PERANAN VEGETASI TERHADAP KEHADIRAN KUPU-KUPU Graphium androcles Boisduval (LEPIDOPTERA:PAPILIONIDAE) DI SEKITAR AREAL WISATA PATTUNUANG DAN BANTIMURUNG, TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, SULAWESI SELATAN Harlina1, Adi Basukriadi2, Amran Achmad3, Djunijanti Peggie4 Mahasiswa Program Studi Pasca Sarjana Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia1.Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia2. Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar3. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) LIPI, Cibinong4 [email protected] Abstract Research on the use of plants by Graphium androclesbutterfly around of the travelarea Bantimurung andPattunuang was in April 2014 to March 2015. The method of observation using vegetation analysis. Method of observation and interviews do with the inventory type of host plants, food plants and shelter. The results showed that the number of individuals G. androcles, namely 61 individu, which consisted of 45 individu found in travel areas Pattunuang and 16 individu found in the travelarea Bantimurung. was found 5 nectar plant species, one species of host plants, and 7 species as shelter. G.androcles female butterflies lay their eggs on the leaves Uvaria rufa from Family Annonaceae that encountered around travel areaPattunuang, but not found in Bantimurung. Plants mature trees that dominate the area, namely travel area Pattunuang Arenga pinnata (INP 17,15) and Canangium odoratum with INP 17,02. In the travel area Bantimurung dominated by Ficus sp (INP 29,69), followed by Macaranga sp (INP 28,02). The tree has a height of 7-10 m from the ground. G. androclesbutterflies oftenit'sused as a place of rest, play, orshelter. Key words: Graphium androcles, butterfly, Pattunuang, Bantimurung. PENDAHULUAN Hubungan kupu-kupu dengan Kehadiran sekelompok kupu-kupu disuatu tumbuhan merupakan suatu hubungan yang tempat saling menguntungkan (Smart, 1975). Setiap diwilayah tersebut masih baik (Odum, 1993). spesies kupu-kupu memiliki hubungan yang spesifik dengan satu jenis tumbuhan menandakan Kupu-kupu kondisi merupakan lingkungan salah satu keanekaragaman hayati yang melimpah di (Achmad, 1998). Keberadaan kupu-kupu bumi tidak lepas dari daya dukung habitatnya dan ditemukan di daerah hutan, pinggiran hutan, berhubungan ketersedianya semak belukar, ladang dan di sepanjang vegetasi yang berfungsi sebagai pakan dan aliran air (Whitten et al., 1987). Hal tersebut tempat berlindung atau bernaung (Courtney, dipengaruhi 1984). diantaranya jenis tanaman, udara yang erat dengan Kehadiran dan keanekaragaman kupu- bersih, Indonesia. dan oleh Kupu–kupu beberapa pencahayaan yang sering faktor, cukup kupu di suatu tempat berbeda-beda. Kupu- (Wijayanto dan Agustinus, 2010). Kehadiran kupu banyak dijumpai di daerah tropika, kupu-kupu juga dapat dijadikan bioindikator hidup di dalam berbagai tipe habitat, mulai terhadap dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi. (Lewis, perubahan 2001; kualitas Basset, et lingkungan al., 2011). 97 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 Di Pulau Sulawesi kehadiran kupu-kupu (1971) pakan kupu-kupu merupakan sumber endemik dapat dijumpai di sekitar kawasan makanan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung perkembangan kupu-kupu, baik pada saat (TNBabul), larva menjadi bagi Graphium androcles Kebanyakan larva kupu-kupu memakan daun merupakan anggota kupu-kupu dari famili dan bagian tanaman yang lain. Larva yang Papilionidae dan genus Graphium yang lebih besar umumnya menggigiti tepi daun penyebarannya dijumpai di Sulawesi Selatan dan mengkomsumsi semua bagian daun, dan sekitarnya (Vane-Wright dan De Jong, kecuali tulang-tulang daun yang besar, 2003). Ahli zoology dari Inggris Alfred sedang larva yang lebih muda memakan daun Russel Wallace pernah meneliti di sekitar dengan cara melubanginya. Apabila kedua kawasan TNBabul pada abad ke XIX (1856- tumbuhan ini tersedia disuatu habitat, maka 1857) dan menemukan kupu-kupu berekor memungkinkan sriti (G. androcles) dan berbagai jenis kupu- melangsungkan hidupnya dari generasi ke kupu lainnya, yang sayapnya berukuran 7-8 generasi di habitat tersebut. inchi (17– 20 cm), namun setelah 25 tahun saat penting (Durden, Kupu-kupu maupun sangat Selatan 2010). Sulawesi yang kupu-kupu imago. dapat Penelitian kupu-kupu di TN Babul kemudian (1882) G.androcles tidak lagi telah dapat ditemukan meskipun ribuan kupu-kupu penelitian yang mengkaji tentang pengaruh lainnya masih ada. Hal tersebut diduga vegetasi terhadap kehadiran kupu-kupu G. merupakan pengaruh musim, karena 45 tahun androcles belum pernah dilakukan. Dengan kemudian kupu-kupu G.androcles dapat demikian penelitian ini bertujuan untuk ditemukan kembali (Whitten et al., 1987). mengkaji Saat ini, tekanan terhadap keberadaan banyak vegetasi dilakukan, lebih dalam dalam habitat akan tetapi tentang peranan kupu-kupu G. kupu-kupu di Sulawesi Selatan sangat tinggi. androclesdi areal wisata Pattunuang dan Tekanan ini berupa kondisi iklim, perubahan areal wisata Bantimurung, yang keduanya ekologi pada habitat, dan penangkapan liar di termasuk dalam wilayah TN Babul. alam (Ngatimin, 2014). Menurut Soekardi METODOLOGI (2009) habitat kupu-kupu ditandai dengan Waktu dan Tempat tersedianya tumbuhan inang untuk pakan Penelitian lapangan dilakukan pada larva, serta tumbuhan penghasil nektar bagi April 2014 hingga Maret 2015. Lokasi imagonya. Menurut Borror dan Delong penelitian terletak di sekitar areal wisata 98 Harlina, et.al: Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval (Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan Pattunuang dan areal wisata Bantimurung yang termasuk dalam wilayah TN Babul (Gambar 1). Gambar 1. Lokasi Penelitian Pengamatan Kehadiran Kupu-kupu G. androcles Pengamatan G.androcles kehadiran dilakukan kupu-kupu dengan metode Inventarisasi jenis tumbuhan pakan dan pelindung dilakukan observasi. Pengamatan dilakukan berdasarkan dengan metode tegakan analisis profil vegetasi observasi.Penangkapan kupu-kupu dilakukan dengan metode petak kuadrat. Pembuatan dengan menggunakan jaring serangga dan plot umpan dari air seni dan busa sabun cair ditekankan (Boonvano 2000). Kupu-kupu G.androcles dimanfaatkan yang berhasil ditangkap ditandai dengan cat sebagai kuku agar tidak terjadi double catching, istirahat.Plot yang dibuat berukuran 10 m x kemudian dilakukan pencatatan sebelum 20 m. Untuk mempermudah pengambilan kupu-kupu G.androcles dilepas. data, maka dibuat subplot berukuran 10 m x Pengamatan Tumbuhan Tumbuhan Pelindung Pakan dan disetiap lokasi pada daerah kupu-kupu tempat penelitian makan, yang G. lebih banyak androcles bermain, dan 10 m untuk ukuran tiang, 5 m x 5 m untuk ukuran pancang dan 2 m x 2 m untuk semai. 99 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 Semua plot yang ditempatkan pada tiap Untuk menghindari kekeliruan, semua lokasi pengamatan diberi batasan dengan tali jenis rapiah. Kriteria untuk menentukan tingkat spesimennya. Setiap spesimen di bungkus pohon, tiang, pancang dan semai digunakan dan diberikan alkohol 70% (herbarium), kriteria menurut Kusmana (1995) dalam kemudian dipres dengan kertas koran lalu Heddy (2012), yaitu sebagai berikut : dimasukkan dalam wadah atau kantongan Tingkat semai (seedling): permudaan plastik. Identifikasi spesimen yang tidak pohon berkecambah sampai setinggi 1,5 dikenali dilakukan cm. (Herbarium Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI Tingkat pancang (sapling): permudaan yang tinggi >1,5 m, dengan berdiameter dijumpai tiang (pole): tumbuhan di contoh Bidang Botani Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan 6,3 cm. diambil Cibinong. sampai 10 cm dengan keliling batang < Tingkat yang deskriptif(Nasir, metode eksploratif- 1999).Pengelolaan data berdiameter 10 – 20 cm, dengan keliling dilakukan dengan memilah, mengevaluasi, batang > 6,3 cm <31,40 cm. membandingkan, dan menarik Pohon dewasa (tree): pohon dewasa yang kesimpulan.Hasil analisis data ditampilkan berdiameter lebih dari 20 cm, keliling dalam bentuk tabulatif sehingga mudah batang > 31,40 cm. untuk Identifikasi jenis tumbuhan di setiap besarnya dibandingkan.Untuk kerapatan menghitung (individu/hektar), lokasi penelitian dilakukan dengan bantuan frekuensi dan dominasi (m2/ha) dan indeks jasa identifikasi. Pengambilan sampel atau nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, spesimen dilakukan dengan menggunakan rumus yang digunakan sebagai berikut: gunting tanaman.Tiap spesimen yang tidak Brown 1954 dalam Heddy (2012). dikenali diberi nama sementara, setelah itu dilakukan pengambilan gambar (foto). Jumlah Individu dalam plot Kerapatan (K) = -------------------------------------Luas plot Kerapatan Suatu spesies Kerapatan Relatif (KR) = ---------------------------------------------- X 100% Kerapatan Total seluruh spesies 100 Harlina, et.al: Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval (Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan Frekuensi(F) Jumlah plot ditemukan suatu spesies = ------------------------------------------------------------Jumlah seluruh plot Frekuensi Suatu spesies Frekuensi Relatif (FR) = ----------------------------------------- X 100% Frekuensi Total seluruh sepsis Luas bidang dasar suatu spesies Dominasi = --------------------------------------------------Luas plot Dominansi Suatu jenis Dominasi Relatif (DR) = ------------------------------------- X 100% Dominansi total seluruh jenis Nilai Indeks Penting (INP) untuk masing-masing tingkatan adalah: 1. Tingkatan pohon dan tiang INP = KR (%) + FR (%) + DR (%) 2. Tingkat pancang dan semai INP = KR (%) + FR (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa padafase larva. Dengan demikian kehadiran kehadiran kupu-kupu G.androcles lebih G. androcles di areal wisata Bantimurung banyak dijumpai di area wisata Pattunuang kemungkinan berasal dari hutan lindung (45 ekor) dibandingkan dengan di area yang wisata Bantimurung (16 ekor). Kehadiran tersebut atau diduga masih ada tumbuhan tumbuhan inang hanya dijumpai di area jenis lainnya yang keberadaannya belum wisata Pattunuang (5 individu), dan tidak teridentifikasi. Hal ini didukung oleh hasil dijumpai di area wisata Bantimurung. penelitian Dahelmi et al. (2002) bahwa larva Menurut Soekardi (2007) kelangsungan dari genus Graphium bersifat poliphagus hidup kupu-kupu sangat ditunjang dengan yaitu dapat mengkonsumsi lebih dari satu tersedianya tumbuhan inang. tumbuhan sebagai sumber terletak diseberang areal wisata pakan, khususnya tumbuhan inang yang Menurut Whitten (1987) kupu-kupu berfungsi sebagai tempat peletakan telur merupakan kelompok serangga yang mudah yang secara otomatis akan dikonsumsi menyebar. Telur serangga dapat terbawa 101 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 bersama daun akibat tiupan angin. Jalur- dimana kupu-kupu tersebut