97 PERANAN VEGETASI TERHADAP KEHADIRAN KUPU

advertisement
PERANAN VEGETASI TERHADAP KEHADIRAN KUPU-KUPU
Graphium androcles Boisduval (LEPIDOPTERA:PAPILIONIDAE) DI SEKITAR AREAL
WISATA PATTUNUANG DAN BANTIMURUNG, TAMAN NASIONAL
BANTIMURUNG BULUSARAUNG, SULAWESI SELATAN
Harlina1, Adi Basukriadi2, Amran Achmad3, Djunijanti Peggie4
Mahasiswa Program Studi Pasca Sarjana Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia1.Departemen
Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia2. Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar3. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) LIPI, Cibinong4
[email protected]
Abstract
Research on the use of plants by Graphium androclesbutterfly around of the travelarea Bantimurung andPattunuang
was in April 2014 to March 2015. The method of observation using vegetation analysis. Method of observation and
interviews do with the inventory type of host plants, food plants and shelter. The results showed that the number of
individuals G. androcles, namely 61 individu, which consisted of 45 individu found in travel areas Pattunuang and
16 individu found in the travelarea Bantimurung. was found 5 nectar plant species, one species of host plants, and 7
species as shelter. G.androcles female butterflies lay their eggs on the leaves Uvaria rufa from Family Annonaceae
that encountered around travel areaPattunuang, but not found in Bantimurung. Plants mature trees that dominate
the area, namely travel area Pattunuang Arenga pinnata (INP 17,15) and Canangium odoratum with INP 17,02. In
the travel area Bantimurung dominated by Ficus sp (INP 29,69), followed by Macaranga sp (INP 28,02). The tree
has a height of 7-10 m from the ground. G. androclesbutterflies oftenit'sused as a place of rest, play, orshelter.
Key words: Graphium androcles, butterfly, Pattunuang, Bantimurung.
PENDAHULUAN
Hubungan
kupu-kupu
dengan
Kehadiran sekelompok kupu-kupu disuatu
tumbuhan merupakan suatu hubungan yang
tempat
saling menguntungkan (Smart, 1975). Setiap
diwilayah tersebut masih baik (Odum, 1993).
spesies kupu-kupu memiliki hubungan yang
spesifik
dengan
satu
jenis
tumbuhan
menandakan
Kupu-kupu
kondisi
merupakan
lingkungan
salah
satu
keanekaragaman hayati yang melimpah di
(Achmad, 1998). Keberadaan kupu-kupu
bumi
tidak lepas dari daya dukung habitatnya dan
ditemukan di daerah hutan, pinggiran hutan,
berhubungan
ketersedianya
semak belukar, ladang dan di sepanjang
vegetasi yang berfungsi sebagai pakan dan
aliran air (Whitten et al., 1987). Hal tersebut
tempat berlindung atau bernaung (Courtney,
dipengaruhi
1984).
diantaranya jenis tanaman, udara yang
erat
dengan
Kehadiran dan keanekaragaman kupu-
bersih,
Indonesia.
dan
oleh
Kupu–kupu
beberapa
pencahayaan
yang
sering
faktor,
cukup
kupu di suatu tempat berbeda-beda. Kupu-
(Wijayanto dan Agustinus, 2010). Kehadiran
kupu banyak dijumpai di daerah tropika,
kupu-kupu juga dapat dijadikan bioindikator
hidup di dalam berbagai tipe habitat, mulai
terhadap
dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi.
(Lewis,
perubahan
2001;
kualitas
Basset,
et
lingkungan
al.,
2011).
97
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
Di Pulau Sulawesi kehadiran kupu-kupu
(1971) pakan kupu-kupu merupakan sumber
endemik dapat dijumpai di sekitar kawasan
makanan
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
perkembangan kupu-kupu, baik pada saat
(TNBabul),
larva
menjadi
bagi
Graphium
androcles
Kebanyakan larva kupu-kupu memakan daun
merupakan anggota kupu-kupu dari famili
dan bagian tanaman yang lain. Larva yang
Papilionidae dan genus Graphium yang
lebih besar umumnya menggigiti tepi daun
penyebarannya dijumpai di Sulawesi Selatan
dan mengkomsumsi semua bagian daun,
dan sekitarnya (Vane-Wright dan De Jong,
kecuali tulang-tulang daun yang besar,
2003).
