RANCANG BANGUN MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI KENDALI PENGONTROL SUHU MESIN PENGERING IKAN Iswanto, S.T 1), Nia Maharani Raharja 2) Abstraksi Ikan yang telah mati, cepat sekali membusuk. Dibandingkan dengan daging sapi, buah ataupun sayuran, daging ikan lebih cepat mengalami proses kemunduran mutu (proses pembusukan). Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroba (jasad renik) yang terdapat dalam seluruh lapisan daging ikan, terutama bagian insang, isi perut dan kulit (lendir). Proses pembusukan ikan tidak bisa dihindari, tetapi dapat dihambat. Salah satu caranya adalah menekan perkembangan mikroba-mikroba pembusuknya. Mikroba ini akan berkembangbiak lambat bila kondisi lingkungannya tidak optimal untuk hidupnya. Setiap mikroba memerlukan media (lingkungan hidup) dan makanan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu cara untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mematikan mikroba adalah mengurangi kadar air. Hampir sebagian besar tubuh ikan mengandung banyak air sehingga merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri pembusuk maupun mikroorganisme lain. Pengurangan kadar air dari dalam tubuh ikan dapat dilakukan dengan menggunakan panas, seperti pada proses pengasapan dan penjemuran. Pengurangan kadar air dengan cara pengasapan ini dapat mencemari lingkungan udara. Penjemuran ikan ada dua yaitu penjemuran dengan menggunakan rumah kaca dan penjemuran dengan udara tebuka (penjemuran langsung). Penjemuran dengan udara terbuka tidak baik karena pada waktu proses penjemuran banyak gangguan lalat, sehingga produk ikan kering berkualitas jelek karena mengandung kotoran telor lalat dan atau belatung. Penjemuran rumah kaca sangat baik karena tidak ada gangguan lalat. Penjemuran dengan rumah kaca ini memerlukan proses yang sangat lama dibandingkan dengan penjemuran langsung. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas maka penelitian ini berusaha membuat membuat sistem pengering ikan dengan mikrokontroler at89s52 yang menggunakan sistem kendali logika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengering ikan yang dikembangkan memiliki kemampuan untuk mengendalikan suhu, sehingga ikan yang dikeringkan akan cepat kering. Kata Kunci : AT89S52, Pengering Ikan PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat cepat, hal ini ditandai dengan penemuanpenemuan baru di bidang teknologi yang semuanya memiliki tujuan agar lebih memudahkan kehidupan manusia. Bidang elektronika dan instrumentasi merupakan bidang yang saling terkait antara satu sama lain, kemajuan pada kedua bidang ini harus pula diimbangi dengan sumber daya manusia yang maju serta diperlukan adanya penyerapan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara-negara yang lebih maju. Salah satu penemuan teknologi dibidang elektronika dan komputer adalah ditemukannya suatu chip yang dapat kita program untuk melakukan suatu aplikasi tertentu yaitu Mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan salah satu bagian dari perkembangan teknologi berbasis mikroprosesor dan juga suatu piranti multi fungsi yang mempunyai prinsip kerja seperti mikroprosesor yaitu mengambil dan mengolah data. Biasa digunakan untuk aplikasi-aplikasi dengan kegunaan khusus. Seperti namanya, mikrokontroler banyak digunakan untuk mengendalikan aplikasi yang memerlukan pengendalian terus menerus atau penugasan khusus. Sebenarnya hal ini dapat dilakukan oleh komputer, akan tetapi karena hanya mengerjakan tugas-tugas tertentu maka penggunaan komputer menjadi tidak efisien, maka