Ilmuwan Ini Kembangkan Drone Mungil yang Terpasang pada Capung JAKARTA – Para ilmuwan telah mengembangkan pesawat mata-mata terkecil. Perangkat ini terinspirasi oleh alam dengan menggabungkan teknologi tinggi dan serangga hidup. Dilansir IB Times, Rabu (7/6/2017), perangkat yang dijuluki DragonflEye ini diprakarsai oleh para insinyur yang mengubah capung menjadi drone cyborg jarak jauh. DragonflEye sendiri Teknologi ini pertama kali dikenalkan pada Januari dan bergantung pada optogenetics untuk menggabungkan beberapa bagian anatomi serangga dengan bahan yang merespons dan menghasilkan cahaya pada panjang gelombang tertentu, yang pada saatnya dapat membantu serangga tersebut dinavigasi. Artinya, perangkat teknologi yang berbentuk ransel itu akan dipasang secara fisik pada anatomi serangga. Teknologi ini juga menggabungkan miniatur navigasi, biologi sintetis, dan neuroteknologi untuk membimbing capung dan tampak seperti ransel yang dirancang untuk capung. Menurut Draper, aplikasi yang berpotensi melengkapi Dragonflory termasuk penyerbukan, pengiriman muatan, pengintaian bahkan pengobatan presisi dan diagnostik. “Tahun lalu kami berfokus pada pengembangan teknologi yang memungkinkan inti seperi ransel, optrode, dan toolkit biologi sintesis untuk capung,” kata periset senior DragonflEye Joe Register kepada TechCrunch. “Sekarang kita berada di tahun kedua dimana kita telah dilengkapi capung dengan ransel generasi pertama yang dapat memantau pergerakan dan penerbangan mereka secara tepat karena data diambil dari sistem navigasi. Hal ini memugkinkan kita untuk mengembangkan algoritma pelacakan onboard yang tepat. Untuk navigasi otonom,” paparnya. Meski teknologinya relatif mendasar untuk saat ini dan belum bisa mencapai kemampuan manuver serangga, peneliti bertujuan untuk mengarahkan capung tersebut dengan segera. “Mengarahkan Dragonflour bukan menjadi tujuan untuk saat ini, tapi kami merencanakan untuk melakukannya segera,” kata Register. “Kami akan menerapkan rangsangan optik dari ransel untuk memicu prilaku penerbangan yang memungkinkan kami mengembangkan kontrol penerbangan otonom,” katanya. (kem)