Ahli zoology dari Inggris Alfred
sedang larva yang lebih muda memakan daun
Russel Wallace pernah meneliti di sekitar
dengan cara melubanginya. Apabila kedua
kawasan TNBabul pada abad ke XIX (1856-
tumbuhan ini tersedia disuatu habitat, maka
1857) dan menemukan kupu-kupu berekor
memungkinkan
sriti (G. androcles) dan berbagai jenis kupu-
melangsungkan hidupnya dari generasi ke
kupu lainnya, yang sayapnya berukuran 7-8
generasi di habitat tersebut.
inchi (17– 20 cm), namun setelah 25 tahun
saat
penting
(Durden,
Kupu-kupu
maupun
sangat
Selatan
2010).
Sulawesi
yang
kupu-kupu
imago.
dapat
Penelitian kupu-kupu di TN Babul
kemudian (1882) G.androcles tidak lagi
telah
dapat ditemukan meskipun ribuan kupu-kupu
penelitian yang mengkaji tentang pengaruh
lainnya masih ada. Hal tersebut diduga
vegetasi terhadap kehadiran kupu-kupu G.
merupakan pengaruh musim, karena 45 tahun
androcles belum pernah dilakukan. Dengan
kemudian kupu-kupu G.androcles dapat
demikian penelitian ini bertujuan untuk
ditemukan kembali (Whitten et al., 1987).
mengkaji
Saat ini, tekanan terhadap keberadaan
banyak
vegetasi
dilakukan,
lebih dalam
dalam
habitat
akan
tetapi
tentang peranan
kupu-kupu
G.
kupu-kupu di Sulawesi Selatan sangat tinggi.
androclesdi areal wisata Pattunuang dan
Tekanan ini berupa kondisi iklim, perubahan
areal wisata Bantimurung, yang keduanya
ekologi pada habitat, dan penangkapan liar di
termasuk dalam wilayah TN Babul.
alam (Ngatimin, 2014). Menurut Soekardi
METODOLOGI
(2009) habitat kupu-kupu ditandai dengan
Waktu dan Tempat
tersedianya tumbuhan inang untuk pakan
Penelitian lapangan dilakukan pada
larva, serta tumbuhan penghasil nektar bagi
April 2014 hingga Maret 2015. Lokasi
imagonya. Menurut Borror dan Delong
penelitian terletak di sekitar areal wisata
98
Harlina,
et.al:
Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval
(Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan
Pattunuang dan areal wisata Bantimurung
yang termasuk dalam wilayah TN Babul
(Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Pengamatan Kehadiran Kupu-kupu G.
androcles
Pengamatan
G.androcles
kehadiran
dilakukan
kupu-kupu
dengan
metode
Inventarisasi jenis tumbuhan pakan dan
pelindung
dilakukan
observasi.
Pengamatan
dilakukan
berdasarkan
dengan
metode
tegakan
analisis
profil
vegetasi
observasi.Penangkapan kupu-kupu dilakukan
dengan metode petak kuadrat. Pembuatan
dengan menggunakan jaring serangga dan
plot
umpan dari air seni dan busa sabun cair
ditekankan
(Boonvano 2000). Kupu-kupu G.androcles
dimanfaatkan
yang berhasil ditangkap ditandai dengan cat
sebagai
kuku agar tidak terjadi double catching,
istirahat.Plot yang dibuat berukuran 10 m x
kemudian dilakukan pencatatan sebelum
20 m. Untuk mempermudah pengambilan
kupu-kupu G.androcles dilepas.
data, maka dibuat subplot berukuran 10 m x
Pengamatan Tumbuhan
Tumbuhan Pelindung
Pakan
dan
disetiap
lokasi
pada
daerah
kupu-kupu
tempat
penelitian
makan,
yang
G.
lebih
banyak
androcles
bermain,
dan
10 m untuk ukuran tiang, 5 m x 5 m untuk
ukuran pancang dan 2 m x 2 m untuk semai.