mikrokontroler dikembangkan untuk keperluan ini. Dengan menggunakan Mikrokontroler ini kita dapat membangun suatu sistem yang kita inginkan, yaitu dengan cara memasukkan program yang nantinya akan digunakan untuk mengontrol sistem yang kita bangun tadi. Oleh karena itu, penulis mencoba memanfaatkan Mikrokontroler untuk membangun suatu sistem pengatur suhu pada sistem pengering ikan dengan tujuan menghilangkan jamur tanpa menggunakan bahan kimia yang berbahaya, penulis dapat meningkatkan hasil industri pengeringan ikan dengan merancang alat pengering ikan berbasis mikrokontroller, mengkaji sistem pengeringan ikan secara tradisionil, yang terbebas dari gangguan lalat, sehingga produk ikan kering berkualitas baik karena tidak mengandung kotoran telor lalat dan atau belatung. Penulis dapat meningkatkan hasil industri ikan dengan merancang alat pengendalian suhu, meningkatkan produktivitas dan mutu produk, mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh asap yang terbuang di seputar industri rumah tangga, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan produsen pengasapan ikan laut. TINJAUAN PUSTAKA Dalam makalah ini, bahan yang dijadikan sumber adalah dokumen dari http://www.iptek.net.id/ind/?ch=jsti&id=263, ditulis oleh Danny M. Gandana dan Agus Krisnowo, dengan judul Perancangan Alat Pengering Ikan Untuk Nelayan Kecil. DASAR TEORI Ikan Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya. Tanda ikan yang sudah busuk : 1. mata suram dan tenggelam; 2. sisik suram dan mudah lepas; 3. warna kulit suram dengan lendir tebal; 4. insang berwarna kelabu dengan lendir tebal; 5. inding perut lembek; 6. warna keseluruhan suram dan berbau busuk. Tanda ikan yang masih segar : 1. daging kenyal; 2. mata jernih menonjol; 3. sisik kuat dan mengkilat; 4. sirip kuat; 5. warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang; 6. insang berwarna merah; 7. dinding perut kuat; 8. bau ikan segar. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan. Tabel 1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan KOMPONEN Kandungan air Protein KADAR (%) 76,00 17,00 Lemak 4,50 Mineral dan vitamin 2,52-4,50 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak. Ikan asin adalah makanan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Sensor Suhu LM35D Suhu merupakan keadaan tingkat panas atau dingin pada benda, baik benda padat, cair ataupun benda gas. Tingkatan suhu pada suatu ruang dapat diukur dengan menggunakan sensor suhu yang terpasang pada ruang tersebut. Besaran suhu dinyatakan dengan derajat, dan untuk satuan yang lazim digunakan di Indonesia adalah dalam satuan derajat celcius. Besaran suhu tidak bisa langsung diterima oleh komponen elektronik, sehingga perlu perantara pengubah keadaan suhu menjadi besaran elektronik. Piranti atau sensor ini, adalah LM35D, karakteristik LM35D antara lain; 1. Kalibrasi output linier terhadap satuan celcius 2. Mempunyai output yang linier, yaitu 10.0mV/°C 3. Mempunyai jangkah pengukuran -55°C sampai dengan +150°C 4. Mempunyai impedansi output yang cukup rendah, yaitu 0,1. untuk 1mA beban Pengubah Tegangan Analog Ke Digital Dalam dunia komputer, semua nilai tegangan dijadikan dalam bentuk digital, dan menggunakan sistem bilangan biner. Untuk itu dalam sistem ini, karena output dari sensor suhu berupa tegangan analog, maka diperlukan pengubah tegangan analog ke digital. IC ADC0804 adalah IC ADC 8-bit dengan diagram pewaktuan yang kompatibel dengan mikrokontroler. Fitur yang disajikan dalam IC ADC0804 antara lain; - Mempunyai timing bus yang kompatibel dengan