Edisi 2 PENGANTAR REDAKSI Silveriu Oscar Unggul Silverius Anggota Perkumpulan Telapak Momen Mome lokakarya ini sangat bagus sebagai ajang saling tukar pikiran antarsesama peserta yang berasal dari daerah, sehingga sehingg kita bisa saling menguatkan dan saling membantu. Materi soal metode salin yang disampaikan sudah baik, ya meskipun metode tersebut sudah kami terapkan. Kami juga punya cara baru yang kami sebut dengan istilah stakeholder diffusion. SETELAH MELALUI jadwal yang padat di siang harinya, kami senang peserta sangat menikmati dan berpartisipasi pada pertunjukan Goyang Karawang di Malam Budaya, kemarin. Ya, workshop hari kedua memang padat dan dimulai dengan kegiatan menarik, yaitu kunjungan lapangan. Ada empat pusat kegiatan yang dikunjungi kelompok peserta secara terpisah, yaitu Pasar Telaga Sari; PEKKA Center; Desa Kali Buaya; dan Desa Pasir Kamuning Daniella L Loupatty Direktur Yayasan Walang Perempuan Pada kesempatan ke ini saya mengucapkan terima kas kasih kepada MAMPU. Karena lewat lokakarya yang diadakan, saya dapat belajar kembali bagaimana b membuat sebuah progr program pemberdayaan perempuan de dengan baik. Materi-materi yang d diberikan dalam lokakarya jelas membantu kami dalam mendesain program yang lebih baik. Di PEKKA (Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) Center di Desa Kali Buaya terdapat kegiatan PAUD dan pelatihan perawatan rambut. Di sini peserta menguji hipotesis yang telah disusun, wawancara mendalam, mendata, membuat diagram/mind map, dan mengambil foto. Norman Jinan J TuK Direktur Eksekutif E Lokakarya Lokakar yang diadakan MAMPU ini amatlah positif. p Karena mempertanyakan kembali at atas proposal yang sudah kami ajukan dan da semakin mempertajam ide-ide yang ada di proposal kegiatan. Kesempatan yang kiranya kiran sangat baik bagi para peserta lokakarya lokakary sebab dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan program kebut perempuan pere dalam pengentasan kemiskinan. k AGENDA WORKSHOP 3 OKTOBER 2014 14.30 WIB 09.00 WIB Sesi Protoping for Enhanced Solutions di hari ketiga atau hari terakhir, peserta diajak untuk melihat kembali program-program apa yang telah diajukan, dan pengalaman apa yang telah diperoleh selama lokakarya. SUSUNAN REDAKSI 04 Sesi pada jam ini akan diisi dengan pengenalan tentang pengawasan & evaluasi. Sekaligus menjelaskan rencana operasional dan sistem pengawasan & evaluasi MAMPU. 3 Oktober 2014 15.00 WIB Para peserta lokakarya pada sesi Developing M&E Plans ini akan dibagi ke dalam beberapa kelompok guna membahas rencana pengembangan pengawasan & evaluasi. | Penanggung jawab: Elizabeth Elson | Pemimpin Redaksi: Enurlela Hasanah | Redaktur Pelaksana: Sri Dewi Susanty Penulis/Reporter: KATA DATA | Tata Letak: KATA DATA | Fotografer: Toto Santiko Budi Setelah mencoba merumuskan solusi, peserta diminta mengkaji ulang proposal mereka berdasarkan pengalaman selama dua hari workshop. Di sini masih ada sebuah komponen penting dari sebuah program, yaitu Pemantauan dan Evaluasi. Fungsi pemantauan mempunyai bobot sama dengan perencanaan. Keberhasilan mencapai tujuan, separuh ditentukan rencana dan separuh lagi oleh pemantauan. Pada hari terakhir, Monitoring & Evaluation Advisor MAMPU akan menjelaskan bagaimana menyusun sebuah perencanaan pemantauan melalui kegiatan maupun contoh-contoh kasus yang disajikan secara menarik. Kami harap peserta dapat mengikuti seluruh proses workshop dengan baik hingga hari terakhir. Tetap semangat! Peserta pelatihan blusukan di Pasar Telaga Sari untuk melakukan observasi dan wawancara. Terjun Langsung ke Lapangan PASAR TELAGA SARI, Karawang, Jawa Barat, mendadak ramai pagi itu. Bagaimana tidak? Puluhan peserta lokakarya MAMPU Innovation Fund “menyerbu” pasar itu. Mereka mendatangi pihak pengelola pasar hingga menemui satu persatu para pedagang. Berunjuk rasa? Bukan. Sama sekali bukan. Pada hari kedua lokakarya tersebut, mereka sengaja datang ke pasar untuk melakukan observasi langsung dan melakukan wawancara, baik dengan para pedagang maupun pihak pengelola pasar. Para peserta menanyakan segala hal, mulai dari berapa harga yang dijual sampai dari mana mendapat pasokan barang. Sementara dua kelompok peserta lokakarya lainnya mendatangi Desa Kali Buaya dan Desa Pasir Kamuning. Kedua desa ini masih berada di Kabupaten Karawang. Sedangkan kelompok lainnya mendatangi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Center di Kecamatan Telaga Sari. Kelompok yang terakhir ini menggali saja apa yang menjadi kegiatan PEKKA di Kabupaten Karawang serta mewawancarai warga yang terlibat di dalamnya. Banyak kegiatan yang dilakukan PEKKA di tempat tersebut, mulai dari terlibat dalam Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) hingga kursus kecantikan. Di tempat ini, para peserta juga melakukan focus group discussion (FGD). Nunung Nurnaningrum, Koordinator Wilayah PEKKA Jawa Barat bersama timnya memandu jalannya acara tersebut. Sekembalinya dari tempattempat tersebut, para peserta lokakarya akan membahas apa saja yang mereka temukan di