kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap

advertisement
KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT TERHADAP PANDEMI
INFLUENZA DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PREPAREDNESS AND EMERGENCY RESPONSE TO INFLUENZA
PANDEMIC IN RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
¹A.Dewi Batari, ²A.Husni Tanra, ³Ridwan Amiruddin
¹Bagian Akreditasi International Instalasi Penjamin Mutu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
²Bagian Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
³Bagian Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasnuddin
Alamat Koresponden:
Jl. AP Pettarani Blok E 27/1B
Makassar
Hp. 085298791393
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai sejauh mana kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap risiko
pandemi influenza di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Jenis penelitian adalah deskriptif penelusuran
berbasis checklist WHO-Asian Disaster Preparedness Center dengan pendekatan kualitatif dan skoring sebagai data
penunjang. Teknik pengumpulan menggunakan data triangulasi yaitu wawancara pihak manajemen sampai staf,
observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapsiagaan dan tanggap darurat rumah sakit
terhadap risiko pandemi influenza pada aspek sistem komunikasi eksternal dan sistem komando sudah memenuhi
standar. Namun aspek kebijakan dan organisasi, sistem komando dan perencanaan aktivasi, pengkajian risiko &
kerawanan, pencegahan dan pengendalian infeksi, sistem surveilans, sistem komunikasi internal, sumber daya,
training dan edukasi, akses penerimaan dan triage pasien, penanganan kesehatan karyawan, uji coba dan revisi
perencanaan belum memenuhi standar. Hal ini dikarenakan belum lengkapnya dokumen berupa kebijakan, rencana
program dan standar prosedur operasional yang jelas sebagai dasar implementasi yang dapat diukur. Kesimpulan
bahwa kesiapsiagaan & tanggap darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar belum memenuhi standar
WHO-Asian Disaster Preparedness Center. Saran kepada rumah sakit dalam menyusun dokumen hendaknya
mengacu pada standar nasional dan internasional sebagai dasar implementasi yang konsisten sampai pada
monitoring & evaluasinya.
Kata Kunci : kesiapsiagaan, tanggap darurat, pandemi, influenza.
Abstract
The aim of the research is to assess the preparedness and the emergency response to the risk of influenza pandemic
in Dr. Wahidin Sudirohusodo Public Hospital of Makassar.
The research was a descriptive and tracer study based on WHO-Asian Disaster Preparedness Center checklist with a
qualitative approach and scoring as a supporting data. The techniques used to obtain the data were triangulation;
interviewing management, related staff, observation dan document study.
The results of the research shows that the preparedness and emergency response of the hospital to the risk of
influenza pandemic in external communication system aspect and command system is in standard quality.
Nevertheless, organizational and policy aspect, command system and activation planning, risk review and
vulnerability, prevention and infection control, surveillance system, internal communication system, resources,
training and education, reception access and patient triage, the handling of employee’s health, experiment and
revision of plans are all substandard. This is caused by the incomplete documentation such as policy, program
planning and operational procedure standard that are understandable as an implementation basis that is measurable.
The conclusion is that the preparedness and the emergency response to Influenza Pandemic in Dr. Wahidin
Sudirohusodo Public Hospital of Makassar are not in compliance to the WHO-Asian Disaster Preparedness Center
standard. Recommendation to the hospital in setting up a document should refer to the national and international
standard as the base of a consistent implementation up until the monitoring and the evaluation.
Keywords: preparedness, response, pandemic, influenza
PENDAHULUAN
Bencana dalam hal ini termasuk wabah seperti yang dijelaskan dalam UU N0. 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana pada Bab I Pasal 1 “Bencana nonalam adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit”. Terlebih pada kasus-kasus risiko
pandemi influenza yang memberi dampak pada wilayah yang luas dengan sifat yang sangat
virulen dan mengancam jiwa dalam waktu singkat, sehingga harus dilakukan tindakan segera
untuk menolong korban dan meminimalkan dampak penularan.
Wabah pada bidang Epidemiologi Modern lebih ditekankan pada konsep prevalensi yang
berlebihan dan tidak selalu terkait dengan penyakit menular.
