KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA “PERAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA NONALAM (ZOONOSIS) DI DAERAH” DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 DASAR PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Pasal 18 (1) UUD 45 NKRI dibagi atas daerah-daerah PROV & daerah PROV itu dibagi atas KAB/KOTA, yg tiap-tiap PROV, KAB & KOTA itu mempunyai pemerintahan daerah yg diatur dgn UU. Pasal 18B (1) UUD 45 NKRI mengakui & menghormati Satuan2 PEMDA yg BERSIFAT KHUSUS & ISTIMEWA yg diatur dgn UU. Pasal 18 B (2) UUD 45 NKRI mengakui & menghormati kesatuan2 masy hukum adat beserta hak2 TRADISONALNYA sepanjang masih hidup & sesuai dgn perkembangan masy & prinsip NKRI diatur dgn UU. SISTEM PEMERINTAHAN NKRI MPR DPR DPD PRESIDEN BPK MA MK LEMBAGA NEGARA LAINNYA Kementerian Negara Dewan Pertimbangan TNI/Polri DEKONSENTRASI GUB. & INSTANSI VERTIKAL BUP/WALKOT DESENTRALISASI DAERAH OTONOM TUGAS PEMBANTUAN DAERAH OTONOM PEMDA PROV dilimpahkan PEMDA KAB/KOTA CAMAT DELEGASI (DESENTRALISASI FUNGSIONAL) BADAN PENGELOLA BUMN, OTORITA,DLL ELEMEN DASAR PEMERINTAHAN DAERAH 1. Urusan Pemerintahan (Function) kewenangan daerah. 2. Kelembagaan (Institution) ada yg mengurusi. 3. Personil (Personnel) ada orangnya. 4. Keuangan Daerah (Local Finance) anggaran. 5. Perwakilan (Representation) DPRD. 6. Pelayanan Publik (Public Service). 7. Pengawasan (Control/Supervision) PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT 1. 2. 3. 4. 5. 6. Politik Luar Negeri Pertahanan Keamanan Agama Yustisi Moneter dan Fiskal Nasional URS. PEM-AN WAJIB. URS PEM 1.DILAKSANAKAN SENDIRI (KP/KD) 2. DEKON 1. Pelayanan Dasar (SPM) 2. Non Pelayanan Dasar CONCURRENT URS. PEM-AN PILIHAN. PUM 1. BINAWAS KEBANGSAAN & KETAHANAN NAS dlm Pengamalan Pancasila, Pelaksanaan UUD 1945, Pelestarian Bhineka Tunggal Ika, Pemertahanan & Pemeliharaan Keutuhan NKRI 2. Binawas PERSATUAN & KESATUAN BANGSA. 3. Bina Kerukunan Antar Suku & Intra Suku, Umat Beragama, Ras, & Gol. Lainnya guna mewujudkan STABILITAS KEAMANAN LOKAL, REGIONAL & NASIONAL. 4. Penanganan konflik sosial sesuai Per – UU. 5. KOORDINASI PELAKSANAAN TUGAS ANTAR INSTASI PEMERINTAHAN di wilayah Prov, Kab & Kota utk menyelesaikan permasalahan dgn memperhatikan prinsip demokrasi, HAM, pemerataan, keadilan, keistimewaan & kekhususan, potensi , keanekaragaman daerah sesuai Per – UU. 6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila. 7. Pelaksanaan urs. PEM. yg BUKAN MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH & tidak dilaksanakan oleh INSTANSI VERTIKAL. Lanjutan KONKUREN URS. PEM . WAJIB YAN DASAR NON YAN DASAR Pendidikan, Kesehatan, PU & Penataan Ruang, Perum Rakyat & Kawasan Permukiman, TRANTIBUM DAN LINMAS (Trantibum, Bencana, & Kebakaran) & Sosial. ditentukan SPM nya Naker, Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak, Pangan, Pertanahan, Likungan Hidup, Adminduk Capil, PMD, Pengendalian Penduduk & KB, Perhubungan, Kominfo, Koperasi UKM, Penanaman Modal, Kepemudaan & Olah raga, Statistik, Pesandian, Kebudayaan, Perpustakaan & Kearsipan, URS. PEM . PILIHAN (Pusat, Prov., Kab/Kota) Kelautan & Perikanan, Pariwisata, Pertanian,Kehutanan, ESDM, Perdagangan, Perindustrian, & Transmigrasi mengacu pada NSPK ALUR PENDANAAN MENURUT PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTION PUSAT Belanja Pusat di PUSAT Belanja Pemerintah PUSAT A P B N DAERAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 6 Urusan ABSOLUT K/L Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang Subsidi Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain Belanja Untuk DAERAH Belanja Pusat di DAERAH Kanwil di Daerah Kantor Daerah KONKUREN & PUM Dikerjakan sendiri/UPT/Balai Dana Sektoral di DAERAH Dilimpahkan ke GUB, Bup/walkot sbg WKL PEM Dana DEKON Ditugaskan ke PROV, KAB/KOTA DANA TP APBD 1.Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, DAU dan DAK) DANA DESEN 2. Dana OTSUS & ISTIMEWA HIBAH 3. Dana Penyesuaian 6 Dana Darurat LATAR BELAKANG 1 • WILAYAH INDONESIA TERLETAK DIGARIS KHATULISTIWA PD POSISI SILANG ANTARA DUA BENUA & DUA SAMUDRA DENGAN KONDISI ALAM YG MEMILIKI BERBAGAI KEUNGGULAN ANTARA LAIN KEANEKARAGAMAN HAYATI (FLORA ,FAUNA, TERUMBU KARANG, DLL) SALAH SATU NEGARA KEPULAUAN TERBESAR DIDUNIA. 2 •WILAYAH INDONESIA TERLETAK PADA KONDISI GEOGRAFIS, GEOLOGIS, HIDROLOGIS & DEMOGRAFIS YG MEMUNGKINKAN TERJADINYA BENCANA (TRIPLE PLATE JUNCTION, THE PACIFIC RING OF FIRE & ALPIDE BELT). 3 •HAMPIR 80% WILAYAH KABUPATEN/KOTA DI SELURUH INDONESIA MEMILIKI POTENSI BENCANA (BENCANA ALAM, NON ALAM DAN SOSIAL). 4 • WILAYAH NKRI SANGAT LUAS, MAKA UNTUK MEMPERPENDEK RENTANG KENDALI PELAKSANAAN TUPOKSI & BINWAS PEMERINTAH THD PENYELENG. URUSAN PEMDA DISELENGGARAKAN ASAS DEKONS DAN TP. DASAR HUKUM UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Perpres No.30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis. Permendagri No. 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah. PERAN STRATEGIS KEMENDAGRI DAL. ZOONOSIS Alenia ke IV Pembukaan UUD ‘45 • NKRI bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk perlindungan atas bencana. UU NO. 23 Tahun 2014 Melakukan binwas teknis administratif serta fas. Penyeleng. Penang. Bencana termasuk Pengendalian Zoonosis Kewenangan Kelembagaan Personil Perencanaan BPBD DAN KOMDA PROVINSI, KABUPATEN DAN KOTA PENGENDALIAN ZOONOSIS Perpres No. 30 Tahun 2011 Pasal 12 Huruf E sebagai Pembina Umum Penyeleng. Pemda untuk melakukan pengaturan, sbb: Anggaran Pelayanan Publik Monev & Binwas PRA BENCANA PERLINDUNGAN MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK BENCANA NONALAM (ZOONOSIS) TANGGAP DARURAT PASKA BENCANA KOMISI PENGENDALIAN ZOONOSIS KOMISI PROV DAN KAB/KOTA, PENGENDALIAN ZOONOSIS ITU APA ? 1.Lembaga yg dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas sektor/SKPD dlm pelaksanaan pengendalian zoonosis secara komprehensif & terintegrasi. 2.Lembaga bersifat Ad Hoc. 3.Lembaga dibentuk & ditetapkan dgn Perkada. 