bab ii batangmmmmmmm

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Batang bagi tumbuhan merupakan salah satu organ yang sangat penting,
terutama bagi tumbuhan yang tumbuh di darat atau sering disebut dengan
tumbuhan darat. Batang menunjang tumbuh tubuh tumbuhan untuk tetap
berdiri tegak dan melakukan aktivitasnya sebagai mana mestinya karena
proses pengambilan makanan yang diperlukan tumbuhan salah satunya
melalui batang.
Selain untuk penunjang tubuh tumbuhan, batang juga menjadi tempat
tumbuhnya daun dan bahkan bunga dan buah. Karena itu fungsi batang pada
tumbuhan sangat penting .
1.2 Rumusan Masalah.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Apa pengertian batang?
b. Bagaimana susunan jaringan pada batang?
c. Bagaimana perkembangan batang?
d. Apa saja jenis-jenis batang?
e. Bagaimana pertumbuhan anomali pada batang?
f. Bagaimana sifat dan fungsi batang?
g. Bagaimana percabangan pada batang?
1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian batang?
b. Untuk mengetahui susunan jaringan pada batang?
c. Untuk mengetahui perkembangan batang?
d. Untuk mengetahui jenis-jenis batang?
e. Untuk mengetahui pertumbuhan anomali pada batang?
f. Untuk mengetahui sifat dan fungsi batang?
g. Untuk mengetahui percabangan pada batang?
1.4 Manfaat
a. Dapat mengetahui pengertian batang?
b. Dapat mengetahui susunan jaringan pada batang?
c. Dapat mengetahui perkembangan batang?
d. Dapat mengetahui jenis-jenis batang?
e. Dapat mengetahui pertumbuhan anomali pada batang?
f. Dapat mengetahui sifat dan fungsi batang?
g. Dapat mengetahui percabangan pada batang?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi batang
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung
sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi tunas
terminal. Batang merupakan bagian tumbuhan yang ada di atas tanah,
menghasilkan alat-alat lateral berupa daun dan tunas. Di bagian batang yang
sudah tua, daunnya saling berjauhan, buku (nodus) tempat melekatnya daun
dapat dibedakan dengan ruas (internodus), yaitu bagian batang antara dua
buku yang berurutan.
Jaringan pada batang dapat dibagi menjadi jaringan dermal, jaringan dasar,
dan jaringan pembuluh. Perbedaan struktur primer batang pada spesies yang
berlainan didasari oleh perbedaan dalam jumlah jaringn dasar dan jaringan
pembuluh.
2.2 Susunan Jaringan Pada Batang

Epidermis
Epidermis pada batang terdiri atas selapis sel yang memiliki mulut daun
(stomata) dan rambut (trikomata). Sel-sel pada epidermis juga dilapisi
oleh kutikula. Sel epidermis adalah sel hidup dan mampu bermitosis. Hal
ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan
dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Respons sel epidermis terhadap
tekanan itu adalah dengan melebar tangensial dan membelah antiklinal.
3

Korteks
Korteks adalah daerah di antara epidermis dan silinder pembuluh paling
luar. Batas antara korteks dan daerah jaringan pembuluh sering tidak jelas
karena tidak ada endodermis. Terutama tersusun oleh jaringan dasar
(parenkim). Kebanyakan ada kolenkim di bagian terluar korteks. Kolenkim
dan perenkim korteks kadang mengandung kloroplas. Pada batang rumputrumputan bagian luar korteks diperkuat oleh sklerenkim. Beberapa dikotil
membentuk pita caspary pada sel lapisan korteks paling dalam dan pada
beberapa pteridophyta endodermis nampak jelas.
Empulur terdiri dari sel parenkim yang dapat mengandung kloroplas.
Dalam empulur banya ruang antar sel yang mencolok besarnya. Sel-sel di
bagian tepi empulur berukuran kecil, tersusun kompak, disebut seludang
perimedula. Baik korteks maupun empulur dapat mengandung idioblas
berisi Kristal, benda ergastik lain sklereid atau latisifer.