Namun berdasarkan prioritas
masalah kesehatan di Indonesia maka yang dimaksudkan dengan wabah menurut Depkes RI
adalah hampir selalu terkait dengan wabah penyakit menular. Penyakit menular yang berpotensi
wabah tersebut, disebutkan di antaranya adalah jenis influenza. Secara lengkap, penyakit yang
dimaksud antara lain : kolera, pes, demam kuning, demam bolakbalik, tifus bercak wabah,
demam berdarah dengue, campak polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, hepatitis,
tifus perut, meningitis, ensefalitis, antraks dan penyakit lain yang akan ditetapkan kemudian
(Hikmawati, 2011).
Kesiapsiaagaan di rumah sakit sebagai sub sistem pelayanan kesehatan mencakup semua
aspek, antara lain : aspek kebijakan dan organisasi, yakni tentang adanya kebijakan dan
organisasi yang telah dibuat dengan sistem komando serta perencanaan aktivasinya, juga aspek
deteksi terkait sistem surveillen dan pengakajian risiko terhadap pandemi influenza, Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, konsep sistem komunikasi internal dan eksternal, aspek
sumber daya (fasilitas, sumber daya manusia), training dan edukasi, penerimaan dan triage
pasien, penanganan mayat, penanganan kesehatan karyawan, juga pelaksanaan uji coba dan
revisi perencanaan (WHO-ADPC, 2006).
Bentuk tanggap darurat dapat dilihat dari aspek implementasi di lapangan, yakni: tentang
pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian Infeksi, pelaksanaan sistem surveilans,
aplikasi sistem komunikasi internal dan eksternal, aplikasi akses penerimaan dan triage pasien
rumah sakit, aplikasi penanganan mayat, dan sistem yang menjamin kesehatan karyawan. Pada
manusia terdapat jenis influenza H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan
pada binatang H1-H5 dan N1-N9 (Purwati, 2009).
Virulensi influenza dilihat dari cara
penularannya yakni melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang
mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung
atau lendir, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang
terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun
jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakit ini belum jelas betul (Braxton, 2007).
Kasus avian influenza dari tahun 2003 sampai 19 August 2011 adalah tercatat 565 kasus
pada manusia dengan kematian 331 (fatality rate 58.6%) yang dilaporkan oleh World Health
Organization (WHO). Kasus konfirmasi avian influenza A(H5N1) yang diperoleh dari data 15
negara. WHO melaporkan selama tahun 2011 (sampai 19 Agustus 2011) 25 kematian dari 49
kasus pada empat negara: Bangladesh (2 kasus – 0 kematian), Kamboja (8 kasus – 8 kematian),
Mesir (32 kasus – 12 kematian) and Indonesia (7 kasus – 5 kematian) (ECDC, 2011).
Kasus Avian influenza dideteksi pertama pada peternakan di Indonesia adalah pada tahun
2003, sedangkan kasus pertama yang ditemukan pada manusia di Indonesia adalah pada Juli
2005 (Sedyaningsih, 2007). Data besarnya korban akibat salah satu kasus pandemi flu di
Indonesia antara lain data oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakitan dan Penyehatan
Lingkungan menyebutkan, korban meninggal akibat flu burung di Indonesia dalam tahun 2005 26 Maret 2012, yaitu dengan 156 kasus kematian dari 188 kasus. Tahun lalu, tercatat ada
sembilan orang tewas dari sebelas kasus flu burung. (Kemenkes RI, 2012).
Dampak pandemi akan mempengaruhi kehidupan secara luas, Implikasi Pandemi
Influenza mengakibatkan kesakitan dan kematian dalam jumlah besar, menurut Purwati (2009)
perkiraan angka serangan 30% populasi, angka kematian 5%, demikian pula beban pelayanan
kesehatan dapat melebihi kamampuan (tempat perawatan, peralatan medis, non medis,
sumberdaya manusia), kekacauan sosial, kelumpuhan pelayanan sosial, kelumpuhan kegiatan
ekonomi.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan, selayaknya dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Dalam penelitian Marshal
(2009) bahkan pengetahuan masyarakat di Australia Selatan ditemukan masih kurang terhadap
kesiapsiaagaan pandemi influenza. Rumah sakit selain sebagai pemberi pelayanan kesehatan
rutin sehari-hari maupun dalam hal kasus luar biasa yang berpotensi menjadi wabah dalam
masyarakat termasuk pada kondisi pandemi. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Rumah
Sakit No. 4 Tahun 2009, Pasal 29 tentang kewajiban rumah sakit disebutkan pada butir ke-4
bahwa rumah sakit berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai rumah sakit pusat rujukan
wilayah Indonesia Timur, hendaknya telah memiliki kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal.