mikroprosesor dan mikrokontroler. - Mempunyai internal Clock Generator - Resolusi 8-bit - Mempunyai waktu konversi 100ìS (maksimal). Gambar 5.1. Gambar Simbul ADC 0804 Aktuator Pada sistem pengaturan suhu ruang ini, digunakan satu aktuator yaitu, pemanas berupa lampu pijar. Triac Untuk dapat bekerja dengan sumber tegangan bolak balik, komponen yang biasa digunakan adalah Thirystor. Salah satunya adalah Triac, Triac merupakan saklar elektronik yang sangat ideal untuk mengatur daya arus bolak-balik. Kombinasi Triac dan mikrokontroler menghasilkan sistem pengaturan daya yang sangat fleksibel dan akurat. Transistor Transistor merupakan komponen aktif dimana arus, tegangan atau daya keluarannya dikendalikan oleh arus masukan. Di dalam sistem komunikasi, transistor digunakan untuk menguatkan sinyal. Di dalam untai elektronis komputer transistor digunakan untuk saklar elektronis laju tinggi. Transistor terdiri dari 3 terminal yaitu basis, kolektor dan emitor. Ada dua transistor yaitu PNP dan NPN seperti terlihat gambar di bawah ini: - Mempunyai internal Clock Generator - Resolusi 8-bit - Mempunyai waktu konversi 100ìS (maksimal) Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler merupakan piranti terprogram, yang sudah diengkapi dengan unit pengolah pusat (CPU), Memory (RAM, ROM), dan juga Unit I/O. Mikrokontroler yang digunakan pada sistem ini adalah mikrokontroler kelurga Intel 80xx, dengan pabrikasi dari Atmel. Fitur yang disajikan dalam mikrokontroler ini adalah - Mempunyai 8-KB memory program (PEROM) - In Sistem Programming - Frekuensi osilator sampai dengan 33MHz - Tiga tingkat memory lock - 256 X 8 internal RAM - 3 buah Timer/Counter - Dual Data Pointer - 32 Jalu I/O - Dilengkapi dengan Watchdog timer Gambar 5.1. Gambar Simbul AT89S52 Perhitungan kecepatan gerak udara. Perhitungan kecepatan gerak udara sangat penting untuk kesempurnaan penyebaran udara panas ke seluruh permukaan ikan dalam tumpukan. Pada ruangan tertutup, berlaku rumus berikut ini untuk menentukan luas bidang yang dapat di aliri oleh udara dalam tumpukan ikan Rumus 22 d1 d1 22 d 2 d 2 F x x x x 2 2 7 2 2 7 F = Luas penampang kipas efektif = m2 d1 = Diameter luas kipas =m d2 = Diameter poros =m V FxtxRpmx60 xn V F t Rpm n = Kecepatan udara = m3/jam = Luas penampang kipas efektif = m2 = tebal kipas =m = Kecepatan motor = m/jam = Jumlah daun kipas METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan mencoba mengembangkan suatu rancangan Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu perancangan mekanik pengeringan ikan, perancangan elektronik, dan perancangan perangkat lunak program pengendalian. Perancangan mekanik pengeringan ikan Bagian ruang oven pengering ikan adalah 1. elemen pemanas (Heating Coils) Fungsi elemen pemanas adalah memasok energi thermal ke dalam ruang oven sehingga udara dalam ruang akan menjadi panas juga. 2. kipas sirkulasi (Fans Impller) Kipas merupakan alat penggerak utama sirkulasi udara dalam ruang oven agar udara panas dapat merata ke seluruh ruangan. Udara yang bergerak dapat ditekan masuk di antara celah-celah tumpukan ikan. 3. plafon antara Plafon antara digunakan untuk mengarahkan sirkulasi udara dalam ruang oven sehingga dapat terbentuk suatu tekanan gerak udara yang kuat, merata dan tidak menyebar. 