Latar Belakang - Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan

advertisement
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
“PERAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DALAM PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN
BENCANA NONALAM (ZOONOSIS) DI DAERAH”
DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2016
DASAR PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
 Pasal 18 (1) UUD 45
NKRI dibagi atas daerah-daerah PROV & daerah PROV itu
dibagi atas KAB/KOTA, yg tiap-tiap PROV, KAB & KOTA itu
mempunyai pemerintahan daerah yg diatur dgn UU.
 Pasal 18B (1) UUD 45
NKRI mengakui & menghormati Satuan2 PEMDA yg
BERSIFAT KHUSUS & ISTIMEWA yg diatur dgn UU.
 Pasal 18 B (2) UUD 45
NKRI mengakui & menghormati kesatuan2 masy hukum adat
beserta hak2 TRADISONALNYA sepanjang masih hidup &
sesuai dgn perkembangan masy & prinsip NKRI diatur dgn UU.
SISTEM PEMERINTAHAN NKRI
MPR
DPR
DPD
PRESIDEN
BPK
MA
MK
LEMBAGA NEGARA
LAINNYA
Kementerian Negara
Dewan Pertimbangan
TNI/Polri
DEKONSENTRASI
GUB. & INSTANSI
VERTIKAL
BUP/WALKOT
DESENTRALISASI
DAERAH
OTONOM
TUGAS
PEMBANTUAN
DAERAH
OTONOM
PEMDA PROV
dilimpahkan
PEMDA KAB/KOTA
CAMAT
DELEGASI
(DESENTRALISASI FUNGSIONAL)
BADAN PENGELOLA
BUMN, OTORITA,DLL
ELEMEN DASAR PEMERINTAHAN DAERAH
1. Urusan
Pemerintahan (Function)
kewenangan daerah.
2. Kelembagaan (Institution) ada yg
mengurusi.
3. Personil (Personnel) ada orangnya.
4. Keuangan Daerah (Local Finance)
anggaran.
5. Perwakilan (Representation) DPRD.
6. Pelayanan Publik (Public Service).
7. Pengawasan (Control/Supervision)
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Politik Luar Negeri
Pertahanan
Keamanan
Agama
Yustisi
Moneter dan Fiskal
Nasional
URS. PEM-AN WAJIB.
URS
PEM
1.DILAKSANAKAN
SENDIRI (KP/KD)
2. DEKON
1. Pelayanan Dasar (SPM)
2. Non Pelayanan Dasar
CONCURRENT
URS. PEM-AN PILIHAN.
PUM
1. BINAWAS KEBANGSAAN & KETAHANAN NAS dlm Pengamalan Pancasila,
Pelaksanaan UUD 1945, Pelestarian Bhineka Tunggal Ika, Pemertahanan &
Pemeliharaan Keutuhan NKRI
2. Binawas PERSATUAN & KESATUAN BANGSA.
3. Bina Kerukunan Antar Suku & Intra Suku, Umat Beragama, Ras, & Gol. Lainnya
guna mewujudkan STABILITAS KEAMANAN LOKAL, REGIONAL & NASIONAL.
4. Penanganan konflik sosial sesuai Per – UU.
5. KOORDINASI PELAKSANAAN TUGAS ANTAR INSTASI PEMERINTAHAN di
wilayah Prov, Kab & Kota utk menyelesaikan permasalahan dgn
memperhatikan prinsip demokrasi, HAM, pemerataan, keadilan, keistimewaan
& kekhususan, potensi , keanekaragaman daerah sesuai Per – UU.
6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila.
7. Pelaksanaan urs. PEM. yg BUKAN MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH & tidak
dilaksanakan oleh INSTANSI VERTIKAL.
Lanjutan
KONKUREN
URS. PEM . WAJIB
YAN
DASAR
NON YAN
DASAR
Pendidikan, Kesehatan, PU &
Penataan Ruang, Perum Rakyat
&
Kawasan
Permukiman,
TRANTIBUM
DAN
LINMAS
(Trantibum,
Bencana,
&
Kebakaran) & Sosial.
ditentukan SPM nya
Naker,
Pemberdayaan
Perempuan & Perlindungan
Anak,
Pangan,
Pertanahan,
Likungan
Hidup,
Adminduk
Capil,
PMD,
Pengendalian
Penduduk & KB, Perhubungan,
Kominfo,
Koperasi
UKM,
Penanaman
Modal,
Kepemudaan
& Olah raga,
Statistik,
Pesandian,
Kebudayaan, Perpustakaan &
Kearsipan,
URS. PEM . PILIHAN
(Pusat, Prov., Kab/Kota)
Kelautan & Perikanan,
Pariwisata, Pertanian,Kehutanan,
ESDM, Perdagangan,
Perindustrian, & Transmigrasi
mengacu pada NSPK
ALUR PENDANAAN MENURUT
PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTION
PUSAT
Belanja Pusat
di PUSAT
Belanja
Pemerintah
PUSAT
A
P
B
N
DAERAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
6 Urusan ABSOLUT
K/L
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Bunga Utang
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
Belanja Untuk
DAERAH
Belanja Pusat
di DAERAH
Kanwil di Daerah
Kantor
Daerah
KONKUREN & PUM
Dikerjakan
sendiri/UPT/Balai
Dana Sektoral
di DAERAH
Dilimpahkan ke
GUB, Bup/walkot
sbg WKL PEM
Dana DEKON
Ditugaskan ke
PROV, KAB/KOTA
DANA TP
APBD
1.Dana Perimbangan
(Dana Bagi Hasil, DAU
dan DAK)
DANA
DESEN
2. Dana OTSUS & ISTIMEWA
HIBAH
3. Dana Penyesuaian
6
Dana Darurat
LATAR BELAKANG
1
• WILAYAH INDONESIA TERLETAK DIGARIS KHATULISTIWA PD POSISI SILANG ANTARA DUA
BENUA & DUA SAMUDRA DENGAN KONDISI ALAM YG MEMILIKI BERBAGAI KEUNGGULAN
ANTARA LAIN KEANEKARAGAMAN HAYATI (FLORA ,FAUNA, TERUMBU KARANG, DLL)
SALAH SATU NEGARA KEPULAUAN TERBESAR DIDUNIA.
2
•WILAYAH INDONESIA TERLETAK PADA KONDISI GEOGRAFIS, GEOLOGIS,
HIDROLOGIS & DEMOGRAFIS YG MEMUNGKINKAN TERJADINYA BENCANA
(TRIPLE PLATE JUNCTION, THE PACIFIC RING OF FIRE & ALPIDE BELT).
3
•HAMPIR 80% WILAYAH KABUPATEN/KOTA DI SELURUH INDONESIA
MEMILIKI POTENSI BENCANA (BENCANA ALAM, NON ALAM DAN SOSIAL).
4
• WILAYAH NKRI SANGAT LUAS, MAKA UNTUK MEMPERPENDEK RENTANG
KENDALI PELAKSANAAN TUPOKSI & BINWAS PEMERINTAH THD PENYELENG.
URUSAN PEMDA DISELENGGARAKAN ASAS DEKONS DAN TP.
DASAR HUKUM
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Perpres No.30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis.
Permendagri No. 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
PERAN STRATEGIS KEMENDAGRI DAL. ZOONOSIS
Alenia ke IV
Pembukaan UUD ‘45
• NKRI bertanggung jawab
melindungi segenap bangsa
Indonesia
dan
seluruh
tumpah darah Indonesia
dengan
tujuan
untuk
memberikan
perlindungan
terhadap kehidupan dan
penghidupan
termasuk
perlindungan atas bencana.
UU NO. 23 Tahun 2014
Melakukan binwas teknis
administratif serta fas.
Penyeleng. Penang.
Bencana termasuk
Pengendalian Zoonosis
Kewenangan
Kelembagaan
Personil
Perencanaan
BPBD DAN KOMDA PROVINSI,
KABUPATEN DAN KOTA
PENGENDALIAN ZOONOSIS
Perpres No. 30 Tahun 2011
Pasal 12 Huruf E sebagai
Pembina Umum Penyeleng.
Pemda untuk melakukan
pengaturan, sbb:
Anggaran
Pelayanan Publik
Monev & Binwas
PRA BENCANA
PERLINDUNGAN MASYARAKAT
TERHADAP DAMPAK BENCANA
NONALAM (ZOONOSIS)
TANGGAP DARURAT
PASKA BENCANA
KOMISI PENGENDALIAN ZOONOSIS
KOMISI PROV DAN
KAB/KOTA,
PENGENDALIAN
ZOONOSIS ITU APA ?
1.Lembaga yg dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas
sektor/SKPD dlm pelaksanaan pengendalian zoonosis
secara komprehensif & terintegrasi.
2.Lembaga bersifat Ad Hoc.
3.Lembaga dibentuk & ditetapkan dgn Perkada.
4.Hubungan kerja kelembagaan pengendalian zoonosis
bersifat koordinatif fungsional.
PENGENDALIAN ZOONOSIS DI DAERAH DILAKUKAN MELALUI
KOORDINASI LINTAS SKPD/INSTANSI TERKAIT
DINAS
PERDAGANGAN
BALAI
KARANTINA
DINAS
KEHUTANAN
DINAS
PENDIDIKAN
SETDA
BAPPEDA
DINAS
PU
BPBD
PERLU DIBENTUK
LEMBAGA SEBAGAI
WADAH KOORDINASI
PENGENDALIAN
ZOONOSIS
(PERPRES 30/2011)
Pasal 21 - 28
DINAS
KESEHATAN
INSTANSI
PENEGAK
HUKUM
DPPKAD
DINAS
PERTANIAN
DINAS
ESDM
DINAS
INFOKOM
11
DINAS
PERHUBUNGAN
KOORDINASI LINTAS SKPD/INSTANSI TERKAIT DALAM MEMBANGUN
SISTEM PENGENDALIAN ZOONOSIS
DINAS
PERDAGANGAN
DINAS
KEHUTANAN
BALAI
KARANTINA
DINAS
PENDIDIKAN
SETDA
BAPPEDA
1.
DINAS
PU
2.
3.
4.
BPBD
5.
6.
SISTEM PENGENDALIAN
ZOONOZIS
Kebijakan, Strategi, Program,
dan Kegiatan
Regulasi (Pergub, Perbub, dan
Perda)
Kelembagaan (SKPD dan Komda
Pengendalian Zoonosis)
Pendanaan (APBD dan sumber
lainnya)
SDM dan sumber daya lain
Jejaring Komunikasi Informasi
dan Edukasi
DINAS
KESEHATAN
INSTANSI
PENEGAK
HUKUM
DPPKAD
DINAS
PERTANIAN
DINAS
ESDM
DINAS
INFOKOM
12
DINAS
PERHUBUNGAN
KOMISI NASIONAL PENGENDALIAN ZOONOSIS
Pasal 9 Perpres 30/2011
Bertugas untuk :
1. Mengoordinasikan & menyinkronkan perumusan
kebijakan & program nasional pengendalian
zoonosis;
2. Mengoordinasikan & menyinkronkan pelaksanaan
& pengawasan pengendalian zoonosis;
3. Memberikan arahan pelaksanaan kebijakan &
program pengendalian zoonosis kepada Komisi
Pengendalian
Zoonosis
Prov
&
Komisi
Pengendalian Zoonosis Kab/Kota ;
4. Evaluasi
pelaksanaan pengendalian zoonosis
secara nasional.
TUGAS KOMISI PROVINSI
Pasal 22
1.
2.
Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis mempunyai
tugas mengoordinasikan & menyinkronkan
penyusunan kebijakan, program pelaksanaan &
pengawasan pengendalian zoonosis di wilayah
Prov.
Dlm
mengoordinasikan
&
menyinkronkan
penyusunan kebijakan & program pengendalian
zoonosis di wilayah Prov, Komisi Pengendalian
Zoonosis Prov. memperhatikan Kebijakan &
Program Nasional Pengendalian Zoonosis & arahan
Komnas Pengendalian Zoonosis.
TUGAS KOMISI KAB/KOTA
1.
2.
Pasal 26
Komisi Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis
mempunyai
tugas
mengoordinasikan
&
menyinkronkan
penyusunan
kebijakan
&
program,
pelaksanaan,
&
pengawasan
pengendalian zoonosis di wilayah Kab/kota.
Dlm
mengoordinasikan
&
menyinkronkan
penyusunan kebijakan & program pengendalian
zoonosis di wilayah kab./kota, Komisi Kabu/Kota
Pengendalian Zoonosis memperhatikan Kebijakan
& Program Nasional Pengendalian Zoonosis &
Arahan Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis
KELEMBAGAAN
PERPRES No.30/2011
Ketua : Menko Kesra
Wakil Ketua : Mendagri, Mentan dan Menkes
Sekretaris : Deputi III Menko Kesra
Anggota : 16 K/L
KOMISI
NASIONAL
Komisi Provinsi
Komisi Kab/
Kota
Komisi Kab/
Kota
* Sesuaikan dengan PERKADA
PERGUB
Ketua : Gubernur
Wakil Ketua : *
Sekretaris : *pejabat yang memiliki fungsi koordinasi
lintas sektor
Anggota : SKPD pelaksana teknis terkait
PERBUP/PERWALI
Ketua : Bupati/Walikota
Wakil Ketua : *
Sekretaris : *pejabat yang memiliki fungsi koordinasi lintas
sektor
Anggota : SKPD pelaksana teknis terkait
KOORDINASI
PERENCANAAN
TERPADU
PRESIDEN
KETERSEDIAAN
SUMBERDAYA
KEPEMIMPINAN
Menko PMK
MENTAN
MENKES
MENDAGRI
K P P Z
SEKDA
DUKUNGAN MULTI SEKTOR
DINKES
DINPKH
DUKUNGAN SKPD & LNP TERKAIT
K B/K P Z
K B/K P Z
SEKDA
SEKDA
DINKES
DINPKH
DUKUNGAN SKPD LNP TERKAIT
DINKES
DINPKH
DUKUNGAN SKPD LNP TERKAIT
TIM PELAKSANA
1.Dlm
melaksanakan
tugasnya,
Komisi
Pengendalian Zoonosis Prov & Kab/Kota dibantu
oleh Tim Pelaksana yang dipimpin oleh Sekretaris
Komisi Provinsi & Kab/Kota Pengendalian
Zoonosis.
2.Keanggotaan Tim Pelaksana, terdiri dari Unsur
Pemda yg diwakili oleh :
a.Pejabat pemda dari instansi keanggotaan
Komisi Prov & Kab/Kota Pengendalian
Zoonosis.
b.Instansi terkait lainnya.
c. Organisasi profesi.
d.Pakar.
e.Akademisi.
SEKRETARIAT KOMISI
Untuk
kelancaran
pelaksanaan
tugasnya, Komisi Prov. & Kab/ Kota
Pengendalian Zoonosis dibantu oleh
Sekretariat
&
secara
fungsional
dilakukan oleh unit kerja dilingkungan
SETDA yang membidangi KESRA.
TATA KERJA KOMISI PROVINSI
1.Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis mengadakan sidang secara berkala
sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dlm 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu
jika diperlukan.
2.Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis dapat mengundang para ahli/pakar,
Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis, pihak lain yg diperlukan untuk
hadir dalam sidang sesuai dengan topik pembahasan dalam sidang.
3.Hasil Sidang Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis oleh masing-masing
anggota Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dilaksanakan di SKPD
masing-masing sesuai dengan tugas & fungsi dengan memperhatikan
ketentuan Per-UU.
4.Para anggota Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis menyampaikan hasil
pelaksanaan dan permasalahan yang ada dalam pengendalian zoonosis yang
dilaksanakan di SKPD masing-masing guna dibahas & dicari penyelesaiannya
dalam Sidang Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis.
5.Hasil Sidang Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis disampaikan kepada
Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis sebagai acuan pengendalian
zoonosis di wilayah Kab/Kota.
6.Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis melaporkan hasil pelaksanaan
tugasnya kepada MENKO Bidang KESOS selaku Ketua Komisi Nasional
Pengendalian Zoonosis, secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun dan sewaktu-waktu, jika diperlukan.
TATA KERJA KOMISI KAB/KOTA
1.Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis mengadakan sidang secara berkala
sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dlm 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu jika
diperlukan.
2.Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis dapat mengundang para ahli/pakar,
Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis, pihak lain yang diperlukan untuk hadir
dalam sidang sesuai dengan topik pembahasan dalam sidang.
3.Hasil Sidang Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis oleh masing-masing
anggota Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis dilaksanakan di SKPD masingmasing sesuai dgn tugas & fungsi dengan memperhatikan ketentuan Per-UU &
Hasil Sidang Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis.
4.Para anggota Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis menyampaikan hasil
pelaksanaan & permasalahan yang ada dalam pengendalian zoonosis yang
dilaksanakan di SKPD masing-masing guna dibahas & dicari penyelesaiannya
dalam Sidang Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis.
5.Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis melaporkan hasil pelaksanaan
tugasnya kepada Gub. selaku Ketua Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis, secara
berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dlm 1 (satu) tahun & sewaktu-waktu,
jika diperlukan.
PELAPORAN KOMISI KAB/KOTA
1.SKPD Kab/Kota sesuai dgn tugas & fungsi
melaporkan hasil pelaksanaan pengendalian zoonosis
kepada Bup/Walkot.
2.Laporan tersebut dibahas dlm Sidang Komisi
Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis & disusun
dlm 1 (satu) laporan pengendalian zoonosis
kabupaten/kota.
3.Bup/Walkot menyampaikan laporan pengendalian
zoonosis Kab/Kota wilayahnya kepada Gub.
PELAPORAN KOMISI PROVINSI
1.SKPD Prov. sesuai dengan TUPOKSI melaporkan hasil
pelaksanaan pengendalian zoonosis kepada Gub.
2.Laporan tersebut & laporan pengendalian zoonosis
Kab/Kota, dibahas dalam Sidang Komisi Pengendalian
Zoonosis Prov. & disusun dlm 1 (satu) laporan
pengendalian Zoonosis Prov.
3.Gub menyampaikan laporan pengendalian zoonosis
Prov. kepada Menko PMK selaku Ketua Komisi Nasional
Pengendalian Zoonosis & Mendagri RI.
PEMBIAYAAN
1. Pembiayaan
pelaksanaan
kebijakan
&
program
pengendalian zoonosis dibebankan kepada APBN & APBD cq
Anggaran masing-masing Kementerian/LPNK, baik Pusat
maupun Daerah sesuai dengan TUPOKSI.
2. Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas
Komisi Pengendalian Zoonosis Prov dibebankan kepada
APBD Prov & sumber dana lainnya yang sifatnya tidak
mengikat sesuai dengan Per-UU.
3. Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas
Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis dibebankan kepada
APBD Kab/Kota & sumber dana lainnya yang sifatnya tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan Per-UU.
FASILITASI PEMBENTUKAN KOMDA PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA PENGENDALIAN ZOONOSIS
TAHUN 2013 DAN TAHUN 2014

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
TAHUN 2013
PROV. DIY
PROV. BALI
PROV.JATENG
PROV.KEPRI
PROV. SULUT
PROV. LAMPUNG
PROV NTT
PROV. SUMBAR
PROV. SULSEL
PROV. PAPUA
PROV. NTB
PROV. SUMUT
PROV.BANTEN
PROV. JABAR
PROV. KALBAR
PROV KALTIM

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
TAHUN 2014
PROV. ACEH
18. PROV.
PAPUA
PROV. RIAU
PROV. BENGKULU
PROV. JAMBI
PROV. BABEL
PROV. JATENG
PROV. JATIM
PROV. KALTENG
PROV. KALSEL
PROV. SULSEL
PROV. SULTENG
PROV. SULBAR
PROV. SULUT
PROV. SULTENG
PROV. GORONTALO
PROV. MALUKU
PROV. MALUKU UTARA
• TAHUN 2015
1.SUMATERA BARAT
2.KEP. RIAU
3.LAMPUNG
4.JAWA TIMUR
5.KALIMANTAN TENGAH
6.SULAWESI SELATAN
7.SULAWESI UTARA
8.SULAWEI BARAT
9.BALI
10.NTT
11.MALUKU
12.MALUKU UTARA
PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH PENGENDALIAN ZOONOSIS PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 30 TAHUN 2011
TENTANG PENGENDALIAN ZOONOSIS
NO
PROVINSI
KABUPATEN
KOTA
DITETAPKAN DENGAN
1.
ACEH
Keputusan Gubernur
2.
SUMATERA UTARA
Keputusan Gubernur
3.
RIAU
Keputusan Gubernur
4.
JAMBI
Keputusan Gubernur
5.
SUMATERA BARAT
6.
SUMATERA SELATAN
7.
LAMPUNG
8.
KEP. BANGKA BELITUNG
9.
KEP. RIAU
10.
BANTEN
1.
2.
3.
4.
Agam
Dharmasraya
Padang Pariaman
Limapuluh kota
Keputusan Gubernur
Keputusan Gubernur
5.Lampung Selatan
6.Lampung Tengah
7. Pringsewu
8. Tulang Bawang Barat
1. Bandar Lampung
Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota
Keputusan Gubernur
9. Lingga
Keputusan Gubernur
Keputusan Gubernur
LANJUTAN
NO
PROVINSI
KABUPATEN
KOTA
14. Sukoharjo
15. Klaten
16.Grobogan
17. Temanggung
DITETAPKAN DENGAN
Keputusan Bupati/Walikota
13
DAISTA YOGYAKARTA
Keputusan Gubernur
14
NUSA TENGGARA BARAT
Keputusan Gubernur
15
NUSA TENGGARA TIMUR
18. Ende
19. Flores
16
KALIMANTAN BARAT
20. Landak
21. Sekadau
22. Kayong Utara
23. Ketapang
24 Sambas
25. Kubu Raya
26. Bengkayang
27. Sanggau
28. Melawi
29. Kapuas Hulu
30. Sintang
17
KALIMANTAN TIMUR
Keputusan Gubernur
18
KALIMANTAN SELATAN
Keputusan Gubernur
19
KALIMANTAN TENGAH
31. Kota Waringin Barat
Keputusan Gubernur/Bupati
4. Pontianak
5 Singkawang
Keputusan Gubernur
/Bupati/Walikota
Keputusan Gubernur/Bupati
LANJUTAN
NO
PROVINSI
KABUPATEN
KOTA
20
SULAWESI UTARA
21
SULAWESI BARAT
Keputusan Gubernur
22
MALUKU
Keputusan Gubernur
23.
PAPUA
Keputusan Gubernur
24
BALI
Keputusan Gubernur
25
SULAWESI TENGGARA
Keputusan Gubernur
26.
GORONTALO
Keputusan Gubernur
27.
BENGKULU
Keputusan Gubernur
28.
SULAWESI SELATAN
29.
30.
SULAWESI TENGAH
MALUKU UTARA
JUMLAH
6. MANADO
DITETAPKAN DENGAN
Keputusan Gubernur/Walikota
33.SINJAI
34. LUWU
35.TORAJA UTARA
36. BONE
37. MAROS
38. SOPPENG
39. LUWU TIMUR
40. SIDRAP
41. LUWU UTARA
Keputusan Gubernur
Keputusan Gubernur
Provinsi = 31, Kabupaten = 41, Kota = 6
LANJUTAN
TAHUN 2015, KEMDAGRI RI DENGAN KEGIATAN DEKONSENTRASI,
MEMFASILITASI PEMDA DALAM PERCEPATAN PENGENDALIAN ZOONOSIS,
DI 12 (DUA BELAS) PROVINSI
1. PROV. SUMATERA BARAT
2. PROV. KEPULAUAN RIAU
3. PROV. SULAWESI BARAT
4. PROV. NTT
5. PROV. BALI
6. PROV. KALIMANTAN TENGAH
7. PROV. MALUKU
8. PROV. MALUKU UTARA
9. PROV. SULAWESI UTARA
10.PROV. SULAWESI SELATAN
11.PROV. JAWA TIMUR
12.PROV. LAMPUNG
KEMDAGRI TELAH MENGELUARKAN KEBIJAKAN, MELALUI:
SURAT MENDAGRI No: 360/1449/SJ Tanggal 28 April 2009 perihal Antisipasi
Penanganan Flu Babi.
SURAT MENDAGRI No: 433/2437/SJ Tanggal 6 Juli 2009 perihal Antisipasi
Penanganan Flu A Baru (H1N1).
SURAT MENDAGRI No: 188.31/2367/SJ Tanggal 23 Juni 2011 perihal Sosialisasi
Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pengendalian Zoonosis.
SURAT MENDAGRI No: 188.31/3265/SJ Tanggal 24 Agustus 2011 perihal Tindak
Lanjut Dalam Pengendalian Zoonosis.
SE MENDAGRI No: 443.34/8977/SJ Tanggal 31 Desember 2013 tentang
Percepatan Pengendalian Zoonosis di Daerah.
.
SURAT MENDAGRI No: 443.24/3422/SJ Tanggal 24 Juni 2015 perihal Peningkatan
Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap Wabah Zoonosis di Seluruh Wilayah
Indonesia.
PETA INSIDENSI DAN ENDEMISITAS ZOONOSIS
Peta Insidensi Zoonosis Pada Manusia dan
Endemisitas Pada Hewan 2005-2011 (sumber : KNPZ
2012)
KEJADIAN ZOONOSIS DI INDONESIA
Perkembangan Zoonosis di Indonesia (sumber :
kementerian kesehatan per Juni 2013)
250
206
195
200
184
150
135
100
82
45
41
50
31
21
9 12 9
17
1
23
22
5
28
8
0
0
0
0
0
0
positif Flu Burung
Rabies (Lyssa)
2009
Anthraks
2010
2011
2012
fatal leptospirosis
2013
plaque
0
PERMASALAHAN
Belum difokuskan upaya pengendalian pd penyebab penularan di
sektor hulu & pengurangan faktor risiko penularan al: perilaku,
lingkungan, sosial budaya dll;
Keterbatasan sumber daya pem &
menanggulangi penyebaran zoonosis;
pemda
utk
mencegah
&
Belum optimalnya pelaks. chain of command antara pem & pemda
khususnya dlm penanggulangan zoonosis langsung pd sumbernya;
Keterbatasan kapasitas kelembagaan serta belum
implementasi regulasi tentang pengendalian zoonosis.
optimalnya
Penanggulangan zoonosis masih dianggap sebagai urusan
pemerintah saja & upaya yang dilakukan masih terfokus pada
langkah-langkah kedaruratan.
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGENDALIAN ZOONOSIS
1.
2.
3.
4.
Gubernur, Bupati &Walikota untuk menugaskan SKPD terkait
di daerah dlm pengerahan sumberdaya strategis,
pencegahan, pemantauan (surveilans) & peningkatan
kewaspadaan dini terhadap penularan wabah zoonosis
khususnya pada pasar hewan & unggas tradisional.
Memerintahkan dinas terkait utk segera menyusun &
menerapkan Pedoman Respon Darurat terhadap wabah
zoonosis;
Berkoordinasi & inisiasi kerjasama daerah untuk melakukan
pengawasan lalulintas distribusi hewan/ unggas lintas
daerah;
Bilamana ditemukan KLB terkait wabah zoonosis, melalui
BPBD & dinas terkait di daerah segera melakukan
pemusnahan
terbatas
(culling)/masal,
diikuti
dgn
pembersihan, desinfeksi &penutupan pasar unggas dan
hewan hidup.
HARAPAN KEDEPAN
A.
B.
C.
Penyus peta drh rawan zoonosis dan penyebarannya, kab./kota serta
dukungan angg. zoonosis di drh pd APBD prov., kab./kota.
Mengidentifikasi, mengkaji & memantau risiko penyebaran wabah
zoonosis berdasarkan peta risiko zoonosis serta menerapkan sistem
peringatan dini yg terintergrasi pusat dan daerah.
Meletakkan pengurangan risiko zoonosis sbg salah satu prioritas Nas.
maupun Drh yg didukung oleh kelembagaan kuat (Komisi Daerah
Pengendalian Zoonosis prov./kab./kota).
D. Memperkokoh risk governance & kemitraan. Mempertimbangkan adanya
risiko multidimensi sebagai akibat dari wabah zoonosis termasuk
implikasi terhadap kegiatan ekonomi & perdagangan Nas. dan Internl.
E.
Integrasi pengurangan risiko bencana (PRB), pengendalian zoonosis dan
peningkatan sistem kewaspadaan dini (early warning) serta Adaptasi
Perubahan Iklim (API) di tingkat lokal ke dalam perenc. pembangunan
Nas dan Daerah.
F.
Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pd semua tingkatan masy.
agar respon thd wabah zoonosis dpt dilakukan lebih efektif.
TERIMA KASIH
SUMATERA
KALIMANTAN
IRIAN JAYA
JAVA
Download