Stele (system jaringan pembuluh)
System jaringan pembuluh primer terdiri dari sejumlah berkas pembuluh
yang berbeda-beda ukurannya. Posisi xilem dan floem juga beragam.
Menurut teori stele (Van Tieghem & Douliot (1886), struktur sumbu
batang dan akar itu sama, yakni korteks mengelilingi pusat bagian tengah
yang disebut stele. Stele berarti tiang atau pilar,terdiri atas system
pembuluh dengan parenkim di daerah interfasikuler, empulur
dan
perisikel. Stele juga disebut silinder pusat atau silinder pembuluh,
meskipun termasuk ke dalamnya parenkim.
Klasifikasi stele didasari oleh penyebaran jaringan pembuluh dan jaringan
bukan pembuluh. Macam stele dibagi menjadi dua kelompok dasar yaitu:
1.
Protostele, sumbu xilem padat, tanpa empulur, dikelilingi floem.
Dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
4
Haplostele, xilem berbentuk lingkaran pada penampang melintang,
dikelilingi floem. Contohnya pada Rhynia dan Selaginella.
Aktinostele, xilem berbentuk seperti bintang pada penampang
melintangnya. Contohnya pada Lycopodium dan Psilotum.
Gambar Penampang batang Sellaginela
Gambar aktinostele
Gambar plektostele
Plektostele, xilem pecah menjadi lempengan membujur yang sebagian
bersambungan dan lainnya terpisah. Contohnya pada Lycopodium dan
Annotinum.
2. Sifonostele, xilem tidak padat, ada silinder empulur di dalam xilem.
Floem mengelilingi xilem di sebelah luar. Karena berongga, stele ini
juga disebut solenostele. Dua tipe sifonostele dibedakan menurut
kedudukan xilem dan floem, yaitu:
5
 Sifonostele ektofolik, hanya floem mengelilingi xilem di sebelah
luarnya. Contohnya pada paku-pakuan.
 Sifonostele amfifloik, floem disebelah luar dab sebelah dalam
silinder xilem. Contohnya pada Adiatum dan Marsilea.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, sifonostele tidak memiliki
celah daun, karena daun amat kecil dan pengengkutan dapat dilakukan
dari sel ke sel. Pada beberapa tumbuhan paku, celah daun cukup pendek
dalam arah vertical. Sifonostele amfifloik dengan celah daun yang
berurutan terletak cukup berjauhan satu dari yang lain dinamakan
solenostele. Pada paku lain, celah daun memanjang vertical dan saling
meliputi pada ruas, sehingga silinder pembuluh tampak tersayat
menjadi beberapa berkas, dengan floem mengelilingi xilem. Bentuk
seperti ini dinamakan diktiostele. Berkas pembuluh di sini saling
berhubungan, sehingga terjadi jalinan berbentuk silinder. Setiap berkas
pembuluh dinamakan meristele. Stele pada gymnospermae dan
angiospermae yang terdiri dari system ikatan pembuluh dan daerah
interfasikuler disebut eustele. Jika stele terdiri dari ikatan pembuluh
yang tersebar, disebut ataktostele.
Berkas pembuluh batang yang melengkung ke arah daun disebut jalan
daun. Pasokan jaringan pembuluh ke arah cabang lateral juga diperoleh
dari berkas batang, berkas tersebut dinamakan jalan dahan.
Sebagaimana jalan daun, jalan dahan pun berhubungan dengan bagian
jaringan pembuluh primer. Jadi, seluruh bagian sumbu batang dan daun
berhubungan lewat system pembuluh primer.
Pada batang diferensiasi xilem biasanya secara sentrifugal, yaitu ke arah
luar. Xilem yang pertama kali dibentuk yaitu protoxilem terletak di
bagian dalam, berdekatan dengan bagian pusat batang. Xilem ang
demikian disebut endark. Ini berbeda dengan xilem akar yang bersifat
eksark. Diferensiasi floem sama seperti pada akar, yaitu secara
sentripetal.
6
2.3 Perkembang Batang