4. cerobong buang (Dumper) Cerobong buang digunakan untuk membuang udara lembab dari dalam ruang oven dan menghisap udara luar masuk ke dalam oven. 5. sensor suhu Sensor suhu ini berupa LM35D yang dihubungkan ke panel elktronik Secara garis besar blok diagram perancangan perangkat keras alat dapat dilihat pada Gambar 6.2. Udara masuk Kipas sirkulasi Udara sirkulasi Udara lembab keluar Elemen pemanas Tumpukan ikan Gambar 6.1. Gambar mekanik pengering ikan Mesin pengatur suhu yang dibuat berbentuk kotak berdimensi (180 × 180 × 150) cm dengan susunan rak rangkap 3. Mesin terdiri atas elemen pemanas 100 W, 220 V sebanyak 4 buah. Untuk pendinginan, mesin dilengkapi 2 kipas angin 12 volt DC yang diletakkan di atas kotak. Panel kendali diletakkan di bagian atas kotak. Otomatisi mengandalkan sensor suhu yang selanjutnya sinyal analog diubah ke sinyal digital. Energi berasal dari listrik, sebesar 300 W saat kerja yang hanya berfungsi saat cuaca dingin. Sumber energi ini dikondisikan agar sesuai dengan kebutuhan, yaitu untuk menghidupkan elemen pengendali. Mesin ini berventilasi untuk memberikan kelembaban udara yang diinginkan. Perancangan Perangkat Keras Secara garis besar blok diagram perancangan perangkat keras alat dapat dilihat pada Gambar 6.2. Gambar 6.2. Diagram blok sistem Set Point Set Point merupakan bagian masukan sistem, dalam hal ini user bisa mengganti nilai set point dengan menekan tombol. Tombol terdiri dari keypad yang terhubung dengan mikrokontroler. Keypad menggunakan sistem active low, artinya saat terjadi penekanan tombol maka keypad akan mengirim sinyal low ke mikrokontroler. Jika tidak ada penekanan tombol maka logika high akan diberikan ke mikrokontroler karena adanya pull-up dengan VCC melalui R1. Nilai resistor yang biasa digunakan sesuai dengan data sheet adalah 10K. Penampil Untuk menampilkan informasi suhu dan informasi nilai set point diperlukan media berupa display. Penampil yang digunakan adalah LCD dengan tipe dot matrik 16x2 keluaran seico. Sensor Suhu Sensor suhu yang digunakan dalam alat ini adalah IC LM35DZ keluaran National Semiconduktor. Alasan digunakannya IC ini adalah sifat liniernya terhadap perubahan suhu. IC ini bekerja dengan skala celcius, yaitu mempunyai resolusi 10mV tiap derajat celcius. Artinya, setiap kenaikan satu derajat celcius, maka tegangan output sensor akan naik 10mV. Sebagai perumpamaan ketika suhu 10 °C mempunyai tegangan output 100mV, maka saat suhu 11 °C tegangan outputnya 110mV, dan saat suhu 20 °C maka output tegangannya 200mV. Detektor Persilangan Nol Detaktor persilangan nol diperlukan untuk mengetahui saat tegangan PLN mencapai titik nol. Hal ini diperlukan sebagai acuan pemberian sudut picu kepada Thirystor. Gambar 6.3. Blok diagram detektor persilangan nol Penggerak Pemanas Pada sistem pengaturan suhu ruang, pemanas yang digunakan berupa lampu pijar AC 220V 100W. Untuk besarnya pemanasan kita menggunakan pengaturan intensitas lampu dengan Phase Power Control, Diagram kotak perantaraan mikrokontroler ke pemanas disajikan Gambar 6.4. Gambar 6.4. Diagram kotak penggerak pemanas Perancangan Perangkat Lunak Pengendalian Perangkat lunak yang dibuat mengacu pada perangkat keras yang terhubung pada komputer. Fungsi perangkat lunak untuk mengendalikan sistem kerja perangkat keras agar sesuai dengan yang diinginkan. Set Point Adapun subrutin dasar untuk penanganan keypad kita menggunakan teknik polling biasa tanpa interupsi, yaitu dengan menunggu adanya kondisi low pada pin mikrokontroler. Sebagai gambaran dasar penanganan keypad, dapat dilakukan dengan alur seperti Gambar 6.5. kenaikan suhu 1oC sensor suhu LM35 memberikan kenaikan tegangan keluaran 10mV DC. Berikut data hasil pengamatan keluaran IC LM35 pada suhu yang berbeda-beda. Tabel 6. Tegangan keluaran IC LM35 pada suhu yang berbeda Temperatur Tegangan No. o ( C) keluaran (mV) 1 30 298 