Berdasarkan data awal diketahui
bahwa RS Dr. Wahidin Sudirohusodo tersebut selain Instalasi Gawat Darurat sebagai pintu
gerbang masuknya kasus-kasus serupa, juga telah dilengkapi dengan fasilitas Infection Center
dengan tempat khusus untuk penanganan kasus-kasus infeksi yang berisiko menyebabkan
pandemi influenza. Tujuan Umum penelitian ini adalah Untuk menilai sejauh mana
kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap risiko pandemi influenza di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan dan masalah dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan
adalah jenis penelitian deskriptif penelusuran (tracer study).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah sebuah rumah sakit tipe A yakni: RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo yang berada di Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar merupakan rumah sakit pusat rujukan di wilayah Indonesia Timur
sekaligus sebagai salah satu rumah sakit rujukan Flu Burung. Sejak Bulan Oktober tahun 2011
rumah sakit tersebut mendeklarasikan untuk mempersiapkan diri pada survey akreditasi
internasional oleh Joint Commission Intrenasional (JCI) menuju rumah sakit berstandar
internasional tahun 2013. Waktu Penelitian mulai Bulan November 2012 sampai Februari 2013.
Sumber Data
Sumber data tentang kesiapsiaagan dan tanggap darurat dalam penelitian ini adalah
semua pihak yang terkait baik dari pihak manajemen maupun petugas di unit pelayanan terkait,
yakni di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Infection Center, maupun staf terkait lain seperti dari
Instalasi gizi, laundry, tim PPI dan juga petugas surveilans flu burung yang telah ditetapkan
dalam suatu Surat Keputusan Rumah Sakit.
Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yakni suatu teknik pengambilan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
berdasarkan tujuan atau masalah penelitian (Nursalam, 2003).
Dimana penelitian ini akan
menggali informasi dari informan yang relevan dengan tujuan penelitian terkait kesiapsiagaan
dan tanggap darurat rumah sakit pada risiko pandemi influenza, baik dari pihak manajemen
terkait maupun pelaksana di lapangan. Peneliti pakar terkait topik penelitian ini adalah pakar di
bidang emergensi dan juga praktisi manajemen rumah sakit, dimana penelitian ini terkait pada
bidang emergensi dan disaster, , sedangkan pandemi sebagai salah satu bentuk disaster yang
membutuhkan penanganan emergensi di rumah sakit. Juga pakar di bidang epidemiologi yang
sangat terkait pada kajian penelitian tentang Pandemi Influenza.
Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian dikenal adanya triangulation, menurut Denzin (1994) dalam Ariani
(2008) tipe dasar triangulation, yaitu data triangulation (menggunakan berbagai sumber data
dalam penelitian); investigator triangulation (menggunakan beberapa peneliti yang berbeda;
theory triangulation (menggunakan berbagai pandangan dalam menginterprertasikan hasil
penelitian); dan methodological triangulation (menggunakan berbagai metode dalam
mempelajari masalah penelitian).
Selanjutnya menurut Ariani (2008) Dalam penelitian
kualitatif, triangulasi merujuk pada
pengumpulan informasi (data) sebanyak mungkin dari
berbagai sumber (manusia, latar dan kejadian) melalui berbagai metode.
Triangulasi ini
menguntungkan peneliti dalam dua hal yatu (1) mengurangi dari berbagai risiko terbatasnya
kesimpulan pada metode dari sumber data tertentu, (2) meningkatkan validilitas kesimpulan
sehingga lebih merambah pada ranah yang lebih luas. Dengan kata lain, bias yang melekat
(inheren) pada satu sumber data, peneliti, dan metode tertentu akan ternetralisir oleh informasi
yang digali dari sumber data, peneliti dan metode lain.
Teknik Analisis Data
Data diperoleh berdasarkan standar yang ada pada checklist WHO-ADPC melalui teknik
tracer (penelusuran) dengan data triangulasi tentang kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap
risiko pandemi influenza di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
kemudian dideskripsikan lalu ditarik kesimpulan terhadap bagaimana kesiapsiagaan dan tanggap
darurat terhadap pandemi Influenza di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar serta
ditunjang oleh data hasil skoring berdasarkan ceklis WHO-Asian Disaster Preparedness Center
tersebut.