4.Hubungan kerja kelembagaan pengendalian zoonosis bersifat koordinatif fungsional. PENGENDALIAN ZOONOSIS DI DAERAH DILAKUKAN MELALUI KOORDINASI LINTAS SKPD/INSTANSI TERKAIT DINAS PERDAGANGAN BALAI KARANTINA DINAS KEHUTANAN DINAS PENDIDIKAN SETDA BAPPEDA DINAS PU BPBD PERLU DIBENTUK LEMBAGA SEBAGAI WADAH KOORDINASI PENGENDALIAN ZOONOSIS (PERPRES 30/2011) Pasal 21 - 28 DINAS KESEHATAN INSTANSI PENEGAK HUKUM DPPKAD DINAS PERTANIAN DINAS ESDM DINAS INFOKOM 11 DINAS PERHUBUNGAN KOORDINASI LINTAS SKPD/INSTANSI TERKAIT DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGENDALIAN ZOONOSIS DINAS PERDAGANGAN DINAS KEHUTANAN BALAI KARANTINA DINAS PENDIDIKAN SETDA BAPPEDA 1. DINAS PU 2. 3. 4. BPBD 5. 6. SISTEM PENGENDALIAN ZOONOZIS Kebijakan, Strategi, Program, dan Kegiatan Regulasi (Pergub, Perbub, dan Perda) Kelembagaan (SKPD dan Komda Pengendalian Zoonosis) Pendanaan (APBD dan sumber lainnya) SDM dan sumber daya lain Jejaring Komunikasi Informasi dan Edukasi DINAS KESEHATAN INSTANSI PENEGAK HUKUM DPPKAD DINAS PERTANIAN DINAS ESDM DINAS INFOKOM 12 DINAS PERHUBUNGAN KOMISI NASIONAL PENGENDALIAN ZOONOSIS Pasal 9 Perpres 30/2011 Bertugas untuk : 1. Mengoordinasikan & menyinkronkan perumusan kebijakan & program nasional pengendalian zoonosis; 2. Mengoordinasikan & menyinkronkan pelaksanaan & pengawasan pengendalian zoonosis; 3. Memberikan arahan pelaksanaan kebijakan & program pengendalian zoonosis kepada Komisi Pengendalian Zoonosis Prov & Komisi Pengendalian Zoonosis Kab/Kota ; 4. Evaluasi pelaksanaan pengendalian zoonosis secara nasional. TUGAS KOMISI PROVINSI Pasal 22 1. 2. Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis mempunyai tugas mengoordinasikan & menyinkronkan penyusunan kebijakan, program pelaksanaan & pengawasan pengendalian zoonosis di wilayah Prov. Dlm mengoordinasikan & menyinkronkan penyusunan kebijakan & program pengendalian zoonosis di wilayah Prov, Komisi Pengendalian Zoonosis Prov. memperhatikan Kebijakan & Program Nasional Pengendalian Zoonosis & arahan Komnas Pengendalian Zoonosis. TUGAS KOMISI KAB/KOTA 1. 2. Pasal 26 Komisi Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis mempunyai tugas mengoordinasikan & menyinkronkan penyusunan kebijakan & program, pelaksanaan, & pengawasan pengendalian zoonosis di wilayah Kab/kota. Dlm mengoordinasikan & menyinkronkan penyusunan kebijakan & program pengendalian zoonosis di wilayah kab./kota, Komisi Kabu/Kota Pengendalian Zoonosis memperhatikan Kebijakan & Program Nasional Pengendalian Zoonosis & Arahan Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis KELEMBAGAAN PERPRES No.30/2011 Ketua : Menko Kesra Wakil Ketua : Mendagri, Mentan dan Menkes Sekretaris : Deputi III Menko Kesra Anggota : 16 K/L KOMISI NASIONAL Komisi Provinsi Komisi Kab/ Kota Komisi Kab/ Kota * Sesuaikan dengan PERKADA PERGUB Ketua : Gubernur Wakil Ketua : * Sekretaris : *pejabat yang memiliki fungsi koordinasi lintas sektor Anggota : SKPD pelaksana teknis terkait PERBUP/PERWALI Ketua : Bupati/Walikota Wakil Ketua : * Sekretaris : *pejabat yang memiliki fungsi koordinasi lintas sektor Anggota : SKPD pelaksana teknis terkait KOORDINASI PERENCANAAN TERPADU