Pada batang, pertumbuhan primer ditandai oleh pemanjangan dan pelebaran
aksis di bawah meristem apikal. Apeks pucuk merupakan tempat meristem
apeks, beserta jaringan meristematik yang diturunkan, bersama-sama
menghasilkan dasar tubuh tumbuhan. Schmidt (1924) membagi daerah apeks
tengah pada angiospermae menjadi dua daerah utama, yaitu tunika dan
korpus. Tunika berupa lapisan luar dengan pembalahan sel dalam bidang
antiklinal, sedang korpus adalah daerah di bawah tunika dengan pembelahan
sel ke segala arah.
Sel apeks sentral pada tunika dan korpus kadang-kadang lebih besar
dibandingkan dengan yang ada di kedua sisinya, dinamakan pemula tunika
atau korpus. Daerah sentral di bawah korpusadalah meristem rusuk yang
membentuk deretan sel yang selanjutnya menjadi jaringan empulur. Daerah
sentral itu dikelilingi oleh meristem sisi (perifer) yang akan menghasilkan
prokambium, daerah korteks dan bakal daun. Pada jarak yang lebih jauh dari
apeks, organogenesis dan histogenesis menjadi lebih menonjol. Daerah perifer
yang akan menghasilkan bakal daun, epidermis, korteks dan jaringan
pembuluh dapat dibedakan dari empulur. Dengan demikian, makin jauh dari
meristem apeks, ketiga macam meristem jaringan, yaitu sistem epidermal,
sistem pembuluh dan sistem jaringan dasarakan terdiferensiasi. Mula-mula
dibentuk protoderm, prokambium, dan meristem dasar, kemudian menjadi
jaringan dewasa.
Jaringan dermal atau epidermis berdiferensiasi dari lapisan terluar meristem
apeks, yakni lapisan tunika terluar. Jaringan pembuluh primer berkembang
dari prokambium yang pada gilirannya berdiferensiasi dari turunan meristem
apeks, sedangkan jaringan korteks dan empulur berdiferensiasi dari meristem
tepi dan meristem rusuk, dan mengalami vakuolasi secara cepat dalam proses
itu.
7
Dengan bertambahnya vakuolasi sel-sel empulur dan korteks, menyebabkan
terbentuknya suatu zona yang memisahka kedua bagian tersebut, dinamakan
meristem sisa karena dianggap sisa meristem apeks. Di bawah tempat
melekatnya bakal daun, sel meristem ini membelah memanjang tanpe diikuti
oleh pembentangan sel membentuk prokambium. Prokambium kemudian
terdiferensiasi menjadi ikatan pembuluh batang, dan yang menuju ke daun.
Setelah semua berkas pembuluh telah terdiferensiasi, meristem sisa
berdiferensiasi menjadi parenkim interfasikuler. Pada buku, sebagian
meristem sisa menjadi parenkim celah daun.
Diferensiasi prokambium diikuti oleh diferensiasi unsur pembuluh, mula-mula
pada berkas prokambium yang lebih tua, kemudian pada berkas yang lebih
muda. Pada berkas kolateral floem pertama tampak di sebelah luar dan xilem
pertama di sebelah dalam dari berkas prokambium. Diferensiasi selanjutnya
untuk floem adalah sentripetal sehingga unsur floem baru terdapat lebih dekat
ke pusat batang. Xilem berdiferensiasi kearah luar atau sentrifugal, dan
disebut xilem endark.
Bakal daun dibentuk di daerah sisi samping apeks pucuk dengan adanya
pembelahan sel di tempat itu yang mengakibatkan terjadinya tonjolan yang
disebut penyangga daun. Pada tumbuhan berfilotaksis spiral, bakal daun
berikutnya akan terjadi di tempat lain dan seterusnya bergantian sekeliling
meristem apeks. Periode yang memisahkan pembentukan dua bakal daun yang
berurutan disebut plastokron. Sementara bakal daun tumbuh meristem apeks
juga bertambah tinggi sampai saat bakal daun berikutnya dibentuk.
Pada kebanyakan Angiospermae, pembentukan tunas lateral berposisi adaksial