hidup. Apabila jalur cenderung terdapat ketidaksesuaian terhadap komponen mengasimilasi karakteristik serangga dari habitat maka kupu-kupu tersebut akan dua terbang (emigrasi) mencari habitat yang distribusi tersebut pulau yang distribusinya ialah berdekatan. melalui Cara pertukaran sesuai dan yang dapat mendukung spesies langsung dan mutual serta melalui kelangsungan hidupnya. imigrasi pada tiap area penelitian dilihat pada yang berkesinambungan dari individu-individu yang umum ditemukan di Jumlah individu Gambar 2. pulau-pulau lainnya. Perubahan-perubahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang terjadi pada kelompok serangga akibat kupu-kupu G.androcles betina meletakkan jalur-jalur distribusi tersebut dapat dilihat telurnya pada daun Uvaria rufa dari Famili diantaranya pada berbagai spesies kupu- Annonaceae. kupu, termasuk G. androcles. kupu-kupu meletakkan telur-telurnya serta Menurut Soekardi (2007) Hal ini didukung oleh pernyataan tumbuhan bunga yang mengandung nektar Carter (1995) bahwa kupu-kupu bersifat bagi kupu-kupu.Apabila kedua tumbuhan mobilitas yang dapat berpindah dari satu inang ini tersedia, maka memungkinkan tempat ketempat yang jauh (± 25-30 mil/jam kupu-kupu atau ±40 km/jam) dan memiliki jelajah kehidupannya dari generasi ke generasi. Jika terbang yang tinggi, keadaan ini dipengaruhi hanya salah satu tumbuhan inang saja yang oleh tersedia, maka kupu-kupu tidak dapat kemampuan tersebut dengan adaptasi melangsungkan dan kondisi melangsungkan kehidupannya. Demikian (2002) habitat juga halnya jika kedua tumbuhan inangnya merupakan satu kesatuan kawasan yang tidak tersedia. Menurut Solomon (1977) dapat menjamin segala keperluan hidup perubahan jumlah individu dalam suatu satwaliar. Komponen habitat yang penting populasi kupu-kupu pada suatu areal tertentu bagi berkaitan habitatnya. iklim kupu-kupu dapat Alikodra kehidupan kupu-kupu seperti dengan kemampuan hayati, tersedianya vegetasi sumber pakan yang diantaranya adalah siklus hidup. Scriber sesuai dan vegetasi pelindung, faktor cahaya (1981); Courtney yang cukup, udara yang bersih atau tidak semakin pendek terpolusi dan air sebagai materi yang perkembangan populasi akan semakin cepat, (1984) siklus menjelaskan hidup maka dibutuhkan untuk kelembaban lingkungan 102 Harlina, et.al: Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval (Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan yang antara lain ditentukan oleh kualitas dan kupu betina terbang mengelilingi tumbuhan kuantitas tumbuhan pakannya. U.rufa dan berhenti untuk hinggap pada Menurut Tip-pyang et al. ( 2011) U.rufa merupakan tumbuhan yang daun yang terletak dibagian ujung ranting tumbuhan, disaat itu gerakan sayap merambat, tahan air dan dapat ditemukan di melambat untuk menentukan posisi yang hutan, lereng gunung dan ditepi sungai, akan dianggap cocok. Lama peletakan telur tetapi berkisar lima hingga tujuh detik. Telur berdasarkan lapangan, hasil keberadaan eksplorasi U.rufa di di alam G.androcles biasanya ditemukan pada sangatlah sedikit sehingga menyebabkan ketinggian 7 -10 meter dari permukaan kondisi kupu-kupu tanah.Menurut Pallister (1986) kupu-kupu G.androcles untuk meletakkan telurnya. betina biasa meletakkan telur-telurnya diatas Daun muda pada U. rufa adalah bagian yang atau berada dekat dengan tumbuhan pakan dikonsumsi Proses yang daunnya masih muda, dan seekor mencari makan, diawali dengan peletakan kupu-kupu betina dapat menghasilkan telur telur G.androcles betina pada pucuk daun hingga 200 butir, namun berbeda halnya inangnya. Kupu-kupu tersebut meletakkan pada pucuk daun U. rufa yang hanya dapat telur pada permukaan bawah pucuk daun dijumpai 1-2 butir telur dari G.androcles. pada sore atau malam hari secara terpisah- Bentuk morfologi daun dan habitus U. rufa pisah. Sebelum meletakkan telurnya, kupu- dilihat pada Gambar 3. yang sulit larva bagi G.androcles. 14 12 10 8 6 Pattunuang 4 Bantimurung 2 0 Gambar 2. Jumlah Individu G. androcles di Area Penelitian 103 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 a b Gambar 3. Habitus Liana pada U.Rufa (a), dan Morfologi Daun U.rufa (b) Selain faktor kehadiran tumbuhan pengamatan. Area wisata Pattunuang dan inang kehadiran kupu-kupu di suatu area area wisata Bantimurung terletak di areal juga dipengaruhi oleh jumlah tumbuhan bukit penghasil nektar. Kupu-kupu membutuhkan tinggiyang nutrisi untuk dapat melangsungkan hidupnya beberapa jenis tumbuhan pakan kupu-kupu yaitu Ixora sp (6 kali) dan D. palaenopsis (2 kali) melakukan bersama simbiosis tumbuhan mengkonsumsi nektar mutualisme dengan bunga karst dan memiliki memungkinkan kelembapan pertumbuhan cara merupakan jenis tumbuhan nektar yang dan pernah dikunjungi oleh G. androcles, akan meletakkan telur pada tumbuhan yang tetapi menjadi inangnya. Semakin banyak cairan yang paling sering (23 kali) dikunjunginya. nektar yang tersedia, yang dicirikan oleh Umumnya kupu-kupu menyukai berbagai kelimpahan tumbuhan berbunga penghasil jenis bunga dan kantong madu yang dangkal nektar, akan semakin banyak pula imago dan mudah dijangkau oleh proboscisnya, yang datang mengunjungi tempat tersebut seperti bunga Lantana sp dan Mimosa sp (Borror et al. 1992).Dari hasi penelitian (Noerdjiti dan Amir, 1992).Tumbuhan ini menunjukkan bahwa jumlah total tumbuhan dijumpai sebanyak 24 individu di area penghasil nektar di area pengamatan terdiri wisata Pattunuang (luar plot pengamatan), dari namun tidak dijumpai di area wisata 4 spesies yang tergolong dalam 4 Famili (Tabel.1). Bantimurung. Kehadiran tumbuhan penghasil nektar diduga berkaitan L. camara merupakan jenis bunga dengan kondisi area Menurut Steenis (1987) L. camara merupakan tanaman hias atau pagar yang 104 Harlina, et.al: Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval (Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan berasal dari Amerika Tropis, sebagian besar sehingga dibutuhkan oleh kupu-kupu G. tanaman ini tumbuh liar pada daerah tropis, androcles. Di area wisata Bantimurung, sedangkan di daerah luar tidak banyak kupu-kupu G. androcles mengunjungi H. tumbuh. Demikian pula halnya dengan D. rosa-sinensis palaenopsis, yang dapat hidup di alam liar, dijumpai di sekitar pintu masuk area wisata. di hutan ataupun di lereng bukit, serta dapat Menurut berbunga pada musim hujan dan kemarau mengunjungi tumbuhan dengan tiga tujuan, (Lavarack et al., 2000). Kemunculan bunga yaitu mencari makanan berupa nektar, pada tumbuhan tersebut yang dijumpai pada meletakkan telur pada bagian tumbuhan dan setiap musim dapat menjadi sumber nektar, tempat berlindung atau istirahat. No. 1 2 3 4 (6 kali). Bima Peristiwa (2007) ini kupu-kupu Tabel 1. Tumbuhan pakan (Foodplant ) kupu-kupu G.androcles Species Famili Nama Lokal Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae Kembang sepatu Ixora sp. Rubiaceae Bunga Asoka Lantana camara Linn Verbenaceae Lantana Dendrobium palaenopsis Orchidaceae Angrek Tabel 2. Hubungan G.androcles dengan vegetasi tumbuhan No. Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 Ficus sp Macaranga sp Dracontomen mangiferium Dracontomelon dao Cananga odoratum Uvaria rufa Blume Dendrobium sp Lantana camara Kegunaan Nektar T.inang Berlindung - INP 29,69 28,02 20,07 - 17,02 10,71 Hubungan antara kupu-kupu dengan - (2006) Lokasi Plot 2 Plot 3 Plot 2 Di luar plot Plot 1 Plot 1 Di luar plot Di luar plot tumbuh-tumbuhan memproduksi bunga berjalan secara alamiah. Sebagian nektar sebenarnya hanya untuk bahan besar energi yang diperlukan kupu-kupu pemikat serangga, sebab pada dasarnya berasal dari nektar, kemudian nektar kuntum nektar itu sendiri jika tidak dihisap oleh bunga akan menarik kupu-kupu untuk serangga maka akan sia-sia, sehingga datang mengunjunginya. Menurut Rusfidra 105 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 hubungan alamiah antara kupu-kupu dengan berlindung, juga ditumpangi merambat oleh bunga dianggap saling menguntungkan. U. rufa. Tumbuhan U. rufa dijumpai Hasil penelitian menunjukkan bahwa merambat pada pohon tersebut hingga selain sebagai pakan, kehadiran tumbuhan di ketinggian ± 10 - 15 m dpl. Menurut Vane area pengamatan juga berfungsi sebagai dan De Jong (2003) umumnya tumbuhan pelindung.Beberapa tipe habitat di dalam berupa pohon, perdu, semak, liana atau area penelitian dimanfaatkan kupu-kupu herba dapat dimanfaatkan sebagai pakan G.androcles dalam kegiatan sehari-harinya. larva dan tempat berlindung bagi kupu- Menurut Vane-Wright dan De Jong (2003) kupu. populasi kupu-kupu pada suatu daerah KESIMPULAN tergantung 1. Kehadiran daerah pada perkembangan botani tersebut G. androcles selanjutnya berkaitan dengan jumlah tumbuhan inang berhubungan erat dengan kondisi fisik dan di setiap areal pengamatan. G. androcles iklim setempat. lebih banyak dijumpai di areal wisata Kupu-kupu yang kupu-kupu G. androcles mampu Pattunuang (45 ekor) yang memiliki memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan tumbuhan inangsebanyak 5 individu, tingkat pohon. Pemanfaatan tumbuhan dibandingkan sebagai pelindung atau tempat bernaung di Bantimurung area pengamatan berkaitan dengan kondisi dijumpai tumbuhan inang. dengan (16 areal ekor) wisata yang tidak ketinggian tumbuhan. Menurut Sihombing 2. Kupu-kupu G.androcles mengunjungi 4 (1999) kupu-kupu dapat terbang hingga spesies tumbuhan nektar yang termasuk mencapai ketinggian 2000 m dpl. Pada hasil dalam pengamatan G. camara(Verbenaceae),D.palaenopsis(Orc atau hidaceae), H. Rosasinensis (Malvaceae), berlindung di pohon Ficus sp, Macaranga dan Ixora sp (Rubiceae), namun referensi sp, D. mangiferum dan C. odoratum yang kunjungan lebih sering dijumpai pada L. memiliki ketinggian ±7–15 m dpl dengan camara (23 kali). androcles dilapangan dijumpai kupu-kupu bertengger penutupan tajuk yang tidak terlalu rimbun. dan 3 famili, antara lain L. 3. Pemanfaatan tumbuhan sebagai shelter Kehadiran pohon Ficus sp (2 individu) oleh kupu-kupu G. androcles berkaitan D. wisata dengan tempat Kehadiran Pattunuang mangiferum selain di area sebagai tingkat struktur tumbuhan tumbuhan. tingkat pohon 106 Harlina, et.al: Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval (Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan Bantimurung, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan didominasi oleh Ficus sp (INP 29,69) oleh Balai Pengelolaan Taman Nasional juga Bantimurung Bulusaraung. Ucapan terima berfungsi sebagai tumpangan merambat dari U. rufa. kasih secara khusus kepada Duta mandiri UCAPAN TERIMA KASIH Cummunity yang telah memberikan bantuan Tulisan ini merupakan sebagian dari dana dalam penelitian ini. data penelitian disertasi yang difasilitasi DAFTAR PUSTAKA Achmad A. 1998. Habitat dan pola Sebaran Kupu-kupu Jenis Komersil di Hutan Wisata Bantimurung Sulawesi Selatan. Majalah Ilmiah Flora dan Fauna, 8(8). Makassar : Fapertahut. Unhas.Ujung Pandang. Amir M., Noerdjito WA. 1992. Kekayaan Kupu-kupu di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya. PPPSDH Pustlitbang Biologi, LIPI : 330-337. Basset YR, Easwood L, Sam DJ, Lohman VN, T Treuer, SE Miller, GD Weilblen, NE Pierce, S Bunyavejchewin, W Sakchoowoong, P Kongnoo dan MA Osorio-Arenas. 