HASIL
Kebijakan dan organisasi
Berdasarkan data dari ceklist ADPC dibuat dalam skoring, maka secara kuantitas
kebijakan dan organisasi pada Kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
terhadap Risiko Pandemi Influenza mencapai 56%, dengan rincian dapat dilihat pada table 1.
Kebijakan dan organisasi terhadap risiko pandemi influenza berdasarkan hasil telaah
dokumen yang penulis telah lakukan, antara lain Secara umum RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar telah menerbitkan Kebijakan Direksi Nomor HK.02.04/DIRUT.I/4176/2012 tentang
Pemberlakuan Pedoman Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Management Plan) RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan dasar antara lain UU No 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan
Bencana
dan
Kepmenkes
Nomor:
448/Menkes/SK/VI/1993
tentang
Pembentukan Tim Kesehatan Penanganan korban Bencana di setiap RS. RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo
Makassar
juga
telah
memilki
Kebijakan
Direksi
Nomor:HK.03.06/1.5.5.1/401/2011 tentang Tim Penanggula ngan Flu Burung RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan dasar antara lain UU No 4 tahun 1984 tentang Wabah
penyakit menular dan Peraturan Pemerintah Nomor: 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah penyakit menular (Lembaran Negara no. 3447). Namun kedua Surat Keputusan tersebut
masih kurang update, mengingat tim yg dimaksud sudah ada beberapa yang diganti pada posisi
yang melekat pada jabatan.
Rencana program Penanganan Bencana Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar termasuk emergensi penyakit menular telah diprogramkan tahun 2013.
Namun
dokumen tentang konsep pelaksanaan program belum dibuat secara rinci. Sehingga belum dapat
diketahui tentang keterlibatan komunitas atau tidak. Berdasarkan pedoman penanggulangan
bencana telah menjelaskan keterlibatan komunitas yang ada; institusi terkait, RS jejaring, LSM
dan relawan. Demikian halnya terhadap rencana program tersebut, respon pandemik di RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar belum ada dokumen menjelaskan tentang program berdasar
fase pandemik WHO termasuk plan pengenalan trigger yang dapat mengubah status respon
rumah sakit.
Dari kedua kebijakan tersebut maka Tim yang telah dibentuk di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar antara lain adalah Tim Hospital Disaster Plan dan Tim Flu Burung,
dengan Komandan Bencana yang telah ditetapkan adalah Direktur Medik dan keperawatan.
Direktur Utama bertanggung jawab langsung ke Kementerian Kesehatan dengan berkoordinasi
dengan Gubernur Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan Provinsi khususnya yang terkait dengan
wikayah kasus Risiko Pandemi Influenza. Komposisi dalam tim tersebut masih ada beberapa
yang sudah tidak update seperti yang telah dijelaskan adalah karena posisi yang dimaksud
melekat pada jabatan terkait, sementara beberapa posisi tersebut masih pejabat lama yang
namanya tercantum dalam SK, antara lain Tim Farmasi, Komite PPI, Tim Keamanan dan
Ketertiban. Saat dikonfirmasi ke Direktur Medik dan Keperawatan, diperoleh informasi bahwa
memang SK tersebut sudah direvisi namun masih dalam proses.
Konsep Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Berdasarkan data dari ceklist ADPC dibuat dalam skoring, maka secara kuantitas konsep
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar terhadap Risiko Pandemi Influenza masih mencapai 38%, dengan
rincian dapat dilihat pada table 2.
Pada program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, pandemi influenza tidak ada dimasukkan dalam rencana kerja tahun 2013 yang terkait
khusus pada pandemi influenza.
Dokumen yang mengatur adanya deteksi dini serta pelaporan kasus risiko pandemi
influenza tidak ada. Kebijakan serta Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang kewaspadaan
isolasi sudah ada, namun belum mengatur bila ruang isolasi penuh, pembatasan transport pasien,
keluarga dan pengunjung di area isolasi.
Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang Alat Proteksi Diri (APD)
sudah ada, tetapi belum mengatur kondisi bila APD terbatas. Panduan pengendalian keluarga
dan pengunjung terhadap adanya suspek atau konfirm infeksi AI selama periode pandemik yang
juga menjelaskan bagaimana transportasi pasien pre hospital yang membawa kasus suspek atau
konfirm infeksi dengan kewaspadaan airborne sudah ada. Dokumen yang mengatur tentang
pembuangan sampah medis dan non medis yang mungkin terkontaminasi virus pandemik
influenza berupa Kebijakan dan SPO (Standar Prosedur Operasional) telah ada.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini terlihat bahwa Kesiapsiagaan untuk tanggap darurat yang lebih baik
bagi fasilitas kesehatan, khususnya bagi rumah sakit adalah hal yang mutlak. Sebagaimana salah
satu fungsi rumah sakit yang sebagai pemberi pelayanan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
baik pada kondisi sehari-hari maupun dalam kondisi bencana, termasuk pada adanya kasus yang
berisiko menimbulkan wabah seperti pada Avian Influenza atau swine influenza.
Kebijakan merupakan dasar untuk mengambil suatu keputusan yang baik sehingga
organisasi dapat berjalan secara terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai dengan maksimal.
Menurut Bruno dkk (2011) prinsip-prinsip organisasi pada kondisi darurat, antara lain: organisasi
hendaknya sederhana dan jelas yang dapat diaktifkan dalam waktu singkat. Jumlah anggota
berkisar 40 orang yang merepresentasi semua kompetensi yang dibutuhkan, orang-orang yang
telah diatur sebagai pengambil keputusan telah disiapkan beserta infrastrukturnya, tidak
membuat reorganisasi melainkan mengembangkan dasar organisasi yang telah ada, dan juga
organisasi tersebut tetap menjamin keberlangsungan rutinitas pelayanan rumah sakit.
Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, tim yang terbentuk telah sejalan dengan
pendapat Bruno dan Oliver tersebut, dimana terdiri dari para pejabat struktural maupun
fungsional yang memang terkait langsung dengan tugas dan fungsinya ditambah dengaan para
profesional di bidangnya. Hanya saja adalah kurang memperhatikan perkembangan dinamisasi
pergantian pejabat terkait pada saat sudah berganti posisi, sementara tim yang dimasukkan bukan
nama jabatan tetapi nama orang yang terkait. Sehingga sulit dihindari adanya kendala-kendala di
lapangan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Pelayanan di Ruangan Infection center
Lt. 1 dan informasi dari Tim Farmasi, tentang koordinasi yang berlangsung selama ini dengan
kondisi Tim Farmasi masih diketuai oleh Kepala Instalasi Lama.
Berdasarkan informasi
tersebut, dapat dikatakan bahwa masalah bukan hanya pada pejabat yang dilegalkan fungsinya
dalam SK, sebagai leader namun juga pada komposisi tim yang mempengaruhi koordinasi
operasi pada saat ada kasus hendaknya melibatkan tim yang sesuai tugas dan fungsinya di unit
terkait.
Dilihat dari data hasil penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa sistem komando di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasassar, secara kuantitas memperoleh skor yang cukup
tinggi (89%), tetapi dari skor sistem aktivasi yang hanya 7 % sehingga akumulasinya nilai sistem
komando dan aktivasi menjadi
53%. Adanya alur komando (chain of command) yang jelas
sehinggga setiap petugas hanya mempunyai satu pimpinan, sebagai panduan dari mana yang
bersangkutan akan mendapat perintah, dan ke mana memberikan laporan (unity command). Hal
ini untuk menghindarkan terjadi tumpang tindih penugasan, dan di lain pihak seorang pimpinan
juga harus mampu untuk mengontrol semua petugas yang di bawah perintahnya (ICITAP, 2011).
Penentuan lokasi pusat komando, yang telah ditetapkan di ruangan Triage Instalasi Gawat
Darurat. Dalam Pedoman Penanganan Tanggap Darurat Bencana 2010, Fungsi pusat komando
sebagai pusat kendali komando untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan tanggap darurat bencana. Ruangan triage tersebut bila dikaitkan
dengan fungsinya di saat difungsikan menjadi pusat komando akan sulit memenuhi fungsi
sebagai ruangan tempat berkoordinasinya tim secara langsung, dimana dibutuhkan area meeting
beserta fasilitas administrasi penunjang lainnya, sementara ruangan tersebut terintegrasi dengan
pelayanan pasien gawat darurat. Juga sebagai lokasi pusat komunikasi secara tidak langsung,
sehingga dibutuhkan fasilitas komunikasi yang lengkap.