dan aksiler tehadap bakal daun. Biasanya tunas lateral atau tunas ketiak
dibentuk sedikit lebih lambat dibandingkan dengan bakal daunyang
mendukungnya. Tunas lateral dapat juga berkembang dari sekelompok
jaringan meristematik yang disebut meristem lepas, artinya tidak lagi
berhubungan dengan meristem apeks. Bakal tunas dapat juga terjadi di tempat
8
lain dan disebut tunas tambahan atau tunas adventif. Pembentukannya adalah
dengan cara dediferensiasi sel yang bersifat parenkim. Dapat dibentuk secara
eksogen, artinya dari jaringan di dekat permukaan (contohnya pada
Couroupita guianensis) atau secara endogen, artinya dibentuk dari jaringan
yang lebih dalam (contohnya pada Theobroma cacao) yang mempunyai tunas
ketiak dorman yang tertanam dalam kulit kayu.
Pertumbuhan batang menjadi lebih panjang dan lebar dilakukan oleh daerah di
bawah meristem apeks atau daerah subapikal. Daerah ini dinamakan juga
daerah pemanjangan primer dan bukan meristem rusuk atau meristem
empulur. Pada batang yang berdaun normal, pemanjangan batang terutama
terjadi pada ruas. Pada tumbuhan yang memiliki stadium roset pemanjangan
ruas tidak terjadi dan daun tetap merapat. Pada monokotil, terdapat daerah
meristematik yang terpusat di daerah tertentu pada ruas, disebut meristem
interkalar. Daerah meristem interkalar dapat mempertahankan kemampuan
tumbuh, lama setelah pemanjangan ruas itu selesai. Pada daerah ini, jaringan
pembuluh akan terdiferensiasi, tetapi unsur trakeal dewasa dipengaruhi oleh
pemanjangan jaringan dasar. Dengan adanya pamanjangan, unsur trakeal rusak
dan fungsinya diganti oleh unsur xilem yang baru.
Penambahan tebal batang melibatkan pembelahan dan pembentangan sel-sel
dalam empulur dan korteks. Pada jenis yang memiliki panabalan sekunder,
penebalan primer tadak banyak. Selama penebalan primer, bentuk batang
menjadi serupa kerucut terbalik, karena ruas yang dibentuk kemudian lebih
lebar daripada yang lebih tua. Pada kabanyakan Dikotil dan beberapa
Monokotil, pertumbuhan sekunder memantapkan sumbu dengan menambah
tebal sumbu dimulai dari dasarnya.
Penambahan tinggi batang yang dicapaioleh pertumbuhan meristem
apekssering disertai dengan penambahan tebal batang. Penebalan ini
disebabkan oleh pertumbuhan sekunder akibat aktivitas kambium pembuluh
yang menambah jumlah jaringan pembuluh di batang. Pertumbuhan sekunder
terjadi pada batang pokok, cabang, tangkai daun dan ibu tulang daun.
9
Beberapa tumbuhan dikotil basah dan kebanyakan monokotil tidak memiliki
pertumbuhan
sekunder.
Pada
pertumbuhan
sekunder
juga
tercakup
pembentukan periderm dari felogen. Posisi periderm tetap dibagian paling luar
batang sampai beberapa tahun.
Pada tumbuhan yang memiliki pertumbuhan sekunder, sebagian kambium
diantara floem dan xilem akan berdiferensiasi menjadi kambium pembuluh.
Kambium pada berkas pembuluh disebut kambium fasikuler, dan kambium
yang dibentuk di daerah parenkim diantara dua berkas pembuluh yang
berdampingan dinamakan kambiun interfasikuler. Kedua macam kambium
itu bersinambungan membentuk silinder.
Pada umumnya pertumbuhan sekunder dari kambium menghasilkan lingkaran
xilem dan floem terus menerus. Pertumbuhan sekunder menyebabkan
perubahan tertentu pada jaringan yang ada disebelah luar kambium. Empulur
dan xilem primer diselubungi oleh xilem sekunder, dan elemen pengangkut
primer berhenti berfungsi. Sel-sel protoxilem menjadi rusak, namun parenkim
yang ada di sekitarnya masih ada. Kadang-kadang sel empulur berubah bentuk