2 35 348 3 40 399 4 45 449 5 50 499 6 55 548 7 60 599 8 65 649 9 70 698 10 75 749 Dari tabel 6 diatas diketahui saat suhu 30 oC IC LM35 memberikan keluaran 298 mV, secara teori seharusnya 300 mV sehingga terdapat selisih 1mV maka faktor kesalahannya adalah : Faktor kesalahan = 300mV 298mV x100% 300mV = 0,66% Semakin tinggi suhu yang dibaca sensor, maka semakin tinggi tingkat kesalahan yang diberikan, hal ini menunjukan bahwa sensor suhu LM35 kurang linier. Grafik hubungan antara suhu yang dibaca dan tegangan keluaran sensor suhu LM35 sebagai berikut. 800 Tegangan (mV) 700 Gambar 6.5. Alur pelayanan penekanan tombol 600 500 400 300 200 100 0 30 HASIL IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN Perangkat Keras Pada bagian ini akan dibahas prinsip kerja dan data pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Prinsip kerja yang dibahas adalah prinsip kerja per blok, yaitu : sensor suhu, pengubah tegangan ke frekuensi, keypad, zero crossing detector, penggerak/driver dan rangkaian daya. 1. Sensor Suhu Sensor suhu LM35 ini mengubah besaran suhu (oC) sekitar sensor menjadi besaran tegangan dengan keluaran 0mV saat suhu 0oC dan 1000mV DC saat suhu 100oC. Dengan demikian setiap 35 40 45 50 55 60 65 70 75 o Suhu ( C) Gambar 36. Grafik tegangan keluaran sensor suhu LM35 terhadap suhu Keypad Bagian keypad terdiri dari tiga tombol yauitu tombol Set/Ok, Up dan Down yang berfungsi untuk memasukan data seting suhu pada alat. Tombol Set/Ok berfungsi untuk memulai dan mengakhiri proses memasukan data seting, tombol Up berfungsi untuk menaikan data seting dan tombol Down berfungsi untuk menurunkan data seting. Pada dasarnya semua tombol tersebut bekerja dengan memberikan logika rendah ke mikrokontroler. Berikut data hasil pengamatan bagian keypad. Zero Crossing Detector Pada zero crossing detector ini sinyal dari jalajala PLN akan diubah ke dalam bentuk pulsa dengan menggunakan komparator, masukan dari komparator ini diambil dari sekunder transformator catu daya yang memiliki tegangan 12 volt yang sudah dilewatkan resistor secara seri sebesar 100 K. Keluaran dari komparator yang berupa pulsa yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi jala-jala PLN ini kemudian diubah oleh differensiator menjadi pulsa yang sangat sempit, dan setelah diubah menjadi pulsa yang sempit pulsa ini disempurnakan oleh schmitt trigger agar menjadi pulsa yang kotak. Pada zero crossing detector keluaran komparator IC 4558 mempunyai gelombang kotak dimana lereng dari pulsa sama dengan saat sinyal dari jala-jala PLN melintas titik nol volt (frekuensi dari pulsa keluaran komparator sama dengan frekuensi dari jala-jala PLN) dengan amplitudo sama dengan amplitudo dari catu daya komparator tersebut yaitu sebesar 8.98 volt.. Keluaran dari differensiator berupa pulsa yang mempunyai amplitudo maksimum 5 volt, hal ini disebabkan karena adanya diode bypass 1N4002 yang dipasang dari keluaran differensiator ke +Vcc. Keluaran dari differensiator ini akan masuk ke IC 74LS132 yang berupa gerbang NAND yang juga sebagai schmitt trigger. Bentuk keluaran dari differensiator yang masuk ke schmitt trigger akan dimantapkan menjadi gelombang kotak. Pulsa yang dihasilkan dari keluaran schmitt trigger mempunyai lebar sebesar 200S. Dengan pulsa sebesar 200S ini, maka mikrokontroler sudah dapat diinterupsi. Driver Rangkaian driver/penggerak ini digunakan untuk memicu gate dari triac, sehingga triac akan terhubung. Driver yang digunakan adalah MOC 3021 yang merupakan komponen yang terdiri dari diode infra merah dan photo triac. Sinyal penyulutan