PRESIDEN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA KEPEMIMPINAN Menko PMK MENTAN MENKES MENDAGRI K P P Z SEKDA DUKUNGAN MULTI SEKTOR DINKES DINPKH DUKUNGAN SKPD & LNP TERKAIT K B/K P Z K B/K P Z SEKDA SEKDA DINKES DINPKH DUKUNGAN SKPD LNP TERKAIT DINKES DINPKH DUKUNGAN SKPD LNP TERKAIT TIM PELAKSANA 1.Dlm melaksanakan tugasnya, Komisi Pengendalian Zoonosis Prov & Kab/Kota dibantu oleh Tim Pelaksana yang dipimpin oleh Sekretaris Komisi Provinsi & Kab/Kota Pengendalian Zoonosis. 2.Keanggotaan Tim Pelaksana, terdiri dari Unsur Pemda yg diwakili oleh : a.Pejabat pemda dari instansi keanggotaan Komisi Prov & Kab/Kota Pengendalian Zoonosis. b.Instansi terkait lainnya. c. Organisasi profesi. d.Pakar. e.Akademisi. SEKRETARIAT KOMISI Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya, Komisi Prov. & Kab/ Kota Pengendalian Zoonosis dibantu oleh Sekretariat & secara fungsional dilakukan oleh unit kerja dilingkungan SETDA yang membidangi KESRA. TATA KERJA KOMISI PROVINSI 1.Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis mengadakan sidang secara berkala sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dlm 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan. 2.Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis dapat mengundang para ahli/pakar, Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis, pihak lain yg diperlukan untuk hadir dalam sidang sesuai dengan topik pembahasan dalam sidang. 3.Hasil Sidang Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis oleh masing-masing anggota Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dilaksanakan di SKPD masing-masing sesuai dengan tugas & fungsi dengan memperhatikan ketentuan Per-UU. 4.Para anggota Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis menyampaikan hasil pelaksanaan dan permasalahan yang ada dalam pengendalian zoonosis yang dilaksanakan di SKPD masing-masing guna dibahas & dicari penyelesaiannya dalam Sidang Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis. 5.Hasil Sidang Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis disampaikan kepada Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis sebagai acuan pengendalian zoonosis di wilayah Kab/Kota. 6.Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada MENKO Bidang KESOS selaku Ketua Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis, secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan sewaktu-waktu, jika diperlukan. TATA KERJA KOMISI KAB/KOTA 1.Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis mengadakan sidang secara berkala sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dlm 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan. 2.Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis dapat mengundang para ahli/pakar, Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis, pihak lain yang diperlukan untuk hadir dalam sidang sesuai dengan topik pembahasan dalam sidang. 