99
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
Semua plot yang ditempatkan pada tiap
Untuk menghindari kekeliruan, semua
lokasi pengamatan diberi batasan dengan tali
jenis
rapiah. Kriteria untuk menentukan tingkat
spesimennya. Setiap spesimen di bungkus
pohon, tiang, pancang dan semai digunakan
dan diberikan alkohol 70% (herbarium),
kriteria menurut Kusmana (1995) dalam
kemudian dipres dengan kertas koran lalu
Heddy (2012), yaitu sebagai berikut :
dimasukkan dalam wadah atau kantongan
 Tingkat semai (seedling): permudaan
plastik.
Identifikasi spesimen yang tidak
pohon berkecambah sampai setinggi 1,5
dikenali
dilakukan
cm.
(Herbarium Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI
 Tingkat pancang (sapling): permudaan
yang tinggi >1,5 m, dengan berdiameter
dijumpai
tiang
(pole):
tumbuhan
di
contoh
Bidang
Botani
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan
6,3 cm.
diambil
Cibinong.
sampai 10 cm dengan keliling batang <
 Tingkat
yang
deskriptif(Nasir,
metode
eksploratif-
1999).Pengelolaan
data
berdiameter 10 – 20 cm, dengan keliling
dilakukan dengan memilah, mengevaluasi,
batang > 6,3 cm <31,40 cm.
membandingkan,
dan
menarik
 Pohon dewasa (tree): pohon dewasa yang
kesimpulan.Hasil analisis data ditampilkan
berdiameter lebih dari 20 cm, keliling
dalam bentuk tabulatif sehingga mudah
batang > 31,40 cm.
untuk
Identifikasi jenis tumbuhan di setiap
besarnya
dibandingkan.Untuk
kerapatan
menghitung
(individu/hektar),
lokasi penelitian dilakukan dengan bantuan
frekuensi dan dominasi (m2/ha) dan indeks
jasa identifikasi. Pengambilan sampel atau
nilai penting (INP) dari masing-masing jenis,
spesimen dilakukan dengan menggunakan
rumus yang digunakan sebagai berikut:
gunting tanaman.Tiap spesimen yang tidak
Brown 1954 dalam Heddy (2012).
dikenali diberi nama sementara, setelah itu
dilakukan pengambilan gambar (foto).
Jumlah Individu dalam plot
Kerapatan (K) = -------------------------------------Luas plot
Kerapatan Suatu spesies
Kerapatan Relatif (KR) = ---------------------------------------------- X 100%
Kerapatan Total seluruh spesies
100
Harlina,
et.al:
Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval
(Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan
Frekuensi(F)
Jumlah plot ditemukan suatu spesies
= ------------------------------------------------------------Jumlah seluruh plot
Frekuensi Suatu spesies
Frekuensi Relatif (FR) = ----------------------------------------- X 100%
Frekuensi Total seluruh sepsis
Luas bidang dasar suatu spesies
Dominasi
= --------------------------------------------------Luas plot
Dominansi Suatu jenis
Dominasi Relatif (DR) = ------------------------------------- X 100%
Dominansi total seluruh jenis
Nilai Indeks Penting (INP) untuk masing-masing tingkatan adalah:
1. Tingkatan pohon dan tiang
INP = KR (%) + FR (%) + DR (%)
2. Tingkat pancang dan semai
INP = KR (%) + FR (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
padafase larva. Dengan demikian kehadiran
kehadiran kupu-kupu G.androcles lebih
G. androcles di areal wisata Bantimurung
banyak dijumpai di area wisata Pattunuang
kemungkinan berasal dari hutan lindung
(45 ekor) dibandingkan dengan di area
yang
wisata Bantimurung (16 ekor). Kehadiran
tersebut atau diduga masih ada tumbuhan
tumbuhan inang hanya dijumpai di area
jenis lainnya yang keberadaannya belum
wisata Pattunuang (5 individu), dan tidak
teridentifikasi. Hal ini didukung oleh hasil
dijumpai di area wisata Bantimurung.
