalahan yang telah ditentukan, terutama dari segi proses
bisnisnya. Proses bisnis tersebut dapat digambarkan sebagai
diagram alir. Kemudian, berdasarkan proses bisnis tersebut dapat
dilakukan analisis permasalahan dan kesempatan berdasarkan
framework PIECES yang terdiri dari:
1. performance, terkait dengan kinerja sistem yang ada;
2. information, terkait dengan alur informasi dalam organisasi;
3. economy, terkait dengan peningkatan keuntungan organisasi;
4. control, terkait dengan kontrol dan pengamanan sistem;
5. efficiency, terkait dengan efisiensi manusia dan proses dalam
organisasi;
6. dan service, terkait dengan layanan yang diberikan sistem
terhadap sistem lain.
Setelah itu, dapat dilakukan analisis solusi dari permasalahan dan
kesempatan yang telah didefinisikan. Solusi ini selanjutnya akan
digunakan sebagai dasar dari proses penentuan kebutuhan
perangkat lunak yang dilakukan pada tahap berikutnya.
3.1.3 Penentuan Kebutuhan CIM
Tahap ini bertujuan untuk membangun CIM. CIM ini
menggambarkan proses bisnis organisasi setelah solusi yang telah
dianalisis diterapkan pada permasalahan yang terjadi. Proses
bisnis tersebut dapat menggambarkan lingkungan dan kebutuhan
dari sistem perangkat lunak yang akan dibangun, sesuai dengan
fokus utama CIM.
Tahap awal yang dilakukan yaitu menentukan deskripsi umum
dari perangkat lunak hasil solusi permasalahan, termasuk fungsi
secara umum, pengguna perangkat lunak, batasan, dan asumsi
yang digunakan dalam pengembangan. Dari deskripsi umum
tersebut dapat didefinisikan kebutuhan sistem perangkat lunak
yang akan dibangun. Terdapat dua jenis kebutuhan yang
dijabarkan di sini, yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan
nonfungsional. Kebutuhan fungsional menyatakan fitur-fitur
utama dalam perangkat lunak, sedangkan kebutuhan
nonfungsional yang menyatakan fitur-fitur tambahan untuk
mendukung kinerja fitur utama tersebut.
Dengan menggunakan kebutuhan yang telah ditentukan, CIM
dapat dikembangkan sesuai dengan metode yang dipilih, yaitu
menggunakan pemodelan POP*. POP* merupakan pemodelan
enterprise yang disusun berdasarkan dimensi pengetahuan yang
terdiri dari lima dimensi: proses, organisasi, produk, keputusan,
dan infrastruktur. Selain itu, juga terdapat konsep umum yang
berlaku bagi semua dimensi tersebut. Namun, yang menjadi fokus
dalam makalah ini adalah dimensi proses. Dimensi-dimensi
tersebut dideskripsikan sebagai berikut.
1. Konsep umum: mencakup konsep dan hubungan yang berlaku
pada semua dimensi.
2. Dimensi organisasi: fokus pada struktur organisasi, manusia,
dan interaksinya.
3. Dimensi proses: mencakup konstruksi yang berhubungan
dengan aktivitas, tugas, dan proses yang berjalan di dalam
atau antar enterprise.
4. Dimensi produk: digunakan untuk memodelkan arsitektur atau
struktur produk.
5. Dimensi keputusan: digunakan untuk memodelkan struktur
pengambilan keputusan.
6. Dimensi infrastruktur: mencakup konstruksi untuk
mendukung pemodelan infrastruktur dan layanan yang
disediakan.
Untuk membuat pemodelan dimensi proses POP*, terlebih dahulu
dilakukan analisis proses bisnis yang terkait dengan masalah yang
muncul. Analisis tersebut bertujuan untuk menentukan proses
bisnis organisasi setelah sistem perangkat lunak hasil analisis
solusi diterapkan. Kemudian, proses bisnis tersebut dimodelkan
dengan menggunakan dimensi proses pada POP*. Pemodelan
POP* dilakukan dengan menggunakan UML (Unified Modeling
Language). Pemodelan tersebut menggunakan dua jenis diagram
sebagai berikut.
1. Diagram spesifikasi, yang merupakan diagram kelas yang
menunjukkan dimensi proses dengan komponen pemodelan
seperti pada Gambar 3.
2. Diagram aktivitas, untuk memodelkan aspek dinamis dari
sistem.