Proses aktivasi telah tersirat dalam alur sistem komando, namun belum adanya kejelasan
siapa yang memiliki autoritas dalam keputusan aktivasi.
Bila dilihat dari alur, Komandan
Bencana yang menugaskan “Tim” untuk investigasi atau penilaian bencana maka bisa bermakna
bahwa Tim tersebut dapat segera mengaktivasi tim, tetapi akan terjadi masalah pada kondisi
adanya perbedaan pendapat dalam tim tersebut. Sehingga perlu dijelaskan bila hasil penilaian
tersebut dijelaskan dalam alur bahwa tetap dilaporkan lebih dahulu ke Komandan Bencana
sebagai pemegang autoritas aktivasi tim. Hal ini sejalan dengan uraian BNPB (2012) dimana
salah satu tugas pokok komandan Tanggap Darurat adalah aktivasi pos komando dan tim.
Fitriani (2012) Cara paling tepat untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
adalah dengan menerapkan secara menyeluruh prosedur operasional standar, sehingga seluruh
bagian terkait memahami fungsi dan peran masing-masing dalam menempatkan diri beraktivitas
untuk mencapai target bersama. Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo didapatkan bahwa Standar
Prosedur Operasional (SPO) sebagai dokumen penjelas dari pedoman pelaksanaan bencana
belum lengkap, termasuk pada aktivasi tim, pelaksanaan operasi sampai deaktivasi di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar sehingga dapat menyebabkan implementasi yang tidak
konsisten pada saat kejadian.
Pengkajian Risiko dan Kerawanan secara kuantitas skornya mencapai 50%. Hal tersebut
dilihat secara struktural dan non struktural telah ada yang bertanggung jawab terkait hal Risiko
dan Kerawanan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Kevin (2010), Manajemen risiko
mencakup identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko dan penanganan risiko. Bila dilihat
kondisi yang ada di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo identifikasi dan analisa risiko sudah
dilakukan, namun terkendala pada organisasi baru dengan sumber anggaran program yang belum
ada sehingga evaluasi dan penanganan risiko akan tidak berjalan maksimal diakibatkan program
yang belum terlaksana.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusdo
Makassar pada pelaksanaan sistem surveilans yang belum mencakup deteksi symptom terkait
kasus pandemi Influenza. Sebagaimana proses perencanaan kesiapsiagaan emergensi dalam
WHO-ADPC (2006), salah satunya adalah perencanaan yang efektif adalah kesiapsiagaan
merupakan proses yang berlanjut dan dinamis. Sistem deteksi symptom sebagai bentuk deteksi
dini, merupakan salah satu upaya untuk mencegah impact yang lebih besar bila diketahui secara
dini. Demikian pula pada kasus risiko pandemi influenza, yang telah diketahui sifatnya yang
sangat infeksius, dengan kewaspadaan airborne, terlebih halnya pada kondisi belum tersedianya
kamar isolasi bertekanan negatif di Instalasi Gawat Darurat, sehingga perlunya antisipasi
terhadap risiko terjadinya kontaminasi baik ke pasien lain, staf dan pengunjung.
Penggunaan Alat Proteksi Diri pada penanganan kasus risiko pandemi influenza dari
dokumen yang mengatur sudah jelas, namun pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan APD
masih belum dilaksanakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Hal tersebut untuk
menjaga konsistensi kepatuhan dan menjadi data progresifitas yang dapat menjadi referensi
perencanaan program terkait APD selanjutnya, termasuk perencanaan bila suplay APD terbatas
yang saat ini belum diatur di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pada pengelolaan
pengunjung, juga berjalan sesuai instruksi lisan atau insiatif staf karena dokumen terkait belum
ada yang mengatur, selain itu bukti proses terhadap pelaksanaan standar perlu dibuat untuk
menjaga validitas data sehari-hari, bukan data subyektif yang dapat disampaikan oleh staf
maupun manajer ruangan.
Sistem surveilans terkait kasus risiko pandemi influenza yang ada di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, masih sebatas karena adanya permintaan data dari Kemenkes sebagai bagian dari
data nasional. Sedangkan sistem surveilans sebagai data untuk mengetahui trend kasus di rumah
sakit sebagai antisipasi kejadian pandemi belum dilakukan.
Menurut WHO (2004) dalam Zhafran (2011) surveilans adalah suatu kegiatan
pengalaman penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan
distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat
dilakukan penanggulangan untuk dapat dilakukan tindakan efektif. Sedangkan tujuan dari sistem
surveilans menurut Depkes RI (2008) adalah terlaksananya deteksi dini kasus dan respon;
memperoleh informasi tentang gambaran epidemiologi, klinis penyakit, dan virologi; serta untuk
evaluasi upaya penanggulangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar terhadap risiko pandemi
influenza yakni yang terkait dengan,Kebijakan dan organisasi Hasil penelitian tentang
kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada aspek kebijakan dan organisasi,
pada kebijakan didapatkan bahwa sudah ada namun masih ada kendala dalam pengorganisasian
karena nama beberapa tim yang melekat pada jabatan masih mencantumkan pejabat lama.
berdasarkan hasil skoring diperoleh nilai 56%. Secara umum kesiapsiagaan RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar pada aspek sistem komando sudah ada, namun dokumen terkait
prosedur teknis secara mendetail belum ada, khususnya pada proses aktivasi dan deaktivasi tim.
Berdasarkan hasil skoring diperoleh nilai 53%. Hasil penelitian kesiapsiagaan RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar pada aspek pengkajian risiko dan kerawanan, bahwa organisasi
yang bertanggung jawab secara struktural memang sudah ada tapi karena masih baru, sehingga
program yang berjalan belum maksimal karena terkait perencanaan kegiatan yang umumnya
diprogramkan sejak satu tahun sebelumnya. Yang berjalan adalah program prioritas berdasarkan
hazard vurnerability analysis terkait risiko kebakaran pada program kerja K3. Berdasarkan hasil
skoring diperoleh nilai 50%. Bagi rumah sakit yang melayani kasus risiko pandemi influenza :
Kesiapsiagaan rumah sakit terhadap kebijakan dan organisasi terkait Surat Keputusan atau Surat
Tugas yang berhubungan dengan jabatan dibuat mencatumkan nama jabatan bukan nama orang,
untuk mengantisipasi dinamisasi pergantian pejabat.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Wahyu. (2008). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam Bisnis: Dua Metode yang
Tidak untuk Dipertentangkan. Optimal, Vol. 5, No. 2, Jogyakarta.
BNPB, (2012).
Sistem Komando Tanggap Darurat Penanganan Bencana.
[email protected]. Diakses 19 Mei 2013.
Brakston G, et.al, (2007). Transmission of Influenza AI In Human Being. Lancet Infect Dis 7.
Bruno, Hersche dan Olivier, C. Wenker, (2011). Principles of Hospital Disaster Planning.
Depkes RI, (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Cetakan ke-2, Jakarta.
European Centre for Disease Prevention and Control, (2011). Rapid Risk Assessment, Potential
Resurgence of Highly Pathogenic H5N1 Avian Influenza, Stockholm,
Fitriani,
Aulia,
(2012).
Manfaat
Prosedur
Operasional
Standar.
[email protected], Diakses 20 Mei 2013.
Hikmawati, Isna. (2011). Buku Ajar Epidemiologi, Nuha Medika; Yogyakarta.
ICITAP, (2011). Standar Sistem Manajemen Keadaan Darurat. Modul Pelatihan, Edisi
2010/2011.
Kemenkes RI, (2012). Laporan Kasus Flu Burung ke 188. Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakitan dan Penyehatan Lingkungan. www.depkes.go.id. Diakses pada 15 April
2012.
Marshal. Helen. Et.al. (2009). Pandemic Influenza and Community Preparedness, American
Journal of Public Health. Print ISSN.
Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Edisi Pertama-Jakarta:
Salemba Medika.
Purwati, Endang, dkk. (2009). Pengendalian Avian Influensa Mencegah Pandemi Influenza
Di Sumatera Barat. Rekomendasi Diskusi Aktual Bidang Penelitian & Pengembangan
Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Sedyaningsih, Endang R, dkk. (2007). Epidemiology of Cases of H5N1 Virus Infection in
Indonesia, July 2005-June 2006. Rangkuman Kumpulan Penelitian dan Kajian Flu
Burung di Indonesia, 2004-2009.