penelitian Dahelmi et al. (2002) bahwa larva
Menurut Soekardi (2007) kelangsungan
dari genus Graphium bersifat poliphagus
hidup kupu-kupu sangat ditunjang dengan
yaitu dapat mengkonsumsi lebih dari satu
tersedianya
tumbuhan inang.
tumbuhan
sebagai
sumber
terletak
diseberang
areal
wisata
pakan, khususnya tumbuhan inang yang
Menurut Whitten (1987) kupu-kupu
berfungsi sebagai tempat peletakan telur
merupakan kelompok serangga yang mudah
yang secara otomatis akan dikonsumsi
menyebar. Telur serangga dapat terbawa
101
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
bersama daun akibat tiupan angin. Jalur-
dimana kupu-kupu tersebut hidup. Apabila
jalur
cenderung
terdapat ketidaksesuaian terhadap komponen
mengasimilasi karakteristik serangga dari
habitat maka kupu-kupu tersebut akan
dua
terbang (emigrasi) mencari habitat yang
distribusi
tersebut
pulau
yang
distribusinya
ialah
berdekatan.
melalui
Cara
pertukaran
sesuai
dan
yang
dapat
mendukung
spesies langsung dan mutual serta melalui
kelangsungan hidupnya.
imigrasi
pada tiap area penelitian dilihat pada
yang
berkesinambungan
dari
individu-individu yang umum ditemukan di
Jumlah individu
Gambar 2.
pulau-pulau lainnya. Perubahan-perubahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang terjadi pada kelompok serangga akibat
kupu-kupu G.androcles betina meletakkan
jalur-jalur distribusi tersebut dapat dilihat
telurnya pada daun Uvaria rufa dari Famili
diantaranya pada berbagai spesies kupu-
Annonaceae.
kupu, termasuk G. androcles.
kupu-kupu meletakkan telur-telurnya serta
Menurut
Soekardi
(2007)
Hal ini didukung oleh pernyataan
tumbuhan bunga yang mengandung nektar
Carter (1995) bahwa kupu-kupu bersifat
bagi kupu-kupu.Apabila kedua tumbuhan
mobilitas yang dapat berpindah dari satu
inang ini tersedia, maka memungkinkan
tempat ketempat yang jauh (± 25-30 mil/jam
kupu-kupu
atau ±40 km/jam) dan memiliki jelajah
kehidupannya dari generasi ke generasi. Jika
terbang yang tinggi, keadaan ini dipengaruhi
hanya salah satu tumbuhan inang saja yang
oleh
tersedia, maka kupu-kupu tidak dapat
kemampuan
tersebut
dengan
adaptasi
melangsungkan
dan
kondisi
melangsungkan kehidupannya. Demikian
(2002)
habitat
juga halnya jika kedua tumbuhan inangnya
merupakan satu kesatuan kawasan yang
tidak tersedia. Menurut Solomon (1977)
dapat menjamin segala keperluan hidup
perubahan jumlah individu dalam suatu
satwaliar. Komponen habitat yang penting
populasi kupu-kupu pada suatu areal tertentu
bagi
berkaitan
habitatnya.
iklim
kupu-kupu
dapat
Alikodra
kehidupan
kupu-kupu
seperti
dengan
kemampuan
hayati,
tersedianya vegetasi sumber pakan yang
diantaranya adalah siklus hidup. Scriber
sesuai dan vegetasi pelindung, faktor cahaya
(1981);
Courtney
yang cukup, udara yang bersih atau tidak
semakin
pendek
terpolusi dan air sebagai materi yang
perkembangan populasi akan semakin cepat,
(1984)
siklus
menjelaskan
hidup
maka
dibutuhkan untuk kelembaban lingkungan
102
Harlina,
et.al:
Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval
(Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan
yang antara lain ditentukan oleh kualitas dan
kupu betina terbang mengelilingi tumbuhan
kuantitas tumbuhan pakannya.