Model bisnis dalam POP* ini bertujuan untuk memodelkan
informasi dan elemen bisnis. Model ini tidak memperhatikan
rincian teknis, tetapi fokus pada masalah bisnis. Bahkan, unsurunsur yang mendefinisikan model ini merupakan elemen bisnis
dan pakar bisnis dapat menanganinya tanpa menggunakan konsep
teknis.
Sedangkan BPEL dihasilkan dari aspek process pada PIM4SOA.
ServiceProvider ditransformasikan dengan tetap mengacu pada
kolaborasi yang didefinisikan dalam aspek service dan process
dihasilkan dari daftar tugas yang didefinisikan oleh perilaku
ServiceProvider tersebut.
Gambar 3. Metamodel Dimensi Proses POP*
3.1.4 Analisis PIM
Tahap ini bertujuan untuk membangun PIM. PIM ini fokus pada
operasi sistem tanpa bergantung pada platform tertentu. CIM yang
telah dibuat sebelumnya akan ditransformasikan menjadi PIM
sesuai dengan prinsip SOA.
Sesuai dengan metode yang dipilih, pemodelan untuk PIM
menggunakan PIM4SOA. Pemodelan ini digunakan untuk
mendefinisikan dan merancang pemodelan SOA. Pemodelan ini
dapat dihasilkan dengan menggunakan transformasi pada model
bisnis yang telah dibuat. Namun, transformasi tersebut hanya
menghasilkan PIM untuk rangka SOA sehingga harus dilengkapi
dengan rincian teknis yang mencakup aspek-aspek PIM4SOA.
Oleh karena itu, pemodelan ini lebih fokus pada solusi teknis,
tetapi tetap tidak bergantung pada platform yang digunakan.
Setelah PIM4SOA selesai dibuat, pemodelan selanjutnya dapat
dihasilkan dengan menggunakan lingkungan atau platform
tertentu yang sesuai dengan prinsip SOA.
Pemodelan PIM4SOA dikembangkan dengan menggunakan
pemodelan pada UML. Pemodelan ini mendefinisikan empat
aspek pada PIM4SOA, yaitu service, process, information, dan
quality of service. Keempat aspek tersebut menunjukkan proses
penentuan service dalam perangkat lunak. Dengan demikian,
service yang dirancang dapat bersifat platform-independent.
3.1.5 Perancangan PSM
Tahap ini bertujuan untuk membangun PSM. Sebelumnya, pada
proses ini harus ditentukan platform yang akan digunakan terlebih
dahulu. Kemudian, spesifikasi pada PIM digabungkan dengan
platform yang telah dipilih sehingga dapat menjadi PSM.
Sesuai dengan prinsip SOA, teknologi atau platform yang dipilih
untuk metode ini yaitu Web Service. Pemodelan yang digunakan
adalah WSDL, BPEL, dan XSD. Ketiga pemodelan tersebut
diperoleh dengan melakukan transformasi dari PIM yang telah
dibuat. WSDL diperoleh dari aspek service, XSD diperoleh dari
aspek information, dan BPEL diperoleh dari aspek process.
Hubungan ketiganya dengan keempat aspek pada PIM4SOA
dapat ditunjukkan pada Gambar 4.
Konsep WSDL yang dihasilkan dari transformasi adalah
PortTypes dengan Operations, Messages, dan PartnerLinkTypes.
PartnerLinkTypes dibuat untuk membuat hubungan dengan
BPEL. Sumber dari transformasi WSDL adalah aspek service
dengan elemen dari aspek information untuk penanganan pesan.
Gambar 4. Transformasi PIM4SOA ke PSM
3.2 Penggunaan Perangkat
Selain penentuan model, pengembangan perangkat pemodelan
dan transformasi model menjadi kunci utama dalam
pengembangan model-driven. Dalam metode yang digunakan,
Larrucea dkk. telah mengembangkan framework berupa
metamodel untuk membuat diagram UML dan pemodelan untuk
POP*, PIM4SOA, Web Service, serta melakukan transformasi
antarmodel. Pembangunan framework tersebut dilakukan untuk
menunjang pengembangan MDSOA sesuai dengan metode yang
diusulkan secara utuh sesuai dengan prinsip MDSOA.