oleh tekanan dari badan sekunder.
Floem primer didorong kearah luar, protoxilem dapat berkembang menjadi
serat. Korteks masih ada dalam beberapa tahun. Sel-sel yang berdinding tipis
mengalami kerusakan, epidermis masih ada atau tidak ada. Dengan
pertumbuha sekunder selanjutnya, floem sekunder di duga di tekan dari arah
dalam, sehingga terjadi pembentangan silinder kayu. Karena bertambahnya
lingkaran yang terjadi akibat pembelahan sel di dalam parenkim floem dan
jari-jari empulurke arah perifer, yang dinamakan dilatasi.
2.4 Jenis-Jenis Batang
Jenis batang ditentukan oleh struktur primer dan sekundernya. Batang
tumbuhan dikotil biasanya berkayu, dapat dalam bentuk herba atau merambat.
10
Batng monokotil ada yang berkambium ada yang tidak. Ada batang yang
mengalami pertumbuhan sekunder yang tidak lazim atau brstruktur anomali.
1) Batang Conifer
Batang conifer, contohnya pinus memiliki ikatan pembuluh yang terpisah
dengan daerah yang lain oleh daerah interfasikuler yang relatif sempit.
Kambium pembuluh tersusun oleh bagian fasikuler dan interfasikuler.
Xilem hanya terdiri dari trakeid. Xilem primer terlihat dekat dengan
empulur, tetapi floem primer hilang. Apabila floem primer masih ada,
maka dapat ditemukan batas antara floem dan korteks. Di sel-sel korteks
dapat dijumpai saluran resin/dammar/hars.
2) Batang Dikotil Berkayu
Kebanyakan dikotil berbentuk pohon, daerah interfasikuler sempit.
Jaringan pembuluh sekunder membentuk silinder yang bersinambungan
dan tidak ada jari-jari empulur primer yang lebar. Batang Tilia memiliki
beberapa ciri-ciri umum batang dikotil berkayu.
Di batas dalam xilem sekunder terdapat xilem primer yang memilikidaerah
yang luas, tersusun oleh trakea, trakeid, serat, dan parenkim xilem. Floem
sekunder menunjukkan penampaka yang khas karena adanya dilatasi sel
jari-jari empulur dan ada serat yang letaknya bergantian dengan lapisan
yang mengandung buluh tapis, sel pengiring, dan sel-sel parenkim.
Korteks tetap ada, mudah dibedakan dari floem primer yang mengandung
serat dibagian perifer.
3) Batang Dikotil Herba
Beberapa tumbuhan dikotil basah memiliki pertumbuha sekunder,
strukturnya seperti dikotil berkayu. Contohnya Hibiscus cannabinus.
Pada awal pertumbuhan sekunder tetap ada. Periderm dengan lenti sel
muncul pada epidermis. Satu lapisan korteks atau lebih dapat berisi
kloroplas. Floem primer menghasilkan serat protofloem,floem sekunder
menghasilkan serat. Jari-jari empulur banyak yang melebar pada waktu
11
batang bertambah tua. Empulur terdiri dari parenkim dan mengandung sel
lendir. Pati dan kristal dapat ditemukan pada empulur, korteks, jari-jari
empulur, dan parenkim aksial. Berkas xilem primer terbesar mengandung
protoxilem dengan unsure trakeal yang sudah remuk.
4) Batang Dikotil Memanjat
Pada batang yang merambat jari-jari empulur biasanya sangat lebar,
sehingga penampakan xilem sekunder tampak terbelah. Contohnya pada
Vitis (anggur),
system pembuluh primer terdiri dari sejumlah berkas yang terpisah-pisah.
Kambium fasikuler dan interfasikuler bersinambungan. Kambium
interfasikuler membentuk parenkim saja sehingga jari-jari empulur tampak
jelas dan lebar. Protofloem membentuk serat setelah berhenti berfungsi.
Kelompok serat juga ada dalam floem sekunder. Korteks terdiri dari
kolenkim dan parenkim dengan kloroplas. Lapisan terdalam korteks adalah
seludang pati. Empulur terdiri dari parenkim.