U.rufa dan berhenti untuk hinggap pada
Menurut Tip-pyang et al. ( 2011)
U.rufa
merupakan
tumbuhan
yang
daun yang terletak dibagian ujung ranting
tumbuhan,
disaat
itu
gerakan
sayap
merambat, tahan air dan dapat ditemukan di
melambat untuk menentukan posisi yang
hutan, lereng gunung dan ditepi sungai, akan
dianggap cocok. Lama peletakan telur
tetapi
berkisar lima hingga tujuh detik. Telur
berdasarkan
lapangan,
hasil
keberadaan
eksplorasi
U.rufa
di
di
alam
G.androcles
biasanya
ditemukan
pada
sangatlah sedikit sehingga menyebabkan
ketinggian 7 -10 meter dari permukaan
kondisi
kupu-kupu
tanah.Menurut Pallister (1986) kupu-kupu
G.androcles untuk meletakkan telurnya.
betina biasa meletakkan telur-telurnya diatas
Daun muda pada U. rufa adalah bagian yang
atau berada dekat dengan tumbuhan pakan
dikonsumsi
Proses
yang daunnya masih muda, dan seekor
mencari makan, diawali dengan peletakan
kupu-kupu betina dapat menghasilkan telur
telur G.androcles betina pada pucuk daun
hingga 200 butir, namun berbeda halnya
inangnya. Kupu-kupu tersebut meletakkan
pada pucuk daun U. rufa yang hanya dapat
telur pada permukaan bawah pucuk daun
dijumpai 1-2 butir telur dari G.androcles.
pada sore atau malam hari secara terpisah-
Bentuk morfologi daun dan habitus U. rufa
pisah. Sebelum meletakkan telurnya, kupu-
dilihat pada Gambar 3.
yang
sulit
larva
bagi
G.androcles.
14
12
10
8
6
Pattunuang
4
Bantimurung
2
0
Gambar 2. Jumlah Individu G. androcles di Area Penelitian
103
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
a
b
Gambar 3. Habitus Liana pada U.Rufa (a), dan Morfologi Daun U.rufa (b)
Selain faktor kehadiran tumbuhan
pengamatan. Area wisata Pattunuang dan
inang kehadiran kupu-kupu di suatu area
area wisata Bantimurung terletak di areal
juga dipengaruhi oleh jumlah tumbuhan
bukit
penghasil nektar. Kupu-kupu membutuhkan
tinggiyang
nutrisi untuk dapat melangsungkan hidupnya
beberapa jenis tumbuhan pakan kupu-kupu
yaitu
Ixora sp (6 kali) dan D. palaenopsis (2 kali)
melakukan
bersama
simbiosis
tumbuhan
mengkonsumsi
nektar
mutualisme
dengan
bunga
karst
dan
memiliki
memungkinkan
kelembapan
pertumbuhan
cara
merupakan jenis tumbuhan nektar yang
dan
pernah dikunjungi oleh G. androcles, akan
meletakkan telur pada tumbuhan yang
tetapi
menjadi inangnya. Semakin banyak cairan
yang paling sering (23 kali) dikunjunginya.
nektar yang tersedia, yang dicirikan oleh
Umumnya kupu-kupu menyukai berbagai
kelimpahan tumbuhan berbunga penghasil
jenis bunga dan kantong madu yang dangkal
nektar, akan semakin banyak pula imago
dan mudah dijangkau oleh proboscisnya,
yang datang mengunjungi tempat tersebut
seperti bunga Lantana sp dan Mimosa sp
(Borror et al. 1992).Dari hasi penelitian
(Noerdjiti dan Amir, 1992).Tumbuhan ini
menunjukkan bahwa jumlah total tumbuhan
dijumpai sebanyak 24 individu di area
penghasil nektar di area pengamatan terdiri
wisata Pattunuang (luar plot pengamatan),
dari
namun tidak dijumpai di area wisata
4 spesies yang tergolong dalam 4
Famili (Tabel.1).