Framework tersebut dikembangkan dengan menggunakan
perangkat yang sedang aktif pada masa pengembangannya (tahun
2007). Bentuk fisik dari framework-nya sendiri berupa plug in
dalam dua jenis perangkat, yaitu Eclipse versi 3.2 dan Rational
Software Modeler (RSM) versi 6.0. Saat penyusunan makalah ini
(tahun 2012), kedua perangkat tersebut telah dikembangkan
menjadi versi yang lebih baru, yaitu Eclipse versi 3.6 dan
Rational Software Architect (RSA) versi 8.0.4, sedangkan RSM
versi 6.0 sudah dihentikan perkembangannya. Oleh karena itu,
pemodelan dalam makalah ini akan menggunakan integrasi dari
Eclipse versi 3.6 dan versi trial dari RSA versi 8.0.4.
Dengan adanya perbedaan versi tersebut, tentunya juga terdapat
perbedaan antara modul yang dibawanya. Pada Eclipse versi 3.6,
penyesuaian terhadap perbedaan modul dapat dilakukan dengan
melakukan instalasi perbaikan integrasi dengan RSA dan
framework pemodelannya secara utuh. Dengan demikian, fiturfitur yang dikembangkan untuk Eclipse ini dapat diinstalasi
dengan baik. Sedangkan pada RSA terdapat perbedaan modul
yang dibutuhkan untuk pengembangan fitur antara versi lama
dengan versi yang baru. Misalnya, fitur pada RSM versi 6.0
membutuhkan plug in “ibm.com.xtools.uml2.msl”, sedangkan
plug in ini sudah tidak tersedia pada RSA versi 8.0.4 dan diganti
dengan plug in “ibm.com.xtools.uml.msl”. Usaha untuk
penyesuaian plug in tersebut telah dilakukan dengan mengubah
source code pengembangan fiturnya. Namun, usaha tersebut
masih belum berhasil dilakukan. Dengan demikian, fitur
pemodelan UML untuk POP*, PIM4SOA, dan Web Service tidak
dapat diinstalasi dengan baik.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, pemodelan dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak pemodelan UML dengan
pendekatan yang sesuai dengan prinsip metamodel yang telah
ditetapkan. Pendekatan pemodelan UML yang digunakan sebagai
alternatif pemodelan selain menggunakan fitur pada RSM adalah
sebagai berikut.
1. Pemodelan POP*
Diagram spesifikasi dibuat dengan menggunakan diagram
aktivitas dengan pendekatan diagram kelas UML, sedangkan
diagram aktivitas dibuat dengan menggunakan diagram
aktivitas UML secara umum.
2. Pemodelan PIM4SOA
Diagram service dibuat dengan menggunakan pendekatan
diagram kolaborasi pada UML. Diagram process dibuat
dengan menggunakan pendekatan diagram aktivitas pada
UML. Diagram information dibuat dengan menggunakan
pendekatan diagram kelas pada UML. Diagram quality of
service dibuat dengan menggunakan pendekatan diagram
kelas pada UML. Sedangkan pembuatan model PIM4SOA
dilakukan dengan menggunakan fitur metamodel yang telah
dikembangkan untuk Eclipse. Pembuatan tersebut harus
disesuaikan dengan metamodel yang telah didefinisikan pada
keempat aspek PIM4SOA.
Penerapan studi kasus dilakukan dengan mengikuti setiap tahapan
yang telah ditentukan dalam pedoman. Hasil penerapan yang
telah dilakukan dan perbandingannya dengan pedoman yang telah
dibuat dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Evaluasi Pedoman dan Studi Kasus
Tahap
Pendahuluan
Identifikasi
Permasalahan
Pedoman
Studi
Kasus
Tujuan
√
√
Sudah tersedia
Ruang Lingkup
√
√
Sudah tersedia
Daftar Istilah
√
√
Sudah tersedia
Referensi
√
√
Sudah tersedia
Sistematika
√
√
Sudah tersedia
Profil Organisasi
√
√
Sudah tersedia
Proses Bisnis
Organisasi
√
√
Dibuat berdasarkan
proses bisnis rekam
medis rawat jalan
Analisis
Permasalahan dan
Kesempatan
√
√
Dibuat berdasarkan
permasalahan yang
muncul dalam proses
bisnis rekam medis
rawat jalan manual
Analisis Solusi
√
√
Dibuat berdasarkan
perubahan yang akan
dialami dengan
penerapan solusi
Deskripsi Umum
√
√
Sudah tersedia
Kebutuhan
Fungsional
√
√
Dibuat berdasarkan
deskripsi umum
Kebutuhan
Nonfungsional
√
√
Dibuat berdasarkan
deskripsi umum
Analisis Proses
Bisnis
√
√
Dibuat berdasarkan
analisis proses bisnis
setelah implementasi
Dimensi Proses
POP*
√
√
Diagram spesifikasi dan
aktivitas dibuat
berdasarkan proses
bisnis hasil
implementasi
Rangka
PIM4SOA
√
-
Transformasi tidak dapat
dilakukan karena
keterbatasan perangkat
Pengembangan
PIM4SOA
√
√
Model service, process,
information, dan QoS
dibuat dengan
pendekatan UML
Model PIM4SOA
√
√
Dibuat berdasarkan
pendekatan pemodelan
keempat aspek yang
telah dibuat
Model WSDL
√
-
Model XSD
√
-
Transformasi tidak dapat
dilakukan karena
keterbatasan perangkat
Model BPEL
√
-
Aktivitas
3. Pemodelan Web Service
Pemodelan Web Service dilakukan dengan menggunakan fitur
transformasi PIM4SOA menjadi WSDL, XSD, dan BPEL
dalam plug in yang telah dikembangkan untuk Eclipse.
