Logika Informatika BAB I DASAR LOGIKA 1.1 Kalimat Deklaratif Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memeberikan aturanaturan sehingga orang dapat menentukan apakah suatu kalimat bernialai benar. Kalimat yang dipelajari dalam logika bersifat umum, baik bahasa sehari-hari maupun bukti matematika yang didasarkan atas hipotesa-hipotesa. Oleh karena itu, aturanaturan yang berlaku di dalamnya haruslah bersifat umum dan tidak tergantung pada kalimat atau disiplin ilmu tertentu.Ilmu logika lebih mengarah pada bentuk kalimat (sintaks) daripada arti kalimat itu sendiri (semantik) Suatu Kalimat Deklaratif (Proposisi) adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya. Contoh Proposisi: a. 2 + 2 = 4 (bernilai benar) b. 4 adalah bilangan prima (bernilai salah) c. Jakarta adalah ibukota negara Indonesia. (bernilai benar) d. Penduduk Indonesia berjumlah 50 juta. (bernilai salah) Contoh Bukan Proposisi : a. Dimana letak pulau Bali ? (kalimat tanya) b. Simon lebih tinggi dari Lina (ada banyak orang bernama Simon atau Lina di dunia) c. x + y = 2 (nilaikebenaran tergantung niali x dan y) d. 2 mencintai 3 (relasi mencintai tidak berlaku di bilangan) . STMIK ‘Sinus’ Ska i Wawan Laksito YS Logika Informatika -1 1.2 Penghubung Kalimat Seringkali beberapa kalimat perlu digabungkan menjadi satu kalimat yang lebih panjang, sehingga diperlukan penghubung kalimat. Dalam Logika dikenal 5 penghubung : Simbol Arti Bentuk ~ Tidak / Not / Negasi Tidak ….. Dan / And / konjungsi …… dan ……. Atau / Or / Disjungsi …… atau …… Imlikasi Jika …. Maka ….. Bi-Implikasi ….. bila dan hanya bila …. Dalam matematika digunakan huruf-huruf kecil seperti p, q, r,…. Untuk menyatakan sub kalimat dan simbol-simbol penghubung untuk menyatakan penghubung kalimat. Contoh : a. Misal p menyatakan kalimat “ 4 adalah bilangan genap” q menyatakan kalimat “3 adalah bilangan ganjil” maka kalimat “ 4 adalah bilangan genap dan 3 adalah bilangan ganjil” dapat dinyatakan dengan simbol p q b. Misal p : 2 + 2 = 4 q : bunga melati berwarna putih. maka kalimat “Jika 2 + 2 = 4, maka bunga melati berwarna putih” dapat dinyatakan dengan simbol p q Pada contoh b diatas, kalau kalimat tersebut diartikan dalam kehidupan sehari maka kalimat tersebut tidak berarti (tidak ada hubungan antara kedua kalimat penyusunnya). Tetapi secara logika matematis hal tersebut dapat diterima, karena di dalam matematika tidak disyaratkan adanya adanya hubungan antara kedua kalimat penyusunnya. Dalam Logika matematika, penekanan lebih ditujukan kepada bentuk/susunan kalimat saja (sintak), dan bukan pada arti kalimat penyusunnya dalam kehidupan sehari-hari (semantik). Kebenaran suatu kalimat berimplikasi semata-mata hanya tergantung pada nilai kebenaran kalimat STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -2 penyusunnya, dan tidak tergantung pada ada/tidaknya relasi antara kalimatkalimat penyusunnya. Jika p dan q merupakan kalimat-kalimat, maka tabel kebenaran penghubung tampak pada tabel berikut : p q ~p pq pq pq pq T T F T T T T T F F F T F F F T T F T T F F F T F F T T ( T = True/benar, F = False/salah ) Secara umum, jika ada n variabel (p,q,…), maka tabel kebenaran memuat 2n baris. Dari tabel : p q bernilai benar jika p maupun q benar, selain itu bernilai salah p q bernilai benar jika ada sedikitnya satu variabel bernilai benar Dalam kalimat p q , p disebut hipotesis (anteseden) dan q disebut konklusi (konsekuen). Kalimat p q disebut kalimat berkondisi karena kebenaran kalimat q tergantung pada kebenaran kalimat p. kalimat p q akan berniali salah kalau p benar dan q salah. Sebagai contoh perhatikan apa yang diucapkan seorang pria terhadap kekasihnya berikut ini : “Jika besok cerah, maka aku datang” >> p : “besok cerah” , q : “aku akan datang” - Jika baik p maupun q keduanya benar (baris ke-1 tabel