Bantimurung.
Kehadiran tumbuhan penghasil nektar
diduga
berkaitan
L. camara merupakan jenis bunga
dengan
kondisi
area
Menurut Steenis (1987) L. camara
merupakan tanaman hias atau pagar yang
104
Harlina,
et.al:
Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval
(Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan
berasal dari Amerika Tropis, sebagian besar
sehingga dibutuhkan oleh kupu-kupu G.
tanaman ini tumbuh liar pada daerah tropis,
androcles. Di area wisata Bantimurung,
sedangkan di daerah luar tidak banyak
kupu-kupu G. androcles mengunjungi H.
tumbuh. Demikian pula halnya dengan D.
rosa-sinensis
palaenopsis, yang dapat hidup di alam liar,
dijumpai di sekitar pintu masuk area wisata.
di hutan ataupun di lereng bukit, serta dapat
Menurut
berbunga pada musim hujan dan kemarau
mengunjungi tumbuhan dengan tiga tujuan,
(Lavarack et al., 2000). Kemunculan bunga
yaitu mencari makanan berupa nektar,
pada tumbuhan tersebut yang dijumpai pada
meletakkan telur pada bagian tumbuhan dan
setiap musim dapat menjadi sumber nektar,
tempat berlindung atau istirahat.
No.
1
2
3
4
(6
kali).
Bima
Peristiwa
(2007)
ini
kupu-kupu
Tabel 1. Tumbuhan pakan (Foodplant ) kupu-kupu G.androcles
Species
Famili
Nama Lokal
Hibiscus rosa-sinensis L.
Malvaceae
Kembang sepatu
Ixora sp.
Rubiaceae
Bunga Asoka
Lantana camara Linn
Verbenaceae
Lantana
Dendrobium palaenopsis
Orchidaceae
Angrek
Tabel 2. Hubungan G.androcles dengan vegetasi tumbuhan
No. Spesies
1
2
3
4
5
6
7
8
Ficus sp
Macaranga sp
Dracontomen
mangiferium
Dracontomelon dao
Cananga odoratum
Uvaria rufa Blume
Dendrobium sp
Lantana camara
Kegunaan
Nektar T.inang Berlindung
-
INP
29,69
28,02
20,07
-
17,02
10,71
Hubungan antara kupu-kupu dengan
-
(2006)
Lokasi
Plot 2
Plot 3
Plot 2
Di luar plot
Plot 1
Plot 1
Di luar plot
Di luar plot
tumbuh-tumbuhan
memproduksi
bunga berjalan secara alamiah. Sebagian
nektar sebenarnya hanya untuk bahan
besar energi yang diperlukan kupu-kupu
pemikat serangga, sebab pada dasarnya
berasal dari nektar, kemudian nektar kuntum
nektar itu sendiri jika tidak dihisap oleh
bunga akan menarik kupu-kupu untuk
serangga
maka
akan
sia-sia,
sehingga
datang mengunjunginya. Menurut Rusfidra
105
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
hubungan alamiah antara kupu-kupu dengan
berlindung, juga ditumpangi merambat oleh
bunga dianggap saling menguntungkan.
U. rufa. Tumbuhan U. rufa dijumpai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
merambat pada pohon tersebut hingga
selain sebagai pakan, kehadiran tumbuhan di
ketinggian ± 10 - 15 m dpl. Menurut Vane
area pengamatan juga berfungsi
sebagai
dan De Jong (2003) umumnya tumbuhan
pelindung.Beberapa tipe habitat di dalam
berupa pohon, perdu, semak, liana atau
area penelitian dimanfaatkan kupu-kupu
herba dapat dimanfaatkan sebagai pakan
G.androcles dalam kegiatan sehari-harinya.
larva dan tempat berlindung bagi kupu-
Menurut Vane-Wright dan De Jong (2003)
kupu.
populasi kupu-kupu pada suatu daerah
KESIMPULAN
tergantung
1. Kehadiran
daerah
pada perkembangan botani
tersebut
G.
androcles
selanjutnya
berkaitan dengan jumlah tumbuhan inang
berhubungan erat dengan kondisi fisik dan
di setiap areal pengamatan. G. androcles
iklim setempat.
lebih banyak dijumpai di areal wisata
Kupu-kupu
yang
kupu-kupu
G.
androcles
mampu
Pattunuang (45 ekor) yang memiliki
memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan
tumbuhan inangsebanyak 5 individu,
tingkat pohon.
Pemanfaatan tumbuhan
dibandingkan
sebagai pelindung atau tempat bernaung di
Bantimurung
area pengamatan berkaitan dengan kondisi
dijumpai tumbuhan inang.
dengan
(16
areal
ekor)
wisata
yang
tidak
ketinggian tumbuhan. Menurut Sihombing
2. Kupu-kupu G.androcles mengunjungi 4
(1999) kupu-kupu dapat terbang hingga
spesies tumbuhan nektar yang termasuk
mencapai ketinggian 2000 m dpl. Pada hasil
dalam
pengamatan
G.
camara(Verbenaceae),D.palaenopsis(Orc
atau
hidaceae), H. Rosasinensis (Malvaceae),
berlindung di pohon Ficus sp, Macaranga
dan Ixora sp (Rubiceae), namun referensi
sp, D. mangiferum dan C. odoratum yang
kunjungan lebih sering dijumpai pada L.
memiliki ketinggian ±7–15 m dpl dengan
camara (23 kali).
androcles
dilapangan
dijumpai
kupu-kupu
bertengger
penutupan tajuk yang tidak terlalu rimbun.
dan
3
famili,
antara
lain
L.
3. Pemanfaatan tumbuhan sebagai shelter
Kehadiran pohon Ficus sp (2 individu)
oleh kupu-kupu G. androcles berkaitan
D.
wisata
dengan
tempat
Kehadiran
Pattunuang
mangiferum
selain
di
area
sebagai
tingkat
struktur
tumbuhan
tumbuhan.
tingkat
pohon
106
Harlina,
et.al:
Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval
(Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan
didominasi oleh Ficus sp (INP 29,69)
oleh Balai Pengelolaan Taman Nasional
juga
Bantimurung Bulusaraung. Ucapan terima
berfungsi
sebagai
tumpangan
merambat dari U. rufa.
kasih secara khusus kepada Duta mandiri
UCAPAN TERIMA KASIH
Cummunity yang telah memberikan bantuan
Tulisan ini merupakan sebagian dari
dana dalam penelitian ini.
data penelitian disertasi yang difasilitasi
DAFTAR PUSTAKA
Achmad A. 1998. Habitat dan pola Sebaran
Kupu-kupu Jenis Komersil di Hutan
Wisata Bantimurung Sulawesi Selatan.
Majalah Ilmiah Flora dan Fauna, 8(8).
Makassar : Fapertahut. Unhas.Ujung
Pandang.
Amir M., Noerdjito WA. 1992. Kekayaan
Kupu-kupu
di
Cagar
Alam
Bantimurung Sulawesi Selatan dan
Sekitarnya. PPPSDH
Pustlitbang
Biologi, LIPI : 330-337.
Basset YR, Easwood L, Sam DJ, Lohman
VN, T Treuer, SE Miller, GD Weilblen,
NE Pierce, S Bunyavejchewin, W
Sakchoowoong, P Kongnoo dan MA
Osorio-Arenas. 2011. Comparison or
rainforest butterfly assemblages
across
three biogeographical regions using
standardizes
protocols.
The
Journal of Reseach on the Lepidoptera,
44: 17-28.