4. PENERAPAN STUDI KASUS
Setelah melakukan analisis dan mengembangkan usulan pedoman
pembangunan perangkat lunak dengan menggunakan pendekatan
MDSOA, selanjutnya dilakukan pendefinisian terhadap studi
kasus yang dapat merepresentasikan hasil analisis yang telah
didapat. Studi kasus yang dipilih harus mencerminkan suatu
sistem yang mempunyai proses bisnis atau cara kerja yang jelas
serta aspek bisnis yang dapat dimodelkan ke dalam bentuk
pemodelan tertentu. Selain itu, aspek bisnis dan aspek teknologi
sistem tersebut dapat dipandang secara terpisah sehingga tidak
memiliki kebergantungan satu sama lain dan prinsip yang
platform-independent dapat diterapkan.
Studi kasus yang dipilih adalah sistem rekam medis pada rumah
sakit umum di Bandung. Rekam medis adalah keterangan tertulis
maupun terekam mengenai identitas, anamnesis (keluhan pasien),
penentuan fisik, laboratorium, diagnosis, serta segala layanan dan
tindakan medik yang diberikan kepada pasien. Keterangan
tersebut juga meliputi pengobatan, baik dalam rawat inap, rawat
jalan, maupun pelayanan gawat darurat. Sistem informasi rekam
medis mencakup pelaksanaan kegiatan rekam medis yang
menyeluruh dan terintegrasi dengan suatu penyedia basis data
rekam medis.
Sistem rekam medis yang diterapkan adalah sistem rekam medis
pada kegiatan rawat jalan. Kegiatan tersebut dimulai saat pasien
datang untuk mendaftar pada petugas hingga pasien pulang dan
petugas melakukan rekap serta membuat laporan berkala. Sistem
tersebut dipilih sebagai studi kasus karena memiliki representasi
dalam bentuk proses bisnis serta dalam pelaksanaannya terdapat
permasalahan dalam kegiatan penanganan informasi. Dengan
melakukan pengembangan dengan pendekatan MDSOA, sistem
informasi rekam medis dapat dirancang dengan representasi bisnis
yang terpisah dengan teknologi sehingga memudahkan
antaroperasi dalam kegiatan rekam medis.
Penentuan
Kebutuhan
(CIM)
Analisis
Service (PIM)
Perancangan
Service
(PSM)
Keterangan
5. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kajian dan evaluasi yang telah dilakukan, dapat
dihasilkan sebuah pedoman lengkap perancangan sistem
perangkat lunak dengan pendekatan MDSOA. Pedoman tersebut
menggunakan metode pengembangan MDSOA yang diusulkan
oleh Larrucea dkk. dengan ditambahkan proses daur hidup
perangkat lunak, pengembangan sistem informasi, dan format
IEEE. Meskipun demikian, metode tersebut memiliki keterbatasan
pada perangkat pemodelan dan transformasi. Hasil akhir dari pedoman tersebut berupa perancangan service pada perangkat lunak. Selain
itu, pedoman ini juga dapat diterapkan dalam sebuah studi kasus perancangan perangkat lunak.
Untuk pengembangan selanjutnya, terdapat beberapa saran yang diberikan terkait dengan MDSOA. Saran tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Dapat dilakukan pengembangan lebih lanjut mengenai framework POP*, PIM4SOA, Web Service, dan transformasi
antarmodel,
terutama
pengembangan
perangkat pendukungnya dengan teknologi yang terkini. Dengan demikian,
framework tersebut dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan perubahan dan perkembangan teknologi yang terkini.
2. Pengembangan pedoman dapat menggunakan metode yang lebih standar agar kualitas dan keabsahan pedoman yang dihasilkan
dapat lebih terjamin. Sebagai contoh, metode yang dapat digunakan adalah BPMN (Business Process Model and Notation) sebagai
CIM,
SoaML (Service Oriented Architecture Modeling Language) sebagai PIM, dan Web Service (WSDL, XSD,
dan BPEL) sebagai PSM. Pemodelan CIM dan PIM tersebut telah distandarisasi oleh OMG, sedangkan pemodelan PSM tersebut
telah distandarisasi oleh W3C.
3. Dapat dilakukan pembahasan mengenai mekanisme analisis dan perancangan service yang platform independent agar penentuan
service dapat lebih terjamin serta pedoman yang dihasilkan lebih lengkap dan komprehensif. Pembahasan tersebut dapat
meliputi
perancangan
teknis
secara keseluruhan, tidak hanya dari segi perancangan Web Service, dengan
menggunakan pendekatan pada kegiatan implementasi dan peluncuran perangkat lunak.
4. Hasil studi kasus dapat dikembangkan lagi menjadi sistem perangkat lunak rekam medis yang lebih utuh, tidak hanya dari
segi perancangan saja, agar dapat digunakan untuk mencapai tujuan rumah sakit. Pengembangan dapat dilakukan dengan
menambahkan fitur, baik dari lingkup rekam medisnya maupun jenis laporan berkala yang akan dibuat.
6. REFERENSI
[1] Berg, Martin van den dkk.. (2007). SOA for Profit: A
Manager’s Guide to Succes with Service Oriented Architecture. Groningen, the Netherlands: LINE UP boek en media bv.
[2] Almeida, J. P. dkk.. (2009). Model-Driven Service-Oriented Architectures. International Journal Business Process Integration and
Management, Vol.4, No.1, 2-4.
[3] Larrucea, Xabier. (2008). MDSOA Quality Evaluation. The
14th International Conference on Concurrent Enterprising: A New Wave of Innovation in Collaborative Networks,
http://www.cetim.org/projects/408/ICE%202008/Enterprise
%20Interoperability/121%20-%2014.pdf, diakses 19
September 2011.
[4] Larrucea, Xabier dkk.. (2007). MDSOA for Achieving Interoperability. Sixth International IEEE Conference on Commercial-offthe-Shelf (COTS)-Based Software Systems (ICCBSS’07), 247.
[5] ATHENA. (2005). Deliverable DA1.3.1 – Report on Methodology description and guidelines definition. Integrating and
Strengthening the European Research in Advance Technologies for Interoperability of Heterogeneous Enterprise Networks and
their Application. http://interop- vlab.eu/ei_public_deliverables/athena-deliverables/A1/d-a13.1, diakses 20 Maret 2012.
[6] Benguria, Gorka dkk.. (2007). A Platform Independent Model for Service Oriented Architecture. International Conference on
Interoperability of Enterprise Software and Applications 2006, 23-32. Bordeaux: Springer.
[7] IEEE. (1998). IEEE Recommended Practice for Software
Requirements Specifications. NJ: IEEE.
[8] Mahfudhi, Muhammad Ghufron. (2012). Kajian dan Evaluasi Pengembangan Pedoman Model Driven Service Oriented
Architecture, Studi Kasus: Rekam Medis Rawat Jalan.
Review tentang aplikasi berbasis SOA
MDSOA
MDSOAmerupakanpenerapanmodel-driven padaarsitekturyang
service-oriented.MDSOA inimunculkarenaterdapatbeberapa kekurangan dalam penerapan SOA dan MDA jika dilakukan
secaraterpisah.Akantetapi, jika kedua pendekatan tersebut diterapkansecara bersama-sama, suatu permasalahan dapat
diselesaikandenganlebihmudahdanefisien.
SOA menggunakan service sebagai
elemen utamanya. Penggunaanservice membuat SOA menjadi bersifat reusable dan
loosely-coupledsehingga suatu servicedapat digunakan berulang kali dan tidak saling
mempengaruhi satu sama lain.
Pengimplementasianservicejugadapatmemisahkan logikabisnis danlogikaaplikasipadasuatuarsitektur. Sedangkan MDA
menggunakanmodel sebagai elemen utamanya. Suatu model membuatimplementasilebihmudahdimengertidanpemodelan
yangmenyeluruhmembuatproses pembangunantetapkonsisten. Penggunaanmodeljugadapatmemisahkanspesifikasi sistem
denganteknologipendukungnyasehingga dapat berkonsentrasi lebihpadaspesifikasisistem yang akan dibuat. Dengan
menggabungkankonsep pemodelan yang menyeluruh dan menggunakan service, suatu sistem perangkat lunak dapat
menjadiinteroperable dan suatu organisasi dapat mencapai ketangkasanbisnisnya.
Pembangunanperangkatlunak denganpendekatanMDSOA mempunyaitingkatabstraksi yang samadenganpembangunan perangkat lunak
dengan menggunakan MDA [3]. Proses utamanya terdiri dari pembuatan CIM (Computational IndependentModel), analisis
PIM (Platform Independent Model), transformasiPIMmenjadiPSM (PlatformSpecific Model), dan transformasiPSMmenjadi kode
implementasi. Akan tetapi, terdapatpenambahanaspekservice pada bagian analisis PIM dan transformasi PIM menjadi
PSM.Prosestersebutdapat diilustrasikan pada
Gambar 1. Pada bagian sebelah kiri menunjukkankonsepSOAdidalampendekatan
MDA, sedangkan padabagiansebelahkananmenunjukkanlapisanpada setiap tingkat abstraksi MDA yangidefinisikan dan
diimplementasikan.
Gambar1.ProsesMDSOA
MDA
menyediakan
proses
dan
perangkat
untuk mengimplementasikanpembangunan sistem berbasis model. Oleh
karenaitu,perluadanyapenentuanCIM,PIM, dan PSM dengan menyediakanstandaragar profil MDA dapat berfokus pada
arsitektur,aplikasi,danlingkunganspesifik.Profil MDA ini berhubungandenganSOAdandapatdibagimenjadi:
1.profilSOAuntukprosesbisnis,yang berasosiasi dengan CIM dandigunakanuntuk mendeskripsikantingkat business servicesyang lebih
tinggi serta mencakup konsep Business ProcessManagement(BPM);
2.profilSOAuntukaplikasi, yangberasosiasidengan PIM dan digunakanuntuk mendeskripsikan aplikasi yang menunjukkan
layanansertamenggunakanfiturinfrastrukturspesifik;
3. danprofilSOAuntukplatformteknologi,yangberasosiasi dengan PSM
infrastrukturSOAdenganmenggunakanplatform teknologi tertentu.
dan
digunakan
untuk
mendefinisikan
PENERAPAN STUDI KASUS BERBASIS SOA DAN RANCANGAN IMPLEMENTASINYA
Studi Kasus: Rekam Medis Rawat
Jalan
Setelahmelakukananalisisdanmengembangkanusulanpedoman pembangunanperangkatlunak dengan menggunakan pendekatan MDSOA,
selanjutnya dilakukan pendefinisian terhadap studi kasus yang dapatmerepresentasikanhasilanalisisyangtelah didapat. Studi kasus yang
dipilih harus mencerminkan suatu sistemyangmempunyaiprosesbisnisatau cara kerja yang jelas sertaaspekbisnis yang dapat
dimodelkankedalambentuk pemodelantertentu.Selainitu,aspekbisnis dan aspek teknologi sistem tersebutdapatdipandang
secaraterpisahsehinggatidak memiliki kebergantungan satu sama lain dan prinsip yang platform-independentdapatditerapkan.
Studikasus yangdipilihadalahsistem rekam medispadarumah sakitumum di Bandung. Rekam medis adalah keterangan tertulis
maupunterekammengenaiidentitas,anamnesis (keluhan pasien), penentuanfisik,laboratorium,diagnosis,sertasegala layanan dan tindakan
medik yang diberikan kepada pasien. Keterangan tersebutjugameliputipengobatan,baik dalam rawat inap, rawat
jalan,maupunpelayanangawat darurat. Sistem informasi rekam medismencakuppelaksanaankegiatanrekammedis yang
menyeluruhdanterintegrasidengan suatu penyedia basis data rekammedis.
