PROBLEMATIKA PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS DI LEMBAGA PENDIDIKAN TALENTA KIDS SALATIGA 2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. PdI) Oleh: AHMAD ARIFIN NIM. 111 05 044 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010 DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] DEKLARASI Bismillahirrahmaanirrahim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refernsi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi. Salatiga, 10 Agustus 2010 Peneliti AHMAD ARIFIN NIM. 111 05 044 DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] PENGESAHAN Skripsi Saudara : AHMAD ARIFIN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 113 05 044 yang berjudul : “PROBLEMATIKA PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS DI LEMBAGA TALENTA KIDS SALATIGA". Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : tanggal yang bertepatan dengan tanggal dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Salatiga, PANITIA UJIAN Ketua Sidang Sekretaris Sidang Drs. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1002 Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005 Penguji I Penguji II ............................................... NIP. ............................................. NIP. Pembimbing Dra. Maryatin NIP. MOTTO “OJO RUMONGSO BISO ANANGING BISO’O RUMONGSO” PERSEMBAHAN 1. Kepada kedua orang tuaku Bapak Juprianto dan Ibu Sukiswati yang telah memberikan segalanya buatku dan keluarga. 2. Kepada kakekku Wasi pak lek ku Muh. Irfan Zaini dan Edi Susilo, kakakku mas Rohmad dan adikku Fatimah yang sayang padaku. 3. Kepada semua anak-anak penyandang autis yang hebat dan tak kenal putus asa. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala hukum, tak ada tuhan selain Allah, sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad. S.A.W. yang membawa risalah Allah terahir dan sebagai. penyempurna risalah sebelumnya. Pada akhirnya penulisan skripsi ini bisa selesai, penulis sadar bahwa selesainya penulisan ini berkat bantuan dari orang-orang disekitarnya, tidak ada kata yang patut untuk diucapkan untuk beliau-beliau ini kecuali terima kasih. Terima kasih ini di haturkan pada : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN. 2. Dra. Siti Asdiqoh selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Dosen Pembimbing Akademik Suwardi, M.Pd. 4. Dosen Pembimbing Skripsi Dra. Maryatin. 5. Kepada kepala Sekolah TALENTA KIDS SALATIGA Dra. Hj. Lilik Sriyanti. M.Si serta para pengajar TALENTA KIDS SALATIGA. 6. Para Dosen STAIN Salatiga, yang telah menularkan ilmu-ilmunya. 7. Staf perpustakaan STAIN Salatiga. 8. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan bimbingan yang terbaik selama ini. 9. Kakekku, Pak Lek ku, kakakku dan adikku yang turut serta membina dan mengarahkanku dalam kehidupan ini. 10. Adikku Ida Nuryani terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya membantu penulisan skripsi ini. 11. Para sejawat Mapala MITAPASA yang bisa menjadi keluarga kedua selama ini dan tempat untuk berbagi ilmu. 12. Teman-teman kos, Bodong, Pakdhe, dan Faisal terima kasih atas bantuannya selama ini. 13. Para sahabat dan semua pihak yang telah membantu hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dan semua yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan ini, maaf tidak bisa disebutkan secara detail karena kebodohan dan kekurangan penulis. Salatiga, 20 Agustus 2010 AHMAD ARIFIN 111 05 044 ABSTRAK Ahmad Arifin: PROBLEMATIKA PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS DI LEMBAGA PENDIDIKAN TALENTA KIDS SALATIGA. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dra. Maryatin. Pembelajaran agama Islam sangat penting diberikan kepada anak sejak usia dini. Pembelajaran ini diberikan kepada semua anak baik anak cacat maupun anak autis. Ironisnya, masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim sampai saat ini belum banyak melakukan penelitian yang menguraikan tentang pembelajaran agama Islam pada anak autis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun pengumpulan data menggunakan metode pengamatan berperan serta, interview dan metode dokumentasi. Sedangkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) karakteristik anak autis di TALENTA KIDS Salatiga sama dengan karakteristik anak autis pada umumnya (2) pelaksanaan pembelajaran PAI di TALENTA KIDS Salatiga berjalan dengan baik meskipun masih banyak kekurangan dan kendala dari kondisi siswa sendiri, dan (3) faktor pendukung dan penghambat dalam pengajaran agama Islam bersumber dari dalam dan luar lembaga pendidikan TALENTA KIDS sendiri. Kata kunci: problematika, PAI, dan anak autis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................. i HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING......................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi KATA PENGANTAR............................................................................... vii ABSTRAK................................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................ ix BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7 E. Penegasan Istilah ............................................................. 8 F. Metode Penelitian.............................................................. 9 G. Sistematika Penulisan ...................................................... 13 LANDASAN TEORI A. Problematika Pengajaran Agama Islam............................ 15 1. Problematika Pembelajaran ........................................ 15 2. Pengajaran Agama Islam............................................ 28 B. Sekolah Autis ................................................................. 31 C. Pengajaran Agama Islam di Sekolah Autis……………... 37 1. Metode-metode pengajaran………………………… 25 2. Metode Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum dan Luar Biasa……………………………………… 3. Metode Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis. 42 43 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga…………………………………………... . 45 1. Visi Misi dan Tujuan TALENTA KIDS Salatiga ....... 45 2. Sejarah dan Perkembangan TALENTA KIDS Salatiga ...................................................................... 46 3. Keadaan Guru Pendidikan Agama Islam, Pengurus Sekolah dan Siswa TALENTA KIDS Salatiga .......... 49 B. Hasil Penelitian ............................................................... 52 1. Karakteristik Anak Autis di TALENTA KIDS Salatiga ..................................................................... 52 2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga ..................................... 54 3. Metode PAI yang Digunakan di TALENTA KIDS Salatiga ..................................................................... 55 4. Masalah Guru dalam Kegiatan Pembelajaran PAI terhadap Anak Autis di TALENTA KIDS Salatiga .... 56 5. Usaha yang Ditempuh oleh Guru dalam mengatasi Problematika PAI terhadap Anak Autis di TALENTA KIDS Putra Salatiga ............................... BAB IV 58 PEMBAHASAN A. Karakteristik Anak Autis pada Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga .............................................. 63 B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga ............ 64 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengajaran Agama Islam di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga .......................................................................... 68 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 70 B. Saran-saran .................................................................... 71 C. Penutup.......................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Dalam hal ini pendidikan tidak membedakan antara anak normal dengan anak tidak normal atau anak autis. Dalam ajaran Islam tidak dikenal adanya diskriminasi hak untuk memperoleh pengajaran, baik orang itu difabel atau normal. Orang berhak mendapatkan pendidikan sesuai tingkat kecerdasan dan potensi yang ada pada dirinya. Anak autis juga berhak untuk memperoleh pendidikan dan mendapatkan ilmu pengetahuan sama dengan anak yang normal. Sebagaimana firman Allah SWT dal;am surat Abasa ayat 1-12 Artinya: 1 2 Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena Telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran). Sedang ia takut kepada (Allah). Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, ( Departemen Agama RI:585). Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum dia datang kepada Rasulullah SAW meminta ajaran-ajaran tentang Islam, lalu Rasulullah SAW bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat tesebut sebagai teguran kepada Rasulullah SAW. Berdasarkan kisah di atas maka semestinya kita dapat mengambil makna dan pelajaran, sebagai lembaga dan seorang pendidik senantiasa memberikan pelayanan dan pengajaran yang terbaik tanpa memandang peserta didik yang keberadanya kurang atau difabel. Ironisnya bahwa masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim sampai saat ini belum banyak melakukan penelitian yang menguraikan tentang pembelajaran agama di lembaga pendidikan anak autis. Padahal pendidikan agama pada usia dini sangat penting karena daya ingat pada usia ini mereka sangat kuat. Upaya tersebut seharusnya dilakukan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga berbudi pekerti luhur, maka diperlukan pendidikan Islam sebagai pondasi keagamaan untuk 3 masa mendatang. Dengan adanya tulisan atau penelitian tentang pengajaran agama Islam di lembaga pendidikan anak autis bisa memunculkan kritik dan pembenahan dalam kurikulum atau metode pengajarannya. Selama ini pandangan masyarakat terhadap anak autis dan anak yang mengalami kekurangan (cacat) masih dipandang dengan sebelah mata, padahal mereka yang menyandang autis dan cacat juga bukan kehendak mereka namun itu adalah pemberian dari Allah sang Kholiq, bahkan dalam dunia pendidikan bagi anak autis dan cacat kurang diperhatikan. Jika keadaan dibiarkan saja maka dunia pendidikan dan pandangan masyarakat