kebenaran), pria tersebut tidak berbohong. - jika p salah (ternyata keesokan harinya hujan, tidak cerah), maka pria tersebut terbebas dari janjinya karena janji tersebut bersyarat, yaitu kalau besok cerah. Jadi, baik pria tersebut datang (berarti q benar, sehingga menyatakan baris ke-3 STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -3 tabel) maupun tidak datang (q salah ,sehingga menyatakan baris ke-4 tabel), pria tersebut tidak akan disalahkan. - Akan tetapi, pria tersebut akan disalahkan (berarti implikasi berniali salah) apabila keesokkan harinya cuaca cerah ( p benar) tetapi ia tidak datang (q salah). Ini sesuai baris ke-2 tabel. Kalimat kondisi ganda (biconditional) p q ,berarti (p q) (q p). Supaya p q berniali benar maka p q maupun q p, keduanya harus bernilai benar (ingat bahwa kedua implikasi tersebut dihubungkan dengan kata hubung “dan”). Perhatikan tabel berikut : p q pq qp p q atau (p q) ( q p) T T T T T T F F T F F T T F F F T T T T Jadi p q bernilai benar jika p dan q keduanya bernilai benar atau keduanya bernilai salah Soal Latihan : 1. Misal k : Monde orang kaya, s : Monde bersuka cita Tulislah bentuk simbolis kalimat-kalimat berikut : a. Monde orang yang miskin tetapi bersuka cita b. Monde orang kaya atau ia sedih c. Monde tidak kaya ataupun bersuka cita d. Monde seorang yang miskin atau ia kaya tetapi sedih. Anggaplah ingkaran kaya adalah miskin, ingkaran dari bersuka cita adalah sedih. 2. Buatlah tabel kebenaran untuk kalimat dalam bentuk simbol-simbol logika dibawah ini ! STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -4 a. ~(~p ~q) c. (p q) ~(p q) b. ~(~p q) d. (~p (~q r)) (q r) (p r) 3. Pada kondisi bagaimanakah agar kalimat di bawah ini bernilai benar ? “Tidaklah benar kalau rumah kuno selalu bersalju atau angker, dan tidak juga benar kalau sebuah hotel selalu hangat atau rumah kuno selalu rusak.” 4. Jika p dan q bernilai benar (T) ; r dan s bernilai salah (F) Tentukan nilai kebenaran kalimat berikut ini : a. p (q r) b. (p q r) ~((p q) ( r s)) c. (~(p q) ~r) (((~p q) ~r) s) Dua kalimat disebut Ekuivalen (secara logika) bila dan hanya bila keduannya mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua substitusi nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Jika p dan q adalah kalimat-kalimat yang ekuivalen, maka dituliskan p q . Soal Latihan 5. Tentukan apakah pasangan kalimat-kalimat di bawah ini ekuivalen a. ~(~p) dengan p b. ~(p q) dengan ~p ~q c. p q dengan ~p q Beberapa hukum ekuivalensi logika disajikan dalam daftar dibawah ini : 1. Hukum Komutatif :pqqp ; pq qp 2. hukum Asosiatif : (p q) r p (q r) (p q) r p (q r) 3. Hukum Distributif : p (q r) (p q) (p r) p (q r ) (p q) (p r) STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -5 4. Hukum Identitas : pTp ; pFp 5. Hukum Ikatan : pTT ; pFF 6. Hukum Negasi : p ~p T ; p ~p F 7. Hukum Negasi Ganda : ~(~p) p 8. Hukum Idempoten : ppp ; ppp 9. Hukum De Morgan : ~(p q) ~p ~q ~(p q) ~p ~q 10. Hukum Absorbsi : p (p q) p 11. Negasi T dan F : ~T F Dengan hukum-hukum tersebut, ; p (p q) p ; ~F T kalimat-kalimat yang kompleks dapat disederhanakan. Contoh : Sederhanakan bentuk ~(~p q) (p q) Penyelesaian : ~(~p q) (p q) (~(~p) ~q) (p q) (p ~q) (p q) p (~q q) pF p Jadi ~(~p q) (p q) p Dalam membuktikan ekuivalensi P Q, ada 3 macam cara yang bisa dilakukan : 1. P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum yang ada), sehingga akhirnya didapat Q 2. Q diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum yang ada) sehingga akhirnya didapat P. 3. P dan Q masing-masing diturunkan secara terpisah ( dengan menggunakan hukum-hukum yang ada ) sehingga akhirnya sama-sama didapat R STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -6 Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks diturunkan ke bentuk yang lebih sederhana. Soal Latihan 6. Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat dibawah ini tanpa menggunakan tabel kebenaran a. ~(p ~q) V (~p ~q) ~p b. ~((~p q) (~p ~q) ) (p q) p c. (p (~(~p q))) (p q) p Untuk menunjukkan ekuivalensi 2 kalimat yang melibatkan penghubung (implikasi) dan (bi-implikasi), Kita harus terlebih ahulu mengubah penghubung dan menjadi penghubung , dan ~. (kenyataan bahwa (p q) (~p q) mempermudah kita untuk melakukannya) 7. Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat dibawah ini tanpa menggunakan tabel kebenaran a. (q p) (~p ~q) b. (p (q r)) ((p q) r) 8. Ubahlah bentuk ~(p q) sehingga hanya memuat penghubung , atau ~ 1.3 Tautologi dan Kontradiksi Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (T), Tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Sebaliknya, Kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (F), tidak peduli nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Dalam tabel kebenaran, suatu Tautologi selalu bernilai T pada semua barisnya, dan kontradiksi selalu bernilai F pada semua barisnya. Kalau kalimat tautologi diturunkan lewat hukum-hukum yang ada maka pada akhirnya selalu menghasilkan T. Sebaliknya , Kontradisi akan selalu menghasilkan F. STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -7 9. Tunjukkan bahwa kalimat-kalimat di bawah ini adalah Tautologi dengan menggunakan tabel kebenaran. a. (p q) q b. q (p q) Kesatuan dari 2 buah kalimat ekuivalen p dan q yang dihubungkan dengan penghubung selalu merupakan Tautologi karena jika p q maka p dan q selalu mempunyai nilai kebenaran yang sama. Jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama, maka p q selalu akan berniali benar. 10. Tunjukkan bahwa (p q) (~q ~p) berupakan Tautologi, tanpa menggunakan tabel kebenaran 1.4 Konvers, Invers, dan Kontraposisi Misal diketahui implikasi pq Konvers-nya adalah qp Invers-nya adalah ~p ~q Kontraposisinya adalah ~q ~p Suatu yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan konraposisinya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Invers dan konvers. Suatu implikasi tidak selalu ekuivalen dengan Invers ataupun Konvers-nya. Hal ini dapat dilihat pada tabel kebenaran yang tampak pada pada tabel berikut : p q ~p ~q pq qp ~p ~q ~q ~p T T F F T T T T T F F T F T T F F T T F T F F T F F T T T T T T STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -8 Dalam tabel terlihat bahwa nilai kebenaran kolom p q selalu sama dengan nilai kebenaran kolom ~q ~p (Kontraposisi), tetapi tidak selalu sama dengan kolom q p (konvers) maupun kolom ~p ~q (invers). Disimpulkan bahwa (p q) (~q ~p) merupakan suatu Tautologi. 11. Apakah Konvers, invers, dan Kontraposisi kalimat dibawah ini : a. Jika A merpakan suatu bujursangkar, maka A merupakan suatu persegi panjang. b. Jika n adalah bilangan prima > 2, maka n adalah bilangan ganjil 1.5 Inferensi Logika Logika selalu berhubungan dengan pernyataan-pernyataan yang ditentukan nilai kebenarannya. Sering kali diinginkan untuk menentukan benar tidaknya kesimpulan berdasarkan sejumlah kalimat yang diketahui nilai kebenarannya.Argumen Valid dan Invalid Argumen adalah rangkaian kalimat-kalimat. Semua kalimat-kalimat tersebut kecuali yang terakhir disebut Hipotesa (atau assumsi/premise). Kalimat terakhir disebut kesimpulan. Secara umum, hipotesa dan kesimpulan dapat digambarkan sebagai berikut : p1 p2 } hipotesa ……. pn q } kesimpulan (tanda q dibaca “ jadi q”) Suatu Argumen dikatakan Valid apabila untuk sembarang pernyataan yang disu yang disubstitusikan ke dalam hipotesa, jika semua hipotesa tersebut benar, maka kesimpulan juga benar. Sebaliknya, meskipun semua hipotesa benar tetapi ada kesimpulan yang salah, maka argumen tersebut dikatakan Invalid. STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -9 Kalau suatu argumen dan semua hipotesanya bernilai benar, maka kebenaran nilai konklusi dikatakan sebagai “diinfernsikan” (diturunkan) dari kebenaran hipotesa” Untuk mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat 2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesa dan kesimpulan. 