3.Hasil Sidang Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis oleh masing-masing anggota Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis dilaksanakan di SKPD masingmasing sesuai dgn tugas & fungsi dengan memperhatikan ketentuan Per-UU & Hasil Sidang Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis. 4.Para anggota Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis menyampaikan hasil pelaksanaan & permasalahan yang ada dalam pengendalian zoonosis yang dilaksanakan di SKPD masing-masing guna dibahas & dicari penyelesaiannya dalam Sidang Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis. 5.Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gub. selaku Ketua Komisi Prov. Pengendalian Zoonosis, secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dlm 1 (satu) tahun & sewaktu-waktu, jika diperlukan. PELAPORAN KOMISI KAB/KOTA 1.SKPD Kab/Kota sesuai dgn tugas & fungsi melaporkan hasil pelaksanaan pengendalian zoonosis kepada Bup/Walkot. 2.Laporan tersebut dibahas dlm Sidang Komisi Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis & disusun dlm 1 (satu) laporan pengendalian zoonosis kabupaten/kota. 3.Bup/Walkot menyampaikan laporan pengendalian zoonosis Kab/Kota wilayahnya kepada Gub. PELAPORAN KOMISI PROVINSI 1.SKPD Prov. sesuai dengan TUPOKSI melaporkan hasil pelaksanaan pengendalian zoonosis kepada Gub. 2.Laporan tersebut & laporan pengendalian zoonosis Kab/Kota, dibahas dalam Sidang Komisi Pengendalian Zoonosis Prov. & disusun dlm 1 (satu) laporan pengendalian Zoonosis Prov. 3.Gub menyampaikan laporan pengendalian zoonosis Prov. kepada Menko PMK selaku Ketua Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis & Mendagri RI. PEMBIAYAAN 1. Pembiayaan pelaksanaan kebijakan & program pengendalian zoonosis dibebankan kepada APBN & APBD cq Anggaran masing-masing Kementerian/LPNK, baik Pusat maupun Daerah sesuai dengan TUPOKSI. 2. Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komisi Pengendalian Zoonosis Prov dibebankan kepada APBD Prov & sumber dana lainnya yang sifatnya tidak mengikat sesuai dengan Per-UU. 3. Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis dibebankan kepada APBD Kab/Kota & sumber dana lainnya yang sifatnya tidak mengikat sesuai dengan ketentuan Per-UU. FASILITASI PEMBENTUKAN KOMDA PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PENGENDALIAN ZOONOSIS TAHUN 2013 DAN TAHUN 2014 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. TAHUN 2013 PROV. DIY PROV. BALI PROV.JATENG PROV.KEPRI PROV. SULUT PROV. LAMPUNG PROV NTT PROV. SUMBAR PROV. SULSEL PROV. PAPUA PROV. NTB PROV. SUMUT PROV.BANTEN PROV. JABAR PROV. KALBAR PROV KALTIM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. TAHUN 2014 PROV. ACEH 18. PROV. PAPUA PROV. RIAU PROV. BENGKULU PROV. JAMBI PROV. BABEL PROV. JATENG PROV. JATIM PROV. KALTENG PROV. KALSEL PROV. SULSEL PROV. SULTENG PROV. SULBAR PROV. SULUT PROV. SULTENG PROV. GORONTALO PROV. MALUKU PROV. MALUKU UTARA • TAHUN 2015 1.SUMATERA BARAT 2.KEP. RIAU 3.LAMPUNG 4.JAWA TIMUR 5.KALIMANTAN TENGAH 6.SULAWESI SELATAN 7.SULAWESI UTARA 8.SULAWEI BARAT 9.BALI 10.NTT 11.MALUKU 12.MALUKU UTARA PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH PENGENDALIAN ZOONOSIS PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN ZOONOSIS NO PROVINSI KABUPATEN KOTA DITETAPKAN DENGAN 1. ACEH Keputusan Gubernur 2. SUMATERA UTARA Keputusan Gubernur 3. RIAU Keputusan Gubernur 4. JAMBI Keputusan Gubernur 5. SUMATERA BARAT 6. SUMATERA SELATAN 7. LAMPUNG 8. KEP. BANGKA BELITUNG 9. KEP. RIAU 10. BANTEN 1. 