terhadap mereka akan tetap stagnan atau berhenti seperti itu terus. Pelaksanaan pendidikan agama Islam bertujuan untuk mendidik anak agar menjadi muslim yang beriman, teguh beramal shaleh, dan berahlak mulia serta berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, agama, bangsa dan negara. Pengembangan tenaga pendidikan sebagai unsur dominan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Semua upaya peningkatan kinerja tenaga pendidikan agama Islam dilakukan lembaga-lembaga profesionalisme dan perguruan tinggi, guna untuk menciptakan hal tersebut, maka guru agama Islam memiliki keterampilan-keterampilan pembelajaran seperti keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan memberikan motivasi, keterampilan bertanya, keterampilan menerangkan, keterampilan mendayagunakan media pengajaran, keterampilan penjajakan, keterampilan memilih dan menggunakan metode 4 yang tepat, keterampilan menutup pelajaran, dan keterampilan menggunakan interaksi. Keterampilan menggunakan interaksi yang dimaksud adalah keterampilan untuk menggunakan interaksi edukatif dalam proses pengajaran. Jadi, seorang guru harus mampu memahami dasar-dasar interaksi edukatif sebagai berikut, tujuan (guna menjawab pertanyaan “untuk apa?”), bahan (“dengan materi yang mana?”), pelajar (“ditujukan pada siapa?”), guru (“diselenggarakan oleh siapa?”), metode (“bagaimana caranya?”), situasi (“dalam keadaan yang bagaimana?”), evaluasi (“bagaimana hasilnya?”) (Surakhmad, 1982:16). Pendidikan di samping merupakan kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena itu anak adalah amanat yang dipercayakan Allah SWT untuk dipelihara dan harus dipertanggungjawabkan (Al-Azar, 1989:126). Untuk itu, seorang pendidik dalam mengajar tidak boleh membeda-bedakan terhadap anak didiknya bahkan terhadap anak autis dan cacat sekalipun harus diperlakukan sama dengan anak normal. Dewasa ini pendidikan mengalami perkembangan pesat mulai pendidikan formal dan juga non formal. Pendidikan formal adalah salah satu sarana pengembangan, pengetahuan termasuk bagi mereka yang berkelainan sehingga ada suatu lembaga pendidikan khusus yang mengelola dan menangani anak-anak autis. Sebagai anak manusia mereka membutuhkan pendidikan, pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Mendidik anak autis tak 5 semudah mendidik anak-anak normal. Anak-anak autis mempunyai ciri-ciri yang khusus, maka dalam program pendidikannya tidak hanya diperlukan pelayanan secara khusus akan tetapi juga perlu alat-alat khusus, guru yang khusus bahkan kurikulum yang khusus pula. Metode pengajaran adalah salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan, bahkan menentukan berhasil dan tidaknya suatu proses belajar mengajar. Bila guru tidak mengerti masalah-masalah yang ada pada anak didiknya dalam proses belajar mengajar, maka seorang pengajar bisa berkonsultasi kepada psikiater, ahli kurikulum dan sebagainya yang dirasa mampu dalam bidangnya. Lembaga pendidikan TALENTA KIDS adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencerdaskan anak autis di Salatiga. Lembaga pendidikan TALENTA KIDS terletak di sebidang tanah yang tepatnya di Jln. Gondangsari No 2 Perum Griya Mustika Tegalrejo Salatiga. Lembaga pendidikan TALENTA KIDS memiliki sebuah metode pembelajaran yang khusus untuk anak autis. Hal ini mengugah peneliti dan tertarik untuk mengungkap lebih lanjut bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai sebuah pembelajaran yang bagus atau cocok untuk anak autis khususnya dalam pendidikan agama Islam. Dari uraian di atas, pengajaran terhadap anak autis merupakan kesulitan tersendiri, sehingga pemilihan problematika akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pendidikan itu tersendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi PROBLEMATIKA PENGAJARAN 6 AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS DI LEMBAGA PENDIDIKAN TALENTA KIDS SALATIGA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah di dalam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karateristik anak autis pada lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga? 3. Adakah faktor pendukung dan penghambat pembelajaran agama Islam di lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga? C. Tujuan Penelitian. Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik anak autis pada lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga. 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran PAI di lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga. 3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembelajaran agama Islam di lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 7 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan terutama dalam ilmu pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di jurusan tarbiyah STAIN Salatiga. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan Akademisi yang mengadakan penelitian berikutnya baik meneruskan maupun mengadakan riset baru. 2. Secara Praktis a) Penelitian ini dapat memberikan informasi baru tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis b) Guru dapat mengetahui metode yang tepat berdasarkan problematika pengajaran Pendidikan Agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga c) Masyarakat dapat mengetahui metode yang tepat khususnya pada anak autis untuk memudahkan pembelajaran pendidikan agama islam dalam kehidupan sehari-hari. E. Penegasan Istilah Sebelum diuraikan secara panjang lebar tentang penelitian ini terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam tulisan ini, dengan maksud agar nantinya tidak salah pengertian di kalangan pembaca dalam memahami skripsi ini. Adapun istilah istilah yang dimaksud adalah : 1. Problematika Pengajaran Agama Islam 8 Problematika berasal dari bahasa Inggris : problem. Dalam bahasa latin problema, dari Yunani : problema (Bagus, 1996:906). Pengajaran dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan cara (perbuatan, dan sebagainya) mengajar atau mengajarkan (Poerwadarminto, 1992:121). Pengajaran adalah kegiatan yang terarah dan sekaligus mempunyai berbagai segi bertujuan untuk mencapai proses belajar yang diinginkan (Al-Syaibany, 1978:553). Agama Islam adalah Wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada RosulNya utuk disampaikan segenap umat manusia, sepanjang masa dan seluruh persada.(Anshari, 1992:35). Jadi yang penulis maksudkan problematika pengajaran agama Islam adalah masalah-masalah yang dihadapi dalam proses belajar agama Islam. 2. Anak Autis Istilah autistic diambil dari bahasa Yunani autos yang artinya self. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri dengan dunianya sehingga kelihatannya tidak tertarik pada orang lain (Ginanjar, 2008:23). Autisme juga suatu keadaan di mana seseorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara berfikir maupun berperilaku (http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/model-pembelajaran-yangefektif-bagi-penderita-autisme.html). Pengertian istilah-istilah di atas selanjutnya dapat ditegaskan bahwa maksud dari penelitian ini adalah “Problematika Pengajaran Agama Islam bagi anak autis”. Penelitian ini merupakan studi yang berkenaan 9 dengan pendidikan islam, sehingga diharapkan anak autis menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berperilaku sesuai dengan ajaran Islam serta menjadikan agama islam sebagai pandangan hidup guna mancapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2002:3). Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah kepala yayasan, kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam di Lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga dengan berbagai latar belakangnya dalam memberikan pengajaran kepada anak didik khususnya anak-anak autis sehinga akan ditemukan masalah dalam pelaksanaan pengajaran agama Islam. 2. Subjek dan Informan 10 Subjek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh keterangan penelitian (Amirin, 1990:92) dan informan yaitu orang yang memberikan pesan atau memaparkan data. Informan penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Snowball Sampling sehingga memungkinkan untuk melibatkan pihak di luar lokasi penelitian yang dipandang mengerti dan memahami permasalahan yang terjadi pada pengajaran agama Islam di lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru pendidikan agama Islam dan yang menjadi informan penelitian adalah ketua yayasan, kepala sekolah serta dewan guru di lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga. 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Pengamatan Berperan Serta (Partisipan Observasi) Pengamatan berperan serta pada dasarnya adalah suatu penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan (Moleong, 2002:117). Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung keadaan atau kondisi sekolah, letak geografis, problemproblem belajar, sarana dan prasarana di TALENTA KIDS Salatiga. b. Metode Interview 11 Yaitu proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan dengan telinga sendiri suaranya (Hadi, 1995:192). Sedangkan menurut Kartini metode wawancara adalah suatu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartono, 1996:187). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdiri, struktur organisasi, sarana prasarana, keadaan siswa dan problem-problem yang dihadapi serta solusinya. Sedangkan yang menjadi informan adalah ketua yayasan, kepala sekolah dan guru. c. Metode Dokumentasi Suharsimi Arikunto menjelaskan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku dan sebagainya (Arikunto, 1998:236). Metode ini digunakan untuk mencari data tentang beberapa informasi sekolah yang meliputi; sejarah berdirinya TALENTA KIDS, struktur organisasi, kurikulum, guru, staf, siswa dan lain-lain. 4. Teknik Analisis Data Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut. 12 Karena sebagian data yang diperoleh itu merupakan data kualitatif maka penulis menggunakan teknik deskriptif analisis non statistikal. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung (http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif). G. Sistimatika Penulisan. Agar mudah dalam mengkaji isi skripsi ini, penulis menguraikan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Meliputi problematika pengajaran agama Islam, sekolah autis, dan pengajaran agama Islam di sekolah autis BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian Meliputi gambaran umum TALENTA KIDS Salatiga dan pendidikan agama Islam terhadap anak autis di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga BAB IV : Pembahasan 13 Meliputi karakteristik anak autis pada Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga, dan faktor pendukung dan penghambat pengajaran agama Islam di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga. BAB V : Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup. BAB II LANDASAN TEORI A. Problematika Pengajaran Agama Islam 1. Problematika Pembelajaran Secara istilah kata problematika berarti teka-teki, kesulitankesulitan, suasana bahaya, gangguan godaan, keterusikan (mengusik), dan rintangan (Webster,1994:200). Sedangkan, problematika menurut bahasa adalah rintangan yang harus dipecahkan seseorang, masyarakat, sistem, atau organisasi. (Webster,1994:200). Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa problematika pembelajaran adalah suatu rintangan yang harus dipecahkan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan (Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal I No. 20). Lembaga pendidikan adalah sebuah wadah yang digunakan untuk proses pembelajaran, adapun menurut Islam tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:99). Namun dalam menyukseskan tujuan pendidikan tersebut tidaklah mudah. Pasti ada kendala di dalamnya. 14 15 Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (1991:255), problematika atau kendala dalam proses pendidikan itu menyangkut 5 W dan 1 H, yaitu: a. Problematika Who ? Problematika Who (Siapa) yaitu menguraikan kendala dari pendidik dan anak didik sebagai subjek pendidikan. 1) Problem Pendidik Masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain: a) Problem kemampuan ekonomi b) Problem kemampuan pengetahuan dan pengalaman c) Problem kemampuan d) Problem kewibawaan e) Problem kepribadian f) Problem attitude (sikap) g) Problem sifat h) Problem kebijaksanaan i) Problem kerajinan j) Problem tanggung jawab k) Problem kesehatan dan sebagainya (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:255). Sementara itu menurut M. Shiddiq Al-Jawi, masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain rendahnya kualitas guru dan rendahnya kesejahteraan guru. Kedua masalah ini saling berkaitan. Kualitas guru yang rendah dipengaruhi oleh kesejahteraan guru 16 yang rendah, begitu juga sebaliknya. Rendahnya penghasilan yang diterima para guru memaksa mereka untuk mencari pekerjaan sampingan. Hal ini tentunya membuat kualitas para guru menurun karena perhatian mereka tidak hanya tertuju pada tugas mereka sebagai guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problem yang dialami oleh pendidik dapat muncul dari dalam dirinya sendiri ataupun dari luar dirinya seperti problem tentang kesejahteraan pendidik. Dari semua problem di atas diperlukan kesadaran dari setiap pihak antara lain dari pendidik itu sendiri, masyarakat, dan pemerintah agar proses pendidikan berlangsung dengan baik. 2) Problem Anak Didik Problem yang berkaitan dengan anak didik juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, dipikirkan dan dipecahkan, karena anak didik adalah pihak yang digarap untuk dijadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Adapun problem-problem yang ada pada anak didik antara lain: a) Problem kemampuan ekonomi keluarga b) Problem intelegensi c) Problem bakat dan minat d) Problem pertumbuhan dan perkembangan 17 e) Problem kepribadian f) Problem sikap g) Problem sifat h) Problem kerajinan dan ketekunan i) Problem pergaulan j) Problem kesehatan (Ahmadi, Uhbiyati, 1991: 256) Selain masalah di atas, ada lagi satu masalah yang sering di alami oleh para siswa yaitu rendahnya prestasi yang dimiliki oleh para siswa. Berdasarkan teori di atas, faktor penyebab masalah yang dihadapi oleh peserta didik dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, seperti faktor lingkungan dan faktor keluarga. b. Problematika Why ? Dalam proses pendidikan, tidak semua pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar, tetapi dijumpai rintangan-rintangan atau hambatan-hambatan. Kesulitan-kesulitan tersebut bisa terdapat pada semua faktor pendidikan yang menghambat jalannya proses pendidikan. Hambatan-hambatan yang dapat dijumpai dalam proses pendidikan antara lain: 1) Mengapa anak-anak sulit bekerja sama sesama mereka. 2) Mengapa masyarakat tidak menghargai jasa guru yang mendidik putra-putri mereka. 18 3) Mengapa masyarakat sulit dimintai sumbangan tenaga, pikiran dan dana dalam pembangunan prasarana, pendidikan untuk kepentingan anak-anak mereka 4) Mengapa orang tua anak-anak menghalangi kegiatan ekstra kurikuler putra-putranya. 5) Mengapa pejabat setempat mengizinkan mendirikan pabrik di sebelah sekolah yang mengganggu jalanya proses belajar mengajar. 6) Mengapa penyaluran buku-buku paket tidak sampai atau selalu terlambat datang di sekolah. 7) Mengapa kasus amoral terjadi di kalangan guru, murid, dan orang tua anak (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:258). Menurut M. Shiddiq Al-Jawi, salah satu hal yang sering menjadi hambatan dalam pendidikan adalah rendahnya kualitas sarana fisik. Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, pendidikan dipandang sebagai suatu pemborosan; pemborosan waktu, tenaga dan materi. Hal ini terlihat sangat jelas pada masyarakat pedesaan yang lebih suka anaknya 19 bekerja daripada bersekolah. Jadi, problematika why sangat berkaitan dengan masih kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi anak. c. Problematika Where ? Pada umumnya pendidikan itu biasanya dapat dilaksanakan pada yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:258). Sistem pendidikan pada masing-masing tempat tersebut tidak sama dan metodenya pun juga berbeda. Pendidikan di sekolahsekolah merupakan pendidikan formal yang diselenggarakan pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, antara lain meliputi; play group, Taman Pendidikan Al Quran yang banyak terdapat di setiap masjid, dan Sekolah Minggu yang terdapat di semua gereja. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Lokasi dan letak tempat pendidikan pun mempengaruhi bagi jalannya pendidikan, seperti di desa dengan di kota, di masyarakat religius dengan masyarakat heterogen pemeluk agamanya, serta tempat pendidikan yang berada pada masyarakat kumuh dengan tempat yang 20 bersih dan nyaman. Tetapi pada dasarnya, semua sekolah mempunyai aturan yang baku. Problem pendidikan keluarga sebagai tempat pendidikan anakanak antara lain adalah situasi keluarga itu sendiri dan letak keluarga yang berbeda di tengah-tengah lingkungan yang tidak menguntungkan. Demikian pula sekolah sebagai tempat pendidikan murid-murid, bila letak sekolah itu di tengah-tengah lingkungan yang tidak menguntungkan, juga akan menjadi problema (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:259). Apabila tempat pendidikan itu di masyarakat, yang menjadi problem tempat di masyarakat adalah jika kebudayaan dan peradaban masyarakat itu bertentangan dan norma-norma agama atau normanorma pancasila (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:259). Berdasarkan uraian di atas, setiap tempat pembelajaran memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap peserta didik dan ada pula yang memberikan pengaruh negatif pada anak didik. Oleh karena itu, para orang tua harus bisa mempertimbangkan lokasi mana yang sesuai dengan kondisi anak mereka. d. Problematika When ? Problema when (bilamana/kapan) banyak menyangkut tentang penyiapan sesuatu kepada anak didik, sehingga akan timbul beberapa pertanyaan yaitu: 21 1) Kapan sesuatu materi itu disampaikan 2) Kapan sesuatu hukuman itu dijatuhkan 3) Kapan sesuatu ganjaran itu diberikan 4) Kapan sesuatu kewajiban itu dibebankan 5) Kapan sesuatu perintah itu dilaksanakan (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:260). Masalah when (kapan) tidak hanya berkenaan dengan sesuatu yang diberikan, tetapi juga berkenaan usia anak, seperti: 1) Pada usia berapa anak mulai dididik 2) Pada usia berapa pendidikan berakhir (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:261). Anak dari segi pertumbuhan dan perkembangan mengalami perubahan dengan standar periodesasi usia, baik usia kronologis, psikologis, biologis, kejasmanian, dan pengalaman. Yang menjadi problem adalah berkenaan dengan anak penyandang cacat seperti halnya anak autis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran harus dilaksanakan secara bertahap mulai dari pendidikan untuk anak usia dini, pendidikan untuk anak sekolah dasar, dan pendidikan untuk anak sekolah menengah. Selain itu, diperlukan pendidikan khusus bagi anak –anak yang memiliki kebutuhan khusus yang mana semua aspek pembelajarannya harus dibedakan dengan anak-anak pada umumnya. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. 22 e. Problematika What ? Problem what (apa) menyangkut dasar, tujuan, bahan atau materi, sarana, prasarana, dan media. Masalah materi erat hubungannya dengan kurikulum, silabi dan SAP. Apakah kurikulum, silabi dan SAP sesuai dengan situasi saat itu dan kondisi anak. Masalah sarana adalah bila tidak lengkap sarana pendidikan hal ini akan mengganggu jalannya pendidikan, seperti kurangnya kursi, meja dan buku (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:263).. Perubahan sistem pendidikan secara otomatis juga mempengaruhi perubahan kurikulum, silabi, dan SAP. Apabila kurikulum selalu berubah maka pendidik dan anak didik di sekolah akan terombang-ambing. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. Berdasarkan urain tersebut, terlihat bahwa pemerintah belum begitu memperhtikan pendidikan secara kesuluruhan. Kurikulum yang selama ini dipakai mungkin tidak sesuai dengan semua kondisi siswa. Di saat siswa baru bisa beradaptasi dengan kurikulum yang lama, sudah muncul lagi kurikulum yang baru. Ini tentunya akan sangat mengganggu proses pembelajaran karena butuh waktu yang lama agar siswa mampu menyesuaikan dengan kurikulum yang baru. 23 f. Problematika How ? Masalah how (bagaimana) berkenaan dengan metode atau cara yang akan digunakan dalam proses pendidikan. Anak didik mempunyai sifat dan bakat yang berbeda-beda dan pendidik harus mengakui adanya perbedaan tersebut ( Ahmadi, Uhbiyati, 1991:265). Problematika how sangat berkaitan dengan problem pendidik. Di sinilah pendidik diuji kualitasnya dalam mengelola pembelajaran. Akan tetapi, banyak guru yang masih memiliki kualitas pengelolaan pembelajaran yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan pelatihanpelatihan yang berkenaan dengan peningkatan kualitas dan kompetensi pendidik agar kegiatan pembelajaran terlaksana dengan baik. Sedangkan M. Ngalim Purwanto (1994:77) menjabarkan beberapa kendala dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Keras Hati Keras hati adalah sifat anak-anak yang sering sangat menyulitkan para orang tua dan pendidik. Sifat keras hati dapat timbul karena: 1) Pembawaan anak; dapat terlihat dari sifatnya yang mudah marah, menunjukkan kemauan yang keras, dan segala yang dilarang selalu diacuhkan. 2) Keadaan badan yang terganggu; terlihat dari hasratnya untuk berbuat sesuatu yang lebih besar dibandingkan ketika kondisi badannya tidak terganggu. 24 3) Perkembangan rohani anak; terlihat saat masa krisis pertama dan masa remaja. Pada saat ini anak selalu menentang apapun yang tidak sesuai dengan keinginannya. 4) Kesalahan-kesalahan dalam pendidikan; kebiasaan memanjakan anak dan pendidikan yang setiap waktu berubah-ubah dapat menimbulkan sifat keras hati (Purwanto, 1994:78). Berdasarkan teori di atas, sifat keras hati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor bawaan dan faktor dari luar diri anak. Faktor dari luar harus sedini mungkin diatasi agar nantinya anak tidak semakin keras hati. Dalam proses pembelajaran, keras hati tentunya sangat mengganggu karena anak tidak akan mau menuruti apa yang diperintahkan padanya. b. Keras kepala Keras kepala adalah bantahan terhadap suruhan orang lain, tetapi dia tidak ada alasan lain yang bertujuan. Sifat keras kepala dapat timbul karena: 1) Terlalu dimanjakan 2) Iri hati terhadap adiknya yang baru lahir 3) Banyak dicela, ditertawakan, diejek, atupun dihina 4) Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh kasih sayang 5) Perasaan takut dan perasaan tidak percaya diri 6) Tidak dapat memecahkan soal yang sulit-sulit dalam pelajaran sekolah 25 7) Meniru perbuatan orang lain (Purwanto, 1994:81). Berdasarkan uraian di atas, sifat keras kepala mengganggu proses pembelajaran karena anak yang keras kepala akan selalu meminta pertolongan dalam mengerjakan tugas-tugas. Hal ini dapat membuat seorang anak menjadi pemalas dan tidak mandiri. c. Anak yang manja Memanjakan anak berarti mengabulkan segala keinginan anak, membiarkan dan membolehkan anak berbuat sekehendak hatinya. Halhal yang menyebabkan orang tua memanjakan anaknya antara lain: 1) Karena ketakutan yang berlebih-lebihan akan bahaya yang mungkin mengancam si anak. 2) Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan si anak. 3) Karena orang tua sendiri tidak mau susah. 4) Karena kebodohan orang tua (Purwanto, 1994:83). Berdasarkan penjelasan di atas, sifat manja dapat ditimbulkan oleh seorang pendidik kepada peserta didiknya. Ini terlihat ketika guru memberi perlakuan istimewa pada salah satu siswa. Oleh karena itu, seorang pendidik harus berlaku sama kepada semua anak didiknya. d. Perasaan takut pada anak Perasaan takut adalah sejenis naluri (insting). Perasaan takut pada anak kebanyakan disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Akan 26 tetapi ada hal-hal lain yang dapat menimbulkan perasaan takut pada anak seperti berikut ini: 1) Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekitarnya. 2) Kesukaran-kesukaran dalam kehidupan yang menghilangkan kepercayaan terhadap diri sendiri. 3) Berpisah dengan orang yang dicintai atau dikenal. 4) Pengaruh-pengaruh salah dari orang-orang lain yang dilakukan dengan sadar atau tidak sadar (Purwanto, 1994:87). Dari uraian tersebut, perasaan takut pada anak akan mengganggu pembelajaran anak itu sendiri. Hal ini dikarenakan dia tidak akan berani untuk mengekspresikan perasaannya ataupun untuk menanyakan suatu materi yang belum dimengerti. Sehingga anak tersebut dapat tertinggal dengan teman-temannya di segala bidang. e. Anak berdusta Dusta termasuk salah satu cacat atau kesalahan yang sering terdapat pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab anak-anak melakukan dusta antara lain: 1) Pengamatannya yang belum sempurna 2) Karena daya ingatan anak belum sempurna 3) Karena fantasinya yang sangat kuat (Purwanto, 1994:90). Dusta pada anak merupakan kesukaran yang paling rumit karena ini adalah penggabungan dari sifat-sifat sebelumnya. Ketika seorang anak memiliki salah satu sifat di atas, dia akan berdusta untuk 27 menutupi sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sifat dusta pada anak dalam pembelajaran dapat merugikan orang lain dan terutma dirinya sendiri. 2. Pengajaran Agama Islam a. Pengertian pengajaran Pengajaran adalah terjemahan dari instruction atau teaching (Rohani, 2004:67). Sedangkan menurut Al-Syaibani (1978:553), pengajaran adalah kegiatan yang terarah dan sekaligus mempunyai berbagai segi bertujuan untuk mencapai proses belajar yang diinginkan. Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu: aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran itu akan berjalan dengan baik (Rohani, 2004:2). Kegiatan pengajaran harus mempunyai tujuan, karena setiap kegiatan yang tidak punya tujuan akan berjalan meraba-raba, tak tentu arah tujuan. Tujuan yang jelas dan berguna akan membuat orang lebih giat, terarah dan sungguh-sungguh. Semua kegiatan harus berorientasi pada tujuannya. Segala daya dan upaya pengajaran harus dipusatkan pada pencapaian tujuan itu. Bahan pelajaran, metode dan teknik 28 pelaksanaan kegiatan pengajaran, sarana dan alat yang digunakan harus dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran dengan efektif dan efisien. Karena itu tujuan pengajaran harus berfungsi sebagai : 1) Titik pusat perhatian dan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pengajaran. 2) Penentu arah kegiatan pengajaran. 3) Titik pusat perhatian dan pedoman dalam menyusun rencana kegiatan pengajaran. 4) Bahan pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan memperluas ruang lingkup pengajaran. 5) Pedoman untuk mencegah atau menghindari penyimpangan kegiatan (Darajat, 2001:73). Jadi berdasarkan teori di atas, pengertian pengajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai proses belajar yang diinginkan melalui metode dan teknik yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tersebut. b. Agama Islam Agama Islam adalah Wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada RosulNya utuk disampaikan segenap umat manusia, sepanjang masa dan seluruh persada.(Anshari, 1992:35). Pengajaran agama Islam bertujuan untuk membentuk anak didik patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah 29 umum diberikan sesuai dengan jenjangnya. Materi pendidikan agama Islam pun disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain sejarah Islam, shalat, thaharah, puasa, hafalan surat-surat pendek dan doa sehari-hari, dan tajwid. Sedangkan materi yang diberikan kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus atau autis hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Antara lain, memberikan materi-materi yang berkaitan keseharian dibentuk suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti: doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyyah, pengenalan rukun Iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik. B. Sekolah Autis Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri. Sedangkan "Isme" yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autisme juga suatu keadaan di mana seseorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara berfikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun (Ginanjar, 2008:23). Anak autis sendiri memiliki 6 karakteristik gangguan sebagai berikut: 1. Komunikasi: a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. b. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna. 30 c. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. d. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain. e. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. f. Senang meniru atau membeo (echolalia). g. Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya. h. Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa. i. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu. 2. Interaksi sosial: a. Penyandang autistik lebih suka menyendiri. b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan. c. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman. d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh 3. Gangguan sensoris: a. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. b. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. c. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit 4. Pola bermain: a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. dan rasa takut. 31 b. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya. c. Tidak kreatif, tidak imajinatif. d. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar. e. Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda. f. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. 5. Perilaku: a. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif). b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang. c. Tidak suka pada perubahan. d. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong. 6. Emosi a. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan - temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya- kadang suka menyerang dan merusak. b. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri. 32 c. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain (http://talenta-salatiga.blogspot.com). Seperti anak pada umumnya, anak autis juga memerlukan pendidikan. Akan tetapi, pendidikan mereka berbeda dengan pendidikan umum. Mereka harus mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah yang diperuntukkan bagi anakanak berkebutuhan khusus seperti sekolah autis. Sekolah khusus ini ditujukan bagi anak-anak autis yang tidak mampu mengikuti kegiatan di sekolah reguler. Biasanya mereka tergolong non verbal, memiliki kemampuan kognitif yang terbatas, dan belum mampu mengontrol tingkah laku. Pendidikan yang diberikan difokuskan pada ketrampilan bina diri, pendidikan akademik dasar, serta pengembangan minat dan bakat (Ginanjar, 2008:103). Pengajaran bagi anak penyandang autis tidak sama dengan anak biasa. Kurikulum pendidikan yang disiapkan umumnya sangat individual. Kurikulum autis harus dibuat berbeda-beda untuk setiap individu. Mengingat setiap anak autis memiliki kebutuhan berbeda. Ini sesuai dengan sifat autis yang berspektrum. Misalnya ada anak yang butuh belajar komunikasi dengan intensif, ada yang perlu belajar bagaimana mengurus dirinya sendiri dan ada juga yang hanya perlu fokus pada masalah akademis. Penentuan kurikulum yang tepat bagi tiap-tiap anak bergantung dari assessment (penilaian) awal yang dilakukan tiap sekolah. Penilaian ini perlu dilakukan sebelum sekolah menerima anak autis baru. Biasanya, penilaian 33 melalui wawancara terhadap kedua orang tuanya. Wawancara ini untuk mengetahui latar belakang, hambatan, dan kondisi lingkungan sosial anak. Selain itu, penilaian awal ini juga melalui observasi langsung terhadap anak. Lamanya penilaian awal ini berbeda-beda. Hal ini diperlukan untuk menentukan jenis terapi dan juga kurikulum yang tepat buat sang anak. Biasanya, terapi ini akan digabungkan dengan bermain agar lebih menyenangkan bagi anak autis. Ada berbagai macam bentuk terapi bagi penyandang autis. Di antaranya, terapi terpadu, wicara, integritas, dan fisioterapi. Terapi yang diberikan tergantung dari kondisi anaknya. Perlakuan terhadap penyandang autis di atas umur lima tahun berbeda dengan penyandang autis di bawah umur lima tahun. Terapi penyandang autis di atas umur lima tahun lebih kepada pengembangan bina diri agar bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Jika penyandang autis yang berumur di atas lima tahun belum bisa bersosialisasi sama sekali, maka akan diberikan pelatihan tambahan yang mengarah kepada peningkatan syaraf motorik kasar dan halus. Bagi penyandang yang sudah bisa bersosialisasi, maka akan langsung ditempatkan di sekolah reguler, dengan catatan mereka harus tetap mengikuti pelajaran tambahan di sekolah khusus penyandang autis. Penyandang autis di bawah lima tahun diberikan terapi terpadu seperti terapi perilaku dan wicara. Terapi perilaku bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan, meniru, dan okupasi. Terapi wicara dimulai dengan melakukan hal-hal yang sederhana, seperti meniup lilin, tisu, melafalkan huruf A,dan melafalkan konsonan. 34 Hal lain yang patut dicermati adalah konsistensi antara apa yang dilakukan di sekolah dengan di rumah. Jika terdapat perbedaan yang mencolok, kemajuan anak autis akan sulit dicapai. Anak mengalami kebingungan atas apa yang ada pada lingkungannya. Untuk itu, diperlukan komunikasi intensif antara sekolah dan orang tua. Sekolah autis masuk ke dalam satuan pendidikan luar biasa. Oleh karena itu, semua hal yang terkait dengan pembelajaran untuk anak-anak autis berpedoman kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Akan tetapi, masing-masing sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan kurikulum bagi penyandang autis. Alasannya, karena setiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda dalam mendidik penyandang autis. Selain itu, materi yang diajarkan di sekolah autis juga ditentukan sendiri oleh sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah dibuat. Materinya antara lain adalah ketrampilan bina diri, pendidikan akademik dasar, serta pengembangan minat dan bakat. Pendidikan akademik dasar materinya hampir sama dengan materi sekolah-sekolah umum, hanya dibatasi jumlah materinya. Termasuk di dalamnya adalah pendidikan agama Islam. Materi agama Islam yang diberikan kepada anak-anak autis hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Antara lain, doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyyah, pengenalan rukun Iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik. Ini diberikan sesuai dengan pembiasaan kesehariaan di rumah maupun sekolah. 35 Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak autis juga memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak pada umumnya dimana kurikulum dan materinya disesuaikan dengan kondisi mereka dan yang berupa materi-materi sederhana. Sedangkan penyampain materinya menggunakan metode-metode khusus sesuai dengan gangguan yang dialami siswa C. Pengajaran Agama Islam di sekolah Autis 1. Metode Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Sementara itu, metode khusus pendidikan agama Islam bagi anak autis adalah metode ABA (Applied Behavior Analysis). Terapi perilaku dengan Applied Behavior Analysis, mendasarkan proses pengajaran pada pemberian stimulus (instruksi), respon individu (perilaku) dan konsekuensi (akibat perilaku) yang menjadi sasaran pengajaran. Terapi ini untuk mengurangi perilaku yang berlebih/tidak wajar dan mengajarkan perilaku yang lebih bisa diterima lingkungan. Dalam metode ini, pembiasaan sangat diperlukan agar siswa memahami materi yang disampaikan (http://talenta-salatiga.blogspot.com). Berdasarkan teori di atas, pengajaran agama Islam di sekolah autis dapat menggabungkan metode pendidikan dalam Al Qur’an dan metode yang dipakai di sekolah autis. Dalam metode ABA, proses pengajarannya hampir sama dengan metode yang ada dalam Al Qur’an. Jadi, kedua metode ini dapat saling melengkapi dalam proses pembelajaran. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga 1. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga TALENTA KIDS Salatiga adalah sebuah sekolah swasta yang bernaung di bawah Yayasan Kanz Kids Family yang beralamatkan di Perum Griya Mustika No. 2 RT 07 RW 04 Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. a. Sejarah Berdirinya Sekolah Lembaga pendidikan TALENTA KIDS berdiri pada tanggal 1 Mei 2008 yang pada saat itu belum memiliki yayasan dan belum memiliki nama. Pada akhir tahun 2008 baru memiliki nama yang sampai saat ini masih terpakai yaitu TALENTA KIDS. Pada tahun 2009 baru memiliki yayasan yang bernama Kanz Kids Family. Satu bulan setelah berdiri, hanya mempunyai satu orang murid. Pada tahun 2009 memiliki enam orang murid. Tenaga pendidik yang dimiliki pada saat itu ada dua orang guru dan satu babysitter. b. Perkembangan yayasan 1) Gedung sekolah Pada awal berdirinya, TALENTA KIDS belum memiliki gedung sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar masih 36 37 dilaksanakan di rumah Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si yaitu di Perum Griya Mustika No. 2 RT 07 RW 04 Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. Sampai sekarang TALENTA KIDS masih belum mempunyai gedung sekolah sendiri. Pada tanggal 15 Maret 2010 mengajukan proposal pembangunan gedung sekolah ke gubernur Jawa Tengah. 2) Kantor yayasan Letak lembaga pendidikan TALENTA KIDS berada di Perum Griya Mustika No. 2 RT 07 RW 04 Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. 3) Organisasi Adapun struktur organisasi Yayasan Kanz Kids Family Salatiga adalah sebagai berikut: Pendiri : Drs. H. Alfred L., M.Si Agus Susilo, S.Fil Pembina : Drs. H. Alfred L., M.Si Ketua :Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si Sekretaris : Rosana Bendahara : Alfisyah Liasari Pengawas : Prof. Dr. Mansur, MA Bidang Pengembangan SDM : Zulfa Machasin, M.Ag Bidang Konsultasi Psikologi :Safitri Dewi,S.Psi, Psi.MCH Bidang Pendidikan dan Pengajaran : Drs. Sumarno, M.Pd 38 Bidang Medis dan Terapi : dr. Nanang Wibowo 4) Wewenang Kepala sekolah Kepala sekolah TALENTA KIDS Salatiga bernama Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si dengan pendidikan akhir S2 Psikologi. Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawabnya adalah sebagai educator, manager, administrator, dan supervisor dengan rincian sebagai berikut: 1) Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan pendidikan sekolah, termasuk di dalamnya adalah penanggung jawab pelaksanaan administrasi sekolah. 2) Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh proses pendidikan di sekolah yang meliputi aspek edukatif dan administratif. Aspek edukatif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sedangkan aspek administratif meliputi pengaturan: a) Administrasi belajar mengajar b) Administrasi siswa c) Administrasi kepegawaian d) Administrasi perlengkapan e) Administrasi keuangan f) Administrasi perpustakaan 39 g) Administrasi hubungan dengan masyarakat (Wawancara dengan Kepala Sekolah TALENTA KIDS Salatiga, Jumat, 6 Agustus 2010). 2. Visi, Misi Dan Tujuan Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga TALENTA KIDS merupakan sekolah autis satu-satunya di Salatiga yang khusus menangani anak-anak penderita autis. Materi yang diajarkan pada lembaga ini mengacu pada kurikulum anak berkebutuhan khusus yang diterbitkan Diknas disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak autis. Materi yang diajarkan antara lain ketrampilan bantu diri, kemampuan akademik, ketrampilan motorik, serta kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi. Dengan pengembangan tersebut diharapkan sekolah dapat membekali peserta didik berupa pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kondisi daerah setempat. Adapun visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga adalah sebagai berikut: a. Visi Menyelenggarakan pendidikan untuk anak kebutuhan khusus menuju kemandirian. b. Misi 1) Memberikan layanan pendidikan yang sesuai untuk anak berkebutuhan khusus. 40 2) Melakukan terapi perilaku dan melatih kemampuan bantu diri bagi anak kebutuhan khusus supaya mereka mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat sekitar. c. Tujuan Menampung dan menyiapkan lembaga pendidikan di Salatiga dan sekitarnya (Dokumentasi lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga). 3. Keadaan Guru, Pengurus Sekolah dan Siswa TALENTA KIDS a. Keadaan Guru di Sekolah TALENTA KIDS SALATIGA Syarat-syarat menjadi guru TALENTA KIDS yaitu berpendidikan psikologi, lulusan okupasi terapi, kreatif, simpel, dan sabar. Guru di TALENTA KIDS statusnya tidak tetap. Guru yang ada di TALENTA KIDS sebagian berijazah S1 dan ada yang masih kuliah di STAIN Salatiga. Di TALENTA KIDS sebenarnya tidak ada guru yang khusus mengajar pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, setiap guru diharuskan menguasai setiap mata pelajaran yang diajarkan. Hal ini dikarenakan kondisi siswa dan model pembelajaran yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab guru yaitu melaksanakan tugas keprofesionalan tugas guru antara lain: 1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 41 2) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 3) Menjujung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika. 4) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Adapun nama para guru di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga sebagai berikut: No Nama Pendidikan 1 Dra. Lilik Sriyanti, S2 Psikologi UGM M.Si 2 Nurlaila Hanifah DII PGMI STAIN 3 4 5 6 7 8 9 10 Status Kepala Sekolah Guru Yayasan Wiras Murwandari S1 Manajemen Guru Honor Informatika Udinus S. Pujiastuti. C S1 Ekonomi Guru Manajemen Undip Yayasan Ninda Elisabet Psikologi UKSW Guru Honor Latief Sofia Dwi DIII Okupasi terapi Guru Honor Hernawati Politekkes Surakarta Annisa Nurul Aini Kuliah STAIN Guru Yayasan Drs. H. Alfred L S1 Bimbingan Terapis Konseling UKSW Massage Devina Ratnasari K S1 Bahasa Inggris Guru Honor Alfisyah Liasari Kuliah TI UKSW Tata Usaha b. Pengurus Sekolah Seperti sekolah-sekolah pada umumnya mempunyai struktur organisasi demi terlaksana program kegiatan belajar mengajar, sama 42 halnya dengan lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga yang mempunyai susunan pengurus sebagai berikut: Pembina : Drs. H. Alfred L., MSI Konsultan Pendidikan : Prof. Dr. Mansur, MA Savitri Dewi P.Si. MCH. Kepala Sekolah : Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si Tata Usaha : Alfisyah Liasari Bendahara : S. Pujiastuti C. Tenaga Pengajar : 1. Nurlaila Hanifah 2. Wiras Murwandari 3. S. Pujiastuti C. 4. Ninda Elisabet Latief 5. Sofia Dewi Herrnawati 6. Anisa Nurul Aini 7. Devina Ratnasari K. (Dokumentasi lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga). c. Siswa Jumlah siswa-siswi TALENTA KIDS Salatiga ada 10 anak dimana semuanya dikategorikan sebagai anak autis. Kebanyakan mereka berasal dari sekitar Kota Salatiga. 43 Data Siswa TALENTA KIDS Salatiga Tahun 2010 No Nama Tempat Tanggal Lahir Nama Orang Tua 1 M. Kamil Aqshal Jakarta, 29 Juli 2002 Sumarno 2 Iqbal Angga Kusuma Semarang, 22 Desember 2001 Giyono Rafli Rozaq Maulana Salatiga, 13 Desember 2001 Mulyadi 4 Allegra Malmstino Vainardi Salatiga, 22 Desember 2006 Ardi Hartoko 5 Yohanes Raka Yunandika Salatiga, 20 Juni 1999 Y. Eri Hermianto 6 Danovan Reza Lazuardi Salatiga, 28 Februari 1998 Wahidi 7 Muhamad Bayu Aji Semarang, Januari 2001 Randy Irawan Kevin Yudha Widyatmoko Sefanya Agustina Jakarta, 12 Maret 2003 Salatiga, 22 Agustus 2004 Wredo Widyatmoko Muhamad Nur Arifin Bama Ajie Salatiga, 20 Agustus 2003 Wahyuddin 3 8 9 10 Riszky 2 Alamat Gejayan, Ngempon, Ampel RT 09 RW 06 Ngawen Salatiga Jln. Kumpulrejo RT 01 RW 04 Gendongan Salatiga Jln. Hasanudin 5B Salatiga Jln. Purbaya I/15 Karangalit Salatiga Jln. Purbaya Raya No. 46 Salatiga Perum Argomulyo Blok C 25/26 Lopait Tuntang Gunung Sari Sidorejo Kidul Nglarangan Mancar Susukan RT 02 Sumber : Data Siswa TALENTA KIDS Salatiga Siswa TALENTA KIDS Salatiga belum pernah mengikuti kejuaraan. Akan tetapi, para siswa sudah pernah menjadi partisipan di seminar sertifikasi guru tahun 2009 dan workshop penanganan autis tahun 2010 di STAIN Salatiga (Wawancara dengan Kepala Sekolah TALENTA KIDS Salatiga, Jumat, 6 Agustus 2010). 44 B. Hasil Penelitian 1. Karateristik Anak Autis di TALENTA KIDS Salatiga Karateristik anak autis di TALENTA KIDS Salatiga adalah sebagai berikut: a. Komunikasi: 1) Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. 2) Mereka cenderung menyakiti dirinya sendiri untuk memanggil orang lain. 3) Mengoceh tanpa arti berulang-ulang. 4) Senang meniru perkataan orang lain. 5) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk meminta sesuatu. b. Interaksi sosial: 1) Suka menyendiri. 2) Menghindari kontak mata ketika diajak berbicara. c. Gangguan sensoris: Tidak memiliki rasa takut akan bahaya. d. Pola bermain: 1) Lebih suka bermain sendiri. 2) Benda yang disukai dibawa kemana-mana. e. Perilaku: 1) Sebagian berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau sebaliknya berperilaku kekurangan (hipoaktif). 2) Sering melamun baik di kelas maupun di luar kelas. 45 f. Emosi Sering marah-marah jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya. (Wawancara dengan Kepala Sekolah TALENTA KIDS Salatiga, Jumat, 6 Agustus 2010). Berdasarkan hasil di atas, karakteristik anak autis dari segi komunikasi belum dapat berkomunikasi secara lancar dan baik seperti anak-anak normal. Dari segi interaksi sosial mereka cenderung bersifat tertutup terhadap orang lain. Dari segi gangguan sensoris mereka suka dengan hal-hal yang berbahaya dan menantang. Dari segi pola bermain mereka cenderung bersifat individualis. Dari segi perilaku mereka cenderung hiperaktif dan pendiam. Sedangkan dari segi emosi mereka sangat temperamental dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari program pengajaran suatu lembaga pendidikan dan merupakan usaha pembinaan peserta didik dalam memahami, menghayati, menjadi manusia yang bertaqwa dan menjadi warga Negara yang baik. Untuk melaksanakan tujuan di atas dalam pelaksanaannya, Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di TALENTA KIDS Salatiga, tentu harus mempertimbangkan keadaan peserta didik. Oleh karena itu, penyampaian materi dan penggunaan metode harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. 46 Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain : a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. b. Hubungan manusia dengan sesama manusia. c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri. d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya (Dokumentasi lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga). Dalam pelaksanaan program PAI pada siswa autis kurikulum yang dipakai di TALENTA KIDS menggunakan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus yang diterbitkan DIKNAS disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak autis. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran atau materi PAI yaitu belajar doa sehari-hari (Dokumentasi lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga). Lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga merupakan sekolah swasta namun sistem pendidikan yang ada di dalamnya menganut kurikulum pemerintah. Namun, kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam hanya diberikan sesuai dengan kondisi siswa (Wawancara dengan Guru TALENTA KIDS Salatiga, Senin, 2 Agustus 2010). 2. Metode PAI Yang Digunakan di TALENTA KIDS Salatiga Belum adanya metode pengajaran agama Islam yang tepat untuk diterapkan kepada anak autis yang sudah disepakati oleh para ahli, sehingga guru menerapkan metode dengan mencoba-coba dan mencari- 47 cari metode yang tepat dengan pengalaman sendiri dan memperhatikan keadaan peserta didik yang tidak sama. Hal inilah yang juga menghambat dalam proses belajar mengajar. Adapun metode yang diterapkan guru dalam mengajar PAI di TALENTA KIDS adalah sebagai berikut: (a) Lovas Terapi perilaku dengan Applied Behavior Analysis, mendasarkan proses pengajaran pada pemberian stimulus (instruksi), respon individu (perilaku) dan konsekuensi (akibat perilaku) yang menjadi sasaran pengajaran. Terapi ini untuk mengurangi perilaku yang berlebih atau tidak wajar dan mengajarkan perilaku yang lebih bisa diterima lingkungan. (b) TerapiVisual Mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar. (c) Terapi Musik Terapi musik dapat membantu anak untuk lebih mandiri, dan memperbaiki kemampuan sensorik serta sosialisasi anak autis. (d) Terapi Bermain Terapi sambil bermain dapat meningkatkan kemampuan motorik dan sensorik anak (Dokumentasi lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga). 48 3. Masalah Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran PAI Terhadap Anak Autis di TALENTA KIDS Salatiga Problematika pembelajaran PAI terhadap anak autis di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga sangat beragam, karena problem itu tidak hanya muncul dari peserta didik saja melainkan guru agama Islam itu sendiri juga menghadapi problem. Dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang problem yang muncul dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga. a. Problematika tentang Guru PAI Ada beberapa problem yang dihadapi oleh guru PAI dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga antara lain sebagai berikut: (a) Hambatan lain yang dirasa dalam belajar mengajar Pendidikan Agama Islam adalah belum adanya buku pegangan khusus untuk mengajarkan PAI di TALENTA KIDS Salatiga. (b) Kurangnya sarana untuk pendidikan agama Islam yang memadai, baik berupa buku, tidak ada laboratorium untuk agama, gambargambar. Dalam mengajarkan materi PAI masih menggunakan media / alat bantu mengajar yang sederhana (hanya menggunakan papan tulis). (c) Kurikulum yang digunakan dalam mengajarkan PAI untuk anakanak TALENTA KIDS Salatiga sudah ada tetapi dalam 49 pelaksanaannya masih sulit karena guru Agama Islam harus menyesuaikan dengan kondisi peserta didik. (d) Tenaga pengajar pendidikan agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga bukan tenaga pengajar guru pendidikan khusus sekolah luar biasa. (e) Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga masih belum berjalan secara efektif karena kurangnya jam belajar agama Islam di sekolah (Wawancara dengan Guru TALENTA KIDS Salatiga, Senin, 2 Agustus 2010). b. Problematika tentang Peserta Didik Ada beberapa problem yang dihadapi oleh peserta didik dalam melakukan proses belajar tentang Pendidikan Agama Islam. Problematika tersebut antara lain: (a) Ketika guru Agama Islam memberikan penjelasan tentang materi yang baru saja dijelaskan siswa sangat sulit memahami dan mengingat materi tersebut. (b) Siswa sulit untuk mematuhi perintah dari guru (c) Siswa belum bisa baca tulis (Wawancara dengan Guru TALENTA KIDS Salatiga, Senin, 2 Agustus 2010). 