3. Carilah baris kritis, yaitu baris dimana semua hipotesa bernilai benar. 4. Dalam Baris kritis tersebut, jika semua nilai kesimpulan benar, maka argumen itu valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai kesimpulan yang salah, maka argumen tersebut invalid. Contoh : Tentukan apakah Argumen di bawah ini Valid/Invalid. a. p (q r) b. p (q ~r) ~r q (p r) -------------- ---------------- pq p r Penyelesaian : a. Ada 2 Hipotesa, masing-masing p (q r) dan ~ r. Kesimpulannya adalah p q. Tabel kebenaran hipotesa-hipotesa dan kesimpulan adalah sbb : p q r qr p (q r) ~r pq 1. T T T T T F T 2. * T T F T T T T 3. T F T T T F T 4. * T F F F T T T 5. F T T T T F T 6. * F T F T T T T 7. F F T T T F F 8. F F F F F T F Baris ke STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -10 Baris Kritis adalah baris 2, 4, dan 6 (baris yang semua hipotesanya bernilai T ). Pada baris-baris tersebut kesimpulannya juga bernilai T. Maka argumen tersebut bernilai valid. b. silahkan anda coba sendiri. 1.5.1 Metode-Metode Inferensi Pada bagian ini dipelajari beberapa metode infernsi, yaitu teknik untuk menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesayang ada, tanpa harus menggunakan tabel kebenaran. 1. Modus Ponens Perhatikan implikasi “ bila p maka q “ yang diasumsikan bernilai benar. Apabila selanjutnya diketahui bahwa anteseden (p) benar, supaya implikasi p q benar, maka q juga harus bernilai benar. Infersi seperti itu disebut Modus Ponens. Secara simbolik, Modus Ponens dapat dinyatakan sbb : pq p --------q Hal ini dapat dilihat dari tabel kebenaran yang tampak pada tabel berikut. Baris ke 1. * 2. 3. 4. p T T F F q T F T F pq T F T T p T T F F q T F T F Baris Kritis adalah baris pertama. Pada baris tersebut, konklusi (q) bernilai T sehingga argumennya valid. STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -11 2. Modsus Tollens Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Pones, hanya saja hipotesa kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesa pertama modus ponens. Hal ini mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya. Secara simbolik, bentuk inferensi Modus Tollens adalah sebagai berikut : pq ~q -------- ~p Contoh: Jika Zeus seorang manusia, maka ia dapat mati Zeus tidak dapat mati -------------------------------------------------------- Zeus bukan seorang manusia. 3. Penambahan Disjungtif Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat digeneralisasikan dengan penghubung “ ”. Alasannya adalah karena penghubung “ “ bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. Sebagai contoh : “Ani suka jeruk” (bernilai benar). Kalimat tersebut tetap bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung “ ”. Jadi kalimat “Ani suka jeruk atau apel” juga tetap bernilai benar dan tidak tergantung pa suka/tidaknya Ani akan apel. Bentuk Simbolis metode Infernsi Penambahan Disjungtif adalah sebagai berikut : p a. ---------p q STMIK ‘Sinus’ Ska q b. ---------pq Wawan Laksito YS Logika Informatika -12 4. Penyderhanaan Konjungtif Inferensi penyederhanaan Konjungtif merupakan kebalikan dari inferensi Penambahan Disjungtif. Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan penghubung ” “, kalimat tersebut dapat diambil salah satunya secara Khusus. Penyempitan kalimat ini merupakan kebalikan dari penambahan Disjungtif yang merupakan perluasan kalimat. Bentuk simbolis metode Inferensi penyederhanaan Konjungtif adalah sbb : pq ---------b. p Contoh : Lina menguasai bahasa Basic dan Pascal ------------------------------------------------ Lina mengusai bahasa Basic a. pq --------- q 5. Silogisme Disjungtif Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah kenyataan bahwa apabila kita diperhadapkan pada satu diantara 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B), sedangkan kita tidak memilih A, Maka satu-satunya pilihan yang mungkin adalah memilih B. Hal ini sering dijumpai dalam kehidupan sehar-hari. Jika seseorang ditanyai oleh penjual warung : “ Kamu minum es jeruk atau es the?”. Dan orang yang ditanya tersebut harus memilih salah satu, sedangkan ia tidak suka es jeruk, pastilah ia memilih es teh. Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Disjungtif adalah sebagai berikut : a. pq ~p ---------q b. pq ~q ----------p Contoh : Kunci kamarku ada di sakuku atau tertinggal di rumah Kunci kamarku tidak ada di sakuku ---------------------------------------------------------------- Kunci kamarku tertinggal di rumah STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -13 6. Silogisme Hipotesis Prinsip Silogisme Hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi p q dan q r keduanya bernilai benar, maka implikasi p r bernilai benar pula. Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sbb : pq qr ---------pr Contoh : Jika 18486 habis dibagi 18, maka 18486 habis dibagi 9 Jika 18486 habis dibagi 9, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 3 ---------------------------------------------------------------------------------- 18486 habis dibagi 18, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9. 7. Dilema (Pembagian Dalam Beberapa Kasus) Kadeng-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung “ “, Masing-masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasrkan hal itu maka suatu kesimpulan dapat diambil. Secara simbolis, bentuk metode infernsi Dilema adalah sebahgai berikut : pq pr qr --------r Contoh : Nanti malam Adi mengajak saya nonton atau mengajak saya makan di restoran Jika Adi mengajak saya nonton, maka saya akan senang Jika Adi mengajak saya makan di restoran, maka saya akan senang --------------------------------------------------------------------------------Nanti malam saya akan senang STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS Logika Informatika -14 8. Konjungsi Inferensi Konjungsi sebenarnya sudah dibahas pada sub-bab awal. Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut dengan menggunakan ““ (konjungsi) juga bernilai benar. Bentuk Inferensi dengan Konjungsi adalah sbb : p q -----------pq Kedelapan bentuk infernsi dapat dirngkas pada tabel berikut : Aturan Bentuk Argumen pq p --------q Modus Ponen pq ~q -------- ~p Modus Tollen Penambahan Disjungtif Penyederhanaan Konjungtif Silogisme Disjungtif Silogisme Hipotesis Dilema Konjungsi STMIK ‘Sinus’ Ska p -------pq pq -----p pq ~p ------q q -------pq pq -----q pq ~q ------p pq qr -------r Pq pr qr -------r p q -------pq Wawan Laksito YS Logika Informatika -15 Soal latihan : 12. Pada suatu hari, Anda hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah mengingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda pastikan kebenaranya : a. Jika kacamataku ada di meja dapur, maka aku pasti sudah melihatnya ketika sarapan pagi. b. Aku membaca koran di ruang tamu atau akau membacanya di dapur. c. Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamataku kuletakkan di meja tamu. d. Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi e. Jika aku membaca buku di ranjang, maka kacamata kuletakkan di meja samping ranjang. f. Jika aku membaca koran di dapur, maka kacamataku ada di meja dapur. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, tentukan dimana letak kacamata tersebut! 13. Buktikan Kevaidan Argumen di bawah ini dengan menggunakan prinsip=prinsip infernsi Logika. p q (p q) r ----------------- r STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS