BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yang saling berbenturan, yaitu Lempeng Samudera HindiaAustralia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasific, sehingga menjadikan Indonesia rawan terhadap terjadinya berbagai bencana alam, terutama gempa bumi. Gempa bumi terjadi secara cepat dan mendadak, dan seringkali menyebabkan kerusakan parah terutama pada bangunan-bangunan sederhana seperti rumah penduduk, sekolah, dan rumah ibadah, yang dibuat secara spontan, tanpa memperhatikan prinsip-prinsip rekayasa struktur yang diperlukan agar bangunan mempunyai ketahanan yang baik saat terjadi gempa. Adapun ketika bagian struktur suatu bangunan telah didesain melalui perhitungan dan analisis yang cermat, kerusakan seringkali terjadi pada bagian non-struktur terutama dinding. Selain merupakan bagian terlemah dalam bangunan rumah sederhana, dinding memiliki dimensi yang relatif besar. Kerusakan pada dinding dapat mengakibatkan kerugian yang besar bahkan korban jiwa. Besarnya beban akibat gempa yang terjadi diterima oleh sumbu kuat dan sumbu lemah dinding. Beban gempa pada sumbu kuat dinding dapat menyebabkan perubahan bentuk geometri dinding menjadi jajar genjang. Selain retak-retak pada dinding, perubahan geometri dinding akan diikuti oleh kerusakan lainnya seperti kerusakan pintu dan jendela yang ada pada bidang dinding tersebut. Sedangkan beban gempa pada sumbu lemah dinding dapat menyebabkan dinding terguling. Sebagai salah satu elemen bangunan rumah atau gedung, dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain batu buatan, batu alam, kayu, dan beton. Bangunan rumah sederhana di Indonesia pada umumnya menggunakan batu buatan (bata atau batako) sebagai penyusun dinding karena mudah didapat dan ekonomis. Namun pembuatan dinding dengan metode 1 pasangan batu buatan memiliki kelemahan yaitu penggunaan mortar pada sambungan antar material pasangan sehingga prediksi yang akurat dari kapasitas dinding tersebut sulit dilakukan karena bersifat non-homogen. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan penyusun dinding lain selain bata atau batako yang selain memiliki kekuatan material yang lebih besar dari bata atau batako, juga memiliki sifat yang sama/homogen di seluruh bidang dinding. Dalam penelitian ini, dinding mortar cor di tempat dengan perkuatan tulangan arah horizontal dan dengan balok dan kolom praktis sebagai frame akan diuji dengan pembebanan statik sejajar arah sumbu kuat dinding. Penggunaan perkuatan tulangan horizontal diharapkan dapat memperbesar kekakuan dan mengurangi kerusakan geser pada dinding mortar sekaligus sebagai angkur antara dinding mortar dengan kolom. Sedangkan pengecoran balok dan kolom dilakukan secara precast untuk mempercepat proses pelaksanaan pembuatan dinding dan menghemat penggunaan bekisting. Hasil pengujian dinding mortar kemudian akan dibandingkan dengan hasil pengujian serupa pada dinding pasangan batako. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu sejauh mana kelebihan dinding mortar dengan perkuatan tulangan horizontal dibanding dengan dinding batako baik dari segi kekuatan maupun perilaku kerusakannya dalam menahan beban lateral statik sejajar sumbu kuat dinding. 1.3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui kapasitas beban lateral dan kekakuan dinding mortar dengan perkuatan tulangan horizontal. b. Mengetahui pola keruntuhan dinding mortar dengan perkuatan tulangan horizontal. c. Membandingkan kapasitas beban lateral, kekakuan dan pola keruntuhan dinding mortar dengan tulangan horizontal dengan dinding pasangan batako. 2 d. Membandingkan kapasitas beban lateral dinding mortar dengan tulangan horizontal hasil pengujian dengan hasil analisis manual. 1.4. Batasan Masalah a. Dinding yang diuji merupakan dinding mortar dengan perkuatan baja tulangan arah horizontal 6-500 mm dan dinding pasangan batako. b. Dinding pasangan batako menggunakan plesteran penutup dan acian, sedangkan dinding mortar dengan perkuatan baja tulangan arah horizontal ditambahkan acian tanpa plesteran. c. Pekerjaan beton menggunakan perbandingan volume 1PC : 2PS : 3SP, sedangkan mortar menggunakan perbandingan volume 1PC : 6PS. d. Pembebanan yang diberikan pada pengujian adalah beban lateral statik sejajar dengan arah sumbu kuat dinding. e. Tidak ada beban vertikal yang diberikan pada struktur dinding. 1.5. Manfaat Penelitian a. Mengetahui pengetahuan tentang kekuatan dinding mortar dengan perkuatan tulangan horizontal dalam menahan beban lateral akibat gempa. b. Mengetahui alternatif bahan yang dapat digunakan sebagai dinding pengisi pada bangunan rumah sederhana. 1.6. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan penulis dan berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya, topik penelitian mengenai “Analisis Kekuatan Dinding Mortar Cor di Tempat dengan Perkuatan Tulangan Horizontal dan Balok-Kolom Precast Akibat Beban Statik” belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang dinding mortar cor di tempat pernah dilakukan oleh Hasta Adi (2009) yang pada benda uji dinding mortarnya menggunakan perkuatan tulangan horizontal dan vertikal bersamaan, dan pembuatan balok-kolomnya dilakukan secara cast in place. Berbeda dengan penelitian kali ini yang hanya menggunakan perkuatan tulangan horizontal dengan jarak 500 mm dan balok-kolom sistem precast. 3