lapangan. M 01 dimanfaatkan,” katanya. Program yang fokus di NTT juga dilakukan oleh Konsorsium Peduli Global & KOPEL. Namun, dengan cara berbeda. Menurut Angel Manembu, Koordinator Konsorsium Peduli Global & KOPEL, banyak pihak yang memberdayakan perempuan tapi hanya fokus pada sisi kelemahan. “Belum banyak yang menyoroti dari kisah sukses yang ada,” ujarnya. Misalnya, Angel mengatakan, banyak perempuan miskin yang dapat menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi dan kisah sukses lainnya. Menurut dia, kisah-kisah sukses perempuan miskin tersebut sejatinya dapat direplikasi di daerah lain. Caranya bisa dengan mendokumentasikan kisah-kisah sukses mereka tersebut ke dalam sebuah buku atau media sosial untuk dijadikan bahan diskusi untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Salah satu kegiatan pemberdayaan perempuan di PEKKA CENTER Desa Kali Buaya, Kabupaten Karawang, yaitu pelatihan perawatan rambut yang bekerjasama dengan L’oreal. Tiga Membidik NTT Tiga organisasi penerima hibah MAMPU menggelar program pemberdayaan perempuan di NTT dengan cara berbeda. KONDISI KEMISKINAN yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat memprihatinkan. Menurut Indrasti Maria Agustiana, Board of Trustee Yayasan Satu Karsa Karya, sebanyak 24 persen masyarakat NTT masuk dalam kategori miskin. Sementara jumlah perempuan di daerah tersebut lebih banyak ketimbang kaum pria. “Pendidikan, kesehatan, dan adat setempat tidak berpihak pada kaum perempuan,” ungkap Indrasti. Walhasil, katanya, kemiskinan lebih banyak terjadi pada perempuan secara terstruktur, baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Lebih jauh dia mengatakan bahwa 02 perempuan NTT juga tidak memiliki sumber pendapatan. Banyak di antara mereka yang terpaksa menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) agar dapat melanjutkan kehidupan. Penanggulangan kemiskinan bagi kaum perempuan, lanjut Indrasti, belum maksimal. Dia mencontohkan salah satunya dukungan pemerintah daerah yang masih terbilang lemah. Atas dasar kenyataan itulah, Yayasan Satu Karsa Karya membuat program mengenai investasi sosial masyarakat dalam gerakan pemberdayaan perempuan di NTT. Ada beberapa cara yang akan dilaksanakan. Misalnya saja, memberdayakan perempuan dengan “mendirikan” semacam sekolah berbasis masyarakat yang fokus pada kewirausahaan. Di dalamnya akan diajarkan tentang manajemen usaha dan pengembangan ketrampilan usaha. Pengetahuan ini akan menjadi bekal bagi kaum perempuan NTT untuk mendirikan koperasi perempuan pengusaha kecil. Sedangkan materi ketrampilan usaha diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sebuah produk sesuai potensi daerah tersebut. Program yang rencananya akan diterapkan di enam desa itu nantinya, kata Indrasti, akan didirikan “koperasi pusat”. Koperasi pusat inilah yang nantinya akan melakukan pemasaran terhadap produk-produk yang dihasilkan perempuan NTT. “Pemasaran akan dilakukan secara online dengan tujuan dapat menjangkau konsumen yang lebih luas lagi. Oleh karena itu, media digital akan Angel juga mengungkapkan dalam proposal yang berjudul Belajar dari Praktek Cerdas Perempuan Miskin untuk Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan itu melahirkan policy brief untuk menambahkan kriteria pada lomba desa, yakni desa yang memberdayakan perempuan miskin dan desa yang tidak ada kekerasan terhadap perempuan. Program yang nantinya berkutat di NTT juga dilakukan mitra kerja MAMPU lainnya, yaitu Yayasan Ontrack Media Indonesia (OTMI). Namun OTMI melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Melalui program yang akan diimplementasikan nantinya itu, OTMI berharap dapat menekan tingginya angka kematian ibu dan anak, tingginya pernikahan usia muda, dan tingginya seks bebas di NTT. “Pada tahap pelaksanaannya, OTMI akan bekerjasama dengan pramuka, lembaga pemerintah, lembaga agama, dan media di NTT,” ungkap Imelda Theresia, Direktur Ontrack Media Indonesia.m Salah satu peserta pelatihan sedang membuat diagram hasil observasi di lapangan. Bermuara Pada Diagram Hasil temuan di lapangan yang dituangkan ke dalam sebuah gambar. KURSI-KURSI di ruangan sudah tak lagi karuan. Hampir sebagian besar kursi telah bergeser dari posisinya semula. Peserta lokakarya MAMPU Inovasi Hibah justru merasa nyaman duduk di lantai untuk menyelesaikan diagram hasil observasi lapangan yang memang membutuhkan ruang yang agak luas. Pada hari kedua lokakarya ini, para peserta diminta membuat diagram hasil kunjungan lapangan di pagi harinya. Para peserta tampak antusias mengerjakannya hingga rampung dan mempresentasikan. Bukan tanpa maksud jika mereka diminta membuat diagram tersebut. “Diagram ini membantu peserta untuk merumuskan permasalahan yang mereka temui di lapangan secara visual,” ujar Elizabeth Elson, Team Leader Program MAMPU. Hal ini diamini Maesy Angelina, Research Coordinator MAMPU. Menurut dia, kegiatan ini memang merupakan latihan untuk merinci apa saja yang ditemukan para peserta di lapangan dan mewujudkannya ke dalam bentuk diagram. 03