pada photo triac dilakukan dengan memberikan cahaya yang akan dilakukan melalui diode infra merah. Diode infra merah akan on jika dialiri arus yang sesuai dengan karakteristik dari optoisolator (pada optoisolator ini arus yang mengalir kurang lebih sebesar 9.48 mA (tidak dilakukan pengamatan)). Besarnya arus yang mengalir ke diode infra merah tidak diamati karena pulsa yang diberikan hanya 5 S sehingga tidak bisa diamati. Pengamatan yang dilakukan adalah sudut pemicuan untuk menyulut triac. Pengamatan dilakukan dengan mengamati bentuk gelombang pada masukan driver (diode infra merah) dan dibandingkan dengan bentuk gelombang pada sekunder transformator. Perbandingan antara sudut picu perancangan dengan sudut picu pengamatan terjadi perbedaan, hal ini disebabkan karena adanya faktor kesalahan yang diakibatkan salah membaca osiloskop dan dikarenakan waktu satu cycle tidak 1uS (kurang lebih 1.18 uS), dan adanya waktu untuk mengeksekusi instruksi program. Pengujian Alat Sistem ini menggunakan elemen pemanas dalam ruang oven yang menyebabkan udara dalam ruang terinduksi panas. Kemudian udara panas disirkulasikan oleh kipas-kipas dan diarahkan dengan menggunakan plafon antara (sub-celling). Bila udara panas ini sudah jenuh dengan uap air yang dievaporasi dari ikan, maka udara itu akan dibuang melalui cerobong pembuangan damper dan pada saat yang sama di masukkan udara bersih ke dalam ruang. Skema prinsip kerja oven sistem konvensional. Elemen pemanas memanaskan udara dalam ruang oven Udara panas disirkulasi ke arah tumpukan ikan Air yang terevaporasi dari ikan menjadi uap air Uap air terserap oleh udara panas sampai kelembapannya menjadi jenuh Udara bersih dari luar Udara jenuh dari berkelembaban tinggi dibuang keluar ruang oven Gambar 6.8. Skema prinsip kerja oven konvensional KESIMPULAN 1. Proses pengendalian suhu suatu ruangan dilakukan dengan membandingkan nilai seting dengan suhu ruangan tersebut untuk menyalakan atau mematikan lampu pemanas. 2. Proses pembacaan suhu dilakukan oleh sensor suhu LM35 kedalam nilai tegangan DC tertentu sesuai nilai suhu yang dideteksi. 3. Untuk mengendalikan rangkaian daya dengan sumber catu yang berbeda dengan catu mikrokontroler (tegangan AC), mikrokontroler membutuhkan antarmuka dan driver (opto isolator). Saran 1. Untuk mempercepat proses pemanasan suhu alat penetas telor dapat dilakukan dengan memperbesar ukuran daya lampu. 2. Untuk menambahkan beban (lampu pemanas) dapat dilakukan dengan memasang lampu secara paralel. 3. Bila menginginkan susunan tombol menu diubah urutannya dapat dilakukan dengan mengganti inisialisai port pada program utama. DAFTAR PUSTAKA [1] Atmel. 2003. AT89 Series Hard ware Description. USA : Atmel Inc (http://www.atmel.com) [2] Motorola Semiconductor. 1995. MOC3021 6 Pin DIP Random Phase Optoisolator Triac Driver output. Hong Kong : Motorola Semiconductor Inc. (http://www.Motorola-Design–NET.com) [3] National Semiconductor Corporation. (November. 2000). LM35 Precision Centigrade Temperature Sensors. USA : National Semiconductor Inc (http://www.national.com) [4] National Semiconductor Corporation. (November. 2003). LM78XX Series Voltage Regulators. USA : National Semiconductor Inc (http://www.national.com) [5] Putra, Agfianto Eko. (2002). “Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi. Edisi pertama”.Yogyakarta : Gava Media [6] Teccor Electronics. 2003. Thyristor Catalog 0,8A – 35A. USA : Teccor Electronics Thyristor Product Catalog. (http://www.teccor.com) [7] Wasito S, 1997, “Data Sheet Book 1”, PT Elek Media Komputindo, Jakarta