Sistemrekammedisyangditerapkanadalahsistemrekam medis padakegiatanrawatjalan.Kegiatantersebutdimulaisaat pasien datang untuk
mendaftarpada petugas hingga pasien pulang dan petugasmelakukanrekapsertamembuat laporan berkala. Sistem
tersebutdipilihsebagaistudikasus karena memiliki representasi dalambentukprosesbisnissertadalam pelaksanaannyaterdapat
permasalahandalam kegiatanpenangananinformasi.Dengan melakukanpengembangandenganpendekatanMDSOA, sistem informasi
rekam medis dapat dirancang dengan representasi bisnis yang
terpisah dengan teknologi sehingga memudahkan
antaroperasidalamkegiatanrekammedis.
Penerapanstudikasus dilakukandenganmengikutisetiaptahapan yang telah ditentukan dalam pedoman. Hasil penerapan yang
telahdilakukandanperbandingannyadengan pedoman yang telah dibuatdapatditunjukkanpadaTabel1.
Tabel 1.Evaluasi Pedoman dan Studi Kasus
Tahap
Pendahuluan
Identifikasi
Permasalahan
Penentuan
Kebutuhan
(CIM)
Analisis
Service (PIM)
Pedoman
Studi
Kasus
Tujuan
√
√
Sudah tersedia
Ruang Lingkup
√
√
Sudah tersedia
Daftar Istilah
√
√
Sudah tersedia
Referensi
√
√
Sudah tersedia
Sistematika
√
√
Sudah tersedia
Profil Organisasi
√
√
Sudah tersedia
Proses Bisnis
Organisasi
√
√
Dibuat berdasarkan
proses bisnis rekam medis rawat jalan
Analisis
Permasalahan dan
Kesempatan
√
√
Dibuat berdasarkan
permasalahan yang muncul dalamproses bisnis rekammedis rawat jalan manual
Analisis Solusi
√
√
Dibuat berdasarkan
perubahan yang akan dialami dengan penerapan solusi
Deskripsi Umum
√
√
Sudah tersedia
Kebutuhan
Fungsional
√
√
Dibuat berdasarkan
deskripsi umum
Kebutuhan
Nonfungsional
√
√
Dibuat berdasarkan
deskripsi umum
Analisis Proses
Bisnis
√
√
Dibuat berdasarkan
analisis proses bisnis setelah implementasi
Dimensi Proses
POP*
√
√
Diagramspesifikasi dan
aktivitas dibuat berdasarkan proses bisnis hasil implementasi
Rangka
PIM4SOA
√
-
Transformasi tidak dapat
dilakukan karena keterbatasan perangkat
Pengembangan
PIM4SOA
√
√
Model service, process,
information, dan QoS dibuat dengan pendekatan UML
Aktivitas
Keterangan
Model PIM4SOA
Perancangan
Model WSDL
Service
Model XSD
(PSM)
Model BPEL
√
√
√
Dibuat berdasarkan
pendekatan pemodelan keempat aspek yang telah dibuat
√
-
√
-
Transformasi tidak dapat
dilakukan karena keterbatasan perangkat
-
LAMPIRAN
Link blog kelompok :
1. Indri Maulani (103140913111001)
Blog UB : https://blog.ub.ac.id/anggota/indri/blogs/
Blog Luar : http://muanissgtuuindri07.blogspot.com/
2. Mia Febrianti (103140914111017)
Blog UB : https://blog.ub.ac.id/anggota/miaa/blogs/
Blog Luar : http://miaafebrii.blogspot.com/
3. Rizky Aidha A (103140914111028)
Blog UB : https://blog.ub.ac.id/anggota/riskyaidha/blogs/
Blog Luar : http://ameliahaq.blogspot.com/
4. L. M. Providencia A (103140914111023)
Blog UB : https://blog.ub.ac.id/anggota/providencia/blogs/
Blog Luar : http://lmprovidencia.blogspot.com/
5. M. Adlan Zakariya (103140914111012)
Blog UB : https://blog.ub.ac.id/anggota/adlan/blogs/
Blog Luar : http://adlanzakaria.blogspot.com/
6. Risky Aulia (103140914111053)
Blog UB : https://blog.ub.ac.id/anggota/terpesona/blogs/
Blog Luar : http://alamat-e.blogspot.com/
7. Ramadhan Perdana P (103140914111004)
Blog UB : https://blog.ub.ac.id/anggota/ amar/blogs/
Blog Luar : http://amardhane99.blogspot.com
Download