Pemula periderm tidak muncul tepat di bawah epidermis, tetapi dari
lapisan yang lebih dalam. Periderm mula-mula tampak dalam floem
primer, di bawah serabut floem primer, dan merupakan derivat sel-sel
parenkim metafloem. Felogen menjadi lingkaran yang bersinambungan
diantara silinder pembuluh, oleh karena juga berdiferensiasidari parenkim
interfasikuler. Periderm selanjutnya berasal dari lapisan floem sekunder.
5) Batang Monokotil
Sistem pembuluh terdiri dari ikatan yang tersebar, memiliki sarung daun
yang melindungi ruas-ruas batang yang diselubungnya. Batang monokotil
sering termodifikasi menjadi rizoma (Gladiolus, Iris) atau pucuk menjadi
bulbus (Allium). Pada rumput-rumputan, silinder pembuluh tersusun dalam
dua lingkaran. Pada bagian perifer terletaksilinder pembuluh yang kecil,
sedang silinder pembuluh yang besar terletak dibagian yang lebih dalam,
12
seperti pada: Triticum, Avena, Hordeum, Sacale, dan Oryza. Atau
mungkin ikatan pembuluh yang besar tersebar dibagian tengah, dan yang
kecil tersusun rapat dibagian perifer (Zea, Saccarum, Sorghum, Bambusa).
Ikatan pembuluh kolateral, masing-masing dikelilingi oleh sarung
sklerenkim.
Pada banyak monokotil herba tidak terdapat atau sedikit sekali yang
mengalami pertumbuhan yang menambah tebal batang. Monokotil yang
memiliki batang yang tebak dengan ruas pendek dan daun yang rapat
memiliki meristem penebalan primer. Meristem tersebut berada di
daerah perisikel tepat di bawah apeks, dan menghasilkan turunan radial.
Turunannya berupa parenkim baik kearah luar maupun kea rah dalam.
Pada banyak monokotil, meristem tersebut berhenti kegiatannya di
belakang meristem apeks, sehingga penebalan selanjutnya terbata, namun
pada Palmae, penebalan batang terjadi dengan adanya pembelahan dan
penebalan sel parenkim dasar, dan prosesnya disebut pertumbuhan
sekunder. Pada beberapa liliaflorae berkayu (Aloe, Yucca, dan Agave)
penebalan batang selanjutnya dicapai oleh meristem penebalan sekunder
yang khusus. Meskipun sama letaknya dengan meristem penebalan primer,
namun meristem ini dibentuk agak jauh dari apeks batang dan berkas
pembuluh sekunder sering amfivasal dan memanjang radial. Meristem
penebalan primer dan sekunder pada monokotil tidak homolog dengan
cambium pembuluh pada dikotil karena susunan turunannya berbeda
sekali. Beberapa monokotil (Aloe, Cocus, dan Roystonea) membentuk
jenis periderm, sedang yang lain memiliki lapisan gabus bertingkat.
2.5 Pertumbuhan Anomali pada Batang
Anomali adalah perilaku kambium pembuluh yang tidak biasa atau tidak
sama dengan yang umum terjadi. Kambium berposisi normal tapi distribusi
xylem dan floem tidak normal. Misalnya pada Passiflora glandulosa,
kambium menghasilkan lebih banyak xylem daripada floem di beberapa
tempat tertentu, sedangkan di tempat lain floem lebih banyak daripada xilem.
13
Pada Aristolochia, kambium hanya membentuk parenkim seperti jari-jari
empulur, jumlah berkas ini bertambah dengan meningkatnya keliling
kambium.
Pada Serjania, kambium mula-mula tampak sebagai berkas terpisah yang
masing-masing mengelilingi kelompok berkas pembuluh atau hanya satu
berkas pembuluh. pada Leptadenia Strychnos, dan Tunbergia, floem dibentuk
tidak hanya ke sebelah luar, namun juga kearah dalam sehingga berkas floem
beranastomosis dan tertanam dalam xylem. Pada Bugenvillea tidak ada
kambium normal dan berkas pembuluh terpisah satu sama lain
2.6 Sifat dan Fungsi Batang
Sifat-sifat batang

umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain.

terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi buku-buku dan pada
buku-buku inilah terdapat daun.

biasanya tumbuhnya ke atas.

ujungnya selalu bertambah panjang.

mengadakan percabangan.

umumnya tidak berwarna hijau kecuali tumbuhan yang umurnya pendek.
Fungsi batang :

Mendukung bagian-bagian tumbuhan seperti daun, bunga, dan buah.

Dengan percabanganya memperluas bidang asimilasi.

Sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas
dan sebagai jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.

Menjadi tempat penimbunan zat-zat asimilasi makanan cadangan.
2.7 Percabangan pada Batang
14
Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga macam
cara percabangan, yaitu :
1. Monodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan
lebih panjang daripada cabangnya, misalnya pada pohon cemara
(Casuarina equisetifolia L.).
Pohon monodial
2.
Simpodial, batang pokok sukar dibedakan dengan cabangnya. Contohnya
pada sawo manila (Achras zapota L.),
3.
Menggarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan yang batangnya setiap
kali bercabang menjadi dua cabang yang sama besarnya. Misalnya pada
paku andam (Gleichenia linearis).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Batang merupakan bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, menghasilkan
alat-alat lateral berupa daun dan tunas.
2.
Jaringan batang tersusun atas jaringan epidermis, korteks, dan stele (sistem
jaringan pembuluh).
3.
Pada batang pertumbuhan primer ditandai oleh pemanjangan dan
pelebaran aksis di bawah meristem apikal. Jaringan dermal atau epidermis
berdiferensiasi dari lapisan terluar meristem apeks. Jaringan pembuluh
primer berkembang dari prokambium yang berdiferensiasi dari turunan
meristem apeks, sedangkan jaringan korteks dan empulur berdiferensiasi
dari meristem tepi, meristem rusuk, dan mengalami vakuolasi dalam prose
itu.
4.
Jenis-jenis batang berdasarkan struktur primer dan sekundernya dibedakan
menjadi batang conifer, batang dikotil berkayu, batang dikotil herba,
batang dikotil memanjat dan batang monokotil.
5.
Anomali adalah perilaku kambium pembuluh yang tidak biasa atau tidak
sama dengan yang umum terjadi.
6.
Sifat batang diantaranya umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder
atau dapat pula mempunyai bentuk lain, terdiri atas ruas-ruas yang masingmasing dibatasi buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
16
7.
Fungsi batang diantaranya mendukung bagian-bagian tumbuhan seperti
daun, bunga, dan buah, memperluas bidang asimilasi dan sebagai jalan
pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan sebagai
jalan
8.
Percabangan
pada
batang
diantaranya
monodial,
simpodial,
dan
menggarpu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hasnunidah, Neni. 2010. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandar
Lampung: Unila.
Hidayat, E B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Tjitrospoepomo, Gembong.1953. Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press
18
LAMPIRAN
19
Download