WHO-ADPC, (2006). Health Care Facility Emergency Preparedness And Response to
Epidemic and Pandemic, Bangkok Thailand.
Zhafran, Abu, (2011). Deskripsi Sistem Surveilans. Abuzhafran.blogspot. com/2011/01/des
kripsi-sistem-surveillance html. Diakses pada 2 April 2012.
Tabel 1.
Kebijakan dan Organisasi terhadap Risiko Pandemi Influenza RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar
Kebijakan dan Organisasi
1
2
3
4
5
6
7
8
Ada Kebijakan nasional dan panduan pada :
Perencanaan emergensi bagi rumah sakit WS
RSWS memliki Plan program terhadap semua hazard
emergensi (internal dan eksternal) termasuk emergensi
peny menular.
Ada hubungan plan tersebut di atas dengan sektor lain
termasuk pada komunitas
Ada plan respon pandemik di RSWS yang berdasarkan
pada fase pandemik WHO
Ada plan respon pandemik termasuk mekanisme
pengenalan trigger yang dapat mengubah status respon
RS
Ada tim atau komite untuk emergency respons planning
di RSWS, Jika ada, ada anggota tim/komite tsb, Ada
peran dan tanggung jawab
Ada orang yang didisain sebagai koordinator Influenza
Pandemik di RSWS?
Ada individu sebagai komite liaison ke Kemenkes Pusat
atau di Provinsi.
JUMLAH NILAI
Sumber : Data Primer
SKOR
%
10
5
0
0
0
10
10
10
45
56
Tabel 2.
Konsep PPI terhadap Risiko Pandemi Influenza RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar
No
Konsep PPI
Skor
1
Program IC : Ada program infection control di RS? Jika ada,
pandemik influenza adalah salah satu programnya.
5
2
Deteksi dini, isolasi dan pelaporan kasus : ada sistem
deteksi dini, isolasi dan pelaporan pada kasus yang
memungkinkan pandemik influenza
5
3
4
6
7
8
Kewaspadaan isolasi :
Ada panduan cara mengisolasi pasien atau suspek pasien
infeksi AI
Ada pengaturan alternative jika RS ruangan isolasi tunggal
penuh
Ada panduan untuk pembatasan pergerakan pasien dan
pengunjung dari ruangan atau area isolasi
Ada perencanaan untuk pembatasan pergerakan/transport
pasien di ruang/area isolasi
Ada perencanaan untuk terkait anggota keluarga dan
pengunjung pada ruang/area isolasi
10
0
0
0
0
Penggunaan APD
RS memiliki kebijakan dan prosedur penggunaan APD
10
Ada perencanaan jika persediaan suplay APD terbatas
0
Keluarga pasien dan pengunjung, Ada panduan dalam
pengendalian keluarga pasien dan pengunjung terhadap
adanya suspek atau konfirm Infeksi AI selama periode
pandemik?
Perawatan pre hospital, Ada panduan perawatan dan
transportasi pasien pre hospital dengan suspek atau konfirm
infeksi AI
Pembuangan sampah, Ada plan pembuangan sampah medis
dan non medis yang mungkin terkontaminasi virus pandemik
influenza
0
10
10
9
Peralatan makan, Ada plan penanganan alat makan pasien
yang diketahui atau mungkin dengan pandemik influenza
0
10
Linen dan laundry, Ada plan untuk linen dan loundry yang
mungkin terkontaminasi sekret respirasi dari pasien dengan
pandemik influenza
0
11
12
13
%
Desinfeksi dan pembersihan lingkungan,
Ada plan
pembersihan dan desinfeksi lingkungan pada permukaan
selama periode pandemik influenza
Pemulangan pasien, Ada plan bila pasien dipulangkan ketika
kemungkinan masih infeksi? Bagaimana edukasi yang
diberikan terkait dengan pasien dan keluarga
0
0
Penanganan jenazah
Ada panduan pada perawatan dan penatalaksanaan jenazah
pada pandemik influenza
10
Ada SPO :
Pemeriksaan post mortem
10
Kontrol lingkungan
0
Pembersihan permukaan setelah autopsy
Mortuary care
JUMLAH NILAI
10
80
Sumber : Data Primer
0
38
Download