2011. Comparison or rainforest butterfly assemblages across three biogeographical regions using standardizes protocols. The Journal of Reseach on the Lepidoptera, 44: 17-28. Boonvanno K, Watanasit S, dan Surakrai PS. 2000. Butterfly diversity at ton nga-chang wildlife sanctuary, Songkhla Province, Southern Thailand. Science Asia, 26:105-110. Borror HL, De long DM. 1971. An Introduction to the study of Insects.3rd ed. Holt, Rinehart and Winston. New York. p 455-456. Bima. 2007. Penangkaran Kupu-kupu di Kepulauan Seribu.http:// www.pulauseribu.net.Diakses 24 Desember 2014. Brower JE, JH Zar dan CN Von Ende. 1989. Field And Laboratory Methods For General Ecology3thed Wm. C. Brown Publisher, Dubuqe: xi + 273 hlm. Courtney, Steven. P. 1984. Habitat Versus foodplant Selection. In: Vane Wright RI, Arckery PR, editors. The Biology of Butterflies: Symposium of The Royal Entomological Society. 11:25-40. Dahelmi. 2002. Life history and ecology of papilionid butterflies of province of Sumatera Barat, Indonesia. Annual Report of Pro Natura Fund of Japan, 12: 147-162. Durden AL. 2010. Lepidoptera endemism en Sulawesi (Celebes), Indonesia. Journal Southern Lepidoptersts News, 32(2): 62-70. Heddy S. 2012. Metode Analisis Vegetasi dan Komunitas. PT.Raja Grafindo Persada Jakarta.xiv +166 hlm. Indrawan A. 1976. Ekologi Hutan Indonesia. Lembaga Kerja Sama Fakultas Kehutanan.IPB. Bogor.482 hal. Kusmana.1955.pengembangan sistem sivikulture dan alternatifnya.Rimba Indonesia XXX, 1-2: 35-41. Lavarack BW, Haris SG. 2000. Dendrobium Orchid. Kangaroo. Australia Lewis TO. 1973. Thrips, Their Biology, Ecology and Economic Importance. Academik Press Inc. London and New York, xv + 349 pp. 107 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 Lewis TO. 2001. Effect of experimental selective logging on tropical butterflies. Conservation Biology,15:389-400. Nasir M. 1999. MetodePenelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.hal 145-149. Ngatimin AS. 2014. Biological aspect of black and gold butterfly larvae Troides Helena Linneaus (Lepidoptera: Papilionidae) on artificial diets. International Journal of Scientific dan Technology Research,3(7) : 693-697. Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga.Gajah Mada University Press. Jogjakarta. hal 134-162. Rusfidra. 2006. Bunga Pakan Lebah Madu. http://www.bunghatta.info/content.php?ar ticles.141. Diakses tanggal 17 Mei 2004. Soekardi H. 2009. Keterkaitan kupu-kupu papilionidae dengan tumbuhan inang pakan larvanya di taman kupu-kupu gita persada lampung. Prosiding Seminar Nasional Sains Mipa dan Aplikasi (ISBN:978-602-98559-1-3).Vol. 3:3. Sihombing DTH. 1999. Satwa Harapan I: Pengantar Ilmu dan Tehnologi Budidaya. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. Steenis CGGJ Van, 2003. Flora Cet. 9. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta. Whitten T, 1987.The Ecology of Sulawesi. The Ecology of Indonesia Series.Vol. II, Oxford University Press. London.777 pp. Wijayanto A. 2010. Keragamandan Penyebaran Jenis Kupu-kupu (Lepidoptera:Papilionidae) di Beberapa Ketinggian Daerah Aliran Sungai Kawasan Penyangga CAgarAlam Pegunungan Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Cendrawasih. Manokwari. Vane WR dan Dejong R. 2003. The Butterflies of Sulawesi Annotated Cheklist for a Critical Island Fauna. Zool.Verh-Leiden. p 343: 3-267. 108