Pengaruh PLA dan Serat Pangan Umbi Terhadap Glukosa Darah – Saputro, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.756-762, April 2015 PENGARUH POLISAKARIDA LARUT AIR (PLA) DAN SERAT PANGAN UMBIUMBIAN TERHADAP GLUKOSA DARAH: KAJIAN PUSTAKA Effect of Water Soluble Pollysacarides and Dietary Fiber Tubers on Blood Glucose: A review Prasetyo Sonny Saputro1*, Teti Estiasih1 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, email: [email protected] ABSTRAK Kadar glukosa darah (KGD) yang mengalir dari darah dipengaruhi oleh tingginya kandungan glukosa yang diserap dan metabolisme glukosa darah yang ada di dalam tubuh. Tingginya kadar glukosa dalam tubuh menimbulkan terjadinya penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan naiknya kadar glukosa darah melebih 200 mg/dl. Pasien penderita diabetes saat ini hanya bergantung pada obat-obatan yang memiliki efek samping untuk tubuh. Dibutuhkan pengobatan alternatif selain obatobatan yaitu terapi asupan pangan fungsional alami yang memiliki kemampuan untuk menurunkan KGD dalam tubuh. Umbi-umbian seperti umbi gadung, umbi ubi kelapa, umbi kimpul, umbi gembili dan umbi garut merupakan umbi-umbian yang memiliki kandungan senyawa bioaktif yaitu polisakarida larut air dan serat pangan yang memiliki kemampuan menurunkan KGD dalam tubuh. Kata kunci: Diabetes mellitus, Glukosa darah, Polisakarida larut air, Serat pangan, Umbiumbian ABSTRACT Blood glucose levels (KGD) flowing in the blood is influenced by the high content of glucose that is absorbed and blood glucose metabolism in the body. High levels of glucose in the body lead to the occurrence of diabetes mellitus. Diabetes mellitus is a disease characterized by a rise in blood glucose levels exceeding 200 mg / dl. Patients with diabetes currently only rely on drugs that have side effects to the body. It takes an alternative treatment other than medication therapy is natural functional food intake that has the ability to degrade blood glucose levels in the body blood glucose levels. Tubers such as yam tubers, palm potato tubers, bulbs purse, bulbs and tubers of arrowroot gembili are tubers that contain bioactive compounds are water-soluble polysaccharides and fiber foods have the ability to degrade Blood glucose levels in the body. Keywords: Diabetes Mellitus, Blood Glucose, Water Solube Pollysacaride, Dietary Fiber, Tubers PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit tertua di dunia. Penyakit ini pun tidak hanya negara maju, melainkan juga pada negara berkembang salah satunya Indonesia. Pada tahun 2013, Indonesia memiliki sekitar 8.5 juta penderita Diabetes yang merupakan jumlah ke-4 terbanyak di Asia dan nomor-7 di dunia. Pada Tahun 2030 diperkirakan Diabetes mellitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia jika tidak ditangani dengan baik. Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang Diabetes Mellitus sebanyak 21.3 juta jiwa [1]. 756 Pengaruh PLA dan Serat Pangan Umbi Terhadap Glukosa Darah – Saputro, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.756-762, April 2015 Diabetes melitus terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara transportasi glukosa ke dalam sel dengan produksi insulin oleh pankreas [2]. Salah satu pola penyembuhan dari diabetes adalah dengan mengkonsumsi makanan makanan yang mengandung polisakarida larut air dan kandungan serat pangan yang tinggi. Polisakarida larut air (PLA) jika dikonsumsi akan menyebabkan menurunnya efisiensi penyerapan karbohidrat. Penurunan tersebut berpengaruh pada turunnya respon insulin yang menyebabkan ringannya kinerja pankreas sehingga dapat memperbaiki fungsinya dalam menghasilkan insulin. Selain itu