Boonvanno K, Watanasit S, dan Surakrai
PS. 2000. Butterfly diversity at ton
nga-chang wildlife sanctuary, Songkhla
Province, Southern Thailand. Science
Asia, 26:105-110.
Borror HL, De long DM. 1971.
An
Introduction to the study of Insects.3rd ed.
Holt, Rinehart and Winston. New York. p
455-456.
Bima. 2007. Penangkaran Kupu-kupu di
Kepulauan
Seribu.http://
www.pulauseribu.net.Diakses
24
Desember 2014.
Brower JE, JH Zar dan CN Von Ende. 1989.
Field And Laboratory Methods For
General
Ecology3thed Wm. C. Brown
Publisher, Dubuqe: xi + 273 hlm.
Courtney, Steven. P. 1984. Habitat Versus
foodplant Selection. In: Vane Wright RI,
Arckery PR, editors. The Biology of
Butterflies: Symposium of The Royal
Entomological Society. 11:25-40.
Dahelmi. 2002. Life history and ecology of
papilionid butterflies of province of
Sumatera Barat, Indonesia. Annual
Report of Pro Natura Fund of Japan, 12:
147-162.
Durden AL. 2010. Lepidoptera endemism
en Sulawesi (Celebes), Indonesia.
Journal Southern Lepidoptersts News,
32(2): 62-70.
Heddy S. 2012. Metode Analisis Vegetasi
dan Komunitas. PT.Raja Grafindo
Persada Jakarta.xiv +166 hlm.
Indrawan A.
1976.
Ekologi Hutan
Indonesia. Lembaga Kerja Sama Fakultas
Kehutanan.IPB. Bogor.482 hal.
Kusmana.1955.pengembangan
sistem
sivikulture
dan
alternatifnya.Rimba
Indonesia XXX, 1-2: 35-41.
Lavarack BW, Haris SG. 2000. Dendrobium
Orchid. Kangaroo. Australia
Lewis TO. 1973. Thrips, Their Biology,
Ecology and Economic Importance.
Academik Press Inc. London and New
York, xv + 349 pp.
107
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016
Lewis TO. 2001. Effect of experimental
selective logging on tropical butterflies.
Conservation Biology,15:389-400.
Nasir M. 1999. MetodePenelitian. Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta.hal 145-149.
Ngatimin AS. 2014. Biological aspect of
black and gold butterfly larvae Troides
Helena
Linneaus
(Lepidoptera:
Papilionidae)
on
artificial
diets.
International Journal of Scientific dan
Technology Research,3(7) : 693-697.
Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi
ketiga.Gajah Mada University Press.
Jogjakarta. hal 134-162.
Rusfidra. 2006. Bunga Pakan Lebah Madu.
http://www.bunghatta.info/content.php?ar
ticles.141. Diakses tanggal 17 Mei 2004.
Soekardi H. 2009. Keterkaitan kupu-kupu
papilionidae dengan tumbuhan inang
pakan larvanya di taman kupu-kupu gita
persada lampung. Prosiding Seminar
Nasional Sains Mipa dan Aplikasi
(ISBN:978-602-98559-1-3).Vol. 3:3.
Sihombing DTH. 1999. Satwa Harapan I:
Pengantar Ilmu dan Tehnologi Budidaya.
Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.
Steenis CGGJ Van, 2003. Flora Cet. 9. PT.
Pradnya Paramitha. Jakarta.
Whitten T, 1987.The Ecology of Sulawesi.
The Ecology of Indonesia Series.Vol. II,
Oxford University Press. London.777 pp.
Wijayanto
A.
2010.
Keragamandan
Penyebaran
Jenis
Kupu-kupu
(Lepidoptera:Papilionidae)
di
Beberapa Ketinggian Daerah Aliran
Sungai
Kawasan
Penyangga
CAgarAlam Pegunungan Manokwari.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Cendrawasih. Manokwari.
Vane WR dan Dejong R. 2003. The
Butterflies of Sulawesi Annotated
Cheklist for a Critical Island Fauna.
Zool.Verh-Leiden. p 343: 3-267.
108
Download