PERBANDINGAN PENGGUNAAN KOH DAN

advertisement
Volume 4, Nomor 1, Maret 2014
ISSN 2085-7764
JURNAL KESEHATAN
RAJAWALI
Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan
JURNAL ENAM BULANAN
Perbandingan Penggunaan KOH dan NaOH dalam Deproteinasi Sampel
Sputum Untuk Isolasi DNA Mycobacterium tuberculosis
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin Darah Metode Jaffe
Reaction Cara Deproteinasi dan Non Deproteinasi
Status Kesehatan Ibu dan Bayi dari Persalinan Remaja Di RSUD
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Tahun 2013
Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian MP-Asi Dini pada Bayi
Usia 0-6 Bulan Di Posyandu RW 07 Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi
Selatan
Hubungan Tingkat Stres dan Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Hubungan Traditional Beliefs Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita Di
RW 05 Kelurahan Kebonlega Kecamatan Bojongloa Kidul Bandung
Diterbitkan oleh
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes Rajawali Bandung)
JURNAL KESEHATAN RAJAWALI
Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan
Volume 4, Nomor 1, Maret 2014
ISSN 2085-7764
Jurnal Kesehatan Rajawali merupakan jurnal ilmu-ilmu kesehatan yang memuat naskah hasil
penelitian bidang ilmu keperawatan, kebidanan dan analis kesehatan. Diterbitkan 6 bulan
sekali pada bulan Maret dan Oktober
Penanggungjawab
Tonika Tohri. S.Kp., M.Kes.
Pemimpin Redaksi
Eny Kusmiran, S.Kp., M.Kes.
Wakil Pimpinan Redaksi
Ally Kafesa, S.ST., M.Si.
Redaksi Pelaksana
Iga Retia Mufti, S.S.T.
Suci Noor Hayati, S.Kep., Ners
Redaksi
Rustandi, dr., M.P.H.
H. Rachmat Sobarna, dr., Sp.O.G.
Handarini, S.Pd., M.Si.
Istianah, S.Kep., Ners., M.Kep.
Erni Hernawati, S.S.T., M.M.
Sekretaris Redaksi
Artha Kusumawardani, S.S.T.
Humas
Faruk Rasyid, S.E.
Tata Usaha
Fotuho Woruwu, S.E., M.M.
Alamat Redaksi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali
Jalan Rajawali Barat Nomor 38 Bandung
Email: [email protected]
Vol.4, No.1, Maret 2014;1-6
PERBANDINGAN PENGGUNAAN KOH DAN NaOH DALAM
DEPROTEINASI SAMPEL SPUTUM UNTUK ISOLASI DNA
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
Handarini dan Suyarta Efrida Pakpahan
ABSTRACT
Introduction: Tuberculosis (TB) is an infectious disease of the lungs caused by the bacteria
Mycobacterium tuberculosis. According to the WHO in 2010, Indonesia was ranked fifth in the number
of patients with pulmonary tuberculosis by 5.8% of the number of people with TB in the world. In
general, the diagnosis of this disease microscopic examination, but there are still many weaknesses.
This study pusposed to compare the two compounds have properties capable of dissolving,
neutralizing, and mendeproteinasi sputum samples for Mycobacterium tuberculosis DNA isolation
compare 1 N NaOH and KOH 0.5 N. Methode: Sputum samples were used as many as 15 samples
were examined by health centers and positively diagnosed with TB in smear microscopic examination,
then carried the DNA isolation, PCR, and electrophoresis with pre-treatment deproteinasi before using
1 N NaOH and 0.5 N KOH DNA band seen in electrophoresis measured using image J and processed
using SPSS. The conclusion of this study is the result of a sputum sample DNA isolation by running
with 0.5 N KOH better than the results of sputum samples isolation by running with 1 N NaOH
Keywords: DNA isolation, 0.5 N KOH, NaOH 1 N, smear microscopy, and tuberculosis.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2007 penyakit Tuberculosis paru (TBC paru) diperkirakan telah mencapai 13,7
juta kasus kronis yang aktif di tingkat global sementara itu pada tahun 2010, diperkirakan terjadi
pertambahan kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di
negara berkembang. Menurut WHO pada tahun 2010, Indonesia ada di peringkat kelima dengan
jumlah penderita TBC sebesar 429.000 jiwa atau 5,8% persen dari total jumlah tuberculosis di dunia.
Pada umumnya disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan sanitasi dan higienitas.(1)
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa. Bakteri
tersebut berbentuk batang yang tahan akan asam. Pada umumnya pemeriksaan laboratorium untuk
penyakit akibat bakteri ini adalah pewarnaan BTA metode Ziehl-Neelsen yang dibaca secara
mikroskopis. Adapun gold standar untuk pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis adalah kultur pada
medium Lowenstein Jensen. Namun hal tersebut diduga masih terdapat kelemahan antara lain waktu
yang dibutuhkan cukup lama dalam mendiagnosa penyakit tersebut. Pemeriksaan mikroskopis BTA
juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit TB, namun seringkali kesalahan dalam pembacaan dan
kualitas pembuatan preparat berpengaruh dalam hasil diagnosa sehingga akan menyebabkan hasil
positif dan negatif palsu.(2)
Pada saat ini, aplikasi bioteknologi di bidang kesehatan mulai berkembang pesat. Teknik
isolasi DNA, PCR (Polymerase Chain Reaction) dan elektroforesis digunakan secara luas di beberapa
negara untuk mendiagnosa berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan aplikasi bioteknologi memiliki
tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi sebuah penyakit. Sebagai contoh untuk
pemeriksaan isolasi DNA Mycobacterium tuberculosisdigunakan sampel sputum (dahak) dengan
volume yang sedikit dan waktu yang lebih cepat namun memberikan hasil yang akurat. Kemajuan dan
pengembangan inilah yang akan membantu dalam menentukan langkah yang akan diambil dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan.(4)
Dalam proses isolasi DNA digunakan natrium hidroksida (NaOH) untuk tahap penetralan
sampel sputum yang bersifat asam, sampel sputum dibuat dalam keadaan netral agar tidak
Perbandingan Penggunaan Koh Dan Naoh Dalam Deproteinasi Sampel Sputum Untuk Isolasi Dna Mycobacterium Tuberculosis
(Handarini dan Suuyarta E.P) |
1
Vol.4, No.1, Maret 2014;1-6
mendegradasi DNA kemudian NaOH digunakan untuk tahap pra-deproteinasi yaitu menghilangkan
protein atau melarutkan protein pada sampel sputum sebelum masuk pada tahap isolasi DNA.
Natrium hidroksida dapat digunakan karena memiliki sifat basa yang kuat sehingga mampu
menetralkan sputum dan memiliki tingkat deproteinasi yang cukup baik. Selain itu, NaOH tidak
mengganggu DNA dan tidak mendegradasi DNA sehingga aman untuk digunakan pada proses
isolasi. Namun, pada aplikasinya masih terdapat banyak pengotor atau kontaminasi yang terlihat pada
band DNA yang terbentuk pada elektroforesis. Maka dari itu, zat lain yang memiliki fungsi yang sama
seperti NaOH dapat digunakan sebagai alternatif dalam tahap penetralan dan pra-deproteinasi.(2,4)
Terdapat senyawa lain yang memiliki sifat seperti NaOH dan memiliki kelarutan yang lebih
tinggi yaitu kalium hidroksida (KOH). Kalium hidroksida akan menetralkan sampel sputum yang
bersifat asam dan dapat membantu mempresipitasi protein serta membersihkan berbagai kontaminasi
yang mengganggu.(5)
METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang memeriksakan
sampel sputumnya di berbagai Puskesmas kota Cimahi dari bulan Mei sampai Juni 2014.
Penentuan ukuran sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan BTA
(Basil Tahan Asam). Dimana pasien rawat jalan tersebut sudah di diagnosa memiliki penyakit
tuberkulosa paru pada pemeriksaan BTA sesuai dengan kriteria IUALTD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease). Menurut Kasjono dan Yasril (2009) jenis penelitian tersebut
menggunakan besaran sampel sebanyak 15 sampel per kelompok. Bahan pemeriksaan yang
digunakan adalah sputum penderita tuberculosis.
Sputum yang diperoleh secara langsung dengan melakukan isolasi DNA dari sampel sputum
setelah dilakukan pra-deproteinasi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan proses PCR dan
elektroforesis.
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dan penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014
di Laboratorium Klinik Stikes Rajawali dan Laboratorium Bioteknologi RS Rajawali. Pada penelitian ini
digunakan 15 sampel sputum yang telah diperiksa secara mikroskopis dan terdiagnosa positif TB paru
di Puskesmas Melong Asih, Puskesmas Cibeureum, dan RSAU Dr.M.Salamun. Dari 15 sampel
sputum tersebut terdapat 13 sampel (87%) berjenis kelamin laki-laki dan 2 sampel (13%) berjenis
kelamin perempuan, demikian terdapat 13 sampel (87%) berusia produktif yaitu 15-50 tahun dan 2
sampel (13%) berusia diatas 50 tahun. Berikut adalah data karakteristik sampel sputum dan hasil
pemeriksaan mikroskopik BTA untuk setiap sampel sputum yang dilakukan oleh puskesmas dan
rumah sakit.
Tabel 1. Persentase variasi hasil pemeriksaan pewarnaan Ziehl Neelsen
Hasil Diagnosis
Jumlah Sampel
Persentase
Positif 1
3
20%
Positif 2
8
53%
Positif 3
4
27%
Jumlah
15
100%
Tabel 1 menunjukkan persentase dan hasil diagnosis mikroskopis BTA dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen dan karakteristik sputum berdasarkan data yang didapat dari puskesmas Melong Asih,
Cibeureum, dan RSAU Dr.M.Salamun.
Pengaruh penggunaan NaOH 1 N dan KOH 0,5 N terhadap hasil isolasi DNA dari sampel
sputum terlihat pada ketebalan pita DNA di elektroforesis. Semakin tebal pita DNA yang terlihat pada
Perbandingan Penggunaan Koh Dan Naoh Dalam Deproteinasi Sampel Sputum Untuk Isolasi Dna Mycobacterium Tuberculosis
(Handarini dan Suuyarta E.P) |
2
Vol.4, No.1, Maret 2014;1-6
hasil elektroforesis menunjukan semakin banyak DNA yang terisolasi, semakin baik kemampuan
deproteinasi sampel sputum oleh zat yang mampu mendeproteinasi maka semakin murni DNA yang
dihasilkan (tidak adanya smear). Pada penelitian ini terlihat bahwa sampel sputum yang
dideproteinasi menggunakan KOH 0,5 N menunjukan hasil pita DNA yang lebih jelas selain itu terlihat
bahwa hasil isolasi DNA yang dideproteinasi menggunakan NaOH 1 N menunjukan adanya smear
yang panjang dan jelas dibandingkan dengan hasil isolasi sampel sputum yang dideproteinasi
menggunakan KOH 0,5 N. Hal tersebut pada dasarnya dapat dilihat secara langsung, namun pada
penelitian ini hasil elektroforesis selanjutnya diolah menggunakan perangkat lunak yaitu image J.
Gambar 1. Hasil Elektroforesis DNA menggunakan NaOH (M:Marker, CN:Control Negative,
CP:Control Positive)
Luas Area Pita DNA (Cm2)
Gambar 2. Hasil Elektroforesis DNA menggunakan KOH (M:Marker, CN:Control Negative, CP:Control
Positive)
1,80
1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
NaOH 1 N
KOH 0,5 N
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel Sputum
11
12
13
14
15
Gambar 3. Pengukuran Hasil Image J Berdasarkan Luas Area Pita DNA dari Hasil Isolasi DNA
menggunakan NaOH 1 N dan KOH 0,5 N
Gambar 3 menunjukkan luas area pita DNA yang diolah menggunakan image J. Dimana 15
sampel yang telah diolah seluruhnya menunjukan bahwa luas area band DNA hasil isolasi sampel
sputum yang dideproteinasi menggunakan KOH 0,5 N lebih besar daripada NaOH 1 N, hal ini sesuai
dengan yang terlihat secara visualisasi di elektroforesis dan hasil pengukuran menggunakan image J.
Perbandingan Penggunaan Koh Dan Naoh Dalam Deproteinasi Sampel Sputum Untuk Isolasi Dna Mycobacterium Tuberculosis
(Handarini dan Suuyarta E.P) |
3
Vol.4, No.1, Maret 2014;1-6
PEMBAHASAN
Sampel sputum dilakukan pra-deproteinasi menggunakan NaOH 1 N dan KOH 0,5 N untuk
menghilangkan protein-protein pada sputum, kemudian dilanjutkan dengan proses isolasi DNA
dengan prinsip melisiskan membran sel atau dinding sel, ekstraksi, presipitasi, purifikasi, dan elution.
Serangkaian proses isolasi ini sangat panjang dan berkesinambungan, kesalahan pada satu tahap
akan membuat hasil isolasi tidak baik. Maka dari itu, setiap tahapan isolasi harus sangat diperhatikan
terutama reagen yang digunakan seperti buffer lysis yang berfungsi untuk melisiskan membran sel
agar DNA keluar dari sel, Proteinase K untuk mendegradasi protein, fenol-kloroform yang berfungsi
untuk mengekstraksi, NaOAC untuk menghilangkan molekul-molekul lain selain DNA, etanol dingin
untuk purifikasi, dan H2O free Rnase untuk mengawetkan dan melarutkan DNA (Jawetz, 2004 : 330331). Setelah proses isolasi DNA maka dilakukan elektroforesis untuk melihat apakah hasil isolasi
DNA yang telah dilakukan menghasilkan pita DNA, jika sampel yang diisolasi tersebut menghasilkan
pita DNA pada elektroforesis maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu PCR untuk
memperbanyak atau mengamplifikasi hasil DNA dari proses isolasi. Kemudian setelah proses isolasi
selesai dilakukan maka DNA hasil isolasi akan diukur kemurnian dan konsentrasi DNA menggunakan
spektrofotometer. Data dapat dilihat pada lampiran 5.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan penggunaan dua senyawa yang memiliki
persamaan sifat yaitu mampu melarutkan, menetralkan, dan mendeproteinasi sputum dalam proses
isolasi DNA Mycobacterium tuberculosis. Hasil isolasi DNA dari sampel sputum yang dideproteinasi
dengan KOH 0,5 N memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil isolasi sputum yang
dideproteinasi dengan NaOH 1 N. Dapat terlihat secara visual pada hasil elektroforesis dari beberapa
sampel sputum, KOH lebih sedikit memperlihatkan adanya smear dibandingkan dengan NaOH. Pada
hasil elektroforesis sampel nomor 11 terlihat adanya smear pada NaOH sedangkan pada KOH tidak
terlihat adanya smear. Sedangkan untuk sampel nomor 2, 4, dan 6 pada NaOH terlihat smear yang
panjang dan terlihat jelas tetapi pada KOH hanya terlihat smear yang pendek. Sampel nomor 1 tidak
terlihat adanya pada NaOH tetapi pada KOH terlihat adanya pita DNA. Untuk sampel nomor 3, 5, 7, 8,
9, 10, 12, 13, 14 dan 15 tidak terlihat adanya smear, namun pita DNA dari sampel sputum yang
dideproteinasi dengan KOH 0,5 N menunjukan hasil yang lebih jelas dibandingkan dengan pita DNA
dari sampel sputum yang dideproteinasi dengan NaOH 1 N. Hal diatas dapat disebabkan karena
proses isolasi yang panjang yaitu mulai dari pra-deproteinasi sampel sputum, lisis membran sel atau
dinding sel, ekstraksi, presipitasi, purifikasi, dan elution memiliki kesinambungan pada setiap proses,
sehingga perlakuan yang salah atau kurang pada masing-masing sampel akan sangat berpengaruh
ketika dilihat pada elektroforesis, baik terlihat adanya smear atau tidak terlihatnya pita DNA pada
elektroforesis karena konsentrasi DNA yang diisolasi terlalu sedikit. Kemampuan KOH 0,5 N yang
lebih baik dalam mendeproteinasi sampel sputum untuk isolasi DNA akan membuat DNA lebih murni
dan terbebas dari makromolekul seperti protein dan RNA yang umumnya disebut dengan smear pada
elektroforesis (Sameh, 2012 : 315-317).
Selain secara visualisasi yang terlihat pada pita DNA di elektroforesis, keefektifan KOH dalam
mendeproteinasi sampel sputum untuk isolasi DNA diperkuat dengan pengukuran luas area pita DNA
menggunakan image J yang mengukur luas area pita DNA berdasarkan prinsip densitometri yaitu
melihat ketebalan atau kerapatan pita DNA yang dihasilkan (Suci, 2011 : 14). Image J banyak
digunakan untuk mengukur tebal band DNA pada elektroforesis atau mengukur ketebalan sel seperti
pada penelitian Ramadhani (2013) melihat ketebalan sel blast dan penelitian I Nyoman (2008)
menguji DNA mikrosatelit untuk mencari metode evaluasi bibit jamur kuping. Hasil pengukuran image
J dilakukan sebanyak 10 kali pada masing-masing band yang diteliti kemudian hasil pengukuran
tersebut dirata-ratakan, hasil rerata diolah menggunakan excel untuk melihat nilai rerata, median, dan
standar deviasi antara NaOH 1 N dan KOH 0,5 N.
Hasil pengukuran dengan image J pada Tabel 4.4 terlihat bahwa proses penetralan dan
deproteinasi sampel sputum menggunakan KOH 0,5 N memiliki luas area yang lebih besar daripada
NaOH 1 N. Image J mengukur pita DNA yang dihasilkan pada elektroforesis berdasarkan luas area
pada masing-masing pita DNA. Hasil image J sebanding dengan visualisasi pita DNA yang terlihat
pada elektroforesis, semakin jelas pita DNA yang dihasilkan maka semakin besar luas area yang
Perbandingan Penggunaan Koh Dan Naoh Dalam Deproteinasi Sampel Sputum Untuk Isolasi Dna Mycobacterium Tuberculosis
(Handarini dan Suuyarta E.P) |
4
Vol.4, No.1, Maret 2014;1-6
dihasilkan oleh image J. Hasil pengukuran image J diolah menggunakan excel sehingga
mendapatkan nilai rerata, median, dan standar deviasi pada masing-masing bahan uji yaitu NaOH 1 N
dan KOH 0,5 N. Terdapat perbedaan pada nilai mean atau rerata menunjukan bahwa KOH 0,5 N
memiliki hasil visualisasi yang lebih jelas dan pengukuran hasil image J yang lebih besar daripada
NaOH 1 N. Hal ini sesuai dengan teori dan penelitian yang telah dilakukan oleh Acta (2004).
Acta (2004) menyatakan bahwa KOH lebih efektif dalam deproteinasi dibandingkan dengan
NaOH. Keefektifan KOH dalam mendeproteinasi sampel sputum adalah karena KOH memiliki sifat
kelarutan yang lebih besar daripada NaOH, sehingga KOH mampu menghidrolisis ikatan hidrogen
pada protein lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan NaOH. Sifat kelarutan yang tinggi akan
membuat ikatan hidrogen pada KOH berikatan dengan ikatan hidrogen pada protein menjadi H2O
atau air (Taufiq, 2007 : 211).
Pada elektroforesis diperlukan adanya marker, kontrol positif, dan kontrol negatif untuk
menghindari adanya kesalahan dalam menentukan base pair DNA dan mencegah terjadinya positif
atau negatif palsu. Marker berfungsi sebagai penanda DNA untuk melihat panjang base pair DNA,
panjang base pair untuk Mycobacterium tuberculosis adalah 281-310 pasang basa. Kontrol positif
digunakan untuk mencegah hasil negatif palsu karena kesalahan dalam pengerjaan dan sebagai
acuan sampel DNA yang positif terdapat band. Kontrol positif dapat dijadikan acuan karena berasal
dari biakan murni bakteri Mycobacterium tuberculosis yang secara pasti akan menunjukan pita DNA
yang sesuai dengan base pair DNA Mycobacterium tuberculosis pada marker. Kontrol negatif
digunakan untuk mencegah hasil positif palsu yang terjadi karena kesalahan dalam pengerjaan dan
untuk melihat apakah terjadi kontaminasi pada proses PCR. Dari 15 sampel sputum yang diteliti
seluruh sampel tersebut berada pada rentang base pair yang sesuai dengan marker dan sejajar
dengan kontrol positif, dan tidak adanya band pada kontrol negatif yang menunjukan bahwa proses
PCR berjalan dengan baik (Sameh, 2012 : 241).
Penelitian ini memberikan informasi mengenai perbandingan penggunaan KOH dan NaOH
dalam deproteinasi sampel sputum pada isolasi DNA Mycobacterium tuberculosis yang belum
dilaporkan sebelumnya. Informasi tersebut diharapkan dapat menambah referensi dan pengetahuan
mengenai kemampuan KOH dalam depotreinasi untuk isolasi DNA Mycobacterium tuberculosis.
Kalium Hidroksida (KOH) dengan kemampuan depotreinasi yang lebih tinggi dapat dimanfaatkan
sebagai zat depoterinasi sampel sputum untuk isolasi DNA Mycobacterium tuberculosis agar
menghasilkan pita DNA yang lebih jelas dan tidak terlihat adanya smear.
KESIMPULAN
1. Visualisasi band DNA pada elektroforesis yang menggunakan KOH 0,5 N lebih jelas
dibandingkan visualisasi band DNA pada elektroforesis yang menggunakan NaOH 1 N.
2. Terdapat perbedaan rerata antara NaOH 1 N dan KOH 0,5 N. Nilai rerata KOH 0,5 N lebih besar
daripada NaOH 1 N dengan selisih nilai mean sebesar 0,43.
SARAN
1. Kepada tenaga kesehatan disarankan untuk dapat meninjau dan menentukan diagnosis
penyakit TB paru menggunakan metode PCR yang dimodifikasi pada tahap isolasi DNA
dengan mengunakan KOH 0,5 N agar hasil band DNA terlihat lebih baik dan jelas.
2. Kepada
peneliti
selanjutnya
dapat
membandingkan
NaOH
1
N
dan
KOH 1 N namun waktu inkubasi KOH dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Health topics tuberkulosis. [Online] 2013 Mar 24 [cited 22 Des 2013]; Available from:
URL: http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/
2. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 23th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007
Perbandingan Penggunaan Koh Dan Naoh Dalam Deproteinasi Sampel Sputum Untuk Isolasi Dna Mycobacterium Tuberculosis
(Handarini dan Suuyarta E.P) |
5
Vol.4, No.1, Maret 2014;1-6
3. Acta MC. Tranformasi kitin dari hasil isolasi hasil limbah industri udang beku menjadi kitosan.
ISSN 2004; 5(2):28.
4. Amin I, Muhammad I, Zunaira A, Muhammad S, Samia A, Abrar H. PCR could be a methode
of choice for identification of both pulmonary and extra-pulmonary tuberculosis. BMC
Research Notes 2011;4:2.
5. Carlsson J, Marek PJ, Keith B. A convenient spectrophotometric assay for the determination
of L-Erghothioneine in blood. Biochem.J 1974; 139:239-240.
6. Djuminar A.. Biologi Molekuler. Bandung:ECG; 2009.
7. Fatchiyah A. Biologi Molekuler Prinsip Dasar Analisis. Jakarta:Erlangga; 2011.
8. Fitriani Suci. Bogor Aglicultur University Scientific Repository : Diferensiasi Temulawak,
Kunyit, dan Bangle Berdasarkan Interpretasi Kromatografi Lapis Tipis Menggunakan Image
J. 2011; 12(5) : 4-14.
9. Girard M, Louise M, Simone M. Viral DNA-RNA hybrids in cells infected with simian virus: the
simian virus 40 transcriptional intermediates.Proc nac acad 1974 ;71(4) :1269-1271.
10. Gomez DL, Caroline S, Francisco M, Susan P, J.Gonzalo, Susan P et al. Rapid DNA
extraction for spesific detection and quantitation of Mycobacterium tuberculosis DNA in
sputum specimens using taqman assay. PMC 2012;1:3-4.
11. Handoyo D, Rudiretna A. Prinsip Umum dan Pelaksanaan Polymerase Chain Reaction
(PCR).Surabaya : Universitas Surabaya ; 2000.
12. Hastono SP, Sabri L. Statistika Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada; 2010.
13. I Nyoman, Rahmat Arifudin, Yuniar Mulyani. Pusat Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung.
Penanda Molekul DNA Mikrosatelit untuk Karakterisasi Bibit jamur Kuping (Auricularia
polytricha [Month. Sacc) 2008 Jan 7,13(1) : 12
14. Kasjono S, Yasril. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2009 ; p 129.
15. Kumar V, Cotran RS, Robins SL. Buku Ajar Patologi : Paru dan Saluran Napas Atas.Jakarta :
EGC; 2004.
16. Kumar P, Manas K, Devendra SC, Vishwa M, Sarman S, Hanumanthappa K. Assessment of
the N-PCR assay in diagnosis of pleural tuberculosis: detection of M.tuberculosis in pleural
fluid and sputum collected in tandem. Plosone 2010 ;5(4) :2-4.
17. Magdeldin S, editor. Gel Electrophoresis-Principles and Basic. Croatia: In Tech; 2012.
18. Novel SS, Sukma N, Supartini S. Genetika Laboratorium. Jakarta : Trans Info Media; 2010.
19. Okwera A, Whalen C, Byekwaso F, et al. Randomised trial of thioacetazone and rifampicincontaining regimens for pulmonary tuberculosis in HIV-infected Ugandans. The Makerere
University-Case Western University Research Collaboration. Lancet 1944;34 : 344.
20. Pelczar dan Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press ; 2008
21. Ramadhani D,Agesti V,Lusiyanti Y. Otomatisasi Pendeteksian Sel Blast dan Sel Metafase
dengan Perangkat Lunak Pengolahan Citra Sumber Terbuka.OP Sel Blast [serial online]2013
[cited
2013
15
Jun];1(1):I-13.
Available
from:
URL:
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/3043/2798
22. Sudjadi. Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius; 2008.
23. Taufiq A. Biokimia Dasar. Jakarta : Widya Utama ; 2006.
24. Wikipedia. Epidemiologi Tuberkulosis. [Online]. 2013 Mar 12 [cited 22 Des 2013]; Available
from: URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis/Epidemiologi
25. Wikipedia. Kalium Hidroksida. [Online]. 2013 Sep 17 [cited 22 Des 2013]; Available from:
URL: http://en.wikipedia.org/wiki/KOH
26. Zulkoni A. Parasitologi. Yogyakarta:Nuha Medika; 2010.
Perbandingan Penggunaan Koh Dan Naoh Dalam Deproteinasi Sampel Sputum Untuk Isolasi Dna Mycobacterium Tuberculosis
(Handarini dan Suuyarta E.P) |
6
Download