pengkonsumsian serat pangan yang tinggi menyebabkan penyerapan glukosa pada usus mengalami perlambatan karena serat pangan mampu menurunkan absorbsi glukosa [3]. Penelitian penanganan penyakit diabetes mellitus melalui pendekatan pangan fungsional mulai banyak diteliti. Salah satunya meneliti berbagai varietas umbi yang ada di Indonesia. Contoh lima varietas umbi-umbian yang diteliti adalah umbi gembili dan ubi kelapa, garut, kimpul, gadung. Kelima umbi tersebut memiliki kandungan PLA dan serat pangan yang dapat berperan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. 1. Kadar Glukosa Darah (KGD) Di dalam tubuh terdapat darah. Dalam darah tersebut memiliki zat glukosa yang digunakan untuk dibakar agar mendapatkan energi atau kalori. Glukosa yang sebagian berasal dari dalam darah berasal dari hasil penyerapan usus. Selain itu juga glukosa berasal dari pemecahan simpanan energi dalam jaringan. Glukosa yang ada pada usus bisa juga berasal dari makanan yang kita makan [4]. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan penyerapan. Glukosa akan menjadi lebih tinggi setelah makan dan akan turun bila tidak ada makanan yang masuk selama beberapa jam. Glukosa disimpan sebagai glikogen di dalam sel hati oleh insulin. Glikogen akan dibuat menjadi glukosa oleh glukogen [5]. Pada suatu saat kadar glukosa dalam tubuh dapat mengalami peningkatan. Kelebihan kadar glukosa dalam darah disebut hiperglikemia. Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. Selain itu ada kekurangan gula darah yang dapat terjadi pada manusia. Atau biasa disebut disebut hipoglikemia. Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) [6]. Tabel 1. Tabel Nilai Normal Kadar Glukosa Pada Manusia* Umur Kadar Glukosa (mg/dL) Darah tali pusar 63-158 1 Hari 36-99 2 Hari 36-89 5-14 Hari 34-77 10-28 Hari 46-81 44-52 Hari 48-79 1-6 tahun 74-127 7-19 tahun 70-106 Dewasa 70-115 Sumber : *[7] 757 Pengaruh PLA dan Serat Pangan Umbi Terhadap Glukosa Darah – Saputro, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.756-762, April 2015 2. Diabetes Mellitus Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat kekurangan insulin yang akan menimbulkan hiperglikemia. Suatu orang bisa dikatakan hiperglikemia jika kadar gula darah puasa lebih besar dari 140 mg/dL atau kadar gula darah sesaat lebih besar dari 180 mg/dL. Biasanya penyakit diabetes diikuti dengan gangguan metabolisme lemak, protein, elektrolit dan air [8]. Pada penyakit Diabetes Mellitus (DM) penderita mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia adalah keadaan peningkatan glukosa darah diatas 200 mg/dl. Hiperglikemia merupakan tanda yang biasanya menunjukan penyakit diabetes melitus. Penyebab dari hiperglikemia umumnya diketahui karena kekuragan insulin. Insulin yang menurun mengakibatkan berkurangnya glukosa yang masuk kedalam sel. Hal ini bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton, dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis [9]. Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata dapat menyebabkan retinopati bahkan kematian [10]. Dalam penyakit diabetes mellitus dibagi menjadi 3 tipe. Diabetes mellitus tipe 1, tipe 2, dan diabetes mellitus gestasional. Setiap tipe diabetes memiliki jenis dan sebab yang berbeda. Pada diabetes mellitus tipe 1, diabetes ini merupakan diabetes yang bisa dibilang jarang muncul pada penderita diabetes. Jika tubuh tidak memiliki insulin (kegagalan sel beta dalam pankreas-tempat dimana produksi insulin terjadi) maka disebut Diabetes Mellitus tipe 1 (nama sebelumnya adalah insulin dependent diabetes mellitus). Pasien-pasien ini tergantung pada insulin yang diberikan melalui suntikan. Jenis diabetes ini, biasanya diderita sejak awal kehidupan seseorang; anak-anak maupun pada remaja bisanya terkena jenis ini. Jika mereka tidak diberi insulin, glukosa darah meningkat (hiperglikemia) dan mereka akan sekarat, kondisi ini disebut diabetes keto asidosis [11]. Dibandingkan dengan tipe 1, pada Diabetes Mellitus tipe 2 pasien bisa menghasilkan insulin, tetapi insulin tidak dapat berfungsi dan merangsang reseptor. Biasanya setelah umur 40 tahun, khususnya orang dengan obesitas atau tinggi BMI (Body Mass Index) akan meningkatkan resiko terserang resistensi insulin dan diabetes mellitus tipe 2. Biasanya diabetes tipe 2 memiliki faktor turunan. Jika ayah, ibu atau saudara kandung memiliki diabetes mellitus tipe 2, maka ada kemungkinan tinggi terkena diabetes mellitus. Tapi itu tidak berarti bahwa akan mendapatkan penyakit ini dengan pasti. Pasien diabetes mellitus tipe 2 biasanya diobati dengan obat hipo glikemik beberapa obat ini akan mengurangi perlawanan dari reseptor (ex Metformin), beberapa akan meningkatkan sekresi insulin [11]. Selain itu ada jenis diabetes berikutnya yaitu Diabetes mellitus gestasional. Diabetes mellitus gestasional adalah keadaaan diabetes yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara. Keadaan ini terjadi karena pembentukan hormon pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin [2]. Untuk kadar gula normal manusia pada kadar yang konstan antara 80-90 mg/dL. Setelah makan, konsentrasi gula darah akan naik mencapai 120-130 mg/dL karena hanya kira-kira 10% yang dapat diambil oleh liver pada saat awal. Tetapi kadar gula darah akan 758 Pengaruh PLA dan Serat Pangan Umbi Terhadap Glukosa Darah – Saputro, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.756-762, April 2015 kembali normal setelah 2-3 jam. Level gula darah dibawah 60 mg/dL disebut hipoglikemia, sedangkan diatas 120 mg/dL disebut hiperglisemia. Level kadar gula normal antara 70 – 110 mg/dL. Kedua keadaan ini sangat tidak diinginkan. Level gula darah puasa (fasting blood glucose) merupakan indikator yang baik untuk mengetahui level gula darah puasa seseorang. Untuk itu diperlukan sedikitnya puasa selama 8 jam sebelum tes gula darah uji toleransi glukosa menyatakan respon metabolik pada suatu karbohidrat setelah 12 jam puasa [12]. Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Normal dan Puasa Sebagai Patokan Diabetes Mellitus(DM)* Waktu Pengambilan Jenis Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar glukosa darah Plasma Vena <110 110-199 ≥200 sewaktu (mg/dl) Darah kapiler <90 90-199 ≥200 Kadar glukosa darah Plasma Vena <110 110-125 ≥126 puasa(mg/dl) Darah kapiler <90 90-109 ≥110 Sumber : [7] 3. Umbi-umbian Umbi adalah organ tumbuhan yang mengalami perubahan ukuran dan bentuk (pembengkakan) sebagai akibat perubahan fungsinya. Perubahan ini berakibat pula pada perubahan anatominya. Organ yang membentuk umbi terutama batang, akar, atau modifikasinya. Di indonesia memiliki berbagai keanekaragaman jenis umbi. Namun keberagaman umbi di indonesia jarang yang dimanfaatkan dengan baik bahkan masih tumbuh dengan liar. Cadangan makanan yang tersimpan dalam umbi umumnya adalah dalam bentuk polisakarida, dengan sedikit campuran oligosakarida, dan monosakarida. Bentuk polisakarida yang paling umum adalah pati, yang merupakan polimer dari glukosa dalam bentuk amilosa (tidak bercabang) dan atau amilopektin (bercabang) [13]. Di dalam umbi memiliki kandungan senyawa bioaktif yaitu serat pangan dan polisakarida larut air yang mampu menurunkan kadar gula darah. Contoh umbi-umbi yang memiliki kandungan tersebut ialah umbi gembili, umbi kimpul, umbi garut, umbi ubi kelapa dan umbi gadung. Umbi-umbi yang telah diteliti dalam analisa kandungan senyawa bioaktif umbi-umbian yang telah dibuat menjadi olahan produk mie didapat mie berbahan dasar tepung umbi gembili, umbi kimpul, umbi garut, umbi ubi kelapa dan umbi gadung memiliki kandungan senyawa bioaktif. Diketahui mie instan gadung mengandung PLA sebanyak 31.99% dan serat pangan 7.76%, mie instan kimpul mengandung PLA 12.46% dan serat pangan 8.67%, mie instan garut mengandung 12.51% PLA dan serat pangan sebanyak 5.62%, mie kering gembili mengandung PLA sebanyak 13% dan serat pangan sebesar 13.83% dan mie kering ubi kelapa mengandung 2.46% PLA dan serat pangan sebesar 17.27% [14][15][16][17][18][19]. 4. Serat Pangan dan Polisakarida Larut Air Serat makanan adalah komponen bahan makanan nabati penting yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim-enzim pada sistem pencernaan manusia. Komponen yang terbanyak dari serat pangan ditemukan pada dinding sel tanaman. Komponen ini termasuk senyawa struktural seperti selulosa, hemiselulosa, pektin, dan lignin. Serat pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur molekul dan kelarutannya. Kebanyakan jenis karbohidrat yang sampai ke kolon tanpa terhidrolisis meliputi polisakarida yang bukan pati (non-starch polysaccharides =NSP), pati yang resisten (resistant starch = RS), dan karbohidrat rantai pendek (short chain carbohydrates = SC). Serat pangan yang larut sangat mudah difermentasikan dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat serta lipida, sedangkan serat pangan yang tidak larut akan memperbesar volume feses dan akan mengurangi waktu transitnya (bersifat laksatif lemah). Monomer dari serat pangan (NSP) adalah gula netral dan gula asam, sedangkan lignin terdiri dari monomer aromatik. Gulagula yang membentuk serat pangan yakni glukosa, galaktosa, xylosa, mannosa, arabinosa, 759 Pengaruh PLA dan Serat Pangan Umbi Terhadap Glukosa Darah – Saputro, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.756-762, April 2015 rhamnosa, dan gula asam, yakni mannuronat, galakturonat, glukoronat, serta 4-O-metilglukoronat. Rangkaian NSP yang dibentuk oleh monosakarida ini dihubungkan melalui ikatan b (1-4) glikosida contohnya pektin, sellulosa, dan gum. Oleh karena itu, serat pangan tersebut (NSP) tidak dapat dihidrolisis oleh enzim percerna manusia. Misalnya, pektin mengandung asam galakturonat, baik yang termetilasi maupun yang tidak. Perbandingan dari metilasi dan sebagai asam (derajat metilasi) dalam polimer pektin, sangat berpengaruh terhadap sifat fungsional dari pektin. Pektin dengan derajat metilasi yang tinggi (highmethoxy pectin = HMP) yang terdapat secara alamiah pada buah dan sayuran, mungkin tidak larut [20]. PLA merupakan serat pangan larut air yang didefinisikan sebagai komponen dalam tanaman yang tidak terdegradasi secara enzimatis menjadi sub unit-sub unit yang dapat diserap di lambung dan usus halus. PLA biasanya juga disebut hidrokoloid, dewasa ini banyak sekali dimanfaatkan dalam industri makanan, guna mencapai kualitas yang diharapkan dalam hal viscositas, stabilitas, tekstur, dan penampilan. Kandungan makro molekul yang terdiri dari polisakarida kompleks dan struktur molekulnya berantai cabang molekul polisakarida yang membentuk PLA adalah hasil kondensasi dari monosakarida (pentosa dan heksosa) dan asam organik yang terbentuk dari gula-gula reduksi. Jika PLA dihidrolisis akan menghasikan bermacam macam monosakarida antara lain rhamonosa, fruktosa (metil pentosa), arabinosa, D-glukosa, D-mannosa, D-galaktosa, asam Dgalakturonat atau asam D-glikoronat [21]. 5. Efek Serat Pangan dan Polisakarida Larut Air dalam menurunkan KGD Pada komponennya serat pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur molekul dan kelarutannya. Serat makanan berdasarkan kelarutan terdiri atas serat larut dan serat tidak larut. Contoh serat pangan yang tidak larut adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Contoh serat larut adalah pektin, gum, musilase, glukan dan alga (Almatseir, 2001). Lalu serat larut air adalah jenis serat yang dapat berfungsi sebagai zat pembersih saluran cerna yang dapat membantu melancarkan buang air besar. Serat tidak larut air akan terbawa melewati saluran cerna hingga ke usus besar. Kanker kolon yang selama ini menjadi masalah kesehatan di negara barat ternyata termasuk kasus kanker yang terbanyak juga di Indonesia. Risiko kanker ini dapat diturunkan dengan meningkatkan asupan serat, terutama serat tak larut ini [22]. Serat makanan berasal dari bagian tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran usus. Namun demikian bagian larut air dari serat tersebut dapat dimetabolisme oleh bakteri di dalam usus bagian bawah. Serat makanan dapat ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, serealia, umbi, dan kacang-kacangan. Jumlah serat pangan yang harus dikonsumsi adalah 20 – 35 g/hari [23] Pada manusia ketika mengkonsumsi makanan yang memiliki banyak kandungan serat larut air pada makanan yang dia konsumsi, dalam lambung, serat larut air tersebut akan membentuk gel karena adanya reaksi serat dengan air. Gel akan membuat lambung penuh dan mengirim sinyal ke otak bahwa lambung sudah terisi penuh atau kenyang. Nantinya pada penderita diabetes hal ini menjadi dasar untuk penyembuhan penyakitnya karena ringannya pekerjaan insulin karena gula yang dipecah sedikit menyebabkan adanya waktu perbaikan fungsi insulin kembali. Biasanya serat larut air di dapat dari buah dan umbi umbian [22]. Pada Polisakarida larut air misalnya pektin, β-glukan, dan gum dan beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Dengan kemampuan ini serat larut dapat menunda pengosongan makanan dari lambung, menghambat pencampuran isi saluran cerna dengan enzim pencernaan yang menyebabkan terjadinya pengurangan penyerapan zat makanan di bagian proksimal. Mekanisme inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan penyerapan (absorbsi) asam amino dan asam lemak oleh serat larut air. Cairan kental ini mengurangi keberadaan asam amino dalam tubuh melalui penghambatan peptida usus [22]. Kandungan PLA dan serat pangan dari umbi-umbian tersebut diduga yang menyebabkan penurunan kadar glukosa darah dari mie berbasis umbi-umbian tersebut. Serat pangan mempunyai 760 Pengaruh PLA dan Serat Pangan Umbi Terhadap Glukosa Darah – Saputro, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.756-762, April 2015 kemampuan menurunkan glukosa darah melalui mekanisme penghambatan penyerapan glukosa ke dalam darah. Dalam suatu penelitian menyebutkan pada penelitiannya hasil ekstraksi PLA pada gembili mempunyai efek penurunan glukosa darah hingga 84.17 mg/dl. Nilai tersebut termasuk dalam keadaan glukosa darah puasa normal (<110 mg/dL). Hal ini membuktikan bahwa PLA mampu menurukan kadar glukosa darah [24]. SIMPULAN Umbi-umbian seperti umbi garut, umbi kimpul, umbi gembili, umbi ubi kelapa dan umbi gadung merupakan sebagian umbi-umbian lokal inferior yang memiliki manfaat sebagai pangan fungsional yang berguna untuk menurunkan kadar glukosa darah. Kemampuan umbi-umbian tersebut untuk menurunkan kadar glukosa darah didapat dari senyawa bioaktif yang dimiliki yaitu polisakarida larut air dan serat pangan. DAFTAR PUSTAKA 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Diabetes Melitus Penyebab Kematian Nomor 6 di Dunia: Kemenkes Tawarkan Solusi CERDIK Melalui Posbindu. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2383. Tanggal akses: 26/05/2014 Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Permatasari, A. 2008. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Etanol 70% Buah Jambu Biji pada Kelinci Jantan Lokal. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Surakarta Wulandari, Shinta. 2010. Pengaruh Pemberian Cuka Apel Dan Cuka Salak Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Diet Tinggi Gula. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas teknologi pertanian. Universita brawijaya. Malang Setiawan, dkk. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Simon, Harvey. 2011. Type 1 Diabetes Causes - Islets of Langerhans. http://www.healthcentral.com/diabetes/type-I-diabetes-000009_2-145.html. Tanggal akses: 3/02/2014 Li, C dan Manddep, U.2010. Canadian diabetes association National Nutrition Commite Clinical Update on dietari fibre in diabetes : food sources to physiological Effect. Canadian journal of diabetes. 2010; 2010;34(4):355-361 Rahmawati, Atina. 2010. Efek hipoglikemik ekstrak kasar polisakarida larut air non pati umbi gadung (Dioscorea hispida dennst.) Pada tikus hiperglikemik. Skripsi. Fakultas teknologi pertanian. Uiversitas Brawijaya Malang Octa. 2005. Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Serius.http://www.depkes.go.id. Tanggal akses: 11/04/2014 Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : media aesculopius Lingga, P. 1986. Bertanam Ubi-Ubian. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Cyber, Nurse, 2009. Konsep Diabetes Melitus. http://forum.ciremai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7:konsepdiabetes-melitus&catid=7:keperawatan-medikal-bedah&Itemid=20 . Tanggal akses: 2/01/2014 Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 2. Jakarta : EGC Sumunar, Siwi Ratna. 2013. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, Dan Organoleptik Mie Dari Umbi Gadung. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Jatmiko, Ginanjar Putra. 2013. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, Dan Organoleptik Mie Dari Umbi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang 761 Pengaruh PLA dan Serat Pangan Umbi Terhadap Glukosa Darah – Saputro, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.756-762, April 2015 16) Prabowo, Aditya Yoga. 2013. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, Dan Organoleptik Mie Dari Umbi Gembili. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. 17) Rahman, Aulia. 2013. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, Dan Organoleptik Mie Dari Ubi kelapa. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang 18) Kurniawan, Agung. 2013. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, Dan Organoleptik Mie Dari Umbi Garut. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang 19) Silalahi, J. dan Netty Hutagalung. 2004. Komponen-komponen Bioaktif dalam Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/062002/pus-3.htm. Tanggal akses: 17/05/2014. 20) Torsdottir, I. et al. 2001. A Small Dose of Soluble Alginate-Fiber Affects Postprandial Glycemia and Gastric Emptying in Humans with Diabetes. Departement of Clinical Nutritions. Sweden 21) Tensiska,2008. Serat Makanan . Makalah. Jurusan Teknologi Industri Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran.Bandung 22) Nainggolan, O dan C. Adimunca. 2005. Diet Sehat Dengan Serat. Cermin Dunia Kedokteran No. 147. 2005 23) Nielsen, S. S. (1998). Food Analysis Second Edition. Aspen Publishers, Inc. Indiana. 24) Harsono, Maino Dwi. 2012. Efek Hipoglikemik Biskuit Mengandung Polisakarida Larut Air Umbi Gadung dan Umbi Gembili dan Alginat pada Tikus Diabetes. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. 762