4. Usaha Yang Ditempuh Oleh Guru Dalam Mengatasi Problematika PAI Terhadap Anak Autis di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga a. Cara Mengatasi Problematika Tentang Guru PAI 50 1) Hambatan yang dirasa dalam proses belajar mengajar PAI di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga adalah tidak adanya buku pegangan khusus untuk mengajarkan PAI bagi anakanak autis. Untuk mengatasi problem tersebut, maka guru agama menyesuaikan meteri dengan kemampuan anak. 2) Media atau alat bantu pengajaran sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dalam hal ini di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga untuk mengajarkan mata pelajaran Agama Islam, guru Agama Islam biasanya hanya menggunakan alat bantu mainan sebagai media pengajaran, dikarenakan masih sulitnya para siswa TALENTA KIDS Salatiga untuk menerima materi pelajaran jika tidak diulang-ulang. Oleh karena itu cara yang paling efektif adalah dengan bermain, maka siswa akan lebih mudah untuk menghafal materi pelajaran. Jika guru hanya memberikan materi saja tanpa alat bantu atau permainan, siswa belum bisa menerima materi pelajaran tersebut. Misalnya saja untuk media / alat bantu berupa gambar untuk mendemonstrasikan tentang tata cara wudlu atau sholat, peserta didik masih sulit menafsirkan makna yang ada di dalam gambar tersebut sebelum diterangkan atau apabila mereka mempelajari sendiri. Oleh karena itu guru Agama Islam memilih cara yang paling efektif yaitu dengan melakukan praktek secara langsung. 51 3) Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk anak-anak TALENTA KIDS Salatiga sudah ada tetapi pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam mengatasi problematika tersebut guru Agama Islam memberikan materi pelajaran yang sederhana kepada siswa tidak disesuaikan dengan kurikulum yang ada agar mereka bisa menerima materi pelajaran yang diterangkan. Hal ini merupakan kendala dari Guru PAI, karena antara kurikulum PAI di TALENTA KIDS Salatiga dengan tujuan yang hendak dicapai dari kurikulum tersebut belum bisa direalisasikan dengan baik melihat kondisi dari peserta didik. 4) Guru pendidikan agama Islam di TALENTA KIDS bukan guru dari Pendidikan Khusus dikarenakan tidak adanya lembaga pendidikan yang membuka fakultas pendidikan agama Islam yang khusus untuk pendidikan luar biasa. Tetapi guru pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan pengajaran sudah cukup bisa melakukan pembelajaran pada anak autis. 5) Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TALENTA KIDS belum berjalan secara efektif karena waktu pembelajaran disesuaikan dengan siswa. Hal ini merupakan salah satu problem yang dihadapi oleh Guru Agama Islam karena untuk mata pelajaran Agama Islam di TALENTA KIDS. Ini merupakan kendala yang dihadapi oleh guru Agama Islam. Oleh karena itu guru PAI harus bisa mengatur jadwal untuk materi pelajaran apa 52 yang akan diajarkan terlebih dahulu atau materi apa saja yang harus diajarkan dalam satu semester tersebut, supaya bisa efektif. Keterbatasan waktu pelajaran membuat guru kurang dapat mengembangkan pengajaran PAI (Wawancara dengan Guru TALENTA KIDS Salatiga, Senin, 2 Agustus 2010). b. Cara Mengatasi Problematika Pada Siswa 1) Sulitnya siswa dalam memahami materi pelajaran, dikarenakan kondisi psikologis mereka. Oleh karena itu, guru harus memberikan penjelasan kepada muridnya secara pelan dan jelas, supaya siswa bisa menangkap penjelasan dari guru. Selain itu guru agama akan membantu mereka dengan mengulang-ulang pelajaran berkali-kali agar siswa bisa memahaminya. 2) Keberhasilan sebuah pengajaran tidak selamanya terletak pada pendidik saja namun banyak faktor yang mendukung. Di antaranya adalah siswa-siswi itu sendiri, dimana anak autis ini lebih senang dengan dunianya sendiri sehingga diperlukan kejelian dan kesabaran maksimal oleh seorang pendidik dalam mengajar. Guru piket dapat mengontrol dan guru pengajar lebih sering dalam pendekatan terhadap siswa (Wawancara dengan Guru TALENTA KIDS Salatiga, Senin, 2 Agustus 2010). 53 c. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengajaran Agama Islam pada Anak Autis 1) Faktor Pendukung Pengajaran Agama Islam di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga (a) Kesadaran para orang tua yang selalu memantau perkembangan anak-anaknya. (b) Sikap sabar guru dalam menyampaikan materi pelajaran. (c) Permainan-permainan yang kreatif sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. (d) Materi pelajaran yang diberikan diselaraskan dengan metode terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak. (e) Materi yang diberikan hanya materi-materi sederhana seperti doa sehari-hari sehingga siswa tidak terlalu kesulitan menerima pelajaran. (f) Perhatian guru yang lebih fokus terhadap perkembangan anak karena satu orang siswa memiliki satu orang guru. 2) Faktor Penghambat Pengajaran Agama Islam di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga (a) Belum tersedianya gedung sekolah. (b) Masih kurangnya tenaga pengajar. (c) Kurangnya alat peraga untuk kegiatan pembelajaran. (d) Strategi atau metode pengajaran yang masih belum cocok. 54 (e) Penyampaian materi pembelajaran yang kurang maksimal karena tergantung pada kondisi siswa. (f) Siswa sulit untuk memahami dan merespon perintah dari guru. (g) Siswa belum dapat membaca dan menulis. BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Anak Autis pada Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga Karateristik anak autis di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi Meskipun masalah komunikasi tidak hanya dialami oleh anak yang menderita autis tetapi di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga, ternyata para siswa autis memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik anak autis pada umumnya di bidang komunikasi. Hal ini terlihat dari perkembangan bahasa mereka yang lambat, tidak dapat memanggil orang lain kecuali menyakiti diri mereka terlebih dahulu, dan suka menarik tangan orang lain untuk meminta sesuatu. 2. Interaksi sosial Interaksi sosial siswa autis di TALENTA KIDS Salatiga juga memilliki kesamaan dengan ciri-ciri interaksi sosial anak autis pada umumnya yaitu suka menyendiri dan menghindari kontak mata ketika diajak berbicara. 3. Gangguan sensoris Siswa di TALENTA KIDS Salatiga memiliki karakteristik yang tidak takut terhadap bahaya entah saat bermain maupun ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. 55 56 4. Pola bermain Pola bermain siswa TALENTA KIDS Salatiga tidak jauh berbeda dengan anak-anak autis pada umumnya yaitu suka membawa benda-benda yang disukai kemana-mana. Mereka merasa lebih asyik bermain dengan benda kesukaannya daripada bermain dengan teman-teman yang lain. 5. Perilaku Perilaku yang ditunjukkan oleh siswa TALENTA KIDS Salatiga juga sama dengan anak-anak autis pada umumnya yaitu hiperaktif atau hipoktif. Yang paling sering terjadi adalah siswa sering melamun ketik di dalam kelas maupun di laur kelas. 6. Emosi Karakteristik anak autis yang mudah terlihat adalah emosi mereka. Mereka sering marah-marah dan menyakiti dirinya sendiri ketika dilarang atau keinginannya tidak dikabulkan. Hal ini juga terlihat pada siswa TALENTA KIDS Salatiga. Mereka sering marah-marah apabila tidak diberikan keinginannya dan apabila dilarang untuk melakukan sesuatu. B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga 1. Jam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar 57 yang memuaskan seperti: tenaga, pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain yang relevan dengan kegiatan belajar. Dalam pengajaran PAI di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga hanya disesuaikan dengan kondisi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus bisa memanfaatkan waktu, memilih materi pelajaran apa yang akan disampaikan terlebih dahulu, sehingga dalam satu semester dapat menyelesaikan dan mengajarkan materi PAI sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Selain itu guru harus menjalin kerjasama dengan orang tua murid, agar bisa memperhatikan pelajaran atau pelaksanaan ibadah keagamaan di rumah, karena guru hanya bisa memberikan Pendidikan Agama di sekolah, selebihnya untuk pelaksanaan ibadah di rumah orang tua murid yang bisa memantau. Kegiatan ekstra kurikuler yang diadakan oleh Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga juga sangat membantu untuk menambah pengetahuan peserta didik terhadap Pendidikan Agama Islam. 2. Buku Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga Buku pegangan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar, karena hal ini akan memudahkan guru dalam mengajar. Dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga guru memberikan materi pelajaran yang disesuaikan dengan tingkat intelegensi peserta didik supaya mereka mudah 58 memahami materi pelajaran. Buku pegangan yang dipakai di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga tidak bisa disamakan dengan anakanak normal seusia mereka. Anak autis di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga mendapatkan materi PAI dengan mengacu pada buku pegangan SD, SMP, MTs dan kurikulum anak berkebutuhan khusus yang diterbitkan Diknas disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak autis. Adapun materi yang disampaikan adalah materi yang sederhana, untuk memudahkan siswa Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga dalam menerima materi pelajaran PAI. Pada dasarnya buku pegangan sangat penting untuk membantu guru dalam menerangkan materi PAI terhadap anak autis. Upaya yang dilakukan oleh guru sudah benar dengan mengambil buku pegangan dari SD, SMP, MTs. Penggunaan buku pegangan ini, sebaiknya memperhatikan kemampuan peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Materi PAI yang diajarkan di SD, SMP, MTs diharapkan mampu dipahami oleh anakanak di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga, karena materi pelajarannya belum terlalu sulit, tetapi apabila peserta didik masih kesulitan, hendaknya diambilkan buku pegangan lain yang materinya masih mudah menurut ukuran mereka. 59 3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan TALENTA KIDS Salatiga Kurikulum adalah sebuah perencanaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Setiap rencana tidak semuanya dapat direalisasikan dalam bentuk kegiatan nyata. Keberadaan kurikulum dapat memberikan dampak positif terhadap keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Pendapat Zakiah Darajat memberikan interprestasi lebih dalam tentang kurikulum sebagai berikut: “Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu” (Daradjat, 1992:122). Di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga tahun pelajaran 2010/2011 menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencakup: bidang Al-Qur’an dan hadits, Aqidah Ahlak, Fiqh, Tarikh dan Hadlarah. Namun pokok bahasan-bahasan tersebut perlu ditinjau kembali mengingat peserta didik yang dihadapi bukanlah anak yang normal melainkan anak yang memiliki kebutuhan khusus atau yang biasa disebut dengan autis. Dengan demikian materi PAI harus disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak autis, maka kurikulum PAI untuk TALENTA KIDS Salatiga perlu ditinjau kembali tentang isi atau materi pelajaran agama. Ada beberapa pokok bahasan yang kurang sesuai bagi TALENTA KIDS Salatiga karena terlalu tinggi menurut ukuran mereka yang memiliki 60 kemampuan yang sangat terbatas dalam menangkap materi pelajaran yang diajarkan. Guru di TALENTA KIDS Salatiga dalam mengajarkan PAI tidak harus selalu menyesuaikan dengan kurikulum yang sudah ada, maka sebagai guru harus mempertimbangkan untuk mengajarkan materi PAI sesuai dengan kondisi dan kemampuan peserta didik. Dalam hal ini guru bisa tetap mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang sudah ada, tetapi diambilkan isi atau materi yang mudah menurut kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, hal ini perlu menjadi perhatian bagi instansi yang berwenang untuk mengadakan revisi terhadap kurikulum PAI di TALENTA KIDS di masa yang akan datang. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengajaran Agama Islam di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga Dalam suatu proses pembelajaran pasti ada hal yang dapat mendukung proses pembelajaran tersebut maupun hal yang menghambat proses pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, proses pembelajaran agama Islam di TALENTA KIDS Salatiga juga menghadapi beberapa hambatan dan tentunya ada hal-hal yang mendukung proses pembelajaran agama Islam. Adapun faktor pendukung dan penghambat pengajaran agama Islam di lembaga pendidikan TALENTA KIDS Salatiga adalah sebagai berikut: 61 1. Faktor Pendukung Pengajaran Agama Islam di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga a) Kesadaran para orang tua yang selalu memantau perkembangan anakanaknya. b) Sikap sabar guru dalam menyampaikan materi pelajaran. c) Permainan-permainan yang kreatif sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. d) Materi pelajaran yang diberikan diselaraskan dengan metode terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak. e) Materi yang diberikan hanya materi-materi sederhana seperti doa sehari-hari sehingga siswa tidak terlalu kesulitan menerima pelajaran. f) Perhatian guru yang lebih fokus terhadap perkembangan anak karena satu orang siswa memiliki satu orang guru. 2. Faktor Penghambat Pengajaran Agama Islam di Lembaga Pendidikan Anak Autis TALENTA KIDS Salatiga a) Belum tersedianya gedung sekolah. b) Masih kurangnya tenaga pengajar. c) Kurangnya alat peraga untuk kegiatan pembelajaran. d) Strategi atau metode pengajaran yang masih belum cocok. e) Penyampaian materi pembelajaran yang kurang maksimal karena tergantung pada kondisi siswa. f) Siswa sulit untuk memahami dan merespon perintah dari guru. g) Siswa belum dapat membaca dan menulis. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian tentang problema pengajaran agama Islam bagi anak autis di lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga dapat ditarik kesimpulan: 1. Karakteristik anak autis pada lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga masih kesulitan untuk memahami dan merespon apa yang diperintahkan oleh guru. Konsentrasi mereka terhadap materi pelajaran sangat kurang karena mereka lebih suka dengan dunia mereka sendiri. Hal ini membuat guru harus mengulang-ulang materi pelajaran terus-menerus. Mereka sulit menjawab pertanyaan dari pengajar dan sedikit berbicara, malu, menyendiri, sulit dalam bersosialisasi dan sulit mengendalikan emosi. 2. Pelaksanaan pembelajaran PAI di TALENTA KIDS Salatiga berjalan dengan baik walaupun masih banyak problem seperti, belum adanya buku pegangan khusus untuk mengajarkan PAI, kurangnya sarana untuk PAI, dan waktu penyampaian materi PAI yang kurang karena disesuaikan dengan kondisi siswa. Karena penyampaian materi disesuaikan dengan kondisi siswa maka mereka tidak bisa mempelajari agama Islam dengan baik. Dibutuhkan banyak kesabaran dari guru untuk selalu mengulangulang materi yang telah diajarkan. 62 63 3. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran pada anak-anak autis adalah keterbatasan daya tangkap siswa dalam menerima pelajaran. Belum adanya metode yang tepat untuk pendidikan agama Islam yang tepat untuk diterapkan kepada anak autis. Keterbatasan jam pelajaran pendidikan agama Islam sehingga guru tidak dapat mengajar dengan maksimal. Adanya kurikulum KTSP tidak disertai materi-materi dan buku panduan untuk pengajar pendidikan agama Islam. Keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sehingga kurang mendukung dalam proses pengajaran pendidikan agama Islam. Kurangnya kegiatan pelaksanaan menyangkut keagamaan karena TALENTA KIDS bukan sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Islam melainkan sebuah Yayasan Swasta. Pengajar menciptakan pendidikan yang ramah disesuaikan keadaan dan kemampuan peserta didik dan lebih sabar ketika menghadapi siswa dalam proses belajar dan mengajar. B. Saran-Saran 1. Lembaga pendidikan anak autis TALENTA KIDS Salatiga bukan bernuansa Islam hendaknya setiap kegiatan keagamaan para pengajar pendidikan agama Islam ikut aktif dalam kegiatan tersebut, sehingga nuansa religius akan terlihat. 2. Pengajaran dapat diberikan dengan sentuhan emosi yaitu melalui bimbingan kehidupan beragama, uswatun khasanah, laboratorium pendidikan agama, iklim relegius dalam lingkungan keteladanan dan hubungan antar sekolah, keluarga serta masyarakat. 64 3. Proses pembelajaran dilengkapi dengan sarana yang memadai seperti; mushola, gambar-gambar keagamaan dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rinika Cipta, Semarang, 1991 Al-Azar, Dawan Ulama, Ajaran Islam Tentang Perawatan Anak, Al-Bayan, Bandung, 1989 Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1978 Amirin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Rajawali Pers, Jakarta, 1990 An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1992 Anshari, Endang Saifudin, Kuliah Al-Islam, CV Rajawali, Jakarta, 1986 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998 Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996 Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992 ______________,dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2001 Deperteman Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjamahnya Ginanjar, Adriana S., Menjadi Orang Tua Istimewa; Panduan Praktis Mendidik Anak Autis, Dian Rakyat, Jakarta, 2008 Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 1995 http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif http://arsanasv.co.cc/kumpulan-tips/penderita-autis-pendidikan-serta-penanganan http://community.um.ac.id/showthread.php http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/model-pembelajaran-yang-efektifbagi-penderita-autisme.html http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan http://student-research.umm.ac.id http://talenta-salatiga.blogspot.com http://www.khilafah1924.org Iyan Afriani H.S, http://www.penalaran-unm.org, Metode Penelitian Kualitatif, Tanggal 21 bulan Februari 2010. Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, Mandar Maju, Bandung 1996 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002 Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya; Jilid I, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1978 Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1992 Purwanto, Ngalim M., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994 Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta, Jakarta, 2004 Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar; Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran, Tarsito, Bandung, 1982 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri Nama : Ahmad Arifin NIM : 111 05 044 Tempat / tanggal lahir : Rembang, 09 Februari 1986 Agama : Islam Alamat : Krikilan RT 017 RW 003 Sumber Rembang B. Pendidikan SD N 1 Krikilan, Sumber, Rembang lulus tahun 1998 MTs N Sumber, Rembang lulus tahun 2001 MA Al-Ihsan Boyolali lulus tahun 2004 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga lulus tahun 2010