2. 3. 4. Agam Dharmasraya Padang Pariaman Limapuluh kota Keputusan Gubernur Keputusan Gubernur 5.Lampung Selatan 6.Lampung Tengah 7. Pringsewu 8. Tulang Bawang Barat 1. Bandar Lampung Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota Keputusan Gubernur 9. Lingga Keputusan Gubernur Keputusan Gubernur LANJUTAN NO PROVINSI KABUPATEN KOTA 14. Sukoharjo 15. Klaten 16.Grobogan 17. Temanggung DITETAPKAN DENGAN Keputusan Bupati/Walikota 13 DAISTA YOGYAKARTA Keputusan Gubernur 14 NUSA TENGGARA BARAT Keputusan Gubernur 15 NUSA TENGGARA TIMUR 18. Ende 19. Flores 16 KALIMANTAN BARAT 20. Landak 21. Sekadau 22. Kayong Utara 23. Ketapang 24 Sambas 25. Kubu Raya 26. Bengkayang 27. Sanggau 28. Melawi 29. Kapuas Hulu 30. Sintang 17 KALIMANTAN TIMUR Keputusan Gubernur 18 KALIMANTAN SELATAN Keputusan Gubernur 19 KALIMANTAN TENGAH 31. Kota Waringin Barat Keputusan Gubernur/Bupati 4. Pontianak 5 Singkawang Keputusan Gubernur /Bupati/Walikota Keputusan Gubernur/Bupati LANJUTAN NO PROVINSI KABUPATEN KOTA 20 SULAWESI UTARA 21 SULAWESI BARAT Keputusan Gubernur 22 MALUKU Keputusan Gubernur 23. PAPUA Keputusan Gubernur 24 BALI Keputusan Gubernur 25 SULAWESI TENGGARA Keputusan Gubernur 26. GORONTALO Keputusan Gubernur 27. BENGKULU Keputusan Gubernur 28. SULAWESI SELATAN 29. 30. SULAWESI TENGAH MALUKU UTARA JUMLAH 6. MANADO DITETAPKAN DENGAN Keputusan Gubernur/Walikota 33.SINJAI 34. LUWU 35.TORAJA UTARA 36. BONE 37. MAROS 38. SOPPENG 39. LUWU TIMUR 40. SIDRAP 41. LUWU UTARA Keputusan Gubernur Keputusan Gubernur Provinsi = 31, Kabupaten = 41, Kota = 6 LANJUTAN TAHUN 2015, KEMDAGRI RI DENGAN KEGIATAN DEKONSENTRASI, MEMFASILITASI PEMDA DALAM PERCEPATAN PENGENDALIAN ZOONOSIS, DI 12 (DUA BELAS) PROVINSI 1. PROV. SUMATERA BARAT 2. PROV. KEPULAUAN RIAU 3. PROV. SULAWESI BARAT 4. PROV. NTT 5. PROV. BALI 6. PROV. KALIMANTAN TENGAH 7. PROV. MALUKU 8. PROV. MALUKU UTARA 9. PROV. SULAWESI UTARA 10.PROV. SULAWESI SELATAN 11.PROV. JAWA TIMUR 12.PROV. LAMPUNG KEMDAGRI TELAH MENGELUARKAN KEBIJAKAN, MELALUI: SURAT MENDAGRI No: 360/1449/SJ Tanggal 28 April 2009 perihal Antisipasi Penanganan Flu Babi. SURAT MENDAGRI No: 433/2437/SJ Tanggal 6 Juli 2009 perihal Antisipasi Penanganan Flu A Baru (H1N1). SURAT MENDAGRI No: 188.31/2367/SJ Tanggal 23 Juni 2011 perihal Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pengendalian Zoonosis. SURAT MENDAGRI No: 188.31/3265/SJ Tanggal 24 Agustus 2011 perihal Tindak Lanjut Dalam Pengendalian Zoonosis. SE MENDAGRI No: 443.34/8977/SJ Tanggal 31 Desember 2013 tentang Percepatan Pengendalian Zoonosis di Daerah. . SURAT MENDAGRI No: 443.24/3422/SJ Tanggal 24 Juni 2015 perihal Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap Wabah Zoonosis di Seluruh Wilayah Indonesia. PETA INSIDENSI DAN ENDEMISITAS ZOONOSIS Peta Insidensi Zoonosis Pada Manusia dan Endemisitas Pada Hewan 2005-2011 (sumber : KNPZ 2012) KEJADIAN ZOONOSIS DI INDONESIA Perkembangan Zoonosis di Indonesia (sumber : kementerian kesehatan per Juni 2013) 250 206 195 200 184 150 135 100 82 45 41 50 31 21 9 12 9 17 1 23 22 5 28 8 0 0 0 0 0 0 positif Flu Burung Rabies (Lyssa) 2009 Anthraks 2010 2011 2012 fatal leptospirosis 2013 plaque 0 PERMASALAHAN Belum difokuskan upaya pengendalian pd penyebab penularan di sektor hulu & pengurangan faktor risiko penularan al: perilaku, lingkungan, sosial budaya dll; Keterbatasan sumber daya pem & menanggulangi penyebaran zoonosis; pemda utk mencegah & Belum optimalnya pelaks. chain of command antara pem & pemda khususnya dlm penanggulangan zoonosis langsung pd sumbernya; Keterbatasan kapasitas kelembagaan serta belum implementasi regulasi tentang pengendalian zoonosis. optimalnya Penanggulangan zoonosis masih dianggap sebagai urusan pemerintah saja & upaya yang dilakukan masih terfokus pada langkah-langkah kedaruratan. PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGENDALIAN ZOONOSIS 1. 2. 3. 4. Gubernur, Bupati &Walikota untuk menugaskan SKPD terkait di daerah dlm pengerahan sumberdaya strategis, pencegahan, pemantauan (surveilans) & peningkatan kewaspadaan dini terhadap penularan wabah zoonosis khususnya pada pasar hewan & unggas tradisional. Memerintahkan dinas terkait utk segera menyusun & menerapkan Pedoman Respon Darurat terhadap wabah zoonosis; Berkoordinasi & inisiasi kerjasama daerah untuk melakukan pengawasan lalulintas distribusi hewan/ unggas lintas daerah; Bilamana ditemukan KLB terkait wabah zoonosis, melalui BPBD & dinas terkait di daerah segera melakukan pemusnahan terbatas (culling)/masal, diikuti dgn pembersihan, desinfeksi &penutupan pasar unggas dan hewan hidup. HARAPAN KEDEPAN A. B. C. Penyus peta drh rawan zoonosis dan penyebarannya, kab./kota serta dukungan angg. zoonosis di drh pd APBD prov., kab./kota. Mengidentifikasi, mengkaji & memantau risiko penyebaran wabah zoonosis berdasarkan peta risiko zoonosis serta menerapkan sistem peringatan dini yg terintergrasi pusat dan daerah. Meletakkan pengurangan risiko zoonosis sbg salah satu prioritas Nas. maupun Drh yg didukung oleh kelembagaan kuat (Komisi Daerah Pengendalian Zoonosis prov./kab./kota). D. Memperkokoh risk governance & kemitraan. Mempertimbangkan adanya risiko multidimensi sebagai akibat dari wabah zoonosis termasuk implikasi terhadap kegiatan ekonomi & perdagangan Nas. dan Internl. E. Integrasi pengurangan risiko bencana (PRB), pengendalian zoonosis dan peningkatan sistem kewaspadaan dini (early warning) serta Adaptasi Perubahan Iklim (API) di tingkat lokal ke dalam perenc. pembangunan Nas dan Daerah. F. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pd semua tingkatan masy. agar respon thd wabah zoonosis dpt dilakukan lebih efektif. TERIMA KASIH SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA